SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 41
PENGANTAR
LINGUISTIK UMUM
APA LINGUISTIK

   Berdasarkan Kamus:
       Hassan Shadily (1977:633-634): Linguistik
        adalah penelaahan bahasa secara ilmu
        pengetahuan. Tujuan utamanya ialah
        mempelajari suatu bahasa secara deskriptif.
        Mempelajari bahasa berdasarkan sejarah atau
        ilmu perbandingan bahasa, berarti
        mempelajari hubungan satu bahasa dengan
        bahasa lainnya.
APA LINGUISTIK
       A.S. HORNBY, E.V. GATENBY, H. WAKEFIELD
        (1961:733)
   Sebagai kata sifat: Linguistics: the study of
    languages.
   Sebagai kata benda: Linguistics: the science of
    language; methods of learning and s tudying
    languages. (Linguistik: ilmu pengetahuan
    bahasa; metoda pelajaran dan belajar bahasa).
   Linguist kata benda yang berarti a person who
    is clever in foreign languages/ orang yang
    mengetahui bahasa asing (menguasai banyak
    bahasa.)
APA LINGUISTIK



                Jadi
   berdasarkan kamus, Linguistik bermakna
    ilmu bahasa atau metode mempelajari
    bahasa.
APA LINGUISTIK
   Secara etimologis
 Linguistik lingua (Latin) yang bermakna bahasa. sama
  dengan langue, langage (Perancis) berpadanan dengan lengua
  (spanyol) dan lingua (Italia)
 Ferdinand de Saussure, Seorang sarjana swiss yang

  merupakan pelopor linguistik modern dalam bukunya Cours de
  linguistique générale (1916) mengemukakan istilah
  langage, langue dan parole
 Langage dalam bahasa Perancis berarti bahasa pada umumnya

 Langue dalam bahasa Perancis bermakna bahasa tertentu

  misalnya bahasa Indonesia, Bahasa Madura, Bahasa Jepang dll.
 Parole berarti logat, ucapan, perkataan (speech Ingris)

 Language dalam bahasa Ingris maknanya dapat meliputi
  langue dan langage dalam bahasa Perancis.
APA LINGUISTIK
   Pendapat Linguis
       Ronald W. Longacker (1973:5) Linguistics is
        the study of human language / Linguistik
        adalah studi tentang bahasa manusia
       John Lyons (1975:1) Linguistics my be defined
        as the scientific study of language/ Linguistik
        studi ilmiah tentang bahasa.

                       Jadi
Linguistik adalah Ilmu yang mempelajari bahasa
secara ilmiah
Mengapa Linguistik Umum?

   Tidak hanya mempelajari bahasa tertentu
    /langue
   Mempelajari kedudukan bahasa tertentu/
    langue dalam langage
Bahasa yang bagaimana?

   Sistem lambang bunyi yang arbitrer yang
    dipergunakan oleh para anggota kelompok
    sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi
    dan mengidentifikasikan diri.



    Bagaimana Maksudnya ?
Bahasa Sebagai Sistem

   Bahasa bukanlah unsur yang terkumpul secara tak
    beraturan.
   Karena bersistem maka bahasa bersifat sitematis:
    bahasa dapat diuraikan atas satuan-satuan terbatas
    yang berkombinasi denga kaidah-kaidah yang dapat
    diramalkan.
   Selain itu bahasa juga sistemis: bahasa bukanlah
    sistem yang tunggal melainkan terdiri dari beberapa
    subsistem yakni subsistem fonologi, subsistem
    gramatika dan subsistem leksikon.
   Bahasa adalah sistem lambang
    penggunaannya berdasarkan perjanjian dan
    untuk memahaminya harus dipelajari.
   Karena lambang maka bermakna: berkaitan
    dengan segala aspek kehidupan dan alam
    sekitar masyarakat pemakainya.
   Karena lambang maka konvensional: harus
    dipelajari dan disepakati oleh pemakainya.
   Bahasa adalah sistem bunyi: Wujud alamiah
    bahasa adalah bunyi.
   Bersifat arbitrer: tak ada hubungan wajib
    antara satuan-satuan bahasa dengan yang
    dilambangkannya.
   Bersifat produktif:: unsurnya terbatas tetapi
    dipakai secara tidak terbatas oleh
    pemakainya. Abjad sedikit, kata
    banyak, kalimat lebih banyak lagi.
   Bersifat unik: setiap bahasa mempunyai sistem
    yang khas yang tidak harus ada dalam bahasa lain.
   Bersifat universal. Ada sifat bahasa yang bersifat
    umum ada yang agak umum/ agak universil.
   Bahasa memiliki variasi, dialek, sosiolek dll.
   Berfungsi mengidentifikasikan diri. Dengan ciri khas
    bahasa maka suatu kelompok sisial berbeda
    dengan kelompok sosial yang lain. Bahasa
    menunjukkan bangsa.
RUANG LINGKUP LINGUISTIK

                 Mikrolinguistik


Bidang teoritis
Umum (1) Teori Linguistik
      (2) Linguistik deskriptif
      (3) Linguistik historis komparatif

Khusus(1) Linguistik deskriptif
     (3) Linguistik historis komparatif
Mikrolinguistik

   Bidang interdisipliner
       Fonetik
       Stilistika
       Filsafat bahasa
       Psikolinguistik
       Sosiolinguistik
       Etnolinguistik
       Filologi
       Semiotika
       Epigrafi
Makrolinguistik

   Bidang terapan
       Pengajaran bahasa
       Penterjemahan
       Leksikografi
       Fonetik terapan
       Sosiolinguistik terapan
       Pembinaan bahasa internasional
       Pembinaan bahasa khusus
       Linguistik medis
       Grafologi
       Mekanolinguistik
Sejarah linguistik
HAKIKAT BAHASA
A. Chaedar Alwasiah


   Sistematik
   Manasuka (Arbitrer)
   Ucapan/vokal/bunyi
   Simbul
   Mengacu pada dirinya
   Manusiawi
   Komunikasi
HAKEKAT BAHASA
Mansoer Pateda




   Berwujud deretan bunyi yang bersistem
   Sebagai alat (instrument), mengganti
    (represent)
   Bersifat individual
   Bersifat koperatif
HAKEKAT BAHASA
Harimurti Kridalaksana


1.   System              7.    Produktif
2.   Lambang             8.    Unik
3.   Bermakna            9.    Universal
4.   Konvensional        10.   Mempunyai variasi
5.   Bunyi               11.   Mengidentifikasikan
6.   Arbitrer                  diri
SISTEM-SISTEM (UNIT ANALISIS)

   Sistem Fonologi
   Di Amerika fonologi terbagi atas Fonemik dan
    Fonetik
   Di Eropa (Ingris, Belanda) Fonemik disebut
    fonologi. Jadi ada fonologi dan fonetik.
Fonetik

   Fonetik adalah ilmu yang mempelajari bunyi
    bahasa
   Ada tiga cabang ilmu fonetik:
JENIS FONETIK

   Fonetik artikulatoris: bagaimana serta alat ucap
    yang mana bunyi bahasa dihasilkan. Bunyi yang
    dihasilkan ditulis dengan tulisan fonetik.
   Fonetik akustis: mempelajari bunyi bahasa sebagai
    gelombang bunyi. Dengan alat khusus (spektograf)
    didapat grafik yang menunjukkan
    frekuensi, intensitas, dan waktu bunyi bahasa
    tertentu. Perlu ilmu matematika dan fisika.
   Fonetik auditoris: Menyelidiki bunyi bahasa sebagai
    sesuatu yang diterima oleh pendengar. Menjadi
    objek ahli syaraf.
BAGAN JENIS FONETIK




        1             2         3

    Fonetik         Fonetik   Fonetik
    Artikulatoris   Akustis   Auditoris
ALAT UCAP

                              6. .Anak tekak
                              7. .Bibir bawah
                              8. .Gigi bawah
                              9. .Ujung lidah
                              10. .Daun lidah
                              11. .Tengah lidah

                              12. Punggung lidah
                              13. Glotis
   1.   Bibir atas            14. Rongga mulut
   2.   Gigi atas             15. Rongga hidung
   3.   Gusi                  16. Rongga tekak
   4.   Langit-langit keras   17. Pangkal
   5.   Langit-langit lunak       tenggorokan
Aliran Udara
       Tiga macam mekanisme aliran udara:
          mekanisme aliran udara paru-paru;
          mekanisme aliran udara glotal, dan
          mekanisme aliran udara langit-langit lunak.

Hanya mekanisme aliran udara paru-paru yang dipergunakan menghasilkan bunyi bahasa.

       Mekanisme aliran udara paru-paru terdiri dari paru-paru dan otot-otot pernapasan. Otot-
        otot itu menggerakkan paru-paru yang merupakan pemangkal atau inisiator sehingga
        udara dikeluarkan atau dimasukkan.

       Aliran udara ke luar (egresif) digunakan dalam berbicara. Aliran udara ke dalam
        (ingresif) menyertai peristiwa nonlinguistis seperti menguap atau mendengkur.
            Aliran udara paru-paru (pulmonik) yang keluar masuk paru-paru melewati batang
        tenggorokan (trachea) yang pada bagian atasnya terdapat pangkal tenggorokan (atau
        larings) atau kotak suara. Pada kotak suara terdapat pita-pita suara, memanjang dari
        depan ke belakang di bagian atas pangkal tenggorokan.
            Celah di antara pita-pita suara yang merupakan pintu dari batang tenggorokan ke
        tenggorokan disebut glotis. Pita-pita suara dapat mengubah-ubah posisinya dengan
        merapatkan, mendekatkan, ataupun menjauhkan satu sama lain, keadaan glotis pun
        ikut berubah-ubah. Keadaan glotis itu merupakan salah satu ciri yang ikut menentukan
        macam bunyi yang terjadi.
Tiga Macam Keadaan Glotis
   Jika pita-pita suara berjauhan, sehingga glotis menjadi terbuka cukup
    lebar, udara bisa keluar dengan bebas. Keadaan ini terjadi bila kita bernapas
    atau bila kita sedang mengucapkan bunyi tak bersuara seperti s,f,p.t,dan k.
   Jika pita-pita suara berdekatan, sehingga glotis menjadi sempit, udara yang
    hendak kelar menjadi agak terhambat. Akibatnya udara yang terpaksa melewati
    celah yang sempt itu menggetarkan pita-pita suara. Getaran ini menimbulkan
    bunyi yang disebut suara. Karena itu, bunyi yang dihasilkan dengan keadaan
    glotis menyempit seperti itu misalnya o, i, z, m, dan g, disebut bunyi bersuara.
   Getaran suara dapat kita rasakan bila kita memegang bagian luar tenggorokan
    bagian depan atau menutup telinga pada waktu kita mengucapkan bunyi
    bersuara.
   Jika pita-pita suara merapat dengan kekuatan yang cukup untuk mencegah
    terbukanya pita-pita itu, dengan kata lain glotis menjadi tertutup sama
    sekali, aliran udara sama sekali terhambat dan paru-paru tidak mempunyai
    hubungan dengan udara luar. Membuat penutupan seperti ini memang fungsi
    yang asli dari pita-pita suara, misalnya pada waktu kita batuk atau menahan
    beban yang berat. Penutupan ini juga menghasilkan bunyi bahasa yang disebut
    hambat glotal atau hamzah.
Dua Jalan Keluar Aliran Udara
   Hidung dan mulut
   Jalan melalui hidung dapat dibuka atau ditutup oleh suatu klep yang berada
    pada persimpangan jalan ke luar. Klep ini disebut anak tekak (uvula)
   Dalam rongga mulut bagian atas terdapat langit-langit keras (palatum) dan
    langit-langit lunak (velum). Palatum berada di belakang gigi depan atas. Velum
    terletak di belakang langit-langit keras sampai ke anak tekak yang juga lunak.
    Langit-langit keras tak dapat bergerak, langit-langit lunak dapat digerakkan ke
    atas dan ke bawah oleh otot-otot yang ada padanya.
   Langit-langit lunak (atau velum) merupakan bagian yang menguasai jalan udara
    melalui hidung. Bila langit-langit lunak bergerak ke bawah maka jalan udara ke
    hidung terbuka, tetapi bila langit-langit lunak bergerak ke atas dan merapat
    pada dinding belakang rongga tekak (kerongkongan atau farings) maka jalan
    udara ke hidung tertutup.
   Bila langit-langit lunak naik, satu-satunya jalan ke luar aliran udara ialah melalui
    mulut; sedangkan bila turun, udara dapat ke luar melalui kedua jalan, yaitu
    melalui mulut dan melalui hidung. Tiap bunyi yang dihasilkan tanpa penutupan
    langit-langit lunak disebut bunyi sengau atau nasal, sedangkan tiap bunyi yang
    dihasilkan dengan penutupan langit-langit lunak disebut bunyi mulut atau oral
    (lihat gambar)
Analisis bunyi: vokal dan konsonan
          Bunyi-bunyi bahasa tidak diucapkan lepas-lepas dalam
    ujaran, melainkan selalu dalam rangkaian dengan bunyi-bunyi lain.
    Karena itu, untuk mempelajari bunyi bahasa itu satu persatu, kita perlu
    memecah rangkaian tempat bunyi itu berada.
          Rangkain bunyi yang dapat kita pakai untuk memulai pekerjaan
    kita ialah suku kata, karena suku kata inilah bentuk yang paling kecil
    yang dapat diucapkan.
          Analisa suku kata menghasilkan segmen (segmen) yang terdiri
    dari dua kelas, yaitu vokal dan konsonan. Segmen vokal ditandai oleh
    tidak adanya hambatan yang berarti terhadap udara yang keluar.
    Segmen inilah yang biasanya menjadi puncak dari suku kata yang
    mengandung segmen itu. Sebagai puncak suku kata, vokal merupakan
    segmen yang paling nyaring. Sebaliknya, jika sebuah segmen ditandai
    oleh hambatan sempurna terhadap udara atau hambatan yang
    menyebabkan gangguan lokal terhadap udara, segmen itu adalah
    konsonan. Konsonan pada umumnya tidak merupakan puncak suku
    kata, karena kenyaringannya yang rendah
Konsonan
               Telah kita sebutkan bahwa pada pembentukan konsonan aliran udara menemui berbagai hambatan atau penyempitan. Sifat dan tempat
    hambatan atau penyempitan inilah yang banyak memberikan ciri kepada konsonan yang terjadi. Penutupan atau penyempitan dapat terjadi di mana
    saja menurut kemampuan alat-alat ucap kita.
               Untuk memberikan suatu konsonan kita harus memperlihatkan ukuran-ukuran berikut.
               Pertama, bagaimana posisi glotis. Jika glotis dalam keadaan terbuka, maka konsonan itu konsonan tak bersuara; sedangkan jika glotis
    menyempit dan pita suara bergetar, maka konsonan itu konsonan bersuara.
               Kedua, artikulator mana yang aktif menghalangi udara. Artikulator aktif ialah alat ucap yang secara aktif bergerak menghalangi perjalanan
    udara, terutama bibir bawah dan lidah. Karena lidah dapat melakukan penghalangan yang bermacam-macam dengan bagian lidah yang berbeda-
    beda, lidah dibagi menjadi beberapa bagian. Banyaknya bagian bergantung kepada keperluan ketelitian pemerian. Di sini kita ak an membagi lidah
    menjadi ujung lidah, daun lidah (yang berada di belakang ujung lidah bertentangan dengan gusi atas depan jika sedang istiraha t), tengah lidah (yang
    berada di bawah langit-langit keras), dan punggung lidah atau belakang lidah (yang berada di bawah langit-langit lunak).
               Konsonan yang menggunakan bibir bawah bagian artikulator aktif disebut konsonan labial, misalnya p, b, dan m. Konsonan yang
    berartikulator ujung lidah, misalnya O, disebut konsonan apikal. Yang berartikulator daun lidah misalnya c dan j, disebut konsonan laminal; sedangkan
    yang verartikulator punggung lidah, seperti g dan k, disebut konsonan dorsal.
               Ketiga, bagian mana yang menjadi artikulator pasif. Artikulator pasif adalah alat ucap yang pada umumnya tidak bergerak yang disentuh
    atau didekati artikulator aktif. Artikulator pasid yang disebut juga titik artikulasi atau daerah artikulasi, terdiri dari bibir atas, gigi atas, gusi atas, langit-
    langit keras, langit-langit kunak, dan dinding belakang kerongkongan. Pembagian artikulator pasif ini juga dilakukan menurut keperluan ketelitian
    pemerian.
               Konsonan yang memakai artikulator pasif bibir atas disebut konsonan labial, misalnya b dan m; yang berartikulator pasif gigi atas disebut
    konsonan dental, misalnya Q; yang menggunakan langit-langit keras disebut konsonan palatal, misalnya c dan j; dan yang menggunakan langit-langit
    lunak, misalnya k dan g, disebut konsonan velar.
               Keempat, bagaimana cara menghalangi udara. Cara menghalangi udara yang disebut juga cara (ber)artikulasi, adalah cara artikulator aktif
    menghalangi udara di daerah artikulasinya. Tujuh cara berartikulasi diberikan di bawah ini
   Ertikulator menghambat sepenuhnya aliran udara, sehingga udara mampat di belakang penutupan itu. Cara ini menghasilkan konsonan hambat. Karena
    pembukaan hambatan ini menyebabkan terjadinya letupan, konsonan hambat disebut juga konsonan letupan. Contoh konsonan ini ial ah : p, t, k, b, d, g.
   Artikulator aktif mendekati artikulator pasof, membentuk velah sempit sehingga udara yang lewat mendapat gangguan di celah itu. Cara ini
    menghasilkan kondonan geseran atau frikatif, misalnya f, s, dan z.
   Artikulator aktif menghambat sepenuhnya aliran udara, lalu membentuk celah sempit dengan artikulator p-asif. Cara ini merupakan gabungan cara (1)
    dan (2) dan menghasilkan konsonan paduan atau afrikat, misalnya t dan d dalam kata inggris chair dan bridge.
   Artikulator menghambat sepenuhnya aliran udara melalui rongga mulut tetapi membiarkan udara melewati rongga hidung dengan beb as. Cara
    berartikulasi ini menghasilkan kondonan sengauan atau nasal, misalnya m dan n.
   Artikulator aktif melakukan kontak beruntun dengan artikulator pasif seperti dalam pengucapan r. Cara ini menghasilkan konsonan getar atau tril.
   Artikulator akhtif menghambat udara di bagian tengah mulut, tetapi membiarkan udara ke luar melewati samping lidah, seperti penguvapan l. Konsonan
    yang dihasilkan dengan cara ini disebut kondonan sampingan atau lateral.
   Dengan saliran udara di tengah mulut artikulator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka (seperti dalam pembentukan
    vokal), tetapi tidak cukup sempit untuk dapat menghasilkan geseran. Cara ini menghasilkan kondonan hampiran atau aproksiman, misalnya w dan y.
4.3.2 Penamaan konsonan

        Konsonan diberi nama dengan menyebutkan secara berurut
    cara berartikulasi, artikulator aktif dan daerah artikulasi, dan
    keasaan glotis. Dibawah ini diberikan beberapa contoh.
   t adalah konsonan letupan lamino-alveolar tak bersuara
   d adalah konsonan letupan lamino-alveolar bersuara
   g adalah konsonan letupan dorso-velar bersuara
   s adalah konsonan geseran lamino-alveolar tak bersuara
   m adalah konsonan sengauan labio-labial bersuara atau
    sengauan bilabial bersuara
4.3.3 Vokal

           Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan tanpa penutupan atau penyempitan di
    atas glotis. Bunyi vokal berbeda-beda menurut bentuk rongga di atas glotis yang dilalui
    udara pada saat pengucapan vokal-vokal itu. Kebanyakan vokal dibuat dengan menutup
    jalan udara melalui hidung. Jika dalam pembuatan vokal jalan ke hidung dibuka juga, maka
    yang terjadi adalah vokal sengau seperti yang terdapat dalam kata-kata Prancis
    bon, grand, dan vin, atau seperti bunyi huruf a dalam kata mangkir.
           Bentuk rongga terutama dipengaruhi oleh posisi lidah dan bentuk bibir. Lidah yang
    lincah itu dapat bergerak ke depan, ke belakang, ke bawah, ke atas. Bibir dapat membulat
    atau memipih. Sekarang dapat kita katakan bahwa kualitas vokal ditentukan oleh tiga
    faktor: faktor maju-mundurnya lidah, faktor naik-turunnya lidah, dan faktor bentuk bibir.
           Untuk pembicaraan tahap pengantar ini kita akan membagi gerak horisontal menjadi
    tiga posisi : depan, pusat, belakang; gerak vertikal menjadi tiga: tinggi atau
    atas, tengah, rendah atau baeah; bentuk bibir menjadi dua: bulat dan tak bulat. Berdasar
    pembagian itu kita menggolongkan vokal sebagai vokal depan, vokal pusat, vokal
    belakang, vokal tinggi atau atas, vokal tengah, vokal rendah atau bawah, vokal bulat atau
    vokal tak bulat.
           Vokal depan, misalnya i dan e, dibuat dengan bagian tertinggi dari lidah pada posisi
    depan di rongga mulut. Vokal belakang, misalnya u dan o, dibuat dengan bagian tertinggi
    dari lidah pada posisi belakang di rongga mulut. Vokal tinggi, misalnya i dan u, dibuat
    dengan bagian tertinggi dari lidah pada posisi tinggi di rongga mulut. Demikian
    seterusnya, setiap possis menunjukkan letak bagian yang tertinggi dari lidah. Vokal
    bulat, misalnya u dan o, dibuat dengan membulatkan bibir; sedangkan vokal tak
    bulat, misalnya i dan e, dibuat dengan tidak membulatkan bibir.
Penamaan vokal

       Vokal diberi nama dengan menyebutkan faktor
    maju mundurnya lidah, faktor naik-turunnya
    lodah, dan faktor bentuk bibir, misalnya,
   i adalah vokal depan tinggi (atau atas) tak bulat
   u adalah vokal belakang tinggi (atau atas) bulat
   e adalah vokal depan tengah tak bulat
   ə adalah vokal pusat tengah tak bulat
   a adalah vokal depan rendah (atau bawah) tak bulat
   ɑ adalah vokal pusat rendah (atau bawah) tak bulat
DEPAN   PUSAT   BELAKANG


TINGGI



TENGAH



RENDAH
4.3.5 Diftong

         Dalam banyak bahasa terdapat rangkaian bunyi yang segmen
    pertamanya berupa vokal dan segmen keduanya berupa bunyi
    hampiran. Rangkaian ini selalu berada dalam satu suku kata.
         Karena ciri bunyi hampiran dekat sekali dengan ciri vokal, banyak
    orang mengatakan bahwa segmen yang kedua tersebut adalah vokal.
    Karena itu rangkaian demikian dahulu disebut vokal rangkap. Sebutan
    vokal rangkap sebenarnya kurang tepat. Dua vokal yang kebetulan
    muncul berurutan selalu merupakan angguta dari dua suku kata. Jika
    demikian maka diftong sebenarnya adalah sebuah vokal.
   Diftong dibedakan berdasarkan tinggi rendah posisi unsur-unsurnya.
    Jika posisi bunyi keduanya lebih tinggi (misal pada kata gulai) disebut
    diftong naik (rising diphtong), sebaliknya disebut diftong tutun (falling
    diphtong) misal: ear dalam bahasa Inggris.
         Gambar berikut menunjukkan arah pergerakkan unsur pertama ke
    unsur kedua dari diftong.
Arah Pergerakan Unsur Diftong
Tulisan Fonetis
          Pembicaraan secara tertulis mengenai bunyi bahasa memerlukan alat
    ayau cara untuk menunjukkan bunyi-bunyi tersebut. Alat itu disebut tulisan atau
    abjad fonetik yang berupa huruf-huruf Latin dengan beberapa huruf tambahan
    dan tanda-tanda pemerlain (atau tanda diakritik).
          Sebagai contoh penggunaan huruf tambahan dapat dikemukakan huruf ə
    dan ŋ yang melambangkan bunyi huruf e dan ng dalam kata senang. Tanda
    diakritik ~ pada ã misalnya, menunjukkan ciri sengau vokal itu; sedangkan
    tanda : sering dipakai untuk menunjukkan panjang.
          Huruf tambahan dan tanda pemerlain itu diperlukan mengingat bahwa
    jumlah atau macam bunyi bahasa melebihi jumlah huruf dalam abjad latin.
    Setiap huruf dalam tulisan fonetis melambangkan satu bunyi bahasa. Huruf-
    huruf itu ditulis dalam kurung siku [ ]. Berikut ini adalah sebagian dari simbol
    fonetik yang ditetap kan oleh IPA (International Phonetics Asosiation). Daftar
    simbol fonetik selengkapnya dapat dilihat pada situs WWW.ipa.com atau
    WWW.uefap.com.
Contoh Simbol Fonetik

S im b o l   C o n to h   S im b o l   C o n to h
Asimilasi Fonetis

   Saling pengaruh diantara bunyi-bunyi yang saling
    berangkai, dengan akibat bunyi-bunyi tersebut
    menjadi sama atau mirip.
   Contoh: vokal yang berada dalam satu rangkaian
    dengan konsonan sengau dalam bahasa Indonesia
    pada umumnya memperoleh warna sengau, seperti
    dalam kata lengang [l∂ŋăŋ]. Vokal yang berada
    dalam suku kata tertutup (yakni suku kata yang
    berakhir dengan konsonan) cenderung lebih pendek
    daripada yang terdapat dalam suku kata terbuka
    (yakni suku kata yang berakhir dengan vokal).
Unsur Suprasegmental
   Unsur-unsur seprasegmental: panjang pendek, tekanan, dan nada.
   Panjang-pendek suatu bunyi bahasa menunjukkan lama waktu
    dipertahankannya posisi alat ucap.
   Dalam tulisan fonetik, tanda : dan :: atau lambang rangkap seperti
    tt, kk, dan ss dapat dipakai untuk menandai panjang.
   Keras lemahnya tekanan ditandai oleh gerak alat-alat ucap yang
    lebih bertenaga dan menggunakan otot-otot yang lebih tegang
    dalam menghasilkan bunyi.
   Dalam tulisan fonetik tanda / menunjukkan tekanan keras, ^ untuk
    tekanan sekunder, dan  untuk tekanan tersier.
   Nada didasarkan pada frekuensi getaran yang ditimbulkan pita
    suara. Makin tinggi frekuensi makin tinggi nadanya.
   Dalam tulisan fonetik nada ditandai dengan angka. Angka 1,2,3, dan
    4 berturut-turut menunjukkan nada rendah, normal, tinggi, dan amat
    tinggi.
Fonemik


   Tidak semua perbedaan bunyi menimbulkan perbedaan makna (fungsional)
   Orang awam pada umumnya hanya memperhatikan perbedaan yang
    fungsional, yang dalam bahasanya berfungsi membedakan makna.
   Fungsional atau tidak perbedaan suatu bunyi bergantung kepada
    bahasanya. Fungsional dalam bahasa Indonesia tidak harus fungsional
    dalam bahasa lain.
   Contoh, perbedaan r dengan l yang jelas terdengar oleh para pemakai
    bahasa Indonesia pada umumnya tidak akan terdengar oleh telinga Jepang
    atau Mandarin, karena perbedaan itu tidak bersifat fungsional dalam
    bahasa Jepang atau Mandarin. Sebaliknyam bagi pembicara bahasa
    lain, perbedaan i pertama dengan i kedua dalam kata pemimpin mungkin
    terdengar jelas sekali.
Fonem

   Dalam tiap bahasa, orang secara tidak sadar mengelompokkan berbagai
    bunyi yang diucapkannya ke dalam satuan-satuan fungsional terkecil yang
    disebut fonem. Fonem, penggolongan fonem, distribusi fonem adalah hal-
    hal yang dipelajari dalam fonemik.
   Berdasarkan keterangan di atas dapatlah dikatakan fonem adalah abstraksi
    dari bunyi-bunyi bahasa.
   Walaupun fonem tidak sama dengan bunyi bahasa, fonem diberi nama
    sesuai dengan nama salah satu bunyi bahasa yang merealisasikannya.
    Nama-nama itu misalnya konsonan bilabial, konsonan bersuara, konsonan
    geseran velar bersuara, vokal depan atas, dan sebagainya. Lambang yang
    digunakanpun sama dengan yang digunakan untuk melambangkan bunyi.
    Bedanya, lambang fonem ditaruh di antara dua garis miring, sedangkan
    lambang bunyi ditaruh dalam tanda kurung suku. Jadi, misalnya, /m/ adalah
    fonem konsonan sengau bilabial, sedangkan [m] adalah bunyi konsonan
    sengau bilabial.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Sumbangan sosiolinguistik terhadap pengajaran bahasa
Sumbangan sosiolinguistik terhadap pengajaran bahasaSumbangan sosiolinguistik terhadap pengajaran bahasa
Sumbangan sosiolinguistik terhadap pengajaran bahasasopyan1
 
Hubungan semantik pragmatis
Hubungan semantik pragmatisHubungan semantik pragmatis
Hubungan semantik pragmatisMuhammad Idris
 
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)Lita Tania
 
Unsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaUnsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaAhyaniyani
 
Performansi dan kompetensi Chomsky
Performansi dan kompetensi ChomskyPerformansi dan kompetensi Chomsky
Performansi dan kompetensi Chomskykholid harras
 
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi hurufBahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi hurufSMAN 01 GIRI
 
Mata kuliah-fonologi
Mata kuliah-fonologiMata kuliah-fonologi
Mata kuliah-fonologiNiicha Juwita
 
Kelompok 2 Psikolinguistik - Teori-teori Linguistik
Kelompok 2 Psikolinguistik - Teori-teori LinguistikKelompok 2 Psikolinguistik - Teori-teori Linguistik
Kelompok 2 Psikolinguistik - Teori-teori LinguistikRicky Subagya
 
Bilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaBilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaYahyaChoy
 
Permasalahan padanan kata dan beberapa pendekatan penerjemahan
Permasalahan padanan kata dan beberapa pendekatan penerjemahanPermasalahan padanan kata dan beberapa pendekatan penerjemahan
Permasalahan padanan kata dan beberapa pendekatan penerjemahanberbagikarya
 
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna SemantikMemahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna SemantikYudha Fadillah
 

Was ist angesagt? (20)

Beberapa masalah dalam penerjemahan
Beberapa masalah dalam penerjemahanBeberapa masalah dalam penerjemahan
Beberapa masalah dalam penerjemahan
 
Sumbangan sosiolinguistik terhadap pengajaran bahasa
Sumbangan sosiolinguistik terhadap pengajaran bahasaSumbangan sosiolinguistik terhadap pengajaran bahasa
Sumbangan sosiolinguistik terhadap pengajaran bahasa
 
Hubungan semantik pragmatis
Hubungan semantik pragmatisHubungan semantik pragmatis
Hubungan semantik pragmatis
 
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa IndonesiaKonsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
 
makalah Transformasi generatif
makalah Transformasi generatif makalah Transformasi generatif
makalah Transformasi generatif
 
Kajian linguistik-umum-bab-3
Kajian linguistik-umum-bab-3Kajian linguistik-umum-bab-3
Kajian linguistik-umum-bab-3
 
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
KEDWIBAHASAAN (BILINGUALISME)
 
Unsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaUnsur unsur wacana
Unsur unsur wacana
 
Performansi dan kompetensi Chomsky
Performansi dan kompetensi ChomskyPerformansi dan kompetensi Chomsky
Performansi dan kompetensi Chomsky
 
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi hurufBahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
 
Mata kuliah-fonologi
Mata kuliah-fonologiMata kuliah-fonologi
Mata kuliah-fonologi
 
Kelompok 2 Psikolinguistik - Teori-teori Linguistik
Kelompok 2 Psikolinguistik - Teori-teori LinguistikKelompok 2 Psikolinguistik - Teori-teori Linguistik
Kelompok 2 Psikolinguistik - Teori-teori Linguistik
 
tindak tutur
tindak tuturtindak tutur
tindak tutur
 
Semantik
SemantikSemantik
Semantik
 
Bilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaBilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosia
 
Permasalahan padanan kata dan beberapa pendekatan penerjemahan
Permasalahan padanan kata dan beberapa pendekatan penerjemahanPermasalahan padanan kata dan beberapa pendekatan penerjemahan
Permasalahan padanan kata dan beberapa pendekatan penerjemahan
 
Linguistik sinkronik dan linguistik diakronik
Linguistik sinkronik dan linguistik diakronikLinguistik sinkronik dan linguistik diakronik
Linguistik sinkronik dan linguistik diakronik
 
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna SemantikMemahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
 
Pragmatik
PragmatikPragmatik
Pragmatik
 
Kajian Fonologi
Kajian FonologiKajian Fonologi
Kajian Fonologi
 

Andere mochten auch

Andere mochten auch (20)

Pengenalan ilmu linguistik dan bahasa
Pengenalan ilmu linguistik dan bahasaPengenalan ilmu linguistik dan bahasa
Pengenalan ilmu linguistik dan bahasa
 
Definisi bahasa dan linguistik (atikah md noor)
Definisi bahasa dan linguistik (atikah md noor)Definisi bahasa dan linguistik (atikah md noor)
Definisi bahasa dan linguistik (atikah md noor)
 
pengantar linguistik
pengantar linguistikpengantar linguistik
pengantar linguistik
 
Linguistik kontektual (shabarina)
Linguistik kontektual (shabarina)Linguistik kontektual (shabarina)
Linguistik kontektual (shabarina)
 
Kelompok 2 linguistik umum
Kelompok 2 linguistik umumKelompok 2 linguistik umum
Kelompok 2 linguistik umum
 
Sejarah perkembangan linguistik
Sejarah perkembangan linguistikSejarah perkembangan linguistik
Sejarah perkembangan linguistik
 
Ilmu kealaman dasar
Ilmu kealaman dasarIlmu kealaman dasar
Ilmu kealaman dasar
 
Peranan Mahasiswa Dlm Memartabatkan BM
Peranan Mahasiswa Dlm Memartabatkan BMPeranan Mahasiswa Dlm Memartabatkan BM
Peranan Mahasiswa Dlm Memartabatkan BM
 
Fonetik
FonetikFonetik
Fonetik
 
Tugas Ilmu Kealaman Dasar
Tugas Ilmu Kealaman DasarTugas Ilmu Kealaman Dasar
Tugas Ilmu Kealaman Dasar
 
Ciri ciri linguistik
Ciri ciri linguistikCiri ciri linguistik
Ciri ciri linguistik
 
BAHASA ISYARAT (LINGUISTIK TERAPAN)
BAHASA ISYARAT (LINGUISTIK TERAPAN)BAHASA ISYARAT (LINGUISTIK TERAPAN)
BAHASA ISYARAT (LINGUISTIK TERAPAN)
 
Bahasa dan Linguistik
Bahasa dan LinguistikBahasa dan Linguistik
Bahasa dan Linguistik
 
Bahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistemBahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistem
 
Morfologi
MorfologiMorfologi
Morfologi
 
How to compare 2 writing systems
How to compare 2 writing systemsHow to compare 2 writing systems
How to compare 2 writing systems
 
Definisi morfologi
Definisi morfologiDefinisi morfologi
Definisi morfologi
 
3107 linguistik 2013
3107 linguistik 20133107 linguistik 2013
3107 linguistik 2013
 
Morfologi
MorfologiMorfologi
Morfologi
 
Bmm3107 pengantar linguistik
Bmm3107 pengantar linguistikBmm3107 pengantar linguistik
Bmm3107 pengantar linguistik
 

Ähnlich wie Pengantar linguistik umum

MAKALAH TATA BUNYI UJARAN
MAKALAH TATA BUNYI UJARANMAKALAH TATA BUNYI UJARAN
MAKALAH TATA BUNYI UJARANGhian Velina
 
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa IndonesiaMakalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa IndonesiaRizzty Mennelz
 
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdf
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdfMakalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdf
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdfSalisAstutiN
 
Bahasa
BahasaBahasa
BahasaJ-M
 
Fonologi, Morfologi dan Sintaksis.docx
Fonologi, Morfologi dan Sintaksis.docxFonologi, Morfologi dan Sintaksis.docx
Fonologi, Morfologi dan Sintaksis.docxkamilazhary
 
ENNIE 2101201021 Linguistik Morofologi.docx
ENNIE 2101201021 Linguistik Morofologi.docxENNIE 2101201021 Linguistik Morofologi.docx
ENNIE 2101201021 Linguistik Morofologi.docxssuserc83cb6
 
Fonologi & fonetik
Fonologi & fonetikFonologi & fonetik
Fonologi & fonetikceplos1969
 
Tugasan+h bhs melayul1203
Tugasan+h bhs melayul1203Tugasan+h bhs melayul1203
Tugasan+h bhs melayul1203Faridah Husin
 
Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Imam Suwandi
 

Ähnlich wie Pengantar linguistik umum (20)

Linguistik
LinguistikLinguistik
Linguistik
 
Pengertian bahasa
Pengertian bahasaPengertian bahasa
Pengertian bahasa
 
Fonem dan Grafem.docx
Fonem dan Grafem.docxFonem dan Grafem.docx
Fonem dan Grafem.docx
 
MAKALAH TATA BUNYI UJARAN
MAKALAH TATA BUNYI UJARANMAKALAH TATA BUNYI UJARAN
MAKALAH TATA BUNYI UJARAN
 
TATA BUNYI UJARAN
TATA BUNYI UJARANTATA BUNYI UJARAN
TATA BUNYI UJARAN
 
Fonem dan Grafem.pdf
Fonem dan Grafem.pdfFonem dan Grafem.pdf
Fonem dan Grafem.pdf
 
PPT-FONOLOGI-2020.pptx
PPT-FONOLOGI-2020.pptxPPT-FONOLOGI-2020.pptx
PPT-FONOLOGI-2020.pptx
 
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa IndonesiaMakalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
Makalah Fonologi dan Morfologi dalam Bahasa Indonesia
 
C. Linguistik umum P.U
C. Linguistik umum P.UC. Linguistik umum P.U
C. Linguistik umum P.U
 
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdf
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdfMakalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdf
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdf
 
Bahasa
BahasaBahasa
Bahasa
 
Fonologi, Morfologi dan Sintaksis.docx
Fonologi, Morfologi dan Sintaksis.docxFonologi, Morfologi dan Sintaksis.docx
Fonologi, Morfologi dan Sintaksis.docx
 
ENNIE 2101201021 Linguistik Morofologi.docx
ENNIE 2101201021 Linguistik Morofologi.docxENNIE 2101201021 Linguistik Morofologi.docx
ENNIE 2101201021 Linguistik Morofologi.docx
 
Fonologi & fonetik
Fonologi & fonetikFonologi & fonetik
Fonologi & fonetik
 
Tugasan+h bhs melayul1203
Tugasan+h bhs melayul1203Tugasan+h bhs melayul1203
Tugasan+h bhs melayul1203
 
Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2
 
Interkom 3
Interkom 3Interkom 3
Interkom 3
 
Fiqhuulughah
FiqhuulughahFiqhuulughah
Fiqhuulughah
 
Nurmila ardianti 5 c
Nurmila ardianti 5 cNurmila ardianti 5 c
Nurmila ardianti 5 c
 
Dila
DilaDila
Dila
 

Mehr von Imam Suwandi

Rekapitulasi nilai olimpiade
Rekapitulasi nilai olimpiadeRekapitulasi nilai olimpiade
Rekapitulasi nilai olimpiadeImam Suwandi
 
Daftar 25 besar olimpiade bahasa indonesia
Daftar 25 besar olimpiade bahasa indonesiaDaftar 25 besar olimpiade bahasa indonesia
Daftar 25 besar olimpiade bahasa indonesiaImam Suwandi
 
Sintaksis bahasa indonesia
Sintaksis bahasa indonesiaSintaksis bahasa indonesia
Sintaksis bahasa indonesiaImam Suwandi
 
9. bahan pustaka dan proses penyajiannya
9. bahan pustaka dan proses penyajiannya9. bahan pustaka dan proses penyajiannya
9. bahan pustaka dan proses penyajiannyaImam Suwandi
 
8. profesi pustakawan dan kode etiknya
8. profesi pustakawan dan kode etiknya8. profesi pustakawan dan kode etiknya
8. profesi pustakawan dan kode etiknyaImam Suwandi
 
7. standardisasi peralatan dan perlengkapan perpustakaan
7. standardisasi peralatan dan perlengkapan perpustakaan7. standardisasi peralatan dan perlengkapan perpustakaan
7. standardisasi peralatan dan perlengkapan perpustakaanImam Suwandi
 
6. unit dan mekanisme kerja perpustakaan
6. unit dan mekanisme kerja perpustakaan6. unit dan mekanisme kerja perpustakaan
6. unit dan mekanisme kerja perpustakaanImam Suwandi
 
5. jenis jenis layanan perpustakaan
5. jenis jenis layanan perpustakaan5. jenis jenis layanan perpustakaan
5. jenis jenis layanan perpustakaanImam Suwandi
 
4. tujuan perpustakaan
4. tujuan perpustakaan4. tujuan perpustakaan
4. tujuan perpustakaanImam Suwandi
 
3. peran perpustakaan dalam masyarakat
3. peran perpustakaan dalam masyarakat3. peran perpustakaan dalam masyarakat
3. peran perpustakaan dalam masyarakatImam Suwandi
 
2. sejarah perpustakaan
2. sejarah perpustakaan2. sejarah perpustakaan
2. sejarah perpustakaanImam Suwandi
 
1. definisi perpustakaan
1. definisi perpustakaan1. definisi perpustakaan
1. definisi perpustakaanImam Suwandi
 
Peta konsep linguistik
Peta konsep linguistikPeta konsep linguistik
Peta konsep linguistikImam Suwandi
 
Peranan menyimak dalam berbahasa
Peranan menyimak dalam berbahasaPeranan menyimak dalam berbahasa
Peranan menyimak dalam berbahasaImam Suwandi
 

Mehr von Imam Suwandi (20)

Rekapitulasi nilai olimpiade
Rekapitulasi nilai olimpiadeRekapitulasi nilai olimpiade
Rekapitulasi nilai olimpiade
 
Daftar 25 besar olimpiade bahasa indonesia
Daftar 25 besar olimpiade bahasa indonesiaDaftar 25 besar olimpiade bahasa indonesia
Daftar 25 besar olimpiade bahasa indonesia
 
Memahami media
Memahami mediaMemahami media
Memahami media
 
Komunikasi massa
Komunikasi massaKomunikasi massa
Komunikasi massa
 
Penalaran
PenalaranPenalaran
Penalaran
 
Sintaksis bahasa indonesia
Sintaksis bahasa indonesiaSintaksis bahasa indonesia
Sintaksis bahasa indonesia
 
9. bahan pustaka dan proses penyajiannya
9. bahan pustaka dan proses penyajiannya9. bahan pustaka dan proses penyajiannya
9. bahan pustaka dan proses penyajiannya
 
8. profesi pustakawan dan kode etiknya
8. profesi pustakawan dan kode etiknya8. profesi pustakawan dan kode etiknya
8. profesi pustakawan dan kode etiknya
 
7. standardisasi peralatan dan perlengkapan perpustakaan
7. standardisasi peralatan dan perlengkapan perpustakaan7. standardisasi peralatan dan perlengkapan perpustakaan
7. standardisasi peralatan dan perlengkapan perpustakaan
 
6. unit dan mekanisme kerja perpustakaan
6. unit dan mekanisme kerja perpustakaan6. unit dan mekanisme kerja perpustakaan
6. unit dan mekanisme kerja perpustakaan
 
5. jenis jenis layanan perpustakaan
5. jenis jenis layanan perpustakaan5. jenis jenis layanan perpustakaan
5. jenis jenis layanan perpustakaan
 
4. tujuan perpustakaan
4. tujuan perpustakaan4. tujuan perpustakaan
4. tujuan perpustakaan
 
3. peran perpustakaan dalam masyarakat
3. peran perpustakaan dalam masyarakat3. peran perpustakaan dalam masyarakat
3. peran perpustakaan dalam masyarakat
 
2. sejarah perpustakaan
2. sejarah perpustakaan2. sejarah perpustakaan
2. sejarah perpustakaan
 
1. definisi perpustakaan
1. definisi perpustakaan1. definisi perpustakaan
1. definisi perpustakaan
 
Sintaksis
SintaksisSintaksis
Sintaksis
 
Pragmatik
PragmatikPragmatik
Pragmatik
 
Peta konsep linguistik
Peta konsep linguistikPeta konsep linguistik
Peta konsep linguistik
 
Analisis wacana
Analisis wacanaAnalisis wacana
Analisis wacana
 
Peranan menyimak dalam berbahasa
Peranan menyimak dalam berbahasaPeranan menyimak dalam berbahasa
Peranan menyimak dalam berbahasa
 

Pengantar linguistik umum

  • 2. APA LINGUISTIK  Berdasarkan Kamus:  Hassan Shadily (1977:633-634): Linguistik adalah penelaahan bahasa secara ilmu pengetahuan. Tujuan utamanya ialah mempelajari suatu bahasa secara deskriptif. Mempelajari bahasa berdasarkan sejarah atau ilmu perbandingan bahasa, berarti mempelajari hubungan satu bahasa dengan bahasa lainnya.
  • 3. APA LINGUISTIK  A.S. HORNBY, E.V. GATENBY, H. WAKEFIELD (1961:733)  Sebagai kata sifat: Linguistics: the study of languages.  Sebagai kata benda: Linguistics: the science of language; methods of learning and s tudying languages. (Linguistik: ilmu pengetahuan bahasa; metoda pelajaran dan belajar bahasa).  Linguist kata benda yang berarti a person who is clever in foreign languages/ orang yang mengetahui bahasa asing (menguasai banyak bahasa.)
  • 4. APA LINGUISTIK Jadi  berdasarkan kamus, Linguistik bermakna ilmu bahasa atau metode mempelajari bahasa.
  • 5. APA LINGUISTIK  Secara etimologis  Linguistik lingua (Latin) yang bermakna bahasa. sama dengan langue, langage (Perancis) berpadanan dengan lengua (spanyol) dan lingua (Italia)  Ferdinand de Saussure, Seorang sarjana swiss yang merupakan pelopor linguistik modern dalam bukunya Cours de linguistique générale (1916) mengemukakan istilah langage, langue dan parole  Langage dalam bahasa Perancis berarti bahasa pada umumnya  Langue dalam bahasa Perancis bermakna bahasa tertentu misalnya bahasa Indonesia, Bahasa Madura, Bahasa Jepang dll.  Parole berarti logat, ucapan, perkataan (speech Ingris)  Language dalam bahasa Ingris maknanya dapat meliputi langue dan langage dalam bahasa Perancis.
  • 6. APA LINGUISTIK  Pendapat Linguis  Ronald W. Longacker (1973:5) Linguistics is the study of human language / Linguistik adalah studi tentang bahasa manusia  John Lyons (1975:1) Linguistics my be defined as the scientific study of language/ Linguistik studi ilmiah tentang bahasa. Jadi Linguistik adalah Ilmu yang mempelajari bahasa secara ilmiah
  • 7. Mengapa Linguistik Umum?  Tidak hanya mempelajari bahasa tertentu /langue  Mempelajari kedudukan bahasa tertentu/ langue dalam langage
  • 8. Bahasa yang bagaimana?  Sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri. Bagaimana Maksudnya ?
  • 9. Bahasa Sebagai Sistem  Bahasa bukanlah unsur yang terkumpul secara tak beraturan.  Karena bersistem maka bahasa bersifat sitematis: bahasa dapat diuraikan atas satuan-satuan terbatas yang berkombinasi denga kaidah-kaidah yang dapat diramalkan.  Selain itu bahasa juga sistemis: bahasa bukanlah sistem yang tunggal melainkan terdiri dari beberapa subsistem yakni subsistem fonologi, subsistem gramatika dan subsistem leksikon.
  • 10. Bahasa adalah sistem lambang penggunaannya berdasarkan perjanjian dan untuk memahaminya harus dipelajari.  Karena lambang maka bermakna: berkaitan dengan segala aspek kehidupan dan alam sekitar masyarakat pemakainya.  Karena lambang maka konvensional: harus dipelajari dan disepakati oleh pemakainya.
  • 11. Bahasa adalah sistem bunyi: Wujud alamiah bahasa adalah bunyi.  Bersifat arbitrer: tak ada hubungan wajib antara satuan-satuan bahasa dengan yang dilambangkannya.  Bersifat produktif:: unsurnya terbatas tetapi dipakai secara tidak terbatas oleh pemakainya. Abjad sedikit, kata banyak, kalimat lebih banyak lagi.
  • 12. Bersifat unik: setiap bahasa mempunyai sistem yang khas yang tidak harus ada dalam bahasa lain.  Bersifat universal. Ada sifat bahasa yang bersifat umum ada yang agak umum/ agak universil.  Bahasa memiliki variasi, dialek, sosiolek dll.  Berfungsi mengidentifikasikan diri. Dengan ciri khas bahasa maka suatu kelompok sisial berbeda dengan kelompok sosial yang lain. Bahasa menunjukkan bangsa.
  • 13. RUANG LINGKUP LINGUISTIK Mikrolinguistik Bidang teoritis Umum (1) Teori Linguistik (2) Linguistik deskriptif (3) Linguistik historis komparatif Khusus(1) Linguistik deskriptif (3) Linguistik historis komparatif
  • 14. Mikrolinguistik  Bidang interdisipliner  Fonetik  Stilistika  Filsafat bahasa  Psikolinguistik  Sosiolinguistik  Etnolinguistik  Filologi  Semiotika  Epigrafi
  • 15. Makrolinguistik  Bidang terapan  Pengajaran bahasa  Penterjemahan  Leksikografi  Fonetik terapan  Sosiolinguistik terapan  Pembinaan bahasa internasional  Pembinaan bahasa khusus  Linguistik medis  Grafologi  Mekanolinguistik
  • 17. HAKIKAT BAHASA A. Chaedar Alwasiah  Sistematik  Manasuka (Arbitrer)  Ucapan/vokal/bunyi  Simbul  Mengacu pada dirinya  Manusiawi  Komunikasi
  • 18. HAKEKAT BAHASA Mansoer Pateda  Berwujud deretan bunyi yang bersistem  Sebagai alat (instrument), mengganti (represent)  Bersifat individual  Bersifat koperatif
  • 19. HAKEKAT BAHASA Harimurti Kridalaksana 1. System 7. Produktif 2. Lambang 8. Unik 3. Bermakna 9. Universal 4. Konvensional 10. Mempunyai variasi 5. Bunyi 11. Mengidentifikasikan 6. Arbitrer diri
  • 20. SISTEM-SISTEM (UNIT ANALISIS)  Sistem Fonologi  Di Amerika fonologi terbagi atas Fonemik dan Fonetik  Di Eropa (Ingris, Belanda) Fonemik disebut fonologi. Jadi ada fonologi dan fonetik.
  • 21. Fonetik  Fonetik adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa  Ada tiga cabang ilmu fonetik:
  • 22. JENIS FONETIK  Fonetik artikulatoris: bagaimana serta alat ucap yang mana bunyi bahasa dihasilkan. Bunyi yang dihasilkan ditulis dengan tulisan fonetik.  Fonetik akustis: mempelajari bunyi bahasa sebagai gelombang bunyi. Dengan alat khusus (spektograf) didapat grafik yang menunjukkan frekuensi, intensitas, dan waktu bunyi bahasa tertentu. Perlu ilmu matematika dan fisika.  Fonetik auditoris: Menyelidiki bunyi bahasa sebagai sesuatu yang diterima oleh pendengar. Menjadi objek ahli syaraf.
  • 23. BAGAN JENIS FONETIK 1 2 3 Fonetik Fonetik Fonetik Artikulatoris Akustis Auditoris
  • 24. ALAT UCAP 6. .Anak tekak 7. .Bibir bawah 8. .Gigi bawah 9. .Ujung lidah 10. .Daun lidah 11. .Tengah lidah 12. Punggung lidah 13. Glotis 1. Bibir atas 14. Rongga mulut 2. Gigi atas 15. Rongga hidung 3. Gusi 16. Rongga tekak 4. Langit-langit keras 17. Pangkal 5. Langit-langit lunak tenggorokan
  • 25. Aliran Udara  Tiga macam mekanisme aliran udara:  mekanisme aliran udara paru-paru;  mekanisme aliran udara glotal, dan  mekanisme aliran udara langit-langit lunak. Hanya mekanisme aliran udara paru-paru yang dipergunakan menghasilkan bunyi bahasa.  Mekanisme aliran udara paru-paru terdiri dari paru-paru dan otot-otot pernapasan. Otot- otot itu menggerakkan paru-paru yang merupakan pemangkal atau inisiator sehingga udara dikeluarkan atau dimasukkan.   Aliran udara ke luar (egresif) digunakan dalam berbicara. Aliran udara ke dalam (ingresif) menyertai peristiwa nonlinguistis seperti menguap atau mendengkur.  Aliran udara paru-paru (pulmonik) yang keluar masuk paru-paru melewati batang tenggorokan (trachea) yang pada bagian atasnya terdapat pangkal tenggorokan (atau larings) atau kotak suara. Pada kotak suara terdapat pita-pita suara, memanjang dari depan ke belakang di bagian atas pangkal tenggorokan.  Celah di antara pita-pita suara yang merupakan pintu dari batang tenggorokan ke tenggorokan disebut glotis. Pita-pita suara dapat mengubah-ubah posisinya dengan merapatkan, mendekatkan, ataupun menjauhkan satu sama lain, keadaan glotis pun ikut berubah-ubah. Keadaan glotis itu merupakan salah satu ciri yang ikut menentukan macam bunyi yang terjadi.
  • 26. Tiga Macam Keadaan Glotis  Jika pita-pita suara berjauhan, sehingga glotis menjadi terbuka cukup lebar, udara bisa keluar dengan bebas. Keadaan ini terjadi bila kita bernapas atau bila kita sedang mengucapkan bunyi tak bersuara seperti s,f,p.t,dan k.  Jika pita-pita suara berdekatan, sehingga glotis menjadi sempit, udara yang hendak kelar menjadi agak terhambat. Akibatnya udara yang terpaksa melewati celah yang sempt itu menggetarkan pita-pita suara. Getaran ini menimbulkan bunyi yang disebut suara. Karena itu, bunyi yang dihasilkan dengan keadaan glotis menyempit seperti itu misalnya o, i, z, m, dan g, disebut bunyi bersuara.  Getaran suara dapat kita rasakan bila kita memegang bagian luar tenggorokan bagian depan atau menutup telinga pada waktu kita mengucapkan bunyi bersuara.  Jika pita-pita suara merapat dengan kekuatan yang cukup untuk mencegah terbukanya pita-pita itu, dengan kata lain glotis menjadi tertutup sama sekali, aliran udara sama sekali terhambat dan paru-paru tidak mempunyai hubungan dengan udara luar. Membuat penutupan seperti ini memang fungsi yang asli dari pita-pita suara, misalnya pada waktu kita batuk atau menahan beban yang berat. Penutupan ini juga menghasilkan bunyi bahasa yang disebut hambat glotal atau hamzah.
  • 27. Dua Jalan Keluar Aliran Udara  Hidung dan mulut  Jalan melalui hidung dapat dibuka atau ditutup oleh suatu klep yang berada pada persimpangan jalan ke luar. Klep ini disebut anak tekak (uvula)  Dalam rongga mulut bagian atas terdapat langit-langit keras (palatum) dan langit-langit lunak (velum). Palatum berada di belakang gigi depan atas. Velum terletak di belakang langit-langit keras sampai ke anak tekak yang juga lunak. Langit-langit keras tak dapat bergerak, langit-langit lunak dapat digerakkan ke atas dan ke bawah oleh otot-otot yang ada padanya.  Langit-langit lunak (atau velum) merupakan bagian yang menguasai jalan udara melalui hidung. Bila langit-langit lunak bergerak ke bawah maka jalan udara ke hidung terbuka, tetapi bila langit-langit lunak bergerak ke atas dan merapat pada dinding belakang rongga tekak (kerongkongan atau farings) maka jalan udara ke hidung tertutup.  Bila langit-langit lunak naik, satu-satunya jalan ke luar aliran udara ialah melalui mulut; sedangkan bila turun, udara dapat ke luar melalui kedua jalan, yaitu melalui mulut dan melalui hidung. Tiap bunyi yang dihasilkan tanpa penutupan langit-langit lunak disebut bunyi sengau atau nasal, sedangkan tiap bunyi yang dihasilkan dengan penutupan langit-langit lunak disebut bunyi mulut atau oral (lihat gambar)
  • 28. Analisis bunyi: vokal dan konsonan  Bunyi-bunyi bahasa tidak diucapkan lepas-lepas dalam ujaran, melainkan selalu dalam rangkaian dengan bunyi-bunyi lain. Karena itu, untuk mempelajari bunyi bahasa itu satu persatu, kita perlu memecah rangkaian tempat bunyi itu berada.  Rangkain bunyi yang dapat kita pakai untuk memulai pekerjaan kita ialah suku kata, karena suku kata inilah bentuk yang paling kecil yang dapat diucapkan.  Analisa suku kata menghasilkan segmen (segmen) yang terdiri dari dua kelas, yaitu vokal dan konsonan. Segmen vokal ditandai oleh tidak adanya hambatan yang berarti terhadap udara yang keluar. Segmen inilah yang biasanya menjadi puncak dari suku kata yang mengandung segmen itu. Sebagai puncak suku kata, vokal merupakan segmen yang paling nyaring. Sebaliknya, jika sebuah segmen ditandai oleh hambatan sempurna terhadap udara atau hambatan yang menyebabkan gangguan lokal terhadap udara, segmen itu adalah konsonan. Konsonan pada umumnya tidak merupakan puncak suku kata, karena kenyaringannya yang rendah
  • 29. Konsonan  Telah kita sebutkan bahwa pada pembentukan konsonan aliran udara menemui berbagai hambatan atau penyempitan. Sifat dan tempat hambatan atau penyempitan inilah yang banyak memberikan ciri kepada konsonan yang terjadi. Penutupan atau penyempitan dapat terjadi di mana saja menurut kemampuan alat-alat ucap kita.  Untuk memberikan suatu konsonan kita harus memperlihatkan ukuran-ukuran berikut.  Pertama, bagaimana posisi glotis. Jika glotis dalam keadaan terbuka, maka konsonan itu konsonan tak bersuara; sedangkan jika glotis menyempit dan pita suara bergetar, maka konsonan itu konsonan bersuara.  Kedua, artikulator mana yang aktif menghalangi udara. Artikulator aktif ialah alat ucap yang secara aktif bergerak menghalangi perjalanan udara, terutama bibir bawah dan lidah. Karena lidah dapat melakukan penghalangan yang bermacam-macam dengan bagian lidah yang berbeda- beda, lidah dibagi menjadi beberapa bagian. Banyaknya bagian bergantung kepada keperluan ketelitian pemerian. Di sini kita ak an membagi lidah menjadi ujung lidah, daun lidah (yang berada di belakang ujung lidah bertentangan dengan gusi atas depan jika sedang istiraha t), tengah lidah (yang berada di bawah langit-langit keras), dan punggung lidah atau belakang lidah (yang berada di bawah langit-langit lunak).  Konsonan yang menggunakan bibir bawah bagian artikulator aktif disebut konsonan labial, misalnya p, b, dan m. Konsonan yang berartikulator ujung lidah, misalnya O, disebut konsonan apikal. Yang berartikulator daun lidah misalnya c dan j, disebut konsonan laminal; sedangkan yang verartikulator punggung lidah, seperti g dan k, disebut konsonan dorsal.  Ketiga, bagian mana yang menjadi artikulator pasif. Artikulator pasif adalah alat ucap yang pada umumnya tidak bergerak yang disentuh atau didekati artikulator aktif. Artikulator pasid yang disebut juga titik artikulasi atau daerah artikulasi, terdiri dari bibir atas, gigi atas, gusi atas, langit- langit keras, langit-langit kunak, dan dinding belakang kerongkongan. Pembagian artikulator pasif ini juga dilakukan menurut keperluan ketelitian pemerian.  Konsonan yang memakai artikulator pasif bibir atas disebut konsonan labial, misalnya b dan m; yang berartikulator pasif gigi atas disebut konsonan dental, misalnya Q; yang menggunakan langit-langit keras disebut konsonan palatal, misalnya c dan j; dan yang menggunakan langit-langit lunak, misalnya k dan g, disebut konsonan velar.  Keempat, bagaimana cara menghalangi udara. Cara menghalangi udara yang disebut juga cara (ber)artikulasi, adalah cara artikulator aktif menghalangi udara di daerah artikulasinya. Tujuh cara berartikulasi diberikan di bawah ini  Ertikulator menghambat sepenuhnya aliran udara, sehingga udara mampat di belakang penutupan itu. Cara ini menghasilkan konsonan hambat. Karena pembukaan hambatan ini menyebabkan terjadinya letupan, konsonan hambat disebut juga konsonan letupan. Contoh konsonan ini ial ah : p, t, k, b, d, g.  Artikulator aktif mendekati artikulator pasof, membentuk velah sempit sehingga udara yang lewat mendapat gangguan di celah itu. Cara ini menghasilkan kondonan geseran atau frikatif, misalnya f, s, dan z.  Artikulator aktif menghambat sepenuhnya aliran udara, lalu membentuk celah sempit dengan artikulator p-asif. Cara ini merupakan gabungan cara (1) dan (2) dan menghasilkan konsonan paduan atau afrikat, misalnya t dan d dalam kata inggris chair dan bridge.  Artikulator menghambat sepenuhnya aliran udara melalui rongga mulut tetapi membiarkan udara melewati rongga hidung dengan beb as. Cara berartikulasi ini menghasilkan kondonan sengauan atau nasal, misalnya m dan n.  Artikulator aktif melakukan kontak beruntun dengan artikulator pasif seperti dalam pengucapan r. Cara ini menghasilkan konsonan getar atau tril.  Artikulator akhtif menghambat udara di bagian tengah mulut, tetapi membiarkan udara ke luar melewati samping lidah, seperti penguvapan l. Konsonan yang dihasilkan dengan cara ini disebut kondonan sampingan atau lateral.  Dengan saliran udara di tengah mulut artikulator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka (seperti dalam pembentukan vokal), tetapi tidak cukup sempit untuk dapat menghasilkan geseran. Cara ini menghasilkan kondonan hampiran atau aproksiman, misalnya w dan y.
  • 30. 4.3.2 Penamaan konsonan  Konsonan diberi nama dengan menyebutkan secara berurut cara berartikulasi, artikulator aktif dan daerah artikulasi, dan keasaan glotis. Dibawah ini diberikan beberapa contoh.  t adalah konsonan letupan lamino-alveolar tak bersuara  d adalah konsonan letupan lamino-alveolar bersuara  g adalah konsonan letupan dorso-velar bersuara  s adalah konsonan geseran lamino-alveolar tak bersuara  m adalah konsonan sengauan labio-labial bersuara atau sengauan bilabial bersuara
  • 31. 4.3.3 Vokal  Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan tanpa penutupan atau penyempitan di atas glotis. Bunyi vokal berbeda-beda menurut bentuk rongga di atas glotis yang dilalui udara pada saat pengucapan vokal-vokal itu. Kebanyakan vokal dibuat dengan menutup jalan udara melalui hidung. Jika dalam pembuatan vokal jalan ke hidung dibuka juga, maka yang terjadi adalah vokal sengau seperti yang terdapat dalam kata-kata Prancis bon, grand, dan vin, atau seperti bunyi huruf a dalam kata mangkir.  Bentuk rongga terutama dipengaruhi oleh posisi lidah dan bentuk bibir. Lidah yang lincah itu dapat bergerak ke depan, ke belakang, ke bawah, ke atas. Bibir dapat membulat atau memipih. Sekarang dapat kita katakan bahwa kualitas vokal ditentukan oleh tiga faktor: faktor maju-mundurnya lidah, faktor naik-turunnya lidah, dan faktor bentuk bibir.  Untuk pembicaraan tahap pengantar ini kita akan membagi gerak horisontal menjadi tiga posisi : depan, pusat, belakang; gerak vertikal menjadi tiga: tinggi atau atas, tengah, rendah atau baeah; bentuk bibir menjadi dua: bulat dan tak bulat. Berdasar pembagian itu kita menggolongkan vokal sebagai vokal depan, vokal pusat, vokal belakang, vokal tinggi atau atas, vokal tengah, vokal rendah atau bawah, vokal bulat atau vokal tak bulat.  Vokal depan, misalnya i dan e, dibuat dengan bagian tertinggi dari lidah pada posisi depan di rongga mulut. Vokal belakang, misalnya u dan o, dibuat dengan bagian tertinggi dari lidah pada posisi belakang di rongga mulut. Vokal tinggi, misalnya i dan u, dibuat dengan bagian tertinggi dari lidah pada posisi tinggi di rongga mulut. Demikian seterusnya, setiap possis menunjukkan letak bagian yang tertinggi dari lidah. Vokal bulat, misalnya u dan o, dibuat dengan membulatkan bibir; sedangkan vokal tak bulat, misalnya i dan e, dibuat dengan tidak membulatkan bibir.
  • 32. Penamaan vokal  Vokal diberi nama dengan menyebutkan faktor maju mundurnya lidah, faktor naik-turunnya lodah, dan faktor bentuk bibir, misalnya,  i adalah vokal depan tinggi (atau atas) tak bulat  u adalah vokal belakang tinggi (atau atas) bulat  e adalah vokal depan tengah tak bulat  ə adalah vokal pusat tengah tak bulat  a adalah vokal depan rendah (atau bawah) tak bulat  ɑ adalah vokal pusat rendah (atau bawah) tak bulat
  • 33. DEPAN PUSAT BELAKANG TINGGI TENGAH RENDAH
  • 34. 4.3.5 Diftong  Dalam banyak bahasa terdapat rangkaian bunyi yang segmen pertamanya berupa vokal dan segmen keduanya berupa bunyi hampiran. Rangkaian ini selalu berada dalam satu suku kata.  Karena ciri bunyi hampiran dekat sekali dengan ciri vokal, banyak orang mengatakan bahwa segmen yang kedua tersebut adalah vokal. Karena itu rangkaian demikian dahulu disebut vokal rangkap. Sebutan vokal rangkap sebenarnya kurang tepat. Dua vokal yang kebetulan muncul berurutan selalu merupakan angguta dari dua suku kata. Jika demikian maka diftong sebenarnya adalah sebuah vokal.  Diftong dibedakan berdasarkan tinggi rendah posisi unsur-unsurnya. Jika posisi bunyi keduanya lebih tinggi (misal pada kata gulai) disebut diftong naik (rising diphtong), sebaliknya disebut diftong tutun (falling diphtong) misal: ear dalam bahasa Inggris.  Gambar berikut menunjukkan arah pergerakkan unsur pertama ke unsur kedua dari diftong.
  • 36. Tulisan Fonetis  Pembicaraan secara tertulis mengenai bunyi bahasa memerlukan alat ayau cara untuk menunjukkan bunyi-bunyi tersebut. Alat itu disebut tulisan atau abjad fonetik yang berupa huruf-huruf Latin dengan beberapa huruf tambahan dan tanda-tanda pemerlain (atau tanda diakritik).  Sebagai contoh penggunaan huruf tambahan dapat dikemukakan huruf ə dan ŋ yang melambangkan bunyi huruf e dan ng dalam kata senang. Tanda diakritik ~ pada ã misalnya, menunjukkan ciri sengau vokal itu; sedangkan tanda : sering dipakai untuk menunjukkan panjang.  Huruf tambahan dan tanda pemerlain itu diperlukan mengingat bahwa jumlah atau macam bunyi bahasa melebihi jumlah huruf dalam abjad latin. Setiap huruf dalam tulisan fonetis melambangkan satu bunyi bahasa. Huruf- huruf itu ditulis dalam kurung siku [ ]. Berikut ini adalah sebagian dari simbol fonetik yang ditetap kan oleh IPA (International Phonetics Asosiation). Daftar simbol fonetik selengkapnya dapat dilihat pada situs WWW.ipa.com atau WWW.uefap.com.
  • 37. Contoh Simbol Fonetik S im b o l C o n to h S im b o l C o n to h
  • 38. Asimilasi Fonetis  Saling pengaruh diantara bunyi-bunyi yang saling berangkai, dengan akibat bunyi-bunyi tersebut menjadi sama atau mirip.  Contoh: vokal yang berada dalam satu rangkaian dengan konsonan sengau dalam bahasa Indonesia pada umumnya memperoleh warna sengau, seperti dalam kata lengang [l∂ŋăŋ]. Vokal yang berada dalam suku kata tertutup (yakni suku kata yang berakhir dengan konsonan) cenderung lebih pendek daripada yang terdapat dalam suku kata terbuka (yakni suku kata yang berakhir dengan vokal).
  • 39. Unsur Suprasegmental  Unsur-unsur seprasegmental: panjang pendek, tekanan, dan nada.  Panjang-pendek suatu bunyi bahasa menunjukkan lama waktu dipertahankannya posisi alat ucap.  Dalam tulisan fonetik, tanda : dan :: atau lambang rangkap seperti tt, kk, dan ss dapat dipakai untuk menandai panjang.  Keras lemahnya tekanan ditandai oleh gerak alat-alat ucap yang lebih bertenaga dan menggunakan otot-otot yang lebih tegang dalam menghasilkan bunyi.  Dalam tulisan fonetik tanda / menunjukkan tekanan keras, ^ untuk tekanan sekunder, dan untuk tekanan tersier.  Nada didasarkan pada frekuensi getaran yang ditimbulkan pita suara. Makin tinggi frekuensi makin tinggi nadanya.  Dalam tulisan fonetik nada ditandai dengan angka. Angka 1,2,3, dan 4 berturut-turut menunjukkan nada rendah, normal, tinggi, dan amat tinggi.
  • 40. Fonemik  Tidak semua perbedaan bunyi menimbulkan perbedaan makna (fungsional)  Orang awam pada umumnya hanya memperhatikan perbedaan yang fungsional, yang dalam bahasanya berfungsi membedakan makna.  Fungsional atau tidak perbedaan suatu bunyi bergantung kepada bahasanya. Fungsional dalam bahasa Indonesia tidak harus fungsional dalam bahasa lain.  Contoh, perbedaan r dengan l yang jelas terdengar oleh para pemakai bahasa Indonesia pada umumnya tidak akan terdengar oleh telinga Jepang atau Mandarin, karena perbedaan itu tidak bersifat fungsional dalam bahasa Jepang atau Mandarin. Sebaliknyam bagi pembicara bahasa lain, perbedaan i pertama dengan i kedua dalam kata pemimpin mungkin terdengar jelas sekali.
  • 41. Fonem  Dalam tiap bahasa, orang secara tidak sadar mengelompokkan berbagai bunyi yang diucapkannya ke dalam satuan-satuan fungsional terkecil yang disebut fonem. Fonem, penggolongan fonem, distribusi fonem adalah hal- hal yang dipelajari dalam fonemik.  Berdasarkan keterangan di atas dapatlah dikatakan fonem adalah abstraksi dari bunyi-bunyi bahasa.  Walaupun fonem tidak sama dengan bunyi bahasa, fonem diberi nama sesuai dengan nama salah satu bunyi bahasa yang merealisasikannya. Nama-nama itu misalnya konsonan bilabial, konsonan bersuara, konsonan geseran velar bersuara, vokal depan atas, dan sebagainya. Lambang yang digunakanpun sama dengan yang digunakan untuk melambangkan bunyi. Bedanya, lambang fonem ditaruh di antara dua garis miring, sedangkan lambang bunyi ditaruh dalam tanda kurung suku. Jadi, misalnya, /m/ adalah fonem konsonan sengau bilabial, sedangkan [m] adalah bunyi konsonan sengau bilabial.