SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 22
Downloaden Sie, um offline zu lesen
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Nutrisi
1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu energi, membangun dan memelihara
jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000).
Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia
menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan
kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal
setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi.
Sedangkam menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses degesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi.
2. Kebutuhan Nutrisi
2.1 Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Tunjangan nutrisi yang tepat dan akurat pada anak sakit
kritis dapat menurunkan angka kematian. Terdapat dua tujuan dasar
dari tunjangan nutrisi yaitu:
9
a. mengurangi konsekuensi respon berkepanjangan terhadap jejas
yaitu starvation dan infrastruktur.
b. Mengatur respon inflamasi, penentuan status nutrisi pada anak
sakit kritis hendaknya dilakukan berulang ulang untuk
menentukan kecukupan nutrisi dan untuk menentukan
tunjangan nutrisi selanjutnya. Pemeriksaan yang berulang-
ulang ini penting karena 16-20% anak yang dirawat di ruang
Intensif mengalami defisiensi makronutrien 48jam setelah
anak dirawat. Disamping itu disfungsi/gagal organ multipel
dapat terjadi sesudah trauma, sepsis atau gagal nafas yang
berhubungan dengan hipermetabolisme yang berlangsung lama
(Setiati,2000).
2.2 Beberapa cara mengukur kebutuhan nutrisi :
a. Metabolic Chart- Indirect Calorimetry Resting Energy
Expenditur (REE).
[(konsentrasi O2)(0,39) + (produksi CO2)(1,11)] x 1440.
Rumus ini kurang akurat pada pasien-pasien dengan FiO2
lebih dari 40%.
b. Persamaan Harris Benedict( untuk dewasa).
Basal Energy Expenditure (BEE):
Laki-laki: 66,47 + (13,75 x BB) + (5 x TB) – (6,76 x Umur)
Wanita: 655,1 + (9,56 x BB) + (1,85 x TB) – (4,67 xUmur)
Rata-rata BEE adalah mendekati 25 kkal/ kgbb /hari.
10
BB=berat badan, TB=tinggi badan
Untuk menghitung BEE harus disesuaikan dengan factor-
faktor metabolik, seperti: demam, operasi, sepsis, luka bakar
dan lain-lain.
c. 25-30 kkal/kgbb ideal/hari (untuk dewasa)
120-135 kkal/kgbb/hari (untuk premature)
120-140 kkal/kgbb/hari (untuk infant) (Setiati, 2000)
d. Menghitung balance nitrogen dengan menggunakan urea urine
24 jam dan dalam hubungannya dengan urea darah dan
Albumin. Tiap gram nitrogen yang dihasilkan menggunakan
energy sebesar 100-150 kkal (At Tock, 2007).
Kebutuhan energi pada pasien kritis: Rule of Thumb dalam
menghitung kebutuhan kalori, yaitu 25-30 kkal/kgbb/hari.
Selain itu penetapan Resting Energy Expenditure (REE)
harus dilakukan sebelum memberikan nutrisi. REE adalah
pengukuran jumlah energy yang dikeluarkan untuk
mempertahankan kehidupan pada kondisi istirahat dan 12-
18 jam setelah makan. REE sering juga disebut Basal
Metabolic Rate (BMR), Basal Energy Requirement
(BER), atau Basal Energy Expenditure (BEE). Perkiraan
REE yang akurat dapat membantu mengurangi komplikasi
akibat kelebihan pemberian nutrisi (overviding) seperti
11
infiltrasi lemak ke hati dan pulmonary compromise
(Wiryana, 2007).
2.3 Bentuk pemberian kalori yaitu :
a. Karbohidrat: karbohidrat merupakan sumber energy yang
penting. Setiap gram karbohidrat menghasilkan kurang lebih 4
kalori. Asupan karbohidrat di dalam diit sebaiknya berkisar
50%-60% dari kebutuhan kalori (Setiati, 2000)
b. Lemak: komponen lemak dapat diberikan dalam bentuk nutrisi
enteral maupun parenteral sebagai emulsi lemak. Pemberian
lemak dapat mencapai 20% -40% dari total kebutuhan. Satu
gram lemak menghasilkan 9 kalori. Lemak memiliki fungsi
antara lain sebagai sumber energi, membantu absorbsi vitamin
yang larut dalam lemak, menyediakan asam lemak esensial,
membantu dan melindungi organ-organ internal, membantu
regulasi suhu tubuh dan melumasi jaringan-jaringan tubuh
(Setiati, 2000).
c. Protein (Asam Amino): kebutuhan protein adalah
0,8gr/kgbb/hari atau kurang lebih 10% dari total kebutuhan
kalori. Namun selama sakit kritis kebutuhan protein meningkat
menjadi 1,2-1,5 gr/kgbb/hari. Pada beberapa penyakit tertentu,
asupan protein harus dikontrol, misalnya kegagalan hati akut
dan pasien uremia, asupan protein dibatasi sebesar 0,5
gr/kgbb/hari(Wiryana,2007). Setiati, 2000 juga berpendapat,
12
kebutuhan protein untuk BBLR 2,0-2,5g/kgbb/hari, bayi 2,5-
3,0g/kgbb/hari, anak 1,5-2,5g/kgbb/hari.
Kebutuhan micro nutrient juga harus dipertimbangkan, biasanya
diberikan natrium, kalium 1 mmol/kgbb, dapat ditingkatkan jika
terdapat kehilangan yang berlebihan. Elektrolit lain seperti
magnesium, besi, tembaga, seng dan selenium, juga dibutuhkan dalam
jumlah yang lebih sedikit. Pasien dengan suplementasi nutrisi yang
lama membutuhkan pengecekan kadar elektrolit-elektrolit ini secara
periodik. Elektrolit yang sering terlupakan adalah fosfat, kelemahan
otot yang berhubungan dengan penggunaan ventilator yang lama dan
kegagalan lepas dari ventilator, dapat disebabkan oleh hipofosfatemia
(Wiryana,2007).
Pasien kritis membutuhkan vitamin-vitamin A, E, K, B1 (tiamin), B3
(niasin), B6 (piridoksin), vitamin C, asam pantotenat dan asam folat
yang lebih banyak dibandingkan kebutuhan normal sehari-harinya
(Wiryana,2007).
3. Nutrisi Enteral
Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula
nutrisi diberikan melalui tube ke dalam lambung (gastric tube),
nasogastrik tube (NGT), atau jejunum dapat secara manual maupun
dengan bantuan pompa mesin (At Tock, 2007). Menurut Wiryana
(2007), Nutrisi enteral adalah faktor resiko independent pnemoni
13
nosokomial yang berhubungan dengan ventilasi mekanik. Cara
pemberian sedini mungkin dan benar nutrisi enteral akan menurunkan
kejadian pneumonia, sebab bila nutrisi enteral yang diberikan secara
dini akan membantu memelihara epitel pencernaan, mencegah
translokasi kuman, mencegah peningkatan distensi gaster, kolonisasi
kuman, dan regurgitasi. Posisi pasien setengah duduk dapat
mengurangi resiko regurgitasi aspirasi. Diare sering terjadi pada pasien
di Intensif Care Unit yang mendapat nutrisi enteral, penyebabnya
multifaktorial, termasuk therapy antibiotic, infeksi clostridium
difficile, impaksi feses, dan efek tidak spesifik akibat penyakit kritis.
Komplikasi metabolik yang paling sering berupa abnormalitas
elektrolit dan hiperglikemi (Wiryana, 2007).
4. Nutrisi Prenteral
Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang
diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran
pencernakan (Wiryana, 2007). Nutrisi parenteral diberikan apabila
usus tidak dipakai karena suatu hal misalnya: malformasi kongenital
intestinal, enterokolitis nekrotikans, dan distress respirasi berat.
Nutrisi parsial parenteral diberikan apabila usus dapat dipakai, tetapi
tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk pemeliharaan dan
pertumbuhan ( Setiati, 2000).
Tunjangan nutrisi parenteral diindikasikan bila asupan enteral tidak
dapat dipenuhi dengan baik. Terdapat kecenderungan untuk
14
memberikan nutrisi enteral walaupun parsial dan tidak adekuat dengan
suplemen nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi parenteral pada setiap
pasien dilakukan dengan tujuan untuk dapat beralih ke nutrisi enteral
secepat mungkin. Pada pasien IRIN, kebutuhan dalam sehari diberikan
lewat infuse secara kontinyu dalam 24 jam. Monitoring terhadap faktor
biokimia dan klinis harus dilakukan secara ketat. Hal yang paling
ditakutkan pada pemberian nutrisi parenteral total (TPN) melalui vena
sentral adalah infeksi (Ery Leksana, 2000)
Berdasarkan cara pemberian nutrisi parenteral dibagi atas: nutrisi
parenteral sentral dan nutrisi parenteral perifer (Wiryana, 2007)
Indikasi Nutrisi Parenteral :
a. Gangguan absorbs makanan seperti pada fistula enterokunateus,
atresia intestinal, colitis infeksiosa, obstruksi usus halus.
b. Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pancreatitis
berat, status pre operatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal,
diare berulang.
c. Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan
d. Makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik,
hiperemisis gravidarum (Wiryana, 2007).
15
5. Status Nutrisi Pasien
Status nutrisi adalah fenomena multidimensional yang
memerlukan beberapa metode dalam penilaian, termasuk indikator-
indikator yang berhubungan dengan nutrisi, asupan nutrisi dan
pemakaian energy, seperti Body Mass Index (BMI), serum albumin,
prealbumin, hemoglobin, magnesium dan fosfor (Wiryana, 2007).
5.1 Penilaian status nutrisi
a. Klinis: Metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan
yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat
gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti: kulit,
rambut, dan mukosa oral, atau pada organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
b. Biofisik: Penentuan status gizi dengan melihat kemampuan
fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan.Cara yang
digunakan adalah tes adaptasi gelap.
c. Biokimiawi: Pemeriksaan specimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine,
tinja dll.
d. Antropometri:
Pengertian Antropometri: berasal dari kata anthropos dan
metros. Anthropos artinya tubuh dan methros artinya ukuran.
16
Dari definisi di atas dapat ditarik pengertian bahwa
anthropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran
tubuh antara lain: berat badan tinggi badan, lingkar lengan atas
dan tebal lemak dibawah kulit.
5.2 Antropometri
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal
dari tubuh manusia, antara lain umur, berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul,
dan tebal lemak dibawah kulit. Dibawah ini akan diuraikan
parameter sebagai berikut:
a. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.
Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interprestasi status
gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat
badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat.
Menurut Puslitbang gizi Bogor (1980), batasan umur digunakan
adalah tahun umur penuh (Completed Year) dan anak umur 0-2
tahun digunakan bulan usia penuh (Completed Mounth)
17
Contoh: Tahun usia penuh (Completed Year)
Umur : 7 tahun 2 bulan, dihitung 7 tahun
6 tahun 11 bulan, dihitung 6 bulan
Contoh: Bulan usia penuh (Completed Mounth)
Umur : 4 bulan 5 hari, dihitung 4 bulan
3bulan 27 hari, dihitung 3 bulan
b. Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan
paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat
badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR.
Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir dibawah 2500 gram atau
dibawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat
dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status
gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites,
edema dan adanya tumor. Disamping itu pula berat badan dapat
digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan.
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan
mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung
meningkat dan protein otot menurun. Pada orang edema dan
asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor
dapar menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi
pada orang kekurangan gizi.
18
Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai
pertimbangan, antara lain :
1) Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam
waktu singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan
dan kesehatan.
2) Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau
dilakukan secara periodik memberikan gambaran yang baik
tentang pertumbuhan.
3) Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara
umum dan luas di Indonesia sehingga sehingga tidak
merupakan hal baru yang memerlukan penjelasan secara
meluas.
4) Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi ketrampilan
pengukur.
5) Kartu Menuju Sehat (KMS) yang digunakan sebagai alat yang
baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak
menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya.
c. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan
yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui
dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran
kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan
terhadap tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan.
19
Pengukuran tinggi badan untuk bayi dan anak yang belum bisa
berdiri, digunakan alat pengukur panjang bayi.
Cara mengukur:
1) Alat pengukur diletakkan di atas meja atau tempat yang datar
2) Bayi ditidurkan lurus didalam alat pengukur, kepala
diletakkan hati-hati sampai menyinggung bagian atas alat
pengukur
3) Bagian alat pengukur sebelah bawah kaki digeser sehingga
tepat menyinggung telapak kaki bayi, dan skala pada sisi alat
pengukur dapat dibaca.
d. Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas (LLA) dewasa ini memang merupakan salah
satu pilihan untuk penentuan status gizi karena mudah dilakukan
dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga
yang lebih murah. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian, terutama jika digunakan sebagai pilihan
tunggal untuk indeks status gizi.
1. Baku lingkar lengan atas yang sekarang digunakan belum
mendapat pengujian yang memadahi untuk digunakan di
Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang
umumnya menunjukkan perbedaan angka prevalensi KEP
yang cukup berarti antar penggunaan LLA disatu pihak dengan
berat badan menurut umur atau berat badan menurut tinggi
20
badan maupun indeks-indeks lain dipihak lain, sekalipun
terdapat korelasi statistik yang berarti antara indeks-indeks
tersebut dengan LLA
2. Kesalahan pengukuran pada LLA (pada berbagai tingkat
ketrampilan pengukur) relative lebih besa dibandingkan
dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi
kurang, lebih sempit pada LLAdari pada tinggi badan. Ini
berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada LLA
dibandingkan dengan tinggi badan.
3. Lingkar lengan atas sensitive untuk suatu golongan tertentu
(prasekolah), tetapi kurang sensitive pada golongan lain
terutamaorang dewasa.
Alat yang digunakan merupakan suatu pita pengukur yang
terbuat dari fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik.
Cara mengukur:
a) Yang diukur ialah pertengahan lengan atas sebelah kiri.
Pertengahan ini dihitung jarak dari siku sampai batas lengan
dan kemudian dibagi dua.
b) Lengan dalam keadaan bergantung bebas tidak tertutup
kain/pakaian
c) Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai
cukup terukur keliling lingkar lengan, tetapi pita jangan
terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar.
21
e. Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran
anak secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan
pathologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala.
Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar (Hidrosefalus)
dan kepala kecil (Mikrosepalus).
Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan
tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama
tahun pertama, akan tetapi besar lingkar kepala tidak
menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun juga
ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat
bervariasi sesuai dengan keadaan gizi.
Dalam antropometri gizi, rasio lingkar kepala dan lingkar dada
cukup berarti dan menentukan KEP pada anak. Lingkar kepala
dapat juga digunakan sebagai informasi tambahan dalam
pengukuran umur.
Alat dan tehnik pengukuran:
Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiberglass)
dengan lebar kurang dari 1 cm, fleksibel, tidak mudah patah.
Pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal. Caranya
dengan melingkarkan pita pada kepala.
Masalah yang sering dijumpai adalah mengenai Standard of
Reference. Tulang tengkorak atau lingkar kepala sedikit banyak
22
dipengaruhi oleh suku bangsa dan genetic. Juga dipengaruhi oleh
kebudayaan seperti orang Amerika Utara, dimana kepala anak agak
besar karena menderita penyakit tulang.
f. Lingkar Dada
Bisanya dilakukan pada anak berumur 2 sampai 3 tahun, karena
rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan.
Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan
pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun,
rasio lingkar kepala dan dada adalah kurang dari satu, hal ini
dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan,
atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat
digunakan sebagai indicator dalam menentukan KEP pada anak
balita.
Alat dan tehnik pengukuran
Alat yang digunakan adalah pita kecil, tidak mudah patah biasanya
terbuat dari serat kaca (fiberglass). Pengukuran dilakukan pada
garis putting susu. Masalah yang sering dijumpai adalah mengenai
akurasi pengukuran (pembacaan), karena pernapasan anak yang
tidak teratur. Pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal.
23
5.3 Indeks Antropometri
Penggolongan Keadaan Gizi Menurut Indeks Antropometri
(Sumber Puslitbang Gizi, 1980. Pedoman Ringkas Cara
Pengukuran Antropometri dan Penentuan Gizi, Bogor)
Tabel 2.1. Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan
indeks
Status Gizi BB/ U TB/ U BB/ TB LLA/ U LLA/ TB
Gizi Baik >80% >85% >90% >85% >85%
Gizi Kurang 61-80% 71-85% 81-90% 71-85% 76-85%
Gizi Buruk ≤60% ≤70% ≤80% ≤70% ≤75%
Tabel 2.2. Klasifikasi KEP: Antropometri
BB/ U BB/ TB
Ringan 70-80% 80-90%
Sedang 60-70% 70-80%
Berat <60% <70%
Tabel 2.3. Hasil diskusi temu Antropometri (Bandung, Mei 2000)
BB/U < -3SD Berat Badan Sangat Rendah (BBSR= severe
underweight)
Selama ini dikenal sebagai GIZI SANGAT
KURANG
-3,0SD s/d<-2,0SD Berat Badan Rendah (BBR= underweigh)
Selama ini disebut GIZI KURANG
>-2,0SD s/d 2,0SD Berat Badan Normal (BBN)
24
Selama ini disebut GIZI BAIK
>2,0SD Berat Badan Lebih (BBL= overweigh)
Selama ini disebut GIZI LEBIH
TB/U <-3,0SD Pendek sekali (severe stunted)
-3,0SD s/d <-
2,0SD
Pendek (stunted)
≥-2,0SD Normal
BB/TB <-3,0SD Kurus sekali (severe)
-3,0SD s/d <-
2,0SD
Kurus (wasted)
≥-2.0SD s/d 2,0SD Normal
>2,0SD Overweight
5.4 Cara Menghitung Status Gizi Dengan Cara Z-SCORE:
a. Bila “NILAI RIEL” Hasil Pengukuran ≥ “NILAI MEDIAN”
BB/TB, maka Rumusnya:
Z-score=
b. Bila “NILAI RIEL” Hasil Pengukuran < “NILAI
PENGUKURAN” BB/U, TB/U, atau BB/TB, maka Rumusnya:
Z-score=
25
B. Pengetahuan Perawat
1. Pengertian Pengetahuan
Secara konseptual pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia terutama
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa-raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, S. 1997).
2. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan seseorang banyak dipengaruhi oleh beberapa hal
misalnya usia, pendidikan yang diperolehnya dan pengalaman dari
seseorang. Seseorang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan
lebih mudah dalam mengetahui, mengerti dan memahami.
Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan yang cukup dalam
domain kognitif pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku
kesehatan mempunyai 6 tingkatan yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah
mengingat kembali (reccal) terhadap suatu obyek yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
26
diterima. Oleh sebab itu “tahu” adalah tingkatan pengetahuan
paling rendah.
Contoh: Perawat dikatakan tahu tentang tindakan pemberian nutrisi
enteral bila mampu menyebutkan, mengestimasi, memberikan
nutrisi sesuai dengan prosedur yang benar
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.Seseorang dikatakan telah paham
terhadap obyek atau materi apabila dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil. Apabila disini
dapat diartikan penggunaan hokum, rumus, metode prinsip dan
sebagainya dalam kontek atau situasi lain. Misalnya: perawat
mampu melakukan prinsip tindakan pemberian nutrisi enteral .
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
obyek dalam komponen-komponen, tetapi masalah di dalam suatu
struktur organisasi masih ada kaitannya satu dengan yang lain.
27
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru atau menyusun formulasi-formulasi yang
ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian itu
berdasarkan criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, S. 1997).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah
sebagai berikut: pendidikan, meskipun tidak mutlak namun semakin tinggi
pendidikan seseorang makin tinggi pula tingkat pengetahuannya; sosial
ekonomi, seseorang yang mempunyai tingkat social ekonomi baik,
kemungkinan mempunyai tingkat pendidikan yang baik pula. Lingkungan,
merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan;
budaya, berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang
(Notoatmodjo, 1997).
28
C. Kerangka Teori
Nutrisi
1. Cara mengukur/menghitung
kebutuhan nutrisi
2. Nutrisi enteral dan parenteral
3. Kebutuhan nutrisi pasien kritis
Karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral dan trase
elemen
Pengetahuan perawat
1. pendidikan
2. sosial ekonomi
3. lingkungan
4. budaya
(Notoatmojo, 2002)
Penilaian status nutrisi:
1. Antropometri
berat badan, panjang
badan, ditentukan berat
badan menurut umur,
panjang badan menurut
umur, dan berat badan
menurut panjang badan.
2. Klinis: kulit, rambut,
mukosa mulut
3. Biofisik: tes adaptasi
gelap
4. Biokimia
a. Zat besi
b. Serum protein
c. Mineral
(Supariasa, 2001)
29
D. Kerangka Konsep
Independen Dependen
Variabel Perancu
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian dalam proposal penelitian ini adalah ada hubungan
antara pengetahuan perawat dengan status nutrisi yang dinilai secara
antropometri pada bayi yang dirawat di NICU dan BBRT Rumah Sakit Dr
Kariadi Semarang.
Perawat:
1. umur
2. tingkat
pendidikan
3. masa kerja
4. tingkat
pengetahuan
Pasien :
1. usia
2. nutrisi enteral
dan parenteral
Antropometri :
1. Berat badan menurut umur
2. Panjang badan menurut umur
3. Berat badan menurut panjang
badan
1. Pasian dengan gangguan nutrisi sebelumnya
2. Pasien dengan komplikasai berat (Sepsis)
3. Penyakit lain yang menyertai

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU GIZI
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU GIZISEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU GIZI
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU GIZIShinta Handayani
 
PENGANTAR ILMU GIZI
PENGANTAR ILMU GIZI PENGANTAR ILMU GIZI
PENGANTAR ILMU GIZI pjj_kemenkes
 
Konsep dasar-ilmu-gizi oleh ibu jumirah
Konsep dasar-ilmu-gizi oleh ibu jumirahKonsep dasar-ilmu-gizi oleh ibu jumirah
Konsep dasar-ilmu-gizi oleh ibu jumirahSoni Fariski
 
PENGANTAR ILMU GIZI
 PENGANTAR ILMU GIZI  PENGANTAR ILMU GIZI
PENGANTAR ILMU GIZI pjj_kemenkes
 
Materi 1.konsep dasar ilmu gizi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Materi 1.konsep dasar ilmu gizi   AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Materi 1.konsep dasar ilmu gizi   AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Materi 1.konsep dasar ilmu gizi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRSTmakalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRSTSri Nur Ramliah
 
PRAKTIKUM GIZI BLOK RESPIRASI FK UMI
PRAKTIKUM GIZI BLOK RESPIRASI FK UMIPRAKTIKUM GIZI BLOK RESPIRASI FK UMI
PRAKTIKUM GIZI BLOK RESPIRASI FK UMIRiany Zahrah
 
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisiasuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisicuttriahajaton
 
Chapter II Gizi Buruk
Chapter II Gizi BurukChapter II Gizi Buruk
Chapter II Gizi BurukSTIMLOG
 
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Pemenuhan kebutuhan nutrisiPemenuhan kebutuhan nutrisi
Pemenuhan kebutuhan nutrisiSulistia Rini
 
Konsep kebutuhan nutrisi
Konsep kebutuhan nutrisiKonsep kebutuhan nutrisi
Konsep kebutuhan nutrisiSulistia Rini
 

Was ist angesagt? (20)

DASAR ILMU GIZI
DASAR ILMU GIZIDASAR ILMU GIZI
DASAR ILMU GIZI
 
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU GIZI
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU GIZISEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU GIZI
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU GIZI
 
Modul 1 kb 1
Modul 1 kb 1Modul 1 kb 1
Modul 1 kb 1
 
malnutrisi
malnutrisimalnutrisi
malnutrisi
 
Kb3
Kb3Kb3
Kb3
 
PENGANTAR ILMU GIZI
PENGANTAR ILMU GIZI PENGANTAR ILMU GIZI
PENGANTAR ILMU GIZI
 
Askep nutrisi 2011
Askep nutrisi 2011Askep nutrisi 2011
Askep nutrisi 2011
 
Konsep dasar-ilmu-gizi oleh ibu jumirah
Konsep dasar-ilmu-gizi oleh ibu jumirahKonsep dasar-ilmu-gizi oleh ibu jumirah
Konsep dasar-ilmu-gizi oleh ibu jumirah
 
PENGANTAR ILMU GIZI
 PENGANTAR ILMU GIZI  PENGANTAR ILMU GIZI
PENGANTAR ILMU GIZI
 
Materi 1.konsep dasar ilmu gizi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Materi 1.konsep dasar ilmu gizi   AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Materi 1.konsep dasar ilmu gizi   AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Materi 1.konsep dasar ilmu gizi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Ilmu gizi
Ilmu giziIlmu gizi
Ilmu gizi
 
Gizi dan Osteoporosis
Gizi dan OsteoporosisGizi dan Osteoporosis
Gizi dan Osteoporosis
 
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRSTmakalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
 
PRAKTIKUM GIZI BLOK RESPIRASI FK UMI
PRAKTIKUM GIZI BLOK RESPIRASI FK UMIPRAKTIKUM GIZI BLOK RESPIRASI FK UMI
PRAKTIKUM GIZI BLOK RESPIRASI FK UMI
 
Epid kesling
Epid keslingEpid kesling
Epid kesling
 
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisiasuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
 
Masalah Kebutuhan Nutrisi
Masalah Kebutuhan NutrisiMasalah Kebutuhan Nutrisi
Masalah Kebutuhan Nutrisi
 
Chapter II Gizi Buruk
Chapter II Gizi BurukChapter II Gizi Buruk
Chapter II Gizi Buruk
 
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Pemenuhan kebutuhan nutrisiPemenuhan kebutuhan nutrisi
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
 
Konsep kebutuhan nutrisi
Konsep kebutuhan nutrisiKonsep kebutuhan nutrisi
Konsep kebutuhan nutrisi
 

Andere mochten auch

Surveilans TBC
Surveilans TBC Surveilans TBC
Surveilans TBC Riri Santu
 
konsep dan ruang lingkup beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan sosial
konsep dan ruang lingkup beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan sosialkonsep dan ruang lingkup beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan sosial
konsep dan ruang lingkup beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan sosialcluprut
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...Anisa Imaniar
 
171326626 gambaran-pengetahuan-sikap-dan-tindakan-penderita-hipertensi-dalam-...
171326626 gambaran-pengetahuan-sikap-dan-tindakan-penderita-hipertensi-dalam-...171326626 gambaran-pengetahuan-sikap-dan-tindakan-penderita-hipertensi-dalam-...
171326626 gambaran-pengetahuan-sikap-dan-tindakan-penderita-hipertensi-dalam-...Jeffry Shin
 
Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)
Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)
Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)Nurul Khomariyah Eka Putry
 
Digital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswariDigital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswariBayu Rahmanto
 

Andere mochten auch (8)

Proposal saban AKBID PARAMATA RAHA
Proposal saban AKBID PARAMATA RAHA Proposal saban AKBID PARAMATA RAHA
Proposal saban AKBID PARAMATA RAHA
 
Surveilans TBC
Surveilans TBC Surveilans TBC
Surveilans TBC
 
konsep dan ruang lingkup beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan sosial
konsep dan ruang lingkup beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan sosialkonsep dan ruang lingkup beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan sosial
konsep dan ruang lingkup beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan sosial
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
 
Perilaku
PerilakuPerilaku
Perilaku
 
171326626 gambaran-pengetahuan-sikap-dan-tindakan-penderita-hipertensi-dalam-...
171326626 gambaran-pengetahuan-sikap-dan-tindakan-penderita-hipertensi-dalam-...171326626 gambaran-pengetahuan-sikap-dan-tindakan-penderita-hipertensi-dalam-...
171326626 gambaran-pengetahuan-sikap-dan-tindakan-penderita-hipertensi-dalam-...
 
Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)
Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)
Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)
 
Digital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswariDigital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswari
 

Ähnlich wie Pdf total prenteral nutrisi steril

PENGANTAR ILMU GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptx
PENGANTAR ILMU  GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptxPENGANTAR ILMU  GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptx
PENGANTAR ILMU GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptxpkmmasmambang
 
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustusFinal orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustusDokter Tekno
 
35152967 nutrisi-anak-sakit-berat
35152967 nutrisi-anak-sakit-berat35152967 nutrisi-anak-sakit-berat
35152967 nutrisi-anak-sakit-beratiqbal_r2hmi
 
Status Nutrisi (1).pptx
Status Nutrisi (1).pptxStatus Nutrisi (1).pptx
Status Nutrisi (1).pptxssuserdfff78
 
Kebutuhan nutrisi dewasa 03
Kebutuhan nutrisi dewasa 03Kebutuhan nutrisi dewasa 03
Kebutuhan nutrisi dewasa 03Indiey Syuhada
 
GiziMasyarakat.pptx
GiziMasyarakat.pptxGiziMasyarakat.pptx
GiziMasyarakat.pptxIndahAyu77
 
kebutuhan dan penilaian gizi
kebutuhan dan penilaian gizikebutuhan dan penilaian gizi
kebutuhan dan penilaian giziamirahmiyati12
 
PPT BU FITRI.pdf
PPT BU FITRI.pdfPPT BU FITRI.pdf
PPT BU FITRI.pdfDevi731732
 
Kurang Energi Protein Ude News
Kurang Energi Protein   Ude NewsKurang Energi Protein   Ude News
Kurang Energi Protein Ude NewsUDE-NEWS
 
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteralAsuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteralOkta-Shi Sama
 
2-Askep nutrisikeperawatankesehatan.pptx
2-Askep nutrisikeperawatankesehatan.pptx2-Askep nutrisikeperawatankesehatan.pptx
2-Askep nutrisikeperawatankesehatan.pptxRusliansyah2
 

Ähnlich wie Pdf total prenteral nutrisi steril (20)

Definisi
DefinisiDefinisi
Definisi
 
Askep marasmus
Askep marasmusAskep marasmus
Askep marasmus
 
PENGANTAR ILMU GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptx
PENGANTAR ILMU  GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptxPENGANTAR ILMU  GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptx
PENGANTAR ILMU GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptx
 
Nutrisi parenteral
Nutrisi parenteralNutrisi parenteral
Nutrisi parenteral
 
Nutrisi miscellaneous
Nutrisi miscellaneousNutrisi miscellaneous
Nutrisi miscellaneous
 
GIZI dan Makanan
GIZI dan MakananGIZI dan Makanan
GIZI dan Makanan
 
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustusFinal orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
 
35152967 nutrisi-anak-sakit-berat
35152967 nutrisi-anak-sakit-berat35152967 nutrisi-anak-sakit-berat
35152967 nutrisi-anak-sakit-berat
 
Status Nutrisi (1).pptx
Status Nutrisi (1).pptxStatus Nutrisi (1).pptx
Status Nutrisi (1).pptx
 
Kebutuhan nutrisi dewasa 03
Kebutuhan nutrisi dewasa 03Kebutuhan nutrisi dewasa 03
Kebutuhan nutrisi dewasa 03
 
GiziMasyarakat.pptx
GiziMasyarakat.pptxGiziMasyarakat.pptx
GiziMasyarakat.pptx
 
Gizi.pptx
Gizi.pptxGizi.pptx
Gizi.pptx
 
Pjok7 bab 10
Pjok7 bab 10Pjok7 bab 10
Pjok7 bab 10
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
kebutuhan dan penilaian gizi
kebutuhan dan penilaian gizikebutuhan dan penilaian gizi
kebutuhan dan penilaian gizi
 
PPT BU FITRI.pdf
PPT BU FITRI.pdfPPT BU FITRI.pdf
PPT BU FITRI.pdf
 
Kurang Energi Protein Ude News
Kurang Energi Protein   Ude NewsKurang Energi Protein   Ude News
Kurang Energi Protein Ude News
 
gizi terapan
gizi terapangizi terapan
gizi terapan
 
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteralAsuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
 
2-Askep nutrisikeperawatankesehatan.pptx
2-Askep nutrisikeperawatankesehatan.pptx2-Askep nutrisikeperawatankesehatan.pptx
2-Askep nutrisikeperawatankesehatan.pptx
 

Pdf total prenteral nutrisi steril

  • 1. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nutrisi 1. Pengertian Nutrisi Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi. Sedangkam menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. 2. Kebutuhan Nutrisi 2.1 Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Tunjangan nutrisi yang tepat dan akurat pada anak sakit kritis dapat menurunkan angka kematian. Terdapat dua tujuan dasar dari tunjangan nutrisi yaitu:
  • 2. 9 a. mengurangi konsekuensi respon berkepanjangan terhadap jejas yaitu starvation dan infrastruktur. b. Mengatur respon inflamasi, penentuan status nutrisi pada anak sakit kritis hendaknya dilakukan berulang ulang untuk menentukan kecukupan nutrisi dan untuk menentukan tunjangan nutrisi selanjutnya. Pemeriksaan yang berulang- ulang ini penting karena 16-20% anak yang dirawat di ruang Intensif mengalami defisiensi makronutrien 48jam setelah anak dirawat. Disamping itu disfungsi/gagal organ multipel dapat terjadi sesudah trauma, sepsis atau gagal nafas yang berhubungan dengan hipermetabolisme yang berlangsung lama (Setiati,2000). 2.2 Beberapa cara mengukur kebutuhan nutrisi : a. Metabolic Chart- Indirect Calorimetry Resting Energy Expenditur (REE). [(konsentrasi O2)(0,39) + (produksi CO2)(1,11)] x 1440. Rumus ini kurang akurat pada pasien-pasien dengan FiO2 lebih dari 40%. b. Persamaan Harris Benedict( untuk dewasa). Basal Energy Expenditure (BEE): Laki-laki: 66,47 + (13,75 x BB) + (5 x TB) – (6,76 x Umur) Wanita: 655,1 + (9,56 x BB) + (1,85 x TB) – (4,67 xUmur) Rata-rata BEE adalah mendekati 25 kkal/ kgbb /hari.
  • 3. 10 BB=berat badan, TB=tinggi badan Untuk menghitung BEE harus disesuaikan dengan factor- faktor metabolik, seperti: demam, operasi, sepsis, luka bakar dan lain-lain. c. 25-30 kkal/kgbb ideal/hari (untuk dewasa) 120-135 kkal/kgbb/hari (untuk premature) 120-140 kkal/kgbb/hari (untuk infant) (Setiati, 2000) d. Menghitung balance nitrogen dengan menggunakan urea urine 24 jam dan dalam hubungannya dengan urea darah dan Albumin. Tiap gram nitrogen yang dihasilkan menggunakan energy sebesar 100-150 kkal (At Tock, 2007). Kebutuhan energi pada pasien kritis: Rule of Thumb dalam menghitung kebutuhan kalori, yaitu 25-30 kkal/kgbb/hari. Selain itu penetapan Resting Energy Expenditure (REE) harus dilakukan sebelum memberikan nutrisi. REE adalah pengukuran jumlah energy yang dikeluarkan untuk mempertahankan kehidupan pada kondisi istirahat dan 12- 18 jam setelah makan. REE sering juga disebut Basal Metabolic Rate (BMR), Basal Energy Requirement (BER), atau Basal Energy Expenditure (BEE). Perkiraan REE yang akurat dapat membantu mengurangi komplikasi akibat kelebihan pemberian nutrisi (overviding) seperti
  • 4. 11 infiltrasi lemak ke hati dan pulmonary compromise (Wiryana, 2007). 2.3 Bentuk pemberian kalori yaitu : a. Karbohidrat: karbohidrat merupakan sumber energy yang penting. Setiap gram karbohidrat menghasilkan kurang lebih 4 kalori. Asupan karbohidrat di dalam diit sebaiknya berkisar 50%-60% dari kebutuhan kalori (Setiati, 2000) b. Lemak: komponen lemak dapat diberikan dalam bentuk nutrisi enteral maupun parenteral sebagai emulsi lemak. Pemberian lemak dapat mencapai 20% -40% dari total kebutuhan. Satu gram lemak menghasilkan 9 kalori. Lemak memiliki fungsi antara lain sebagai sumber energi, membantu absorbsi vitamin yang larut dalam lemak, menyediakan asam lemak esensial, membantu dan melindungi organ-organ internal, membantu regulasi suhu tubuh dan melumasi jaringan-jaringan tubuh (Setiati, 2000). c. Protein (Asam Amino): kebutuhan protein adalah 0,8gr/kgbb/hari atau kurang lebih 10% dari total kebutuhan kalori. Namun selama sakit kritis kebutuhan protein meningkat menjadi 1,2-1,5 gr/kgbb/hari. Pada beberapa penyakit tertentu, asupan protein harus dikontrol, misalnya kegagalan hati akut dan pasien uremia, asupan protein dibatasi sebesar 0,5 gr/kgbb/hari(Wiryana,2007). Setiati, 2000 juga berpendapat,
  • 5. 12 kebutuhan protein untuk BBLR 2,0-2,5g/kgbb/hari, bayi 2,5- 3,0g/kgbb/hari, anak 1,5-2,5g/kgbb/hari. Kebutuhan micro nutrient juga harus dipertimbangkan, biasanya diberikan natrium, kalium 1 mmol/kgbb, dapat ditingkatkan jika terdapat kehilangan yang berlebihan. Elektrolit lain seperti magnesium, besi, tembaga, seng dan selenium, juga dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit. Pasien dengan suplementasi nutrisi yang lama membutuhkan pengecekan kadar elektrolit-elektrolit ini secara periodik. Elektrolit yang sering terlupakan adalah fosfat, kelemahan otot yang berhubungan dengan penggunaan ventilator yang lama dan kegagalan lepas dari ventilator, dapat disebabkan oleh hipofosfatemia (Wiryana,2007). Pasien kritis membutuhkan vitamin-vitamin A, E, K, B1 (tiamin), B3 (niasin), B6 (piridoksin), vitamin C, asam pantotenat dan asam folat yang lebih banyak dibandingkan kebutuhan normal sehari-harinya (Wiryana,2007). 3. Nutrisi Enteral Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan melalui tube ke dalam lambung (gastric tube), nasogastrik tube (NGT), atau jejunum dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin (At Tock, 2007). Menurut Wiryana (2007), Nutrisi enteral adalah faktor resiko independent pnemoni
  • 6. 13 nosokomial yang berhubungan dengan ventilasi mekanik. Cara pemberian sedini mungkin dan benar nutrisi enteral akan menurunkan kejadian pneumonia, sebab bila nutrisi enteral yang diberikan secara dini akan membantu memelihara epitel pencernaan, mencegah translokasi kuman, mencegah peningkatan distensi gaster, kolonisasi kuman, dan regurgitasi. Posisi pasien setengah duduk dapat mengurangi resiko regurgitasi aspirasi. Diare sering terjadi pada pasien di Intensif Care Unit yang mendapat nutrisi enteral, penyebabnya multifaktorial, termasuk therapy antibiotic, infeksi clostridium difficile, impaksi feses, dan efek tidak spesifik akibat penyakit kritis. Komplikasi metabolik yang paling sering berupa abnormalitas elektrolit dan hiperglikemi (Wiryana, 2007). 4. Nutrisi Prenteral Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernakan (Wiryana, 2007). Nutrisi parenteral diberikan apabila usus tidak dipakai karena suatu hal misalnya: malformasi kongenital intestinal, enterokolitis nekrotikans, dan distress respirasi berat. Nutrisi parsial parenteral diberikan apabila usus dapat dipakai, tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk pemeliharaan dan pertumbuhan ( Setiati, 2000). Tunjangan nutrisi parenteral diindikasikan bila asupan enteral tidak dapat dipenuhi dengan baik. Terdapat kecenderungan untuk
  • 7. 14 memberikan nutrisi enteral walaupun parsial dan tidak adekuat dengan suplemen nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi parenteral pada setiap pasien dilakukan dengan tujuan untuk dapat beralih ke nutrisi enteral secepat mungkin. Pada pasien IRIN, kebutuhan dalam sehari diberikan lewat infuse secara kontinyu dalam 24 jam. Monitoring terhadap faktor biokimia dan klinis harus dilakukan secara ketat. Hal yang paling ditakutkan pada pemberian nutrisi parenteral total (TPN) melalui vena sentral adalah infeksi (Ery Leksana, 2000) Berdasarkan cara pemberian nutrisi parenteral dibagi atas: nutrisi parenteral sentral dan nutrisi parenteral perifer (Wiryana, 2007) Indikasi Nutrisi Parenteral : a. Gangguan absorbs makanan seperti pada fistula enterokunateus, atresia intestinal, colitis infeksiosa, obstruksi usus halus. b. Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pancreatitis berat, status pre operatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal, diare berulang. c. Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan d. Makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemisis gravidarum (Wiryana, 2007).
  • 8. 15 5. Status Nutrisi Pasien Status nutrisi adalah fenomena multidimensional yang memerlukan beberapa metode dalam penilaian, termasuk indikator- indikator yang berhubungan dengan nutrisi, asupan nutrisi dan pemakaian energy, seperti Body Mass Index (BMI), serum albumin, prealbumin, hemoglobin, magnesium dan fosfor (Wiryana, 2007). 5.1 Penilaian status nutrisi a. Klinis: Metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti: kulit, rambut, dan mukosa oral, atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. b. Biofisik: Penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan.Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap. c. Biokimiawi: Pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dll. d. Antropometri: Pengertian Antropometri: berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan methros artinya ukuran.
  • 9. 16 Dari definisi di atas dapat ditarik pengertian bahwa anthropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain: berat badan tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak dibawah kulit. 5.2 Antropometri Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak dibawah kulit. Dibawah ini akan diuraikan parameter sebagai berikut: a. Umur Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interprestasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Menurut Puslitbang gizi Bogor (1980), batasan umur digunakan adalah tahun umur penuh (Completed Year) dan anak umur 0-2 tahun digunakan bulan usia penuh (Completed Mounth)
  • 10. 17 Contoh: Tahun usia penuh (Completed Year) Umur : 7 tahun 2 bulan, dihitung 7 tahun 6 tahun 11 bulan, dihitung 6 bulan Contoh: Bulan usia penuh (Completed Mounth) Umur : 4 bulan 5 hari, dihitung 4 bulan 3bulan 27 hari, dihitung 3 bulan b. Berat badan Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir dibawah 2500 gram atau dibawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor. Disamping itu pula berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan protein otot menurun. Pada orang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapar menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.
  • 11. 18 Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan, antara lain : 1) Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan. 2) Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan. 3) Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di Indonesia sehingga sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan penjelasan secara meluas. 4) Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi ketrampilan pengukur. 5) Kartu Menuju Sehat (KMS) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya. c. Tinggi Badan Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan.
  • 12. 19 Pengukuran tinggi badan untuk bayi dan anak yang belum bisa berdiri, digunakan alat pengukur panjang bayi. Cara mengukur: 1) Alat pengukur diletakkan di atas meja atau tempat yang datar 2) Bayi ditidurkan lurus didalam alat pengukur, kepala diletakkan hati-hati sampai menyinggung bagian atas alat pengukur 3) Bagian alat pengukur sebelah bawah kaki digeser sehingga tepat menyinggung telapak kaki bayi, dan skala pada sisi alat pengukur dapat dibaca. d. Lingkar Lengan Atas Lingkar lengan atas (LLA) dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, terutama jika digunakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi. 1. Baku lingkar lengan atas yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadahi untuk digunakan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukkan perbedaan angka prevalensi KEP yang cukup berarti antar penggunaan LLA disatu pihak dengan berat badan menurut umur atau berat badan menurut tinggi
  • 13. 20 badan maupun indeks-indeks lain dipihak lain, sekalipun terdapat korelasi statistik yang berarti antara indeks-indeks tersebut dengan LLA 2. Kesalahan pengukuran pada LLA (pada berbagai tingkat ketrampilan pengukur) relative lebih besa dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LLAdari pada tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada LLA dibandingkan dengan tinggi badan. 3. Lingkar lengan atas sensitive untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitive pada golongan lain terutamaorang dewasa. Alat yang digunakan merupakan suatu pita pengukur yang terbuat dari fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik. Cara mengukur: a) Yang diukur ialah pertengahan lengan atas sebelah kiri. Pertengahan ini dihitung jarak dari siku sampai batas lengan dan kemudian dibagi dua. b) Lengan dalam keadaan bergantung bebas tidak tertutup kain/pakaian c) Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup terukur keliling lingkar lengan, tetapi pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar.
  • 14. 21 e. Lingkar Kepala Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan pathologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar (Hidrosefalus) dan kepala kecil (Mikrosepalus). Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, akan tetapi besar lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun juga ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi. Dalam antropometri gizi, rasio lingkar kepala dan lingkar dada cukup berarti dan menentukan KEP pada anak. Lingkar kepala dapat juga digunakan sebagai informasi tambahan dalam pengukuran umur. Alat dan tehnik pengukuran: Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiberglass) dengan lebar kurang dari 1 cm, fleksibel, tidak mudah patah. Pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal. Caranya dengan melingkarkan pita pada kepala. Masalah yang sering dijumpai adalah mengenai Standard of Reference. Tulang tengkorak atau lingkar kepala sedikit banyak
  • 15. 22 dipengaruhi oleh suku bangsa dan genetic. Juga dipengaruhi oleh kebudayaan seperti orang Amerika Utara, dimana kepala anak agak besar karena menderita penyakit tulang. f. Lingkar Dada Bisanya dilakukan pada anak berumur 2 sampai 3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan dada adalah kurang dari satu, hal ini dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan, atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan sebagai indicator dalam menentukan KEP pada anak balita. Alat dan tehnik pengukuran Alat yang digunakan adalah pita kecil, tidak mudah patah biasanya terbuat dari serat kaca (fiberglass). Pengukuran dilakukan pada garis putting susu. Masalah yang sering dijumpai adalah mengenai akurasi pengukuran (pembacaan), karena pernapasan anak yang tidak teratur. Pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal.
  • 16. 23 5.3 Indeks Antropometri Penggolongan Keadaan Gizi Menurut Indeks Antropometri (Sumber Puslitbang Gizi, 1980. Pedoman Ringkas Cara Pengukuran Antropometri dan Penentuan Gizi, Bogor) Tabel 2.1. Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan indeks Status Gizi BB/ U TB/ U BB/ TB LLA/ U LLA/ TB Gizi Baik >80% >85% >90% >85% >85% Gizi Kurang 61-80% 71-85% 81-90% 71-85% 76-85% Gizi Buruk ≤60% ≤70% ≤80% ≤70% ≤75% Tabel 2.2. Klasifikasi KEP: Antropometri BB/ U BB/ TB Ringan 70-80% 80-90% Sedang 60-70% 70-80% Berat <60% <70% Tabel 2.3. Hasil diskusi temu Antropometri (Bandung, Mei 2000) BB/U < -3SD Berat Badan Sangat Rendah (BBSR= severe underweight) Selama ini dikenal sebagai GIZI SANGAT KURANG -3,0SD s/d<-2,0SD Berat Badan Rendah (BBR= underweigh) Selama ini disebut GIZI KURANG >-2,0SD s/d 2,0SD Berat Badan Normal (BBN)
  • 17. 24 Selama ini disebut GIZI BAIK >2,0SD Berat Badan Lebih (BBL= overweigh) Selama ini disebut GIZI LEBIH TB/U <-3,0SD Pendek sekali (severe stunted) -3,0SD s/d <- 2,0SD Pendek (stunted) ≥-2,0SD Normal BB/TB <-3,0SD Kurus sekali (severe) -3,0SD s/d <- 2,0SD Kurus (wasted) ≥-2.0SD s/d 2,0SD Normal >2,0SD Overweight 5.4 Cara Menghitung Status Gizi Dengan Cara Z-SCORE: a. Bila “NILAI RIEL” Hasil Pengukuran ≥ “NILAI MEDIAN” BB/TB, maka Rumusnya: Z-score= b. Bila “NILAI RIEL” Hasil Pengukuran < “NILAI PENGUKURAN” BB/U, TB/U, atau BB/TB, maka Rumusnya: Z-score=
  • 18. 25 B. Pengetahuan Perawat 1. Pengertian Pengetahuan Secara konseptual pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia terutama indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa-raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, S. 1997). 2. Tingkat Pengetahuan Tingkat pengetahuan seseorang banyak dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya usia, pendidikan yang diperolehnya dan pengalaman dari seseorang. Seseorang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah dalam mengetahui, mengerti dan memahami. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku kesehatan mempunyai 6 tingkatan yaitu : a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali (reccal) terhadap suatu obyek yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
  • 19. 26 diterima. Oleh sebab itu “tahu” adalah tingkatan pengetahuan paling rendah. Contoh: Perawat dikatakan tahu tentang tindakan pemberian nutrisi enteral bila mampu menyebutkan, mengestimasi, memberikan nutrisi sesuai dengan prosedur yang benar b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Seseorang dikatakan telah paham terhadap obyek atau materi apabila dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil. Apabila disini dapat diartikan penggunaan hokum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam kontek atau situasi lain. Misalnya: perawat mampu melakukan prinsip tindakan pemberian nutrisi enteral . d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek dalam komponen-komponen, tetapi masalah di dalam suatu struktur organisasi masih ada kaitannya satu dengan yang lain.
  • 20. 27 e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau menyusun formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian itu berdasarkan criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, S. 1997). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah sebagai berikut: pendidikan, meskipun tidak mutlak namun semakin tinggi pendidikan seseorang makin tinggi pula tingkat pengetahuannya; sosial ekonomi, seseorang yang mempunyai tingkat social ekonomi baik, kemungkinan mempunyai tingkat pendidikan yang baik pula. Lingkungan, merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan; budaya, berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 1997).
  • 21. 28 C. Kerangka Teori Nutrisi 1. Cara mengukur/menghitung kebutuhan nutrisi 2. Nutrisi enteral dan parenteral 3. Kebutuhan nutrisi pasien kritis Karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan trase elemen Pengetahuan perawat 1. pendidikan 2. sosial ekonomi 3. lingkungan 4. budaya (Notoatmojo, 2002) Penilaian status nutrisi: 1. Antropometri berat badan, panjang badan, ditentukan berat badan menurut umur, panjang badan menurut umur, dan berat badan menurut panjang badan. 2. Klinis: kulit, rambut, mukosa mulut 3. Biofisik: tes adaptasi gelap 4. Biokimia a. Zat besi b. Serum protein c. Mineral (Supariasa, 2001)
  • 22. 29 D. Kerangka Konsep Independen Dependen Variabel Perancu E. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian dalam proposal penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan perawat dengan status nutrisi yang dinilai secara antropometri pada bayi yang dirawat di NICU dan BBRT Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang. Perawat: 1. umur 2. tingkat pendidikan 3. masa kerja 4. tingkat pengetahuan Pasien : 1. usia 2. nutrisi enteral dan parenteral Antropometri : 1. Berat badan menurut umur 2. Panjang badan menurut umur 3. Berat badan menurut panjang badan 1. Pasian dengan gangguan nutrisi sebelumnya 2. Pasien dengan komplikasai berat (Sepsis) 3. Penyakit lain yang menyertai