Anzeige

Blok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptx

-- um cv.maju mundur
21. Nov 2022
Anzeige

Más contenido relacionado

Anzeige

Blok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptx

  1. SKENARIO KELOMPOK B MALARIA
  2. SKENARIO Tn.E berusua 30 tahun, berobat ke puskesmas dengan demam menggigil dan sakit kepala sejak 2 hari yang lalu. Dua minggu yang lalu Tn. E berwisata ke Ujung Kulon. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan somnolen, suhu tubuh 39 derajat celcius, nadi 90 x/menit, tekanan darah 120/180mmHg. Laboraturium: Hemoglobin 13g/dl,
  3. ANAMNESIS  Keluhan utama  Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria  Riwayat tinggal di daerah endemik malaria  Riwayat sakit malaria  Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir  Riwayat mendapat transfusi darah
  4. EPIDEMIOLOGI  Malaria didunia, diperkirakan terdapat 300-5000 juta kasus malaria klinis/tahun dengan 1,5 juta- 2,7 juta kematian  Di Negara maju malaria telah di berantas.  Di Indonesia malaria  tersebar luas pada semua pulau , derajat dan berat infeksi yang bervariasi dan TERUTAMA DI WILAYAH TIMUR.
  5. ETIOLOGI 4 spesies parasit malaria : - Plasmodium vivax  malari vivax, malaria tertiana - Plasmodium ovale  malaria ovale - Plasmodium falciparum  malaria falciparum, malaria tropika - Plasmodium malariae  malaria malarie, malaria kwartana
  6. PATOFISIOLOGI o Membran eritrosit yang terinfeksi parasit membentuk tonjolan yang disebut knob. o Terjadi sitoadheren o Eritrosit mengalami sekuestrasi o rosetting
  7. DAUR HIDUP PLASMODIUM
  8. DIAGNOSIS WORK DIAGNOSIS Malaria Serebral ditemukannya Plasmodium falcifarum bentuk aseksual pada hapusan darah tepi.  terjadi sumbatan kapiler pembuluh darah otak sehingga terjadi anoreksia otak.  Sumbatan tersebut terjadi karena eritrosit yang mengandung parasit sulit melalui pembuluh kapiler karena proses sitoaderensi dan sekuestrasi parasit.
  9. Gambaran klinis ditandai:  Demam  Koma , lama penurunan kesadaran lebih dari 30 menit atau lebih setelah serangan kejang / setelah koreksi hipoglikemia dan tidak disebabkan oleh penyakit lain. Lama koma dewasa dapat 2-3 hari anak 1 hari. Untuk melakukan penilaian kesadaran  Glasgow Coma Scale (GCS)  dewasa  Balantyre Coma Scale  anak-anak
  10. Pada pemeriksaan fisik :  enselopati simetris tanpa tanda fokal  lebar pupil normal  reflex cahaya normal  hipersektensi leher terjadi pada kasus berat
  11. Penatalaksanaan  tindakan umum  pertahankan fungsi vital:  jalan napas,  pernapasan,  sirkulasi,  dukungan cairan  nutrisi,  mencegah dekubitus,  mengatasi  hiperpireksia,  kejang, mencegah ulkus kornea&pneumonia ortostatik pemantauan ketat : tekanan darah, nadi suhu, pernapasan, produksi urin,  tingkat kesadaran 6 jam,  pemantauan kesadaran glukosa darah 4 jam,  jika perlu hitung parasit 12-24 jam pemeriksaan lain sesuai indikasi
  12. DIAGNOSIS DIFFERENTIAL DEMAM TIFOID suatu infeksi akut pada usus kecil disebabkan kuman Salmonella typhi. Keluhan : anoreksia, malas,sakit kepala bagian depan, nyeri otot, lidah kotor, gangguan perut Ada 3 gejala demam tifoid yaitu: - Demam yang berkepanjangan (lebih dari 7 hari) - Gangguan saluran pencernaan - Gangguan susunan saraf pusat/ kesadaran
  13. Demam berdarah dengue/DBD  Penularan infeksi virus dengue vektor nyamuk genus Aides (terutama A.aegepty dan A. albopictus. Manifestasi klinis besifat asimtomatik /ditandai  demam yang tidak khas  nyeri otot dan/nyeri sendi yang disertai  leucopenia,  ruam,  limfadenopati,  Trombositopenia  diathesis hemoragik.
  14. Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksi Virus Dengue DD/DB D Derajat Gejala* Laboraturium DD DBD DBD DBD DBD I II III IV Demam disertai 2 atau lebih tanda : sakit kepala, nyeri retro- orbital, mialgia, artalgia Gejala diatas tambah bendung positif Gejala diatas tambah perdarahan spontan Gejala diatas tambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin, lembab serta gelisah) Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak teratur - Leucopenia - Trombositopenia, tidak ditemukan bukti kebocoran plasma - Trombositopenia (<100.000/ul) bukti ada kebocoran darah - Trombositopenia (<100.000/ul) bukti ada kebocoran darah - Trombositopenia (<100.000/ul) bukti ada kebocoran darah Serologi Dengue Positif
  15. Demam Berdarah Dengue Ensefalopati  terjadi sebagai komplikasi syok berkepanjangan dengan perdarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok.  Gangguan metabolik  hipoksemia, hiponatremia/perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya
  16. Meningitis Bakterial  infeksi pada selaput pembungkus otak/meningen serta cairan yang mengisi ruang subarakhnoid.  bakteri penyebab meningitis terbanyak disebabkan:  Hemophilus influenzae Streptococcus pneumoniae Neisseria meningitidis.
  17. PEMERIKSAAN Pemeriksaan fisik 1. Malaria tanpa komplikasi: a. Demam (pengukuran dengan termometer ≥ 37,5°C) b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat c. Pembesaran limpa (splenomegali) d. Pembesaran hati (hepatomegali)
  18. 2. Malaria dengan komplikasi : a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat b. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri) c. Kejang-kejang d. Panas sangat tinggi e. Mata atau tubuh kuning
  19. 1. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria untuk menemukan parasit malaria - Tetesan preparat darah tebal Cara terbaik menemukan parasit malaria dengan menghitung jumlah parasit per200 leukosit - Tetesan preparat darah tipis Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium Pemeriksaan penunjang
  20. 2. test antigen: P-f test Mendeteksi antigen plasmodium falciparum dengan cara immunochromatographic 3. Tes serologi mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap antigen malaria. 4.Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknology amplifikasi DNA
  21. PENATALAKSANAAN  Tindakan umum/suportif  Pengobatan simptomatik  Pemberian obat anti malaria  Pengobatan komplikasi
  22. 1. Tindakan umum/suportif  Pertahankan fungsi vital  Hilangkan trauma  Hati-hati dari komplikasi tindakan kateterisasi, infus yang dapat memberikan infeksi nosokomial  Monitoring : temperatur, nadi, tensi, dan respirasi tiap ½ jam.
  23.  Baringkan/posisi tidur sesuai dengan kebutuhan  Pertahankan sirkulasi  Cegah hiperpireksi  Pemberian cairan  Diet : porsi kecil dan sering, cukup kalori, karbohidrat dan garam
  24.  Perhatikan kebersihan mulut  Perhatikan diuresis dan defekasi, aseptik kateterisasi  Kebersihan kulit : mandikan tiap hari dan keringkan  Perawatan mata : hindarkan trauma, tutup dengan kain/gaas lembab
  25. 2. Pengobatan simptomatik  Pemberian antipiretik untuk mencegah hipertermia : parasetamol 15mg/kg bb/x, beri setiap 4 jam dan lakukan juga kompres hangat  Bila kejang, beri antikonvulsan : dewasa : Diazepam 5- 10 mg IV(secara perlahan jangan lebih dari 5 mg/menit) ulang 15 menit kemudian bila masih kejang. Jangan diberikan lebih dari 100 mg/24 jam
  26.  Bila tidak tersedia diazepam, sebagai alternatif phenobarbital 100 mg IM/x (dewasa) diberikan 2x sehari.
  27. Obat antimalaria 1. Pilihan Utama: Derivat artemisin parenteral (Artesunat intravena atau intramuskuler; Artemeter intramuskuler)
  28. Golongan Artemisinin pemakaian obat tunggal menimbulkan terjadinya rekrudensi  kombinasi Artemisinin base Combination Therapy (ACT). Kombinasi tetap dapat lebih memudahkan pemberian pengobatan.  “Co-Artem” yaitu kombinasi artemeter (20mg)+lumefantrine (120mg).  Kombinasi tetap yang lain dihidroartemisinin (40mg)+ piperakuin (320mg) yaitu “Artekin”.
  29. Kombinasi ACT yang tidak tetap misalnya:  Artesunat + meflokuin  Artesunat + amodiakin (terdapat di indonesia)  Artesunat + klorokuin  Artesunat +sulfadoksin-pirimetamin  Artesunat + pironaridin  Artesunat + chloroquanil-dapson (CDA/Lapdap plus)  Dihidroartemisinin + Piperakuin + Trimetoprim (Atecom)  Atecom + primakuin(CV8)  Dihidroartemisinin + naptokuin Catatan : harus pemeriksaan parasit yang positif, setidak-tidaknya denga tes cepat antigen yang positif. Bila malaria klinis/ tidak ada hasil pemeriksaan parasitologik tetap menggunakan obat non-ACT.
  30. Obat non-ACT ialah:  Klorokuin Difosfat/Sulfat  P falcifarum maupun P.vivax.  Sulfadoksin-Pirimetamin (SP)Plasmodium falcifarum dan tidak efektif untuk Plasmodium vivax.  Kina Sulfat  P.falcifarum maupun P.vivax. Kina dipakai sebgai obat cadangan untuk mengatasi resistensi terhadap klorokuin dan SP  Primakuin
  31. 2. Obat Alternatif: Kina dihidroklorida parenteral
  32. Pencegahan  Pemberian edukasi  Kemoprofilaksis  Menghindari gigitan nyamuk
  33. PENCEGAHAN Pencegahan menghindari gigitan nyamuk : 1). Tidur dengan kelambu 2). Menggunakan obat pembunuh nyamuk, 3). Mencegah berada di alam bebas . 4). Memproteksi tempat tinggal/ kamar tidur  kawat anti-nyamuk. Obat baru yang dipakai untuk pencegahan yaitu primakuin 0,5mg/kg BB/hari; Etaquin, Aqtovaquone/Proquanil (Malarone) dan Azitromicyn.
  34. Pencegahan dengan obat:  Pendatang sementara ke daerah endemis, dosis klorokuin adalah 300 mg/minggu, 1 minggu sebelum berangkat selama berada di lokasi sampai 4 minggu setelah kembali.  Penduduk daerah endemis dan penduduk baru yang akan menetap tinggal, dosis klorokuin 300 mg/minggu. Obat hanya diminum selama 12 minggu (3 bulan).
  35. PEMBERANTASAN  Dalam pemberantasan malaria dapat dibedakan pemberantasan (control) dan pembasmian (eradication).  Di Indonesia pada taraf sekarang dilakukan pemberantasan saja.
  36.  Pencegahan lainnya (1)Penyemprotan. (2)Pengawasan deteksi aktif dan pasif. (3)Survey demam dan pengawasan migran. (4)Deteksi dan kontrol epidemik. (5)Larvaciding. (6)Peningkatan kemampuan,diagnosis awal dan pengobatan yang tepat. (7)program klambu dan insektisida.
  37. KESIMPULAN  Tuan E, berusia 30 tahun dengan keluhan utama demam menggigil dan sakit kepala 2 hari lalu setelah ia berwisata ke ujung kulon serta didapatkan kesadaran somnolen, suhu tubuh 39oC,serta nadi 90x/menit, kami menyimpulkan tuan E menderita malaria serebral karena kesamaan dari keluahannya sehingga hipotesis dapat diterima.
Anzeige