SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
Download to read offline
Profil Peresepan Antihipertensi di Apotek Rawat Jalan
Rumah Sakit Pertamina Jaya Periode Januari–Maret 2014
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Ahli Madya Kesehatan bidang Farmasi
Disusun oleh :
Erlin Indriani
P2.31.39.0.11.015
Jurusan Farmasi
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II
2014
ii
Abstrak
Poltekkes Kemenkes Jakarta II Jurusan Farmasi
Karya Tulis Ilmiah 2014
Erlin Indriani (NIM : P2.31.39.0.11.015)
Profil Peresepan Antihipertensi di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina
Jaya Periode Januari–Maret 2014
xi, VI BAB, 33 halaman, 2014, 5 tabel, 5 lampiran.
Prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi, yaitu sebesar 26,5%
(Riskesdas 2013), sehingga penggunaan antihipertensi di beberapa rumah sakit
meningkat. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui profil
peresepan antihipertensi di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan
mengumpulkan semua resep periode Januari–Maret 2014, selanjutnya
mengelompokkan resep yang mengandung antihipertensi berdasarkan usia, jenis
kelamin, zat aktif, obat dengan nama dagang dan generik, golongan dan kelas
terapi obat lain yang diresepkan bersama antihipertensi, kemudian dihitung
jumlah dan persentasenya. Berdasarkan hasil penelitian pada jenis kelamin,
perempuan lebih banyak menerima resep antihipertensi yaitu sebanyak 3.503
resep (52,08%) dan pada kelompok usia ≥ 50 tahun (orang tua) sebanyak 3.355
resep (95,78%). Zat aktif terbanyak adalah amlodipin sebanyak 3.802 R/ (33,82%)
dengan peresepan terbanyak obat dengan nama generik sebanyak 10.544 R/
(93,78%). Golongan antihipertensi terbanyak adalah zat penghambat RAAS
(Renin-Angiotensin-Aldosteron System) sebanyak 4.508 R/ (40,10%). Lima besar
kelas terapi obat lain yang diresepkan bersama antihipertensi yaitu antidiabetik
sebanyak 3.796 R/ (23,39%), antihiperlipidemia sebanyak 3.290 R/ (20,27%),
obat yang mempengaruhi darah sebanyak 2.522 R/ (15,54%), kardiovaskular
sebanyak 1.544 R/ (9,51%) dan multivitamin & mineral sebanyak 980 R/ (6,04%).
Kata Kunci : antihipertensi, resep, Rumah Sakit Pertamina Jaya
Daftar acuan : 20 (1999 – 2013)
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 1
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena
dengan memiliki tubuh yang sehat, maka setiap manusia bisa melakukan berbagai
aktifitas dengan baik. Namun saat ini manusia banyak yang menjalankan gaya
hidup yang tidak sehat, baik dari segi pola makan hingga kurangnya aktifitas fisik.
Hal ini mengakibatkan banyak munculnya penyakit di dalam tubuh, salah satunya
adalah penyakit degeneratif yaitu hipertensi.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi secara umum didefinisikan sebagai
tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.1
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap
kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi sering disebut juga
sebagai the silent killer (pembunuh diam-diam) karena tidak menunjukkan gejala,
sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan
fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja
pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain.1,2
Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia. Dalam statistik
kesehatan dunia tahun 2012, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan
bahwa hipertensi adalah suatu kondisi berisiko tinggi yang menyebabkan sekitar
51% dari kematian akibat stroke, dan 45% dari jantung koroner. Pada tahun 2011,
WHO mencatat satu miliar orang di dunia menderita hipertensi. Dua per tiga di
antaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah dan sedang.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 2
Indonesia berada dalam deretan 10 negara dengan prevalensi hipertensi tertinggi
di dunia, bersama Myanmar, India, Srilanka, Bhutan, Thailand, Nepal, Maldives.3
Angka kejadian hipertensi di Indonesia menurut hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat
belum terdiagnosis (63,2%). Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5%.
Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas
ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 25,8% dan kuesioner terdiagnosis tenaga
kesehatan untuk responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang
minum obat hipertensi sebesar 0,7%.4
Penanganan yang tepat serta diagnosis dini penyakit hipertensi perlu
dilakukan mengingat masih rendahnya tingkat kesadaran akan kesehatan pada
masyarakat Indonesia.5
Terapi dengan obat hipertensi (antihipertensi) juga harus
didasarkan pada bukti ilmiah dalam khasiat untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas, biaya dan adanya penyakit lain serta faktor-faktor risiko lainnya.6
Berdasarkan pengamatan yang telah penulis lakukan, peresepan obat untuk
pasien hipertensi di Rumah Sakit Pertamina Jaya cukup tinggi, dan menurut
sumber data dari seksi catatan medik dan pelaporan Rumah Sakit Pertamina Jaya
pada tahun 2014, hipertensi merupakan penyakit utama dari 10 besar penyakit
yang ada di rumah sakit ini. Pengelolaan penyakit hipertensi harus dilakukan
dengan baik, terutama pengelolaan farmakologis dengan pemberian antihipertensi.
Tingginya jumlah pasien dapat menyebabkan terjadinya kekosongan persediaan
antihipertensi. Hal ini menjadi perhatian penting agar ketersediaan obat selalu ada
untuk memberikan pengobatan maksimal terhadap pasien.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 3
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui tentang
profil peresepan antihipertensi di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina
Jaya Periode Januari–Maret 2014.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana profil peresepan
antihipertensi di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya Periode
Januari–Maret 2014.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui profil
peresepan antihipertensi di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya
Periode Januari–Maret 2014.
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui jumlah dan
persentase peresepan antihipertensi terbanyak berdasarkan:
1. Jenis kelamin dan usia pasien
2. Zat aktif antihipertensi, nama generik dan nama dagang
3. Golongan antihipertensi
4. Lima besar kelas terapi obat lain yang diresepkan bersama antihipertensi
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 4
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi penulis
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis serta melatih
kemampuan dalam mengidentifikasi dan menganalisis resep antihipertensi.
1.4.2 Bagi akademik
Sebagai referensi di perpustakaan Poltekkes Kemenkes Jakarta II Jurusan
Farmasi mengenai antihipertensi sehingga dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang
membacanya.
1.4.3 Bagi rumah sakit
Sebagai bahan pertimbangan dalam program monitoring, evaluasi,
penggunaan, perencanaan dan pengadaan antihipertensi di Apotek Rawat Jalan
Rumah Sakit Pertamina Jaya.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 5
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai antihipertensi.7
Istilah hipertensi digunakan untuk kenaikan tekanan darah yang melebihi normal
dan kenaikan ini bertahan. Daerah batas yang harus diamati adalah tekanan sistol
antara 140-160 mmHg dan tekanan diastol antara 90-95 mmHg.8
2.2 Klasifikasi Hipertensi
2.2.1 Hipertensi berdasarkan tingginya tekanan darah
Untuk pembagian hipertensi berdasarkan tingginya tekanan darah (TD),
The Joint National Committee on the prevention, detection evaluation and
treatment of high blood pressure ke 7 (JNC 7) tahun 2003, membuat klasifikasi
tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih.9
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih berdasarkan
JNC VII, 2003
Klasifikasi tekanan darah TD sistolik,
(mmHg)
TD diastolik
(mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi
Tingkat 1 140 – 159 90 – 99
Tingkat 2 ≥ 160 ≥ 100
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 6
2.2.2 Hipertensi berdasarkan etiologi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dibedakan menjadi hipertensi esensial atau
primer dan hipertensi sekunder, yaitu:
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer atau hipertensi essensial, atau idiopatik adalah hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya.7
Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi
essensial. Penyebabnya multifaktorial meliputi faktor genetik dan lingkungan.
Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap
stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin dan
lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan
merokok, stress, emosi, obesitas dan lain-lain.9
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi yang penyebab spesifiknya telah diketahui seperti kelainan ginjal,
kelainan sistem saraf pusat, penyakit endokrin dan penyakit vaskular. Hipertensi
sekunder meliputi 5-10% kasus hipertensi. Perawatan hipertensi jenis ini cukup
dengan mengobati penyakit-penyakit yang menyebabkan tekanan darah menjadi
meningkat.7,9
2.3 Faktor Risiko Hipertensi
Faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu yang
tidak dapat diubah dan yang dapat diubah.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 7
2.3.1 Faktor risiko yang tidak dapat diubah
a. Umur
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur,
risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Tingginya hipertensi sejalan dengan
bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah
besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi
lebih kaku, sehingga tekanan darah sistolik meningkat.10
b. Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana pria
lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita. Pria diduga
memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah
dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi
hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya
hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan
oleh faktor hormonal.10
c. Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer
(esensial). Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan
lain, yang kemudian menyebabkan seorang menderita hipertensi.10
2.3.2 Faktor risiko yang dapat diubah
a. Garam
Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah bertambah dan
menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 8
b. Merokok
Nikotin dalam rokok menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan TD.
Merokok memperkuat efek buruk dari hipertensi terhadap sistem pembuluh.
c. Pil antihamil
Pil antihamil mengandung hormon wanita estrogen, yang juga bersifat
meretensi garam dan air.
d. Stress
Stress atau ketegangan emosi dapat meningkatkan TD untuk sementara akibat
pelepasan adrenalin dan noradrenalin (hormon stress), yang bersifat
vasokonstriktif. TD juga dapat meningkat pada waktu ketegangan fisik
(pengeluaran tenaga , olahraga) dan bila stress hilang, TD akan turun kembali.
e. Drop
Sejenis gula-gula yang terbuat dari Succus liquiritiae mengandung asam
glizirinat yang dapat meretensi air, sehingga dapat meningkatkan TD bila dimakan
dalam jumlah besar.
f. Hormon pria dan kortikosteroida
Hormon pria dan kortikosteroid juga menyebabkan retensi air. Setelah
penggunaan hormon ini atau pil antihamil dihentikan, atau pemakaian garam
sangat dikurangi, pada umumnya TD menurun dan menjadi normal kembali.
g. Kehamilan
Kenaikan TD dapat terjadi selama kehamilan. Mekanisme hipertensi ini
serupa dengan proses ginjal, bila uterus diregangkan terlampau banyak (oleh
janin) dan menerima kurang darah, maka dilepaskan zat-zat yang meningkatkan
TD.11
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 9
2.4 Gejala Hipertensi
Hipertensi tidak memberikan gejala khas, baru setelah beberapa tahun
adakalanya pasien merasakan nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur, nyeri
ini biasanya hilang setelah bangun. Gangguan hanya dapat dikenali dengan
pengukuruan tensi dan adakalanya melalui pemeriksaan tambahan terhadap ginjal
dan pembuluh.11
2.5 Pencegahan Hipertensi
Meskipun faktor keturunan memegang peranan penting, namun cara dan pola
hidup juga sangat penting dalam menjauhi hipertensi. Penderita dengan tekanan
darah tinggi tanpa ada sebab-sebab organis yang jelas dapat menerapkan sendiri
sejumlah aturan hidup untuk menurunkan tensinya, antara lain menguruskan
badan, mengurangi garam dalam diet, membatasi kolesterol, berhenti merokok,
membatasi minum kopi, membatasi minum alkohol, cukup istirahat dan tidur serta
olahraga.11
2.6 Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan terapi nonfarmakologi
(tanpa obat) dan terapi farmakologi (dengan obat).5
2.6.1 Terapi nonfarmakologi
Dengan menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang karena sangat penting
untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang paling penting
dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi
harus melakukan perubahan gaya hidup, diantaranya: 5
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 10
a. Menurunkan berat badan
Berat badan berlebihan (kegemukan) menyebabkan bertambahnya volume
darah dan perluasan sistem sirkulasi.
b. Mengurangi garam dalam diet
Bila kadar natrium di filtrat glomeruli rendah, maka lebih banyak air akan
dikeluarkan untuk menormalisasi kadar garam dalam darah. Akibat pengeluaran
ekstra air tersebut, tekanan darah akan turun.
c. Membatasi kolesterol
Dengan mengurangi atau menghindari asupan lemak jenuh yang berguna
untuk membatasi risiko atherosclerosis.
d. Berhenti merokok
Tembakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja jantung dan
menciutkan arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan tekanan darah
meningkat.
e. Membatasi minum kopi
Kofein dalam kopi berkhasiat menciutkan pembuluh yang secara akut dapat
meningkatkan tekanan darah dengan terjadinya gangguan ritme.
f. Membatasi minum alkohol
Alkohol jika diminum lebih dari 40 g sehari dalam jangka waktu yang lama
dapat meningkatkan tensi diastolis sampai 0,5 mm per 10 g alkohol.
g. Cukup istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur yang cukup sangatlah penting, karena selama periode itu
tekanan darah menurun.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 11
h. Gerak badan
Olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah yang tinggi, karena
saraf parasimpatik akan menjadi lebih aktif daripada saraf simpatik.11
2.6.2 Terapi farmakologi
Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah
140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90 mmHg serta mengontrol faktor
risiko. Terapi dengan antihipertensi bagi sebagian pasien dimulai dengan dosis
rendah kemudian ditingkatkan sesuai dengan usia dan kebutuhan.7
2.7 Penggolongan Obat Hipertensi
2.7.1 Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga
menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan
curah jantung dan tekanan darah.9
Diuretika yang biasa digunakan dalam pengobatan hipertensi dibedakan
menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Diuretik tiazid
Obat golongan ini bekerja dengan menghambat transport bersama Na+
dan Cl-
di tubulus ginjal, sehingga ekskresi Na+
dan Cl-
meningkat. Tiazid dapat
digunakan sebagai obat tunggal pada hipertensi ringan sampai sedang, atau dalam
kombinasi dengan antihipertensi lain bila tekanan darah tidak dapat diturunkan
dengan diuretik saja. Contoh obat golongan tiazid antara lain hidroklortiazid,
bendroflumetiazid dan klorotiazid.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 12
Hidroklorotiazid (HCT) dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi
ringan sampai sedang dan dalam kombinasi dengan berbagai antihipertensi lain.
Pada kebanyakan pasien hipertensi, efeknya mulai terlihat dengan dosis 12,5 mg
per hari. Bila digunakan sebagai monoterapi, dosis maksimal sebaiknya tidak
melebihi 25 mg per hari. Efek sampingnya adalah hipokalemia.9
b. Diuretik kuat
Diuretik kuat bekerja di lengkung ansa henle asenden bagian epitel tebal
dengan cara menghambat kotransport Na+
, K+
, Cl-
dan menghambat reasorpsi air
dan elektrolit. Mula kerjanya lebih cepat, efek diuretiknya lebih kuat daripada
golongan tiazid, oleh karena itu diuretik kuat jarang digunakan sebagai
antihipertensi, kecuali pada pasien gangguan fungsi ginjal atau gagal jantung.
Contoh obat golongan ini adalah furosemid, torasemid, bumetamid dan asam
etakrinat.
Furosemid merupakan diuretik kuat yang mempunyai waktu paruh umumnya
pendek. Dosisnya 20-80 mg dua sampai tiga kali sehari. Efek sampingnya hampir
sama dengan tiazid tetapi diuretik kuat dapat menimbulkan hiperkalsiurea dan
menurunkan kadar kalsium darah.9
c. Diuretik hemat kalium
Mekanisme kerja obat golongan ini adalah menghambat secara kompetitif
reabsorpsi Na+
dan ekskresi K+
yang distimulasi oleh aldosteron. Efek obat ini
lemah dan hanya digunakan sebagai kombinasi dengan diuretika lainnya untuk
menghemat ekskresi kalium. Contoh obat golongan ini antara lain amlorid,
triamteren dan spironolakton.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 13
Spironolakton mula kerjanya dua sampai tiga hari dan bertahan sampai
beberapa hari setelah pengobatannya dihentikan. Dosis oral 25-100 mg satu
sampai dua kali sehari. Pada penggunaan lama dan dosis tinggi dapat
menyebabkan efek antiandrogen dengan gynecomastia, gangguan potensi dan
libido pada pria, sedangkan pada wanita dapat menyebabkan nyeri buah dada dan
gangguan haid.11
2.7.2 Alfa-blockers
Zat-zat ini bekerja dengan memblokade reseptor pada otot polos yang
melapisi pembuluh darah. Jika reseptor tersebut diblokade, pembuluh darah akan
melebar (vasodilatasi) sehingga darah mengalir dengan lebih lancar dan tekanan
darah menurun. Contoh obatnya antara lain terazosin, prazosin, dll.1
Prazosin merupakan obat hipertensi yang dengan cepat menurunkan tekanan
darah tinggi setelah dosis pertama. Dosis untuk hipertensi yaitu 2-3 kali sehari 0,5
mg selama 3-7 hari ,tingkatkan sampai 2-3 kali sehari 1 mg setelah 3-7 hari. Efek
samping prazosin dapat berupa mengantuk, lemah, pusing, sakit kepala, dan
mual.12
2.7.3 Beta-blockers
Zat-zat ini menurunkan tekanan darah dengan memperlambat denyut dan
mengurangi kekuatan kontraksi jantung. Dengan demikian, tekanan yang
disebabkan oleh pompa jantung juga berkurang. Contoh obat golongan ini antara
lain asebutolol, bisoprolol, propanolol, atenolol dan lain-lain.1
Bisoprolol adalah derivat selektif lipofil tanpa ISA (Intrinsic
Sympathicomimetic Activity) dengan sifat lokal-anestetik. Dosis yang digunakan
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 14
untuk hipertensi yaitu 5-10 mg satu kali sehari. Efek sampingnya antara lain gagal
jantung dan gangguan saluran cerna.11
2.7.4 Zat-zat dengan kerja pusat
Agonis α2-adrenergik menstimulasi reseptor α2-adrenergik yang banyak
terdapat di Susunan Saraf Pusat (otak dan medulla). Akibat stimulasi ini maka
aktivitas saraf adrenergik perifer dikurangi. Contoh obat golongan ini antara lain
metildopa, klonidin, reserpin, guanfasin, dll.11
Klonidin berkhasiat hipotensif kuat berdasarkan efek adrenergik sentralnya.
Obat ini digunakan pada hipertensi sedang sampai berat. Dosis untuk hipertensi
mulai tiga kali sehari 0,075 mg, berangsur-angsur dinaikkan sampai 0,15-0,6 mg
dalam 2-3 dosis.11
Efek sampingnya dapat berupa pusing, mulut kering dan
gangguan tidur.12
2.7.5 Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium menurunkan tekanan darah dengan memblokade masuknya
kalsium ke dalam sel. Jika kalsium memasuki sel otot, maka otot akan
berkontraksi. Dengan menghambat kontraksi otot yang melingkari pembuluh
darah, pembuluh darah akan melebar sehingga darah mengalir dengan lancar dan
tekanan darah menurun. Contoh obatnya antara lain amlodipin, nifedipin,
verapamil, diltiazem, dll.1
Amlodipin memiliki beberapa kelebihan antara lain mempunyai
bioavailabilitas yang relatif tinggi, absorbsinya terjadi secara perlahan sehingga
dapat mencegah penurunan tekanan darah yang mendadak dan memiliki waktu
paruh yang panjang sehingga cukup diberikan satu kali sehari. Dosisnya 5-10 mg
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 15
satu kali sehari. Efek sampingnya dapat berupa sakit kepala, muka kemerahan dan
hiperplasia gusi.9
2.7.6 Zat penghambat RAAS (Renin-Angiotensin-Aldosteron System)
Zat penghambat-RAAS menurunkan tekanan darah dengan jalan mengurangi
daya tahan pembuluh perifer dan vasodilatasi tanpa menimbulkan refleks-
takikardi atau retensi garam. Menurut titik kerjanya penghambat RAAS dapat
dibagi dalam dua kelompok, yakni ACE-inhibitors dan AT-II Reseptor blockers
(AT2-antagonis).11
a. Penghambat Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor (ACE-inhibitor)
ACE-inhibitor menghambat perubahan AT I menjadi AT II sehingga terjadi
vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron. Vasodilatasi secara langsung akan
menurunkan tekanan darah, sedangkan berkurangnya aldosteron akan
menyebabkan eksresi air, natrium dan retensi kalium. Contoh obatnya antara lain
kaptopril, benazepril, lisinopril, kuinapril, enalapril dan lain-lain.9
Kaptopril diindikasikan untuk hipertensi ringan sampai berat. Dosisnya yaitu
25 mg satu sampai dua kali sehari. Efek samping yang umum terjadi adalah
hilangnya rasa dan batuk kering.11
b. Antagonis reseptor Angiotensin (Angiotensin Receptor Blockers, ARB)
ARB bekerja dengan memblokade pengikatan AT II ke reseptor spesifiknya,
sehingga AT II tidak dapat mengkonstriksi pembuluh darah. Dengan demikian
pembuluh darah akan melebar (vasodilatasi) dan tekanan darah akan menurun.
Contoh obatnya antara lain losartan, irbesartan, telmisartan, valsartan dan lain-
lain.1
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 16
Telmisartan dapat digunakan tunggal maupun dikombinasi dengan
hidroklortiazid. Dosis lazimnya 40 mg sekali sehari, jika diperlukan (pada pasien
yang tekanan darahnya tidak terkontrol) setelah 4 minggu dosisnya dapat
ditingkatkan hingga 80 mg sekali sehari. Efek sampingnya dapat berupa gangguan
saluran cerna, nyeri otot dan nyeri sendi.12
2.7.7 Vasodilator
Vasolidator adalah zat-zat yang berkhasiat vasodilatasi langsung terhadap
arteriole sehingga dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Penggunaannya
sebagai obat pilihan ketiga, terutama bersama dengan beta-blocker dan
diuretikum. Contoh obatnya antara lain beraprost, hidralazin, dihidralazin,
minoksidil dan lain-lain.
Beraprost digunakan sebagai terapi pada hipertensi paru primer. Dosis awal 60
mcg sehari dalam 3 dosis terbagi sesudah makan, dapat ditingkatkan hingga
maksimum 180 mcg sehari dalam 3-4 dosis terbagi. Efek sampingnya dapat
berupa pusing, nyeri kepala, mual dan diare.12
2.8 Definisi Operasional
1. Antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk pengobatan hipertensi
berdasarkan resep yang masuk di apotek rawat jalan Rumah Sakit Pertamina
Jaya.
2. Usia adalah pengguna antihipertensi yang dibagi berdasarkan usia pasien. Bayi
dan anak: 0-14 tahun, dewasa: 15-49 tahun, orang tua: ≥ 50 tahun.13
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 17
3. Golongan adalah golongan obat hipertensi menurut mekanisme kerja obat yaitu
diuretik, alfa-blockers, beta-blockers, zat-zat dengan kerja pusat, antagonis
kalsium, zat penghambat RAAS dan vasodilator.11
4. Nama generik adalah nama obat yang sesuai dengan nama resmi International
Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.14
5. Nama dagang adalah nama obat jadi yang diedarkan dengan menggunakan
nama dagang yang berasal dari pabrik yang memproduksinya.
6. Kelas terapi obat lain adalah kelas terapi obat selain obat hipertensi yang
diresepkan bersamaan dengan obat hipertensi yang diminum secara oral,
seperti obat saluran cerna, obat yang mempengaruhi darah, antidiabetik,
multivitamin, antikolesterol dan lain-lain.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 18
Bab III
Metode Penelitian
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif kuantitatif
yaitu dengan mengambil data primer yang berasal dari seluruh lembar resep yang
ada di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya periode Januari–Maret
tahun 2014.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina
Jaya. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret–Juni tahun 2014.
Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei–Juni tahun 2014.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh lembar resep
yang ada di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya periode Januari–
Maret tahun 2014.
3.3.2 Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah seluruh lembar resep yang
mengandung antihipertensi di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya
periode Januari–Maret tahun 2014.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 19
3.4 Cara Pengumpulan Data
Dengan cara mengumpulkan data primer yang berasal dari lembar resep di
Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya periode Januari–Maret 2014.
Kemudian dilakukan pencatatan terhadap resep-resep yang mengandung
antihipertensi.
3.5 Cara Pengolahan dan Analisa data
Untuk mengetahui jumlah dan persentase (%) peresepan antihipertensi di
Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya periode Januari–Maret 2014,
maka langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1. Mengumpulkan dan mengelompokkan lembar resep yang mengandung
antihipertensi.
2. Mencatat umur dan jenis kelamin pasien yang mendapatkan antihipertensi.
3. Mengelompokkan antihipertensi berdasarkan zat aktif, nama generik, nama
dagang dan golongan.
4. Mendata kelas terapi obat lain yang diresepkan dengan antihipertensi.
5. Menyajikan data dalam bentuk tabel.
6. Melakukan perhitungan jumlah dan persentase.
7. Membahas hasil pengamatan dan menyimpulkan data.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 20
Bab IV
Gambaran Umum Rumah Sakit Pertamina Jaya
4.1 Sejarah Rumah Sakit Pertamina Jaya
Berdasarkan UU No.8 tahun 1971 tentang PERTAMINA, di Indonesia hanya
ada perusahaan minyak negara dalam bidang industri minyak dan gas bumi.
Untuk memelihara dan meningkatkan produktifitas kerja para pekerja di semua
bidang pekerjaan, maka diadakan sistem pelayanan kesehatan yang komprehensif
termasuk mendirikan rumah sakit-rumah sakit Pertamina yang dilaksanakan oleh
perusahaan.
Rumah Sakit Pertamina Jaya (RSPJ) diresmikan penggunaannya pada bulan
April, 1979 oleh dr. Amino Gondohutomo (alm) yang ketika itu menjabat sebagai
Kepala Rumah Sakit Pusat Pertamina.
Rumah Sakit Pertamina Jaya (RSPJ) merupakan rumah sakit tipe C plus,
dimana sebelumnya adalah Rumah Sakit Bersalin yang dikelola oleh Direktorat
Perkapalan dan Telekomunikasi (P&T) dengan jumlah tempat tidur sebanyak 54
buah.
Tugas utama RSPJ adalah memberikan layanan jasa medis kepada pekerja
pertamina beserta keluarga, pensiunan, anak perusahaan, dan masyarakat umum
terutama yang berdomisili di sekitar Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara,
dan Bekasi.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 21
4.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Pertamina Jaya
4.2.1 Visi Rumah Sakit Pertamina Jaya
Menjadi Institusi Pemeliharaan Kesehatan yang memberikan layanan prima
dan lebih dari institusi pelayanan kesehatan setara dengan berlandaskan moral
agamis.
4.2.2 Misi Rumah Sakit Pertamina Jaya
1. Melaksanakan pelayanan kesehatan berdasarkan paradigma sehat sesuai
kebutuhan pelanggan dengan standar pelayanan prima dan terpadu.
2. Membangun SDM yang berkualitas melalui mekanisme pembelajaran
berkesinambungan.
3. Menjalankan kegiatan operasional secara efektif dan efisien sehingga
menghasilkan nilai tambah bagi stakeholders (pelanggan, pekerja, mitra
pekerja, pemilik, dan masyarakat).
4.3 Apotek Rawat Jalan
Apotek rawat jalan bertugas melayani semua pasien baik pertamina maupun
umum. Sejak bulan Mei 2007 di unit farmasi Rumah Sakit Pertamina Jaya (RSPJ)
diselenggarakan sistem stok satu kendali. Sistem stok satu kendali merupakan
suatu sistem dimana semua permintaan persediaan farmasi (obat dan alat
kesehatan) dan penyimpanannya di unit layanan dikelola oleh apotek yang bersifat
sentralisasi dan tersedia stok minimal untuk kelancaran pelayanan. Apotek ini
bekerja setiap Senin-Sabtu mulai pukul 07.30 sampai dengan 18.00.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 22
Alur pelayanan resep di RSPJ dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Untuk pasien Pertamina yaitu Pertamina aktif dan Pertamina non aktif
(pensiunan)
Pasien menyerahkan resep ke bagian penerimaan, lalu dilakukan pemeriksaan
kelengkapan resep dan ketersediaan obat, jika sudah sesuai maka pasien akan
diberikan nomor (berdasarkan aktif atau pensiunan) dan diberi waiting time.
Resep selanjutnya di verifikasi dan di data di komputer (entry awal) dan jika
sesuai akan dituliskan etiketnya, lalu resep dan etiket akan masuk ke bagian
pengisian dan peracikan obat. Obat-obat yang sudah diisi dan diracik kemudian
diserahkan ke bagian pengecekan kemudian di data kembali (entry akhir).
Resep yang telah selesai dikerjakan diberi tanda waktu selesai dan selanjutnya
akan diberikan ke petugas bagian penyerahan untuk diserahkan ke pasien
beserta informasi dan penjelasan tentang obat yang akan diambil.
2. Untuk pasien non Pertamina
Alur pelayanan resep pada pasien non Pertamina hampir sama dengan pasien
Pertamina, perbedaannya adalah pasien non Pertamina harus membayar ke
kasir setelah resep diterima dan di verifikasi oleh petugas apotek.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 23
Bab V
Hasil dan Pembahasan
5.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengolahan data yang penulis lakukan
terhadap peresepan antihipertensi di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina
Jaya periode Januari–Maret tahun 2014, maka didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 5.1 Peresepan antihipertensi berdasarkan jenis kelamin dan usia
No Usia
Jenis Kelamin
L (%) P (%)
1 ≥ 50 tahun 3151 97,77 3355 95,78
2 15-49 tahun 72 2,23 148 4,22
3 0-14 tahun 0 0 0 0
Jumlah 3223 100 3503 100
Tabel 5.1 menunjukkan jumlah dan persentase terbanyak pengguna antihipertensi
berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan sebanyak 3.503 resep (52,08%) pada
kelompok usia ≥ 50 tahun (orang tua) yaitu sebanyak 3.355 resep (95,78%).
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 24
Tabel 5.2 Peresepan antihipertensi berdasarkan zat aktif, nama generik dan nama
dagang
No Zat Aktif
Generik Persentase
Nama Obat
Dagang Persentase
(R/) (%) (R/) (%)
1 Amlodipin 3802 33,82 - - -
2 Losartan 3339 29,70 Insaar 2 0,02
3 Bisoprolol 930 8,27 Concor 1 0,01
4 Irbesartan 642 5,71 Opisar 17 0,15
- - Irtan 2 0,02
5 Karvedilol - - Carbloxal 420 3,74
- - V-bloc 216 1,92
6 Captopril 477 4,24 - - -
7 Furosemid 458 4,07 - - -
8 Spironolacton 388 3,45 Letonal 2 0,02
9 Hidroklortiazida 249 2,21 - - -
10 Diltiazem 163 1,45 - - -
11 Verapamil 58 0,52 Cardiover 1 0,01
12 Nifedipin 18 0,16 - - -
13 Lisinopril - - Odace 17 0,15
14 Propanolol 12 0,11 - - -
15 Klonidin 8 0,07 - - -
16 Ramipril - - Hyperil 7 0,06
17 Beraprost - - Dorner 5 0,04
18 Kandesartan - - Blopress 4 0,04
19 Indapamid - - Natrilix SR 3 0,03
20 Telmisartan - - Micardis 1 0,01
21 Atenolol - - Betablok 1 0,01
Jumlah 10544 93,78 699 6,22
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa antihipertensi berdasarkan zat aktif yang paling
banyak diresepkan adalah amlodipin yaitu sebanyak 3.802 R/ (33,82%) dan obat
dengan nama generik yaitu sebesar 10.544 R/ (93,78%).
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 25
Tabel 5.3 Peresepan antihipertensi berdasarkan golongan
No Golongan Jumlah R/ Persentase (%)
1 Zat Penghambat RAAS 4508 40,10
2 Antagonis Kalsium 4042 35,95
3 Beta blockers 1580 14,05
4 Diuretik 1100 9,78
5 Zat dengan kerja pusat 8 0,07
6 Vasodilator 5 0,04
Jumlah 11243 100
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa golongan antihipertensi yang paling banyak
diresepkan adalah golongan zat penghambat RAAS (Renin-Angiotensin-
Aldosteron System) yaitu sebanyak 4.508 R/ (40,10%).
Tabel 5.4 Lima besar kelas terapi obat lain yang diresepkan bersama
antihipertensi
No Kelas Terapi Jumlah R/ Persentase (%)
1 Antidiabetik 3796 23,39
2 Antihiperlipidemia 3290 20,27
3 Obat mempengaruhi darah 2522 15,54
4 Kardiovaskular 1544 9,51
5 Multivitamin & mineral 980 6,04
Subtotal R/ 12132 74,75
Total R/ 16230 100
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa lima besar kelas terapi obat lain yang diresepkan
bersama antihipertensi dari total 16.230 R/ yaitu antidiabetik sebanyak 3.796 R/
(23,39%), antihiperlipidemia sebanyak 3.290 R/ (20,27%), obat yang
mempengaruhi darah sebanyak 2.522 R/ (15,54%), kardiovaskular sebanyak 1.544
R/ (9,51%) dan multivitamin & mineral sebanyak 980 R/ (6,04%).
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 26
5.2 Pembahasan
Hasil yang didapat berdasarkan penelitian mengenai peresepan antihipertensi
pada pasien di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya periode Januari–
Maret tahun 2014 berdasarkan tabel 5.1 yaitu jumlah dan persentase pengguna
antihipertensi terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan sebanyak
3.503 resep (52,08%) pada kelompok usia lebih dari 50 tahun yaitu sebanyak
3.355 resep (95,78%). Hal ini sesuai dengan hasil survei Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013, yaitu hipertensi lebih mempengaruhi perempuan (28,8%)
dibanding laki-laki (22,8%), dengan prevalensi hipertensi pada kelompok usia 55-
64 tahun sebesar 45,9%, usia 65-74 tahun sebesar 57,6% dan usia lebih dari 75
tahun sebesar 63,8%.4
Penderita hipertensi lebih banyak diderita oleh pasien usia lanjut (≥50 tahun),
karena pada usia lanjut terjadi proses menua yang secara struktur anatomi maupun
fungsional terjadi kemunduran, yaitu terjadi proses degenerasi. Proses degenerasi
seringkali disertai penyakit tidak menular diantaranya hipertensi, stroke, diabetes
mellitus dan radang sendi atau rematik. Beberapa manifestasi dari proses menua
disebabkan oleh menurunnya kadar hormon.15,16
Hipertensi jarang terjadi pada
wanita muda dibandingkan dengan pria, tetapi angka kejadiannya meningkat lebih
pesat pada wanita setelah usia 50 tahun dan pada usia 60 tahun dapat menyamai
atau bahkan lebih tinggi dari pria.17
Banyaknya pasien wanita yang berusia lanjut
(≥ 50 tahun) yang menderita hipertensi dapat disebabkan oleh penurunan kadar
estrogen. Menurunnya kadar estrogen dapat menyebabkan turunnya kadar
kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) dan meningkatnya kolesterol Low
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 27
Density Lipoprotein (LDL). Meningkatnya kadar LDL dapat menyebabkan
penyakit kardiovaskular seperti hipertensi.18
Berdasarkan data tabel 5.2, zat aktif yang paling banyak diresepkan yaitu
amlodipin dengan jumlah 3.802 R/ (33,82%). Amlodipin merupakan
antihipertensi golongan antagonis kalsium derivat dihidropiridin yang memiliki
afinitas yang besar pada kanal kalsium di pembuluh darah sehingga memiliki efek
vasodilatasi yang kuat. Selain itu, dihidropiridin juga sangat bermanfaat pada
pasien hipertensi usia lanjut karena tidak mempunyai efek samping metabolik,
baik terhadap lipid, gula darah, maupun asam urat. Amlodipin memiliki waktu
paruh yang panjang sehingga cukup diberikan sekali sehari. Obat ini menurunkan
TD secara perlahan-lahan sehingga tidak menimbulkan refleks takikardi. Obat ini
juga memiliki efek antioksidan dan meningkatkan produksi nitrit oksida (NO)
sehingga mampu memperbaiki fungsi endotel.8,19
Tingginya peresepan amlodipin
dikarenakan banyaknya pasien yang berusia di atas 50 tahun, sehingga amlodipin
dijadikan alternatif yang lebih menguntungkan dalam pengobatan.
Pada tabel 5.2 juga menunjukkan bahwa antihipertensi dengan nama generik
merupakan obat yang paling banyak diresepkan yaitu sebanyak 10.544 R/
(93,78%). Hasil data ini menunjukkan adanya kesesuaian dengan PERMENKES
RI No. HK.02.02./MENKES/068/I/2010 tentang kewajiban menggunakan obat
generik di fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah, yang menyebutkan bahwa
dokter yang bertugas di fasilitas pelayanan pemerintah wajib menulis resep obat
generik bagi semua pasien sesuai indikasi medis.13
Hal tersebut menunjukkan
bahwa dokter yang bekerja di rumah sakit BUMN telah menjalankan peraturan
dari Pemerintah. Penggunaan obat dengan nama generik lebih banyak
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 28
dibandingkan dengan nama dagang karena sebagian besar pasien di Rumah Sakit
Pertamina Jaya berstatus pasien jaminan, baik pensiunan maupun karyawan
beserta keluarga.
Pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa golongan antihipertensi yang paling
banyak diresepkan yaitu zat penghambat RAAS (Renin-Angiotensin-Aldosteron
System) sebanyak 4.508 R/ (40,10%). Sistem Renin Angiotensin merupakan
regulator yang penting dalam mengatur tekanan darah, keseimbangan cairan dan
elektrolit.19
Zat ini bekerja dengan jalan mengurangi daya tahan pembuluh perifer
dan vasodilatasi tanpa menimbulkan refleks takikardi atau retensi garam.10
Hasil
data dalam penelitian ini menunjukkan zat penghambat RAAS yang banyak
diresepkan yaitu kelompok Angiotensin Receptor Blockers (ARB), seperti
losartan, irbesartan, kandesartan dan telmisartan (lampiran 1). Golongan ini
memiliki bioavaibilitas rendah, namun karena ikatan dengan protein plasma
sangat kuat sehingga ARB hanya diberikan sehari sekali.19
Selain itu, obat
golongan ini tidak menghambat pemecahan bradikinin sehingga tidak
menimbulkan efek batuk kering.11
Besarnya peresepan antihipertensi golongan ini
karena dapat dijadikan alternatif yang lebih menguntungkan untuk kondisi pasien.
Berdasarkan data tabel 5.4 antidiabetik merupakan kelas terapi obat lain yang
banyak diresepkan bersama antihipertensi, yaitu sebanyak 3.796 R/ (23,39%).
Antidiabetika oral paling banyak diresepkan dapat disebabkan pada pasien
diabetes mellitus yang kadar glukosanya tidak terkontrol dengan baik dalam
waktu yang lama, menyebabkan pembuluh darah di berbagai jaringan di seluruh
tubuhnya akan mengalami gangguan fungsi dan perubahan struktur, sehingga
suplai darah ke dalam jaringan tidak memadai. Akibatnya akan meningkatkan
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 29
risiko terjadinya serangan jantung, stroke, penyakit ginjal stadium akhir, kebutaan
dan iskemia. Adanya kerusakan ginjal akibat diabetes dapat menimbulkan
hipertensi. Dengan demikian pada pasien hipertensi karena adanya kerusakan
ginjal akibat diabetes, selain menggunakan obat hipertensi juga disertai dengan
antidiabetika oral.20
Namun penulis tidak dapat mengetahui lebih lanjut mengenai
pasien yang diresepkan antidiabetika oral bersama antihipertensi memiliki
penyakit diabetes mellitus, karena penulis tidak melihat rekam medis pasien.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 30
Bab VI
Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan peresepan antihipertensi di Apotek Rawat Jalan
Rumah Sakit Pertamina Jaya periode Januari–Maret tahun 2014, dapat
disimpulkan berdasarkan data sebagai berikut:
1. Pasien perempuan lebih banyak mendapat resep antihipertensi yaitu sebanyak
3.503 resep (52,08%) pada kelompok usia ≥ 50 tahun (orang tua) yaitu
sebanyak 3.355 resep (95,78%).
2. Zat aktif antihipertensi terbanyak adalah Amlodipin yaitu sebanyak 3.802 R/
(33,82%) dan peresepan terbanyak adalah obat dengan nama generik yaitu
sebanyak 10.544 R/ (93,78%).
3. Golongan terbanyak adalah golongan zat penghambat RAAS (Renin-
Angiotensin-Aldosteron System) yaitu sebanyak 4.508 R/ (40,10%).
4. Lima besar kelas terapi obat lain yang diresepkan bersama antihipertensi yaitu
antidiabetik sebanyak 3.796 R/ (23,39%), antihiperlipidemia sebanyak 3.290 R/
(20,27%), obat yang mempengaruhi darah sebanyak 2.522 R/ (15,54%),
kardiovaskular sebanyak 1.544 R/ (9,51%) dan multivitamin & mineral
sebanyak 980 R/ (6,04%).
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 31
6.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya jika ingin mengangkat tentang antihipertensi di
Rumah Sakit Pertamina Jaya sebaiknya tidak hanya melihat berdasarkan lembar
resep, tetapi juga mengambil data dari rekam medis pasien. Hal ini ditujukan agar
dapat diketahui riwayat pengobatan pasien sehingga dapat menentukan pilihan
antihipertensi yang tepat, untuk menghindari adanya interaksi antara antihipertensi
dengan obat lain.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 32
Daftar Pustaka
1. Palmer A, Williams B. Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. Jakarta.
Erlangga. 2007.
2. Depkes RI. Masalah Hipertensi di Indonesia.
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-masalah-
hipertensi-di-indonesia.html. Diakses pada hari rabu, 5 maret 2014.
3. Anonim. Hari Kesehatan Sedunia: Waspadai ancaman “Silent Killer”
http://www.beritasatu.com/riset/106290-hari-kesehatan-sedunia-waspadai-
ancaman-silent-killer.html. Diakses pada hari rabu, 5 Maret 2014.
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI. 2013.
5. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Dirjen Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2006.
6. Yardi. Pengaruh Konseling Oleh Apoteker Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Pasien tentang Obat dan Kepatuhan Pasien Meminum Obat
Antidiabetes Mellitus Tipe 2 & Antihipertensi di Apotek Kimia Farma Pasar
Minggu Jakarta dan Kimia Farma Merdeka Bogor. Tesis. Jakarta. FMIPA
Universitas Indonesia. 2007.
7. Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Edisi III. Jakarta. Media
Aesculapius FKUI. 2001.
8. Mutschler E. Dinamika Obat. Bandung. Penerbit ITB Bandung. 1999.
9. Nafrialdi. Antihipertensi. Dalam : Gunawan SG. Farmakologi dan Terapi.
Edisi V. Jakarta. Departemen Farmakologi dan Terapi FKUI. 2007.
10. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Pedoman Teknis
Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. Jakarta. Depkes RI. 2006.
11. Tjay TH, Raharja K. Obat-obat Penting. Edisi 6. Jakarta. Elex Media
Komputindo. 2007.
12. BPOM RI. Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008. Jakarta. BPOM RI.
2008.
13. Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta.
Rineka Cipta. 2007.
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 33
14. Menkes RI. Permenkes RI No. HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang
kewajiban menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah. Jakarta. Menkes RI. 2010.
15. Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Jakarta. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2010.
16. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Buletin: Gambaran Kesehatan Lanjut
Usia di Indoneisa. Jakarta. Kemenkes RI. 2013.
17. Arief I. Sensitifitas terhadap Garam dan Hipertensi Pascamenopuse.
www.pjnhk.go.id/content/view/665/31. Diakses pada hari jumat, 20 juni
2014.
18. Ikawati Z. Pengantar Farmakologi Molekuler. Yogyakarta. Gadjah Mada
University Press. 2006.
19. Kabo P, Bagaimana Menggunakan Obat-obat Kardiovaskular Secara
Rasional. Jakarta. FKUI. 2010.
20. Guyton A, Hall JE. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta. EGC. 2008.

More Related Content

What's hot

Mi 1 4. penyimpanan obat di puskesmas
Mi 1   4. penyimpanan obat  di puskesmasMi 1   4. penyimpanan obat  di puskesmas
Mi 1 4. penyimpanan obat di puskesmasLinaNadhilah2
 
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO)Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO)Gilang Rizki
 
Perjanjian kerja-sama-apa-psa
Perjanjian kerja-sama-apa-psaPerjanjian kerja-sama-apa-psa
Perjanjian kerja-sama-apa-psawisnu prabowo
 
Dispensing sediaan steril01
Dispensing sediaan steril01Dispensing sediaan steril01
Dispensing sediaan steril01roywidhie
 
Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020
Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020
Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020dinasintia
 
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang Medan
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang MedanLaporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang Medan
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang MedanMaulana Sakti
 
Laporan Pkl apotek fera revisi 4 done Oke.docx
Laporan Pkl apotek fera revisi 4 done Oke.docxLaporan Pkl apotek fera revisi 4 done Oke.docx
Laporan Pkl apotek fera revisi 4 done Oke.docxcvhrisfrobrother
 
Mi 1 2. pengadaan obat di puskesmas
Mi 1   2. pengadaan obat di puskesmasMi 1   2. pengadaan obat di puskesmas
Mi 1 2. pengadaan obat di puskesmasLinaNadhilah2
 
272444618 beyond-used-date
272444618 beyond-used-date272444618 beyond-used-date
272444618 beyond-used-dateismayani arifin
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521BidangTFBBPKCiloto
 
Pedoman penyusunan formularium rs
Pedoman penyusunan formularium rsPedoman penyusunan formularium rs
Pedoman penyusunan formularium rsHenry Nobito
 
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat RasionalPemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat RasionalErie Gusnellyanti
 
Persyaratan mendirikan pbf
Persyaratan mendirikan pbfPersyaratan mendirikan pbf
Persyaratan mendirikan pbfNevada Farahiyah
 
Farmasi klinik kasus
Farmasi klinik kasus Farmasi klinik kasus
Farmasi klinik kasus Omhe_ID
 
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Ulfah Hanum
 
Sop pelayanan sediaan farmasi tanpa resep
Sop pelayanan sediaan farmasi tanpa resepSop pelayanan sediaan farmasi tanpa resep
Sop pelayanan sediaan farmasi tanpa resepsupriadiyadi1
 
1290656847 materi pelatihan manajemen kefarmasian di instalasi farmasi kabupa...
1290656847 materi pelatihan manajemen kefarmasian di instalasi farmasi kabupa...1290656847 materi pelatihan manajemen kefarmasian di instalasi farmasi kabupa...
1290656847 materi pelatihan manajemen kefarmasian di instalasi farmasi kabupa...Anis Solihah
 

What's hot (20)

Mi 1 4. penyimpanan obat di puskesmas
Mi 1   4. penyimpanan obat  di puskesmasMi 1   4. penyimpanan obat  di puskesmas
Mi 1 4. penyimpanan obat di puskesmas
 
Popp cpob jilid_1
Popp cpob jilid_1Popp cpob jilid_1
Popp cpob jilid_1
 
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO)Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
 
Perjanjian kerja-sama-apa-psa
Perjanjian kerja-sama-apa-psaPerjanjian kerja-sama-apa-psa
Perjanjian kerja-sama-apa-psa
 
Dispensing sediaan steril01
Dispensing sediaan steril01Dispensing sediaan steril01
Dispensing sediaan steril01
 
Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020
Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020
Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020
 
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang Medan
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang MedanLaporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang Medan
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang Medan
 
Laporan Pkl apotek fera revisi 4 done Oke.docx
Laporan Pkl apotek fera revisi 4 done Oke.docxLaporan Pkl apotek fera revisi 4 done Oke.docx
Laporan Pkl apotek fera revisi 4 done Oke.docx
 
Mi 1 2. pengadaan obat di puskesmas
Mi 1   2. pengadaan obat di puskesmasMi 1   2. pengadaan obat di puskesmas
Mi 1 2. pengadaan obat di puskesmas
 
272444618 beyond-used-date
272444618 beyond-used-date272444618 beyond-used-date
272444618 beyond-used-date
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
 
PEDOMAN MESO NAKES
PEDOMAN MESO NAKESPEDOMAN MESO NAKES
PEDOMAN MESO NAKES
 
Pedoman penyusunan formularium rs
Pedoman penyusunan formularium rsPedoman penyusunan formularium rs
Pedoman penyusunan formularium rs
 
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat RasionalPemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
 
Persyaratan mendirikan pbf
Persyaratan mendirikan pbfPersyaratan mendirikan pbf
Persyaratan mendirikan pbf
 
Farmasi klinik kasus
Farmasi klinik kasus Farmasi klinik kasus
Farmasi klinik kasus
 
Pendirian apotek (4)
Pendirian apotek (4)Pendirian apotek (4)
Pendirian apotek (4)
 
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
 
Sop pelayanan sediaan farmasi tanpa resep
Sop pelayanan sediaan farmasi tanpa resepSop pelayanan sediaan farmasi tanpa resep
Sop pelayanan sediaan farmasi tanpa resep
 
1290656847 materi pelatihan manajemen kefarmasian di instalasi farmasi kabupa...
1290656847 materi pelatihan manajemen kefarmasian di instalasi farmasi kabupa...1290656847 materi pelatihan manajemen kefarmasian di instalasi farmasi kabupa...
1290656847 materi pelatihan manajemen kefarmasian di instalasi farmasi kabupa...
 

Viewers also liked

Cut EU red tape: report from the Business Taskforce
Cut EU red tape: report from the Business TaskforceCut EU red tape: report from the Business Taskforce
Cut EU red tape: report from the Business TaskforceDavid Cameron
 
Introduction to research skillls
Introduction to research skilllsIntroduction to research skillls
Introduction to research skilllsJane Harzig
 
Автоматизация внутренней перелинковки - Иванов Антон
Автоматизация внутренней перелинковки - Иванов АнтонАвтоматизация внутренней перелинковки - Иванов Антон
Автоматизация внутренней перелинковки - Иванов АнтонAnton Ivanov
 
Продвижение крупных интернет магазинов и порталов - SEOconference 2014
Продвижение крупных интернет магазинов и порталов - SEOconference 2014Продвижение крупных интернет магазинов и порталов - SEOconference 2014
Продвижение крупных интернет магазинов и порталов - SEOconference 2014Anton Ivanov
 
SEO плагины - Антон Иванов
SEO плагины - Антон ИвановSEO плагины - Антон Иванов
SEO плагины - Антон ИвановAnton Ivanov
 
SEOhide - Антон Иванов
SEOhide - Антон ИвановSEOhide - Антон Иванов
SEOhide - Антон ИвановAnton Ivanov
 

Viewers also liked (9)

Jindal global city flats
Jindal global city flatsJindal global city flats
Jindal global city flats
 
Meida work
Meida workMeida work
Meida work
 
Planning 1
Planning 1Planning 1
Planning 1
 
Cut EU red tape: report from the Business Taskforce
Cut EU red tape: report from the Business TaskforceCut EU red tape: report from the Business Taskforce
Cut EU red tape: report from the Business Taskforce
 
Introduction to research skillls
Introduction to research skilllsIntroduction to research skillls
Introduction to research skillls
 
Автоматизация внутренней перелинковки - Иванов Антон
Автоматизация внутренней перелинковки - Иванов АнтонАвтоматизация внутренней перелинковки - Иванов Антон
Автоматизация внутренней перелинковки - Иванов Антон
 
Продвижение крупных интернет магазинов и порталов - SEOconference 2014
Продвижение крупных интернет магазинов и порталов - SEOconference 2014Продвижение крупных интернет магазинов и порталов - SEOconference 2014
Продвижение крупных интернет магазинов и порталов - SEOconference 2014
 
SEO плагины - Антон Иванов
SEO плагины - Антон ИвановSEO плагины - Антон Иванов
SEO плагины - Антон Иванов
 
SEOhide - Антон Иванов
SEOhide - Антон ИвановSEOhide - Антон Иванов
SEOhide - Антон Иванов
 

Similar to Profil Peresepan Antihipertensi

Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...
Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...
Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...Aji Wibowo
 
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PENDERI...
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PENDERI...HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PENDERI...
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PENDERI...harnaniknawangsari
 
strategi apoteker dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dengan konseling ob...
strategi apoteker dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dengan konseling ob...strategi apoteker dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dengan konseling ob...
strategi apoteker dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dengan konseling ob...SofiaNofianti
 
493 929-1-sm (1)
493 929-1-sm (1)493 929-1-sm (1)
493 929-1-sm (1)Muflihun24
 
Naskah publikasi
Naskah publikasiNaskah publikasi
Naskah publikasiASWAR ners
 
HIPERTENSI.pdf
HIPERTENSI.pdfHIPERTENSI.pdf
HIPERTENSI.pdfkasmi16
 
Jurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensiJurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensinrukmana rukmana
 
7751 17090-1-sm
7751 17090-1-sm7751 17090-1-sm
7751 17090-1-smMuflihun24
 
PPT SEMPRO NATHY.pptx
PPT SEMPRO NATHY.pptxPPT SEMPRO NATHY.pptx
PPT SEMPRO NATHY.pptxherysuria81
 
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docxPOPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docxNiyaCimut
 
Kelompok sik hipertensil
Kelompok sik hipertensilKelompok sik hipertensil
Kelompok sik hipertensilnehanehi
 
Tugas penyajian data
Tugas penyajian dataTugas penyajian data
Tugas penyajian dataArdlyansyaBan
 
Kelompok sik hipertensil
Kelompok sik hipertensilKelompok sik hipertensil
Kelompok sik hipertensilrarafiah
 
makalah penyajian data hipertensil
makalah penyajian data hipertensilmakalah penyajian data hipertensil
makalah penyajian data hipertensilArdlyansyaBan
 
Kelompok sik hipertensi
Kelompok sik hipertensiKelompok sik hipertensi
Kelompok sik hipertensirarafiah
 
Kelompok sik hipertensil
Kelompok sik hipertensilKelompok sik hipertensil
Kelompok sik hipertensilmirnawati1606
 
data hipertensi di sukabumi 2018 (docx)
data hipertensi di sukabumi 2018 (docx)data hipertensi di sukabumi 2018 (docx)
data hipertensi di sukabumi 2018 (docx)erick nirwana
 

Similar to Profil Peresepan Antihipertensi (20)

Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...
Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...
Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...
 
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PENDERI...
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PENDERI...HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PENDERI...
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PENDERI...
 
strategi apoteker dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dengan konseling ob...
strategi apoteker dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dengan konseling ob...strategi apoteker dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dengan konseling ob...
strategi apoteker dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dengan konseling ob...
 
Hipertensi pdf
Hipertensi pdfHipertensi pdf
Hipertensi pdf
 
493 929-1-sm (1)
493 929-1-sm (1)493 929-1-sm (1)
493 929-1-sm (1)
 
Proposal Kristina.pdf
Proposal Kristina.pdfProposal Kristina.pdf
Proposal Kristina.pdf
 
Naskah publikasi
Naskah publikasiNaskah publikasi
Naskah publikasi
 
HIPERTENSI.pdf
HIPERTENSI.pdfHIPERTENSI.pdf
HIPERTENSI.pdf
 
Jurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensiJurnal faktor risiko hipertensi
Jurnal faktor risiko hipertensi
 
7751 17090-1-sm
7751 17090-1-sm7751 17090-1-sm
7751 17090-1-sm
 
PPT SEMPRO NATHY.pptx
PPT SEMPRO NATHY.pptxPPT SEMPRO NATHY.pptx
PPT SEMPRO NATHY.pptx
 
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docxPOPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx
POPOSAL SUNNAH REVISI (AutoRecovered) (2)-1.docx
 
PPT Mini Project.pptx
PPT Mini Project.pptxPPT Mini Project.pptx
PPT Mini Project.pptx
 
Kelompok sik hipertensil
Kelompok sik hipertensilKelompok sik hipertensil
Kelompok sik hipertensil
 
Tugas penyajian data
Tugas penyajian dataTugas penyajian data
Tugas penyajian data
 
Kelompok sik hipertensil
Kelompok sik hipertensilKelompok sik hipertensil
Kelompok sik hipertensil
 
makalah penyajian data hipertensil
makalah penyajian data hipertensilmakalah penyajian data hipertensil
makalah penyajian data hipertensil
 
Kelompok sik hipertensi
Kelompok sik hipertensiKelompok sik hipertensi
Kelompok sik hipertensi
 
Kelompok sik hipertensil
Kelompok sik hipertensilKelompok sik hipertensil
Kelompok sik hipertensil
 
data hipertensi di sukabumi 2018 (docx)
data hipertensi di sukabumi 2018 (docx)data hipertensi di sukabumi 2018 (docx)
data hipertensi di sukabumi 2018 (docx)
 

Recently uploaded

tranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energitranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energiZulfiWahyudiAsyhaer1
 
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis dataUji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis databaiqtryz
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptAnggitBetaniaNugraha
 
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )RifkiAbrar2
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...rofinaputri
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024SDNTANAHTINGGI09
 
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbaiqtryz
 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiMemenAzmi1
 
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxPERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxMuhammadSatarKusumaS
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...TitinSolikhah2
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfIAARD/Bogor, Indonesia
 

Recently uploaded (11)

tranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energitranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energi
 
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis dataUji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
 
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
 
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
 
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxPERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
 

Profil Peresepan Antihipertensi

  • 1. Profil Peresepan Antihipertensi di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya Periode Januari–Maret 2014 Karya Tulis Ilmiah Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Kesehatan bidang Farmasi Disusun oleh : Erlin Indriani P2.31.39.0.11.015 Jurusan Farmasi POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II 2014
  • 2. ii Abstrak Poltekkes Kemenkes Jakarta II Jurusan Farmasi Karya Tulis Ilmiah 2014 Erlin Indriani (NIM : P2.31.39.0.11.015) Profil Peresepan Antihipertensi di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya Periode Januari–Maret 2014 xi, VI BAB, 33 halaman, 2014, 5 tabel, 5 lampiran. Prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi, yaitu sebesar 26,5% (Riskesdas 2013), sehingga penggunaan antihipertensi di beberapa rumah sakit meningkat. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui profil peresepan antihipertensi di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan mengumpulkan semua resep periode Januari–Maret 2014, selanjutnya mengelompokkan resep yang mengandung antihipertensi berdasarkan usia, jenis kelamin, zat aktif, obat dengan nama dagang dan generik, golongan dan kelas terapi obat lain yang diresepkan bersama antihipertensi, kemudian dihitung jumlah dan persentasenya. Berdasarkan hasil penelitian pada jenis kelamin, perempuan lebih banyak menerima resep antihipertensi yaitu sebanyak 3.503 resep (52,08%) dan pada kelompok usia ≥ 50 tahun (orang tua) sebanyak 3.355 resep (95,78%). Zat aktif terbanyak adalah amlodipin sebanyak 3.802 R/ (33,82%) dengan peresepan terbanyak obat dengan nama generik sebanyak 10.544 R/ (93,78%). Golongan antihipertensi terbanyak adalah zat penghambat RAAS (Renin-Angiotensin-Aldosteron System) sebanyak 4.508 R/ (40,10%). Lima besar kelas terapi obat lain yang diresepkan bersama antihipertensi yaitu antidiabetik sebanyak 3.796 R/ (23,39%), antihiperlipidemia sebanyak 3.290 R/ (20,27%), obat yang mempengaruhi darah sebanyak 2.522 R/ (15,54%), kardiovaskular sebanyak 1.544 R/ (9,51%) dan multivitamin & mineral sebanyak 980 R/ (6,04%). Kata Kunci : antihipertensi, resep, Rumah Sakit Pertamina Jaya Daftar acuan : 20 (1999 – 2013)
  • 3. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena dengan memiliki tubuh yang sehat, maka setiap manusia bisa melakukan berbagai aktifitas dengan baik. Namun saat ini manusia banyak yang menjalankan gaya hidup yang tidak sehat, baik dari segi pola makan hingga kurangnya aktifitas fisik. Hal ini mengakibatkan banyak munculnya penyakit di dalam tubuh, salah satunya adalah penyakit degeneratif yaitu hipertensi. Tekanan darah tinggi atau hipertensi secara umum didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.1 Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi sering disebut juga sebagai the silent killer (pembunuh diam-diam) karena tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain.1,2 Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia. Dalam statistik kesehatan dunia tahun 2012, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa hipertensi adalah suatu kondisi berisiko tinggi yang menyebabkan sekitar 51% dari kematian akibat stroke, dan 45% dari jantung koroner. Pada tahun 2011, WHO mencatat satu miliar orang di dunia menderita hipertensi. Dua per tiga di antaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah dan sedang.
  • 4. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 2 Indonesia berada dalam deretan 10 negara dengan prevalensi hipertensi tertinggi di dunia, bersama Myanmar, India, Srilanka, Bhutan, Thailand, Nepal, Maldives.3 Angka kejadian hipertensi di Indonesia menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis (63,2%). Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5%. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 25,8% dan kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan untuk responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7%.4 Penanganan yang tepat serta diagnosis dini penyakit hipertensi perlu dilakukan mengingat masih rendahnya tingkat kesadaran akan kesehatan pada masyarakat Indonesia.5 Terapi dengan obat hipertensi (antihipertensi) juga harus didasarkan pada bukti ilmiah dalam khasiat untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas, biaya dan adanya penyakit lain serta faktor-faktor risiko lainnya.6 Berdasarkan pengamatan yang telah penulis lakukan, peresepan obat untuk pasien hipertensi di Rumah Sakit Pertamina Jaya cukup tinggi, dan menurut sumber data dari seksi catatan medik dan pelaporan Rumah Sakit Pertamina Jaya pada tahun 2014, hipertensi merupakan penyakit utama dari 10 besar penyakit yang ada di rumah sakit ini. Pengelolaan penyakit hipertensi harus dilakukan dengan baik, terutama pengelolaan farmakologis dengan pemberian antihipertensi. Tingginya jumlah pasien dapat menyebabkan terjadinya kekosongan persediaan antihipertensi. Hal ini menjadi perhatian penting agar ketersediaan obat selalu ada untuk memberikan pengobatan maksimal terhadap pasien.
  • 5. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 3 Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui tentang profil peresepan antihipertensi di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya Periode Januari–Maret 2014. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana profil peresepan antihipertensi di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya Periode Januari–Maret 2014. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui profil peresepan antihipertensi di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya Periode Januari–Maret 2014. 1.3.2 Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui jumlah dan persentase peresepan antihipertensi terbanyak berdasarkan: 1. Jenis kelamin dan usia pasien 2. Zat aktif antihipertensi, nama generik dan nama dagang 3. Golongan antihipertensi 4. Lima besar kelas terapi obat lain yang diresepkan bersama antihipertensi
  • 6. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 4 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi penulis Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis serta melatih kemampuan dalam mengidentifikasi dan menganalisis resep antihipertensi. 1.4.2 Bagi akademik Sebagai referensi di perpustakaan Poltekkes Kemenkes Jakarta II Jurusan Farmasi mengenai antihipertensi sehingga dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang membacanya. 1.4.3 Bagi rumah sakit Sebagai bahan pertimbangan dalam program monitoring, evaluasi, penggunaan, perencanaan dan pengadaan antihipertensi di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya.
  • 7. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 5 Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Hipertensi Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai antihipertensi.7 Istilah hipertensi digunakan untuk kenaikan tekanan darah yang melebihi normal dan kenaikan ini bertahan. Daerah batas yang harus diamati adalah tekanan sistol antara 140-160 mmHg dan tekanan diastol antara 90-95 mmHg.8 2.2 Klasifikasi Hipertensi 2.2.1 Hipertensi berdasarkan tingginya tekanan darah Untuk pembagian hipertensi berdasarkan tingginya tekanan darah (TD), The Joint National Committee on the prevention, detection evaluation and treatment of high blood pressure ke 7 (JNC 7) tahun 2003, membuat klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih.9 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih berdasarkan JNC VII, 2003 Klasifikasi tekanan darah TD sistolik, (mmHg) TD diastolik (mmHg) Normal < 120 < 80 Prehipertensi 120 – 139 80 – 89 Hipertensi Tingkat 1 140 – 159 90 – 99 Tingkat 2 ≥ 160 ≥ 100
  • 8. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 6 2.2.2 Hipertensi berdasarkan etiologi Berdasarkan etiologinya hipertensi dibedakan menjadi hipertensi esensial atau primer dan hipertensi sekunder, yaitu: a. Hipertensi Primer Hipertensi primer atau hipertensi essensial, atau idiopatik adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.7 Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi essensial. Penyebabnya multifaktorial meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress, emosi, obesitas dan lain-lain.9 b. Hipertensi Sekunder Hipertensi yang penyebab spesifiknya telah diketahui seperti kelainan ginjal, kelainan sistem saraf pusat, penyakit endokrin dan penyakit vaskular. Hipertensi sekunder meliputi 5-10% kasus hipertensi. Perawatan hipertensi jenis ini cukup dengan mengobati penyakit-penyakit yang menyebabkan tekanan darah menjadi meningkat.7,9 2.3 Faktor Risiko Hipertensi Faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu yang tidak dapat diubah dan yang dapat diubah.
  • 9. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 7 2.3.1 Faktor risiko yang tidak dapat diubah a. Umur Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sehingga tekanan darah sistolik meningkat.10 b. Jenis Kelamin Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana pria lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal.10 c. Keturunan (genetik) Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer (esensial). Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang kemudian menyebabkan seorang menderita hipertensi.10 2.3.2 Faktor risiko yang dapat diubah a. Garam Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah bertambah dan menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat.
  • 10. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 8 b. Merokok Nikotin dalam rokok menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan TD. Merokok memperkuat efek buruk dari hipertensi terhadap sistem pembuluh. c. Pil antihamil Pil antihamil mengandung hormon wanita estrogen, yang juga bersifat meretensi garam dan air. d. Stress Stress atau ketegangan emosi dapat meningkatkan TD untuk sementara akibat pelepasan adrenalin dan noradrenalin (hormon stress), yang bersifat vasokonstriktif. TD juga dapat meningkat pada waktu ketegangan fisik (pengeluaran tenaga , olahraga) dan bila stress hilang, TD akan turun kembali. e. Drop Sejenis gula-gula yang terbuat dari Succus liquiritiae mengandung asam glizirinat yang dapat meretensi air, sehingga dapat meningkatkan TD bila dimakan dalam jumlah besar. f. Hormon pria dan kortikosteroida Hormon pria dan kortikosteroid juga menyebabkan retensi air. Setelah penggunaan hormon ini atau pil antihamil dihentikan, atau pemakaian garam sangat dikurangi, pada umumnya TD menurun dan menjadi normal kembali. g. Kehamilan Kenaikan TD dapat terjadi selama kehamilan. Mekanisme hipertensi ini serupa dengan proses ginjal, bila uterus diregangkan terlampau banyak (oleh janin) dan menerima kurang darah, maka dilepaskan zat-zat yang meningkatkan TD.11
  • 11. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 9 2.4 Gejala Hipertensi Hipertensi tidak memberikan gejala khas, baru setelah beberapa tahun adakalanya pasien merasakan nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur, nyeri ini biasanya hilang setelah bangun. Gangguan hanya dapat dikenali dengan pengukuruan tensi dan adakalanya melalui pemeriksaan tambahan terhadap ginjal dan pembuluh.11 2.5 Pencegahan Hipertensi Meskipun faktor keturunan memegang peranan penting, namun cara dan pola hidup juga sangat penting dalam menjauhi hipertensi. Penderita dengan tekanan darah tinggi tanpa ada sebab-sebab organis yang jelas dapat menerapkan sendiri sejumlah aturan hidup untuk menurunkan tensinya, antara lain menguruskan badan, mengurangi garam dalam diet, membatasi kolesterol, berhenti merokok, membatasi minum kopi, membatasi minum alkohol, cukup istirahat dan tidur serta olahraga.11 2.6 Penatalaksanaan Hipertensi Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan terapi nonfarmakologi (tanpa obat) dan terapi farmakologi (dengan obat).5 2.6.1 Terapi nonfarmakologi Dengan menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang karena sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang paling penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup, diantaranya: 5
  • 12. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 10 a. Menurunkan berat badan Berat badan berlebihan (kegemukan) menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan sistem sirkulasi. b. Mengurangi garam dalam diet Bila kadar natrium di filtrat glomeruli rendah, maka lebih banyak air akan dikeluarkan untuk menormalisasi kadar garam dalam darah. Akibat pengeluaran ekstra air tersebut, tekanan darah akan turun. c. Membatasi kolesterol Dengan mengurangi atau menghindari asupan lemak jenuh yang berguna untuk membatasi risiko atherosclerosis. d. Berhenti merokok Tembakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja jantung dan menciutkan arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan tekanan darah meningkat. e. Membatasi minum kopi Kofein dalam kopi berkhasiat menciutkan pembuluh yang secara akut dapat meningkatkan tekanan darah dengan terjadinya gangguan ritme. f. Membatasi minum alkohol Alkohol jika diminum lebih dari 40 g sehari dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan tensi diastolis sampai 0,5 mm per 10 g alkohol. g. Cukup istirahat dan tidur Istirahat dan tidur yang cukup sangatlah penting, karena selama periode itu tekanan darah menurun.
  • 13. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 11 h. Gerak badan Olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah yang tinggi, karena saraf parasimpatik akan menjadi lebih aktif daripada saraf simpatik.11 2.6.2 Terapi farmakologi Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90 mmHg serta mengontrol faktor risiko. Terapi dengan antihipertensi bagi sebagian pasien dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan sesuai dengan usia dan kebutuhan.7 2.7 Penggolongan Obat Hipertensi 2.7.1 Diuretik Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah.9 Diuretika yang biasa digunakan dalam pengobatan hipertensi dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu: a. Diuretik tiazid Obat golongan ini bekerja dengan menghambat transport bersama Na+ dan Cl- di tubulus ginjal, sehingga ekskresi Na+ dan Cl- meningkat. Tiazid dapat digunakan sebagai obat tunggal pada hipertensi ringan sampai sedang, atau dalam kombinasi dengan antihipertensi lain bila tekanan darah tidak dapat diturunkan dengan diuretik saja. Contoh obat golongan tiazid antara lain hidroklortiazid, bendroflumetiazid dan klorotiazid.
  • 14. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 12 Hidroklorotiazid (HCT) dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi ringan sampai sedang dan dalam kombinasi dengan berbagai antihipertensi lain. Pada kebanyakan pasien hipertensi, efeknya mulai terlihat dengan dosis 12,5 mg per hari. Bila digunakan sebagai monoterapi, dosis maksimal sebaiknya tidak melebihi 25 mg per hari. Efek sampingnya adalah hipokalemia.9 b. Diuretik kuat Diuretik kuat bekerja di lengkung ansa henle asenden bagian epitel tebal dengan cara menghambat kotransport Na+ , K+ , Cl- dan menghambat reasorpsi air dan elektrolit. Mula kerjanya lebih cepat, efek diuretiknya lebih kuat daripada golongan tiazid, oleh karena itu diuretik kuat jarang digunakan sebagai antihipertensi, kecuali pada pasien gangguan fungsi ginjal atau gagal jantung. Contoh obat golongan ini adalah furosemid, torasemid, bumetamid dan asam etakrinat. Furosemid merupakan diuretik kuat yang mempunyai waktu paruh umumnya pendek. Dosisnya 20-80 mg dua sampai tiga kali sehari. Efek sampingnya hampir sama dengan tiazid tetapi diuretik kuat dapat menimbulkan hiperkalsiurea dan menurunkan kadar kalsium darah.9 c. Diuretik hemat kalium Mekanisme kerja obat golongan ini adalah menghambat secara kompetitif reabsorpsi Na+ dan ekskresi K+ yang distimulasi oleh aldosteron. Efek obat ini lemah dan hanya digunakan sebagai kombinasi dengan diuretika lainnya untuk menghemat ekskresi kalium. Contoh obat golongan ini antara lain amlorid, triamteren dan spironolakton.
  • 15. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 13 Spironolakton mula kerjanya dua sampai tiga hari dan bertahan sampai beberapa hari setelah pengobatannya dihentikan. Dosis oral 25-100 mg satu sampai dua kali sehari. Pada penggunaan lama dan dosis tinggi dapat menyebabkan efek antiandrogen dengan gynecomastia, gangguan potensi dan libido pada pria, sedangkan pada wanita dapat menyebabkan nyeri buah dada dan gangguan haid.11 2.7.2 Alfa-blockers Zat-zat ini bekerja dengan memblokade reseptor pada otot polos yang melapisi pembuluh darah. Jika reseptor tersebut diblokade, pembuluh darah akan melebar (vasodilatasi) sehingga darah mengalir dengan lebih lancar dan tekanan darah menurun. Contoh obatnya antara lain terazosin, prazosin, dll.1 Prazosin merupakan obat hipertensi yang dengan cepat menurunkan tekanan darah tinggi setelah dosis pertama. Dosis untuk hipertensi yaitu 2-3 kali sehari 0,5 mg selama 3-7 hari ,tingkatkan sampai 2-3 kali sehari 1 mg setelah 3-7 hari. Efek samping prazosin dapat berupa mengantuk, lemah, pusing, sakit kepala, dan mual.12 2.7.3 Beta-blockers Zat-zat ini menurunkan tekanan darah dengan memperlambat denyut dan mengurangi kekuatan kontraksi jantung. Dengan demikian, tekanan yang disebabkan oleh pompa jantung juga berkurang. Contoh obat golongan ini antara lain asebutolol, bisoprolol, propanolol, atenolol dan lain-lain.1 Bisoprolol adalah derivat selektif lipofil tanpa ISA (Intrinsic Sympathicomimetic Activity) dengan sifat lokal-anestetik. Dosis yang digunakan
  • 16. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 14 untuk hipertensi yaitu 5-10 mg satu kali sehari. Efek sampingnya antara lain gagal jantung dan gangguan saluran cerna.11 2.7.4 Zat-zat dengan kerja pusat Agonis α2-adrenergik menstimulasi reseptor α2-adrenergik yang banyak terdapat di Susunan Saraf Pusat (otak dan medulla). Akibat stimulasi ini maka aktivitas saraf adrenergik perifer dikurangi. Contoh obat golongan ini antara lain metildopa, klonidin, reserpin, guanfasin, dll.11 Klonidin berkhasiat hipotensif kuat berdasarkan efek adrenergik sentralnya. Obat ini digunakan pada hipertensi sedang sampai berat. Dosis untuk hipertensi mulai tiga kali sehari 0,075 mg, berangsur-angsur dinaikkan sampai 0,15-0,6 mg dalam 2-3 dosis.11 Efek sampingnya dapat berupa pusing, mulut kering dan gangguan tidur.12 2.7.5 Antagonis Kalsium Antagonis kalsium menurunkan tekanan darah dengan memblokade masuknya kalsium ke dalam sel. Jika kalsium memasuki sel otot, maka otot akan berkontraksi. Dengan menghambat kontraksi otot yang melingkari pembuluh darah, pembuluh darah akan melebar sehingga darah mengalir dengan lancar dan tekanan darah menurun. Contoh obatnya antara lain amlodipin, nifedipin, verapamil, diltiazem, dll.1 Amlodipin memiliki beberapa kelebihan antara lain mempunyai bioavailabilitas yang relatif tinggi, absorbsinya terjadi secara perlahan sehingga dapat mencegah penurunan tekanan darah yang mendadak dan memiliki waktu paruh yang panjang sehingga cukup diberikan satu kali sehari. Dosisnya 5-10 mg
  • 17. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 15 satu kali sehari. Efek sampingnya dapat berupa sakit kepala, muka kemerahan dan hiperplasia gusi.9 2.7.6 Zat penghambat RAAS (Renin-Angiotensin-Aldosteron System) Zat penghambat-RAAS menurunkan tekanan darah dengan jalan mengurangi daya tahan pembuluh perifer dan vasodilatasi tanpa menimbulkan refleks- takikardi atau retensi garam. Menurut titik kerjanya penghambat RAAS dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni ACE-inhibitors dan AT-II Reseptor blockers (AT2-antagonis).11 a. Penghambat Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor (ACE-inhibitor) ACE-inhibitor menghambat perubahan AT I menjadi AT II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron. Vasodilatasi secara langsung akan menurunkan tekanan darah, sedangkan berkurangnya aldosteron akan menyebabkan eksresi air, natrium dan retensi kalium. Contoh obatnya antara lain kaptopril, benazepril, lisinopril, kuinapril, enalapril dan lain-lain.9 Kaptopril diindikasikan untuk hipertensi ringan sampai berat. Dosisnya yaitu 25 mg satu sampai dua kali sehari. Efek samping yang umum terjadi adalah hilangnya rasa dan batuk kering.11 b. Antagonis reseptor Angiotensin (Angiotensin Receptor Blockers, ARB) ARB bekerja dengan memblokade pengikatan AT II ke reseptor spesifiknya, sehingga AT II tidak dapat mengkonstriksi pembuluh darah. Dengan demikian pembuluh darah akan melebar (vasodilatasi) dan tekanan darah akan menurun. Contoh obatnya antara lain losartan, irbesartan, telmisartan, valsartan dan lain- lain.1
  • 18. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 16 Telmisartan dapat digunakan tunggal maupun dikombinasi dengan hidroklortiazid. Dosis lazimnya 40 mg sekali sehari, jika diperlukan (pada pasien yang tekanan darahnya tidak terkontrol) setelah 4 minggu dosisnya dapat ditingkatkan hingga 80 mg sekali sehari. Efek sampingnya dapat berupa gangguan saluran cerna, nyeri otot dan nyeri sendi.12 2.7.7 Vasodilator Vasolidator adalah zat-zat yang berkhasiat vasodilatasi langsung terhadap arteriole sehingga dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Penggunaannya sebagai obat pilihan ketiga, terutama bersama dengan beta-blocker dan diuretikum. Contoh obatnya antara lain beraprost, hidralazin, dihidralazin, minoksidil dan lain-lain. Beraprost digunakan sebagai terapi pada hipertensi paru primer. Dosis awal 60 mcg sehari dalam 3 dosis terbagi sesudah makan, dapat ditingkatkan hingga maksimum 180 mcg sehari dalam 3-4 dosis terbagi. Efek sampingnya dapat berupa pusing, nyeri kepala, mual dan diare.12 2.8 Definisi Operasional 1. Antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk pengobatan hipertensi berdasarkan resep yang masuk di apotek rawat jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya. 2. Usia adalah pengguna antihipertensi yang dibagi berdasarkan usia pasien. Bayi dan anak: 0-14 tahun, dewasa: 15-49 tahun, orang tua: ≥ 50 tahun.13
  • 19. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 17 3. Golongan adalah golongan obat hipertensi menurut mekanisme kerja obat yaitu diuretik, alfa-blockers, beta-blockers, zat-zat dengan kerja pusat, antagonis kalsium, zat penghambat RAAS dan vasodilator.11 4. Nama generik adalah nama obat yang sesuai dengan nama resmi International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.14 5. Nama dagang adalah nama obat jadi yang diedarkan dengan menggunakan nama dagang yang berasal dari pabrik yang memproduksinya. 6. Kelas terapi obat lain adalah kelas terapi obat selain obat hipertensi yang diresepkan bersamaan dengan obat hipertensi yang diminum secara oral, seperti obat saluran cerna, obat yang mempengaruhi darah, antidiabetik, multivitamin, antikolesterol dan lain-lain.
  • 20. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 18 Bab III Metode Penelitian 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif kuantitatif yaitu dengan mengambil data primer yang berasal dari seluruh lembar resep yang ada di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya periode Januari–Maret tahun 2014. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret–Juni tahun 2014. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei–Juni tahun 2014. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh lembar resep yang ada di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya periode Januari– Maret tahun 2014. 3.3.2 Sampel Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah seluruh lembar resep yang mengandung antihipertensi di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya periode Januari–Maret tahun 2014.
  • 21. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 19 3.4 Cara Pengumpulan Data Dengan cara mengumpulkan data primer yang berasal dari lembar resep di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya periode Januari–Maret 2014. Kemudian dilakukan pencatatan terhadap resep-resep yang mengandung antihipertensi. 3.5 Cara Pengolahan dan Analisa data Untuk mengetahui jumlah dan persentase (%) peresepan antihipertensi di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya periode Januari–Maret 2014, maka langkah-langkah yang dilakukan adalah : 1. Mengumpulkan dan mengelompokkan lembar resep yang mengandung antihipertensi. 2. Mencatat umur dan jenis kelamin pasien yang mendapatkan antihipertensi. 3. Mengelompokkan antihipertensi berdasarkan zat aktif, nama generik, nama dagang dan golongan. 4. Mendata kelas terapi obat lain yang diresepkan dengan antihipertensi. 5. Menyajikan data dalam bentuk tabel. 6. Melakukan perhitungan jumlah dan persentase. 7. Membahas hasil pengamatan dan menyimpulkan data.
  • 22. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 20 Bab IV Gambaran Umum Rumah Sakit Pertamina Jaya 4.1 Sejarah Rumah Sakit Pertamina Jaya Berdasarkan UU No.8 tahun 1971 tentang PERTAMINA, di Indonesia hanya ada perusahaan minyak negara dalam bidang industri minyak dan gas bumi. Untuk memelihara dan meningkatkan produktifitas kerja para pekerja di semua bidang pekerjaan, maka diadakan sistem pelayanan kesehatan yang komprehensif termasuk mendirikan rumah sakit-rumah sakit Pertamina yang dilaksanakan oleh perusahaan. Rumah Sakit Pertamina Jaya (RSPJ) diresmikan penggunaannya pada bulan April, 1979 oleh dr. Amino Gondohutomo (alm) yang ketika itu menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Pusat Pertamina. Rumah Sakit Pertamina Jaya (RSPJ) merupakan rumah sakit tipe C plus, dimana sebelumnya adalah Rumah Sakit Bersalin yang dikelola oleh Direktorat Perkapalan dan Telekomunikasi (P&T) dengan jumlah tempat tidur sebanyak 54 buah. Tugas utama RSPJ adalah memberikan layanan jasa medis kepada pekerja pertamina beserta keluarga, pensiunan, anak perusahaan, dan masyarakat umum terutama yang berdomisili di sekitar Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Bekasi.
  • 23. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 21 4.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Pertamina Jaya 4.2.1 Visi Rumah Sakit Pertamina Jaya Menjadi Institusi Pemeliharaan Kesehatan yang memberikan layanan prima dan lebih dari institusi pelayanan kesehatan setara dengan berlandaskan moral agamis. 4.2.2 Misi Rumah Sakit Pertamina Jaya 1. Melaksanakan pelayanan kesehatan berdasarkan paradigma sehat sesuai kebutuhan pelanggan dengan standar pelayanan prima dan terpadu. 2. Membangun SDM yang berkualitas melalui mekanisme pembelajaran berkesinambungan. 3. Menjalankan kegiatan operasional secara efektif dan efisien sehingga menghasilkan nilai tambah bagi stakeholders (pelanggan, pekerja, mitra pekerja, pemilik, dan masyarakat). 4.3 Apotek Rawat Jalan Apotek rawat jalan bertugas melayani semua pasien baik pertamina maupun umum. Sejak bulan Mei 2007 di unit farmasi Rumah Sakit Pertamina Jaya (RSPJ) diselenggarakan sistem stok satu kendali. Sistem stok satu kendali merupakan suatu sistem dimana semua permintaan persediaan farmasi (obat dan alat kesehatan) dan penyimpanannya di unit layanan dikelola oleh apotek yang bersifat sentralisasi dan tersedia stok minimal untuk kelancaran pelayanan. Apotek ini bekerja setiap Senin-Sabtu mulai pukul 07.30 sampai dengan 18.00.
  • 24. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 22 Alur pelayanan resep di RSPJ dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Untuk pasien Pertamina yaitu Pertamina aktif dan Pertamina non aktif (pensiunan) Pasien menyerahkan resep ke bagian penerimaan, lalu dilakukan pemeriksaan kelengkapan resep dan ketersediaan obat, jika sudah sesuai maka pasien akan diberikan nomor (berdasarkan aktif atau pensiunan) dan diberi waiting time. Resep selanjutnya di verifikasi dan di data di komputer (entry awal) dan jika sesuai akan dituliskan etiketnya, lalu resep dan etiket akan masuk ke bagian pengisian dan peracikan obat. Obat-obat yang sudah diisi dan diracik kemudian diserahkan ke bagian pengecekan kemudian di data kembali (entry akhir). Resep yang telah selesai dikerjakan diberi tanda waktu selesai dan selanjutnya akan diberikan ke petugas bagian penyerahan untuk diserahkan ke pasien beserta informasi dan penjelasan tentang obat yang akan diambil. 2. Untuk pasien non Pertamina Alur pelayanan resep pada pasien non Pertamina hampir sama dengan pasien Pertamina, perbedaannya adalah pasien non Pertamina harus membayar ke kasir setelah resep diterima dan di verifikasi oleh petugas apotek.
  • 25. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 23 Bab V Hasil dan Pembahasan 5.1 Hasil Berdasarkan hasil pengamatan dan pengolahan data yang penulis lakukan terhadap peresepan antihipertensi di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya periode Januari–Maret tahun 2014, maka didapatkan data sebagai berikut: Tabel 5.1 Peresepan antihipertensi berdasarkan jenis kelamin dan usia No Usia Jenis Kelamin L (%) P (%) 1 ≥ 50 tahun 3151 97,77 3355 95,78 2 15-49 tahun 72 2,23 148 4,22 3 0-14 tahun 0 0 0 0 Jumlah 3223 100 3503 100 Tabel 5.1 menunjukkan jumlah dan persentase terbanyak pengguna antihipertensi berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan sebanyak 3.503 resep (52,08%) pada kelompok usia ≥ 50 tahun (orang tua) yaitu sebanyak 3.355 resep (95,78%).
  • 26. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 24 Tabel 5.2 Peresepan antihipertensi berdasarkan zat aktif, nama generik dan nama dagang No Zat Aktif Generik Persentase Nama Obat Dagang Persentase (R/) (%) (R/) (%) 1 Amlodipin 3802 33,82 - - - 2 Losartan 3339 29,70 Insaar 2 0,02 3 Bisoprolol 930 8,27 Concor 1 0,01 4 Irbesartan 642 5,71 Opisar 17 0,15 - - Irtan 2 0,02 5 Karvedilol - - Carbloxal 420 3,74 - - V-bloc 216 1,92 6 Captopril 477 4,24 - - - 7 Furosemid 458 4,07 - - - 8 Spironolacton 388 3,45 Letonal 2 0,02 9 Hidroklortiazida 249 2,21 - - - 10 Diltiazem 163 1,45 - - - 11 Verapamil 58 0,52 Cardiover 1 0,01 12 Nifedipin 18 0,16 - - - 13 Lisinopril - - Odace 17 0,15 14 Propanolol 12 0,11 - - - 15 Klonidin 8 0,07 - - - 16 Ramipril - - Hyperil 7 0,06 17 Beraprost - - Dorner 5 0,04 18 Kandesartan - - Blopress 4 0,04 19 Indapamid - - Natrilix SR 3 0,03 20 Telmisartan - - Micardis 1 0,01 21 Atenolol - - Betablok 1 0,01 Jumlah 10544 93,78 699 6,22 Tabel 5.2 menunjukkan bahwa antihipertensi berdasarkan zat aktif yang paling banyak diresepkan adalah amlodipin yaitu sebanyak 3.802 R/ (33,82%) dan obat dengan nama generik yaitu sebesar 10.544 R/ (93,78%).
  • 27. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 25 Tabel 5.3 Peresepan antihipertensi berdasarkan golongan No Golongan Jumlah R/ Persentase (%) 1 Zat Penghambat RAAS 4508 40,10 2 Antagonis Kalsium 4042 35,95 3 Beta blockers 1580 14,05 4 Diuretik 1100 9,78 5 Zat dengan kerja pusat 8 0,07 6 Vasodilator 5 0,04 Jumlah 11243 100 Tabel 5.3 menunjukkan bahwa golongan antihipertensi yang paling banyak diresepkan adalah golongan zat penghambat RAAS (Renin-Angiotensin- Aldosteron System) yaitu sebanyak 4.508 R/ (40,10%). Tabel 5.4 Lima besar kelas terapi obat lain yang diresepkan bersama antihipertensi No Kelas Terapi Jumlah R/ Persentase (%) 1 Antidiabetik 3796 23,39 2 Antihiperlipidemia 3290 20,27 3 Obat mempengaruhi darah 2522 15,54 4 Kardiovaskular 1544 9,51 5 Multivitamin & mineral 980 6,04 Subtotal R/ 12132 74,75 Total R/ 16230 100 Tabel 5.4 menunjukkan bahwa lima besar kelas terapi obat lain yang diresepkan bersama antihipertensi dari total 16.230 R/ yaitu antidiabetik sebanyak 3.796 R/ (23,39%), antihiperlipidemia sebanyak 3.290 R/ (20,27%), obat yang mempengaruhi darah sebanyak 2.522 R/ (15,54%), kardiovaskular sebanyak 1.544 R/ (9,51%) dan multivitamin & mineral sebanyak 980 R/ (6,04%).
  • 28. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 26 5.2 Pembahasan Hasil yang didapat berdasarkan penelitian mengenai peresepan antihipertensi pada pasien di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya periode Januari– Maret tahun 2014 berdasarkan tabel 5.1 yaitu jumlah dan persentase pengguna antihipertensi terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan sebanyak 3.503 resep (52,08%) pada kelompok usia lebih dari 50 tahun yaitu sebanyak 3.355 resep (95,78%). Hal ini sesuai dengan hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, yaitu hipertensi lebih mempengaruhi perempuan (28,8%) dibanding laki-laki (22,8%), dengan prevalensi hipertensi pada kelompok usia 55- 64 tahun sebesar 45,9%, usia 65-74 tahun sebesar 57,6% dan usia lebih dari 75 tahun sebesar 63,8%.4 Penderita hipertensi lebih banyak diderita oleh pasien usia lanjut (≥50 tahun), karena pada usia lanjut terjadi proses menua yang secara struktur anatomi maupun fungsional terjadi kemunduran, yaitu terjadi proses degenerasi. Proses degenerasi seringkali disertai penyakit tidak menular diantaranya hipertensi, stroke, diabetes mellitus dan radang sendi atau rematik. Beberapa manifestasi dari proses menua disebabkan oleh menurunnya kadar hormon.15,16 Hipertensi jarang terjadi pada wanita muda dibandingkan dengan pria, tetapi angka kejadiannya meningkat lebih pesat pada wanita setelah usia 50 tahun dan pada usia 60 tahun dapat menyamai atau bahkan lebih tinggi dari pria.17 Banyaknya pasien wanita yang berusia lanjut (≥ 50 tahun) yang menderita hipertensi dapat disebabkan oleh penurunan kadar estrogen. Menurunnya kadar estrogen dapat menyebabkan turunnya kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) dan meningkatnya kolesterol Low
  • 29. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 27 Density Lipoprotein (LDL). Meningkatnya kadar LDL dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular seperti hipertensi.18 Berdasarkan data tabel 5.2, zat aktif yang paling banyak diresepkan yaitu amlodipin dengan jumlah 3.802 R/ (33,82%). Amlodipin merupakan antihipertensi golongan antagonis kalsium derivat dihidropiridin yang memiliki afinitas yang besar pada kanal kalsium di pembuluh darah sehingga memiliki efek vasodilatasi yang kuat. Selain itu, dihidropiridin juga sangat bermanfaat pada pasien hipertensi usia lanjut karena tidak mempunyai efek samping metabolik, baik terhadap lipid, gula darah, maupun asam urat. Amlodipin memiliki waktu paruh yang panjang sehingga cukup diberikan sekali sehari. Obat ini menurunkan TD secara perlahan-lahan sehingga tidak menimbulkan refleks takikardi. Obat ini juga memiliki efek antioksidan dan meningkatkan produksi nitrit oksida (NO) sehingga mampu memperbaiki fungsi endotel.8,19 Tingginya peresepan amlodipin dikarenakan banyaknya pasien yang berusia di atas 50 tahun, sehingga amlodipin dijadikan alternatif yang lebih menguntungkan dalam pengobatan. Pada tabel 5.2 juga menunjukkan bahwa antihipertensi dengan nama generik merupakan obat yang paling banyak diresepkan yaitu sebanyak 10.544 R/ (93,78%). Hasil data ini menunjukkan adanya kesesuaian dengan PERMENKES RI No. HK.02.02./MENKES/068/I/2010 tentang kewajiban menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah, yang menyebutkan bahwa dokter yang bertugas di fasilitas pelayanan pemerintah wajib menulis resep obat generik bagi semua pasien sesuai indikasi medis.13 Hal tersebut menunjukkan bahwa dokter yang bekerja di rumah sakit BUMN telah menjalankan peraturan dari Pemerintah. Penggunaan obat dengan nama generik lebih banyak
  • 30. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 28 dibandingkan dengan nama dagang karena sebagian besar pasien di Rumah Sakit Pertamina Jaya berstatus pasien jaminan, baik pensiunan maupun karyawan beserta keluarga. Pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa golongan antihipertensi yang paling banyak diresepkan yaitu zat penghambat RAAS (Renin-Angiotensin-Aldosteron System) sebanyak 4.508 R/ (40,10%). Sistem Renin Angiotensin merupakan regulator yang penting dalam mengatur tekanan darah, keseimbangan cairan dan elektrolit.19 Zat ini bekerja dengan jalan mengurangi daya tahan pembuluh perifer dan vasodilatasi tanpa menimbulkan refleks takikardi atau retensi garam.10 Hasil data dalam penelitian ini menunjukkan zat penghambat RAAS yang banyak diresepkan yaitu kelompok Angiotensin Receptor Blockers (ARB), seperti losartan, irbesartan, kandesartan dan telmisartan (lampiran 1). Golongan ini memiliki bioavaibilitas rendah, namun karena ikatan dengan protein plasma sangat kuat sehingga ARB hanya diberikan sehari sekali.19 Selain itu, obat golongan ini tidak menghambat pemecahan bradikinin sehingga tidak menimbulkan efek batuk kering.11 Besarnya peresepan antihipertensi golongan ini karena dapat dijadikan alternatif yang lebih menguntungkan untuk kondisi pasien. Berdasarkan data tabel 5.4 antidiabetik merupakan kelas terapi obat lain yang banyak diresepkan bersama antihipertensi, yaitu sebanyak 3.796 R/ (23,39%). Antidiabetika oral paling banyak diresepkan dapat disebabkan pada pasien diabetes mellitus yang kadar glukosanya tidak terkontrol dengan baik dalam waktu yang lama, menyebabkan pembuluh darah di berbagai jaringan di seluruh tubuhnya akan mengalami gangguan fungsi dan perubahan struktur, sehingga suplai darah ke dalam jaringan tidak memadai. Akibatnya akan meningkatkan
  • 31. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 29 risiko terjadinya serangan jantung, stroke, penyakit ginjal stadium akhir, kebutaan dan iskemia. Adanya kerusakan ginjal akibat diabetes dapat menimbulkan hipertensi. Dengan demikian pada pasien hipertensi karena adanya kerusakan ginjal akibat diabetes, selain menggunakan obat hipertensi juga disertai dengan antidiabetika oral.20 Namun penulis tidak dapat mengetahui lebih lanjut mengenai pasien yang diresepkan antidiabetika oral bersama antihipertensi memiliki penyakit diabetes mellitus, karena penulis tidak melihat rekam medis pasien.
  • 32. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 30 Bab VI Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan peresepan antihipertensi di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya periode Januari–Maret tahun 2014, dapat disimpulkan berdasarkan data sebagai berikut: 1. Pasien perempuan lebih banyak mendapat resep antihipertensi yaitu sebanyak 3.503 resep (52,08%) pada kelompok usia ≥ 50 tahun (orang tua) yaitu sebanyak 3.355 resep (95,78%). 2. Zat aktif antihipertensi terbanyak adalah Amlodipin yaitu sebanyak 3.802 R/ (33,82%) dan peresepan terbanyak adalah obat dengan nama generik yaitu sebanyak 10.544 R/ (93,78%). 3. Golongan terbanyak adalah golongan zat penghambat RAAS (Renin- Angiotensin-Aldosteron System) yaitu sebanyak 4.508 R/ (40,10%). 4. Lima besar kelas terapi obat lain yang diresepkan bersama antihipertensi yaitu antidiabetik sebanyak 3.796 R/ (23,39%), antihiperlipidemia sebanyak 3.290 R/ (20,27%), obat yang mempengaruhi darah sebanyak 2.522 R/ (15,54%), kardiovaskular sebanyak 1.544 R/ (9,51%) dan multivitamin & mineral sebanyak 980 R/ (6,04%).
  • 33. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 31 6.2 Saran Untuk penelitian selanjutnya jika ingin mengangkat tentang antihipertensi di Rumah Sakit Pertamina Jaya sebaiknya tidak hanya melihat berdasarkan lembar resep, tetapi juga mengambil data dari rekam medis pasien. Hal ini ditujukan agar dapat diketahui riwayat pengobatan pasien sehingga dapat menentukan pilihan antihipertensi yang tepat, untuk menghindari adanya interaksi antara antihipertensi dengan obat lain.
  • 34. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 32 Daftar Pustaka 1. Palmer A, Williams B. Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. Jakarta. Erlangga. 2007. 2. Depkes RI. Masalah Hipertensi di Indonesia. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-masalah- hipertensi-di-indonesia.html. Diakses pada hari rabu, 5 maret 2014. 3. Anonim. Hari Kesehatan Sedunia: Waspadai ancaman “Silent Killer” http://www.beritasatu.com/riset/106290-hari-kesehatan-sedunia-waspadai- ancaman-silent-killer.html. Diakses pada hari rabu, 5 Maret 2014. 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI. 2013. 5. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2006. 6. Yardi. Pengaruh Konseling Oleh Apoteker Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien tentang Obat dan Kepatuhan Pasien Meminum Obat Antidiabetes Mellitus Tipe 2 & Antihipertensi di Apotek Kimia Farma Pasar Minggu Jakarta dan Kimia Farma Merdeka Bogor. Tesis. Jakarta. FMIPA Universitas Indonesia. 2007. 7. Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Edisi III. Jakarta. Media Aesculapius FKUI. 2001. 8. Mutschler E. Dinamika Obat. Bandung. Penerbit ITB Bandung. 1999. 9. Nafrialdi. Antihipertensi. Dalam : Gunawan SG. Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta. Departemen Farmakologi dan Terapi FKUI. 2007. 10. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. Jakarta. Depkes RI. 2006. 11. Tjay TH, Raharja K. Obat-obat Penting. Edisi 6. Jakarta. Elex Media Komputindo. 2007. 12. BPOM RI. Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008. Jakarta. BPOM RI. 2008. 13. Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta. Rineka Cipta. 2007.
  • 35. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II 2014 33 14. Menkes RI. Permenkes RI No. HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang kewajiban menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. Jakarta. Menkes RI. 2010. 15. Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2010. 16. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Buletin: Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indoneisa. Jakarta. Kemenkes RI. 2013. 17. Arief I. Sensitifitas terhadap Garam dan Hipertensi Pascamenopuse. www.pjnhk.go.id/content/view/665/31. Diakses pada hari jumat, 20 juni 2014. 18. Ikawati Z. Pengantar Farmakologi Molekuler. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. 2006. 19. Kabo P, Bagaimana Menggunakan Obat-obat Kardiovaskular Secara Rasional. Jakarta. FKUI. 2010. 20. Guyton A, Hall JE. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta. EGC. 2008.