2. Pendahuluan
• Benturan sosial demi benturan sosial sejak era reformasi
berlangsung dengan mengambil bentuk aneka-rupa
serta menyentuh hampir di segala aspek (“fra m e o f
c o nflic t”) kehidupan masyarakat (konflik a g ra ria ,
s um be rd a y a a la m , na fka h, id e o lo g i, id e ntita s -ke lo m p o k,
ba ta s te rito ria l, dll)
• Satu hal yang perlu dicatat adalah bawa apapun bentuk
benturan sosial yang berlangsung akibat dari konflik
sosial, maka akibatnya akan selalu sama yaitu stress
sosial, kepedihan (bitterness), disintegrasi sosial yang
seringkali juga disertai oleh musnahnya aneka aset-aset
material dan non-material
3. • Kehancuran asset asset non-material yang paling
kentara ditemukan dalam wujud “dekapitalisasi” modal
sosial :
– hilangnya trust di antara para-pihak yang bertikai,
– rusaknya networking,
– hilangnya c o m p lia nc e pada tata aturan norm dan
a
tatanan sosial yang selama ini disepakati bersama-
sama.
• Konflik sosial bisa berlangsung pada a ra s a nta r-rua ng
ke kua s a a n. Terdapat tiga ruang kekuasaan yang dikenal
dalam sebuah sistem sosial kemasyarakatan, yaitu
“ruang kekuasaan negara”, “masyarakat sipil atau
kolektivitas-sosial”, dan “sektor swasta” (Bebbington,
1997; dan Luckham, 1998).
• Konflik sosial bisa berlangsung di dalam setiap ruangan
ataupun melibatkan agensi atau struktur antar-ruangan
kekuasaan..
4. Masyarakat sipil atau
Masyarakat sipil atau
Kolektivitas Sosial
Kolektivitas Sosial
“ruang kekuasaan”
dimana konflik sosial
mungkin berlangsung
Swasta/badan ekonomi
Swasta/badan ekonomi
Negara/ Pemerintah
Negara/ Pemerintah Berorientasi Profit
Berorientasi Profit
Tiga Ruang dimana konflik sosial dapat berlangsung
5. • Dengan mengikuti model konflik sosial berperspektifkan
ruang-kekuasaan dari Bebbington (1997), maka konflik
sosial antar “pemangku kekuasaan” dapat berlangsung
dalam tiga bentuk, yaitu:
– Warga masyarakat sipil atau kolektivitas sosial
berhadap-hadapan melawan negara dan sebaliknya,
Ex. Perlawanan Asosiasi pedagang kaki limaterhadap
penggusuran pemprov DKI
– Konflik sosial yang berlangsung antara warga
masyarakat atau kolektivitas sosial melawan swasta
dan sebaliknya, Ex. Perseteruan antara komunitas
lokal melawan perusahaan pertambangan
multinasional di Papua
– Konflik sosial yang berlangsung antara swasta
berhadap-hadapan melawan negara dan sebaliknya
6. Kedalaman dan Skala Konflik
• Sebagai bagian dari proses-proses sosial,
dalam banyak kasus dijumpai bahwa konflik
sosial tidak berlangsung secara serta-merta.
– Meski tipe konflik sosial yang bersifat
“s p o nta ne o us c o nflic t” tetap ada (misalnya
tawuran para pendukung kesebalasan
sepakbola yang sedang bertanding), namun
jenis konflik yang “serta-merta” tersebut
biasanya lebih mudah dikendalikan dan
segera diredam, daripada yang bersifat
ko ns truktif dan o rg a niz e d .
7. • Ada sejumlah prasyarat yang memungkinkan konflik sosial
dapat berlangsung, antara lain:
1. Ada isyu-kritikal yang menjadi perhatian bersama
(commonly problematized) dari para pihak berbeda
kepentingan,
2. Ada inkompatibilitas harapan/kepentingan yang
bersangkut-paut dengan sebuah obyek-perhatian para pihak
bertikai,
3. Gunjingan/gossip atau hasutan serta fitnah merupakan
tahap inisiasi konflik sosial yang sangat menentukan arah
perkembangan konflik sosial menuju wujud riil di dunia
nyata,
4. Ada kompetisi dan ketegangan psiko-sosial yang terus
dipelihara oleh kelompok-kelompok berbeda kepentingan
sehingga memicu konflik sosial lebih lanjut.
5. “masa kematangan untuk perpecahan”
6. clash yang bisa disertai dengan violence (kerusakan dan
kekacauan).
8. • Konflik sosial bisa berakibat sangat luas dan
berlangsung dalam jangka waktu lama, bila
semua tahapan tersebut diorganisasikan
dengan baik (organized social conflict)
seperti yang terjadi antara Republik
Indonesia melawan Gerakan Aceh Merdeka
(GAM) beberapa waktu lalu
• Dampak konflik dapat cepat ditekan
perluasannya, jika sifatnya tidak
terorganisasikan dengan baik (unorganized
social conflict).
9. • Jikalau dilihat dari perspektif kecepatan reaksi, maka
konflik sosial dapat berlangsung dalam beberapa
bentuk, yaitu:
– Gerakan sosial damai (p e a c e ful c o lle c tive a c tio n)
yang berlangsung berupa aksi penentangan, yang
dapat berlangsung dalam bentuk: aksi korektif,
mogok kerja, dll.
– Demonstrasi (d e m o ns tra tio ns ) atau protes bersama
(p ro te s t g a the ring s ) adalah kegiatan yang
mengekspresikan atas ketidaksepahaman yang
ditunjukkan oleh suatu kelompok atas suatu isyu
tertentu .
Aksi kolektif seperti ini biasanya diambil
sebagai protes yang reaksioner yang
dilakukan secara berkelompok
– Kerusuhan dan huru-hara (rio ts ), adalah peningkatan
derajat keberingasan (d e g re e o f vio le nc e ) dari
sekedar demonstrasi
10. • Pemberontakan (re be llio ns ) adalah konflik sosial
berkepanjangan yang biasanya digagas dan
direncanakan lebih konstruktif dan
terorganisasikan dengan baik
– Pemberontakan bisa menyangkut
perjuangan atas suatu kedaulatan atau
mempertahankan “kawasan” termasuk
eksistensi ideologi tertentu
• Aksi radikalisme-revolusioner (re v o lutio ns )
adalah gerakan penentangan yang
menginginkan perubahan sosial secara cepat
atas suatu keadaan tertentu
• Perang adalah bentuk konflik antar negara yang
sangat tidak dikehendaki oleh masyarakat dunia
karena dampaknya yang sangat luas terhadap
kemanusiaan
11. Bingkai Konflik Sosial
• Coser (1967) mendefinisikan konflik
sosial sbb: “s o c ia l c o nflic t is a
s trug g le o ve r va lue s o r c la im s to
s ta tus , p o we r, a nd s c a rc e re s o urc e s ,
in whic h the a im s o f the c o nflic t
g ro up s a re no t o nly to g a in the
d e s ire d va lue s , but a ls o to ne utra lis e ,
injure , o r e lim ina te riva ls ”.
12. • Isyu-isyu kritikal yang membingkai konflik sosial yang
seringkali dijumpai dalam sistem sosial (di segala
tataran) adalah:
1. Konflik antar kelas sosial (s o c ia l c la s s c o nflic t)
sebagaimana terjadi antara “kelas buruh” melawan
“kelas majikan” dalam konflik hubungan-industrial
2 . M d e s o f p ro d uc tio n c o nflic t (konflik moda produksi
o
dalam perekonomian) yang berlangsung antara
kelompok pelaku ekonomi bermodakan (cara-
produksi) ekonomi p e a s a ntry -tra d is io na lis m e
(pertanian skala kecil subsisten-sederhana)
melawan para pelaku ekonomi bersendikan moral-
ekonomi akumulasi profit dan eksploitatif.
13. 3. Konflik sumberdaya alam dan lingkungan (na tura l
re s o urc e s c o nflic t) adalah konflik sosial yang berpusat
pada isyu “c la im dan re c la im ing ” penguasaan
sumberdaya alam (tanah atau air) sebagai pokok
sengketa terpenting, ex. Konflik agraria
4. Konflik ras (e thnic s a nd ra c ia l c o nflic t) yang
mengusung perbedaan warna kulit dan atribut sub-
kultural yang melekat pada warna kulit pihak-pihak
yang berselisih
5. Konflik antar-pemeluk agama (re lig io us c o nflic t) yang
berlangsung karena masingmasing pihak
mempertajam perbedaan prinsip yang melekat pada
ajaran masing masing agama yang dipeluk mereka
6. Konflik sektarian (s e c ta ria n c o nflic t), adalah konflik
yang dipicu oleh perbedaan pandangan atau ideologi
yang dianut antar pihak
14. • Konflik politik (p o litic a l c o nflic t) yang berlangsung dalam
dinamika olahkekuasaan (p o we r e x e rc is e ).
• G e nd e r c o nflic t adalah konflik yang berlangsung antara
dua penganut pandangan berbeda dengan basis
perbedaan adalah jenis-kelamin
– Para pihak mengusung kepentingan-kepentingan
(politik, kekuasaan, ekonomi, peran sosial) yang
berbeda dan saling berbenturan antara dua kelompok
penyokong yang saling berseberangan
• Konflik-konflik antar komunitas (c o m m una l c o nflic ts ),
yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
eksistensi identitas budaya komunitas dan faktor
sumberdaya kehidupan (s o urc e s o f s us te na nc e ).
15. • Konflik teritorial (te rrito ria l c o nflic t) adalah konflik
sosial yang dilancarkan oleh komunitas atau
masyarakat lokal untuk mempertahankan
kawasan tempat mereka membina kehidupan
selama ini.
• I r-s ta te c o nflic t adalah konflik yang
nte
berlangsung antara dua negara dengan
kepentingan, ideologi dan sistem ekonomi yang
berbeda dan berbenturan kepentingan dengan
pihak lain negara
• Dalam kecenderungan global, inte r-s ta te c o nflic t
bisa berkembang menjadi re g io na l c o nflic t
sebagaimana terjadi pada era “perang dingin”
(Blok Uni Soviet vs Blok USA), atau peperangan
di Balkan pada akhir dekade 1990an, dimana
USA dan NATO menghabisi Serbia
16. Profil Konflik Sosial di Lingkungan
Perkebunan
• Masalah konflik lahan
• Pertentangan antara pendatang dengan
pribumi
• I ba la nc ing dalam pengupahan
m
• Tuntutan fasilitas hidup yang layak
• Perselingkuhan
19. Resolusi Konflik
• Pemetaan adalah langkah pertama in c o nflic t
m a na g e m e nt, pemetaan konflik membuat para
pihak yang bertikai maupun inte rve no r (yang
melakukan intervensi–dalam arti positif mediator,
dalam arti negatif provokator) mendapatkan
pemahaman yang lebih jelas mengenai akar konflik,
na ture dan dinamika konflik serta berbagai
kemungkinan untuk mengakhiri atau
memperpanjang konflik
• Perlu disadari bahwa bagaimanapun juga konflik
adalah sebuah proses sosial yang berubah terus
menerus. Karenanya, p e m e ta a n ko nflik jug a ha rus
d ila kuka n be rula ng -ula ng
20. • Peta konflik yang baik hendaklah
meliputi c o nflic t his to ry, c o nflic t
c o nte x t, c o nflic t p a rtie s , is s ue s ,
d y na m ic s , dan a lte rna tive ro ute s to
s o lutio n. (Kenneth E. Boulding)
n
• Hal lain yang menurut Boulding
penting untuk disertakan pada peta
itu adalah kemungkinan berbagai
c o nflic t re g ula tio n dan the us ing o f the
m ap.
21. • Conflict history memuat berbagai
akar konflik dan peristiwa-peristiwa
besar yang menandai perjalanan
konflik dari waktu ke waktu.
– Hal ini penting untuk mengetahui mana
yang merupakan hasil relasi interaktif
antar-pihak yang terlibat dalam konflik
(termasuk pihak ketiga), dan mana yang
merupakan the o rig in c o nflic t
22. • Conflict context idealnya menjelaskan
lingkup dan karakter konteks maupun
setting yang melahirkan dan melatari
konflik.
– Mulai dari wilayah geografi, struktur
politik, berbagai bentuk relasi (sosial,
politik dan ekonomi), juga badan-badan
otoritas, pola komunikasi dan jaringan,
proses pengambilan keputusan di
tingkat lokal, nasional, dan
internasional.
23. • Conflict parties menjelaskan
mengenai pihak-pihak yang terlibat
dalam sebuah konflik .
• Kesalahan membaca siapa
melakukan apa dan memperoleh apa
dari sebuah medan konflik yang
penuh intrik dan tarik menarik akan
membuat peta konflik tak berguna
sama sekali
24. • Ada tiga jenis pihak dalam sebuah medan
konflik :
– Prim a ry p a rty adalah pihak yang memiliki
tujuan jelas dari konflik tersebut. Kelompok ini
tampak secara terang-terangan melakukan
aksi untuk menarik kepentingan dari pihak
lawan
– Se c o nd a ry p a rty adalah pihak yang tidak
terlibat langsung, namun jelas memiliki
kepentingan yang juga tidak sedikit dalam
sebuah konflik
– I re s te d third p a rty adalah pihak yang
nte
memiliki kepentingan terhadap hasil akhir dari
25. • Issues atau inti persoalan dalam sebuah
konflik dapat diidentifikasi berdasar
pada, setidaknya tiga penyebab utama:
– Ketidaksepakatan mengenai what is,
– Ketidaksepakatan mengenai what is
should be,
– Ketidaksepakatan mengenai who will
get what.
26. • Dynamic. Hampir semua konflik sosial
Dynamic
memiliki pola dinamika yang sama, mulai
dari dinamika yang tampak dipermukaan,
dinamika yang muncul, berubah dan
dikembangkan, dinamika polarisasi,
dinamika yang berputar seolah
meninggalkan medan konflik namun
sebenarnya kembali masuk menusuk, dan
dinamika yang dihasilkan oleh praduga-
praduga .
27. • Yang tidak kalah penting juga di dalam
resolusi konflik adalah mengembangkan
gagasan gagasan positif yang
menguntungkan para pihak yang bertikai
di medan konflik
– Sehingga dapat menghilangkan
ketidaksepakatan diantara pihak yang
konflik (perdamaian)
– Tetapi jika kita ingin bermaksud untuk
memperkeruh keadaan, maka gunakan
berbagai cara untuk memanipulasi
gagasan.