Dokumen tersebut membahas tentang praktikum mengukur kerapatan larutan NaOH dengan mengencerkannya menjadi beberapa konsentrasi. Mahasiswa mengukur kerapatan larutan NaOH konsentrasi penuh dan beberapa pengencerannya menggunakan piknometer dan hidrometer, lalu menghitung nilai kerapatan dan kepekatan larutan. Dokumen ini juga menjelaskan teori kerapatan larutan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
1. Tujuan :
Mahasiswa mampu mengukur kerapatan larutan dan menghubungkannya dengan
kepekatan bahan tersebut.
Teori :
Dalam ilmu kimia sering dijumpai berbagai jenis larutan. Larutan-larutan tersebut
merupakan campuran dari dua bahan atau zat yang berbeda baik dari bahan cair maupun padat. Setiap
larutan yang dibuat pasti mempunyai kepekatan yang atau konsentrasi tertentu.
Konsentrasi berkaitan dengan kepekatan, yaitu jumlah relatif antara pelarut dan
terlarut. Suatu larutan yang mengandung zat terlarut lebih banyak disebut
juga pekat yang artinya konsentrasi dari larutan tersebut semakin besar, sedangkan larutan
yang hanya sedikit mengandung suatu zat terlarut disebut dengan encer karena konsentrasi dari larutan
tersebut kecil.
Pengidentifikasian suatu zat kimia dapat diketahui berdasarkan sifat-sifat yang khas dari
zat tersebut. Sifat-sifat tersebut dapat dibagi dalam beberapa bagian yang luas. Salah satunya adalah
sifat intensif dan ekstensif. Sifat intensif adalah sifat yang tidak tergantung pada ukuran sampel,
sedangkan sifat ekstensif adalah sifat yang tergantung pada ukuran sampel yang sedang diselidiki.
Kerapatan atau densitas merupakan salah satu dari sifat intensif. Dengan kata lain,
kerapatan suatu zat tidak bergantunga dari ukuran sampel. Kerapatan merupakan perbandingan antara
massa dan volume dari suatu senyawa. Makin besar volume dan massa dari suatu senyawa, maka makin
kecil kerapatannya, begitu pula sebaliknya. Kebanyakan zat cair dan padat mengembang sedikit apabila
dipanaskan dan menyusut sedikit apabila oleh tekanan eksternal. Kerapatan zat padat dan cair
kebanyakan hampir tidak bergantung pada temperatur dan tekanan.
Sebaliknya, kerapatan gas sangat bergantung pada temperatur dan tekanan. Kerapatan gas
diberikan pada kondisi standar (tekanan atmosfir pada ketinggian dan temperatur 0°C). Kerapatan gas
sangat kecil apabila dibandingkan dengan kerapatan zat padat. Kerapatan dan bobot jenis dari tiap
senyawa berbeda-beda.
Alat dan Bahan :
Alat –alat yang diperlukan :
Hidrometer/ piknometer
Gelas ukur 250 ml
Beaker glass 500 ml
Sudip
2. Neraca analitik
Pipet tetes
Bahan-bahan yang diperlukan :
Aquadest
Larutan sorensen(larutan NaOH jenuh) teknis
Cara kerja
1. Masukkan larutan Sorensen ke dalam gelas ukur. Ukur kerapatannya menggunakan
hydrometer. Catat sebagai ρ1
2. Campurkan 125 ml larutan Sorensen dengan 125 ml air bebas mineral, aduk hingga rata.
Ukur volume campuran menggunakan gelas kur. Ukur kerapatannya menggunakan
hydrometer. Catat sebagai ρ2
3. Ulangi prosedur point 2 dicatat dengan menggunakan larutanNaOH hasil langkah kerja point
2. Catat sebagai ρ3
4. Ulangi prosedur point 3 dicatat dengan menggunakan larutanNaOH hasil langkah kerja point
3. Catat sebagai ρ4
5. Ulangi prosedur point 4 dicatat dengan menggunakan larutanNaOH hasil langkah kerja point
4. Catat sebagai ρ5
Hasil Pengamatan :
W pikno kosong A = 13,0055 g
W pikno kosong B = 12,3719 g
a) W pikno A + sorensen :
• 27,3314 g
• 27, 3579 g
W rata-rata = 27,3446 g
b) W pikno A + sorensen + aquadest :
• 25,6436 g
• 25,6460 g
3. W rata-rata = 25,6448 g
c) W pikno B + larutan b + aquadest :
• 24,1097 g
• 24,1214 g
W rata-rata = 24,1155 g
d) W pikno A + larutan c + aquadest :
• 23,8600 g
• 23,8612 g
W rata-rata = 23,8606 g
e) W pikno B + larutan c + aquadest :
• 23,1296 g
• 23,1292 g
W rata-rata = 23,1294 g
Perhitungan :
Pengenceran Sorensen 50% -> 25%
V1 . % = V2 . %
V1 . 50% = 50 ml . 25%
V1 = 25 ml
Pengenceran Sorensen 50% -> 6,25%
V1 . % = V2 . %
V1 . 50% = 50 ml . 6,25%
V1 = 6,25 ml
Pengenceran Sorensen 50% -> 12.5%
V1 . % = V2 . %
4. V1 . 50% = 50 ml . 12,5%
V1 = 12,5 ml
Pengenceran Sorensen 50% -> 3,125
V1 . % = V2 . %
V1 . 50% = 50 ml . 3,125%
V1 = 3,125 ml
W isi sorensen = (W pikno A + sorensen) – (W pikno A kosong)
= (27,3446 – 13,0055) gr
= 14,3391 gr
W 50% = (W pikno A + sorensen) – (W pikno A kosong)
= (27,3446 – 13,0055) gr
= 14,3391 gr
W 25% = (W pikno A + sorensen) – (W pikno A kosong)
= (25,6448 – 13,0055) gr
= 1,6393 gr
W 12,5% = (W pikno B + sorensen) – (W pikno B kosong)
= (24,1155 – 12,3719) gr
= 11,7436 gr
W 6,25% = (W pikno A + sorensen) – (W pikno A kosong)
= (23,8606 – 13,0055) gr
= 10,8551 gr
W 3,125% = (W pikno B + sorensen) – (W pikno B kosong)
= (23,1294 – 12,3719) gr
= 10,7575 gr
W H2O = (W pikno B + H2O) – (W pikno B kosong)
5. = (25,6717 – 13,0055) gr
= 12,6662 gr
ρair
ρ50% =
ρ25% =
ρ12,5%=
ρ6,25% =
ρ3,125%=
Pembahasan :
Pada praktikum ini, hanya menggunakan sedikit volume sorensen, sehingga
pengukuran kerapatannya hanya menggunakan piknometer.
Pengukuran berat jenis dengan menggunakan piknometer harus telit, terutama
untuk kebersihan pikno meter itu sendiri, apabila didalam piknometernya masih terdapat
kotoran/ zat-zat lain maka akan mempengaruhibobot dari piknometer tersebut.
Pengukuran dengan menggunakan piknometer sangat dipengaruhi oleh
perubahan suhu dan tekanan. Untuk mendapatkan grafik linier yang mendekati grafik
berdasarkan pustaka maka harus menggunaka larutan dengan rentang kepekatan yang besar.
Kepekatan dengan kerapatan hubungannya relatif linier untuk rentang kepekatan yang besar.
NaOH memiliki sifat larut sempurna dalam air, bersifat tidak stabil, reaktif dengan udara bebas,
bereaksi dengan CO2bebas membentuk Na2CO3 dan kemudian membentuk endapan.
Pembuatan NaOH kadar berapapun harus melalui sorensen. Pembuatan sorensen (NaOH
50%) biasanya dengan cara menambahkan NaOH paadat sebanyak ±100 gram kedalam 100
gram air yang berada didalam piala glass sambil diaduk. Larutan ini harus didiamkan dulu
seama ±2 hari agar kotorannya mengendap.
Pada teori kerapatan dalam kepekatan berlaku jika yang terlarut lebih dari satu
bahan maka akan terjadi interaksi antar molekul zat terlarut.
Berat jenis suatu larutan dipengaruhi oleh molekul-molekul zat yang terdapat
didalamnya, larutan sorensen merupakan larutan NaOH 50:50 yang sudah jenuh.
Bahan yang terlarut belum tentu menaikan kerapatan. Karena kelarutan dengan kerapatan
berbanding terbalik. Semakin tinggi kelarutan maka kerapatannya semakin rendah.
6. Konsentrasi dari larutan sorensen berkurang seiring dengan semakin encer
larutan tersebut. Hal ini dikarenakan nilai/ konsentrasi dari air semakin tinggi.
Pengukuran dengan menggunakan piknometer harus dilakukan dengan suhu
tetap. Selain itu, volume zat cair harus sama dengan volume piknometer.
Pada saat menimbang sampel sebaiknya memegang pikno meternya
menggunakan tissue, karena jika tidak lemak pada tangan akan menempel dan mempengaruhi
hasil penimbangan.
Penggunaan berat jenis dalam berbagai hal untuk menentukan suatu zat antara lain:
• Menentukan kemurnian suatu zat
• Mengenal keadaan zat
• Menunjukan kepekatan suatu larutan
Untuk pengukuran kerapatan yang menggunakan alat hidrometer akan
membutuhkan volume sampel yang lebih banyak. Prinsip kerja alat hidrometer menggunakan
Hukum Archimedes. Hidrometer dapat dikalibrasi dengan menggunakan aquadest yang telah
diketahui massa jenisnya (1000gram/cm3
), dengan cara memasukan hidrometer kedalam
wadah yang berisi aquadest dan membaca berapa massa jenis yang ditunjukan pada batang
hidrometer apakah menunjukan 1000gram/cm3.
Kesimpulan :
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan data sebagai berikut:
Pengenceran ke- Konsentrasi Kepekatan
1 0,5 1,1316 0,25
2 0,25 0,9975 0,125
3 0,125 0,9268 0,0625
4 0,625 0,8567 0,3125
5 0,3125 0,8490 0,1562
7. Daftar Pustaka :
• Penuntun Praktikum Kimia Fisika 1
• http://marischemistry.blogspot.com/2012_11_01_archive.html
• http://aduh2104.blogspot.com/2012/06/hidrometer.html