2. Huruf Kapital
• huruf pertama kata pada awal kalimat.
• huruf pertama petikan langsung.
• huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang
berhubungan
• huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
• huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama
orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan
sebagai pengganti nama orang tertentu.
• huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang
merujuk kepada bentuk lengkapnya.
• huruf pertama unsur unsur nama orang.
3. • huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
• huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari
raya.
• huruf pertama unsur unsur nama diri geografi.
• huruf pertama semua unsur nama resmi negara,
lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan,
dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas,
seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
4. • huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah,
surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di,
• huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,
dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.
• Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan,
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman,
yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
• Huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam
penyapaan.
5. Kata ulang
• Ditulis dengan tanda ‘-’ sebagai penghubung,
tanpa spasi.
Contoh:
Pohon-pohon, bukan pohon – pohon
• Angka dua (2) di belakang kata yang diulang,
tidak dibenarkan dalam penulisan karya tulis
6. Angka
• Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu
dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau
paparan.
• Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih
dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang
tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal
kalimat.
• Angka yang digunakan untuk melambangkan nomor jalan,
rumah, apartemen, atau kamar bisa ditulis dengan angka
• Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau
ayat kitab suci.
7. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu,
-nya
• Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan
-nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya
Contoh:
Aku melihat bajumu dipakai Rudi,
Bukan: aku melihat baju mu dipakai Rudi
8. Tanda Titik (.)
• dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan.
• dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu
bagan, ikhtisar, atau daftar.
• dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan waktu.
• dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis,
judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru, dan tempat terbit.
• dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
• dipakai pada penulisan singkatan
9. Tanda Koma (,)
• dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi,
melainkan, sedangkan, dan kecuali.
• dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
• dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat
yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi,
dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
• dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, dan
kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu,
Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
• tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru.
10. Tanda Elipsis (…)
• Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang
terputus-putus
• Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan
bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan
11. Tanda Petik (” “)
• Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan
langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain.
• Tanda petik dipakai untuk mengapit judul
puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.
• Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah
ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
12. Tanda Petik Tunggal (‘ ‘)
• Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit
petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
• Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit
makna kata atau ungkapan.
• Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit
makna, kata atau ungkapan bahasa daerah
atau bahasa asing
13. Tanda Kurung (( ))
• Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan
keterangan atau penjelasan.
• Tanda kurung dipakai untuk mengapit
keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
utama kalimat.
• Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau
kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
• Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau
huruf yang memerinci urutan keterangan.
14. Preposisi (di, ke, dari)
Penulisan preposisi ini ditulis terpisah, contoh: di rumah, ke kantor,
dan dari Surabaya. Kesalahan yang paling umum adalah penulisan kata
seperti "dimana", "disana", "disini", "ditempat", dibawah", "diatas",
"ditengah", "kemana", "kesana", "kesini", "keatas", "kebawah" yang
seharusnya ditulis "di mana", "di sana", "di sini", "di tempat", di
bawah", "di atas", "di tengah", "ke mana", "ke sana", "ke sini", "ke
atas", "ke bawah".
Perkecualian untuk hal ini adalah:
•kepada
•keluar (sebagai lawan kata "masuk", untuk lawan kata "ke dalam",
penulisan harus dipisah, "ke luar")
•kemari
•daripada
15. Spasi
• Spasi digunakan untuk memisahkan kata
• Untuk memisahkan kalimat
• Dipakai setelah tanda baca koma, titik, tanda
seru, tanda tanya, kurung tutup, tanda petik
akhir
16. Huruf Miring
• Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan
nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan.
Catatan: Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum
diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan
huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
• Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan
atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata.
• Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata
atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia. Ungkapan
asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia
penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.