Anzeige
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Anzeige
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Anzeige
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Anzeige
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Nächste SlideShare
Makalah evaluasi kinerja utsMakalah evaluasi kinerja uts
Wird geladen in ... 3
1 von 18
Anzeige

Más contenido relacionado

Anzeige

Makalah uts (fahmy nurdiansyah)

  1. NAMA : FAHMY NURDIANSYAH NIM : 11150518 KELAS : 7D MANAJEMEN
  2. Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Kinerja pada dasarnya merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini, pegawai bisa belajar seberapa besar kinerja mereka melalui sarana informasi seperti komentar baik dari mitra kerja. Namun demikian penilaian kinerja yang mengacu kepada suatu sistem formal dan terstruktur yang mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan perilaku dan hasil termasuk tingkat ketidakhadiran. Fokus penilaian kinerja adalah untuk mengetahui seberapa produktif seorang karyawan dan apakah ia bisa berkinerja sama atau lebih efektif di masa yang akan datang. Begitu pentingnya masalah kinerja pegawai ini, sehingga tidak salah bila inti pengelolaan sumber daya manusia adalah bagaimana mengelola kinerja SDM. Mengelola manusia dalam konteks organisasi berarti mengelola manusia agar dapat menghasilkan kinerja yang optimal bagi organisasi.
  3. Dalam melakukan Evaluasi Kinerja yang berorientasi pada pegawai maka salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah kondisi pegawai tersebut. Dalam makalah ini lebih fokus pada efektivitas kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Beragamnya motivasi pegawai dalam menjalankan tugas, memaksa manajemen SDM untuk menempuh berbagai cara untuk berupaya meningkatkan motivasi pegawai agar bekerja secara ikhlas, cerdas dan maksimal sehingga mencapai prestasi kerja yang baik. Kecerdasan emosional (EQ) berpotensi mempengaruhi motivasi kerja karena kecerdasan emosional berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, berempati, dan membina hubungan dengan orang lain. Dimensi ini apabila dikuasai secara baik oleh seseorang dapat mendorong komitmennya terhadap organisasi. Hal ini dimungkinkan karena dimensi – dimensi yang terkandung dalam kecerdasan emosional dapat menuntun seseorang untuk memahami posisinya secara tepat di dalam dinamika organisasi atau masyarakat, termasuk memotivasi diri, berempati dan membina hubungan dengan orang lain. Oleh karenanya kinerja pegawai ini perlu dikelola secara baik untuk mencapai tujuan organisasi, sehingga menjadi suatu konsep manajemen kinerja (performance management). Keunggulan manajemen kinerja adalah penentuan sasaran yang jelas dan terarah. Di dalamnya terdapat dukungan, bimbingan, dan umpan balik agar tercipta peluang terbaik untuk meraih sasaran yang menyertai peningkatan komunikasi antara atasan dan bawah. B. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian evaluasi kinerja dan kompensasi 2. Untuk mengetahui pengukuran kinerja SDM 3. Untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja terhdapa karyawan 4. Untuk mengetahui pengelolaan potensi kecerdasas dan emosional SDM
  4. 5. Untuk mengetahui kapabilitas dan kompetensi SDM 6. Untuk mengetahui konsep audit kinerja D. Manfaat Dari hasil kajian yang telah di laksanakan oleh penulis, maka penulis berharap untuk memberikan manfaat bagi proses evaluasi kinerja,pengkuruan kinrja,motivasi kerja, pengelolaan potensi dan kecerdasan dan emosional SDM, kapablitisan dan kompetensi SDM dan konsep audit kinerja. BAB II PEMBAHASAN EVALUASI KINERJA I.DEFENISI EVALUASI KINERJA GT. Milkovich dan Bourdreau mengungkapkan bahwa evaluasi/penilaian kinerja adalah suatu proses yang dilakukan dalam rangka menilai kinerja pegawai, sedangkan kinerja pegawai diartikan sebagai suatu tingkatan dimana karyawan memenuhi/mencapai persyaratan kerja yang ditentukan. Definisi yang tidak jauh berbeda dikemukakan oleh Payaman Simanjuntak (2005:105) yang menyatakan evaluasi kinerja adalah penilaian pelaksanaan tugas (performance) seseorang atau sekelompok orang atau unit kerja organisasi atau perusahaan. Dengan demikian, evaluasi kinerja dapat dikatakan sebagai suatu sistem dan cara penilaian pencapaian hasil kerja individu pegawai, unit kerja maupun organisasi secara keseluruhan. II.ASPEK YANG DINILAI DALAM EVALUASI KINERJA Aspek-aspek yang dinilai dalam evaluasi kinerja adalah sebagai berikut : 1. Kemampuan Teknis
  5. Yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, teknik dan peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan tugas serta pengalaman serta pelatihan yang diperoleh. 2. Kemampuan Konseptual Yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit masing-masing ke dalam bidang operasional perusahaan secara menyeluruh, yang pada intinya individual tersebut memahami tugas, fungsi serta tanggung jawabnya sebagai seorang karyawan. 3. Kemampuan Hubungan Interpersonal Yaitu antara lain untuk bekerja sama dengan orang lain, memotivasi karyawan / rekan, melakukan negosiasi dan lain-lain. III.TUJUAN EVALUASI KINERJA Suatu perusahaan melakukan penilaian kinerja didasarkan pada dua alasan pokok, yaitu : 1. Manajer memerlukan evaluasi yang obyektif terhadap kinerja karyawan pada masa lalu yang digunakan untuk membuat keputusan di bidang SDM di masa yang akan datang ; dan 2. Manajer memerlukan alat yang memungkinan untuk membantu karyawan memperbaiki kinerja, merencanakan pekerjaan, mengembangkan kemampuan dan ketrampilan untuk perkembangan karir dan memperkuat hubungan antara manajer yang bersangkutan dengan karyawannya. Tujuan dari evaluasi kinerja menurut Mangkunegara (2005:10) adalah untuk : 1. Meningkatkan saling pengertian di antara karyawan tentang persyaratan kinerja 2. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu
  6. 3. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karir atau terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang 4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai potensinya 5. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan, khususnya rencana diklat, dan kemudian menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-hal yang ingin diubah. Dalam cakupan yang lebih umum, Payaman Simanjuntak (2005:106) menyatakan bahwa tujuan dari evaluasi kinerja adalah untuk menjamin pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan, terutama bila terjadi kelambatan atau penyimpangan. Bila terjadi kelambatan, harus segera dicari penyebabnya diupayakan mengatasinya dan dilakukan percepatan. Demikian pula bila terjadi penyimpangan harus segera dicari penyebabnya untuk diatasi dan diluruskan atau diperbaiki sehingga dapat menjadi sasaran dan tujuan sebagaimana direncanakan semula. IV. PENGUKURAN KINERJA (HR SCORE CARD) kinerja merupakan alat penting yangharus dimiliki setiap organisasi agar dapatmencapai tujuan organisasi (Andrew Wolk, 2009) .Pengukuran kinerja menjadi penting karena hasil dari pengukuran kinerja didapatkan informasi penting untukmengasah pendekatan baru dan memiliki potensitransformatif yang berorientasi pada solusi untuk masalahyang ada dan mendorong perbaikan terus-menerus(Andrew Wolk, 2009).Pelaksanaan pengukuran kinerja yang ada harusdilakukan secara objektif, berkala dan terdokumentas(Rahadi, 2010). Hal ini harus dilakukan untukmendapatkan hasil yang baik sehingga tidak ada kesalahan bagi pemimpin dalam mengambil keputusan. Pengukurankinerja dapat dilakukan dalam berbagai
  7. jenis organisasi,mulai dari organisasi sosial, instansi pemerintah, bisnis.Dalam dunia bisnis pengukuran kinerja sangatdiperlukan pimpinan perusahaan dan manajer untukdipertimbangkan dalam setiap keputusan yang dambilmengenai mutasi pegawai, baik dalam arti promosi, alihtugas, alih wilayah, demosi maupun dalam pemberhentiantidak atas permintaan sendiri (Rahadi, 2010). Kinerjasumber daya manusia harus dikelola untuk mencapai produktivitas dan efektivitas untuk mencapai kesuksesanindividu dan kelompok. Kinerja sumber daya manusiadikelola dan dikaji dalam suatu bidang yang disebutmanajemen kinerja. Manajemen kinerja adalah suatu proses komunikasi yang terus menerus, dilakukan dalamkerangka kerjasama antara seorang karyawan danatasannya langsung, yang melibatkan penetapan pengharapan dan pengertian tentang fungsi kerjakaryawan yang paling dasar, bagaimana pekerjaankaryawan memberikan konstribusi pada sasaranorganisasi, makna dalam arti konkret untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Human resources scorecard mengukur keefektifan dan efisiensi fungsi sumber daya manusia dalam mengerahkan perilaku karyawan untuk mencapai tujuan strategis perusahaan sehingga dapat membantu menunjukan bagaimana sumber daya manusia memberikan kontribusi dalam kesuksesan keuangan dan strategi perusahaan. Human Resources Scorecard merupakan bagian dari perusahaan. Human resources scorecard ibarat sebuah bangunan, yang menjadi bagian dari apa yang kita turunkan dari strategi perusahaan. Menurut Becker et al. (2001), dasar dari peran sumber daya manusia yang strategis terdiri dari tiga dimensi rantai nilai (value chain) yang dikembangkan oleh arsitektur sumber daya manusia perusahaan, yaitu fungsi, sistem dan perilaku karyawan. Arsitektur SDM dapat dilihat pada Gambar dibawah ini :
  8. V. MOTIVASI KERJA Motivasi kerja merupakan motivasi yang terjadi pada situasi dan lingkungan kerja yang terdapat pada suatu organisasi atau lembaga. Pada dasarnya manusia selalu menginginkan hal yang baik-baik saja, sehingga daya pendorong atau penggerak yang memotivasi semangat kerjanya tergantung dari harapan yang akan diperoleh mendatang. Jika harapan itu dapat menjadi kenyataan maka seseorang akan cenderung meningkatkan semangat kerjanya. Tetapi sebaliknya jika harapan itu tidak tercapai akibatnya seseorang cenderung menjadi malas.Motivasi kerja melingkupi beberapa komponen yaitu:  Kebutuhan, hal ini terjadi bila seseorang individu merasa tidak ada keseimbangan antara apa yang dimiliki dan yang diharapkan.  Dorongan, dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan perbuatan atau kegiatan tertentu.  Tujuan, tujuan merupakan hal yang ingin dicapai oleh individu. Seseorang yang memiliki tujuan tertentu dalam melakukan suatu pekerjaan, maka ia akan melakukan pekerjaan tersebut dengan antusias dan penuh semangat, termasuk dalam pencapaian cita-cita yang dinginkan. Dengan demikian, antara minat dan motivasi mempunyai hubungan yang erat, karena motivasi merupakan dorongan atau penggerak bagi seseorang dalam pencapaian sesuatu yang diinginkan dan berhubungan langsung dengan sesuatu yang menjadi minatnya. Teori motivasi klasik oleh F.W Taylor Teori ini dikemukakan oleh Fredrick Wislow Taylor. Menurut teori ini motivasi para pekerja hanya untuk dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan
  9. biologis saja. Kebutuhan biologis adalah kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang. Kebutuhan biologis ini akan terpenuhi, jika gaji atau upah yang diberikan cukup besar. Jadi jika gaji atau upah karyawan dinaikan maka semangat bekerja mereka akan meningkat (Malayu S.P Hasibuan, 2005). V. PENGELOLAAN POTENSI KECERDASAN DAN EMOSIONAL SDM Konsep inteligensi atau kecerdasan bukanlah konsep yang statis. Mulai dikembangkan oleh Sir Farncis Galton pada tahun1869 dengan dasar pandangan bahwa kecerdasan pada dasarnya adalah kecerdasan intelektual atau kemudian dikenal dengan istilah IQ. Konsep ini kemudian terus berkembang menjadi EQ (emotional quotient) atau kecerdasan emosional, SQ (social quiotient) atau kecerdasan social, ESQ (emotional social quotient) atau kecerdasan social dan emosional, AQ (adversity quotient) atau kecerdasan adversity, dan yang paling mutakhir kecerdasan kenabian (prophetic intelligence). 1. Kecerdasan intelektual Kecerdasan pikiran atau mental (Intelligence Quotient (IQ) : Kemampuan manusia untuk menganalisis, berpikir, dan menentukan hubungan sebab-akibat, berpikir secara abstrak, menggunakan bahasa, memvisualisasikan sesuatu dan memahami sesuatu. 2. Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional atau hati (Emotional Quotient, EQ) : Kemampuan untuk mengenal diri sendiri, kesadaran diri, kepekaan sosial, empati dan kemampauan untuk berkomunikasi secara baik dengan orang lain. Termasuk kepekaan mengenai waktu yang tepat, kepatutan secara sosial, keberanian mengakui kelemahan, serta menyatakan dan menghormati perbedaan. 3. Kecerdasan spiritual
  10. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan dengan suatu kekuatan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan (Carson, 1089). Tiga cara untuk mengembangkan Kecerdasan Spiritual adalah (1), Integritas :Menyatu dengan nilai-nilai, keyakinan, dan nurani tertinggi seseorang, serta membentuk hubungan dengan Tuhan. (2). Makna: Memiliki keinginan untuk memberikan kontribusi terhadap orang lain dan pada tujuan-tujuan yang bermakna. (3). Suara: Menyelaraskan pekerjaan kita dengan bakat atau anugerah serta panggilan kita. Cara terbaik untuk mengembangkan intergitas adalah mulai dari hal-hal kecil, dengan membuat dan memenuhi janji. Dan cara yang paling menggugah untuk mengembangkan kecerdasan spiritual adalah dengan mendidik dan mematuhi nurani. Kesuksesan banyak ditentukan oleh kemampuan dalam mengatasi berbagai masalah kehidupan, dan kemampuan ini tidak banyak berhubungan dengan Kecerdasan Intelektual (IQ), melainkan berhubungan dengan Kecerdasan Emosional (EQ). Dan Kecerdasan Emosional (EQ) yang diimbangi dengan Kecerdasan Spiritual (SQ) lebih penting dibandingkan dengan Kecerdasan Intelektual (IQ) dalam mempengaruhi kinerja, karena kecerdasan emosional mencakup sbb : Kesadaran diri, kendali dorongan diri, ketekunan, semangat dan motivasi, empati dan kecakapan sosial, dapat membaca realitas emosi dalam sekejap, membuat penilaian singkat secara naluriah, peka terhadap bahaya, dan motivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, kemampuan bergaul dengan orang lain, berempati dan berdoa, mengelola dorongan nafsunya dengan baik, mengekpsresikan dan menilai emosi dengan tepat, mengutarakan perasaan pada saat dibutuhkan, membuat pertimbangan, mengingat-ingat dan belajar dan melakukan inovasi.
  11. VI. KAPABILITAS DAN KOMPETENSI SDM Sumber Daya Manusia Kapabilitas Barney (1991) mengemukakan empat kondisi yang harus dipenuhi sebelum suatu sumber daya dapat disebut sebagai sumber keunggulan kompetitif berkelanjutan sebagai berikut: (1) merupakan sumber daya organisasional yang sangat berharga (valuable), terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk mengeksploitasi kesempatan dan atau menetralisasi ancaman dari lingkungan perusahaan. (2) relative sulit untuk dikembangkan, sehingga menjadi langka di lingkungan kompetitif. (3) sangat sulit untuk ditiru atau diimitasi. (4)tidak dapat dengan muddah digantikan substitute yang secara strategis signifikan. masalahnya adalah bagaimana “menterjemahkan” berbagai strategi, kebijakan dan praktik MSDM menjadi keunggulan kompetitif berkelanjutan. Kompetensi SDM berkarier di Bidang Sumber Daya Manusia Menurut Covey, Roger dan Rebecca Merrill (1994), kompetensi tersebut mencakup:
  12. a. Kompetensi teknis : pengetahuan dan keahlian untuk mencapai hasil- hasil yang telah disepakati, kemampuan untuk memikirkan persoalan dan mencari alternatif- alternatif baru b. Kompetensi Konseptual: kemampuan untuk melihat gambar besar, untuk menguji berbagai pengandaian dan pengubah prespektif c. Kompetensi untuk hidup : dan saling ketergantungan kemampuan secara efektif dengan orang lain, termasuk kemampuan untuk mendengar, berkomunikasi, mendapat alternatif ketiga. VII. KONSEP AUDIT KERJA Definisi Audit Sumber Daya manusia (SDM) Audit merupakan proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (Arens, 1997, p. 1).Sedang, audit SDM adalah pemeriksaan kualitas kegiatan Sumber Daya Manusia secara menyeluruh dalam suatu departemen, divisi atau perusahaan, dalam arti mengevaluasi kegiatan-kegiatan SDM dalam suatu perusahaan dengan menitikberatkan pada peningkatan atau perbaikan (Rivai, 2004, p. 548).Menurut Gomez-Mejia (200 1 :28), audit sumber daya manusiamerupakantinjauan berkala yang dilakukan oleh departemen sumber daya manusia untuk mengukur efektifitas penggunaan sumber daya manusia yang terdapat di dalam suatu perusahaan.Selain itu, audit memberikan suatu perspektif yang komprehensif terhadap praktik yang berlaku sekarang, sumber daya, dan kebijakan manajemen mengenai pengelolaan SDM serta menemukan peluang dan strategi untuk mengarahkan ulang peluang dan strategi tersebut. Intinya, melalui audit dapat menemukan permasalahan dan memastikan kepatuhan
  13. terhadap berbagai peraturan perundangan-undangan dan rencana-rencana strategis perusahaan. Audit SDM merupakan suatu metode evaluasi untuk menjamin bahwa potensi SDM dikembangkan secara optimal (Rosari, 12 Mei 2008). Secara lebih terinci, audit SDM juga memberi feedback dan kesempatan untuk: 1. Mengevaluasi keefektifan berbagai fungsi SDM, yang meliputi: rekrutmen dan seleksi, pelatihan, dan penilaian kinerja. 2. Menganalisis kontribusi fungsi SDM pada operasi bisnis perusahaan 3. Melakukan benchmarking kegiatan SDM untuk mendorong perbaikan secara berkelanjutan 4. Mengidentifikasi berbagai masalah strategi dan administratif implementasi fungsi SDM 5. Menganalisis kepuasan para pengguna pelayanan departemen SDM 6. Mengevaluasi ketaatan terhadap berbagai peraturan perundang-undangan, kebijakan dan regulasi pemerintah 7. Meningkatkan keterlibatan fungsi lini dalam implementasi fungsi SDM 8. Mengukur dan menganalisis biaya dan manfaat setiap program dan kegiatan SDM 9. Memperbaiki kualitas staf SDM 10. Memfokuskan staf SDM pada berbagai isu penting dan mempromosikan perubahan serta kreatifitas Manfaat Audit SDM Menurut Rivai (2004, p. 567), audit SDM mengevaluasi aktifitas SDM yang digunakan dalam suatu perusahaan dan merupakan pengendalian kualitas
  14. keseluruhan yang mengevaluasi aktifitas SDM dalam suatu perusahaan. Manfaat dari audit SDM ini antara lain yaitu: 1. Mengidentifikasi kontribusi-kontribusi departemen SDM terhadap perusahaan 2. Meningkatkan citra profesional departemen SDM 3. Mendorong tanggungjawab dan profesionalisme yang lebih besar diantara karyawan departemen SDM 4. Memperjelas tugas-tugas dan tanggungjawab departemen SDM 5. Menstimulasi keragaman kebijakan dan praktik-praktik SDM 6. Menemukan masalah-masalah SDM yang kritis 7. Menyelesaikan keluhan-keluhan dengan berpedoman pada aturan yang berlaku 8. Mengurangi biaya-biaya SDM melalui prosedur yang efektif 9. Meningkatkan kesediaan untuk mau menerima perubahan yang diperlukan didalam departemen SDM. Tujuan Audit SDM Menurut Rivai (2004, p. 567), audit SDM bertujuan untuk: 1. Menilai efektifitas SDM 2. Mengenali aspek-aspek yang masih dapat diperbaiki 3. Mempelajari aspek-aspek tersebut secara mendalam, dan 4. Menunjukkan kemungkinan perbaikan, serta membuat rekomendasi untuk pelaksanaan perbaikan tersebut.
  15. BAB IV PENUTUP I. KESIMPULAN Evaluasi kinerja adalah suatu metode dan proses penilaian dan pelaksanaan tugas seseorang atau sekelompok orang atau unit-unit kerja dalam satu perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang ditetapkan lebih dahulu. Evaluasi kinerja merupakan cara yang paling adil dalam memberikan imbalan atau penghargaan kepada pekerja. Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk menjamin pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan dan juga untuk mengetahui posisi perusahaan dan tingkat pencapaian sasaran perusahaan, terutama untuk mengetahui bila terjadi keterlambatan atau penyimpangan supaya segera diperbaiki, sehingga sasaran atau tujuan tercapai. Hasil evaluasi kinerja individu dapat dimanfaatkan untuk banyak penggunaan.
  16. Penilaian kinerja memang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pemberian imbalan/kompensasi. Penilaian kinerja dapat merupakan umpan balik atau masukan bagi organisasi untuk menentukan langkah selanjutnya, misalnya memberitahukan kepada karyawan tentang pandangan organisasi atas kinerja mereka. Penilaian kinerja dapat digunakan untuk mendeteksi kebutuhan pelatihan karyawan, yakni pelatihan apakah yang sebenarnya dibutuhkan oleh karyawan agar kenerja organisasi dapat optimal. Penilaian kinerja juga dapat digunakan untyuk menilai apakah pelatihan yang pernah diadakan efektiv atau tidak. Hasil dari penilaian kinerja dapat membantu manajer untuk mengambil keputusan siapa yang layak dipromosikan, dipertahankan, atau bahkan harus dikeluarkan dari organisasi. Penilaian kinerja dapat digunakan untuk membuat sebuah perencanaan (pengembangan) SDM, untuk mengidentifikasi siapa layak duduk dimana, dengan tingkat gaji berapa. Diluar daripada itu, perusahaan melaksanakan evaluasi/penilaian kinerja kadang juga bertujuan untuk melaksanakan riset saja. II. SARAN Di dalam suatu perusahaan atau organisasi perlu di adakan evaluasi kinerja yang optimal agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian kompensasi kepada pegawai atau karyawan. Karena apabila terjadi kesalahan dalam penilaian kinerja yang secara langsung berdampak pada pemberian kompensasi akan membuat karyawan merasa tidak betah yang berujung pada penurunan kinerja pegawai, pada akhirnya perusahaan atau organisasi akan menjadi dirugikan. MSDM sangat diperlukan di dalam suatu perusahan atau organisasi, termasuk di dalamnya adalah evaluasi kinerja dan pemberian kompensasi.
  17. DAFTAR PUSTAKA Ika UT,2009. “Makalah Evaluasi Kinerja 1” Ikatan Alumni Universitas Terbuka Jakarta. http://ika-utjakarta.blogspot.com/2009/11/makalah-evaluasi-kinerja- 1.html (diakses 30 September 2013). Dewitri,2011. “Kompensasi dan Evaluasi Kinerja” Manajemen SDM Lanjutanhttp://dewiramli.blogspot.com/2011/11/kompensasi-dan-evaluasi- kinerja.html (diakses 30 September 2013) Prassetya Aridha,2009. “Pengaruh Antara Kompensasi dan Gaji”. Papan Putih Kuliah Umum Online.http://www.papanputih.com/2010/12/evaluasi- kinerja.html(diakses 30 September 2013).
  18. Spectra Jumadi Madi,2012. “Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan”. Perpustakaan Ilmu.http://jumadibismillahsukses.blogspot.com/2012/12/pengaruh-kompensasi- terhadap-kinerja.html (diakses 30 September 2013). Azmi Haral,2012. “Makalah Kompensasi”. Teorinya Manajemen.http://blogharalazmi.blogspot.com/2012/06/makalah- kompensasi.html (diakses 30 September 2013). Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika Aditama.
Anzeige