SKENARIO
Tn.E berusua 30 tahun, berobat ke
puskesmas dengan demam menggigil
dan sakit kepala sejak 2 hari yang lalu.
Dua minggu yang lalu Tn. E berwisata ke
Ujung Kulon. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan somnolen, suhu
tubuh 39 derajat celcius, nadi 90
x/menit, tekanan darah 120/180mmHg.
Laboraturium: Hemoglobin 13g/dl,
ANAMNESIS
Keluhan utama
Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu
yang lalu ke daerah endemik malaria
Riwayat tinggal di daerah endemik malaria
Riwayat sakit malaria
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir
Riwayat mendapat transfusi darah
EPIDEMIOLOGI
Malaria didunia, diperkirakan terdapat 300-5000
juta kasus malaria klinis/tahun dengan 1,5 juta- 2,7
juta kematian
Di Negara maju malaria telah di berantas.
Di Indonesia malaria tersebar luas pada semua
pulau , derajat dan berat infeksi yang bervariasi
dan TERUTAMA DI WILAYAH TIMUR.
PATOFISIOLOGI
o Membran eritrosit yang terinfeksi parasit membentuk
tonjolan yang disebut knob.
o Terjadi sitoadheren
o Eritrosit mengalami sekuestrasi
o rosetting
DIAGNOSIS
WORK DIAGNOSIS
Malaria Serebral
ditemukannya Plasmodium falcifarum bentuk
aseksual pada hapusan darah tepi.
terjadi sumbatan kapiler pembuluh darah otak
sehingga terjadi anoreksia otak.
Sumbatan tersebut terjadi karena eritrosit yang
mengandung parasit sulit melalui pembuluh kapiler
karena proses sitoaderensi dan sekuestrasi parasit.
Gambaran klinis ditandai:
Demam
Koma , lama penurunan kesadaran lebih dari 30
menit atau lebih setelah serangan kejang / setelah
koreksi hipoglikemia dan tidak disebabkan oleh
penyakit lain.
Lama koma dewasa dapat 2-3 hari
anak 1 hari.
Untuk melakukan penilaian kesadaran
Glasgow Coma Scale (GCS) dewasa
Balantyre Coma Scale anak-anak
Pada pemeriksaan fisik :
enselopati simetris tanpa tanda
fokal
lebar pupil normal
reflex cahaya normal
hipersektensi leher terjadi pada
kasus berat
Penatalaksanaan tindakan
umum
pertahankan fungsi vital:
jalan napas,
pernapasan,
sirkulasi,
dukungan cairan
nutrisi,
mencegah dekubitus,
mengatasi
hiperpireksia,
kejang, mencegah ulkus
kornea&pneumonia ortostatik
pemantauan ketat :
tekanan darah,
nadi suhu,
pernapasan,
produksi urin,
tingkat kesadaran 6 jam,
pemantauan kesadaran
glukosa darah 4 jam,
jika perlu hitung parasit 12-24
jam
pemeriksaan lain sesuai
indikasi
DIAGNOSIS DIFFERENTIAL
DEMAM TIFOID
suatu infeksi akut pada usus kecil disebabkan kuman
Salmonella typhi.
Keluhan : anoreksia, malas,sakit kepala bagian depan,
nyeri otot, lidah kotor, gangguan perut
Ada 3 gejala demam tifoid yaitu:
- Demam yang berkepanjangan (lebih dari 7 hari)
- Gangguan saluran pencernaan
- Gangguan susunan saraf pusat/ kesadaran
Demam berdarah dengue/DBD
Penularan infeksi virus dengue
vektor nyamuk genus Aides (terutama A.aegepty
dan A. albopictus.
Manifestasi klinis besifat asimtomatik /ditandai
demam yang tidak khas
nyeri otot dan/nyeri sendi yang disertai
leucopenia,
ruam,
limfadenopati,
Trombositopenia
diathesis hemoragik.
Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksi Virus Dengue
DD/DB
D
Derajat Gejala* Laboraturium
DD
DBD
DBD
DBD
DBD
I
II
III
IV
Demam disertai 2 atau
lebih tanda : sakit
kepala, nyeri retro-
orbital, mialgia, artalgia
Gejala diatas tambah
bendung positif
Gejala diatas tambah
perdarahan spontan
Gejala diatas tambah
kegagalan sirkulasi (kulit
dingin, lembab serta
gelisah)
Syok berat disertai
dengan tekanan darah
dan nadi tidak teratur
- Leucopenia
- Trombositopenia, tidak
ditemukan bukti kebocoran
plasma
- Trombositopenia
(<100.000/ul) bukti ada
kebocoran darah
- Trombositopenia
(<100.000/ul) bukti ada
kebocoran darah
- Trombositopenia
(<100.000/ul) bukti ada
kebocoran darah
Serologi
Dengue
Positif
Demam Berdarah Dengue
Ensefalopati
terjadi sebagai komplikasi syok
berkepanjangan dengan perdarahan,
tetapi dapat juga terjadi pada DBD
yang tidak disertai syok.
Gangguan metabolik
hipoksemia,
hiponatremia/perdarahan, dapat
menjadi penyebab terjadinya
Meningitis Bakterial
infeksi pada selaput pembungkus
otak/meningen serta cairan yang mengisi ruang
subarakhnoid.
bakteri penyebab meningitis terbanyak
disebabkan:
Hemophilus influenzae
Streptococcus pneumoniae
Neisseria meningitidis.
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan fisik
1. Malaria tanpa komplikasi:
a. Demam (pengukuran dengan termometer ≥ 37,5°C)
b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
c. Pembesaran limpa (splenomegali)
d. Pembesaran hati (hepatomegali)
2. Malaria dengan komplikasi :
a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat
b. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa
duduk/berdiri)
c. Kejang-kejang
d. Panas sangat tinggi
e. Mata atau tubuh kuning
1. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria untuk menemukan
parasit malaria
- Tetesan preparat darah tebal
Cara terbaik menemukan parasit malaria dengan
menghitung jumlah parasit per200 leukosit
- Tetesan preparat darah tipis
Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium
Pemeriksaan penunjang
2. test antigen: P-f test
Mendeteksi antigen plasmodium falciparum dengan cara
immunochromatographic
3. Tes serologi
mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap antigen malaria.
4.Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknology
amplifikasi DNA
1. Tindakan umum/suportif
Pertahankan fungsi vital
Hilangkan trauma
Hati-hati dari komplikasi tindakan kateterisasi, infus
yang dapat memberikan infeksi nosokomial
Monitoring : temperatur, nadi, tensi, dan respirasi tiap ½
jam.
Baringkan/posisi tidur sesuai dengan kebutuhan
Pertahankan sirkulasi
Cegah hiperpireksi
Pemberian cairan
Diet : porsi kecil dan sering, cukup kalori, karbohidrat dan
garam
Perhatikan kebersihan mulut
Perhatikan diuresis dan defekasi, aseptik
kateterisasi
Kebersihan kulit : mandikan tiap hari dan
keringkan
Perawatan mata : hindarkan trauma, tutup
dengan kain/gaas lembab
2. Pengobatan simptomatik
Pemberian antipiretik untuk mencegah hipertermia :
parasetamol 15mg/kg bb/x, beri setiap 4 jam dan
lakukan juga kompres hangat
Bila kejang, beri antikonvulsan : dewasa : Diazepam 5-
10 mg IV(secara perlahan jangan lebih dari 5 mg/menit)
ulang 15 menit kemudian bila masih kejang. Jangan
diberikan lebih dari 100 mg/24 jam
Bila tidak tersedia diazepam, sebagai alternatif
phenobarbital 100 mg IM/x (dewasa) diberikan 2x
sehari.
Obat antimalaria
1. Pilihan Utama:
Derivat artemisin parenteral (Artesunat
intravena
atau intramuskuler; Artemeter intramuskuler)
Golongan Artemisinin
pemakaian obat tunggal menimbulkan terjadinya
rekrudensi kombinasi Artemisinin base
Combination Therapy (ACT).
Kombinasi tetap dapat lebih memudahkan
pemberian pengobatan.
“Co-Artem” yaitu kombinasi artemeter
(20mg)+lumefantrine (120mg).
Kombinasi tetap yang lain dihidroartemisinin
(40mg)+ piperakuin (320mg) yaitu “Artekin”.
Kombinasi ACT yang tidak tetap misalnya:
Artesunat + meflokuin
Artesunat + amodiakin (terdapat di indonesia)
Artesunat + klorokuin
Artesunat +sulfadoksin-pirimetamin
Artesunat + pironaridin
Artesunat + chloroquanil-dapson (CDA/Lapdap plus)
Dihidroartemisinin + Piperakuin + Trimetoprim (Atecom)
Atecom + primakuin(CV8)
Dihidroartemisinin + naptokuin
Catatan : harus pemeriksaan parasit yang positif, setidak-tidaknya
denga tes cepat antigen yang positif. Bila malaria klinis/ tidak ada
hasil pemeriksaan parasitologik tetap menggunakan obat non-ACT.
Obat non-ACT ialah:
Klorokuin Difosfat/Sulfat P falcifarum maupun
P.vivax.
Sulfadoksin-Pirimetamin (SP)Plasmodium
falcifarum dan tidak efektif untuk Plasmodium
vivax.
Kina Sulfat P.falcifarum maupun P.vivax. Kina
dipakai sebgai obat cadangan untuk mengatasi
resistensi terhadap klorokuin dan SP
Primakuin
PENCEGAHAN
Pencegahan menghindari gigitan nyamuk :
1). Tidur dengan kelambu
2). Menggunakan obat pembunuh nyamuk,
3). Mencegah berada di alam bebas .
4). Memproteksi tempat tinggal/ kamar tidur kawat
anti-nyamuk.
Obat baru yang dipakai untuk pencegahan yaitu
primakuin 0,5mg/kg BB/hari; Etaquin,
Aqtovaquone/Proquanil (Malarone) dan Azitromicyn.
Pencegahan dengan obat:
Pendatang sementara ke daerah endemis,
dosis klorokuin adalah 300 mg/minggu, 1
minggu sebelum berangkat selama berada
di lokasi sampai 4 minggu setelah kembali.
Penduduk daerah endemis dan penduduk
baru yang akan menetap tinggal, dosis
klorokuin 300 mg/minggu. Obat hanya
diminum selama 12 minggu (3 bulan).
PEMBERANTASAN
Dalam pemberantasan malaria dapat
dibedakan pemberantasan (control) dan
pembasmian (eradication).
Di Indonesia pada taraf sekarang
dilakukan pemberantasan saja.
Pencegahan lainnya
(1)Penyemprotan.
(2)Pengawasan deteksi aktif dan pasif.
(3)Survey demam dan pengawasan migran.
(4)Deteksi dan kontrol epidemik.
(5)Larvaciding.
(6)Peningkatan kemampuan,diagnosis awal dan
pengobatan yang tepat.
(7)program klambu dan insektisida.
KESIMPULAN
Tuan E, berusia 30 tahun dengan keluhan utama
demam menggigil dan sakit kepala 2 hari lalu
setelah ia berwisata ke ujung kulon serta
didapatkan kesadaran somnolen, suhu tubuh
39oC,serta nadi 90x/menit, kami menyimpulkan
tuan E menderita malaria serebral karena
kesamaan dari keluahannya sehingga hipotesis
dapat diterima.