2. Pertanyaan Pokok
Apa artinya menjadi (seorang)
Katolik?
Mengapa Anda tetap menjadi
(seorang) Katolik?
Bagaimana kita menjadi (seorang)
Katolik yang sejati?
3. Tantangan Zaman
Dunia yang semakin
sekuler dan global
sekularisme dan
materialisme
Kenyataan pluralitas
budaya dan agama
pluralisme dan
relativisme
Realitas Kemiskinan dan
kesenjangan sosial
tindak kejahatan dan
perusakan alam
4. “Ancaman” dari Yang Lain
Gerakan
Fundamentalisme
Keagamaan yang
mengancam
Gerakan “Gereja-
gereja Baru” yang
menggoda
Gerakan “New Age”
yang memikat
5. Ketidaksempurnaan Gereja Katolik
Hukum Gereja Katolik
yang berat dan liturgi
Latin yang kaku
Ajaran Gereja pasca
Konsili Vatikan II yang
tidak tegas serta
minimnya katekese
umat
Cara hidup sejumlah
pemimpin Gereja yang
mewah dan terlibat
skandal
6. Kerapuhan Umat Beriman
Ketidakdewasaan
pribadi-personal-
relasional
Dasar iman yang tidak
kuat dan pembinaan
iman yang minim yang
menyebabkan rasa
“rendah diri”
“Luka Batin” dengan
pimpinan atau sesama
anggota Gereja
7. Being Catholic:
What does it mean?
Konferensi Waligereja Indonesia, Iman
Katolik, Buku Informasi dan Referensi,
Jakarta, 1996, ix-x.
8. Manusiawi …
“Seorang Katolik adalah orang yang biasa. Ia perlu makan
dan minum. Ia membutuhkan kawan dan mencari
kesetiakawanan. Ia harus bekerja dan mencari nafkah. Ia
bisa sakit dan pasti suatu saat akan mati. Ia berasal dari
sebuah keluarga dan (kebanyakan) membangun keluarga
juga. Ia belajar, berkembang dan ikut membangun
masyarakat.
Ia juga punya agama. Agama yang khusus. Agama Katolik.
Karena agamanya ia disebut “Katolik”. Katolik berarti
“umum”, dan ia memang terlibat dalam hidup yang umum. Ia
tidak menutup diri atau hidup dalam ghetto.
Sebagai orang Katolik, tentu ia memiliki kekhususan sendiri,
namun lebih banyak hal yang umum, yang sama dengan
semua orang. Bahkan dalam hal agama pun ada banyak
kesamaan dengan orang lain.”
9. Kristiani …
“Secara khusus orang Katolik merasa diri satu dengan
semua orang yang mengaku diri orang Kristen, sebab hidup
imannya berpusat pada Yesus kristus. Karena imannya akan
Yesus Kristus, hubungannya dengan Allah menjadi khusus.
Ia mengakui Yesus Kristus sebagai Anak Allah dan yakin
bahwa dalam Yesus Kristus Allah ingin menerima semua
manusia sebagai anak-anak-Nya yang terkasih.
Iman itu tidak berasal dari darinya sendiri, melainkan dari
karya Roh dalam hatinya. Maka ia tidak hanya percaya
kepada Allah Bapa dan Anak-Nya Yesus Kristus, tetapi juga
kepada Roh Kudus. Ia percaya akan Allah Tritunggal.
Sebagai orang Kristen ia juga percaya bahwa Allah yang
hidup berbicara kepadanya melalui Kitab Suci yang
merupakan buku kesaksian iman tentang karya keselamatan
Allah, yang dimulai dengan sejarah Israel dan memuncak
dalam diri Yesus dari Nazaret.”
10. Katolik …
“Kekhasannya sebagai orang Katolik ialah bahwa ia
menghayati iman itu dalam Gereja Katolik. Gereja bukan
sekedar perkumpulan orang beriman saja, melainkan medan
karya Roh yang dikehendaki oleh Yesus Kristus.
Orang Katolik percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik
dan apostolik. Gereja itu, yang dipimpin oleh para uskup,
diakuinya sebagai tanda dan sarana rahmat. Dengan ikut
serta dalam kehidupan Gereja, ia menyatakan imannya
kepada Allah Tritunggal. Oleh Roh Kudus ia dipersatukan
dengan Kristus dalam penyerahan-Nya kepada Allah Bapa.
Pengungkapan iman terlaksana secara khusus dalam
perayaan sakramen, khususnya Ekaristi, dan diwujudkan
dalam seluruh hidup, terutama dalam pengabdian kepada
masyarakat.”
11. Menjadi Katolik …
Tidak sekali jadi, melainkan
merupakan suatu PROSES yang
berkelanjutan
Bukan sekedar warisan yang terus
menerus dihidupi, melainkan suatu
PILIHAN MENDASAR yang selalu
dipertanggungjawabkan
Adalah suatu ANUGERAH yang
disyukuri sekaligus suatu
KOMITMEN yang senantiasa
diperjuangkan
12. “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku
hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup,
melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan
hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging,
adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang
telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya
untuk aku.”
(Gal 2:19-20)
13. Why be Catholic?
Why remain Catholic?
Richard Rohr, O.F.M. & Joseph Martos, “Eight Good
Reasons for Being Catholic”,
http://www.american-catholic.org/Newsletters/CU/ac088.
(diunduh 29 Juni 2010, pk. 20.00)
14. Katolisitas …
Adalah Kekayaan Tradisi Injili dan
Kebijaksanaan yang hidup lebih dari 2000
tahun
Mempertahankan kesatuan (unity) dan
kebhinnekaan (diversity) sepanjang sejarah
Kristianitas
Merangkum kebijaksanaan para leluhur, abad
pertengahan dan zaman modern
15. Pandangan yang optimistis tentang
ciptaan (An optimistic view of creation)
“Dimanapun matahari Katolik
bersinar, di sana ada musik,
canda tawa dan anggur
merah yang baik.”
Bagi Gereja Katolik, dunia
dan segala isinya adalah
anugerah dan sakramen
(tanda + sarana) kehadiran
Allah
Orang Katolik menghargai
segala sesuatu yang baik
yang alam berikan dan
berusaha memanfaatkannya
secara bijaksana
16. Suatu visi universal (A universal vision)
Gereja pertama kali disebut “katolik” (Yunani,
katholike = umum, universal) pada abad IV ketika
seluruh Kekaisaran Roma menjadi Kristen dan ketika
Konsili Ekumenik pertama diadakan di Nisea (325)
Gereja Katolik bukan suatu gereja nasional,
melainkan suatu gereja multikultural, suatu institusi
internasional
Karena Gereja adalah universal maka kita sungguh
Katolik jika kita memandang dunia dan seluruh umat
manusia, bukan dalam sudut pandang kesukuan
ataupun kebangsaan, melainkan dalam perspektif
Allah yang concern pada suatu keluarga besar
manusia
17. Suatu sudut pandang yang menyeluruh
(A holistic outlook)
Gereja Katolik senantiasa mengusahakan
kesucian (holiness) sebagai suatu
keutuhan (wholeness)
Dalam Gereja Katolik, setiap orang
(perempuan & laki-laki, tua & muda, imam
& awam) dipanggil untuk mencapai
kepenuhan, untuk menjadi pribadi yang
utuh dan kudus
Kesucian sejati menuntut suatu
pertobatan seluruh pribadi terus menerus,
suatu transformasi total kepribadian,
suatu perhatian pada kemurnian badani
maupun rohani, serta keseimbangan doa
dan karya di manapun dan kapanpun
18. Pertumbuhan personal (Personal growth)
Gereja Katolik memandang hidup sebagai sebuah
proses pertobatan dan pertumbuhan yang
berkelanjutan, suatu perjalanan yang bertahap
melalui jatuh bangun (setia)
Keselamatan dan kebahagiaan kita tidak tergantung
hanya pada diri sendiri melainkan juga pada rahmat
Allah yang mengundang dan memampukan (terbuka)
Kerjasama dengan Roh Allah itu membawa kita pada
pertumbuhan dalam Kristus, yakni kepenuhan pribadi
justru dengan mengosongkan diri (kenosis)
19. Sesungguhnya
jikalau biji gandum
tidak jatuh ke dalam
tanah dan mati, ia
tetap satu biji saja;
tetapi jika ia mati, ia
akan menghasilkan
banyak buah.
(Yoh 12:24)
20. Transformasi sosial
(Social transformation)
Dari zaman ke zaman, sebagaimana Yesus
menghadirkan Kerajaan Allah, Kristianitas senantiasa
tertantang untuk membarui struktur masyarakat
Secara khusus, Gereja Katolik memberi perhatian
dan berpihak pada kaum miskin, tersingkir dan
telantar atas dasar pemahaman akan martabat
manusia sebagai citra Allah
Menjadi Katolik berarti berdiri bersama semua orang
yang berkehendak baik yang berusaha mengubah
dunia menjadi lebih baik
21. Suatu semangat kebersamaan
(A communal spirit)
Cara hidup (way of life) Kristiani
pertama-tama adalah perjumpaan
antar pribadi dalam kebersamaan
(tubuh Kristus)
Gereja Katolik pertama-tama
adalah sebuah persekutuan dari
paguyuban-paguyuban orang
beriman
Melawan semangat individualistik
dan anonimitas, orang Katolik
perlu menghidupkan kembali
sekaligus mencari bentuk baru
hidup bersama dalam hormat dan
kasih
22. Suatu kesadaran mendalam akan sejarah
(A profound sense of history)
Gereja Katolik, dibandingkan dengan Gereja
manapun, telah ada dan tetap eksis selama lebih
duapuluh abad
Dalam hiruk pikuk sejarah panjang itu, pengalaman
membuktikan bahwa kita tidak perlu takut pada
sistem politik dan ekonomi manapun dan senyatanya
Injil dapat hidup dalam setiap tempat, setiap saat dan
dalam kondisi apapun
Kesadaran kuat akan akar dan kontinuitas dengan
kekayaan Katolik di masa lampau itu adalah nilai
yang pantas kita banggakan
23. Hormat terhadap pengetahuan manusiawi
(A respect for human knowledge)
Setelah filsafat, disiplin ilmu yang paling tua adalah
teologi, fides quaerens intellectum, iman yang
mencari pemahaman
Kekayaan teologi dalam Katolisitas menegaskan
bahwa iman tidaklah buta melainkan pencarian
kebenaran terus menerus dalam terang akal budi dan
pemahaman
Hormat terhadap pengetahuan yang ada dalam
Gereja Katolik itu senyatanya menghasilkan pemikir-
pemikir besar yang mengembangkan ilmu
pengetahuan seperti kedokteran, hukum, biologi,
astronomi, dll.
24. Tinggal, bangga dan bertumbuh dalam
kekayaan kebijaksanaan Katolik …
Menghargai seluruh ciptaan dan memandang
dunia dalam perspektif universal
Mengenakan sudut pandang holistik yang
menantang pertumbuhan personal dan
transformasi sosial
Membangun hidup bersama yang lebih baik
dan belajar dari sejarah
Tidak takut untuk mempertanyakan iman,
Gereja, dunia yang kita hidupi
Dengan tetap mengarahkan mata, budi dan
hati kita pada Kristus dan menghidupi Kabar
Gembira (Injil)
25. How to become a true
Catholic?
Henri J.M. Nouwen, In The Name of Jesus,
Reflections on Christian Leadership, London,
1989.
26.
27. Nasehat Petrus …
“Saudara-saudaraku, berusahalah
sungguh-sungguh, supaya panggilan
dan pilihanmu makin teguh. Sebab
jikalau kamu melakukannya, kamu
tidak akan pernah tersandung.
Dengan demikian kepada kamu
akan dikaruniakan hak penuh untuk
memasuki Kerajaan kekal, yaitu
Kerajaan Tuhan dan Juruselamat
kita, Yesus Kristus.” (2Ptr 1:10-11)
28. Nasehat Paulus …
“Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang
dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas
kasihan, kemurahan, kerendahan hati,
kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu
seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang
akan yang lain apabila yang seorang menaruh
dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan
telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah
demikian. Dan segala sesuatu yang kamu lakukan
dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah
semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil
mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.”
(Kol 3:12-13.17)
29. Konsili Vatikan II, Lumen Gentium 31
tentang Awam Katolik …
“Ciri khas dan istimewa kaum awam yakni sifat
keduniaannya.
Di situlah mereka dipanggil oleh Allah untuk
menunaikan tugas mereka sendiri dengan dijiwai
semangat Injil, dan dengan demikian ibarat ragi
membawa sumbangan mereka demi pengudusan
dunia bagaikan dari dalam.
Jadi, tugas mereka yang istimewa, yakni: menyinari
dan mengatur semua hal-hal fana, yang erat-erat
melibatkan mereka, sedemikian rupa, sehingga
semua itu selalu terlaksana dan berkembang
menurut kehendak Kristus, demi kemuliaan Sang
Pencipta dan Penebus.”
30. Dari relevansi menuju doa
Godaan: Menjadi Relevan
Pertanyaan: Apakah Engkau Mencintai Aku?
Disiplin: Doa Kontemplatif
“Agar dapat menghayati hidup yang tidak dikuasai
oleh keinginan menjadi relevan melainkan hidup
yang tertambat pada pengenalan akan cinta
pertama Allah, kita harus menjadi orang-orang
mistik. Seorang mistik adalah pribadi yang jati
dirinya berakar dalam pada cinta pertama Allah.”
32. Dari popularitas menuju pelayanan
Godaan: Menjadi Hebat
Tugas: Gembalakanlah Domba-domba-Ku
Disiplin: Pengakuan dan Pengampunan
“Melalui pengakuan, kekuatan gelap dikeluarkan
dari ketertutupan daging, dibawa ke dalam terang
dan dapat dilihat oleh komunitas. Melalui
pengampunan, kekuatan itu dilucuti dan
dipergikan, sehingga integrasi baru antara tubuh
dan roh menjadi mungkin.”
33. “Tuhan, kutahu cintaku terbatas
dan tak sempurna, tetapi kumau
mencintai-Mu tanpa syarat,
sebagaimana Engkau telah
mencintaiku tanpa syarat dengan
cinta-Mu yang sempurna dan
tiada batas.”
34. Dari yang memimpin menuju yang
dipimpin
Godaan: Menjadi Berkuasa
Tantangan: Orang Lain akan Membawa
Engkau
Disiplin: Refleksi Teologis
“Refleksi teologis adalah refleksi atas kenyataan
hidup sehari-hari yang menyakitkan dan
menggembirakan, dengan pikiran Yesus dan
dengan cara itu mengangkat kesadaran manusia
sampai mengenal penyelenggaraan Allah yang
lembut.”