1. Manusia dan Penderitaan
Manusia memiliki dua sisi yaitu sisi bahagia dan sisi penderitaan. Ada suatu kala manusia merasakan
sebuah kebahagiaan dan biasanya kebahagiaan itu datang dengan sendirinya.kehidupan memang
tak lengkap jika hanya ada kebahagiaan, karena jika hanya ada sebuah kebahagiaan di dalam
sebuah kehidupan maka manusia yang hidup di dunia ini tidak akan pernah bersyukur kepada Tuhan
yang telah menciptakannya.
Hal yang sering terjadi manusia yang merasa kebahagiaan didalam hidupnya sering lupa kepada
yang telah menciptakannya, oleh karena itulah penderitaan diciptakan sebagai penyeimbang dalam
kehidupan. Maka dari itu, salah manusia jika hanya menginginkan kebahagiaan semata. Karena
disamping terdapatnya kebahagiaan di dunia didalam kehidupan juga terdapat rasa yang memiliki arti
berlawanan dengan arti kebahagiaan. Arti yang berlawanan itulah yang biasa kita sebut dengan
penderitaan.
Tidak semua orang merasakan kebahagiaan, ada juga yang sedang kesusahan atau mengalami
penderitaan. Penderitaan dan kebahagiaan memiliki keterikatan. Maksud dari keterikatan adalah
manusia yang terlena oleh suatu kebahagiaan di akhir maka dia akan merasakan sebuah penderitaan
dan begitu juga sebaliknya manusia yang sedang mengalami penderitaan apabila dia berusaha untuk
memperbaiki keadaannya maka suatu saat nanti akan mendapatkan sebuah kebahagiaan. Semua
orang pasti pernah mengalami sebuah penderitaan, entah itu penderitaan fisik, penderitaan batin,
penderitaan materi atau apapun itu.
Tetapi sikap setiap orang untuk menghadapi sebuah penderitaan berbeda-beda. Ada yang bersikap
pasrah dan tidak menerima keadaan itu tetapi ada juga yang bersikap menerima dan berusaha untuk
memperbaiki keadaan yang ada agar penderitaan itu berakhir. Sikap itu lah yang membedakan taraf
kesabaran manusia.
Mungkin banyak orang yang merasa mereka lebih banyak mendapatkan penderitaan dibandingkan
dengan kebahagiaan, tapi itulah siklus kehidupan. Tentu kita menginginkan nasib yang baik agar
mendapatkan kebahagiaan tetapi semua itu tergantung dari sikap kita apakah kita akan berusaha
atau tidak untuk mendapatkan kebahagiaan itu karena semua itu ditentukan oleh Tuhan.
Karena ada penderitaan itu juga sebenarnya Tuhan menginginkan kita untuk mengintrospeksi diri
kita, apa yang harus kita perbaiki, jangan pernah menyesali yang ada. Karena roda kehidupan
memang berputar, ada kalanya dibawah, kadang diatas.
Ada satu hal yang menjadi pintu gerbang yang menjadi penentu keberhasilan seseorang. hal yang
dimaksud adalah mental. setiap jiwa manusia memiliki mental dan mental itulah yang membuat
bergeraknya perbuatan manusia. Kualitas seseorang akan semakin berkualitas apabila orang
tersebut memiliki mental yang baik tetapi akan terjadi sebaliknya jika seseorang tidak memiliki mental
yang baik maka orang tersebut akan mengalami sebuah jalan hidup yang tidak menyenangkan
bahkan dapat memancing sebuah penderitaan.
Jadi mental merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam jalannya hidup kita. Hal yang paling
berbahaya adalah apabila kita sudah mengalami kekalahan mental. Kekalahan mental dapat terjadi
2. apabila kita tidak mampu menerima suatu keadaan yang sedang terjadi didalam diri kita. Kekalahan
mental yang terjadi didalam diri seseorang maka orang tersebut tidak akan dapat menyelesaikan
seluruh masalah yang sedang dihadapinya dan orang tersebut dapat menjadi menderita dengan
hidupnya. Oleh sebab itulah mental sangat berperan penting dalam kehidupan seseorang.
PENDERITAAN DAN KENIKMATAN
Tujuan manusia yang paling populer adalah kenikmatan, sedangkan penderitaan adalah sesuatu
yang selalu dihindari oleh manusia. Oleh karena itu, penderitaan harus dibedakan dengan
kenikmatan, dan penderitaan itu sendiri sifatnya ada yang lama dan ada yang sementara. Hal ini
berhubungan dengan penyebabnya. Macam-macam penderitaan menurut penyebabnya, antara lain:
penderitaan karena alasan fisik, seperti bencana alam, penyakit dan kematian; penderitaan karena
alasan moral, seperti kekecewaan dalam hidup, matinya seorang sahabat, kebencian orang lain, dan
seterusnya.Semua ini menyangkut kehidupan duniawi dan tidak mungkin disingkirkan dari dunia dan
dari kehidupan manusia.
Penderitaan dan kenikmatan muncul karena alasan “saya suka itu” atau “sesuatu itu menyakitkan”.
Kenikmatan dirasakan apabila yang dirasakan sudah didapat, dan penderitaan dirasakan apabila
sesuatu yang menyakitkan menimpa dirinya. Aliran yang ingin secara mutlak menghindari
penderitaan adalah hedonisme, yaitu suatu pandangan bahwa kenikmatan itu merupakan tujuan satu-
satunya dari kegiatan manusia, dan kunci menuju hidup baik. Penafsiran hedonisme ada dua macam,
yaitu:
1. Hedonisme psikologis yang berpandangan bahwa semua tindakan diarahkan untuk mencapai
kenikmatan dan menghindari penderitaan.
2. Hedonisme etis yang berpandangan bahwa semua tindakan ‘harus’ ditujukan kepada kenikmatan
dan menghindari penderitaan.
Kritik terhadap hedonisme ialah bahwa tidak semua tindakan manusia hedonistis, bahkan banyak
orang yang tampaknya merasa bersalah atas kenikmatan-kenikmatan mereka. Dan hal ini
menyebabkan mereka mengalami penderitaan. Pandangan Hedonis psikologis ialah bahwa semua
manusia dimotivasi oleh pengejaran kenikmatan dan penghindaran penderitaan. Mengejar
kenikmatan sebenarnya tidak jelas, sebab ada kalanya orang menderita dalam rangka latihan-latihan
atau menyertai apa yang ingin dicapai atau dikejarnya. Kritik Aristoteles ialah bahwa puncak etika
bukan pada kenikmatan, melainkan pada kebahagiaan.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kenikmatan bukan tujuan akhir, melainkan hanya “pelengkap”
tindakan. Berbeda dengan John Stuart Mill yang membela Hedonisme melalui jalan terhormat,
utilitarisme yaitu membela kenikmatan sebagai kebaikan tertinggi. Suatu tindakan itu baik sejauh ia
lebih “berguna” dalam pengertian ini, yaitu sejauh tindakan memaksimalkan kenikmatan dan
meninimalkan penderitaan.
PENDERITAAN DAN KASIHAN
3. Kembali kepada masalah penderitaan, muncul Nietzsche yang memberontak terhadap pernyataan
yang berbunyi: “Dalam menghadapi penderitaan itu, manusia merasa kasihan”. Menurut Nietzche,
pernyataan ini tidak benar, penderiutaan itu adalah suatu kekurangan vitalitas. Selanjutnya ia berkata,
“sesuatu yang vital dan kuat tidak menderita, oleh karenanya ia dapat hidup terus dan ikut
mengembangkan kehidupan semesta alam. Orang kasihan adalah yang hilang vitaliatasnya, rapuh,
busuk dan runtuh. Kasihan itu merugikan perkembangan hidup”.
Sehingga dikatakannya bahwa kasihan adalah pengultusan penderitaan. Pernyataan Nietzsche ini
ada kaitannya dengan latar belakang kehidupannya yang penuh penderitaan. Ia mencoba
memberontak terhadap penderitaan sebagai realitas dunia, ia tidak menerima kenyataan. Seolah-olah
ia berkata, penderitaan jangan masuk ke dalam hidup dunia. Oleh karena itu, kasihan yang tertuju
kepada manusia harus ditolak, katanya.
Pandangan Nietzsche tidak dapat disetujui karena: pertama, di mana letak humanisnya dan aliran
existensialisme. Kedua, bahwa penderitaan itu ada dalam hidup manusia dan dapat diatasi dengan
sikap kasihan. Ketiga, tidak mungkin orang yang membantu penderita, menyingkir dan senang bila
melihat orang yang menderita. Bila demikian, maka itu yang disebut sikap sadisme. Sikap yang wajar
adalah menaruh kasihan terhadap sesama manusia dengan menolak penderitaan, yakni dengan
berusaha sekuat tenaga untuk meringankan penderitaan, dan bila mungkin menghilangkannya.