1. TERMOMETER HAMBATAN LISTRIK
Anang Faturrahman F, Fakhri Abdullah R, Imanita Heriana A, dan Ulva Ulfiah
Program Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, Jakarta.
Jalan Tanah Merdeka, Pasar Rebo, Jakarta 13830
Tel : 085887949189 Email : fakhriabdullahrosyid@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dan memahi sistem kerja termometer hambatan listrik,
Mmenentukan nilai arus listrik, dan menentukan grafik temperature (T) terhadap hambatan (R). Termometer
hambatan jenis atau thermometer hambatan listrik dibuat berdasarkan pada perubahan hambatan jenis suatu
penghantar karena adanya perubahan temperatur. Ini berarti Thermometric Property-nya adalah hambatan suatu
konduktor, sehingga R = R (T).
Kata kunci:
PENDAHULUAN
Fisika adalah ilmu yang mempelajari
benda-benda serta fenomena dan keadaan yang
terkait dengan benda-benda tersebut. Bila dilihat
secara lebih luas lagi bahwa fisika adalah ilmu
yang menganalisis alam, dilakukan untuk
memahami bagaimana alam semesta
berperilaku.Ilmu fisika juga terjadi pada diri
kita, dimana kita dapat berdiri tegak tanpa
melayang di bumi ini. Fisika mempelajari gejala
alam yang tidak hidup atau materi dalam
lingkup ruang dan waktu.Para fisikawan atau
ahli fisika mempelajari perilaku dan sifat materi
dalam bidang yang sangat beragam, mulai dari
partikel submikroskopis yang membentuk segala
materi (fisika partikel) hingga perilaku materi
alam semesta sebagai satu kesatuan kosmos,
salah satu contohnya adalah thermometer.
Termometer adalah salah satu alat yang
digunakan untuk mengukur tingginya suhu suatu
benda dengan cepat dan dapat menyatakannya
dengan angka. Thermometer sengaja dibuat
untuk mempermudah aktivitas manusia,
contohnya dalam mengukur suhu suatu tempat
supaya manusia bisa menyiapkan apa-apa yang
dibutuhkan agar dia bisa bertahan tinggal di
tempat itu.
Karya yang luar biasa ini dicetuskan
oleh empat Fisikawan, yaitu Andreas Celcius
dari Swedia, Lord Kelvin dari Inggris, Daniel
Gabriel Fahrenheit dari Jerman, dan Reamur dari
Prancis. Celcius menetapkan air membeku pada
0o
C (titik bawah) dan menetapkan air mendidih
pada 100o
C (titik atas), Kelvin menetapkan air
menbeku pada 273 K (titik bawah) dan
menetapkan air mendidih pada 373 K (titik atas),
Fahrenheit menetapkan air membeku pada 32o
F
2. (titik bawah) dan menetapkan air mendidih pada
212o
F (titik atas), sedangkan Reamur
menetapkan air membeku 0o
R (titik bawah) dan
menetapkan air mendidih pada 80o
R (titik atas).
KAJIAN TEORI
Termometer hambatan jenis dibuat
berdasarkan pada perubahan hambatan jenis
suatu penghantar karena adanya perubahan
temperatur. Ini berarti Thermometric Property-
nya adalah hambatan suatu konduktor, sehingga
R = R(T). Hambatan listrik (R) dari berbagai
konduktor atau zat berubah menurut
temperaturnya. Perubahan ini akan sangat jelas
jika temperaturnya sudah mendekati harga -273
0
C. Ini berarti, mulai suatu temperatur tertentu,
hambatan listrik tiba-tiba menjadi sangat kecil
atau dapat di katakan konduksi listriknya
menjadi sangat besar. Hal ini, dalam istilah
kelistrikan disebut sebagai konduktor supra.
Batas-batas temperatur untuk menjadi
konduktor supra untuk berbagai konduktor
berbeda-beda. Bahkan ada zat yang tidak dapat
di ketahui batas-batas temperaturnya karena
kesulitan untuk membuat temperatur rendah.
Hambatan listrik yang berubah karena
perubahan temperatur ini dapat digunakan untuk
mengukur temperatur dan dalam hal ini
digunakan daerah hambatan listrik di atas
konduktor supra. Secara skematis termometer
hambatan listrik seperti digambarkan dalam
gambar.
Sesuai dengan perubahan temperatur T,
hambatan listrik R dapat berubah, sehingga
untuk tegangan batrai yang standard, kuat arus
listriknya juga ikut berubah. Jadi kuat arus listrik
menjadi Tbermometric Property dari termometer
hambatan listrik. Untuk keperluan praktis,
kalibrasi alat ini diperlukan; karena yang
berubah hambatan listriknya (R), tetapi yang
terukur adalah kuat arus listriknya (I).
Untuk pengukuran yang presisi
(pengukuran yang tepat dan akurat) digunakan
hambatan listrik platina dengan menggunakan
rumus empiris berikut.
𝑇 = {
(𝑅 𝑡−𝑅 𝑜)
(𝑅100−𝑅0)
}100 + 𝛿 {(
𝑇
100
) − 1}(
𝑇
100
) (1)
Dengan T sebagai temperatur dalam 0
C,
sedangkan Rt, Ro, dan R100 masing-masing
adalah hambatan listrik dalam ohm (Ω) untuk
temperatur T, temperatur titik es, dan temperatur
titik uap air, serta adalah konstanta yang
harganya bergantung pada karakteristik
hambatan platina dan di peroleh melalui
kalibrasi pada titik belerang. Dengan jalan yang
sama, secara teoritis, kalibrasi antara hambatan
R dengan kuat arus listrik I yang menggunakan
batrai standard dapat digunakan persamaan
berikut.
𝑇 = {
(𝐼𝑡−𝐼𝑜)
(𝐼100−𝐼0)
} 100 + 𝛿 {(
𝑇
100
) − 1} (
𝑇
100
) (2)
METODOLOGI PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat
3. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. Hamka. Pada
hari
2. Alat dan Bahan
a. Amperemeter
b. Sebuah benda yang akan diukur
temperaturnya
c. Elemen atau batu batrai standard
d. Hambatan atau Konduktor
e. Hambatan Geser
f. Saklar
3. Jalannya Percobaan
Keterangan Gambar:
A = amperemeter
B = benda yang akan diukur temperaturnya
E = elemen atau batrai standar
R = hambatan atau konduktor
RG = hambatan geser
S = saklar
a. Menyusun alat-alat percobaan seperti
gambar.
b. Menghubungkan arus dan mencatat
besar arus yang mengalir.
c. Mengalirkan kembali arus listrik
(sumber tegangan DC diaktifkan) dan
mencatat arus dengan mengatur Rg.
d. Mengganti benda dan mengulangi
percobaan diatas.
e. Mengisikan data pada tabel.
f. Menghitung temperatur untuk masing-
masing percobaan dan menghitung rata-
ratanya.
g. Menentukan grafik Temperatur (T)
terhadap Hambatan (R).
h. Menghitung ketelitian percobaan dengan
literatur.
i. Memberikan kesimpulan dari percobaan
ini.