Dokumen tersebut membahas tentang karakteristik dan kebutuhan anak berkebutuhan khusus serta anak berbakat. Termasuk didalamnya adalah definisi, ciri-ciri, dan contoh gangguan yang dialami anak berkebutuhan khusus seperti disleksia, disgrafia, diskalkulia, lamban belajar, gangguan emosi dan perilaku, serta gangguan komunikasi, gerak, penglihatan, pendengaran, dan intelektual. Dokumen ini jug
1. Karakteristik dan Kebutuhan
Pembelajaran Anak
Berkebutuhan Khusus dan Anak
Berbakat
UNESA
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen
: Dra. Hj. Mulyani, M.Pd
Kelas
: D - PGSD 2012
Semester
: 3 (Tiga)
Kelompok : 6 (Enam)
PPT disusun untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Psikologi Pendidikan
2. Fikahati Rachmawati
2. Nurul Umami
3. Elsa Daniar Fitriani
4. Dewi Muthi’a Sari
5. Asmaul Fauziah
(121644301)
1.
(121644051)
(121644062)
(121644095)
(121644296)
KELAS D PGSD 2012
3.
4. Kesulitan menggunakan bahasa dalam
berkomunikasi
meliputi
keterlambatan, kekacauan atau pertentangan
di dalam mendengarkan dan mengatakan.
Masalah-masalah dalam perkembangan
beberapa aspek kognitif sebagai berikut:
5.
1.
2.
3.
4.
Pengertian Metakognisi menurut para ahli:
Livingstone : Metakognisi adalah kemampuan berpikir di
mana yang menjadi objek berpikirnya adalah proses berpikir
yang terjadi pada diri sendiri.
Matlin : Metakognisi adalah pengetahuan, kesadaran, dan
kontrol terhadap proses kognitif yang terjadi pada diri sendiri.
Wellman : Metakognisi adalah sebagai suatu bentuk kognisi
atau proses berpikir dua tingkat atau lebih yang melibatkan
pengendalian terhadap aktivitas kognitif.
Hamzah B. Uno (2007: 134) mengungkapkan metakognisi
merupakan keterampilan seseorang dalam mengatur dan
mengontrol proses berpikirnya.
6. 1)
2)
3)
4)
5)
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan
dapat diidentifikasi pokok-pokok pengertian tentang
metakognisi sebagai berikut:
Metakognisi merupakan kemampuan jiwa yang termasuk
dalam kelompok kognisi.
Metakognisi
merupakan
kemampuan
untuk
menyadari, mengetahui, proses kognisi yang terjadi pada diri
sendiri.
Metakognisi merupakan kemampuan untuk mengarahkan
proses kognisi yang terjadi pada diri sendiri.
Metakognisi merupakan kemampuan belajar bagaimana
mestinya belajar dilakukan yang meliputi proses
perencanaan, pemantauan, dan evaluasi.
Metakognisi merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi.
Dikatakan demikian karena aktivitas ini mampu mengontrol
proses berpikir yang sedang berlangsung pada diri sendiri.
7. Komponen metakognisi yaitu:
1. Pengetahuan metakognitif
Pengetahuan
tentang
kognisi
adalah
pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan
dengan kognisinya, yang mencakup tiga sub
komponen
yaitu
declarative
knowledge, procedural knowledge, conditional
knowledge.
2. Regulasi metakognitif
Regulasi kognisi terdiri dari sub komponen-sub
komponen
yakni
sebagai
berikut:
planning,
information
management
strategies, comprehension monitoring, debugging
strategies, evaluation.
8.
Perkembangan Metakognitif Anak
Kemampuan metakognitif telah berkembang
sejak masa anak-anak awal dan terus berlanjut
sampai usia sekolah dasar dan seterusnya sampai
mencapai bentuknya yang lebih mapan.
Kemampuan metakognitf anak tidak muncul
dengan sendirinya, tetapi memerlukan latihan
sehingga menjadi kebiasaan.
Suherman (2001 : 96) menyatakan bahwa
perkembangan metakognitif dapat diupayakan
melalui cara dimana anak dituntut untuk
mengobservasi tentang apa yang mereka ketahui
dan kerjakan, dan untuk merefleksi tentang apa
yang dia observasi.
9. Peranan Metakognisi terhadap
Keberhasilan Belajar
Keberhasilan seseorang dalam belajar
dipengaruhi oleh kemampuan metakognisinya.
Jika setiap kegiatan belajar dilakukan dengan
mengacu pada indikator learning how to learn
maka hasil optimal niscaya akan mudah
dicapai.
10.
Pengembangan Metakognisi Peserta Didik
dalam Pembelajaran
Mengingat pentingnya peranan metakognisi
dalam keberhasilan belajar, maka upaya untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik dapat
dilakukan dengan meningkatkan metakognisi
mereka.
Mengembangkan metakognisi pembelajar
berarti membangun fondasi untuk belajar secara
aktif. Guru atau dosen sebagai perancang
kegiatan belajar dan pembelajaran, mempunyai
tanggung jawab dan banyak kesempatan untuk
mengembangkan metakognisi pembelajar.
11. 1. Kesulitan
Berbicara
(Disleksia)
4. Lamban
Belajar (Slow
Learner)
7. Gangguan
Gerakan Anggota
Tubuh
2. Kesulitan
Menulis
(Disgrafia)
5. Gangguan
Emosi dan
Perilaku
3. Kesulitan
Berhitung
(Diskalkulia)
6. Gangguan
Komunikasi
12. Kesulitan Berbicara
(Disleksia)
Disleksia memiliki arti adanya
gangguan dalam berbicara atau secara
harfiah dikatakan sebagai kesulitan
yang berhubungan dengan kata-kata
atau simbol-simbol tulis. Disleksia
merupakan kelainan yang disebabkan
oleh
ketidakmampuan
dalam
menghubungkan antara lisan dan tertulis
atau kesulitan mengenai hubungan
antara suara dan kata secara tertulis.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan
tidak
mengolah
dan
memproses
informasi tersebut.
15. Gangguan
Emosi dan
Perilaku
Anak-anak dengan gangguan
emosi dan perilaku antara lain
memiliki karakter pemalu, rendah
diri,
sering
murung, penyendiri, pendiam, memi
liki
rasa
takut
yang
berlebihan, mudah tersinggung atau
marah, ingin menang sendiri, sering
mengganggu orang lain, melanggar
tata tertib, dan sering melakukan
gerakan-gerakan aneh.
16. Gangguan
Komunikasi
Gangguan komunikasi muncul
dengan ciri-ciri berikut:
•Sulit
menangkap
makna
pembicaraan orang lain.
•Tidak lancar dalam berbicara atau
mengungkapkan ide.
•Sering menggunakan bahasa isyarat.
Gagap.
•Suara parau dan aneh yang mungkin
disebabkan oleh organ bicara yang
tidak sempurna.
17. Gangguan
Gerakan Anggota
Tubuh
Termasuk dalam kategori ini
adalah anak-anak dengan cacat
anggota tubuh, anggota tubuh
tidak berfungsi normal, sikap
atau keseimbangan tubuh tidak
normal,
koordinasi
gerakan
tangan
atau
kaki
tidak
normal, serta banyak gerakan
yang tidak terkontrol.
18. Anak yang Mengalami
Gangguan Penglihatan
(Tuna netra)
Anak yang Mengalami
Gangguan Pendengaran
(Tuna rungu)
Tuna netra adalah
anak yang mengalami
gangguan
daya
penglihatannya,
berupa
kebutaan
menyeluruh
atau
sebagian,
dan
walaupun telah diberi
pertolongan dengan alatalat bantu khusus, mereka
masih tetap memerlukan
pelayanan
pendidikan
khusus.
Tuna rungu adalah
anak
yang
kehilangan
seluruh atau sebagian daya
pendengarannya
sehingga
tidak atau kurang mampu
berkomunikasi secara verbal
dan
walaupun
telah
diberikan
pertolongan
dengan alat bantu dengar
masih tetap memerlukan
pelayanan
pendidikan
khusus.
19. Anak dengan Kelainan Anggota Tubuh atau Gerakan
(Tuna daksa)
Tuna daksa adalah anak yang mengalami kelainan atau
cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, dan otot)
sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan
pendidikan khusus. Jika mereka mengalami gangguan
gerakan karena kelayuan pada fungsi syaraf otak, mereka
disebut cerebral palsy (CP).
Pengertian anak tuna daksa bisa dilihat dari segi fungsi
fisiknya dan dari segi anatominya. Dari segi fungsi fisik, tuna
daksa diartikan sebagai seseorang yang fisik dan
kesehatannya mengalami masalah sehingga menghasilkan
kelainan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan
untuk meningkatkan fungsinya diperlukan program dan
layanan khusus. Sedangkan pengertian yang didasarkan
pada
anatomi
biasanya
digunakan
dalam
kedokteran, dengan merujuk pada anggota tubuh mana
yang mengalami kelainan.
20. Anak dengan Keterbelakangan Kemampuan Intelektual
(Tuna grahita)
Hal-hal yang perlu diperhatikan apabila terlibat dengan
anak-anak dengan kesulitan belajar atau learning disabilities
(LD) yaitu:
Identifikasi sedini mungkin.
Tes dan observasi untuk memperoleh gambaran apa yang
menjadi kekuatan dan kelemahannya.
Rencana Pembelajaran Individual (Individual Education
Program/IEP).
Dukungan orang tua dan guru (pendidik) pada peserta didik
atau anak yang mengalami kesulitan belajar.
Konseling dan profesional terkait.
Pengembangan kemampuan dan keterampilan untuk
mandiri.
Pendidikan kejuruan dan pelatihan kerja.
21.
Pengertian Anak Berbakat
U.S. Office of Education (USOE) (1971), anak
berbakat ialah mereka yang diidentifikasi oleh
orang-orang profesional, dimana anak tersebut
karena
kemampuannya
yang
sangat
menonjol, memberikan prestasi yang tinggi.
Kemampuan-kemampuan tersebut, baik yang
secara
potensial
maupun
yang
sudah
nyata,
meliputi
kemampuan
intelektual
umum,
kemampuan
akademik
khusus,
kemampuan
kreatif
dan
produktif, kemampuan dalam salah satu bidang
seni,
dan
kemampuan
psikomotor
22.
23. William B. Michael
meninjau bakat itu terutama dari segi
kemampuan individu untuk melakukan
sesuatu tugas, yang sedikit sekali
tergantung kepada latihan mengenai hal
tersebut.
Bingham
menitik beratkan pada segi apa yang
dapat dilakukan oleh individu, jadi segi
performance,
setelah
individu
mendapatkan latihan
24.
Woodworth dan Marquis
dimasukkan dalam kemampuan (ability).
Menurutnya
ability
mempunyai
tiga
arti, yaitu:
1. Achievement
2. Capacity
3. Aptitude
Guilford mengemukakan, bahwa aptitude itu
mencakup 3 dimensi psikologis, yaitu:
1. Dimensi perseptual
2. Dimensi psiko – motor, dan
3. Dimensi intelektual
25. Orientasi yang lebih luas mengenai berbagai
pendapat tentang bakat menunjukkan, bahwa
analisis tentang bakat merupakan analisis
tentang tingkah laku. Dan dari
analisis
tentang
tingkah
laku
itu
kita
ketemukan, bahwa dalam tingkah laku itu kita
dapatkan gejala sebagai berikut :
Bahwa individu melakukan sesuatu,
Bahwa apa yang di lakukan itu merupakan
sebab dari suatu tertentu ( atau mempunyai
akibat atau hasil tertentu ), dan
Bahwa dia melakukan sesuatu itu dengan cara
tertentu.
26. Analisis tingkah laku ini memberi
kesimpulan
bahwa
tingkah
laku
mengandung 3 aspek, yaitu:
Aspek tindakan ( performance atau act )
Aspek sebab atau akibat nya ( a person
causes a result )
Aspek ekspresif
27.
Anak berbakat dapat dikenali sejak dini dari ciri-ciri
kemampuan atau keterampilan tertentu. Apabila seorang anak
memenuhi 18 ciri dari 25 ciri-ciri berikut, maka anak tersebut
dapat digolongkan sebagai anak berbakat. (Drs. Mochamad
Nursalim, dkk. 2007: 145-146)
Membaca pada usia lebih muda.
Membaca lebih cepat dan lebih banyak.
Memiliki perbendaharaan kata yang luas.
Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat.
Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah orang
dewasa.
Mempunyai inisiatif dan dapat bekerja sendiri.
Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal.
Memberi jawaban-jawaban yang baik.
Dapat memberikan banyak gagasan.
Luwes dalam berfikir.
Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan.
28.
Mempunyai pengamatan yang tajam.
Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang
panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang
diminati.
Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri.
Senang mencoba hal-hal yang baru.
Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis
yang tinggi.
Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahanpemecahan masalah.
Cepat menangkap hubungan sebab akibat.
Berperilaku terarah pada tujuan.
Mempunyai daya imajinasi yang kuat.
Mempunyai banyak kegemaran (hobi).
Mempunyai daya ingat yang kuat.
Tidak cepat puas dengan prestasinya.
Peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi).
Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
30. Mudah
menangkap
pelajaran,
ingatan
baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam
(berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebabakibat), daya konsentrasi baik (perhatian tak
mudah teralihkan), menguasai banyak bahan
tentang berbagai topik, senang dan sering
membaca,
ungkapan
diri
lancar
dan
jelas, pengamat yang cermat, senang mempelajari
kamus maupun peta dan ensiklopedi. Cepat
memecahkan soal, cepat menemukan kekeliruan
atau kesalahan, cepat menemukan asas dalam
suatu uraian, mampu membaca pada usia lebih
muda, daya abstraksi tinggi, selalu sibuk
menangani berbagai hal.
31. Do r o n g a n
i n g i n
t
b e s a r ,
s e r i n g
me n g
p e r t a n y a a n
b a i k ,
me mb e r i k a n
g a g a s a n
d a n
u s u l
t e
s u a t u
ma s a l a h , b e b a s
me n y a t a k a n
p e n d a p a t ,
me mp u n y a i
k e i n d a h a n ,
me n o n j o l
s a l a h
s a t u
s e n i ,
me mp u n y a i
p e
s e n d i r i
d a n
me n g u n g k a p k a n n y a s e r
mu d a h
t e r p e n g a r u h
l a i n , r a s a h u mo r t i n g g
i ma j i n a s i
k u a t ,
k e
(o r i s i n a l i t a s )
(t a m p a k
d a l a m
u n
g a g a s a n ,
k a r a n g a n ,
a h u
a j u
y
b a n
r h a
d a
n
k
a
y
d
l
y
a
n
a
a
a
a
n
g
k
p
m
r
a
d
a
a
a
l
a
p
p
t
a
a
i
g
p
d
s
a
n
a
a
a
n
y
a
g
a
a
a
m
g
t
t
k
g
a
n
i
n
n
b
n
t
i
a
t
g
d
i
d
d
a
o
,
s
i
k
r
d
l
n
a
32.
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam
waktu lama, tak berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi
kesulitan (tak lekas putus asa), tak memerlukan dorongan dari
luar untuk berprestasi, ingin mendalami bahan/bidang
pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik
mungkin (tak cepat puas dengan prestasinya), menunjukkan
minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa”
(misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan
sebagainya).
Senang dan rajin belajar serta penuh semangat dan tidak cepat
bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan
pendapat-pendapatnya (jika sudah yakin akan sesuatu, tak mudah
melepaskan hal yang diyakini itu), mengejar tujuan-tujuan
jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang
ingin dicapai kemudian), senang mencari dan memecahkan soalsoal. Hal ini menunjuk pada semangat dan motivasi untuk
mengerjakan dan menyelesaikan suatu tugas. Suatu pengikatan
diri dari dalam diri.
33. Anak-anak berbakat istimewa secara alami memiliki
karakteristik yang khas yang membedakannya dengan
anak-anak normal. Karakteristik ini mencakup
beberapa domain penting, seperti :
domain intelektual-koginitif,
domain persepsi-emosi,
domain motivasi dan nilai-nilai hidup,
domain aktifitas, serta
domain relasi sosial.
35. Kualitas luar biasa di informasi.
Ingatan yang kuat.
Ketidakbiasaan perubahan minat dan
keinginan.
Kemampuan menghasilkan ide-ide dan solusi
yang asli.
36. Kemampuan verbal.
Perkembangan yang tinggi pada pengenalan
bahasa dan penulisan bahasa.
Perkembangan yang baik pada
perkembangan sensorik.
37.
Pendekatan evaluatif terhadap diri sendiri dan lainnya.
Gigih, tujuan perilaku tidak langsung.
Kepekaan yang tidak bisa untuk harapan dan perasaan
orang lain.
Tingginya kesadaran diri, menyesuaikan dengan perbedaan
perasaan.
Perkembangan awal dalam focus of control dan kepuasan ke
dalam dan identitas emosional yang tidak biasa.
Harapan yang tinggi dan lainnya, sering menuju tingkat
frustasi dirinya, lainnya dan situasinya.
Kemampuan tingkat perkembangan moral.
Kemampuan kognitif dan kapasitas afektif dan
konseptualisasi dan pemecahan masalah sosial.
39. Genius ialah anak yang memiliki kecerdasan luar
biasa, sehingga dapat menciptakan sesuatu yang
sangat tinggi nilainya. Intelligence Quotien-nya (IQ)
berkisar antara 140 sampai 200. Anak genius memiliki
sifat-sifat positif sebagai berikut; daya abstraksinya
baik sekali, mempunyai banyak ide, sangat
kritis, sangat kreatif, suka menganalisis, dan
sebagainya. Di samping memiliki sifat-sifat positif juga
memiliki sifat negatif, diantaranya: cenderung hanya
mementingkan dirinya sendiri (egois), temperamennya
tinggi sehingga cepat bereaksi (emosional), tidak
mudah bergaul, senang menyendiri karena sibuk
melakukan penelitian, dan tidak mudah menerima
pendapat orang lain.
40. Anak ini disebut juga gifted and talented
adalah anak yang tingkat kecerdasannya (IQ)
antara 125 sampai dengan 140. Di samping
memiliki IQ tinggi, juga bakatnya yang sangat
menonjol, seperti: bakat seni musik, drama, dan
ahli dalam memimpin masyarakat. Anak
gifted diantaranya memiliki karakteristik:
mempunyai perhatian terhadap sains, serba
ingin tahu, imajinasinya kuat, senang
membaca, dan senang akan koleksi.
41. Anak superior tingkat kecerdasannya berkisar antara
110 sampai dengan 125 sehingga prestasi belajarnya
cukup tinggi. Anak superior memiliki karakteristik
sebagai berikut: dapat berbicara lebih dini, dapat
membaca lebih awal, dapat mengerjakan pekerjaan
sekolah dengan mudah, dan dapat perhatian dari
teman-temannya. Anak-anak berbakat memiliki
karakteristik belajar yang berbeda dengan anakanak normal. Mereka cenderung memiliki kelebihan
menonjol dalam kosa kata dan menggunakannya
secara luwes, memiliki informasi yang kaya, cepat
dalam menguasai bahan pelajaran, cepat dalam
memahami hubungan antar fakta.
42. Hereditas
Hereditas, adalah faktor yang diwariskan dari
orang tua, meliputi kecerdasan, kreatif
produktif,
kemampuan
memimpin,
kemampuan
seni
dan
psikomotor.
Lingkungan
Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan
anak
berbakat
ditinjau
dari
segi
lingkungannya (keluarga, sekolah dan
masyarakat).
43. Sejak usia dini, sudah dapat dilihat
adanya kemungkinan anak memiliki
bakat yang istimewa. Anak-anak ini
sedapat mungkin dikenali sedini mungkin
dan
dikelompokkan
sebagai
anak
berkebutuhan
khusus,
karena
mempunyai kebutuhan dan kemampuan
tumbuh kembang yang berbeda dari
anak-anak sebayanya.
Anak-anak berbakat pada masa balitanya
mungkin menunjukkan perilaku khusus
yang dapat disalahartikan sebagai anak
dengan
gangguan
perkembangan, perilaku bermasalah, dan
gangguan mental. Oleh sebab itu, sangat
44. Penjaringan dan penyaringan: pola tahapannya
Alat identifikasi
Penilaian model keterbakatan
Pengukuran aspek keterbakatan yang lain,
45.
Penjaringan dan penyaringan: pola tahapannya, yang
meliputi:
› Penjaringan anak berbakat.
› Penyaringan anak berbakat.
› Pola dan tahap identifikasi anak berbakat.
› Beberapa masalah identifikasi.
› Prosedur identifikasi model penggayaan sekolah
(Schoolwide Enrichment Model - SEM).
› Beberapa persyaratan lain dalam identifikasi anak
berbakat.
46.
Alat identifikasi, yang meliputi:
› Kemampuan intelektual umum.
› Tes intelegensi umum.
› Tes kelompok kontra tes individual.
› Pengukuran hasil belajar.
› Tes hasil belajar individual.
› Sumber informasi orang tua.
48. PIAT
adalah alat ukur yang
mengacu pada norma (norm
referenced), yang bermaksud
mengukur kemajuan belajar dalam
lima bidang akademis, yaitu
matematika, pemahaman
bacaan, bacaan dalam hati, ejaan
dan informasi umum. Keempat
subtes pertama bersifat tertulis dan
terdiri dari item pilihan ganda
49.
WRAT yang juga mengacu pada norna, juga
merupakan tes tertulis yang mengukur kinerja
siswa dalam membaca, berhitung, dan
mengeja. Tingkat I dikembangkan untuk siswa
di bawah umur 12 tahun dan tes tingkat II
untuk siswa di atas 12 tahun.
50. Informasi ini mencakup berbagai aspek
kepribadian, minat, kemampuan, aspek
sosial,
emosional,
dan
lain-lain.
Informasi ini menjadi acuan untuk
merancang
program
sesuai
kebutuhan, namun terus menerus diamati
perkembangan dan hasil belajarnya.
Identifikasi itu berbentuk surat yang
akrab kepada orang tua, dimana orang
52. Menurut
Renzuli, keberbakatan di lihat
dari dalam hasil. Dengan kata
lain, keberbakatan seseorang harus
ditunjukkan dalam suatu prestasi dan
bahwa siswa yang tidak berprestasi
tidak akan termasuk dalam kategori
anak berbakat intelektual.
Konsep Renzuli, The Three Rings
Conseption, juga sering disebut Three
Ring Interaction atau Interaksi Tiga
53. Kreativitas
Konsep Renzuli
The Three Rings
Conseption
Kemampuan
intelektual
umum di atas
rata-rata
Keterlekatan
pada tugas
Berikut secara satu persatu akan dijelaskan
kluster dalam keterbakatan Renzuli.
54. Kemampuan
diatas rata-rata yang
dimaksud adalah kemampuan umum
dan spesifik. Kemampuan umum yang
kita kenal dengan Multiple Intelegence
milik Daniel Gardner, seperti
kemampuan verbal, musik, logika
hitungan, spasial, dll. Sedangkan
kemampuan spesifik merupakan
spesifikasi dari kemampuan
55. Seorang
anak berbakat mempunyai
tanggung jawab terhadap tugas yang
diembannya, komitmen yang kuat
terhadap tugas yang lahir dari dalam
dirinya (motivasi intrinsik). Segala
kemampuan dan keampuhan
terhadap pekerjaan menjadi miliknya
untuk diselesaikan dan dipertanggung
jawabkan secara moral. Dorongannya
56.
Sanford J. Chon, yang berasal dari Arizona State
University Temple (USA), juga percaya bahwa bukan
kemampuan intelektual saja yang semata menandai
keberbakatan. Motivasi untuk menggambarkan
kemampuan itu juga sangat berpengaruh (Chon
dalam Colangelo & David, 1991).
Cohn menyajikan suatu pendekatan yang disebut
pendekatan multidimensional. Ia beranjak dari tiga
klasifikasi kawasan, yaitu intelektual, artistic, dan
sosial. Tiga kawasan itu ditambah lagi dengan
kawasan kemanusiaan yang lain. Setiap kawasan
terdiferensiasikan lagi dalam berbagai aspek.
57.
Perumusan Gagne tentang keberbakatan
berbeda dari perumusan ahli
lainnya, sebab amat membedakan
keberbakatan intelektual (gifted) dan
perolehan hasil belajar
sekolastik, sedangkan keberbakatan yang
lain (talented) terutama terkait dengan
kualitas kepemimpinan, kinerja
mekanik, keterampilan manipulatif dan
ekspresi seni musik, literatur serta hubugan
kemanusiaan dan kemajuan kemanusiaan
lainnya (Khatena, 1992).
58. M
O
D
E
L
S
T
E
R
N
B
E
R
G
Pendekatan
Sternberg
didasarkan pada teori
komponen intelegensi manusia.
Stenberg menganalisis
pengatasan masalah manusia
(human problem solving)
sebagai cakupan proses
informasi elementer atau
komponen, yang memiliki 5
fungsi, yaitu
matematika, kinerja, perolehan,
retensi, dan transfer (Kitano &
Kirby, 1986).
Menurut Sternberg, teori
keberbakatan intelektual harus
59. Keberbakatan
merupakan akses
superior terhadap implementasi
komponen informasiproses, terutama dengan
menggunakan umpan balik
terhadap komponen lainnya.
Melatih orang untuk memperoleh
informasi dan pelayanan
60. Pengukuran aspek keberbakatan yang lain, mencakup tiga
hal, yaitu
pengukuran kepemimpinan
identifikasi bakat seni rupa dan
seni pertunjukan
pengukuran kreativitas
61. 1. Pengukuran
Kepemimpinan
Foster
(1981, dalam Khatena &
Kirby, 1986) telah mencatat bahwa
individu pemimpin seyogianya dapat
ditandai dari tanggung jawabnya
dalam mempertahankan dan
mengubah proses sosial. Karenanya
dapat diasumsikan, mereka pada
umumnya dapat ditandai karena
62. Bakat seni rupa merupakan keunggulan dalam
menggambar, melukis, memahat, dan berbagai ekspresi
artistik lain yang dapat ditangkap oleh mata, sedangkan
seni pertunjukan menunjuk pada keunggulan baik dalam
musik instrumental maupun vokal, teater, dan tari.
Pada umumnya mereka yang berbakat seni termasuk
unggul dalam arti keberbakatan intelektual, meskipun
superioritas itu tak selalu tampak dalam tes yang
mengukur IQ.
63. Rogers
(Kitano &
Kirby, 1986) menjelaskan
proses kreativitas yang
menekankan produktivitas
kreativitas adalah
munculnya hasil ide yang
diperoleh melalui interaksi
antara keunikan individu
64. Dampak Positif
Prestasi anak berbakat dapat ditinjau dari segi
fisik, psikologis, akademik dan sosial.
Prestasi fisik yang dapat dicapai oleh anak-anak berbakat
ialah mereka memiliki daya tahan tubuh yang prima serta
koordinasi gerak fisik yang harmonis (French, 1959). Anak
berbakat mampu berjalan dan berbicara lebih awal
dibandingkan dengan masa berjalan anak-anak normal
(Swanson, 1979).
Prestasi psikologis anak berbakat memiliki kemampuan
emosi yang unggul dan secara sosial pada umumnya
mereka adalah anak-anak yang populer serta lebih mudah
diterima (Gearheart, Heward,1980).
Prestasi akademik, anak berbakat pada dasarnya memiliki
sistem syaraf pusat (otak dan spinal cord) yang prima. Oleh
65.
Mampu mengaktualisasikan pernyataan secara
fisik berdasarkan pemahaman pengetahuan
yang sedikit.
Dapat mendominasi diskusi.
Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat
berikutnya.
Suka ribut.
Memilih kegiatan membaca dari pada
berpartisipasi aktif dalam kegiatan
masyarakat, atau kegiatan fisik.
Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk atau
prosedur tertentu.
Jika memimpin diskusi akan membawa situasi
diskusi ke situasi yang harus selalu tuntas.