Dokumen tersebut membahas tentang penentuan panas spesifik bahan, termasuk tujuan praktikum untuk memahami metode penentuan panas spesifik dan menentukan besarnya panas spesifik bahan hasil pertanian. Juga dibahas mengenai tinjauan teori kalor dan kapasitas panas, serta metode pengukuran panas spesifik menggunakan kalorimeter.
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
PANAS SPESIFIK BAHAN
1. ACARA II
PENENTUAN PANAS SPESIFIK BAHAN
I. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum penentuan panas spesifik bahan kali ini adalah :
a. Mahasiswa mampu memahami salah satu metode penentuan panas
spesifik bahan hasil pertanian.
b. Mahasiswa dapat menentukan besarnya panas spesifik bahan hasil
pertanian.
II. Tinjauan Pustaka
a. Tinjauan Alat dan Bahan
Pertukaran energi merupakan dasar untuk teknik yang dikenal
sebagai kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif dari
pertukaran kalor. Untuk melakukan setiap pengukuran digunakan
kalorimeter. Hal ini amat penting bahwa kalorimeter terisolasi dengan
baik sehingga hanya sejumlah kecil kalor ditukar dengan kalor dari luar.
Salah satu penggunaan kalorimeter yang terpenting adalah penentuan
panas spesifik zat. Dalam teknik dikenal sebagai “metode campuran”;
contoh zat dipanaskan sampai suhu tinggi, yang diukur secara akurat, dan
kemudian dimasukkan secara cepat dalam kalorimeter yang berisi air
dingin. Kalor yang hilang oleh zat akan diterima oleh air dan kalorimeter.
Dengan mengukur suhu akhir campuran, kalor spesifik dapat dihitung
(Giancoli, 1996).
Pada termometer cairan, pengukuran didasarkan pada pemuaian
cairan yang volumenya sangat tergantung pada temperatur. Cairan harus
tidak boleh membeku atau menguap di daerah ukur, misalnya
menggunakan air raksa, pentana, alkohol dan toluena. Temometer air
raksa harus digunakan dengan hati-hati. Bila terjadi kerusakan/kebocoran,
air raksa dapat meracuni produk farmasi, mempengaruhi reaksi kimia dan
menyebabkan terjadi paduan logam-logam lain. Cairan berada dalam
2. reservoir yang berfungsi sebagai sensor. Ujung atas reservoir disambung
dengan kapiler. Permukaan cairan dalam kapiler menunjukkan temperatur.
Tinggi permukaan dapat dibaca pada skala yang digoreskan pada kapiler
atau yang dituliskan pada pelat di belakang kapiler (Bernasconi, 1995).
Tepung beras merupakan produk pengolahan beras yang paling
mudah pembuatannya. Beras digiling dengan penggiling hammer mill
sehingga menjadi tepung. Cara pembuatan: 1) Beras diayak atau ditampi
untuk menghilangkan kotoran seperti kerikil, sekam, dan gabah; 2) Beras
yang sudah bersih, kemudian digiling sampai halus dengan menggunakan
penggiling hammer mill yang berpenyaring 80 mesh: (a) Beras dapat
dicuci terlebih dahulu sampai bersih, kemudian direndam di dalam air
yang mengandung natrium bisulfit, 1 ppm (1 g natrium bisulfit di dalam 1
m3 air) selama 6 jam; (b) Setelah itu beras ditiriskan dan dikeringkan
sehingga dihasilkan beras lembab. Selanjutnya beras lembab ini digiling
sampai halus. Beras lembab ini lebih mudah dihaluskan sehingga
penggilingannya lebih cepat dan hemat energi. (c) Setelah digiling,
tepung beras perlu dijemur atau dikeringkan sampai kadar air dibawah 14%
(Hasbullah, 2001).
b. Tinjauan Teori
Kalor dapat dipikirkan sebagai energi yang dipindahkan karena
perubahan suhu. Energi sebagai kalor mengalir dari benda yang lebih
panas (suhu lebih tinggi) ke benda yang lebih dingin (suhu lebih rendah).
Molekul-molekul dari bagian yang lebih panas kehilangan energi
kinetiknya dan berpindah ke bagian yang lebih dingin ketika kedua bagian
tersebut bersentuhan. Jumlah energi kalor, q yang dibutuhkan untuk
mengubah suhu suatu zat tergantung pada beberapa besarnya suhu yang
harus diubah, jumlah zat, dan identitas (jenis molekul-molekulnya).
Kapasitas kalor adalah banyaknya energi kalor yang dibutuhkan untuk
mengikatkan suhu zat 1 C. Kapasitas kalor tergantung pada jumlah zat.
Kapasitas kalor spesifik atau disederhanakan, kalor jenis adalah
banyaknya energi kalor yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1
3. gram zat sebesar 1 C. Kalor jenis molar adalah banyaknya energi kalor
yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1 mol zat sebesar 1 C. Jika
suhu suatu zat meningkat, suhu akhir lebih besar dari suhu awal.
Banyaknya energi, kalor yang bertanda positif, menyatakan bahwa kalor
diserap atau diperoleh ketika suhu zat meningkat. Jika suhu zat
diturunkan, suhu akhir lebih kecil dari suhu awal. Banyaknya kalor yang
bertanda negatif, menyatakan bahwa kalor dilepaskan atau hilang ketika
zat tersebut didinginkan (Petrucci, 1985).
Kalor berasal dari kata caloric yang ditemukan oleh ahli kimia
Perancis yang bernama Antonnie laurent lavoiser (1743-1794). Kalor
mempunyai satuan kalori (kal) dan kilokalori (kkal). 1 kal sama dengan
jumlah panas yang dibutuhkan untuk memanaskan 1 gram air naik 1
derajat Celcius. Kalor merupakan suatu perpindahan energi internal.
Kalor mengalir dari satu bagian sistem ke bagian lain atau dari suatu
sistem ke sistem yang lain karena terdapat perbedaan temperatur. Kalor
jenis (c) adalah banyaknya kalor (Q) yang dibutuhkan untuk menaikkan
suhu (T) satu satuan massa (m) benda sebesar satu derajat
(Nabawiyah dkk, 2010).
Nilai kalor merupakan jumlah energi kalor yang dilepaskan bahan
bakar pada waktu terjadinya oksidasi unsur-unsur kimia yang ada pada
bahan bakar tersebut. Nilai kalor atas atau highest heating value (HHV)
adalah nilai kalor yang diperoleh dari pembakaran 1 kg bahan bakar
dengan memperhitungkan panas kondensasi uap (air yang dihasilkan dari
pembakaran berada dalam wujud cair). Nilai kalor bawah atau lowest
heating value (LHV) adalah nilai kalor yang diperoleh dari pembakaran 1
kg bahan bakar tanpa memperhitungkan panas kondensasi uap (air yang
dihasilkan dari pembakaran berada dalam wujud gas/uap)
(Napitupulu, 2006).
Nilai kalor atau heating value adalah jumlah energi yang dilepaskan
pada proses pembakaran persatuan volume atau persatuan massanya. Nilai
kalor bahan bakar menentukan jumlah konsumsi bahan bakar tiap satuan
4. waktu. Makin tinggi nilai kalor bahan bakar menunjukkan bahan bakar
tersebut semakin sedikit pemakaian bahan bakar. Nilai kalor bahan bakar
ditentukan berdasarkan hasil pengukuran dengan kalorimeter dengan
membakar bahan bakar dan udara pada temperatur normal, sementara itu
dilakukan pengukuran jumlah kalor yang terjadi sampai temperatur dari
gas hasil pembakaran turun kembali ke temperatur normal. Jika benda
menerima kalor, maka kalor itu digunakan untuk menaikkan suhu benda
atau berubah wujud. Benda yang dapat berubah wujud dapat berupa
mencair atau menguap. Perubahan kalor pada suatu reaksi dapat diukur
melalui pengukuran perubahan suhu yang terjadi pada reaksi tersebut
(Tazi, 2011).
Rumus hubungan antara aliran kalor dan perubahan suhu kalor
spesifik: Q = mc T, dengan c adalah besaran karakteristik material yang
disebut kalor spesifik. Karena c = Q/m T, kalor spesifik ditetapkan dalam
satuan J/kg. C (satuan SI) atau kkal/kg. C. Untuk air pada suhu 15 C dan
tekanan konstan 1 atm, c = 1.00 kkal/kg. C atau 4,18 × 103
J/kg. C
dengan definisi kal dan joule; 1 kkal memerlukan kalor menaikkan suhu 1
kg air sebesar 1 C. Harga c bergantung pada beberapa variabel, suhu (dan
juga pada tekanan), tetapi untuk perubahan suhu yang tidak terlalu besar,
c sering dapat ditetapkan berharga konstan. Kalor spesifik untuk gas lebih
rumit daripada benda padat dan benda cair, yang perubahan perubahan
volumenya hanya sedikit dengan perubahan suhu (Giancoli, 1996).
Satuan panas Q adalah perubahan panas yang dihasilkan suatu badan
selama proses tertentu. Satuan kilokalori (kkal) adalah panas yang
diperlukan untuk menaikkan temperatur air dari 14,5 ºC menjadi 15,5 ºC,
sedangkan satu kalori (kal) sama dengan 10-3. Dalam teknik sering
dijumpai satuan British thermal unit (Btu) yaitu panas untuk menaikkan
temperatur air dari 63 ºF menjadi 64 °F, dimana 1 kkal = 1000 kal = 3,968
Btu. Dalam proses kimia atau fisika dijumpai satuan Joule (J) atau kalori
(kal) dimana 1 J = 0,2389 kal (Chaidir dkk, 2006).
5. Untuk menimbulkan kenaikan suhu yang sama dari banyaknya panas
yang diperlukan adalah berbeda-beda dari bahan ke bahan. Misalkan suhu
sebuah benda naik dengan t derajat, sebagai akibat pemberian panas
padanya sebanyak Q, jadi kapasitas panas adalah perbandingan antara
banyaknya panas yang diberikan dengan kenaikan suhu. Kapasitas panas
pada umumnya dinyatakan dengan kalori per derajat Celcius atau Btu per
derajat Fahrenheit. Dalam persamaan terlihat bahwa numerik kapasitas
panas itu sama dengan jumlah panas yang harus diberikan pada benda itu
agar suhunya naik satu derajat. Kapasitas panas jenisnya (specific heat
capacity) didefinisikan sebagai kapasitas panas per satuan massa bahan.
Pada umumnya kapasitas panas jika dinyatakan dengan kalori per gram
derajat Celcius atau Btu per pound derajat Fahrenheit (Suradji, 1998).
Untuk melakukan percobaan dengan kalorimeter langkah yang harus
dilakukan adalah menimbang kalorimeter kosong beserta pengaduknya,
kemudian memasukkan kalorimeter yang sudah diisi dengan air (massa
sudah diketahui) ke dalam pelindung dan mengukur suhunya (air dan
kalorimeter). Memanaskan bahan yang akan diuji sampai suhu tertentu
kemudian memasukkan bahan tersebut ke dalam kalorimeter dan diukur
suhu kesetimbangannya. Pengukuran untuk menentukan kalor jenis dan
kapasitas panas dilakukan berulang, maka analisa data yang dilakukan
melalui perhitungan ketidakpastian (Fitriyani dkk, 2011).
Kapasitas panas spesifik didefinisikan sebagai jumlah panas yang
dibutuhkan untuk menaikkan suhu satu satuan massa bahan oleh 1 K.
Klasik, pengukuran kapasitas panas telah dilakukan dengan kalorimeter
adiabatik, dimana perubahan suhu bertahap (AT) dari kalorimeter internal
dipanaskan dan terkendali dengan baik di lingkungan adiabatik. Ini
melibatkan kalibrasi dan memakan waktu suhu dan aliran panas dari
kalorimeter luar siklus pemanasan. kemajuan dalam kontrol modern dan
teknologi pengukuran telah memungkinkan pengembangan diferensial
scanning kalorimeter (Tan et al, 2004).
6. Demikian pula, kapasitas panas spesifik dari fluida juga dapat
ditingkatkan dengan menambahkan nanopartikel. Nelson et al melaporkan
bahwa panas spesifik nanofluid ditingkatkan oleh 50% ketika murni
polyalphaolefin yang didoping dengan nanopartikel grafit dikelupas 100
nm dan ketebalan diameter nominal 20 pada konsentrasi 0,6% berat.
Pengukuran panas spesifik dilakukan dengan menggunakan pemindaian
kalorimeter diferensial DSC Q 20, pengukuran dibandingkan dengan
model teoritis yang spesifik yang efektif panas untuk campuran adalah
sebagai berikut :
cp,t = mpcp,p + mfcp,f
Dimana cp adalah panas spesifik dan m adalah fraksi massa. Itu
subskrip t, p, dan f menunjukkan nanofluid, nanopartikel, dan cairan
murni properti, masing-masing (Shin dan Debjyotu, 2011).
Kapasitas panas adalah salah satu thermophysical dasar dan sifat
termodinamika bahan makanan. Hal ini secara langsung terkait dengan
derivatif suhu termodinamika dasar fungsi dan karena itu sangat
diperlukan untuk perhitungan perbedaan fungsi antara temperatur yang
berbeda. Hal ini digunakan untuk membangun energi, entropi dan
perubahan menghitung dalam reaksi entalpi dengan suhu. Variasi dalam
kapasitas panas berfungsi sebagai indikator yang sensitif fase transisi dan
suatu alat penting untuk memahami perubahan dalam struktur solusi cair
seperti minyak goreng (Alakali et al, 2012).
Massa sampel tertentu (m sample) adalah ditetapkan pada suhu awal
ditentukan (T1) dan kemudian ditambahkan dalam bejana adiabatik
(kalorimeter atau Dewer labu) pada suhu awal ditentukan (T2), yang
kapasitas kalorimetrik (C calorimeter) nya harus diketahui. Kemudian,
dicampur dengan massa jenis dari cairan dengan sifat dikenal (air, secara
umum – m air, Cp air) di T2 Setelah kesetimbangan termal (di T3, dimana
T2<T3 <T1), Panas spesifik sampel (Cp sample) dengan demikian
diperoleh dari keseimbangan energi menggunakan Persamaan 1:
7. (Oliveira et al, 2012).
Kalor jenis kopi robusta pada percobaan didapatkan 3700,927 J/kg.K
atau sama dengan 0,884 kal/g o
C. Sedangkan kalor jenis kopi arabica
adalah 4012,670 J/kg.K atau sama dengan 0,958 kal/g o
C (Lilis, 2001).
Panas spesifik tepung (kanji) kering adalah 1.54 kJ kg-1o
C-1
(0.37
kcal kg-1o
C-1
); tepung padian (gandum, cantel) juga memiliki nilai yang
sama. Panas spesifik untuk padi-padian lain pada kadar lengas yang
berlainan bisaditentukan menggunakan persamaan diatas. Panas spesifik
bahan keringsayuran dan buah-buahan adalah 0.8-0.9 kJ kg- o
C-1
, dan
untuk susu kering kaya lemak adalah 1.8-1.9 kJ kg-1 o
C-1
, menunjukkan
bahwa panas spesifik bahan kering pada bahan yang berlainan adalah
sangat berbeda (Fathina, 2010).
Efisiensi termal merupakan perbandingan antara suhu yang terpakai
(suhu rataan pada output) dengan suhu yang tersedia (suhu rataan pada
ruang bakar) dan suhu rataan pada input. Efisiensi tungku merupakan
perbandingan antara energi yang keluar dari tungku (yang siap digunakan)
dengan energi yang tersedia. Hal ini tidak hanya tergantung pada baiknya
efisiensi pembakaran bahan bakar tetapi juga pada panas yang hilang pada
tungku oleh mekanisme pindah panas (Ahmad dkk, 2011).
Efisiensi kompor adalah perbandingan antara panas berguna, yang
diperlukan untuk memasak sesuatu dalam jumlah tertentu dari suhu awal
sampai masak dengan panas yang diberikan oleh bahan bakar, yang
dipergunakan selama memasak tersebut. Cara yang paling efektip untuk
pengujian efisiensi suatu kompor adalah dengan metode air mendidih
(boilling water method). Pada pengujian ini air dipanaskan dari suhu awal
(Ta) ke titik didih (Td), setelah air mendidih pemanasan dilanjutkan
hingga mencapai total waktu satu jam (Ts). Cara ini dimaksudkan untuk
mendekati penggunaan kompor dirumah tangga ketika digunakan untuk
memasak makanan. Dimana makanan dimasak hingga airnya mendidih
8. dan terus dipanaskan hingga makanan tersebut menjadi masak
(Sudarno, 2007).
III. Metode
a. Alat dan Bahan
1. Alat pencatat
2. Aquades
3. Gelas Beker
4. Kalorimeter 1 unit
5. Kompor listrik
6. Kopi
7. Pengaduk
8. Pengukur waktu
9. Penjepit
10. Sendok Kecil
11. Tepung beras
12. Termometer
13. Timbangan
b. Cara Kerja
1. Penentuan panas spesifik tepung beras
ditimbang kalorimeter, ukur suhu (T1)
ditimbang aquades (100 g), ukur suhu (T2), masukkan ke dalam
kalorimeter
ditimbang tepung beras (25 g), dipanaskan sampai suhu 80 C (T3)
dimasukkan segera tepung beras ke dalam kalorimeter yang telah
berisi air, ukur suhu (T4)
9. 2. Penentuan efisiensi penggunaan panas kopi
IV. Hasil dan Pembahasan
Tabel 2.1 Hasil Percobaan Panas Spesifik Tepung Beras
No. Nama Bahan Massa (g) Suhu ( C) Q (kal)
1 Tepung beras 25 80 (T3) 900,9
2 Kalorimeter 119,4 28,5 (T1) 101,19
3 Air murni 100 28 (T2) 800
4 Air campuran - 36 (T4) -
Panas spesifik (c) adalah banyaknya kalor (Q) yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu (T) satu satuan massa (m) benda sebesar satu derajat. Panas
spesifik juga dapat diartikan jumlah panas yang bertambah atau hilang dari
produk pangan setiap ada perubahan satu unit suhu tanpa terjadinya
perubahan bentuk (J/kg.o
C). Panas spesifik ini merupakan fungsi dari
beberapa komponen dari produk pangan, diantaranya adalah kadar air, suhu
dan tekanan.
Pada percobaan acara II Penentuan Panas Spesifik Bahan, digunakan
alat kalorimeter untuk mengukur panas spesifik kopi dan tepung beras.
Kalorimeter terdiri dari sebuah bejana aluminium yang kalor jenisnya
diketahui. Bejana ini ditempatkan di dalam bejana lain yang lebih besar. Agar
kedua bejana tersebut tidak bersentuhan satu sama lain, diberi cincin isolator
dan dinding penyekat berupa udara diantara keduanya. Untuk memperkecil
kemungkinan pertukaran kalor dengan lingkungan, kalorimeter dilengkapi
dengan tutup berbahan plastik yang merupakan isolator yang baik.
ditimbang aquades (100 g), dalam gelas beker ukur suhu (Tair)
ditimbang kopi (25 g), dimasukkan ke dalam gelas beker
berisi aquades, diaduk, diukur suhu (Tcamp)
dipanaskan sampai suhu 80 C (T3) dan catat waktu yang
diperlukan
10. Kalorimeter juga dilengkapi dengan pengaduk yang terbuat dari bahan yang
sama dengan bejana kalorimeter.
Fungsi pengadukan pada kalorimeter adalah untuk mencampurkan
bahan yang dimasukkan ke dalam kalorimeter agar sistem dapat mencapai
kesetimbangan termal dengan segera.
Prinsip kerja kalorimeter didasarkan atas asas Black yang berbunyi,
“Pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas zat yang suhunya
lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat yang suhunya
lebih rendah”. Jika dua buah benda yang berbeda yang suhunya dicampurkan,
benda yang panas memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu
akhirnya sama. Jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan jumlah
kalor yang dilepas benda panas. Benda yang didinginkan melepas kalor yang
sama besar dengan kalor yang diserap bila dipanaskan.
Pada percobaan penentuan panas spesifik pada tepung beras, pertama
kita menghitung besarnya Q air yang diperoleh dari massa air dilakikan panas
spesifik air dikalikan selisih suhu akhir campuran dan suhu awal air sehingga
diperoleh Q air sebesar 800 kal. Selanjutnya menghitung Q kalorimeter
dengan cara yang sama dan diperoleh hasil 101,19 kal. Kemudian
menentukan c bahan (tepung beras) yang diperoleh dari persamaan Q bahan
sama dengan Q air ditambah Q kalorimeter dan nilainya sebesar 0,81926
kal/g C. Selanjutnya menentukan Q bahan dengan perhitungan massa tepung
beras dikali c tepung beras dikalikan dengan selisih suhu tepung beras dan
suhu campuran sehingga diperoleh hasil 901,19 kal. Menurut Fathina (2010),
nilai panas spesifik tepung beras sebesar 0,37 kal/g C. Hasil percobaan tidak
sesuai dengan teori dikarenakan beberapa faktor, diantaranya kesalahan saat
membaca skala termometer sehingga suhu kurang tepat, kesalahan saat
menimbang berat tepung beras, kesalahan pengadukan sehingga bahan
tercecer saat pemanasan, terlalu lama jeda waktu antara pemanasan tepung
beras ke proses pencampuran dalam kalorimeter sehingga suhu tepung beras
kurang dari 80 C.
11. Tabel 2.2 Data Hasil Percobaan Efisiensi Penggunaan Panas Kopi
P
(Watt)
m
air
(g)
m
kopi
(g)
T
air
( C)
T
camp
( C)
T3
( C)
t (jam)
c kopi
(kal/g C)
Efisiensi
(%)
600 100 25 28 30 80 0,2531 0,731 0.853
Untuk menentukan efisiensi penggunaan panas, langkah pertama kita
menentukan besarnya kalor (Q) air, Q air yang diperoleh sebesar 200 kal.
Kemudian menentukan Q kopi dan diperoleh hasil sebesar 913,75 kal.
Besarnya Q bahan adalah hasil penjumlahan dari Q air dan Q kopi. Dari
perhitungan, Q bahan adalah 1113,75 kal. Q kompor diperoleh dari hasil kali
daya kompor listrik dan waktu yang diperlukan untuk memanaskan kopi
hingga 80 C. Dengan memasukkan nilai-nilai Q pada rumus, diperoleh nilai
efisiensi sebesar 0,853%. Nilai efisiensi kompor pada percobaan ini belum
bagus karena persentasenya sangat kecil. Kita ketahui bahwa semakin besar
nilai efisiensi maka makin banyak energi yang diserap oleh bahan sehingga
dapat menghemat penggunaan energi. Sebaliknya, semakin kecil efisiensi
panas maka semakin banyak energi yang menghilang berarti pemborosan
energi dan memperbesar biaya proses. Faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai efisiensi adalah massa bahan, besarnya kalor spesifik bahan, waktu
pemanasan, daya dan besarnya perubahan suhu yang terjadi.
V. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum acara II Penentuan Panas Spesifik Bahan ini
adalah:
1. Panas spesifik (c) adalah banyaknya kalor (Q) yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu (T) satu satuan massa (m) benda sebesar satu derajat.
2. Panas spesifik tepung beras yang diperoleh dari percobaan sebesar
0,81926 kal/g C.
3. Nilai efisiensi kompor pada percobaan ini belum bagus karena
persentasenya sangat kecil, yaitu 0,853%.
12. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai efisiensi adalah massa bahan,
besarnya kalor spesifik bahan, waktu pemanasan, daya dan besarnya
perubahan suhu yang terjadi.
13. DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Ary Mustofa, Ekoyanto Pudjiono, dan Arif Bambang Setyawan. 2011.
Rancang Bangun dan Uji Performansi Tungku Keramik Berpipa Spiral
dengan Bahan Bakar Padat. Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 12 (3) : 181-
186. Universitas Brawijaya. Malang.
Alakali, Joseph S., Sunday O. Eze, and Michael O. Ngadi. 2012. Influence of
Variety and Processing Methods on Specific Heat Capacity of Crude Palm
Oil. International Journal of Chemical Engineering and Applications, Vol.
3 (5) : 300 – 302. McGill University. Canada.
Bernasconi, G., et al. 1995. Teknologi Kimia Bagian 1. PT Pradnya Paramita.
Jakarta.
Chaidir, Andi, Sugondo dan Aslina Br Ginting. 2006. Karakterisasi Panas Jenis
Zircaloy-4 Sn Rendah (ELS) dengan Variabel Konsentrasi Fe. Jurnal
Teknologi Bahan Nuklir, Vol.2 (1) : 1-2. Batan. Serpong.
Fathina, Afiya. 2010. Penentuan Panas Spesifik Bahan.
http://id.scribd.com/doc/130937751/fisika-terapan-2. Diakses pada tanggal
9 Mei 2013. Pukul 09.25 WIB
Fitriyani, Wulan, dan Enjang Jaenal Mustopa. 2011. Pembuatan Kalorimeter
Sederhana dengan Memanfaatkan Bahan-bahan di Lingkungan Sekitar.
Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains : 148 –
152.
Giancoli, Douglas C., 1996. Fisika Jilid 1 Edisi Empat. Erlangga. Jakarta.
Hasbullah. 2001. Tepung Beras. http://www.warintek.ristek.go.id/pangan/
Seralia%20dan%20Umbi/tepung_beras.pdf. Diakses pada tanggal 24 April
2013. Pukul 22.00 WIB
Lilis. 2001. Kasus Fisika Pangan Dua Jenis Kopi (Coffea sp.) yang Diukur
Beberapa Sifat Fisiknya. Jurusan Fisika. Institut Pertanian Bogor.
Nabawiyah, Khilfatin & Ahmad Abtokhi. 2010. Penentuan Nilai Kalor dengan
Bahan Bakar Kayu Sesudah Pengaringan serta Hubungannya dengan
Nilai Porositas Zat Padat. Jurnal Neutrino, Vol.3 (1) : 13 – 20. UIN
Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Napitupulu, Farel H. 2006. Pengaruh Nilai Kalor (Heating Value) Suatu Bahan
Bakar Terhadap Perencanaan Volume Ruang Bakar Ketel Uap
Berdasarkan Metode Penentuan Nilai Kalor Bahan Bakar yang
Dipergunakan. Jurnal Sistem teknik Industri, Vol.7 (1) : 60 – 65.USU.
Sumatra Utara.
14. Oliveira, J. M., Lessio, B. C., Morgante, C. M., Santos, M. M. and Augusto, P. E.
D. 2012. Specific Heat (Cp) Of Tropical Fruits: Cajá, Cashew Apple,
Cocoa, Kiwi, Pitanga, Soursop Fruit And Yellow Melon. International
Food Research Journal 19 (3) : 811-814. Unicamp. Brazil
Petrucci, Ralph H., 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Shin, Donghyun, and Debjyoti Banerjee. 2011. Enhanced Specific Heat of Silica
Nanofluid. Journal of Heat Transfer, Vol. 133 : 1 – 4. Texas A&M
University. Texas.
Sudarno. 2007. Peningkatan Efisiensi Kompor Minyak Tanah Bersumbu dengan
Cara Meningkatkan Luas Area Api Sekunder. Jurnal Ilmiah Semesta
Teknika, Vol. 10 (2) : 94 – 106. Universitas Muhammadiyah. Ponorogo.
Suradji, 1998. Pengantar Fisika Teknik. UNS Press. Surakarta
Tan, Ihwa., Chong C. Wee, Peter A. Sopade, and Peter J. Halley. 2004.
Estimating the Specific Heat Capacity of Starch-Water-Glycerol Systems
as a Function of Temperature and Compositions. Starch Journal, Vol. 56:
6–12. School of Life Science and Technology. Singapore.
Tazi, Imam dan Sulistiana. 2011. Uji Kalor Bahan Bakar Campuran Bioetanol
dan Minyak Goreng Bekas. Jurnal Neutrino, Vol. 3 (2) : 163 – 174.
Universitas Brawijaya. Malang
15. LAPORAN PRAKTIKUM
SATUAN OPERASI INDUSTRI PANGAN 1
ACARA II. PENENTUAN PANAS SPESIFIK BAHAN
Disusun Oleh :
1. Adinda Safira P. (H0912001)
2. Ananda Adi P. (H0912010)
3. Anisha Ayuning T. (H0912013)
4. Cecillia R.A.M. (H0912028)
5. Dhita Eka Risky (H0912037)
6. Esti Nanda A. (H0912047)
7. Fransiska Puteri (H0912056)
8. Guruh Panji (H0912061)
Kelompok 1
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
16. LAMPIRAN
A. Analisis Hasil Percobaan Panas Spesifik Tepung Beras
Q = m.c. T
Qair = m air .c air . (T4 – T2)
= 100 g . 1 kal/g C . (36 – 28) C
= 100 . 8 kal
= 800 kal
Qkal = m kal .c kal . (T4 – T1)
= 119,4 g . 0,113 kal/g C . (36 – 28,5) C
= 119,4 . 0,113 . 7,5 kal
= 101,19 kal
Qbahan = Qair + Qkal
mbahan .cbahan. (T3 – T4) = 800 kal + 101,19 kal
25 g . cbahan . (80 – 36) C = 901,19 kal
25 g . cbahan . 44 C = 901,19 kal
cbahan =
cbahan = 0,81926 kal/g C
Qbahan = mbahan.cbahan . (T3 – T4)
= 25 g . 0,81926 kal/g C . (80 – 36) C
= 25 . 0,81926 . 44 kal
= 901,19 kal
B. Analisis Hasil Percobaan Efisiensi Penggunaan Panas Kopi
Q = m.c. T
Qair = m air .c air . (Tcamp – Tair)
= 100 g . 1 kal/g C . (30 – 28) C
= 100 . 2 kal
= 200 kal
Qkopi = mkopi .ckopi . (T3 – Tcamp)
= 25 g . 0,731 kal/g C . (80 – 30) C