SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 11
Downloaden Sie, um offline zu lesen
PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN
                              (Epinephelus fuscoguttatus)




1. PENDAHULUAN

Ikan Kerapu (Epinephelus sp) umumnya dikenal dengan istilah "groupers" dan merupakan salah
satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik dipasarkan domestik maupun padar
internasional dan selain itu nilai jualnya cukup tinggi. Eksport ikan kerapu melaju pesat sebesar
350% yaitu dari 19 ton pada tahun 1987 menjadi 57 ton pada tahun 1988 (Deptan, 1990). Ikan
Kerapu mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk dibudidayakan karena
pertumbuhannya cepat dan dapat diproduksi massal untuk melayani permintaan pasar ikan
kerapu dalam keadaan hidup. Berkembangnya pasaran ikan kerapu hidup karena adanya
perubahan selera konsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan hidup, telah
mendorong masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar ikan kerapu melalui usaha budidaya.
Budidaya ikan kerapu telah dilakukan dibeberapa tempat di Indonesia, namun dalam proses
pengembangannya masih menemui kendala, karena keterbatasan benih. Selama ini para petani
nelayan masih mengandalkan benih alam yang sifatnya musiman. Namun sejak tahun 1993 ikan
kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) sudah dapat dibenihkan, Balai Budidaya Laut
Lampung sebagai unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan, telah melakukan upaya
untuk menghasilkan benih melalui pembenihan buatan manipulasi lingkungan dan penggunaan
hormon.

2. BIOLOGI

   1. Klasifikasi
      Ikan kerapu macan (Epinehelus fuscoguttatus) digolongkan pada :
      Class : Chondrichthyes
      Sub class : Ellasmobranchii
      Ordo : Percomorphi
      Divisi : Perciformes
      Famili : Serranidae
      Genus : Epinephelus
      Species : Epinepheus sp
   2. Morfologi, habitat dan kebiasaan makan dan makanannya.
      Ikan kerapu bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam,
      maxillarry lebar diluar mata, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik
putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan poterior.
     Habitat benih ikan kerapu macan adalah pantai yang banyak ditumbuhi algae jenis
     reticulata dan Gracilaria sp, setelah dewasa hidup di perairan yang lebih dalam dengan
     dasar terdiri dari pasar berlumpur. Ikan kerapu termasuk jenis karnivora dan cara
     makannya "mencaplok" satu persatu makan yang diberikan sebelum makanan sampai ke
     dasar. Pakan yang paling disukai kenis krustaceae (rebon, dogol dan krosok), selain itu
     jenis ikan-ikan (tembang, teri dan belanak).
  3. Cara berkembang biak.
     Di dalam tangki percobaan ikan betina yang telah dewasa bila akan memijah mendekati
     jantan. Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan betina akan berenang bersama-sama
     dipermukaan air. Pemijahan terjadi pada malam hari, antara pukul 18.00 sampai pukul
     22.00. jumlah telur yang dihasilkan tergantung dari berat tubuh betina, contoh betina
     berat 8 kg dapat menghasilkan telur 1.500.000 butir. Telur yang telah dibuahi bersifat
     "non adhesive" yaitu telur yang satu tidak melekat pada telur yang lainnya. Bentuk telur
     adalah bulat dan transparan dengan garis tengah sekitar 0,80 -0,85 mm. Telur yang telah
     dibuahi akan menetas menjadi benih yang aktif berenang. Benih inilah yang umum
     tertangkap oleh nelayan. Kelimpahan benih ikan kerapu ini sepanjang tahun tidak sama.
     Kelimpahan yang paling tinggi disekitar Teluk Banten terjadi pada bulan Februari sampai
     April.

3. TEKNIK PEMBENIHAN

  1. Sarana Pembenihan
         1. Induk sebanyak 5 ekor betina dan 2 ekor jantan. Induk jantan berukuran panjang
             77 - 78 cm dan berat 9,5 - 11 kg/ekor. Induk betina berukuran panjang 60 - 70 cm
             dan berat 5,3 - 7,8 kg/ekor.
         2. Pakan induk berupa ikan segar dari jenis selar, japuh dan jantan yang kandungan
             proteinnya tinggi dan kandungan lemaknya rendah.
         3. Kurungan apung untuk pemeliharaan induk berukuran 3 x 3 x 3 m 3 .
         4. Bak pemijahan dengan kapasitas 100 ton.
         5. Bak penetasan sekaligus juga merupakan bak pemeliharaan larva yang berukuran
             4 x 1 x 1 m 3 terbuat dari beton, berbentuk empat persegi panjang.
  2. Metoda
     Metoda yang digunakan adalah manipulasi lingkungan. Untuk merangsang terjadinya
     perkawinan antara jantan dengan induk betina matang kelamin digunakan metoda
     manipulasi lingkungan di bak terkontrol. Teknik pemijahan dengan manipulasi
     lingkungan ini dikembangkan berdasarkan pemijahan ikan kerapu di alam, yaitu dengan
     rangsangan atau kejutan faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kadar garam, kedalaman
     air dan lain-lain. Pemijahan mengikuti fase peredaran bulan; pada saat bulan terang atau
     bulan gelap.
  3. Pemeliharaan Induk
     Induk ikan kerapu yang dipijahkan dipelihara di laut dalam kurungan apung dengan padat
     penebaran induk 7,5 - 10 kg/m 3 . Pakan yang diberikan berupa ikan rucah segar berkadar
     lemak rendah. Diluar pemijahan ikan, takaran pakan yang diberikan sebesar 3 - 5% dari
     total berat badan ikan/hari, sedangkan pada musim pemijahan diturunkan menjadi 1%.
     Disamping itu diberikan pula vitamin E dengan dosis 10 - 15 mg/ekor/minggu.
4. Sex reversal
   Kerapu termasuk ikan yang "hermaprodit protogyni", yaitu pada kehidupan awal belum
   ditentukan jenis kelaminnya. Sel kelamin betina terbentuk setelah berumur 2 tahun
   dengan panjang 50 cm dan berat 5 kg. Sel kelamin betina berubah menjadi sel kelamin
   jantan pada umur 4 tahun dengan panjang tubuh sekitar 70 cm dan berat 11 kg. Ada
   kenyataannya lebih banyak ditemui ikan kerapu jantan atau mempercepat perubahan
   kelamin dari betina ke jantan dapat dipacu/dirangsang dengan hormon testosteron.
   Pemberian hormon testosteron dilakukan secara oral melalui makan setiap minggu,
   diikuti dengan penambahan multivitamin. Takaran yang diberikan adalah : Hormon
   testosteron 2 mg/kg induk Multivitamin 10 mg/kg induk
5. Seleksi Induk
   Kematangan kelamin induk jantan ikan kerapu diketahui denan cara mengurut bagian
   perut ikan (stripping) ke arah awal sperma yang keluar warnan putih susu dan jumlahnya
   banyak diamati untuk menentukan kualitasnya. Kematangannya kelamin induk betina
   diketahui dengan cara kanulasi, yaitu memasukkan selang plastik ke dalam lubang
   kelamin ikan, kemudian dihisap. Telur yang diperoleh diamati untuk mengetahui tingkat
   kematangannya, garis tengah (diameter) telor diatas 450 mikron.
6. Pemijahan
       1. Induk kerapu matang kelamin dipindahkan ke bak pemijahan yang sebelumnya
           telah diisi air laut bersih dengan ketingian 1,5 m dan salinitas + 32 ‰.
       2. Manipulasi lingkungan dilakukan menjelang bulan gelap yaitu dengan cara
           menaikkan dan menurunkan permukaan/tinggi air setiap hari. Mulai jam 09.00
           sampai jam 14.00 permukaan air diturunkan sampai kedalaman 40 cm dari dasar
           bak. Setelah jam 14.00 permukaan air dikembangkan ke possisi semula (tinggi air
           1,5 m). Perlakuan ini dilakukan terus menerus sampai induk memijah secara
           alami.
       3. Rangsangan hormonal induk kerapu matang kelamin disuntik dengan hormon
           Human Chorionic Gonadotropin (HGG) dan Puberogen untuk merangsang
           terjadinya pemijahan. Takaran hormon yang diberikan adalah :
                HGG 1.000 - 2.000 IU/kg induk
                Puberogen 150 - 225 RU/kg induk
       4. Pengamatan pemijahan ikan dilakukan setiap hari setelah senja sampai malam
           hari. Pemijahan umumnya terjadi pada malam hari antara jam 22.00 - 24.00 WIB.
           Diduga musim pemijahannya terjadi 2 kali bulan Juni -September dan bulan
           Nopember - Januari.
       5. Bila diketahui telah terjadi pemijahan, telur segera dipanen dan dipindahkan ke
           bak penetasan.bak pemeliharaan larva.
7. Penetasan telur
   Bak yang dipergunakan untuk penetasan telur sekaligus juga merupakan bak
   pemeliharaan larva, terbuat dari beton, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 4
   x 1 x 1 m³ . Tiga hari sebelum bak penetasan/bak pemeliharaan larva digunakan, perlu
   dipersiapkan dahulu dengan cara dibersihkan dan dicuci hamakan memakai larutan
   chlorine (Na OCI) 50 - 100 ppm. Setelah itu dinetralkan dengan penambahan larutan
   Natrium thiosulfat sampai bau yang ditimbulkan oleh chlorine hilang. Air laut dengan
   kadar garam 32 ‰ dimasukkan ke dalam bak, satu hari sebelum larva dimasukkan
   dengan maksud agar suhu badan stabil berkisar antara 27 - 28°C. Telur hasil pemijahan
dikumpulkan dengan sistim air mengalir. Telur yang dibuahi akan mengapung
     dipermukaan air dan berwarna jernih (transparan). Sebelum telur ditetaskan perlu
     direndam dalam larutan 1 - 5 ppm acriflavin untuk mencegah serang bakteri. Padat
     penebaran telur di Bak Penetasan berkisar 20 - 60 butir/liter air media. Ke dalam bak
     penetasan perlu ditambahkan Chlorella sp sebanyak 50.000 -100.000 sel/ml untuk
     menjaga kualitas air. Telur akan menetas dalam waktu 18 - 22 jam setelah pemijahan
     pada suhu 27 - 28°C dan kadar garam 30 - 32 ‰.

     Gambar 1. Grafik Prosentase Telur yang
     Dibuahi




4. PERKEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN LARVA

  1. Perkembangan Larva
     Larva yang baru menetas terlihat transparan, melayang-melayang dan gerakannya tidak
     aktif serta tampak kuning telur dan oil globulenya. Larva akan berubah bentuk
     menyerupai kerapu dewasa setelah berumur 31 hari.
     Gambar 2. Perkembangan Bentuk Larva Ikan Kerapu
Adapun perkembangan larva kerapu dari umur 1 hari (D1) sampai umur 31 hari (D31)
     dapat dilihat pada tabel 1.
     Tabel 1. Perkembangan larva ikan kerapu.

      Hari
                                 Tahap Perkembangan                              Panjang (mm)
       ke
      D1       Larva baru menetas transparan, melayang dan tidak aktif.            1,89 - 2,11
      D3           Timbul bintik hitam di kepala dan pangkal perut.                2,14 - 2,44
     D7-8       Timbul calon sirip punggung yang keras dan panjang.                7,98 - 8,96
     D9-11      Timbul calon sirip punggung yang keras dan panjang.               15,88 - 17,24
     D15-
                     Duri memutih, bagian ujung agak kehitaman                     17,2 - 18,6
       17
     D23- Sebagian duri mengalami reformasi dan patah, pada bagian ujung
                                                                                  20,31 - 22,64
       26                       tumbuh sirip awal lunak
           Sebagian larva yang pertumbuhannya capat telah berubah menjadi
     D29-
            burayak (juvenil), bentuk dan warnanya telah menyerupai ikan          22,40 - 23,42
       31
                                       dewasa.

2.
     Masa kritis kedua dijumpai pada waktu larva berumur 8 hari (D8) memasuki umur 9 hari
     (D9), dimana pada saat itu mulai terjadi perubahan bentuk tubuh yang sangat panjang dan
     spesifik, sampai pada hari ke 20 (D20) larva berkembang dengan baik dan belum
     menunjukkan adanya tanda-tanda kematian, akan tetapi memasuki hari ke 22 (D22), 23
(D23) sebagian dari larva baik yan masih kecil maupun yang sudah besar mulai nampak
   adanya kematian. Diawali dengan adanya gerakan memutar (whirling) yang tidak
   terkendali kemudian terbalik lalu mati. Pada kasus tersebut diupayakan dengan cara
   merubah pakan Artemia dengan kandungan W3 HUFA yang lebih tingi. Dari kasus ini
   tentunya dapat diajukan suatu hepotesa sementara bahwa kurannya unsur tertentu pada
   larva kerapu dalam waktu yang cukup lama akan mempengaruhi kondisi fisik dan
   kelangsungan hidup larva.
3. Pemeliharaan Larva
   Larva kerapu yang baru menetas mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur.
   Pakan ini akan dimanfaatkan sampai hari ke 2 (D2) setelah menetas dan selama kurun
   waktu tersebut larva tidak memerlukan dari luar. Umur 3 hari (D3) kuning telur mulai
   terserap habis, perlu segera diberi pakan dari luar berupa Rotifera Brachionus Plicatilis
   dengan kepadatan 1 - 3 ekor/ml. Disamping itu ditambahkan pula Phytoplankton
   chlorella sp dengan kepadatan antara 5.10 - 10 sel/ml. Pemberian pakan ini sampai larva
   berumur 16 hari (D16) dengan penambahan secara bertahap hingga mencapai kepadatan
   5 - 10 ekor/ml plytoplankton 10 - 2.10 sel/ml media. Pada hari kesembilan (D9) mulai
   diberi pakan naupli artemia yang baru menetas dengan kepadatan 0,25 - 0,75 ekor/ml
   media. Pemberian pakan naupli artemia ini dilakukan sampai larva berumur 25 hari
   (D25) dengan peningkatan kepadatan hingga mencapai 2 - 5 ekor/ml media. Disamping
   itu pada hari ke tujuh belas (D17) larva mulai diberi pakan Artemia yang telah berumur 1
   hari, kemudian secara bertahap pakan yang diberikan diubah dari Artemia umur 1 hari ke
   Artemia setengah dewasa dan akhirnya dewasa sampai larva berumur 50 hari. Skema
   jenis dan pemberian pakan larve kerapu dapat dilihat pada Gambar 3. Pemberian pakan
   dengan cincangan daging ikan mulai dicoba pada saat metamorfosa larva sempurna
   menjadi benih ikan kerapu.
   Gambar 3. Skema Jenis dan Pakan Pemberian Pakan Larve Ikan Kerapu
5. PENGELOLAAN KUALITAS AIR

Bak penetasan telur yang sekaligus merupakan bak pemeliharaan larva perlu dijaga kualitas
airnya dengan penambahan phytoplankton Chlorella, dengan kepadatan 5.10 3 - 10 4 sel/ml.
Phytoplankton akan menggeliminir pembusukkan yang ditimbulkan oleh telur yang tidak
menetas dan sisa cangkang telur yang ditinggalkan. Pembersihan dasar bak dengan cara
penyiponan dilakukan pada hari pertama dengan maksud untuk membuang sisa-sisa telur yang
tidak menetas dan cangkang telur. Penggantian air dilaksanakan pertama kali pada saat larva
berumur 6 hari (D6) yaitu sebanyak 5 - 10%. Penggantian air dilakukan setiap hari dan dengan
bertambahnya umur larva, maka volume air yang perlu diganti juga semakin banyak. Pada saat
larva telah berumur 30 hari (D30) pengganti air dilakukan sebanyak 20% dan bila larva telah
berumur 40 hari (D40) air yang diganti sebanyak 40%. Prosentase pengantian air selama
pemeliharaan larve kerapu dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Prosentase Penggantian Air




6. DAFTAR PUSTAKA

   1. Kisto Mintardjo dan Sigit B, "Pemijahan Ikan Kerapu (Epinephelus tauvina) Dengan
      Manipulasi Lingkungan", Buletin Budidaya Laut No. 2, Balai Budidaya Laut Lampung,
      Ditjen Perikanan, 1991.
   2. Sigit Budileksono dan Yayan Sofyan, "Pemijahan Alami Ikan Kerapu Macan
      (Epinephelus fuscoguttatus) di Bak Terkontrol", Buletin Budidaya, 1993.
   3. Anonimus, "Teknologi Reproduksi Ikan Kerapu (Epinephelus sp)", Riset dan Teknologi
      Balai Budidaya Laut Lampung, Ditjen Perikanan, 1993.
   4. Sigit Budileksono, " Pembenihan Ikan Kerapu di Balai Budidaya Laut Lampung", Ditjen
      Perikanan, 1995.

7. SUMBER

Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus), Direktorat Bina Pembenihan,
Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta, 1996.
8. KONTAK HUBUNGAN
Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta



PEMELIHARAAN LARVA

1. PENDAHULUAN

   1. 1) Latar belakang
      Beberapa jenis ikan laut yang bernilai ekonomis telah banyak dibudidayakan dalam
      kurungan apung. Salah satu jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan kerapu
      (Epinephelus sp). Ikan kerapu merupakan ikan ekonomis penting yang berpeluang baik
      dan populer dipasarkan domestik dan luar negeri. Jenis-jenis ikan kerapu tersebut
      diantaranya adalah kerapu lumpur, kerapu macan, kerapu malabar, kerapu sunu, kerapu
      totol. Diantara jenis-jenis kerapu tersebut yang sudah umum dan banyak dibudidayakan
      antara lain kerapu macan. Dengan semakin banyaknya permintaan ikan kerapu untuk
      pasaran domestik dan internasional, maka benih yang selama ini berasal dari alam akan
      sulit dipenuhi sehingga perlu mulai dialihkan ke usaha pembenihan buatan.
      Keberhasilan Balai Budidaya Laut dalam melaksanakan pemijahan ikan kerapu
      merupakan langkah awal dalam mata rantai sistem budidaya, yang antara lain meliputi
      pemeliharaan larva, pendederan dan selanjutnya sampai ukuran konsumsi. Teknik
      pemeliharaan larva ini salah satu sistim rantai budidaya yang penting bagi kelanjutan
      keberhasilan benih untuk dibudidayakan. Keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh teknik
      pemeliharaan larva, pola penyediaan pakan alami yang tepat untuk ukuran, jumlah dan
      waktu.
   2. 2) Pemilihan Lokasi
          1. a. Dasar perairan laut berpasir atau berkarang.
          2. b. Bebas dari pencemaran.
          3. c. Jernih sepanjang tahun.
          4. d. Mudah komunikasi.

2. TEKNIK PEMBENIHAN

   1. 1) Bak Pemeliharaan Larva
          1. a. Bak pemeliharaan, bak beton berbentuk 4 persegi panjang, ukuran 4 x 1 x 1 m³.
          2. b. Bak pemeliharaan ini juga merupakan bak untuk penetasan telur.
          3. c. Larutan chlorine (Na OCI) 50 ~ 100 ppn, untuk mensuci hamakan bak
             pemeliharaan.
          4. d. Larutan Natrium Thiosulfat untuk menetralkan dan menghilangkan bau dari
             chlorine.
          5. e. Air laut dimasukkan ke dalam bak satu hari sebelum larva dimasukkan, kadar
             garam air laut 30 ~ 32‰ suhu air 27 ~ 28°C.
          6. f. Bak makanan alami.
   2. 2) Perkembangan Larva
      Larva baru yang baru menetas terlihat transparan, melayang-layang dan erakannya tidak
aktif serta tampak kuning telur dan oil glonulenya. Larva akan berubah bentuk
   menyerupai kerapu lumpur dewasa setelah berumur 31 hari. Masa krisis pertama larva
   kerapu dialami pada waktu berumur 2 hari (D2)
   memasuki umur 3 hari (D3), dimana pada saat itu kandungan kuning telur telah mulai
   menipis dan terserap habis. Setelah cadangan pakan tersebut habis, maka pemenuhan
   pakan yang sesuai dengan ukuran mulut dan nilai gizi pakan mutlak diperlukan untuk
   menjamin kelangsungan hidup larva. Masa krisis ini akan berlangsung sampai dengan
   hari ke 6 (D6), dikarenakan terjadi perubahan cara hidup dari larva yang semula
   gerakannya aktif. Larva harus aktif mencari makan dari luar karena kandungan kuning
   telur yang merupakan cadangan pakan telah habis. Untuk pemberian pakan yang sesuai
   baik jenis, maupun kandungan gizinya mutlak diperlukan. Larva yang telah melewati
   umur 6 hari (D6) mempunyai peluang untuk hidup lebih besar, karena hampir semua
   larva yang bertahan hidup telah mampu mencari pakan yang tersedia disekelilingnya,
   Masa krisis kedua dijumpai pada waktu larva berumur 8 hari (D8) memasuki umur 9 hari
   (D9), dimana pada saat itu mulai terjadi perubahan bentuk tubuh sangat panjang dan
   spesifik, sampai pada hari ke 20 (D20) larva berkembang dengan baik dan belum
   menunjukkan adanya tanda-tanda kematian, akan tetapi memasuki hari ke 22 (D22), 23
   (D23) sebagian dari
   larva baik yan masih kecil maupun yang sudah besar mulai nampak adanya kematian.
   Diawali dengan adanya gerakan memutar (whirling) yang tidak terkendali kemudian
   terbalik lalu mati.
3. 3) Pemeliharaan Larva
   Larva kerapu mempunyai kuning telur sebagai cadangan makanan sampai larva berumur
   2 hari. Umur 3 hari kuning telur mulai terserap habis, perlu diberi pakan dari luar berupa:
       1. a. Rotifera Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 - 3 ekor/ml
       2. b. Phytoplankton chlorella sp dengan kepadatan 10 4 - 10 5 sel/ml.
           Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari dengan penambahan secara
           bertahap rotifera sampai kepadatan 5 ~ 10 ekor/ml plytoplankton 10 5 -2.10 5
           sel/ml media. Umur 9 hari mulai diberi pakan naupli artemia yang baru menetas
           dengan kepadatan 0,25 ~ 0,75 ekor/ml media, pakan diberikan sampai larva
           berumur 25 hari dengan peningkatan kepadatan mencapai 2 ~ 5 ekor/ml media.
           Umur 17 hari larva dicoba diberi pakan artemia yang telah berumur 1 hari
           kemudian secara bertahap diubah dari artemia berumur 1 hari ke artemia setengah
           dewasa dan akhirnya artemia dewasa sampai larva berumur 50 hari. Setelah larva
           berumur 29 - 31 hari berubah menjadi benih aktif, menyerupai kerapu dewasa.
           Pada saat ini mulai dicoba pemberian pakan dengan cincangan daging ikan.
Gambar 2. Skema Jenis dan Pemberian Pakan Larva Ikan Kerapu




          3. 4) Pengelolaan Kualitas Air
             Bak penetasan telur yang sekaligus merupakan bak pemeliharaan larva dengan
             penambahan phytoplankton Chlorella, dengan kepadatan 5.10 3 -10 4
             sel/ml. Phytoplankton akan menggeliminir pembusukkan yang ditimbulkan oleh
             telur yang tidak menetas dan sisa cangkang telur yang ditinggalkan. Pembersihan
             dasar bak dengan cara penyiponan dilakukan pada hari pertama dengan maksud
             untuk membuang sisa-sisa telur yang tidak menetas dan cangkang telur.
             Penggantian air dilaksanakan pertama kali pada saat larva berumur 6 hari (D6)
             yaitu sebanyak 5 - 10%. Penggantian air dilakukan setiap hari dan dengan
             bertambahnya umur larva, maka volume air perlu diganti juga semakin banyak.
             Pada saat larva telah berumur 30 hari (D30) pengganti air dilakukan sebanyak
             20% dan bila larva telah berumur 40 hari (D40) air yang diganti sebanyak 40%.
             Gambar 4. Prosentase Penggantian Air




3. SUMBER
Brosur Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutaftus): Pemeliharaan Larve,
Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, 1996
4. KONTAK HUBUNGAN

Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Ikhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikanIkhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikanmuhammad halim
 
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)fentyagustin1
 
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi SetiyanaLaporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyanadewisetiyana52
 
Budidaya pakan alami
Budidaya pakan alamiBudidaya pakan alami
Budidaya pakan alamiSawargi Ppmkp
 
Biologi Perikanan - Penentuan Umur Ikan
Biologi Perikanan - Penentuan Umur IkanBiologi Perikanan - Penentuan Umur Ikan
Biologi Perikanan - Penentuan Umur IkanAji Sanjaya
 
Budidaya ikan kerapu macan (epinephelus fuscoguttatus) metode KJA
Budidaya ikan kerapu macan (epinephelus fuscoguttatus) metode KJABudidaya ikan kerapu macan (epinephelus fuscoguttatus) metode KJA
Budidaya ikan kerapu macan (epinephelus fuscoguttatus) metode KJAAri Panggih Nugroho
 
Budidaya ikan patin
Budidaya ikan patinBudidaya ikan patin
Budidaya ikan patinOSIS
 
Pengadukan dan pencampuran
Pengadukan dan pencampuranPengadukan dan pencampuran
Pengadukan dan pencampuranElizabethCo1
 
genetika populasi power point
 genetika populasi power point genetika populasi power point
genetika populasi power pointnurahlina08
 
Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional
Pengolahan Hasil Perikanan TradisionalPengolahan Hasil Perikanan Tradisional
Pengolahan Hasil Perikanan TradisionallombkTBK
 
Sistem pencernaan pada reptil
Sistem pencernaan pada reptilSistem pencernaan pada reptil
Sistem pencernaan pada reptildhawialya30
 

Was ist angesagt? (20)

Ikhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikanIkhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikan
 
Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
Pengenalan Jenis Ikan dan IdentifikasiPengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
 
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
 
Planktonologi
PlanktonologiPlanktonologi
Planktonologi
 
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi SetiyanaLaporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
 
Budidaya pakan alami
Budidaya pakan alamiBudidaya pakan alami
Budidaya pakan alami
 
Sistem saraf vertebrata
Sistem saraf vertebrataSistem saraf vertebrata
Sistem saraf vertebrata
 
Reproduksi pisces
Reproduksi piscesReproduksi pisces
Reproduksi pisces
 
Pikp modul5&6-jenis ikan
Pikp modul5&6-jenis ikanPikp modul5&6-jenis ikan
Pikp modul5&6-jenis ikan
 
Biologi Perikanan - Penentuan Umur Ikan
Biologi Perikanan - Penentuan Umur IkanBiologi Perikanan - Penentuan Umur Ikan
Biologi Perikanan - Penentuan Umur Ikan
 
Alat alat pembekuan
Alat alat pembekuanAlat alat pembekuan
Alat alat pembekuan
 
Budidaya ikan kerapu macan (epinephelus fuscoguttatus) metode KJA
Budidaya ikan kerapu macan (epinephelus fuscoguttatus) metode KJABudidaya ikan kerapu macan (epinephelus fuscoguttatus) metode KJA
Budidaya ikan kerapu macan (epinephelus fuscoguttatus) metode KJA
 
Sistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidayaSistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidaya
 
Budidaya ikan patin
Budidaya ikan patinBudidaya ikan patin
Budidaya ikan patin
 
Pengadukan dan pencampuran
Pengadukan dan pencampuranPengadukan dan pencampuran
Pengadukan dan pencampuran
 
genetika populasi power point
 genetika populasi power point genetika populasi power point
genetika populasi power point
 
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
 
BDPP_Pertemuan 1_Ruang Lingkup Budidaya
BDPP_Pertemuan 1_Ruang Lingkup BudidayaBDPP_Pertemuan 1_Ruang Lingkup Budidaya
BDPP_Pertemuan 1_Ruang Lingkup Budidaya
 
Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional
Pengolahan Hasil Perikanan TradisionalPengolahan Hasil Perikanan Tradisional
Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional
 
Sistem pencernaan pada reptil
Sistem pencernaan pada reptilSistem pencernaan pada reptil
Sistem pencernaan pada reptil
 

Ähnlich wie Pembenihan ikan kerapu macan

Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)fadlidera
 
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)fadlidera
 
jumlah telur pisces
jumlah telur piscesjumlah telur pisces
jumlah telur piscesMirda Rinii
 
Materi Enbiru | 0895701940770
Materi Enbiru | 0895701940770Materi Enbiru | 0895701940770
Materi Enbiru | 0895701940770enbiru farm
 
64 reproduksi perkembangan larva
64 reproduksi perkembangan larva64 reproduksi perkembangan larva
64 reproduksi perkembangan larvaYuga Rahmat S
 
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...Putra putra
 
Budidaya Ikan Guppy. How To Breeding Fish
Budidaya Ikan Guppy. How To Breeding FishBudidaya Ikan Guppy. How To Breeding Fish
Budidaya Ikan Guppy. How To Breeding Fishmahfudawaludin2
 
Budidaya Ikan Cupang (SMA Negeri 1 Klaten)
Budidaya Ikan Cupang (SMA Negeri 1 Klaten)Budidaya Ikan Cupang (SMA Negeri 1 Klaten)
Budidaya Ikan Cupang (SMA Negeri 1 Klaten)MariaAndrian16
 
Budi daya ikan nila merah secara intensif
Budi daya ikan nila merah secara intensifBudi daya ikan nila merah secara intensif
Budi daya ikan nila merah secara intensifMuhammad Hanif Azhar
 
Budidaya pembenihan ikan hias
Budidaya pembenihan ikan hiasBudidaya pembenihan ikan hias
Budidaya pembenihan ikan hiasgede jovial
 
Pembenihan lobster air tawar
Pembenihan lobster air tawarPembenihan lobster air tawar
Pembenihan lobster air tawarAlfarico Rico
 
Pemeliharaan larva ikan lele kelompok 4
Pemeliharaan larva ikan lele kelompok 4Pemeliharaan larva ikan lele kelompok 4
Pemeliharaan larva ikan lele kelompok 4Lalu Firman
 

Ähnlich wie Pembenihan ikan kerapu macan (20)

Jurnal pemijahan
Jurnal pemijahanJurnal pemijahan
Jurnal pemijahan
 
Budidaya kakap makalah
Budidaya kakap makalahBudidaya kakap makalah
Budidaya kakap makalah
 
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
 
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
 
Pembenihan Ikan Karper
Pembenihan Ikan KarperPembenihan Ikan Karper
Pembenihan Ikan Karper
 
jumlah telur pisces
jumlah telur piscesjumlah telur pisces
jumlah telur pisces
 
Materi Enbiru | 0895701940770
Materi Enbiru | 0895701940770Materi Enbiru | 0895701940770
Materi Enbiru | 0895701940770
 
Nilaaaaa
NilaaaaaNilaaaaa
Nilaaaaa
 
Budidaya ikan patin(pangasius)
Budidaya ikan patin(pangasius)Budidaya ikan patin(pangasius)
Budidaya ikan patin(pangasius)
 
64 reproduksi perkembangan larva
64 reproduksi perkembangan larva64 reproduksi perkembangan larva
64 reproduksi perkembangan larva
 
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...
fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan sistem digesti dan kebiasaan ma...
 
Budidaya Ikan Guppy. How To Breeding Fish
Budidaya Ikan Guppy. How To Breeding FishBudidaya Ikan Guppy. How To Breeding Fish
Budidaya Ikan Guppy. How To Breeding Fish
 
Budidaya Ikan Cupang (SMA Negeri 1 Klaten)
Budidaya Ikan Cupang (SMA Negeri 1 Klaten)Budidaya Ikan Cupang (SMA Negeri 1 Klaten)
Budidaya Ikan Cupang (SMA Negeri 1 Klaten)
 
Budidaya Kodok
Budidaya KodokBudidaya Kodok
Budidaya Kodok
 
Budi daya ikan nila merah secara intensif
Budi daya ikan nila merah secara intensifBudi daya ikan nila merah secara intensif
Budi daya ikan nila merah secara intensif
 
Budidaya Ikan Lele
Budidaya Ikan LeleBudidaya Ikan Lele
Budidaya Ikan Lele
 
Karya Ilmiah
Karya IlmiahKarya Ilmiah
Karya Ilmiah
 
Budidaya pembenihan ikan hias
Budidaya pembenihan ikan hiasBudidaya pembenihan ikan hias
Budidaya pembenihan ikan hias
 
Pembenihan lobster air tawar
Pembenihan lobster air tawarPembenihan lobster air tawar
Pembenihan lobster air tawar
 
Pemeliharaan larva ikan lele kelompok 4
Pemeliharaan larva ikan lele kelompok 4Pemeliharaan larva ikan lele kelompok 4
Pemeliharaan larva ikan lele kelompok 4
 

Pembenihan ikan kerapu macan

  • 1. PEMBENIHAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) 1. PENDAHULUAN Ikan Kerapu (Epinephelus sp) umumnya dikenal dengan istilah "groupers" dan merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik dipasarkan domestik maupun padar internasional dan selain itu nilai jualnya cukup tinggi. Eksport ikan kerapu melaju pesat sebesar 350% yaitu dari 19 ton pada tahun 1987 menjadi 57 ton pada tahun 1988 (Deptan, 1990). Ikan Kerapu mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya cepat dan dapat diproduksi massal untuk melayani permintaan pasar ikan kerapu dalam keadaan hidup. Berkembangnya pasaran ikan kerapu hidup karena adanya perubahan selera konsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan hidup, telah mendorong masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar ikan kerapu melalui usaha budidaya. Budidaya ikan kerapu telah dilakukan dibeberapa tempat di Indonesia, namun dalam proses pengembangannya masih menemui kendala, karena keterbatasan benih. Selama ini para petani nelayan masih mengandalkan benih alam yang sifatnya musiman. Namun sejak tahun 1993 ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) sudah dapat dibenihkan, Balai Budidaya Laut Lampung sebagai unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan, telah melakukan upaya untuk menghasilkan benih melalui pembenihan buatan manipulasi lingkungan dan penggunaan hormon. 2. BIOLOGI 1. Klasifikasi Ikan kerapu macan (Epinehelus fuscoguttatus) digolongkan pada : Class : Chondrichthyes Sub class : Ellasmobranchii Ordo : Percomorphi Divisi : Perciformes Famili : Serranidae Genus : Epinephelus Species : Epinepheus sp 2. Morfologi, habitat dan kebiasaan makan dan makanannya. Ikan kerapu bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam, maxillarry lebar diluar mata, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik
  • 2. putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan poterior. Habitat benih ikan kerapu macan adalah pantai yang banyak ditumbuhi algae jenis reticulata dan Gracilaria sp, setelah dewasa hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar terdiri dari pasar berlumpur. Ikan kerapu termasuk jenis karnivora dan cara makannya "mencaplok" satu persatu makan yang diberikan sebelum makanan sampai ke dasar. Pakan yang paling disukai kenis krustaceae (rebon, dogol dan krosok), selain itu jenis ikan-ikan (tembang, teri dan belanak). 3. Cara berkembang biak. Di dalam tangki percobaan ikan betina yang telah dewasa bila akan memijah mendekati jantan. Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan betina akan berenang bersama-sama dipermukaan air. Pemijahan terjadi pada malam hari, antara pukul 18.00 sampai pukul 22.00. jumlah telur yang dihasilkan tergantung dari berat tubuh betina, contoh betina berat 8 kg dapat menghasilkan telur 1.500.000 butir. Telur yang telah dibuahi bersifat "non adhesive" yaitu telur yang satu tidak melekat pada telur yang lainnya. Bentuk telur adalah bulat dan transparan dengan garis tengah sekitar 0,80 -0,85 mm. Telur yang telah dibuahi akan menetas menjadi benih yang aktif berenang. Benih inilah yang umum tertangkap oleh nelayan. Kelimpahan benih ikan kerapu ini sepanjang tahun tidak sama. Kelimpahan yang paling tinggi disekitar Teluk Banten terjadi pada bulan Februari sampai April. 3. TEKNIK PEMBENIHAN 1. Sarana Pembenihan 1. Induk sebanyak 5 ekor betina dan 2 ekor jantan. Induk jantan berukuran panjang 77 - 78 cm dan berat 9,5 - 11 kg/ekor. Induk betina berukuran panjang 60 - 70 cm dan berat 5,3 - 7,8 kg/ekor. 2. Pakan induk berupa ikan segar dari jenis selar, japuh dan jantan yang kandungan proteinnya tinggi dan kandungan lemaknya rendah. 3. Kurungan apung untuk pemeliharaan induk berukuran 3 x 3 x 3 m 3 . 4. Bak pemijahan dengan kapasitas 100 ton. 5. Bak penetasan sekaligus juga merupakan bak pemeliharaan larva yang berukuran 4 x 1 x 1 m 3 terbuat dari beton, berbentuk empat persegi panjang. 2. Metoda Metoda yang digunakan adalah manipulasi lingkungan. Untuk merangsang terjadinya perkawinan antara jantan dengan induk betina matang kelamin digunakan metoda manipulasi lingkungan di bak terkontrol. Teknik pemijahan dengan manipulasi lingkungan ini dikembangkan berdasarkan pemijahan ikan kerapu di alam, yaitu dengan rangsangan atau kejutan faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kadar garam, kedalaman air dan lain-lain. Pemijahan mengikuti fase peredaran bulan; pada saat bulan terang atau bulan gelap. 3. Pemeliharaan Induk Induk ikan kerapu yang dipijahkan dipelihara di laut dalam kurungan apung dengan padat penebaran induk 7,5 - 10 kg/m 3 . Pakan yang diberikan berupa ikan rucah segar berkadar lemak rendah. Diluar pemijahan ikan, takaran pakan yang diberikan sebesar 3 - 5% dari total berat badan ikan/hari, sedangkan pada musim pemijahan diturunkan menjadi 1%. Disamping itu diberikan pula vitamin E dengan dosis 10 - 15 mg/ekor/minggu.
  • 3. 4. Sex reversal Kerapu termasuk ikan yang "hermaprodit protogyni", yaitu pada kehidupan awal belum ditentukan jenis kelaminnya. Sel kelamin betina terbentuk setelah berumur 2 tahun dengan panjang 50 cm dan berat 5 kg. Sel kelamin betina berubah menjadi sel kelamin jantan pada umur 4 tahun dengan panjang tubuh sekitar 70 cm dan berat 11 kg. Ada kenyataannya lebih banyak ditemui ikan kerapu jantan atau mempercepat perubahan kelamin dari betina ke jantan dapat dipacu/dirangsang dengan hormon testosteron. Pemberian hormon testosteron dilakukan secara oral melalui makan setiap minggu, diikuti dengan penambahan multivitamin. Takaran yang diberikan adalah : Hormon testosteron 2 mg/kg induk Multivitamin 10 mg/kg induk 5. Seleksi Induk Kematangan kelamin induk jantan ikan kerapu diketahui denan cara mengurut bagian perut ikan (stripping) ke arah awal sperma yang keluar warnan putih susu dan jumlahnya banyak diamati untuk menentukan kualitasnya. Kematangannya kelamin induk betina diketahui dengan cara kanulasi, yaitu memasukkan selang plastik ke dalam lubang kelamin ikan, kemudian dihisap. Telur yang diperoleh diamati untuk mengetahui tingkat kematangannya, garis tengah (diameter) telor diatas 450 mikron. 6. Pemijahan 1. Induk kerapu matang kelamin dipindahkan ke bak pemijahan yang sebelumnya telah diisi air laut bersih dengan ketingian 1,5 m dan salinitas + 32 ‰. 2. Manipulasi lingkungan dilakukan menjelang bulan gelap yaitu dengan cara menaikkan dan menurunkan permukaan/tinggi air setiap hari. Mulai jam 09.00 sampai jam 14.00 permukaan air diturunkan sampai kedalaman 40 cm dari dasar bak. Setelah jam 14.00 permukaan air dikembangkan ke possisi semula (tinggi air 1,5 m). Perlakuan ini dilakukan terus menerus sampai induk memijah secara alami. 3. Rangsangan hormonal induk kerapu matang kelamin disuntik dengan hormon Human Chorionic Gonadotropin (HGG) dan Puberogen untuk merangsang terjadinya pemijahan. Takaran hormon yang diberikan adalah :  HGG 1.000 - 2.000 IU/kg induk  Puberogen 150 - 225 RU/kg induk 4. Pengamatan pemijahan ikan dilakukan setiap hari setelah senja sampai malam hari. Pemijahan umumnya terjadi pada malam hari antara jam 22.00 - 24.00 WIB. Diduga musim pemijahannya terjadi 2 kali bulan Juni -September dan bulan Nopember - Januari. 5. Bila diketahui telah terjadi pemijahan, telur segera dipanen dan dipindahkan ke bak penetasan.bak pemeliharaan larva. 7. Penetasan telur Bak yang dipergunakan untuk penetasan telur sekaligus juga merupakan bak pemeliharaan larva, terbuat dari beton, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 4 x 1 x 1 m³ . Tiga hari sebelum bak penetasan/bak pemeliharaan larva digunakan, perlu dipersiapkan dahulu dengan cara dibersihkan dan dicuci hamakan memakai larutan chlorine (Na OCI) 50 - 100 ppm. Setelah itu dinetralkan dengan penambahan larutan Natrium thiosulfat sampai bau yang ditimbulkan oleh chlorine hilang. Air laut dengan kadar garam 32 ‰ dimasukkan ke dalam bak, satu hari sebelum larva dimasukkan dengan maksud agar suhu badan stabil berkisar antara 27 - 28°C. Telur hasil pemijahan
  • 4. dikumpulkan dengan sistim air mengalir. Telur yang dibuahi akan mengapung dipermukaan air dan berwarna jernih (transparan). Sebelum telur ditetaskan perlu direndam dalam larutan 1 - 5 ppm acriflavin untuk mencegah serang bakteri. Padat penebaran telur di Bak Penetasan berkisar 20 - 60 butir/liter air media. Ke dalam bak penetasan perlu ditambahkan Chlorella sp sebanyak 50.000 -100.000 sel/ml untuk menjaga kualitas air. Telur akan menetas dalam waktu 18 - 22 jam setelah pemijahan pada suhu 27 - 28°C dan kadar garam 30 - 32 ‰. Gambar 1. Grafik Prosentase Telur yang Dibuahi 4. PERKEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN LARVA 1. Perkembangan Larva Larva yang baru menetas terlihat transparan, melayang-melayang dan gerakannya tidak aktif serta tampak kuning telur dan oil globulenya. Larva akan berubah bentuk menyerupai kerapu dewasa setelah berumur 31 hari. Gambar 2. Perkembangan Bentuk Larva Ikan Kerapu
  • 5. Adapun perkembangan larva kerapu dari umur 1 hari (D1) sampai umur 31 hari (D31) dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Perkembangan larva ikan kerapu. Hari Tahap Perkembangan Panjang (mm) ke D1 Larva baru menetas transparan, melayang dan tidak aktif. 1,89 - 2,11 D3 Timbul bintik hitam di kepala dan pangkal perut. 2,14 - 2,44 D7-8 Timbul calon sirip punggung yang keras dan panjang. 7,98 - 8,96 D9-11 Timbul calon sirip punggung yang keras dan panjang. 15,88 - 17,24 D15- Duri memutih, bagian ujung agak kehitaman 17,2 - 18,6 17 D23- Sebagian duri mengalami reformasi dan patah, pada bagian ujung 20,31 - 22,64 26 tumbuh sirip awal lunak Sebagian larva yang pertumbuhannya capat telah berubah menjadi D29- burayak (juvenil), bentuk dan warnanya telah menyerupai ikan 22,40 - 23,42 31 dewasa. 2. Masa kritis kedua dijumpai pada waktu larva berumur 8 hari (D8) memasuki umur 9 hari (D9), dimana pada saat itu mulai terjadi perubahan bentuk tubuh yang sangat panjang dan spesifik, sampai pada hari ke 20 (D20) larva berkembang dengan baik dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda kematian, akan tetapi memasuki hari ke 22 (D22), 23
  • 6. (D23) sebagian dari larva baik yan masih kecil maupun yang sudah besar mulai nampak adanya kematian. Diawali dengan adanya gerakan memutar (whirling) yang tidak terkendali kemudian terbalik lalu mati. Pada kasus tersebut diupayakan dengan cara merubah pakan Artemia dengan kandungan W3 HUFA yang lebih tingi. Dari kasus ini tentunya dapat diajukan suatu hepotesa sementara bahwa kurannya unsur tertentu pada larva kerapu dalam waktu yang cukup lama akan mempengaruhi kondisi fisik dan kelangsungan hidup larva. 3. Pemeliharaan Larva Larva kerapu yang baru menetas mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur. Pakan ini akan dimanfaatkan sampai hari ke 2 (D2) setelah menetas dan selama kurun waktu tersebut larva tidak memerlukan dari luar. Umur 3 hari (D3) kuning telur mulai terserap habis, perlu segera diberi pakan dari luar berupa Rotifera Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 - 3 ekor/ml. Disamping itu ditambahkan pula Phytoplankton chlorella sp dengan kepadatan antara 5.10 - 10 sel/ml. Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari (D16) dengan penambahan secara bertahap hingga mencapai kepadatan 5 - 10 ekor/ml plytoplankton 10 - 2.10 sel/ml media. Pada hari kesembilan (D9) mulai diberi pakan naupli artemia yang baru menetas dengan kepadatan 0,25 - 0,75 ekor/ml media. Pemberian pakan naupli artemia ini dilakukan sampai larva berumur 25 hari (D25) dengan peningkatan kepadatan hingga mencapai 2 - 5 ekor/ml media. Disamping itu pada hari ke tujuh belas (D17) larva mulai diberi pakan Artemia yang telah berumur 1 hari, kemudian secara bertahap pakan yang diberikan diubah dari Artemia umur 1 hari ke Artemia setengah dewasa dan akhirnya dewasa sampai larva berumur 50 hari. Skema jenis dan pemberian pakan larve kerapu dapat dilihat pada Gambar 3. Pemberian pakan dengan cincangan daging ikan mulai dicoba pada saat metamorfosa larva sempurna menjadi benih ikan kerapu. Gambar 3. Skema Jenis dan Pakan Pemberian Pakan Larve Ikan Kerapu
  • 7. 5. PENGELOLAAN KUALITAS AIR Bak penetasan telur yang sekaligus merupakan bak pemeliharaan larva perlu dijaga kualitas airnya dengan penambahan phytoplankton Chlorella, dengan kepadatan 5.10 3 - 10 4 sel/ml. Phytoplankton akan menggeliminir pembusukkan yang ditimbulkan oleh telur yang tidak menetas dan sisa cangkang telur yang ditinggalkan. Pembersihan dasar bak dengan cara penyiponan dilakukan pada hari pertama dengan maksud untuk membuang sisa-sisa telur yang tidak menetas dan cangkang telur. Penggantian air dilaksanakan pertama kali pada saat larva berumur 6 hari (D6) yaitu sebanyak 5 - 10%. Penggantian air dilakukan setiap hari dan dengan bertambahnya umur larva, maka volume air yang perlu diganti juga semakin banyak. Pada saat larva telah berumur 30 hari (D30) pengganti air dilakukan sebanyak 20% dan bila larva telah berumur 40 hari (D40) air yang diganti sebanyak 40%. Prosentase pengantian air selama pemeliharaan larve kerapu dapat dilihat pada gambar 4. Gambar 4. Prosentase Penggantian Air 6. DAFTAR PUSTAKA 1. Kisto Mintardjo dan Sigit B, "Pemijahan Ikan Kerapu (Epinephelus tauvina) Dengan Manipulasi Lingkungan", Buletin Budidaya Laut No. 2, Balai Budidaya Laut Lampung, Ditjen Perikanan, 1991. 2. Sigit Budileksono dan Yayan Sofyan, "Pemijahan Alami Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Bak Terkontrol", Buletin Budidaya, 1993. 3. Anonimus, "Teknologi Reproduksi Ikan Kerapu (Epinephelus sp)", Riset dan Teknologi Balai Budidaya Laut Lampung, Ditjen Perikanan, 1993. 4. Sigit Budileksono, " Pembenihan Ikan Kerapu di Balai Budidaya Laut Lampung", Ditjen Perikanan, 1995. 7. SUMBER Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus), Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta, 1996.
  • 8. 8. KONTAK HUBUNGAN Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta PEMELIHARAAN LARVA 1. PENDAHULUAN 1. 1) Latar belakang Beberapa jenis ikan laut yang bernilai ekonomis telah banyak dibudidayakan dalam kurungan apung. Salah satu jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan kerapu (Epinephelus sp). Ikan kerapu merupakan ikan ekonomis penting yang berpeluang baik dan populer dipasarkan domestik dan luar negeri. Jenis-jenis ikan kerapu tersebut diantaranya adalah kerapu lumpur, kerapu macan, kerapu malabar, kerapu sunu, kerapu totol. Diantara jenis-jenis kerapu tersebut yang sudah umum dan banyak dibudidayakan antara lain kerapu macan. Dengan semakin banyaknya permintaan ikan kerapu untuk pasaran domestik dan internasional, maka benih yang selama ini berasal dari alam akan sulit dipenuhi sehingga perlu mulai dialihkan ke usaha pembenihan buatan. Keberhasilan Balai Budidaya Laut dalam melaksanakan pemijahan ikan kerapu merupakan langkah awal dalam mata rantai sistem budidaya, yang antara lain meliputi pemeliharaan larva, pendederan dan selanjutnya sampai ukuran konsumsi. Teknik pemeliharaan larva ini salah satu sistim rantai budidaya yang penting bagi kelanjutan keberhasilan benih untuk dibudidayakan. Keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh teknik pemeliharaan larva, pola penyediaan pakan alami yang tepat untuk ukuran, jumlah dan waktu. 2. 2) Pemilihan Lokasi 1. a. Dasar perairan laut berpasir atau berkarang. 2. b. Bebas dari pencemaran. 3. c. Jernih sepanjang tahun. 4. d. Mudah komunikasi. 2. TEKNIK PEMBENIHAN 1. 1) Bak Pemeliharaan Larva 1. a. Bak pemeliharaan, bak beton berbentuk 4 persegi panjang, ukuran 4 x 1 x 1 m³. 2. b. Bak pemeliharaan ini juga merupakan bak untuk penetasan telur. 3. c. Larutan chlorine (Na OCI) 50 ~ 100 ppn, untuk mensuci hamakan bak pemeliharaan. 4. d. Larutan Natrium Thiosulfat untuk menetralkan dan menghilangkan bau dari chlorine. 5. e. Air laut dimasukkan ke dalam bak satu hari sebelum larva dimasukkan, kadar garam air laut 30 ~ 32‰ suhu air 27 ~ 28°C. 6. f. Bak makanan alami. 2. 2) Perkembangan Larva Larva baru yang baru menetas terlihat transparan, melayang-layang dan erakannya tidak
  • 9. aktif serta tampak kuning telur dan oil glonulenya. Larva akan berubah bentuk menyerupai kerapu lumpur dewasa setelah berumur 31 hari. Masa krisis pertama larva kerapu dialami pada waktu berumur 2 hari (D2) memasuki umur 3 hari (D3), dimana pada saat itu kandungan kuning telur telah mulai menipis dan terserap habis. Setelah cadangan pakan tersebut habis, maka pemenuhan pakan yang sesuai dengan ukuran mulut dan nilai gizi pakan mutlak diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup larva. Masa krisis ini akan berlangsung sampai dengan hari ke 6 (D6), dikarenakan terjadi perubahan cara hidup dari larva yang semula gerakannya aktif. Larva harus aktif mencari makan dari luar karena kandungan kuning telur yang merupakan cadangan pakan telah habis. Untuk pemberian pakan yang sesuai baik jenis, maupun kandungan gizinya mutlak diperlukan. Larva yang telah melewati umur 6 hari (D6) mempunyai peluang untuk hidup lebih besar, karena hampir semua larva yang bertahan hidup telah mampu mencari pakan yang tersedia disekelilingnya, Masa krisis kedua dijumpai pada waktu larva berumur 8 hari (D8) memasuki umur 9 hari (D9), dimana pada saat itu mulai terjadi perubahan bentuk tubuh sangat panjang dan spesifik, sampai pada hari ke 20 (D20) larva berkembang dengan baik dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda kematian, akan tetapi memasuki hari ke 22 (D22), 23 (D23) sebagian dari larva baik yan masih kecil maupun yang sudah besar mulai nampak adanya kematian. Diawali dengan adanya gerakan memutar (whirling) yang tidak terkendali kemudian terbalik lalu mati. 3. 3) Pemeliharaan Larva Larva kerapu mempunyai kuning telur sebagai cadangan makanan sampai larva berumur 2 hari. Umur 3 hari kuning telur mulai terserap habis, perlu diberi pakan dari luar berupa: 1. a. Rotifera Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 - 3 ekor/ml 2. b. Phytoplankton chlorella sp dengan kepadatan 10 4 - 10 5 sel/ml. Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari dengan penambahan secara bertahap rotifera sampai kepadatan 5 ~ 10 ekor/ml plytoplankton 10 5 -2.10 5 sel/ml media. Umur 9 hari mulai diberi pakan naupli artemia yang baru menetas dengan kepadatan 0,25 ~ 0,75 ekor/ml media, pakan diberikan sampai larva berumur 25 hari dengan peningkatan kepadatan mencapai 2 ~ 5 ekor/ml media. Umur 17 hari larva dicoba diberi pakan artemia yang telah berumur 1 hari kemudian secara bertahap diubah dari artemia berumur 1 hari ke artemia setengah dewasa dan akhirnya artemia dewasa sampai larva berumur 50 hari. Setelah larva berumur 29 - 31 hari berubah menjadi benih aktif, menyerupai kerapu dewasa. Pada saat ini mulai dicoba pemberian pakan dengan cincangan daging ikan.
  • 10. Gambar 2. Skema Jenis dan Pemberian Pakan Larva Ikan Kerapu 3. 4) Pengelolaan Kualitas Air Bak penetasan telur yang sekaligus merupakan bak pemeliharaan larva dengan penambahan phytoplankton Chlorella, dengan kepadatan 5.10 3 -10 4 sel/ml. Phytoplankton akan menggeliminir pembusukkan yang ditimbulkan oleh telur yang tidak menetas dan sisa cangkang telur yang ditinggalkan. Pembersihan dasar bak dengan cara penyiponan dilakukan pada hari pertama dengan maksud untuk membuang sisa-sisa telur yang tidak menetas dan cangkang telur. Penggantian air dilaksanakan pertama kali pada saat larva berumur 6 hari (D6) yaitu sebanyak 5 - 10%. Penggantian air dilakukan setiap hari dan dengan bertambahnya umur larva, maka volume air perlu diganti juga semakin banyak. Pada saat larva telah berumur 30 hari (D30) pengganti air dilakukan sebanyak 20% dan bila larva telah berumur 40 hari (D40) air yang diganti sebanyak 40%. Gambar 4. Prosentase Penggantian Air 3. SUMBER Brosur Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutaftus): Pemeliharaan Larve, Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, 1996
  • 11. 4. KONTAK HUBUNGAN Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian