SlideShare a Scribd company logo
1 of 137
Download to read offline
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                2010

                                      Kata Pengantar


 Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dengan 33 Universitas Negeri di
 Indonesia yang diawali dengan penandatanganan Nota kesepahaman pada hari Kamis
 Tanggal Dua Puluh Mei tahun Dua Ribu Sepuluh, telah memasuki tahun ketiga dalam
 agenda melakukan evaluasi kinerja pembangunan daerah. Universitas Pattimura sebagai
 perguruan tinggi negeri yang berada di Provinsi Maluku dipercayakan melakukan Evaluasi
 Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) di Provinsi Maluku. Pada tahun 2010 ini kegiatan
 difokuskan pada dua hal yang pertama adalah membandingkan perencanaan dan strategi
 pembangunan dengan menjandingkan RPJMN dan RPJM Daerah Maluku, untuk melihat
 relevansi dan konsistensi dan arah perencanaan pembangunan secara nasional dan daerah,
 dan kedua mengevaluasi kinerja pembangunan berdasarkan kecenderungan yang terjadi
 dan menganalisis mengapa dan bagaimana kondisi pembangunan daerah yang terjadi.


 Tim EKPD melakukan pendekatan dengan Pemerintah Provinsi Maluku dalam hal ini
 Sekertaris Daerah Maluku, dan sosialisasi kepada Ketua Badan Perencanaan Pembanguan
 Daerah (BAPPEDA) Provinsi Maluku dan staf. Berdasarkan pertemuan sosialisasi tersebut
 telah dilakukan pertemuan dengan Gubernur Provinsi Maluku dan secara bersama dengan
 Sekertaris Bappeda merencanakan pelaksanaan FGD dengan SKPD terkait dan instansi
 vertikal, yang diselenggara selama dua kali dalam bulan Juli 2010.


 Kinerja pembangunan daerah diukur dari indikator-indikator kinerja pada bidang utama
 pembangunan yakni Mewujudkan Indonesia yang aman dan damai; Mewujudkan Indonesia
 yang adil dan demokratis dan Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat.                  Indikator dipakai
 sebagai basis dalam melakukan evaluasi kinerja pembangunan oleh tim evaluasi. Indikator
 kinerja adalah uraian ringkas yang menggambarkan tentang suatu kinerja yang diukur dalam
 pelaksanaan suatu kebijakan terhadap tujuannya. Indikator merupakan ukuran kuantitatif
 dan kualitatif, dalam perumusan indikator yang harus memenuhi asumsi keterukuran.


 Indikator EKPD 2010 berdasarkan tujuan dan sasaran pembangunan daerah adalah berupa
 indikator dampak (impact) yang capaiannya didukung melalui pencapaian indikator hasil
 (outcome).   Parameter yang memenuhi lima kaidah untuk menentukan indikator tersebut


                                                    Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       i 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                2010

 adalah: Specific, yakni dapat diidentifikasi dengan jelas; Measurable, jelas dan dapat diukur
 dengan skala penilaian tertentu yang disepakati, berupa ukuran kuantitas, kualitas dan biaya;
 Attainable, dapat dicapai; Relevant, mencerminkan keterkaitan secara langsung dan logis
 antara target output dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan; dan Timely, yakni
 tepat waktu.


 Dalam penyelenggaraan evaluasi ini yang menjadi kendala utama adalah sulitnya
 memperoleh data dari berbagai instansi (SKPD) terutama instansi vertikal seperti kepolisian
 dan kejaksaan, walaupun melalui pendekatan yang lebih persuasif data dapat dikumpulkan
 dan dianalisis. Diharapkan laporan EKPD Provinsi Maluku ini dapat menjadi dokumen yang
 berharga yang menggambarkan kondisi riil di Maluku dan juga bermanfaat bagi Pemerintah
 Provinsi Maluku dalam mengambil kebijakan dan keputusan strategis dalam membuat
 perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah di Maluku dengan baik, sehingga
 upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah Maluku dapat terwujud.




                                                          Ambon, 2 Desember 2010
                                                        Rektor Universitas Pattimura




                                                       Prof. Dr. H. B. Tetelepta, M.Pd
  


  




                                                    Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       ii 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                                                        2010

                                                                    Daftar Isi
  
     Kata Pengantar ...........................................................................................................             i
     Daftar Isi .....................................................................................................................     iii
     BAB I.           PENDAHULUAN ......................................................................................                   1
                      A.     Latar Belakang ..................................................................................             1
                      B.     Tujuan dan Sasaran ..........................................................................                 2
                      C.     Keluaran ............................................................................................         3


     BAB II.          HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009 ......................                                                    4
                      A.     AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN
                             DAN DAMAI ......................................................................................              4
                             1.     Indikator ......................................................................................       4
                             2.     Analisis Pencapaian Indikator ...................................................                      4
                             3.     Rekomendasi Kebijakan ............................................................                    11
                      B.     AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN
                             DEMOKRATIS .................................................................................                 11
                             1.     Indikator ..................................................................................          11
                             2.     Analisis Pencapaian Indikator ...................................................                     12
                             3.     Rekomendasi Kebijakan .............................................................                   20
                      C.     AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT ..............                                                      21
                             1.     Indikator ..................................................................................          21
                             2.     Analisis Pencapaian Indikator ..................................................                      22
                             3.     Rekomendasi Kebijakan ..........................................................                      76
                      D.     KESIMPULAN ...............................................................................                   79


     BAB III.         RELEVANSI RPJMN 2010-2014 DENGAN RPJMD PROVINSI .............                                                       81
                      1.     Pengantar .........................................................................................          81
                      2.     Tabel 2. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional ..........                                          83
                      3.     Rekomendasi ....................................................................................            127
                             a.     Rekomendasi Terhadap RPJMD Provinsi ................................                                 127
                             b.     Rekomendasi Terhadap RPJMN ...............................................                           128


                                                                                    Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon                    iii 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                                         2010

     BAB IV.   KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .....................................................                           129
               1.   Kesimpulan .......................................................................................    129
               2.   Rekomendasi ....................................................................................      130


     LAMPIRAN
  
  




                                                                       Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon                 iv 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                               2010

                                  BAB I PENDAHULUAN


 A. Latar Belakang
        Pembangunan daerah di Provinsi Maluku merupakan bagian yang tidak terpisahkan
 dari pembangunan nasional, pada hakekatnya pembangunan daerah di Provinsi Maluku
 adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa
 depan daerah yang lebih baik dan kesejahteraan bagi semua masyarakat.
        Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 32 tahun 2004 yang menegaskan bahwa
 Pemerintah Daerah diberikan kewenangan secara luas untuk menentukan kebijakan dan
 program pembangunan di daerah masing-masing.
        Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2010 di Provinsi Maluku dilaksanakan
 untuk menilai relevansi dan efektivitas   kinerja pembangunan daerah di Provinsi Maluku
 dalam rentang waktu 2004-2009. Evaluasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah
 pembangunan daerah di Provinsi Maluku telah mencapai tujuan/sasaran yang diharapkan
 dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari pembangunan daerah tersebut.
        Kegiatan evaluasi merupakan salah satu dari empat tahapan perencanaan
 pembangunan yang meliputi penyusunan, penetapan, pengendalian perencanaan serta
 evaluasi pelaksanaan perencanaan. Sebagai suatu tahapan perencanaan pembangunan,
 evaluasi harus dilakukan secara sistematis dengan mengumpulkan dan menganalisis data
 serta informasi untuk menilai sejauh mana pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja
 pembangunan tersebut dilaksanakan. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang
 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 telah
 selesai dilaksanakan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2006 tentang
 Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, pemerintah
 (Bappenas) berkewajiban untuk melakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana pelaksanaan
 RPJMN tersebut. Saat ini telah ditetapkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang
 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010–2014. Siklus
 pembangunan jangka menengah lima tahun secara nasional tidak selalu sama dengan siklus
 pembangunan 5 tahun di daerah. Sehingga penetapan RPJMN 2010-2014 ini tidak
 bersamaan waktunya dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
 Provinsi Maluku. Hal ini menyebabkan prioritas-prioritas dalam RPJMD tidak selalu mengacu
 pada prioritas-prioritas RPJMN 2010-2014. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi relevansi
 prioritas/program antara RPJMN dengan RPJMD Provinsi Maluku. Di dalam pelaksanaan
                                                   Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       1 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                               2010

 evaluasi ini, dilakukan dua bentuk evaluasi yang berkaitan dengan Rencana Pembangunan
 Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Yang pertama adalah evaluasi atas pelaksanaan
 RPJMN 2004-2009 dan yang kedua penilaian keterkaitan antara RPJMD Provinsi Maluku
 dengan RPJMN 2010-2014. Metode yang digunakan dalam evaluasi pelaksanaan RPJMN
 2004-2009 adalah Evaluasi ex-post untuk melihat efektivitas (hasil dan dampak terhadap
 sasaran) dengan mengacu pada tiga agenda RPJMN 2004 - 2009 yaitu agenda Aman dan
 Damai; Adil dan Demokratis; serta Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Untuk
 mengukur kinerja yang telah dicapai pemerintah atas pelaksanaan ketiga agenda tersebut,
 diperlukan identifikasi dan analisis indikator pencapaian. Sedangkan metode yang digunakan
 dalam evaluasi relevansi RPJMD Provinsi Maluku dengan RPJMN 2010-2014 adalah
 membandingkan keterkaitan 11 prioritas nasional dan 3 prioritas lainnya dengan prioritas
 daerah. Selain itu juga mengidentifikasi potensi lokal dan prioritas daerah yang tidak ada
 dalam RPJMN 2010-2014. Adapun prioritas nasional dalam RPJMN 2010-2014 adalah 1)
 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola, 2) Pendidikan, 3) Kesehatan, 4) Penanggulangan
 Kemiskinan, 5)Ketahanan Pangan, 6) Infrastruktur, 7) Iklim Investasi dan Iklim Usaha, 8)
 Energi, 9) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana, 10) Daerah Tertinggal, Terdepan,
 Terluar, & Pasca-konflik, 11) Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi dan 3 prioritas
 lainnya yaitu 1) Kesejahteraan Rakyat lainnya, 2) Politik, Hukum, dan Keamanan lainnya, 3)
 Perekonomian lainnya.
        Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari sisi prioritas pembangunan sebagai hasil
 sandingan RPJMN dan RPJMD Maluku memperlihatkan bahwa prioritas pembangunan di
 Daerah Maluku sebagian besar yakni sekitar 70% sudah sesuai dengan prioritas
 pembangunan nasional walaupun tidak konsisten dalam urutan prioritasnya, hal ini
 disebabkan londisi daerah Maluku berupa daerah kepulauan memiliki spesifikasi yang
 berbeda dengan daerah provinsi lainnya.
        Kinerja pembangunan di Daerah Maluku yang ditunjukkan oleh berbagai indikator
 memperlihatkan bahwa indikator pada agenda Aman dan Damai memperlihatkan kondisi
 yang cukup menggembirakan dengan capai-capaian yang signifikan. Selanjutnya agenda
 Adil dan Demokratis memperlihatkan hal yang sama dengan agenda aman dan damai yaitu
 secara bertahap terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Sebaliknya
 agenda meningkatkan kesejahteraan rakyat, berdasarkan indikator-indikator yang ada
 ternyata masih terdapat masalah pembangunan yang belum dapat meningkatkan


                                                   Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       2 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                   2010

 kesejahteraan rakyat, terutama masih besarnya angka gizi buruk, angka kematian bayi,
 angka kemiskinan dan pengangguran.
         Atas dasar kondisi riil tersebut Laporan      EKPD Provinsi Maluku 2010 diharapkan
 dapat memberikan umpan balik dalam perencanaan pembangunan daerah demi perbaikan
 kualitas perencanaan di Provinsi Maluku. Selain itu, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai
 dasar bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan pembangunan daerah Provinsi Maluku..


 B. Tujuan dan Sasaran
 Tujuan kegiatan ini adalah:
        Untuk melihat sejauh mana pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dapat memberikan
         kontribusi pada pembangunan di Provinsi Maluku;
        Untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan prioritas/program (outcome) dalam
         RPJMN     2010-2014      dengan   prioritas/program      yang      ada     dalam          Rencana
         Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Maluku.
 Sasaran yang diharapkan dari kegiatan ini meliputi:
        Tersedianya data/informasi dan penilaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di Provinsi
         Maluku;
        Tersedianya data/informasi dan penilaian keterkaitan RPJMD Provinsi Maluku dengan
         RPJMN 2010-2014.


 C. Keluaran
 Keluaran yang diharapkan dari EKPD 2010 adalah
        Tersedianya dokumen evaluasi pencapaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 untuk
         Provinsi Maluku,      tersedianya dokumen evaluasi keterkaitan RPJMN 2010-2014
         dengan RPJMD Provinsi Maluku




                                                       Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon          3 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                2010

                BAB II HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009


 A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI
 1. Indikator
        Indikator pada agenda pembangunan Indonesia yang aman dan damai adalah indeks
 kriminalitas, persentase penyelesaian kasus kejahatan konvensional, dan persentase
 penyelesaian kasus kejahatan transnasional. Pada bagian ini, karena indikator indeks
 kriminalitas sangat sulit untuk diperoleh maka indikator ini diganti dengan indikator tindak
 kriminal dan kejahatan.


 2. Analisis Pencapaian Indikator
        Analisis pencapaian setiap indikator pada agenda ini akan diuraikan untuk setiap
 indikatornya sebagai berikut.
 2.1. Tindak Kriminal dan Kejahatan
        Indikator yang digunakan untuk membahas bidang ini adalah Tindak Kriminal dan
 Tindak Kejahatan yang terjadi di Maluku sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Hal
 ini disebabkan data yang tersedia belum dikonversi menjadi indeks kriminalitas. Berdasarkan
 Tabel 1 berikut dapat dijelaskan sejak tahun 2005 dengan jumlah tindak kriminal dan
 kejahatan sebanyak 1134 kasus sesuai yang dilaporkan merangkak naik menjadi 1219 kasus
 pada tahun 2006 dan selanjutnya terjadi peningkatan jumlah tiap tahunnya yakni tahun 2007
 sebanyak 1599 kasus, tahun 2008 sebanyak 2355 kasus dankemudian agak menurun pada
 tahun 2009 menjadi sebanyak 2269 kasus sebagaimana dilaporkan oleh berbagai Markas
 Kepolisian Resort di seluruh Provinsi Maluku kepada Kapolda Maluku.




                                                    Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       4 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                  2010

             Tabel 1. Tindak Kriminalitas Dan Tindak Kejahatan Di Maluku (2005-2009)

                                           Tindak Kriminal Tahun -
                BULAN
                                2005        2006        2007         2008        2009
             Januari            111          49          151         120          241
             Februari           112          85          112         176          211
             Maret              135          69          117         147          141
             April               72         150          109         195          114
             Mei                 76          78          206         271          190
             Juni                70         195          129         179          191
             Juli                71          65          150         213          173
             Agustus             67          52          143         212          222
             September           56         148           81         162          194
             Oktober            111         181          136         178          198
             November           151          73          101         240          210
             Desember           102          74          164         262          184
             Jumlah             1134        1219        1599         2355        2269
            Sumber: Polda Maluku 2010



        Tindak kriminal dan tindak kejahatan yang terjadi di Provinsi Maluku sejak tahun 2005
 sampai dengan 2009 umumnya didominasi oleh terjadinya tindak kekerasan bersama, akibat
 dari perkelahian antar kampung dan juga konflik antar masa pendukung calon pimpinan
 daerah pada saat pemilihan kepala daerah.         Selain itu kasus-kasus penganiayaan juga
 banyak terjadi akibat dari masalah ekonomi dan kekerasan dalam rumah tangga. Angka
 tindak kriminalitas tertinggi terjadi pada tahun 2008 didominasi oleh penganiayaan dan
 kekerasan bersama akibat dari masalah ekonomi, batas tanah antar kampung, kekerasan
 bersama konflik antar kampung dan juga akibat dari penyelenggaraan pemilihan kepala
 daerah. Terjadi 190 kasus penganiayaan berat, diikuti ole 114 kasus kekerasan bersama
 yang dilakukan oleh massa antar kampung dan massa antar kelompok pendukung pemilihan
 kepala daerah. Pada tahun 2009 kasus-kasus tindak kriminal menurun walaupun belum
 signifikan, karena kasus kriminal yang terjadi adalah tindakan kekerasan bersama lebih dari
 110 kasus diikuti penganiayaan berat sebanyak 98 kasus. Secara grafik dapat diperlihatkan
 dengan Gambar 1 berikut ini.




                                                      Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       5 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                     2010




                Gambar 1. Grafik Tindak Kriminal Dan Tindak Kejahatan Di Provinsi Maluku


 2.2. Persentase penyelesaian kasus kejahatan konvensional
         Data penyelesaian kasus kejahatan konvensional dapat diperlihatkan dengan Tabel 2
 berikut ini.
                          Tabel 2. Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional

                                        Penanganan Tindak Kriminal Tahun -
                        BULAN
                                        2005     2006     2007      2008        2009
                     Januari             17       22       60        48         108
                     Februari            45       35       27        73         122
                     Maret               27       37       39        44          96
                     April               21       94       32        71         106
                     Mei                 33       44       35        93          94
                     Juni                28      130       53        83          73
                     Juli                37       26       68       108          89
                     Agustus             25       22       60       106         110
                     September           23      107       15        88          92
                     Oktober             11      149       44        65          91
                     November           107       19       68       106         111
                     Desember            55       38       29       125         113
                     Jumlah             429      723       530      1010        1205
                   Sumber: Polda Maluku (2010)

                                                         Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       6 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                 2010

         Berdasarkan data pada Tabel 2 Penyelesaian Tindak Pidana dan Kejahatan
 konvensional menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi angka penyelesaian, pada tahun 2005
 dari 1134 kasus dapat diselesaikan 429 kasus, selanjutnya pada tahun 2006 terjadi kenaikan
 penyelesaian menjadi 723 dari 1219 kasus yang dilaporkan, walaupun demikian pada tahun
 2007 penyelesaian kasus menurun menjadi hanya 530 dari 1599 kasus yang dilaporkan dan
 selanjutnya meningkat pada tahun 2008 menjadi 1010 kasus dari 2355 kasus yang
 dilaporkan dan meningkat lagi menjadi 1205 kasus yang dapat diselesaikan dari 2269 kasus
 yang dilaporkan. Disini dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kasus dari tahun ke tahun
 namun tidak diikuti dengan penyelesaian kasus pada tahun yang bersangkutan sehingga
 terjadi penumpukan dari tahun ke tahun.
         Penanganan kasus tindak kejahatan konvensional memperlihatkan kenaikan jumlah
 yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, walaupun demikian setiap tahun kasus yang
 terjadi tidak tuntas dapat diselesaikan sehingga terjadi akumulasi tidak selesainya kasus dari
 tahun ke tahun. Berdasarkan hasil evaluasi dari informasi yang diperoleh, sebagian besar
 kasus yang belum dapat ditangani adalah kasus kejahatan yang terjadi di daerah kabupaten.
 Kasus kejahatan terbanyak terdapat di Kabupaten Maluku Tengah, dan dengan jumlah
 aparat kepolisian yang belum memadai jumlahnya maka merupakan kendala utama dalam
 menyelesaikan kasus-kasus kejahatan tersebut.
         Persentase penyelesaian kasus tindak kejahatan di Provinsi Maluku adalah sebesar
 37% pada tahun 2005, naik menjadi 59% pada tahun 2006, selanjutnya hanya mencapai
 33% pada tahun 2007, dan menjadi 42% pada tahun 2008 kemudian sebesar 53% pada
 tahun 2009.    Lambatnya penyelesaian kasus juga berdampak pada makin maraknya
 kejahatan baru yang mungkin saja terjadi akibat dari ketidak puasan masyarakat terhadap
 kinerja aparat keamanan di daerah-daerah. Masih rendahnya rasio jumlah aparat kepolisian
 dengan banyaknya jumlah penduduk yang harus dilayani juga merupakan faktor lambatnya
 penyelesaian kasus-kasus tersebut. Secara ringkas dapat diperlihatkan dengan Gambar 2
 berikut ini.




                                                     Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       7 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                               2010




                  Gambar 2. Grafik Penanganan Tindak Kejahatan Konvensional


 2.3. Persentase penyelesaian kasus kejahatan transnasional.
        Data dan informasi tentang tindak kejahatan transnasional tidak tersedia pada
 instansi terkait kepolisian maupun kejaksaan, sehingga untuk menunjukkan secara pasti
 informasi ini masih belum dapat dilakukan. Walaupun demikian berdasarkan sumber data
 dan informasi dari Polda Provinsi Maluku dapat diidentifikasi beberapa kasus kejahatan yang
 identik dengan kegiatan transnasional   Kejahatan tersebut adalah seperti disajikan pada
 Tabel 3.   Tabel 3. memperlihatkan bahwa terjadi fluktuasi jumlah kasus yang terjadi di
 Provinsi Maluku. Kasus kejahatan illegal logging misalnya terdapat 4 kasus pada tahun 2005
 turun menjadi 1 kasus pada tahun 2006, selanjutnya naik pada tahun 2007 dan 2008
 berturut-turut sebesar 12 dan 22 kasus, kemudian turun pada tahun 2009 menjadi sebesar 8
 kasus kejahatan. Kasus illegal oil memperlihatkan 6 kasus pada tahun 2005 turun menjadi 4
 kasus pada tahun 2006 dan menjadi 1 kasus pada tahun 2007 dan 1 kasus pada tahun 2008
 dan menjadi 2 kasus pada tahun 2009. Kasus illegal fishing sebanyak 14 kasus tahun 2005
 menjadi 11 kasus pada tahun 2006 dan hanya 10 kasus pada tahun 2007, dan berturut
 hanya 6 dan 5 kasus. Kasus kejahatan psikoterapi dan narkoba memperlihatkan jumlah
 kasus yang cukup signifikan pada tahun 2005 sebanyak 6 kasus, tahun 2006 4 kasus,
 kemudian naik menjadi 11 kasus pada tahun 2007 dan 12 kasus pada tahun 2008, kemudian
 meningkat menjadi 18 kasus pada tahun 2009.         Selain itu penggunaan dan pemilikan
 senpi/handak dan amunisi di Maluku adalah sebanyak 22 kasus pada tahun 2005 turun
                                                   Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       8 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                      2010

 menjadi 12 kasus pada tahun 2006 dan 11 kasus pada tahun 2007, 12 kasus pada tahun
 2008 dan meningkat menjadi 17 kasus pada tahun 2009. Kasus terorisme terjadi hanya
 pada tahun 2006 yakni 3 kasus yang proses penananganannya sudah selesai di pengadilan.
        Berdasarkan uraian jumlah kasus di atas ternyata sampai saat ini persentase
 penyelesaiannya belum dapat disajikan karena belum tersedianya informasi dan data dari
 sumber yang dapat dipercaya.


               Tabel 3. Identifikasi Jumlah Kejahatan Transnasional di Provinsi Maluku
                                                               TAHUN
             TINDAK KEJAHATAN
                                          2005     2006        2007        2008         2009
           Illegal logging                   4       1           12          22            8
           Illegal oil                       6       4            1           1            2
           Illegal fishing                   14      11          10           6            5
           Psikoterapi/Narkoba               46      14          11          12           18
           Senpi/Handak/Amunisi              22      2           11          12           17
           Terorisme                         -       3            -           -            -
           Jumlah                            92      35          54          53           50
          Sumber: Polda Maluku 2010


 Selanjutnya persentase penyelesaian tindak kejahatan transnasional di Maluku dapat
 diperlihatkan dengan Tabel 4 berikut ini.


            Tabel 4. Persentase Penyelesaian Tindak Kejahatan Transnasional di Maluku
                                                               TAHUN
           TINDAK KEJAHATAN
                                        2005       2006         2007         2008        2009
           Illegal logging              0.75       1.00         0.75         0.68        0.75
           Illegal oil                  0.50       0.75         1.00         1.00        1.00
           Illegal fishing              0.64       0.81         0.70         0.83        0.60
           Psikoterapi/Narkoba          0.63       0.71         0.72         0.58        0.44
           Senpi/Handak/Amunisi         0.81       1.00         0.73         0.66        0.53
           Terorisme                    0.00       1.00         0.00         0.00        0.00
                    Rata‐rata           0.56       0.88         0.65         0.63        0.55
          Sumber: Polda Maluku 2010



                                                          Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       9 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                      2010

 Kemudian data pada Tabel 4 dapat ditunjukkan secara grafik pada Gambar 3 berikut ini. 




                      Gambar 3. Grafik rata-rata Persentase Penyelesaian Tindak Kejahatan               
                                               Transnasional di Maluku


        Persentase penyelesaiannya          seperti disajikan pada Gambar 3               memperlihatkan
 bahwa proses penyelesaian lebih cepat dibandingkan dengan kejahatan konvensional
 dengan jumlah kasus kriminal dan kejahatan yang banyak sehingga terjadi akumulasi dari
 tahun ke tahun. Rata-rata penyelesaian kasus kejahatan transnasional pada tahun 2005
 adalah 56% kemudian naik menyolok sebesar 88% pada tahun 2006, kemudian menurun
 menjadi sebesar 65% pada tahun 2007, kemudian menurun menjadi 63% dan 55% berturut-
 turut pada tahun 2008 dan 2009. Kasus terorisme hanya terjadi pada tahun 2006 dengan 3
 kasus penangkapan gembong teroris yang semuanya dapat diselesaikan pada tahun yang
 sama. Dibandingkan dengan kasus illegal fishing penyelesaian kasusnya hanya 60% artinya
 masih tertunda sampai dengan tahun berikutnya. Sebaliknya kasus illegal oil penyelesaian
 kasus pada tahun 2005 dan 2006 adalah 50% dan 75% berturut-turut, tetapi kemudian
 menjadi 100% pada tahun-tahun berikutnya sampai dengan tahun 2009




                                                          Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon         10 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                  2010

 3. Rekomendasi Kebijakan
        Berdasarkan    indikator   dan   hasil   analisis   seperti    diuraikan     di   atas     dapat
 direkomnedasikan hal-hal sebagai berikut:
    Terjadinya kenaikan tindak kriminal dan kejahatan dari tahun ke tahun merupakan
     indikator yang tidak baik dari segi keamanan dan ketentraman kehidupan masyarakat;
    Jumlah penanganan kasus kejahatan konvensional belum dapat dilakukan secara
     memadai setiap tahun karena penyelesaian kasus tiap tahun kurang dari 50%;
    Jumlah kasus yang teridentifikasi sebagai kejahatanan transnasional menunjukkan
     penurunan dari tahun ke tahun, walaupun demikian proses penyelesaian kasus berjalan
     lebih cepat dibandingkan kejahatan konvensional, yang disebabkan oleh sedikitnya kasus
     yang ditangani
    Untuk lebih meningkatkan keamanan dan ketentraman masyarakat diperlukan perhatian
     pemerintah dalam memenuhi rasio jumlah aparat kepolisian dengan jumlah penduduk di
     Provinsi Maluku, mengingat wilayah kepulauan dimana penduduk tersebar di pulau-pulau
     kecil yang sulit dalam komunikasi dan transportasi.




 B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS
 1. Indikator
        Indikator pada agenda pembangunan Indonesia yang adil dan demokratis dibagi atas
 dua bagian yaitu pelayanan publik dan demokrasi. Indikator yang berkaitan dengan
 pelayanan publik adalah persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan
 yang dilaporkan, persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu
 atap, dan persentase instansi (SKPD) provinsi yang memiliki pelaporan wajar tanpa
 pengecualian (WTP). Sedangkan indikator yang berkaitan dengan demokrasi adalah Gender
 Development Index (GDI) dan Gender Empowerment Meassurement (GEM).




                                                      Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       11 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                  2010

 2. Analisis Pencapaian Indikator
        Analisis pencapaian setiap indikator pada agenda ini akan diuraikan untuk setiap
 indikatornya sebagai berikut.
 2.1. Pelayanan Publik
 2.1.1. Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan.
        Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan
 dapat diperlihatkan dengan menggunakan Tabel 4 berikut ini.


                           Tabel 5. Persentase Jumlah Kasus Korupsi Yang
                                  Tertangani Dibandingkan Dengan Yang Dilaporkan
                                    Tahun            Provinsi

                                     2004                 -
                                     2005                 -
                                     2006                 -
                                     2007               30
                                     2008              19.05
                                     2009              19.05


        Data presentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan
 seperti yang diperlihatkan dengan Tabel 5 hanya data dari tahun 2007 – 2009. Sedangkan
 data dari tahun 2004 – 2006 tidak diperoleh karena sistem basis data yang tidak baik dari
 instansi terkait. Selanjutnya data Tabel 5 dapat diperlihatkan dengan grafik seperti pada
 Gambar 4 berikut ini.  
         
         
         
         
         
         
         
         
         

                                                      Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       12 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                    2010




                   Gambar 4. Grafik Persentase Jumlah Kasus Korupsi Yang
                             Tertangani Dibandingkan Dengan Yang Dilaporkan


        Berdasarkan Gambar 4 dan Tabel 5, terlihat bahwa perkembangan penanganan
 kasus korupsi di Provinsi Maluku mencerminkan realitas yang cukup memprihatinkan.
 Bahkan dari jumlah kasus yang dilaporkan, hanya sebagian kecil yang bisa ditangani. Dari
 tahun 2007 – 2009 mengalami penurunan yang sangat signifikan. Rendahnya kinerja
 penanganan kasus korupsi, memang tidak bisa dilepas-pisahkan dari faktor-faktor lainnya
 seperti jumlah jaksa penyidik, lamanya proses penyelidikan, kelengkapan alat bukti hukum,
 situasi masyarakat, dan sebagainya, akan tetapi rendahnya kinerja dimaksud berdampak
 negatif terhadap pencitraan institusi dan aparat penegak hukum di mata masyarakat.
 Rendahnya derajat kepercayaan (trust) di dalam masyarakat terhadap institusi dan aparat
 penegak hukum kasus korupsi di Maluku.


 2.1.2. Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap.
        Data persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu
 atap dapat diperlihatkan dengan Tabel 6 berikut ini.




                                                        Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       13 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                  2010

                    Tabel 6. Persentase kabupaten/ kota yang memiliki
                            peraturan daerah pelayanan satu atap.
                                      Tahun       Provinsi

                                       2004           10
                                       2005           10
                                       2006           10
                                       2007           20
                                       2008           30
                                       2009           30


        Selanjutnya data Tabel 6 dapat diperlihatkan secara grafik dengan menggunakan
 Gambar 5 berikut ini.




         Gambar 5. Grafik Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah
                  pelayanan satu atap


        Merujuk pada Gambar 5 dan Tabel 6 di atas, data menunjukkan bahwa jumlah
 kabupaten/kota di Provinsi Maluku yang memiliki peraturan daerah satu atap sejak tahun
 2004 hingga 2006, dapat dikatakan konstan. Perkembangan di tingkat Provinsi Maluku mulai
 terjadi memasuki tahun 2007 dan 2008. Meskipun menunjukkan perubahan yang cukup baik,
 namun kondisi demikian hakekatnya mencerminkan lambannya kinerja birokrasi daerah

                                                      Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       14 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                2010

 dalam mengakselerasi dinamika khususnya pelayanan publik yang memungkinkan
 masyarakat memperoleh pelayanan secara cepat, tepat dan murah. Dua faktor penting di
 antaranya yang diduga kuat menyebabkan lambannya perubahan adalah (1) lemahnya
 kapasitas lembaga legislatif yang diindikasikan dari tidak pernahnya memanfaatkan hak
 inisiatif, dan (2) tidak tersedianya inventarisasi kebutuhan Ranperda sebagai penjabaran dari
 berbagai ketentuan normatif yang lebih tinggi.


 2.1.3. Persentase Kabupaten / Kota yang memiliki pelaporan wajar tanpa pengecualian
 (WTP).
          Sesuai dengan amanat UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU
 No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan untuk daerah diamanatkan dalam
 UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang diamandemenkan menjadi UU
 No. 32 Tahun 2004. Semua UU ini mengamanatkan secara jelas bahwa pemerintah pusat
 maupun daerah, selain menyusun Laporan Realisasi Anggaran, wajib pula menyusun
 Neraca, Laporan Arus Kas, dan catatan atas laporan keuangan, sesuai dengan Standar
 Akuntansi Pemerintahan, dan menyampaikannya kepada DPR oleh pemerintah pusat, dan
 kepada DPRD oleh pemerintah provinsi/kabupaten/kota.
          Mulai beberapa tahun terakhir, pemerintah pusat dan daerah menyusun la[poran
 keuanagan dalam bentuk seperti yang diamanatkan oleh UU tersebut di atas. Upaya ini tidak
 mudah, apalagi menyusun neraca, pemerintah pusat, termasuk kementerian dan lembaga,
 serta seluruh pemerintah daerah harus menyusun neraca awal. Untuk meyusun neraca awal
 ini, seluruh aset tetap dari pemerintah harus diinventarisasi dan dinilai berdasarkan nilai
 wajar.   Demikian juga jenis aset yang lain, seperti rekening kas pada bendahara umum
 daerah, persediaan barang, investasi pemerintah, dan lain-lain, serta utang-utang
 pemerintah, semua harus dicatat dan disajikan secara transparan dan menggambarkan
 keadaan yang sebenarnya. Undang-Undang ini juga mengamanatkan bahwa enam bulan
 sejak tahun anggaran 2006 berakhir, berarti batas waktu tanggal 30 Juni tahun 2007,
 pemerintah pusat dan daerah harus sudah menyerahkan laporan keuangan tahun buku 2006
 yang sudah diaudit oleh BPK kepada DPR.
          Khusus untuk Daerah Maluku Tim EKPD belum dapat menyajikan data persentase
 daerah kabupaten/kota yang memiliki opini pelaporan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian,
 Wajar Dengan Pengecualian atau Disclaimer = Tidak Mendapat Penilaian(TMP).                     Hal ini
 disebabkan hasil audit yang dilakukan oleh BPKP tidak diumumkan dan tidak dapat diakses
                                                    Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon        15 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                 2010

 oleh Tim. Walaupun demikian, informasi yang diperoleh dapat menjelaskan permasalahan
 opini laporan keuangan di daerah ini.
          Seperti   yang   disampaikan   oleh   Kepala   Direktorat    Utama       Pembinaan       dan
 Pengembangan Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
 RI, sesuai dengan hasil pemeriksaan BPK selama tiga tahun terakhir, pemerintah daerah di
 Wilayah Maluku, belum ada yang bisa memperoleh Opini Wajar Tanpa Pengecualian
 (WTP).    Bahkan pada dua tahun terakhir yaitu tahun 2008 dan 2009, semua kabupaten
 masih memperoleh opini Tidak Memberikan Pendapat (TMP=Disclaimer). Hal ini
 menandakan pemerintah daerah di wilayah Maluku perlu mempercepat proses perbaikan
 penyusunan laporan keuangannya. Percepatan tersebut dilakukan dengan mengerahkan
 seluruh daya dan upaya termasuk yang paling penting adalah menggugah kesadaran seluruh
 jajaran eksekutif mengenai pentingnya penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan
 Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). BPKP akan terus mendorong pemerintah daerah di
 Maluku untuk memperbaiki kualitas pengelolaan dan penyusunan laporan keuangannya.
          Upaya yang dilakukan oleh Kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam meningkatkan
 kualitas pengelolaan dan pelaporan keuangan daerahnya, adalah dengan membuat
 kerjasama dengan BPKP untuk mensosialisasi PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
 Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).         Upaya ini dilakukan atas dasar kesadaran
 Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat bahwa sesuai informasi BPKP di Maluku,
 kualitas laporan keuangan seluruh pemerintah daerah kabupaten/kota dan provinsi tahun
 2008 masih belum memadai. Hal ini ditandai dengan opini BPK atas laporan keuangan
 pemerintah daerah yang seluruhnya memperoleh opini disclaimer yakni menolak untuk
 menyatakan pendapat. Menurut perwakilan BPKP Provinsi Maluku (Muh. Sugeng), kualitas
 laporan keuangan pemda setidaknya dipengaruhi oleh: Kesesuaian laporan keuangan
 dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP);         diselenggarakannya sistem pengendalian
 intern yang memadai, ditaatinya peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta
 diungkapkannya seluruh kejadian dalam laporan keuangan (full disclouser). Keempat hal
 tersebut mustahil terwujud tanpa adanya komitmen yang tinggi dari pimpinan dan dukungan
 seluruh komponen organisasi pemerintah daerah.
          Sejalan dengan hal itu, dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 60
 Tahun 2008 tentang SPIP yang merupakan amanah dari paket UU Keuangan Negara, yaitu
 UU Nomor 17 tahun 2003, UU Nomor 1 Tahun 2004, dan UU nomor 15 tahun 2004, yang
 nantinya diselenggarakan di jajaran Pemda MTB secara menyeluruh, diharapkan mampu
                                                     Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       16 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                  2010

 menjawab hal tersebut sekaligus mampu memperbaiki kualitas opini laporan keuangan.
 Opini yang diperoleh nanti setidaknya setingkat lebih baik, yaitu Wajar Dengan Pengecualian
 (WTD), atau bahkan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
          Kondisi pengelolaan dan pelaporan keuangan di Maluku yang belum memadai dapat
 disebabkan oleh kemampuan sumber daya manusia di bidang keuangan yang belum
 memadai dari sisi kualitas, juga disebabkan oleh maraknya kasus-kasus korupsi yang terjadi
 di hampir semua SKPD di seluruh kabupaten/kota seluruh Maluku. Tingginya tingkat korupsi
 karena      penyalahgunaan    pengelolaan     keuangan      adalah     faktor     utama      sehingga
 mempengaruhi kualitas laporan keuangan yang berdampak pada terjadinya opini disclaimer
 di semua kabupaten di Maluku.


 2.2. Demokrasi
 2.2.1. Gender Development Index (GDI)
          Gender Development Index (GDI) untuk Provinsi Maluku dapat diperlihatkan dengan
 menggunakan Tabel 6 berikut ini.


                              Tabel 7. Gender Development Index (GDI)
                                      Tahun        Provinsi

                                       2004          61.93
                                       2005          62.52
                                       2006          64,60
                                       2007          66,30
                                       2008            -
                                       2009            -


          Data pada Tabel 7 dapat diperlihatkan secara grafik dengan menggunakan Gambar 6
 berikut ini.  
  
  
  
  
  

                                                      Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       17 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                2010

  
  
  
  
  
  




                        Gambar 6. Grafik Gender Development Index (GDI)




                        Gambar 6. Grafik Gender Development Index (GDI)


        Gambar 6 dan Tabel 7 menunjukkan GDI tingkat Provinsi Maluku yang menunjukkan
 trend meningkat walaupun tidak secara ekstrim pada tahun 2004 hingga 2007. Kondisi ini
 mencerminkan adanya kecenderungan (walaupun kecil) terhadap perbaikan tatanan
 masyarakat yang mengarah pada persamaan gender (gender equality). Sedangkan tahun
 2008 hingga 2009 belum dapat digambarkan karena tim kesulitan mendapatkan datanya.
        Kondisi ini mencerminkan adanya kecenderungan (walaupun kecil) terhadap
 perbaikan tatanan masyarakat yang mengarah pada persamaan gender (gender equality).
 Perkembangan demikian tidak terlepas dari sosialisasi gagasan tentang persamaan gender
 yang cukup sering dilakukan oleh sejumlah lembaga baik instansi pemerintah maupun
 masyarakat melalui media massa dan beberapa kegiatan lokakarya/seminar. Selain itu,
 perubahan struktur kognitif dan sosial dapat terjadi, juga disebabkan adanya sifat
 keterbukaan dari konfigurasi kultural kelompok-kelompok etnik dan sub-etnik di Maluku yang
 mudah menerima dan beradaptasi dengan gagasan-gagasan baru termasuk gagasan
 tentang persamaan gender.


 2.2.2. Gender Empowerment Meassurement (GEM).
        Gender    Empowerment      Meassurement    (GEM)      untuk     Provinsi     Maluku      dapat
 diperlihatkan dengan Tabel 8 berikut ini.


                                                    Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       18 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                 2010

                         Tabel 8. Gender Empowerment Meassurement (GEM).
                                      Tahun        Provinsi

                                      2004           51.41
                                      2005           52.18
                                      2006           53,90
                                      2007           56,20
                                      2008             -
                                      2009             -


 Kemudian data pada Tabel 8 dapat diperlihatkan secara grafik dengan menggunakan
 Gambar 7 berikut ini.




                  Gambar 7. Grafik Gender Empowerment Meassurement (GEM).


        Data GEM dalam Gambar 7 dan Tabel 8 menunjukkan kecenderungan yang
 meningkat tidak secara ekstrim (tahun 2004 hingga 2007). Kondisi demikian mencerminkan
 adanya kecenderungan persamaan gender di dalam bidang ekonomi dan politik termasuk
 proses pengambilan keputusan. Tahun 2008 hingga 2009 belum dapat diuraikan karena data
 pada tahun ini sampai saat ini tim kesulitan mendapatkannya.



                                                     Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       19 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                 2010

        Kondisi demikian mencerminkan adanya kecenderungan persamaan gender di dalam
 bidang ekonomi dan politik termasuk proses pengambilan keputusan. Kecenderungan
 meningkatnya partisipasi ini, sesungguhnya berbanding lurus dengan perkembangan GDI,
 meskipun nilainya secara kuantitatif masih lebih kecil. Kondisi ini menunjukkan bahwa
 perubahan struktur sosial dalam menerima gagasan tentang persamaan gender, belum
 sepenuhnya diikuti dengan pemberian kepercayaan terutama kepada kaum perempuan
 untuk lebih banyak terlibat dalam proses pengambilan keputusan baik secara ekonomi
 maupun politik.


 3. Rekomendasi Kebijakan
        Berdasarkan    pembahasan     maka   dapat    disampaikan        beberapa       hal      sebagai
 rekomendasi kebijakan:
    Penanganan kasus korupsi perlu dilakukan secara serius. Selain aspek teknis
     penyelidikkan, penyidikan dan peradilan termasuk jumlah aparat, juga diperlukan
     pengawasan yang memadai atas proses penanganan yang akan dan sementara
     berlangsung dalam rangka menjamin adanya penuntasan dan kepastian hukum atas
     suatu kasus yang terindikasi korupsi.
    Diperlukan adanya upaya untuk mendorong peningkatan koordinasi dan sinkronisasi
     lintas institusi pemerintahan, termasuk memperdalam pemahaman dari substansi
     berpemerintahan yang berbasis pada otonomi daerah dan desentralisasi terutama pada
     tingkat kabupaten/kota. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengakselerasi pengembangan
     Peraturan Daerah Pelayanan Satu Atap yang memungkinkan masyarakat dapat
     memperoleh pelayanan secara cepat, tepat dan murah.
    Diperlukan pengembangan sistem database yang berperspektif gender dalam berbagai
     aspek atau bidang pembangunan.
    Kesadaran politik masyarakat yang tinggi perlu terus dipelihara melalui berbagai program
     pembinaan dan pengembangan wawasan kebangsaan.
    Pemerintah daerah di wilayah Maluku perlu mempercepat proses perbaikan penyusunan
     laporan keuangannya.     Percepatan tersebut dilakukan dengan mengerahkan seluruh
     daya dan upaya termasuk yang paling penting adalah menggugah kesadaran seluruh
     jajaran eksekutif mengenai pentingnya penyusunan laporan keuangan yang sesuai
     dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).


                                                     Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon        20 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                 2010

    BPKP harus terus mendorong pemerintah daerah di Maluku untuk memperbaiki kualitas
     pengelolaan dan penyusunan laporan keuangannya.



 C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
 1. Indikator
        Indikator yang berkaitan dengan agenda meningkatkan kesejahteraan rakyat terbagi
 atas sepuluh bagian yaitu indeks pembangunan manusia, pendidikan, kesehatan, keluarga
 berencana, ekonomi makro, investasi, infrastruktur, pertanian, kehutanan, kelautan, dan
 kesejahteraan sosial.
        Indikator yang berkaitan dengan pendidikan adalah HDI angka partisipasi murni
 (SD/MI), angka partisipasi kasar (SD/MI), rata-rata nilai akhir SMP/MTs, rata-rata nilai akhir
 SMA/SMK/MA, angka putus sekolah SD, angka putus sekolah SMP/MTs, angka putus
 sekolah menengah, angka melek aksara 15 tahun ke atas, persentase jumlah guru yang
 layak mengajar SMP/MTs, persentase jumlah guru yang layak mengajar sekolah menengah.
        Indikator yang berkaitan dengan kesehatan adalah umur harapan hidup (UHH), angka
 kematian bayi (AKB), prevalensi gizi buruk (%), prevalensi gizi kurang (%), persentase
 tenaga kesehatan per penduduk. Sedangkan indikator yang berkaitan dengan keluarga
 berencana adalah persentase penduduk ber-KB (contraceptive prevalence rate), laju
 pertumbuhan penduduk , dan Total Fertility Rate (TFR).
        Indikator yang berkaitan dengan ekonomi makro antara lain laju pertumbuhan
 ekonomi, persentase ekspor terhadap PDRB, persentase output manufaktur terhadap PDRB,
 dan pendapatan per kapita (dalam juta rupiah), dan laju inflasi. Sedangkan indikator yang
 berkaitan dengan investasi adalah nilai rencana PMA yang disetujui, nilai realisasi investasi
 PMA (US$ Juta), nilai rencana PMDN yang disetujui, nilai realisasi investasi PMDN (Rp
 Milyar), dan realisasi penyerapan tenaga kerja PMA.
        Indikator yang berkaitan dengan infrastruktur adalah persentase panjang jalan
 nasional dalam kondisi baik, sedang, dan buruk termasuk persentase panjang jalan provinsi
 dalam kondisi baik, sedang dan buruk.
        Indikator yang berkaitan dengan pertanian adalah rata-rata nilai tukar petani per tahun
 dan PDRB sektor pertanian. Kemudian indikator yang berkaitan dengan kehutanan adalah
 persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis. Sedangkan indikator
 yang berkaitan dengan kelautan adalah jumlah tindak pidana perikanan dan luas kawasan

                                                     Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       21 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                2010

 konservasi laut (juta Ha). Indikator yang berkaitan dengan kesejahteraan social adalah
 persentase penduduk miskin dan tingkat pengangguran terbuka.


 2. Analisis Pencapaian Indikator
         Analisis pencapaian setiap indikator pada agenda ini akan diuraikan untuk setiap
 indikatornya sebagai berikut.
 2.1. Indeks Pembangunan Manusia
         Indeks Pembangunan Manusia untuk Provinsi Maluku dapat diperlihatkan dengan
 Tabel 9 berikut ini.


                             Tabel 9. Indeks Pembangunan Manusia
                                     Tahun          IPM
                                      2004         69,00
                                      2005         69,20
                                      2006         69,70
                                      2007         69,96
                                      2008         69,96
                                      2009         70,96


         Selanjutnya data pada Tabel 9 dapat ditunjukkan secara grafik dengan menggunakan
 Gambar 8 berikut ini.




                         Gambar 8. Grafik Indeks Pembangunan Manusia


                                                    Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       22 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                2010

         Salah satu indikator Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah Indeks
 Pembangunan Manusia (IPM). Peningkatan IPM berhubungan langsung dengan perbaikan
 indikator-indikator sosial, misalnya, angka melek huruf dewasa, angka kematian bayi,
 perbaikan IPM juga diiringi oleh berkurangnya kemiskinan yang mana angka kemiskinan
 pendapatan juga tidak dapat mengungkapkan kenyataan bahwa seseorang dapat jatuh
 miskin bukan saja karena tidak memiliki pendapatan yang cukup, tapi karena tertinggal dalam
 banyak hal. Misalnya tertinggal dalam hal pendidikan, memiliki tingkat kesehatan yang buruk,
 atau hidup di lingkungan yang tidak aman.
         Berdasarkan data Gambar 8 dan Tabel 9 terlihat bahwa Indeks Pembangunan
 Manusia Propinsi Maluku bertumbuh secara perlahan mencapai 70,96 % pada tahun 2009
 dari basis tahun 2004 sebesar 69,00 % atau naik 1,96 %, tetapi masih dibawah angka
 pencapaian nasional. Hal ini disebabkan karena masih cukup tinggi angka putus sekolah
 pada anak 7 – 24 tahun di Maluku yaitu mencapai 27,05 % dan anak yang belum pernah
 bersekolah pada usia tersebut mencapai 0,93%. Di lain pihak, indikator kemiskinan juga
 masih cukup memprihatinkan karena angka kemiskinan penduduk di Maluku masih tinggi
 yaitu 28,10 % pada tahun 2009. Namun di sisi lain terjadi perbaikan terhadap indikator
 kesehatan penduduk yang ditunjukkan dengan menurunnya angka kematian bayi yang cukup
 signifikan yaitu dari 49,5 % tahun 2006 menjadi 9 % tahun 2009. Faktor lain yang membuat
 perubahan IPM Maluku yang lambat selama 5 tahun terakhir adalah kondisi lingkungan sosial
 yang tidak aman yang dialami Provinsi Maluku selama kurang lebih 5 tahun yakni sejak tahun
 1999 – 2004 dan eksesnya dirasakan sampai sekarang.


 2.2. Pendidikan
 2.2.1. Angka partisipasi murni (SD/MI)
         Angka Partisipasi Murni untuk Provinsi Maluku dapat diperlihatkan dengan Tabel 10
 berikut ini.




                                                    Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       23 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                      2010

                              Tabel 10. Capaian Indikator Angka
                                        Partisipasi Murni SD/MI
                                Tahun                  Provinsi
                                 2004                    93,46
                                 2005                    92,93
                                 2006                     92,4
                                 2007                    94,37
                                 2008                    95,48
                                 2009                    97,03
                           Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku



       Selanjutnya data pada Tabel 10 dapat ditunjukkan secara grafik dengan
 menggunakan Gambar 9 berikut ini.




                   Gambar 9. Grafik Persentasi Indikator APM Provinsi Maluku


       Berdasarkan Gambar 9 dan Tabel 10 angka capaian APM Provinsi Maluku mengalami
 penurunan dari 93,46 persen tahun 2004 menjadi 92,4 persen pada tahun 2006 atau
 menunjukan tren penurunan sebesar 0,53 persen setiap tahun sampai tahun 2006,
 sebaliknya telah mengalami peningkatan dari 92,4 persen tahun 2006 menjadi 97,03 persen
 tahun 2009 atau mengalami peningkatan sebesar 1,11-1,97 % (data tabel 9). Berdasarkan
 data tersebut bahwa penurunan APM SD/MI masing-masing 0,53 persen dari tahun 2004 –

                                                          Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       24 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                 2010

 2006 disebabkan karena jumlah anak usia 7 -12 tahun yang sedang bersekolah pada jenjang
 SD/MI mengalami penurunan sebesar 0,53 persen setiap tahun (2004 – 2006). Penurunan
 tersebut disebabkan oleh pengaruh dari dampak kerusuhan Maluku dimana kondisi
 keamanan masih belum stabil. Banyak anak yang eksodus keluar daerah Maluku mengikuti
 orang tua atau banyak pula anak usia tersebut yang belum disekolahkan oleh orang tua
 mereka karena tidak kondusifnya keamanan saat itu. Setelah tahun 2006 seiring dengan
 membaiknya kondisi keamanan di Maluku dan banyaknya lembaga-lembaga swadaya (NGO)
 dalam maupun luar negeri turut berpartisipasi merestorasi pembangunan pasca kerusuhan,
 sehingga berdampak kepada kenaikan APM SD/MI yang cukup tinggi yaitu antara 1,11 – 1,97
 persen.

         Kondisi perbaikan APM SD/MI ini juga dipengaruhi antara lain oleh perbaikan sarana
 dan prasarana pendidikan, peningkatan dana bantuan operasional sekolah (BOS) dan
 komitmen alokasi anggaran pendapatan dan belanja daerah sebesar 20 persen untuk
 pendidikan sesuai dengan amanat UUD 1945 perubahan. Namun demikian, APM SD/MI
 belum mencapai 100 persen, masih terdapat kurang dari 3 persen anak usia tersebut yang
 belum bersekolah pada jenjang tersebut. Hal ini mengindikasikan program wajib belajar 9
 tahun belum tuntas, dan masih tingginya angka kemiskinan sehingga masih ada pekerjaan
 rumah     bagi    pemerintah   terutama   pemerintah    kabupaten/kota         di    Maluku      untuk
 menyelesaikannya dengan serius walaupun dilain pihak telah terjadi kenaikan yang sangat
 signifikan pada APK (data tabel 10) sebagai dampak dari diluncurkannya program wajib
 belajar 12 tahun oleh pemerintah Provinsi Maluku.



 2.1.2.Angka Partisipasi Kasar (SD/MI)
         Data mengenai Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk Provinsi Maluku pada tahun
 2004 hingga 2006 tidak dapat diperoleh sehingga data yang dapat ditunjukkan hanya data
 pada tahun 2007 hingga 2009. Data APK yang dimaksud dapat diperlihatkan dengan Tabel
 11 berikut ini.




                                                     Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       25 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                  2010

                           Tabel 11. Angka Partisipasi Kasar SD/MI
                                           Angka Partisipasi Kasar
                            Tahun
                                                      (APK)
                             2004                      97,4
                             2005                     106,8
                             2006                     109,9
                             2007                    116,36
                             2008                    114,35
                             2009                    112,58
                      Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku



       Selanjutnya data pada Tabel 11 dapat ditunjukkan secara grafik dengan
 menggunakan Gambar 10 berikut ini.




                  Gambar 10. Grafik Persentasi Indikator APK Provinsi Maluku


       Berdasarkan Gambar 10 dan Tabel 11 data angka Partisipasi Kasar (APK) Provinsi
 Maluku di atas, APK SD/MI tahun 2009 telah mencapai 112,58 persen, secara signifikan
 lebih tinggi dibandingan dengan capaian APM tahun yang sama yang baru mencapai 97,03
 persen. Hal itu menunjukkan banyaknya siswa yang berusia di bawah tujuh tahun
                                                      Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       26 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                   2010

 (undergrate) dan di atas 12 tahun (overage). Hal ini dimungkinkan karena pasca kerusuhan
 Maluku ada usaha dari berbagai pihak untuk mengatasi problem-problem pembangunan
 pendidikan di Maluku sehingga mendorong banyak anak yang berada dibawah usia 7 tahun
 telah bersekolah SD/MI maka jumlahnya terus meningkat terutama di kota Ambon dan kota-
 kota kabupaten di Maluku. Di samping itu, adanya anak-anak usia di atas 12 tahun yang
 masih bersekolah di SD/MI, hal ini disebabkan oleh dua kemungkinan. Pertama, anak-anak
 itu masuk SD/MI di atas usia tujuh tahun, dan kedua, adanya anak-anak yang mengulang
 kelas, sehingga mereka baru dapat menyelesaikan SD/MI pada usia di atas 12 tahun.
        Di lain pihak grafik pada Gambar 10 memperlihatkan ada penurunan APK SD/MI
 pada dua tahun terakhir (2008 dan 2009), hal ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan,
 yaitu dimana lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang selama masa pasca kerusuhan
 melakukan advokasi kepada masyarakat telah mengakhiri kegiatannya, dan adanya
 gelombang krisis ekonomi yang melanda negeri ini sehingga menyebabkan banyak anak
 yang dropout terutama yang mengulang kelas.


 2.1.3. Rata-rata nilai akhir SMP/MTs
        Data rata-rata nilai akhir SMP/MTs untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan
 menggunakan Tabel 12 berikut ini.


                          Tabel 12. Capaian Indikator Rerata Nilai Akhir
                                    SMP/MTs
                               Tahun            Nilai Akhir SMP/MTs 
                                2004                     4,78 
                                2005                     5,85 
                                2006                     5,85 
                                2007                     5,85 
                                2008                     7,04 
                                2009                     7,34 
                         Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku



        Berdasarkan data pada Tabel 12, rata-rata nilai akhir SMP/MTs ini didasarkan pada
 nilai ujian akhir SMP/MTs. Walaupun tahun 2004 masih rendah yaitu 4,78, namun telah


                                                       Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       27 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                        2010

 terjadi kenaikan pada tahun 2005 sebesar 1,07 menjadi 5,85 dan nilai itu bertahan sampai
 tahun 2007. Rendahnya rata-rata nilai akhir SMP/MTs ini disebabkan oleh beberapa faktor
 antara lain kondisi belajar mengajar yang masih belum kondusif seiring dengan situasi
 keamanan yang masih tidak stabil, kondisi kelistrikan yang selalu padam sebagai akibat dari
 kerusakan jaringan pada saat kerusuhan, banyaknya ruang belajar yang bersifat darurat
 yang dipergunakan untuk melaksanakan proses belajar mengajar, ketersediaan buku-buku
 pelajaran yang terbatas, dan bayak guru yang eksodus keluar Maluku saat kerusuhan.
 Namun setelah itu, dalam dua tahun terakhir yaitu tahun 2008 terjadi kenaikan sebaesar 1,19
 dan 0,34 pada tahun 2009. Kenaikan rata-rata nilai akhir SMP/MTs ini karena telah
 kondusifnya atmosfer belajar mengajar, perbaikan ruang belajar, terdistribusi buku-buku
 pelajaran dan kembalinya guru-guru dari pengungsian, serta kebijakan pemerintah Propinsi
 Maluku mencanangkan program wajib belajar 12 tahun.


 2.1.4. Rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA
        Data rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA untuk Provinsi Maluku                      dapat ditunjukkan
 dengan Tabel 13 berikut ini.


                           Tabel 13. Rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA
                                                          Nilai Akhir 
                                 Tahun                  SMA/MA/SMK 
                                  2004                        5,65 
                                  2005                        5,43 
                                  2006                        4,40 
                                  2007                        6,23 
                                  2008                        6,51 
                                  2009                        6,96 
                          Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku



        Berdasarkan data pada Tabel 13, data rata-rata nilai akhir SMA/MA/SMK ini
 didasarkan pada nilai ujian akhir SMA/SMA/SMK (Undan Ujian Sekolah). Berbeda dengan
 rata-rata nilai akhir SMP/MTs, rata-rata nilai akhir SMA/MA/SMK cenderung menurun, tahun
 2005 rata-rata nilai turun dari 5,65 ke 5,43 atau turun sebesar 0,22 dan tahun 2006 turun lagi

                                                            Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       28 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                     2010

 menjadi 4,40 atau turun sebesar 1,03. Turunnya rata-rata nilai akhir SMA/MA/SMK ini
 disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kondisi belajar mengajar yang masih belum
 kondusif seiring dengan situasi keamanan yang masih tidak stabil, kondisi kelistrikan yang
 selalu padam sebagai akibat dari kerusakan jaringan pada saat kerusuhan, banyaknya ruang
 belajar yang bersifat darurat yang dipergunakan untuk melaksanakan proses belajar
 mengajar, ketersediaan buku-buku pelajaran yang terbatas, dan bayak guru yang eksodus
 keluar Maluku saat kerusuhan. Dilain sisi, anak usia 16 – 17               tahun (usia SMA) secara
 psikologis mengalami tekanan lebih berat karena harus membagi waktu untuk melakukan
 pengamanan lingkungan masing-masing, sehingga alokasi waktu untuk belajar menjadi lebih
 sedikit. Namun setelah itu, yaitu tahun 2007, dengan mulai kondusif keamanan dan atmosfir
 belajar mengajar mulai pulih, maka terjadi peningkatan rata-rata nilai akhir secara signifikan
 dan terus sampai tahun 2009. Hal ini, juga merupakan pengaruh dari dialokasikan pada
 anggaran APBD Maluku dana BOS khusus untuk SMA/MA dan SMK sebagai wujud dari
 pencanangan Program Wajib Belajar (WaJar) 12 tahun di Provinsi Maluku.


 2.1.5. Angka putus sekolah SD
         Data angka putus sekolah SD untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan Tabel
 14 berikut ini.
                               Tabel 14. Angka putus sekolah SD
                             Tahun          Angka Putus Sekolah SD
                              2004                       3,76
                              2005                       7,12
                              2006                       1,45
                              2007                        1,3
                              2008                       0,17
                              2009                       0,08
                        Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku



         Baerdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa walaupun naik tajam pada tahun 2005 yaitu
 kenaikan 3,36 %, angka putus sekolah SD kemudian terus mengalami penurunan yang
 sangat signifikan sampai dengan tahun 2009. Penurunan angka putus sekolah SD tertinggi
 terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 5,67 %. Kenaikan persentase angka putus sekolah

                                                         Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       29 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                   2010

 pada tahun 2005 dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, kondisi keamanan yang kurang
 kondusif dimana ada garis demarkasi antara komunitas yang berbeda agama sehingga anak
 sulit mengakses sekolah yang berada di luar demarkasi komunitasnya, anak usia SD banyak
 yang mengikuti orang tua eksodus, dan tingkat kemiskinan yang tinggi serta bayak anak yang
 tamat SD/MI tidak melanjutkan ke SMP/MTs.
        Di lain pihak, menurunnya angka putus sekolah SD sejak tahun 2006 itu dipengaruhi
 oleh beberapa faktor yaitu kondisi kemananan yang makin kondusif, advokasi dan konseling
 terhadap trauma kerusuhan oleh NGO maupun pemerintah, kebijakan pemberian dana BOS
 dan bantuan beasiswa kepada anak miskin dan korban kerusuhan sehingga mereka dapat
 menyelesaikan pendidikan SD/MI-nya.


 2.1.6. Angka putus sekolah SMP/MTs
        Data angka putus sekolah SMP/MTs untuk Provinsi Maluku                      dapat ditunjukkan
 dengan Tabel 15 berikut ini.


                           Tabel 15. Angka putus sekolah SMP/MTs
                          Tahun           Angka Putus Sekolah SMP 
                           2004                       3,32 
                           2005                       3,03 
                           2006                       4,16 
                           2007                       9,38 
                           2008                       0,13 
                           2009                       0,09 
                       Sumber data: Dinas Pendidikan Maluku



        Berbeda dengan angka putus sekolah SD, angka putus sekolah SMP/MTs
 berfluktuasi. Berdasarkan data pada Tabel 15, pada tahun 2004 angka putus sekolah
 mencapai 3,32 %, turun sebesar 0,29 % pada tahun 2005 sehingga menjadi 3,03%,
 kemudian naik lagi menjadi 4,16 % dan naik secara tajam sebesar 5.22 % menjadi 9,38 %
 pada tahun 2007. Angka ini merupakan angka putus sekolah SMP/MTs tertinggi selama
 kurun waktu lima tahun. Tingginya angka putus sekolah SMP/MTs pada tahun 2007 itu
 disebabkan oleh akumulasi dua faktor utama masing-masing tingkat kemiskinan dan

                                                       Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       30 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                   2010

 penggangguran terbuka yang tinggi pada tahun 2006 dan 2007 dimana angka kemiskinan
 Propinsi Maluku di tahun tersebut adalah sebesar 33,03 % dan 31,14 % dan angka
 penggangguran terbuka sebesar 19,67 % dan 13,72%.


 2.1.7. Angka putus sekolah menengah
        Data angka putus sekolah menengah untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan
 dengan Tabel 16 berikut ini.
                            Tabel 16. Angka putus sekolah menengah
                                Tahun      Angka Putus Sekolah SMA 
                                2004                  5,96 
                                2005                  2,82 
                                2006                  3,18 
                                2007                  2,61 
                                2008                  0,09 
                                2009                  0,08 
                           Sumber data: Dinas Pendidikan Maluku



        Seperti angka putus sekolah SMP/MTs, angka putus sekolah menengah atas di
 Provinsi Maluku juga fluktuatif. Namun angka putus sekolah menengah rata-rata lebih kecil
 dibandingkan dengan angka putus sekolah SD maupun SMP. Angka putus sekolah anak
 pada usia 16 – 19 tahun (usia SMA) pada tahun 2004 sebesar 5,96 % turun menjadi 2,82 %
 pada tahun 2005, naik lagi menjadi 3,18 % tahun 2006, turun lagi menjadi 2,61% tahun 2007
 dan turun tajam menjadi 0,09 % dan 0,08 di tahun 2008 dan 2009 (Tabel 15). Nampaknya
 faktor penyebabnya adalah kemiskinan penduduk yang masih cukup tinggi yang berpengaruh
 pada ekonomi kelauarga, serta faktor penggangguran terbuka yang cukup tinggi. Sedangkan
 faktor rendahnya angka putus sekolah menengah atas di tahun 2008 dan 2009 nampaknya
 dipengaruhi oleh di canangkan program pendidikan dasar 12 tahun oleh pemerintah Provinsi
 Maluku. Namun demikian pelaksanaannya perlu diawasi karena implementasi di kabupaten-
 kabupaten    sering   salah    sasaran   karena    pencarian      anggaran        pendukung        (BOS
 SMA/MA/SMK) sering terlambat.




                                                       Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       31 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                         2010

 2.1.8. Angka melek aksara 15 tahun ke atas
        Data angka melek aksara 15 tahun ke atas untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan
 dengan Tabel 17 berikut ini.


                    Tabel 17. Angka Melek Huruf 15 Tahun Ke atas

                       Tahun       Angka Melek Huruf  > 15 Tahun 
                       2004                        91,00 
                       2005                        91,50 
                       2006                        91,70 
                       2007                        92,00 
                       2008                        98,12 
                       2009                        98,69 
                    Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku



        Selanjutnya data pada Tabel 17 dapat ditunjukkan secara grafik dengan
 menggunakan Gambar 11 berikut ini.




         Gambar 11. Grafik Persentasi Angka Melek Aksara 15 tahun ke atas Provinsi Maluku




                                                             Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       32 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                        2010

        Berdasarkan Tabel 17 dan Gambar 11 terlihat bahwa angka melek aksara 15 tahun
 ke atas mengalami kenaikan yang cukup berarti dari tahun 2004 hingga tahun 2009. Hal ini
 menunjukkan bahwa capaian indikator angka melek huruf 15 tahun ke atas di Provinsi
 Maluku tergolong tinggi walaupun belum mencapai 100 persen dan masih lebih tinggi dari
 capaian nasional.
        Angka melek huruf di Provinsi Maluku terlihat makin membaik karena cenderung naik
 setiap tahun dari tahun 2004 sampai tahun 2009. Seperti yang terlihat Tabel 17, angka melek
 huruf naik tajam dari tahun 2008 sampai tahun 2009, mencapai 98,69%. Pencapaian angka
 melek huruf di Provinsi Maluku telah melampaui target nasional. Faktor penting penyebab
 naiknya angka melek huruf di Provinsi Maluku adalah makin banyaknya anak-anak usia
 SD/MI yang bersekolah dan menamatkan studi. Hal ini terlihat dari angka APM SD/MI yang
 naik dan Angka Putus Sekolah yang menurun.


 2.1.9. Persentase jumlah guru yang layak mengajar SMP/MTs
        Data persentase jumlah guru yang layak mengajar SMP/MTs untuk Provinsi Maluku
 dapat ditunjukkan dengan Tabel 18 berikut ini.
                          Tabel 18. Persentase Jumlah Guru yang Layak
                                      Mengajar SMP/MTs
                                                Persentase jumlah guru 
                               Tahun 
                                               layak mengajar SMP/MTs 
                                2004                    73,46 
                                2005                       73,71 
                                2006                        51,2 
                                2007                       56,26 
                                2008                       56,26 
                                2009                       60,00 
                          Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku



        Berdasarkan Tabel 18 terlihat bahwa angka yang ada mengalami fluktuasi dari tahun
 2004 hingga tahun 2009. Pada tahun 2004 hingga tahun 2005 mengalami kenaikan yang
 cukup nerarti. Kemudian pada tahun 2005 ke tahun 2006 mengalami penurunan. Selanjutnya
 mengalami kenaikan pada tahun 2007 hingga tahun 2009.


                                                            Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       33 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                        2010

        Persentase guru SMP/MTs yang layak mengajar cenderung fluktuatif, namun secara
 umum persentasenya lebih rendah pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun 2004.
 Kriteria seorang guru layak mengajar di SMP/MTs yang ditetapkan menurut Dinas
 Pendidikan Maluku adalah mereka yang memiliki akta mengajar IV atau bergelar S1. Masih
 rendahnya guru SMP/MTs yang layak mengajar disebabkan karena sebagian besar guru
 SMP/MTS masih berpendidikan D2 atau PGSMP. Di lain pihak belum banyak guru yang
 tersertifikasi masih sedikit, demikian pula dengan program peningkatan kualitas guru ke
 jenjang S1 terkendala dengan kondisi geografi Propinsi Maluku yang banyak daerah
 terpencilnya (pulau-pulau) sehingga sulit mengakses kota Ambon dimana perguruan tinggi
 ada, sementara guru tidak boleh meninggalkan kelasnya.



 2.1. 10. Persentase jumlah guru yang layak mengajar sekolah menengah
        Data persentase jumlah guru yang layak mengajar sekolah menengah untuk Provinsi
 Maluku dapat ditunjukkan dengan Tabel 19 berikut ini.

                  Tabel 19. Persentase Jumlah Guru yang Layak Mengajar
                            Sekolah Menengah
                                        Persen jumlah guru layak 
                        Tahun 
                                       mengajar Sekolah Menengah 
                         2004                     54,37 
                         2005                        55,33 
                         2006                        65,83 
                         2007                        65,43 
                         2008                        65,43 
                         2009                        68,87 
                    Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku



        Berdasarkan Tabel 19 terlihat bahwa dari tahun 2004 hingga tahun 2006 mengalami
 kenaikan yang cukup signifikan. Persentase guru SMA/MA yang layak mengajar naik dari
 54,37 % tahun 2004 menjadi 68,87 % tahun 2009 atau terjadi kenaikan sebesar 14,5%
 selama lima tahun ini. Rinciannya sebagai berikut; pada tahun 2004 ada 54,37% guru
 SMA/MA yang tergolong layak mengajar. Angka ini naik menjadi 55,33% pada tahun 2005,



                                                            Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       34 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                        2010

 menjadi 65,83% pada tahun 2006, dan sedikit turun menjadi 65,43% pada tahun 2007 dan
 tahun 2009, serta naik lagi menjadi 68,87% pada tahun 2009.
          Penyebab kenaikan persentase guru yang layak mengajar di Sekolah Menengah Atas
 adalah naiknya persentase guru-guru SMA yang berkualifikasi S1 dan Diploma IV serta
 jumlah guru SMA/MA yang tersertifikasi. Pada tahun 2006 sebanyak 83,12% guru-guru SMA
 telah berpendidikan S1 dan DIV, pada tahun 2009 guru-guru SMA yang berpendidikan S1
 dan DIV naik menjadi 87,36%.


 2.2. Kesehatan
 2.2.1. Umur harapan hidup (UHH)
          Data umur harapan hidup (UHH) untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan
 Tabel 20 berikut ini.
                              Tabel 20. Data Umur Harapan Hidup (UHH)
                                  Tahun           Umur Harapan Hidup (UHH) 
                                  2004                          66,2 
                                  2005                          66,2 
                                  2006                          66,6 
                                  2007                          67,5 
                                  2008                          67,7 
                                  2009                         67,20 
                         Sumber data: Dinas Kesehatan Maluku & BPS Maluku



          Umur harapan hidup merupakan indikasi keberhasilan pembangunan bidang
 kesehatan. Semakin baik tingkat kesehatan masyarakat maka umur harapan hidup akan
 semakin tinggi. Umur harapan hidup penduduk Maluku pada awal RPJMN adalah 66,2 tahun.
 Angka ini mengalami peningkatan selama lima tahun pelaksanaan RPJMN di                                 Maluku
 sehingga pada tahun 2009 umur harapan hidup penduduk Maluku telah mencapai 67,20
 tahun.    Data   ini    (Tabel   20)     mengindikasikan      keberhasilan       pelaksanaan           program
 pembangunan bidang kesehatan di Maluku pada periode tersebut. Namun demikian, umur
 harapan hidup penduduk Maluku sedikit turun terutama pada akhir pelaksanaan RPJM
 (tahun 2009) menjadi 67,20. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2007 dan
 2008 pelaksanaan RPJMN di Maluku, dan juga masih lebih rendah dari umur harapan hidup

                                                            Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon         35 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                          2010

 nasional yang sudah mencapai 70,5 pada tahun 2008. Penurunan umur harapan hidup pada
 tahun 2009 ini mungkin disebabkan karena kurang tepatnya sasaran program pembangunan
 kesehatan pada tahun yang bersangkutan.



 2.2.2. Angka kematian bayi (AKB)
        Data Angka Kematian Bayi (AKB) untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan
 Tabel 21 berikut ini.


                   Tabel 21. Capaian indikator Angka Kematian Bayi (AKB)
                             Tahun        Angka Kematian Bayi (AKB) 
                              2004                     48 
                              2005                     48 
                              2006                    49,5 
                              2007                     49 
                              2008                     10 
                              2009                     9 
                         Sumber data: Dinas Kesehatan Maluku



        Selanjutnya data pada Tabel 21 dengan menggunakan data prevalensi gizi buruk
 sebagai pembanding (indikator pendukung) dapat ditunjukkan secara grafik dengan
 menggunakan Gambar 12 berikut ini.




                                                              Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       36 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                2010




                          Gambar 12. Grafik Persentasi Indikator AKB


        Berdasarkan Gambar 12 dan Tabel 21 di atas terlihat bahwa angka kematian bayi
 Provinsi Maluku dari 2004 – 2009 rata-rata masih tinggi, namun terjadi penurunan yang
 sangat baik pada tahun 2009 yaitu 10 per seribu kelahiran hidup dibandingkan dengan tahun-
 tahun sebelumnya.
        Semakin tinggi angka kematian bayi mengindikasikan adanya kegagalan pelaksanaan
 program bidang kesehatan. AKB Maluku pada awal pelaksanaan RPJMN adalah sebesar 48
 orang per 1000 kelahiran hidup. AKB Maluku cenderung mengalami peningkatan selama tiga
 tahun pelaksanaan RPJMN, dimana pada tahun 2006 AKB Maluku mencapai angka 49,5
 orang per 1000 kelahiran hidup kemudian turun sedikit menjadi 49 orang per 1000 kelahiran
 hidup. Penurunan secara drastis terjadi pada tahun-tahun terakhir perjalanan RPJM yakni
 tahun 2008 dan 2009. Penurunan AKB ini mengindikasikan ada keberhasilan yang
 ditunjukkan dengan adanya perbaikan sasaran-saran program pembangunan bidang
 kesehatan, seperti yang tertuang dalam RPJMD Provinsi Maluku 2008 – 2013, misalnya
 program peningkatan pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskemas jaringannya
 sehingga memungkinkan tersedia layanan kesehatan yang memadai bagi ibu hamil dan
 melahirkan.




                                                    Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       37 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                   2010

        Berdasarkan grafik pada Gambar 12 menunjukkan terjadinya penurunan AKB sejalan
 dengan makin membaiknya asupan gizi masyarakat yang bergerak naik secara perlahan,
 sehingga berakibat kepada menurunnya angka gizi buruk penduduk.


 2.2.3. Prevalensi gizi buruk (%)
        Data prevalensi gizi buruk (%) untuk Provinsi Maluku             dapat ditunjukkan dengan
 Tabel 22 berikut ini.
                             Tabel 22. Data Prevalensi Gizi Buruk (%)
                                              Prevalensi Gizi Buruk 
                                    Tahun 
                                                       (%) 
                                    2004               2,5 
                                    2005               2,3 
                                    2006               2,1 
                                    2007               0,9 
                                    2008               0,7 
                                    2009               0,37 
                            Sumber data: Dinas Kesehatan Maluku



      Prevalensi gizi buruk adalah persentase balita yang mengalami kekurangan gizi akut.
 Penurunan prevalensi gizi buruk mengindikasikan keberhasilan program pembangunan
 bidang kesehatan. Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk pada awal pelaksanaan
 RPJMN di Maluku adalah sebesar 2,5 % (Tabel 22). Angka ini mengalami penurunan yang
 drastis menjadi 0,37% pada akhir pelaksanaan RPJMN di Maluku. Hal ini disebabkan karena
 ada perbaikan kondisi ekonomi masyarakat, terutama masyarakat golongan ekonomi lemah,
 karena masuknya berbagai bantuan dari lembaga-lembaga swadaya masyarakat dalam
 maupun luar negeri, adanya program askeskin, dan program makanan tambahan, serta
 pemberian vitamin A bagi anak di sekolah sehingga kebutuhan gizi anak-anak balita
 terpenuhi.
        Di lain pihak persentase gizi buruk menurun secara drastis menjadi 0,37 % pada
 tahun kelima pelaksanaan RPJMN di Maluku. Hal ini tidak terlepas dari optimalisasi
 pelaksanaan program pembangunan bidang kesehatan, terutama dalam hal penyuluhan
 kepada masyarakat tentang pentingnya gizi bagi balita. Namun demikian, angka-angka

                                                       Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       38 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                               2010

 capaian yang dicapai itu menjadi kontras dengan kenyataan di lapangan, terutama pada
 daerah-daeran terpencil yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Maluku. Secara kasat
 mata masih banyak ditemui anak balita gizi buruk di desa-desa. Hal ini karena laporan-
 laporan yang diberikan kabupaten/kota hanya didasarkan pada persentase program yang
 telah dilaksanakan, dan hanya berdasarkan angka prediksi semata bukan pada angka
 capaian berdasarkan data survei yang dilakukan secara rutin.
        Walaupun terjadi penurunan prevalensi gizi buruk dari tahun ke tahun tapi jika
 membuat dan memperhatikan tren akan menunjukan adanya kenaikan. Hal ini memberikan
 peringatan kalau pemerintah propinsi Maluku harus kembali serius memperhatikan masalah
 ini, atau ada kemungkinan berhubungan dengan krisis global.


 2.2.4. Prevalensi gizi kurang (%)
        Data prevalensi gizi kurang (%) untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan
 Tabel 23 berikut ini.




                                                   Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       39 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                    2010

                           Tabel 23. Data Prevalensi Gizi Kurang (%)
                                               Prevalensi Gizi Kurang  
                                Tahun 
                                                         (%) 
                                 2004                    9,8 
                                 2005                    9,6 
                                 2006                    9,5 
                                 2007                    7,3 
                                 2008                    7,5 
                                 2009                   7,13 
                           Sumber data: Dinas Kesehatan Provinsi Maluku



        Berdasarkan Tabel 23 terlihat bahwa capaian indikator prevalensi gizi kurang di
 Provinsi Maluku dari 2004 – 2009 menunjukan penurunan dari tahun ke tahun. Berturut-turut
 prevalensi gizi kurang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Maluku adalah tahun 2004,
 prevalensi gizi kurang adalah 9,8 %, turun jadi 9,6 % pada tahun 2005, turun lagi menjadi 9,5
 % tahun 2006, turun menjadi 7,3 % tahun 2007 dan tahun 2008 sedikit naik menjadi 7,5 %
 dan tahun 2009 menjadi 7,13 % Angka-angka itu jauh di bawah capaian nasional, artinya
 kinerja pembangunan sudah berada pada sasaran yang baik.
        Prevalensi balita gizi kurang secara universal digunakan sebagai indikator untuk
 memonitor    status   kesehatan.   Penurunan       prevalensi     gizi    kurang      mengindikasikan
 keberhasilan program pembangunan bidang kesehatan. Prevalensi balita yang mengalami
 gizi kurang pada awal pelaksanaan RPJMN di Maluku adalah sebesar 9,8 %. Angka ini
 sedikit demi sedikit turun hingga menjadi 9,6% pada tahun terakhir pelaksanaan RPJMN. Hal
 ini mungkin disebabkan karena semakin baiknya kondisi ekonomi masyarakat, terutama
 masyarakat golongan ekonomi lemah, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan gizi
 anak-anak balita. Disamping itu, adanya intervensi pemerintah untuk membantu masyarakat
 miskin dan implementasi RPJMD Maluku 2008 – 2013 melalui program makanan tambahan
 dan pemberian vitamin A, sehingga asupan gizi anak balita tercukupi. Pada umumnya gizi
 kurang ini terjadi pada keluarga kurang mampu.
        Prevalensi gizi kurang yang menurun di Maluku ini tidak terlepas dari optimalisasi
 pelaksanaan program pembangunan bidang kesehatan, terutama dalam hal penyuluhan
 kepada masyarakat tentang pentingnya gizi bagi balita. namun demikian, perlu diwaspadai,

                                                        Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       40 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                    2010

 karena masih banyak anak balita di pedesaan masih kurang gizi. Diduga angka-angka
 capaian fantastis yang berada jauh diatas angka capaian nasional ini hanya berdasarkan
 laporan kabupaten/kota dan tidak berdasarkan hasil survei yang dilakukan secara teratur.


 2.2.5. Persentase tenaga kesehatan per penduduk
        Data persentase tenaga kesehatan per penduduk untuk Provinsi Maluku                          dapat
 ditunjukkan dengan Tabel 24 berikut ini.


                         Tabel 24. Capaian indikator Persentase Tenaga
                                   Kesehatan Per Penduduk
                                                 Persentase Tenaga 
                              Tahun 
                                              Kesehatan per Penduduk 
                               2004                      2,80 
                               2005                      3,00 
                               2006                      3,00 
                               2007                      3,41 
                               2008                      3,86 
                               2009                      2,76 
                        Sumber data: Dinas Kesehatan Provinsi Maluku (modifikasi)



        Berdasarkan Tabel 24 terlihat bahwa capaian indikator persentase tenaga kesehatan
 per penduduk di Provinsi Maluku dari 2004 – 2009 menunjukan peningkatan dari tahun ke
 tahun. Berturut-turut persentase tenaga kesehatan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Maluku
 adalah; tahun 2004 adalah 2,8 %, tahun 2005 adalah 3 %, tahun 2006 adalah 3,41 %, dan
 tahun 2008 adalah 3,86 % serta tahun 2009 adalah 2,76 %
        Dari tren terlihat bahwa menurun pada tahun 2005 ke 2006, lalu naik secara tajam
 tahun 2006 ke 2008 dan mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2009. Hal
 ini disebabkan karena terjadi kenaikan pertumbuhan penduduk tapi tidak diikuti pertambahan
 jumlah tenaga kesehatan setara dengan pertumbuhan tersebut.




                                                        Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       41 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                   2010

 2.3. Keluarga Berencana
 2.3.1. Persentase penduduk ber-KB (contraceptive prevalence rate)
        Data persentase tenaga kesehatan per penduduk untuk Provinsi Maluku                         dapat
 ditunjukkan dengan Tabel 25 berikut ini.


                             Tabel 25. Persentase Penduduk Ber-KB
                               Tahun         Persen Penduduk Ber‐KB 
                               2004                      39 
                               2005                     39,78 
                               2006                    63,69 
                               2007                    67,35 
                               2008                    79,00 
                               2009                    79,00 
                         Sumber data: BKKB Provinsi Maluku



        Selanjutnya data pada Tabel 25 dapat ditunjukkan secara grafik dengan
 menggunakan Gambar 13 berikut ini.




                         Gambar 13. Grafik Persentasi Penduduk ber-KB



                                                       Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       42 

  
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku
                                                                                                  2010

        Berdasarkan Gambar 13 dan Tabel 25 terlihat bahwa capaian indikator persentase
 penduduk ber-KB di Provinsi Maluku dari 2004 – 2009 menunjukan peningkatan dari tahun
 ke tahun di atas capaian nasional. Peningkatan angka capaian dari tahun 2004 ke 2009
 mencapai 40 %, suatu angka capaian yang spektakuler. Berdasarkan target RPJMN 2004 –
 2009 angka kesertaan penduduk ber-KB adalah 67,5 persen dan target untuk 2015 adalah
 71 persen. Kedua target secara nasional telah terlampaui di Maluku.
        Persentase    Penduduk    ber-KB      (Contraceptive    Prevalence       Rate/CPR)        adalah
 perbandingan antara pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan atau memakai alat
 kontrasepsi dengan seluruh pasangan usia subur. Persentase penduduk ber-KB di Maluku
 pada awal RPJMN adalah sebesar 39 %. Angka ini naik tajam menjadi 79 % pada tahun
 terakhir pelaksanaan RPJMN di Maluku. Rendahnya pasangan usia subur yang
 menggunakan kontrasepsi dipengaruhi oleh keadaan saat itu yang masih dalam suasana
 kerusuhan dimana pelaksaan program KB praktis terhenti. Peningkatan CPR ini
 mengindikasikan keberhasilan pelaksanaan program pembangunan bidang keluarga
 berencana di Maluku pasca kerusuhan. Peningkatan CPR ini dilakukan melalui penyuluhan
 ber-KB kepada masyarakat secara intensif, penyediaan alat kontrasepsi yang memadai, dan
 penyediaan layanan KB kepada masyarakat terutama masyarakat miskin.


 2.3.2. Laju pertumbuhan penduduk
        Data laju pertumbuhan penduduk (LPP) untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan
 dengan Tabel 26 berikut ini.


                         Tabel 26. Data Persentase LPP Provinsi Maluku

                                     Tahun        Persen LPP 
                                     2004            2,55 

                                     2005             2,55 

                                     2006            2,59 

                                     2007            1,44 

                                     2008            2,44 

                                     2009             1,8 
                                 Sumber data: BKKB Provinsi Maluku




                                                      Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon       43 

  
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti

More Related Content

What's hot

Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG
Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNGLaporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG
Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNGEKPD
 
EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PENCAPAIAN TARGET PENERIMAAN PAJAK DA...
EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PENCAPAIAN TARGET PENERIMAAN PAJAK DA...EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PENCAPAIAN TARGET PENERIMAAN PAJAK DA...
EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PENCAPAIAN TARGET PENERIMAAN PAJAK DA...Uofa_Unsada
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNANDLaporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNANDEKPD
 
EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN ...
EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN ...EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN ...
EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN ...Uofa_Unsada
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Lampung - UNILALaporan Akhir EKPD 2010 - Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Lampung - UNILAEKPD
 
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULN
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULNIDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULN
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULNDede Saputra
 
PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...
PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...
PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...Uofa_Unsada
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAH
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAHLaporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAH
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAHEKPD
 
PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN PEMAHAMAN PERPAJAKAN T...
PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN PEMAHAMAN PERPAJAKAN T...PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN PEMAHAMAN PERPAJAKAN T...
PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN PEMAHAMAN PERPAJAKAN T...Uofa_Unsada
 
EFEKTIVITAS DAMPAK PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PEN...
EFEKTIVITAS DAMPAK PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PEN...EFEKTIVITAS DAMPAK PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PEN...
EFEKTIVITAS DAMPAK PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PEN...Uofa_Unsada
 
Tesis Model Efektivitas e-Government
Tesis Model Efektivitas e-GovernmentTesis Model Efektivitas e-Government
Tesis Model Efektivitas e-GovernmentArie Purwanto
 
KEGIATAN PROMOSI PADA SEKSI PROMOSI DAN INFORMASI PASAR DINAS PERINDUSTRIAN D...
KEGIATAN PROMOSI PADA SEKSI PROMOSI DAN INFORMASI PASAR DINAS PERINDUSTRIAN D...KEGIATAN PROMOSI PADA SEKSI PROMOSI DAN INFORMASI PASAR DINAS PERINDUSTRIAN D...
KEGIATAN PROMOSI PADA SEKSI PROMOSI DAN INFORMASI PASAR DINAS PERINDUSTRIAN D...OktavianiDwiAstuti
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNMLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNMEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENLaporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAMLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAMEKPD
 
Studi Hubungan Mental Lokal
Studi Hubungan Mental LokalStudi Hubungan Mental Lokal
Studi Hubungan Mental LokalTri Cahyono
 
Daftar isi proker us a4
Daftar isi proker us a4Daftar isi proker us a4
Daftar isi proker us a4YKS.BIZ.ID
 

What's hot (20)

Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG
Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNGLaporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG
Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG
 
EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PENCAPAIAN TARGET PENERIMAAN PAJAK DA...
EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PENCAPAIAN TARGET PENERIMAAN PAJAK DA...EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PENCAPAIAN TARGET PENERIMAAN PAJAK DA...
EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PENCAPAIAN TARGET PENERIMAAN PAJAK DA...
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNANDLaporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
 
Laporan eskursi gbg kelompok 9
Laporan eskursi gbg kelompok 9Laporan eskursi gbg kelompok 9
Laporan eskursi gbg kelompok 9
 
EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN ...
EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN ...EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN ...
EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN ...
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Lampung - UNILALaporan Akhir EKPD 2010 - Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Lampung - UNILA
 
Daftar isi rkpd 2012
 Daftar isi rkpd 2012 Daftar isi rkpd 2012
Daftar isi rkpd 2012
 
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULN
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULNIDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULN
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULN
 
PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...
PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...
PERBANDINGAN METODE PEMBUKUAN DENGAN PP NO. 46 TAHUN 2013 DALAM RANGKA MENETA...
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAH
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAHLaporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAH
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kepri - UMRAH
 
File 1
File 1File 1
File 1
 
PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN PEMAHAMAN PERPAJAKAN T...
PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN PEMAHAMAN PERPAJAKAN T...PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN PEMAHAMAN PERPAJAKAN T...
PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN PEMAHAMAN PERPAJAKAN T...
 
EFEKTIVITAS DAMPAK PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PEN...
EFEKTIVITAS DAMPAK PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PEN...EFEKTIVITAS DAMPAK PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PEN...
EFEKTIVITAS DAMPAK PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PEN...
 
Tesis Model Efektivitas e-Government
Tesis Model Efektivitas e-GovernmentTesis Model Efektivitas e-Government
Tesis Model Efektivitas e-Government
 
KEGIATAN PROMOSI PADA SEKSI PROMOSI DAN INFORMASI PASAR DINAS PERINDUSTRIAN D...
KEGIATAN PROMOSI PADA SEKSI PROMOSI DAN INFORMASI PASAR DINAS PERINDUSTRIAN D...KEGIATAN PROMOSI PADA SEKSI PROMOSI DAN INFORMASI PASAR DINAS PERINDUSTRIAN D...
KEGIATAN PROMOSI PADA SEKSI PROMOSI DAN INFORMASI PASAR DINAS PERINDUSTRIAN D...
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNMLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENLaporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAMLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
 
Studi Hubungan Mental Lokal
Studi Hubungan Mental LokalStudi Hubungan Mental Lokal
Studi Hubungan Mental Lokal
 
Daftar isi proker us a4
Daftar isi proker us a4Daftar isi proker us a4
Daftar isi proker us a4
 

Similar to Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti

Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTALaporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTAEKPD
 
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPARLaporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAREKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - UnandLaporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - UnandEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNMLaporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNMEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTANLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTANEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUDEKPD
 
Kata pengantar daftar isi & istilah 31 agust 2012-revisi 4_final
Kata pengantar daftar isi & istilah 31 agust 2012-revisi 4_finalKata pengantar daftar isi & istilah 31 agust 2012-revisi 4_final
Kata pengantar daftar isi & istilah 31 agust 2012-revisi 4_finalSuhardi Bae
 
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTILaporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTIEKPD
 
Pedoman pelaksanaan hr (kepmenkes no. 567 2006)
Pedoman pelaksanaan hr (kepmenkes no. 567 2006)Pedoman pelaksanaan hr (kepmenkes no. 567 2006)
Pedoman pelaksanaan hr (kepmenkes no. 567 2006)Irene Susilo
 
Laporan tahunan
Laporan tahunanLaporan tahunan
Laporan tahunanPaul Aurel
 
LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...
LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...
LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...Oswar Mungkasa
 
internal communications and public relations corrective plan recommendation f...
internal communications and public relations corrective plan recommendation f...internal communications and public relations corrective plan recommendation f...
internal communications and public relations corrective plan recommendation f...Agustanto Imam Suprayoghie
 
Laporan pkl lora anjis s. (09102135)
Laporan pkl lora anjis s. (09102135)Laporan pkl lora anjis s. (09102135)
Laporan pkl lora anjis s. (09102135)Lora Anjis
 
Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011
Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011
Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011darikupang
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILALaporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILAEKPD
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantardekanfkip
 

Similar to Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti (20)

Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTALaporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA
 
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPARLaporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - UnandLaporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNMLaporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTANLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
 
Panduan penyelengg sdsn
Panduan penyelengg sdsnPanduan penyelengg sdsn
Panduan penyelengg sdsn
 
Kata pengantar daftar isi & istilah 31 agust 2012-revisi 4_final
Kata pengantar daftar isi & istilah 31 agust 2012-revisi 4_finalKata pengantar daftar isi & istilah 31 agust 2012-revisi 4_final
Kata pengantar daftar isi & istilah 31 agust 2012-revisi 4_final
 
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTILaporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
 
Pedoman pelaksanaan hr (kepmenkes no. 567 2006)
Pedoman pelaksanaan hr (kepmenkes no. 567 2006)Pedoman pelaksanaan hr (kepmenkes no. 567 2006)
Pedoman pelaksanaan hr (kepmenkes no. 567 2006)
 
Laporan tahunan
Laporan tahunanLaporan tahunan
Laporan tahunan
 
Panduan SD Bertaraf Internasional
Panduan SD Bertaraf InternasionalPanduan SD Bertaraf Internasional
Panduan SD Bertaraf Internasional
 
LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...
LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...
LAPORAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN ...
 
internal communications and public relations corrective plan recommendation f...
internal communications and public relations corrective plan recommendation f...internal communications and public relations corrective plan recommendation f...
internal communications and public relations corrective plan recommendation f...
 
Laporan pkl lora anjis s. (09102135)
Laporan pkl lora anjis s. (09102135)Laporan pkl lora anjis s. (09102135)
Laporan pkl lora anjis s. (09102135)
 
Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011
Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011
Aipmnh kota kupang tahun 2009-2011
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILALaporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
 
Modul rba blu
Modul rba bluModul rba blu
Modul rba blu
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 

More from EKPD

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahEKPD
 

More from EKPD (20)

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
 

Recently uploaded

Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKDeviIndriaMustikorin
 
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxdanangpamungkas11
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxnataliadwiasty
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x BintanVenyHandayani2
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 

Recently uploaded (20)

Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
 
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 

Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti

  • 1.
  • 2. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 Kata Pengantar Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dengan 33 Universitas Negeri di Indonesia yang diawali dengan penandatanganan Nota kesepahaman pada hari Kamis Tanggal Dua Puluh Mei tahun Dua Ribu Sepuluh, telah memasuki tahun ketiga dalam agenda melakukan evaluasi kinerja pembangunan daerah. Universitas Pattimura sebagai perguruan tinggi negeri yang berada di Provinsi Maluku dipercayakan melakukan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) di Provinsi Maluku. Pada tahun 2010 ini kegiatan difokuskan pada dua hal yang pertama adalah membandingkan perencanaan dan strategi pembangunan dengan menjandingkan RPJMN dan RPJM Daerah Maluku, untuk melihat relevansi dan konsistensi dan arah perencanaan pembangunan secara nasional dan daerah, dan kedua mengevaluasi kinerja pembangunan berdasarkan kecenderungan yang terjadi dan menganalisis mengapa dan bagaimana kondisi pembangunan daerah yang terjadi. Tim EKPD melakukan pendekatan dengan Pemerintah Provinsi Maluku dalam hal ini Sekertaris Daerah Maluku, dan sosialisasi kepada Ketua Badan Perencanaan Pembanguan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Maluku dan staf. Berdasarkan pertemuan sosialisasi tersebut telah dilakukan pertemuan dengan Gubernur Provinsi Maluku dan secara bersama dengan Sekertaris Bappeda merencanakan pelaksanaan FGD dengan SKPD terkait dan instansi vertikal, yang diselenggara selama dua kali dalam bulan Juli 2010. Kinerja pembangunan daerah diukur dari indikator-indikator kinerja pada bidang utama pembangunan yakni Mewujudkan Indonesia yang aman dan damai; Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis dan Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Indikator dipakai sebagai basis dalam melakukan evaluasi kinerja pembangunan oleh tim evaluasi. Indikator kinerja adalah uraian ringkas yang menggambarkan tentang suatu kinerja yang diukur dalam pelaksanaan suatu kebijakan terhadap tujuannya. Indikator merupakan ukuran kuantitatif dan kualitatif, dalam perumusan indikator yang harus memenuhi asumsi keterukuran. Indikator EKPD 2010 berdasarkan tujuan dan sasaran pembangunan daerah adalah berupa indikator dampak (impact) yang capaiannya didukung melalui pencapaian indikator hasil (outcome). Parameter yang memenuhi lima kaidah untuk menentukan indikator tersebut Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  i   
  • 3. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 adalah: Specific, yakni dapat diidentifikasi dengan jelas; Measurable, jelas dan dapat diukur dengan skala penilaian tertentu yang disepakati, berupa ukuran kuantitas, kualitas dan biaya; Attainable, dapat dicapai; Relevant, mencerminkan keterkaitan secara langsung dan logis antara target output dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan; dan Timely, yakni tepat waktu. Dalam penyelenggaraan evaluasi ini yang menjadi kendala utama adalah sulitnya memperoleh data dari berbagai instansi (SKPD) terutama instansi vertikal seperti kepolisian dan kejaksaan, walaupun melalui pendekatan yang lebih persuasif data dapat dikumpulkan dan dianalisis. Diharapkan laporan EKPD Provinsi Maluku ini dapat menjadi dokumen yang berharga yang menggambarkan kondisi riil di Maluku dan juga bermanfaat bagi Pemerintah Provinsi Maluku dalam mengambil kebijakan dan keputusan strategis dalam membuat perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah di Maluku dengan baik, sehingga upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah Maluku dapat terwujud. Ambon, 2 Desember 2010 Rektor Universitas Pattimura Prof. Dr. H. B. Tetelepta, M.Pd     Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  ii   
  • 4. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 Daftar Isi   Kata Pengantar ........................................................................................................... i Daftar Isi ..................................................................................................................... iii BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Tujuan dan Sasaran .......................................................................... 2 C. Keluaran ............................................................................................ 3 BAB II. HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009 ...................... 4 A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI ...................................................................................... 4 1. Indikator ...................................................................................... 4 2. Analisis Pencapaian Indikator ................................................... 4 3. Rekomendasi Kebijakan ............................................................ 11 B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS ................................................................................. 11 1. Indikator .................................................................................. 11 2. Analisis Pencapaian Indikator ................................................... 12 3. Rekomendasi Kebijakan ............................................................. 20 C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT .............. 21 1. Indikator .................................................................................. 21 2. Analisis Pencapaian Indikator .................................................. 22 3. Rekomendasi Kebijakan .......................................................... 76 D. KESIMPULAN ............................................................................... 79 BAB III. RELEVANSI RPJMN 2010-2014 DENGAN RPJMD PROVINSI ............. 81 1. Pengantar ......................................................................................... 81 2. Tabel 2. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional .......... 83 3. Rekomendasi .................................................................................... 127 a. Rekomendasi Terhadap RPJMD Provinsi ................................ 127 b. Rekomendasi Terhadap RPJMN ............................................... 128 Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  iii   
  • 5. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ..................................................... 129 1. Kesimpulan ....................................................................................... 129 2. Rekomendasi .................................................................................... 130 LAMPIRAN     Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  iv   
  • 6. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah di Provinsi Maluku merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, pada hakekatnya pembangunan daerah di Provinsi Maluku adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa depan daerah yang lebih baik dan kesejahteraan bagi semua masyarakat. Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 32 tahun 2004 yang menegaskan bahwa Pemerintah Daerah diberikan kewenangan secara luas untuk menentukan kebijakan dan program pembangunan di daerah masing-masing. Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2010 di Provinsi Maluku dilaksanakan untuk menilai relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah di Provinsi Maluku dalam rentang waktu 2004-2009. Evaluasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah pembangunan daerah di Provinsi Maluku telah mencapai tujuan/sasaran yang diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari pembangunan daerah tersebut. Kegiatan evaluasi merupakan salah satu dari empat tahapan perencanaan pembangunan yang meliputi penyusunan, penetapan, pengendalian perencanaan serta evaluasi pelaksanaan perencanaan. Sebagai suatu tahapan perencanaan pembangunan, evaluasi harus dilakukan secara sistematis dengan mengumpulkan dan menganalisis data serta informasi untuk menilai sejauh mana pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan tersebut dilaksanakan. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 telah selesai dilaksanakan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, pemerintah (Bappenas) berkewajiban untuk melakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana pelaksanaan RPJMN tersebut. Saat ini telah ditetapkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010–2014. Siklus pembangunan jangka menengah lima tahun secara nasional tidak selalu sama dengan siklus pembangunan 5 tahun di daerah. Sehingga penetapan RPJMN 2010-2014 ini tidak bersamaan waktunya dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Maluku. Hal ini menyebabkan prioritas-prioritas dalam RPJMD tidak selalu mengacu pada prioritas-prioritas RPJMN 2010-2014. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi relevansi prioritas/program antara RPJMN dengan RPJMD Provinsi Maluku. Di dalam pelaksanaan Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  1   
  • 7. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 evaluasi ini, dilakukan dua bentuk evaluasi yang berkaitan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Yang pertama adalah evaluasi atas pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dan yang kedua penilaian keterkaitan antara RPJMD Provinsi Maluku dengan RPJMN 2010-2014. Metode yang digunakan dalam evaluasi pelaksanaan RPJMN 2004-2009 adalah Evaluasi ex-post untuk melihat efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran) dengan mengacu pada tiga agenda RPJMN 2004 - 2009 yaitu agenda Aman dan Damai; Adil dan Demokratis; serta Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Untuk mengukur kinerja yang telah dicapai pemerintah atas pelaksanaan ketiga agenda tersebut, diperlukan identifikasi dan analisis indikator pencapaian. Sedangkan metode yang digunakan dalam evaluasi relevansi RPJMD Provinsi Maluku dengan RPJMN 2010-2014 adalah membandingkan keterkaitan 11 prioritas nasional dan 3 prioritas lainnya dengan prioritas daerah. Selain itu juga mengidentifikasi potensi lokal dan prioritas daerah yang tidak ada dalam RPJMN 2010-2014. Adapun prioritas nasional dalam RPJMN 2010-2014 adalah 1) Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola, 2) Pendidikan, 3) Kesehatan, 4) Penanggulangan Kemiskinan, 5)Ketahanan Pangan, 6) Infrastruktur, 7) Iklim Investasi dan Iklim Usaha, 8) Energi, 9) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana, 10) Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Pasca-konflik, 11) Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi dan 3 prioritas lainnya yaitu 1) Kesejahteraan Rakyat lainnya, 2) Politik, Hukum, dan Keamanan lainnya, 3) Perekonomian lainnya. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari sisi prioritas pembangunan sebagai hasil sandingan RPJMN dan RPJMD Maluku memperlihatkan bahwa prioritas pembangunan di Daerah Maluku sebagian besar yakni sekitar 70% sudah sesuai dengan prioritas pembangunan nasional walaupun tidak konsisten dalam urutan prioritasnya, hal ini disebabkan londisi daerah Maluku berupa daerah kepulauan memiliki spesifikasi yang berbeda dengan daerah provinsi lainnya. Kinerja pembangunan di Daerah Maluku yang ditunjukkan oleh berbagai indikator memperlihatkan bahwa indikator pada agenda Aman dan Damai memperlihatkan kondisi yang cukup menggembirakan dengan capai-capaian yang signifikan. Selanjutnya agenda Adil dan Demokratis memperlihatkan hal yang sama dengan agenda aman dan damai yaitu secara bertahap terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Sebaliknya agenda meningkatkan kesejahteraan rakyat, berdasarkan indikator-indikator yang ada ternyata masih terdapat masalah pembangunan yang belum dapat meningkatkan Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  2   
  • 8. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 kesejahteraan rakyat, terutama masih besarnya angka gizi buruk, angka kematian bayi, angka kemiskinan dan pengangguran. Atas dasar kondisi riil tersebut Laporan EKPD Provinsi Maluku 2010 diharapkan dapat memberikan umpan balik dalam perencanaan pembangunan daerah demi perbaikan kualitas perencanaan di Provinsi Maluku. Selain itu, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai dasar bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan pembangunan daerah Provinsi Maluku.. B. Tujuan dan Sasaran Tujuan kegiatan ini adalah:  Untuk melihat sejauh mana pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dapat memberikan kontribusi pada pembangunan di Provinsi Maluku;  Untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan prioritas/program (outcome) dalam RPJMN 2010-2014 dengan prioritas/program yang ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Maluku. Sasaran yang diharapkan dari kegiatan ini meliputi:  Tersedianya data/informasi dan penilaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di Provinsi Maluku;  Tersedianya data/informasi dan penilaian keterkaitan RPJMD Provinsi Maluku dengan RPJMN 2010-2014. C. Keluaran Keluaran yang diharapkan dari EKPD 2010 adalah  Tersedianya dokumen evaluasi pencapaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 untuk Provinsi Maluku, tersedianya dokumen evaluasi keterkaitan RPJMN 2010-2014 dengan RPJMD Provinsi Maluku Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  3   
  • 9. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 BAB II HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009 A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI 1. Indikator Indikator pada agenda pembangunan Indonesia yang aman dan damai adalah indeks kriminalitas, persentase penyelesaian kasus kejahatan konvensional, dan persentase penyelesaian kasus kejahatan transnasional. Pada bagian ini, karena indikator indeks kriminalitas sangat sulit untuk diperoleh maka indikator ini diganti dengan indikator tindak kriminal dan kejahatan. 2. Analisis Pencapaian Indikator Analisis pencapaian setiap indikator pada agenda ini akan diuraikan untuk setiap indikatornya sebagai berikut. 2.1. Tindak Kriminal dan Kejahatan Indikator yang digunakan untuk membahas bidang ini adalah Tindak Kriminal dan Tindak Kejahatan yang terjadi di Maluku sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Hal ini disebabkan data yang tersedia belum dikonversi menjadi indeks kriminalitas. Berdasarkan Tabel 1 berikut dapat dijelaskan sejak tahun 2005 dengan jumlah tindak kriminal dan kejahatan sebanyak 1134 kasus sesuai yang dilaporkan merangkak naik menjadi 1219 kasus pada tahun 2006 dan selanjutnya terjadi peningkatan jumlah tiap tahunnya yakni tahun 2007 sebanyak 1599 kasus, tahun 2008 sebanyak 2355 kasus dankemudian agak menurun pada tahun 2009 menjadi sebanyak 2269 kasus sebagaimana dilaporkan oleh berbagai Markas Kepolisian Resort di seluruh Provinsi Maluku kepada Kapolda Maluku. Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  4   
  • 10. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 Tabel 1. Tindak Kriminalitas Dan Tindak Kejahatan Di Maluku (2005-2009) Tindak Kriminal Tahun - BULAN 2005 2006 2007 2008 2009 Januari 111 49 151 120 241 Februari 112 85 112 176 211 Maret 135 69 117 147 141 April 72 150 109 195 114 Mei 76 78 206 271 190 Juni 70 195 129 179 191 Juli 71 65 150 213 173 Agustus 67 52 143 212 222 September 56 148 81 162 194 Oktober 111 181 136 178 198 November 151 73 101 240 210 Desember 102 74 164 262 184 Jumlah 1134 1219 1599 2355 2269 Sumber: Polda Maluku 2010 Tindak kriminal dan tindak kejahatan yang terjadi di Provinsi Maluku sejak tahun 2005 sampai dengan 2009 umumnya didominasi oleh terjadinya tindak kekerasan bersama, akibat dari perkelahian antar kampung dan juga konflik antar masa pendukung calon pimpinan daerah pada saat pemilihan kepala daerah. Selain itu kasus-kasus penganiayaan juga banyak terjadi akibat dari masalah ekonomi dan kekerasan dalam rumah tangga. Angka tindak kriminalitas tertinggi terjadi pada tahun 2008 didominasi oleh penganiayaan dan kekerasan bersama akibat dari masalah ekonomi, batas tanah antar kampung, kekerasan bersama konflik antar kampung dan juga akibat dari penyelenggaraan pemilihan kepala daerah. Terjadi 190 kasus penganiayaan berat, diikuti ole 114 kasus kekerasan bersama yang dilakukan oleh massa antar kampung dan massa antar kelompok pendukung pemilihan kepala daerah. Pada tahun 2009 kasus-kasus tindak kriminal menurun walaupun belum signifikan, karena kasus kriminal yang terjadi adalah tindakan kekerasan bersama lebih dari 110 kasus diikuti penganiayaan berat sebanyak 98 kasus. Secara grafik dapat diperlihatkan dengan Gambar 1 berikut ini. Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  5   
  • 11. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 Gambar 1. Grafik Tindak Kriminal Dan Tindak Kejahatan Di Provinsi Maluku 2.2. Persentase penyelesaian kasus kejahatan konvensional Data penyelesaian kasus kejahatan konvensional dapat diperlihatkan dengan Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional Penanganan Tindak Kriminal Tahun - BULAN 2005 2006 2007 2008 2009 Januari 17 22 60 48 108 Februari 45 35 27 73 122 Maret 27 37 39 44 96 April 21 94 32 71 106 Mei 33 44 35 93 94 Juni 28 130 53 83 73 Juli 37 26 68 108 89 Agustus 25 22 60 106 110 September 23 107 15 88 92 Oktober 11 149 44 65 91 November 107 19 68 106 111 Desember 55 38 29 125 113 Jumlah 429 723 530 1010 1205 Sumber: Polda Maluku (2010) Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  6   
  • 12. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 Berdasarkan data pada Tabel 2 Penyelesaian Tindak Pidana dan Kejahatan konvensional menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi angka penyelesaian, pada tahun 2005 dari 1134 kasus dapat diselesaikan 429 kasus, selanjutnya pada tahun 2006 terjadi kenaikan penyelesaian menjadi 723 dari 1219 kasus yang dilaporkan, walaupun demikian pada tahun 2007 penyelesaian kasus menurun menjadi hanya 530 dari 1599 kasus yang dilaporkan dan selanjutnya meningkat pada tahun 2008 menjadi 1010 kasus dari 2355 kasus yang dilaporkan dan meningkat lagi menjadi 1205 kasus yang dapat diselesaikan dari 2269 kasus yang dilaporkan. Disini dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kasus dari tahun ke tahun namun tidak diikuti dengan penyelesaian kasus pada tahun yang bersangkutan sehingga terjadi penumpukan dari tahun ke tahun. Penanganan kasus tindak kejahatan konvensional memperlihatkan kenaikan jumlah yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, walaupun demikian setiap tahun kasus yang terjadi tidak tuntas dapat diselesaikan sehingga terjadi akumulasi tidak selesainya kasus dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil evaluasi dari informasi yang diperoleh, sebagian besar kasus yang belum dapat ditangani adalah kasus kejahatan yang terjadi di daerah kabupaten. Kasus kejahatan terbanyak terdapat di Kabupaten Maluku Tengah, dan dengan jumlah aparat kepolisian yang belum memadai jumlahnya maka merupakan kendala utama dalam menyelesaikan kasus-kasus kejahatan tersebut. Persentase penyelesaian kasus tindak kejahatan di Provinsi Maluku adalah sebesar 37% pada tahun 2005, naik menjadi 59% pada tahun 2006, selanjutnya hanya mencapai 33% pada tahun 2007, dan menjadi 42% pada tahun 2008 kemudian sebesar 53% pada tahun 2009. Lambatnya penyelesaian kasus juga berdampak pada makin maraknya kejahatan baru yang mungkin saja terjadi akibat dari ketidak puasan masyarakat terhadap kinerja aparat keamanan di daerah-daerah. Masih rendahnya rasio jumlah aparat kepolisian dengan banyaknya jumlah penduduk yang harus dilayani juga merupakan faktor lambatnya penyelesaian kasus-kasus tersebut. Secara ringkas dapat diperlihatkan dengan Gambar 2 berikut ini. Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  7   
  • 13. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 Gambar 2. Grafik Penanganan Tindak Kejahatan Konvensional 2.3. Persentase penyelesaian kasus kejahatan transnasional. Data dan informasi tentang tindak kejahatan transnasional tidak tersedia pada instansi terkait kepolisian maupun kejaksaan, sehingga untuk menunjukkan secara pasti informasi ini masih belum dapat dilakukan. Walaupun demikian berdasarkan sumber data dan informasi dari Polda Provinsi Maluku dapat diidentifikasi beberapa kasus kejahatan yang identik dengan kegiatan transnasional Kejahatan tersebut adalah seperti disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. memperlihatkan bahwa terjadi fluktuasi jumlah kasus yang terjadi di Provinsi Maluku. Kasus kejahatan illegal logging misalnya terdapat 4 kasus pada tahun 2005 turun menjadi 1 kasus pada tahun 2006, selanjutnya naik pada tahun 2007 dan 2008 berturut-turut sebesar 12 dan 22 kasus, kemudian turun pada tahun 2009 menjadi sebesar 8 kasus kejahatan. Kasus illegal oil memperlihatkan 6 kasus pada tahun 2005 turun menjadi 4 kasus pada tahun 2006 dan menjadi 1 kasus pada tahun 2007 dan 1 kasus pada tahun 2008 dan menjadi 2 kasus pada tahun 2009. Kasus illegal fishing sebanyak 14 kasus tahun 2005 menjadi 11 kasus pada tahun 2006 dan hanya 10 kasus pada tahun 2007, dan berturut hanya 6 dan 5 kasus. Kasus kejahatan psikoterapi dan narkoba memperlihatkan jumlah kasus yang cukup signifikan pada tahun 2005 sebanyak 6 kasus, tahun 2006 4 kasus, kemudian naik menjadi 11 kasus pada tahun 2007 dan 12 kasus pada tahun 2008, kemudian meningkat menjadi 18 kasus pada tahun 2009. Selain itu penggunaan dan pemilikan senpi/handak dan amunisi di Maluku adalah sebanyak 22 kasus pada tahun 2005 turun Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  8   
  • 14. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 menjadi 12 kasus pada tahun 2006 dan 11 kasus pada tahun 2007, 12 kasus pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 17 kasus pada tahun 2009. Kasus terorisme terjadi hanya pada tahun 2006 yakni 3 kasus yang proses penananganannya sudah selesai di pengadilan. Berdasarkan uraian jumlah kasus di atas ternyata sampai saat ini persentase penyelesaiannya belum dapat disajikan karena belum tersedianya informasi dan data dari sumber yang dapat dipercaya. Tabel 3. Identifikasi Jumlah Kejahatan Transnasional di Provinsi Maluku TAHUN TINDAK KEJAHATAN 2005 2006 2007 2008 2009 Illegal logging 4 1 12 22 8 Illegal oil 6 4 1 1 2 Illegal fishing 14 11 10 6 5 Psikoterapi/Narkoba 46 14 11 12 18 Senpi/Handak/Amunisi 22 2 11 12 17 Terorisme - 3 - - - Jumlah 92 35 54 53 50 Sumber: Polda Maluku 2010 Selanjutnya persentase penyelesaian tindak kejahatan transnasional di Maluku dapat diperlihatkan dengan Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Persentase Penyelesaian Tindak Kejahatan Transnasional di Maluku TAHUN TINDAK KEJAHATAN 2005 2006 2007 2008 2009 Illegal logging 0.75 1.00 0.75 0.68 0.75 Illegal oil 0.50 0.75 1.00 1.00 1.00 Illegal fishing 0.64 0.81 0.70 0.83 0.60 Psikoterapi/Narkoba 0.63 0.71 0.72 0.58 0.44 Senpi/Handak/Amunisi 0.81 1.00 0.73 0.66 0.53 Terorisme 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00 Rata‐rata  0.56 0.88 0.65 0.63 0.55 Sumber: Polda Maluku 2010 Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  9   
  • 15. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 Kemudian data pada Tabel 4 dapat ditunjukkan secara grafik pada Gambar 3 berikut ini.  Gambar 3. Grafik rata-rata Persentase Penyelesaian Tindak Kejahatan                                            Transnasional di Maluku Persentase penyelesaiannya seperti disajikan pada Gambar 3 memperlihatkan bahwa proses penyelesaian lebih cepat dibandingkan dengan kejahatan konvensional dengan jumlah kasus kriminal dan kejahatan yang banyak sehingga terjadi akumulasi dari tahun ke tahun. Rata-rata penyelesaian kasus kejahatan transnasional pada tahun 2005 adalah 56% kemudian naik menyolok sebesar 88% pada tahun 2006, kemudian menurun menjadi sebesar 65% pada tahun 2007, kemudian menurun menjadi 63% dan 55% berturut- turut pada tahun 2008 dan 2009. Kasus terorisme hanya terjadi pada tahun 2006 dengan 3 kasus penangkapan gembong teroris yang semuanya dapat diselesaikan pada tahun yang sama. Dibandingkan dengan kasus illegal fishing penyelesaian kasusnya hanya 60% artinya masih tertunda sampai dengan tahun berikutnya. Sebaliknya kasus illegal oil penyelesaian kasus pada tahun 2005 dan 2006 adalah 50% dan 75% berturut-turut, tetapi kemudian menjadi 100% pada tahun-tahun berikutnya sampai dengan tahun 2009 Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  10   
  • 16. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 3. Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan indikator dan hasil analisis seperti diuraikan di atas dapat direkomnedasikan hal-hal sebagai berikut:  Terjadinya kenaikan tindak kriminal dan kejahatan dari tahun ke tahun merupakan indikator yang tidak baik dari segi keamanan dan ketentraman kehidupan masyarakat;  Jumlah penanganan kasus kejahatan konvensional belum dapat dilakukan secara memadai setiap tahun karena penyelesaian kasus tiap tahun kurang dari 50%;  Jumlah kasus yang teridentifikasi sebagai kejahatanan transnasional menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun, walaupun demikian proses penyelesaian kasus berjalan lebih cepat dibandingkan kejahatan konvensional, yang disebabkan oleh sedikitnya kasus yang ditangani  Untuk lebih meningkatkan keamanan dan ketentraman masyarakat diperlukan perhatian pemerintah dalam memenuhi rasio jumlah aparat kepolisian dengan jumlah penduduk di Provinsi Maluku, mengingat wilayah kepulauan dimana penduduk tersebar di pulau-pulau kecil yang sulit dalam komunikasi dan transportasi. B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS 1. Indikator Indikator pada agenda pembangunan Indonesia yang adil dan demokratis dibagi atas dua bagian yaitu pelayanan publik dan demokrasi. Indikator yang berkaitan dengan pelayanan publik adalah persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan, persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap, dan persentase instansi (SKPD) provinsi yang memiliki pelaporan wajar tanpa pengecualian (WTP). Sedangkan indikator yang berkaitan dengan demokrasi adalah Gender Development Index (GDI) dan Gender Empowerment Meassurement (GEM). Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  11   
  • 17. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 2. Analisis Pencapaian Indikator Analisis pencapaian setiap indikator pada agenda ini akan diuraikan untuk setiap indikatornya sebagai berikut. 2.1. Pelayanan Publik 2.1.1. Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan. Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan dapat diperlihatkan dengan menggunakan Tabel 4 berikut ini. Tabel 5. Persentase Jumlah Kasus Korupsi Yang Tertangani Dibandingkan Dengan Yang Dilaporkan Tahun Provinsi 2004 - 2005 - 2006 - 2007 30 2008 19.05 2009 19.05 Data presentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan seperti yang diperlihatkan dengan Tabel 5 hanya data dari tahun 2007 – 2009. Sedangkan data dari tahun 2004 – 2006 tidak diperoleh karena sistem basis data yang tidak baik dari instansi terkait. Selanjutnya data Tabel 5 dapat diperlihatkan dengan grafik seperti pada Gambar 4 berikut ini.                     Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  12   
  • 18. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 Gambar 4. Grafik Persentase Jumlah Kasus Korupsi Yang Tertangani Dibandingkan Dengan Yang Dilaporkan Berdasarkan Gambar 4 dan Tabel 5, terlihat bahwa perkembangan penanganan kasus korupsi di Provinsi Maluku mencerminkan realitas yang cukup memprihatinkan. Bahkan dari jumlah kasus yang dilaporkan, hanya sebagian kecil yang bisa ditangani. Dari tahun 2007 – 2009 mengalami penurunan yang sangat signifikan. Rendahnya kinerja penanganan kasus korupsi, memang tidak bisa dilepas-pisahkan dari faktor-faktor lainnya seperti jumlah jaksa penyidik, lamanya proses penyelidikan, kelengkapan alat bukti hukum, situasi masyarakat, dan sebagainya, akan tetapi rendahnya kinerja dimaksud berdampak negatif terhadap pencitraan institusi dan aparat penegak hukum di mata masyarakat. Rendahnya derajat kepercayaan (trust) di dalam masyarakat terhadap institusi dan aparat penegak hukum kasus korupsi di Maluku. 2.1.2. Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap. Data persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap dapat diperlihatkan dengan Tabel 6 berikut ini. Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  13   
  • 19. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 Tabel 6. Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap. Tahun Provinsi 2004 10 2005 10 2006 10 2007 20 2008 30 2009 30 Selanjutnya data Tabel 6 dapat diperlihatkan secara grafik dengan menggunakan Gambar 5 berikut ini. Gambar 5. Grafik Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap Merujuk pada Gambar 5 dan Tabel 6 di atas, data menunjukkan bahwa jumlah kabupaten/kota di Provinsi Maluku yang memiliki peraturan daerah satu atap sejak tahun 2004 hingga 2006, dapat dikatakan konstan. Perkembangan di tingkat Provinsi Maluku mulai terjadi memasuki tahun 2007 dan 2008. Meskipun menunjukkan perubahan yang cukup baik, namun kondisi demikian hakekatnya mencerminkan lambannya kinerja birokrasi daerah Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  14   
  • 20. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 dalam mengakselerasi dinamika khususnya pelayanan publik yang memungkinkan masyarakat memperoleh pelayanan secara cepat, tepat dan murah. Dua faktor penting di antaranya yang diduga kuat menyebabkan lambannya perubahan adalah (1) lemahnya kapasitas lembaga legislatif yang diindikasikan dari tidak pernahnya memanfaatkan hak inisiatif, dan (2) tidak tersedianya inventarisasi kebutuhan Ranperda sebagai penjabaran dari berbagai ketentuan normatif yang lebih tinggi. 2.1.3. Persentase Kabupaten / Kota yang memiliki pelaporan wajar tanpa pengecualian (WTP). Sesuai dengan amanat UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan untuk daerah diamanatkan dalam UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang diamandemenkan menjadi UU No. 32 Tahun 2004. Semua UU ini mengamanatkan secara jelas bahwa pemerintah pusat maupun daerah, selain menyusun Laporan Realisasi Anggaran, wajib pula menyusun Neraca, Laporan Arus Kas, dan catatan atas laporan keuangan, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, dan menyampaikannya kepada DPR oleh pemerintah pusat, dan kepada DPRD oleh pemerintah provinsi/kabupaten/kota. Mulai beberapa tahun terakhir, pemerintah pusat dan daerah menyusun la[poran keuanagan dalam bentuk seperti yang diamanatkan oleh UU tersebut di atas. Upaya ini tidak mudah, apalagi menyusun neraca, pemerintah pusat, termasuk kementerian dan lembaga, serta seluruh pemerintah daerah harus menyusun neraca awal. Untuk meyusun neraca awal ini, seluruh aset tetap dari pemerintah harus diinventarisasi dan dinilai berdasarkan nilai wajar. Demikian juga jenis aset yang lain, seperti rekening kas pada bendahara umum daerah, persediaan barang, investasi pemerintah, dan lain-lain, serta utang-utang pemerintah, semua harus dicatat dan disajikan secara transparan dan menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Undang-Undang ini juga mengamanatkan bahwa enam bulan sejak tahun anggaran 2006 berakhir, berarti batas waktu tanggal 30 Juni tahun 2007, pemerintah pusat dan daerah harus sudah menyerahkan laporan keuangan tahun buku 2006 yang sudah diaudit oleh BPK kepada DPR. Khusus untuk Daerah Maluku Tim EKPD belum dapat menyajikan data persentase daerah kabupaten/kota yang memiliki opini pelaporan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian, Wajar Dengan Pengecualian atau Disclaimer = Tidak Mendapat Penilaian(TMP). Hal ini disebabkan hasil audit yang dilakukan oleh BPKP tidak diumumkan dan tidak dapat diakses Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  15   
  • 21. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 oleh Tim. Walaupun demikian, informasi yang diperoleh dapat menjelaskan permasalahan opini laporan keuangan di daerah ini. Seperti yang disampaikan oleh Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI, sesuai dengan hasil pemeriksaan BPK selama tiga tahun terakhir, pemerintah daerah di Wilayah Maluku, belum ada yang bisa memperoleh Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Bahkan pada dua tahun terakhir yaitu tahun 2008 dan 2009, semua kabupaten masih memperoleh opini Tidak Memberikan Pendapat (TMP=Disclaimer). Hal ini menandakan pemerintah daerah di wilayah Maluku perlu mempercepat proses perbaikan penyusunan laporan keuangannya. Percepatan tersebut dilakukan dengan mengerahkan seluruh daya dan upaya termasuk yang paling penting adalah menggugah kesadaran seluruh jajaran eksekutif mengenai pentingnya penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). BPKP akan terus mendorong pemerintah daerah di Maluku untuk memperbaiki kualitas pengelolaan dan penyusunan laporan keuangannya. Upaya yang dilakukan oleh Kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam meningkatkan kualitas pengelolaan dan pelaporan keuangan daerahnya, adalah dengan membuat kerjasama dengan BPKP untuk mensosialisasi PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Upaya ini dilakukan atas dasar kesadaran Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat bahwa sesuai informasi BPKP di Maluku, kualitas laporan keuangan seluruh pemerintah daerah kabupaten/kota dan provinsi tahun 2008 masih belum memadai. Hal ini ditandai dengan opini BPK atas laporan keuangan pemerintah daerah yang seluruhnya memperoleh opini disclaimer yakni menolak untuk menyatakan pendapat. Menurut perwakilan BPKP Provinsi Maluku (Muh. Sugeng), kualitas laporan keuangan pemda setidaknya dipengaruhi oleh: Kesesuaian laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP); diselenggarakannya sistem pengendalian intern yang memadai, ditaatinya peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta diungkapkannya seluruh kejadian dalam laporan keuangan (full disclouser). Keempat hal tersebut mustahil terwujud tanpa adanya komitmen yang tinggi dari pimpinan dan dukungan seluruh komponen organisasi pemerintah daerah. Sejalan dengan hal itu, dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP yang merupakan amanah dari paket UU Keuangan Negara, yaitu UU Nomor 17 tahun 2003, UU Nomor 1 Tahun 2004, dan UU nomor 15 tahun 2004, yang nantinya diselenggarakan di jajaran Pemda MTB secara menyeluruh, diharapkan mampu Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  16   
  • 22. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 menjawab hal tersebut sekaligus mampu memperbaiki kualitas opini laporan keuangan. Opini yang diperoleh nanti setidaknya setingkat lebih baik, yaitu Wajar Dengan Pengecualian (WTD), atau bahkan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Kondisi pengelolaan dan pelaporan keuangan di Maluku yang belum memadai dapat disebabkan oleh kemampuan sumber daya manusia di bidang keuangan yang belum memadai dari sisi kualitas, juga disebabkan oleh maraknya kasus-kasus korupsi yang terjadi di hampir semua SKPD di seluruh kabupaten/kota seluruh Maluku. Tingginya tingkat korupsi karena penyalahgunaan pengelolaan keuangan adalah faktor utama sehingga mempengaruhi kualitas laporan keuangan yang berdampak pada terjadinya opini disclaimer di semua kabupaten di Maluku. 2.2. Demokrasi 2.2.1. Gender Development Index (GDI) Gender Development Index (GDI) untuk Provinsi Maluku dapat diperlihatkan dengan menggunakan Tabel 6 berikut ini. Tabel 7. Gender Development Index (GDI) Tahun Provinsi 2004 61.93 2005 62.52 2006 64,60 2007 66,30 2008 - 2009 - Data pada Tabel 7 dapat diperlihatkan secara grafik dengan menggunakan Gambar 6 berikut ini.             Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  17   
  • 23. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010             Gambar 6. Grafik Gender Development Index (GDI) Gambar 6. Grafik Gender Development Index (GDI) Gambar 6 dan Tabel 7 menunjukkan GDI tingkat Provinsi Maluku yang menunjukkan trend meningkat walaupun tidak secara ekstrim pada tahun 2004 hingga 2007. Kondisi ini mencerminkan adanya kecenderungan (walaupun kecil) terhadap perbaikan tatanan masyarakat yang mengarah pada persamaan gender (gender equality). Sedangkan tahun 2008 hingga 2009 belum dapat digambarkan karena tim kesulitan mendapatkan datanya. Kondisi ini mencerminkan adanya kecenderungan (walaupun kecil) terhadap perbaikan tatanan masyarakat yang mengarah pada persamaan gender (gender equality). Perkembangan demikian tidak terlepas dari sosialisasi gagasan tentang persamaan gender yang cukup sering dilakukan oleh sejumlah lembaga baik instansi pemerintah maupun masyarakat melalui media massa dan beberapa kegiatan lokakarya/seminar. Selain itu, perubahan struktur kognitif dan sosial dapat terjadi, juga disebabkan adanya sifat keterbukaan dari konfigurasi kultural kelompok-kelompok etnik dan sub-etnik di Maluku yang mudah menerima dan beradaptasi dengan gagasan-gagasan baru termasuk gagasan tentang persamaan gender. 2.2.2. Gender Empowerment Meassurement (GEM). Gender Empowerment Meassurement (GEM) untuk Provinsi Maluku dapat diperlihatkan dengan Tabel 8 berikut ini. Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  18   
  • 24. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 Tabel 8. Gender Empowerment Meassurement (GEM). Tahun Provinsi 2004 51.41 2005 52.18 2006 53,90 2007 56,20 2008 - 2009 - Kemudian data pada Tabel 8 dapat diperlihatkan secara grafik dengan menggunakan Gambar 7 berikut ini. Gambar 7. Grafik Gender Empowerment Meassurement (GEM). Data GEM dalam Gambar 7 dan Tabel 8 menunjukkan kecenderungan yang meningkat tidak secara ekstrim (tahun 2004 hingga 2007). Kondisi demikian mencerminkan adanya kecenderungan persamaan gender di dalam bidang ekonomi dan politik termasuk proses pengambilan keputusan. Tahun 2008 hingga 2009 belum dapat diuraikan karena data pada tahun ini sampai saat ini tim kesulitan mendapatkannya. Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  19   
  • 25. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 Kondisi demikian mencerminkan adanya kecenderungan persamaan gender di dalam bidang ekonomi dan politik termasuk proses pengambilan keputusan. Kecenderungan meningkatnya partisipasi ini, sesungguhnya berbanding lurus dengan perkembangan GDI, meskipun nilainya secara kuantitatif masih lebih kecil. Kondisi ini menunjukkan bahwa perubahan struktur sosial dalam menerima gagasan tentang persamaan gender, belum sepenuhnya diikuti dengan pemberian kepercayaan terutama kepada kaum perempuan untuk lebih banyak terlibat dalam proses pengambilan keputusan baik secara ekonomi maupun politik. 3. Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan pembahasan maka dapat disampaikan beberapa hal sebagai rekomendasi kebijakan:  Penanganan kasus korupsi perlu dilakukan secara serius. Selain aspek teknis penyelidikkan, penyidikan dan peradilan termasuk jumlah aparat, juga diperlukan pengawasan yang memadai atas proses penanganan yang akan dan sementara berlangsung dalam rangka menjamin adanya penuntasan dan kepastian hukum atas suatu kasus yang terindikasi korupsi.  Diperlukan adanya upaya untuk mendorong peningkatan koordinasi dan sinkronisasi lintas institusi pemerintahan, termasuk memperdalam pemahaman dari substansi berpemerintahan yang berbasis pada otonomi daerah dan desentralisasi terutama pada tingkat kabupaten/kota. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengakselerasi pengembangan Peraturan Daerah Pelayanan Satu Atap yang memungkinkan masyarakat dapat memperoleh pelayanan secara cepat, tepat dan murah.  Diperlukan pengembangan sistem database yang berperspektif gender dalam berbagai aspek atau bidang pembangunan.  Kesadaran politik masyarakat yang tinggi perlu terus dipelihara melalui berbagai program pembinaan dan pengembangan wawasan kebangsaan.  Pemerintah daerah di wilayah Maluku perlu mempercepat proses perbaikan penyusunan laporan keuangannya. Percepatan tersebut dilakukan dengan mengerahkan seluruh daya dan upaya termasuk yang paling penting adalah menggugah kesadaran seluruh jajaran eksekutif mengenai pentingnya penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  20   
  • 26. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010  BPKP harus terus mendorong pemerintah daerah di Maluku untuk memperbaiki kualitas pengelolaan dan penyusunan laporan keuangannya. C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 1. Indikator Indikator yang berkaitan dengan agenda meningkatkan kesejahteraan rakyat terbagi atas sepuluh bagian yaitu indeks pembangunan manusia, pendidikan, kesehatan, keluarga berencana, ekonomi makro, investasi, infrastruktur, pertanian, kehutanan, kelautan, dan kesejahteraan sosial. Indikator yang berkaitan dengan pendidikan adalah HDI angka partisipasi murni (SD/MI), angka partisipasi kasar (SD/MI), rata-rata nilai akhir SMP/MTs, rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA, angka putus sekolah SD, angka putus sekolah SMP/MTs, angka putus sekolah menengah, angka melek aksara 15 tahun ke atas, persentase jumlah guru yang layak mengajar SMP/MTs, persentase jumlah guru yang layak mengajar sekolah menengah. Indikator yang berkaitan dengan kesehatan adalah umur harapan hidup (UHH), angka kematian bayi (AKB), prevalensi gizi buruk (%), prevalensi gizi kurang (%), persentase tenaga kesehatan per penduduk. Sedangkan indikator yang berkaitan dengan keluarga berencana adalah persentase penduduk ber-KB (contraceptive prevalence rate), laju pertumbuhan penduduk , dan Total Fertility Rate (TFR). Indikator yang berkaitan dengan ekonomi makro antara lain laju pertumbuhan ekonomi, persentase ekspor terhadap PDRB, persentase output manufaktur terhadap PDRB, dan pendapatan per kapita (dalam juta rupiah), dan laju inflasi. Sedangkan indikator yang berkaitan dengan investasi adalah nilai rencana PMA yang disetujui, nilai realisasi investasi PMA (US$ Juta), nilai rencana PMDN yang disetujui, nilai realisasi investasi PMDN (Rp Milyar), dan realisasi penyerapan tenaga kerja PMA. Indikator yang berkaitan dengan infrastruktur adalah persentase panjang jalan nasional dalam kondisi baik, sedang, dan buruk termasuk persentase panjang jalan provinsi dalam kondisi baik, sedang dan buruk. Indikator yang berkaitan dengan pertanian adalah rata-rata nilai tukar petani per tahun dan PDRB sektor pertanian. Kemudian indikator yang berkaitan dengan kehutanan adalah persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis. Sedangkan indikator yang berkaitan dengan kelautan adalah jumlah tindak pidana perikanan dan luas kawasan Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  21   
  • 27. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 konservasi laut (juta Ha). Indikator yang berkaitan dengan kesejahteraan social adalah persentase penduduk miskin dan tingkat pengangguran terbuka. 2. Analisis Pencapaian Indikator Analisis pencapaian setiap indikator pada agenda ini akan diuraikan untuk setiap indikatornya sebagai berikut. 2.1. Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia untuk Provinsi Maluku dapat diperlihatkan dengan Tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Indeks Pembangunan Manusia Tahun IPM 2004 69,00 2005 69,20 2006 69,70 2007 69,96 2008 69,96 2009 70,96 Selanjutnya data pada Tabel 9 dapat ditunjukkan secara grafik dengan menggunakan Gambar 8 berikut ini. Gambar 8. Grafik Indeks Pembangunan Manusia Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  22   
  • 28. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 Salah satu indikator Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Peningkatan IPM berhubungan langsung dengan perbaikan indikator-indikator sosial, misalnya, angka melek huruf dewasa, angka kematian bayi, perbaikan IPM juga diiringi oleh berkurangnya kemiskinan yang mana angka kemiskinan pendapatan juga tidak dapat mengungkapkan kenyataan bahwa seseorang dapat jatuh miskin bukan saja karena tidak memiliki pendapatan yang cukup, tapi karena tertinggal dalam banyak hal. Misalnya tertinggal dalam hal pendidikan, memiliki tingkat kesehatan yang buruk, atau hidup di lingkungan yang tidak aman. Berdasarkan data Gambar 8 dan Tabel 9 terlihat bahwa Indeks Pembangunan Manusia Propinsi Maluku bertumbuh secara perlahan mencapai 70,96 % pada tahun 2009 dari basis tahun 2004 sebesar 69,00 % atau naik 1,96 %, tetapi masih dibawah angka pencapaian nasional. Hal ini disebabkan karena masih cukup tinggi angka putus sekolah pada anak 7 – 24 tahun di Maluku yaitu mencapai 27,05 % dan anak yang belum pernah bersekolah pada usia tersebut mencapai 0,93%. Di lain pihak, indikator kemiskinan juga masih cukup memprihatinkan karena angka kemiskinan penduduk di Maluku masih tinggi yaitu 28,10 % pada tahun 2009. Namun di sisi lain terjadi perbaikan terhadap indikator kesehatan penduduk yang ditunjukkan dengan menurunnya angka kematian bayi yang cukup signifikan yaitu dari 49,5 % tahun 2006 menjadi 9 % tahun 2009. Faktor lain yang membuat perubahan IPM Maluku yang lambat selama 5 tahun terakhir adalah kondisi lingkungan sosial yang tidak aman yang dialami Provinsi Maluku selama kurang lebih 5 tahun yakni sejak tahun 1999 – 2004 dan eksesnya dirasakan sampai sekarang. 2.2. Pendidikan 2.2.1. Angka partisipasi murni (SD/MI) Angka Partisipasi Murni untuk Provinsi Maluku dapat diperlihatkan dengan Tabel 10 berikut ini. Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  23   
  • 29. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 Tabel 10. Capaian Indikator Angka Partisipasi Murni SD/MI Tahun Provinsi 2004 93,46 2005 92,93 2006 92,4 2007 94,37 2008 95,48 2009 97,03 Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku Selanjutnya data pada Tabel 10 dapat ditunjukkan secara grafik dengan menggunakan Gambar 9 berikut ini. Gambar 9. Grafik Persentasi Indikator APM Provinsi Maluku Berdasarkan Gambar 9 dan Tabel 10 angka capaian APM Provinsi Maluku mengalami penurunan dari 93,46 persen tahun 2004 menjadi 92,4 persen pada tahun 2006 atau menunjukan tren penurunan sebesar 0,53 persen setiap tahun sampai tahun 2006, sebaliknya telah mengalami peningkatan dari 92,4 persen tahun 2006 menjadi 97,03 persen tahun 2009 atau mengalami peningkatan sebesar 1,11-1,97 % (data tabel 9). Berdasarkan data tersebut bahwa penurunan APM SD/MI masing-masing 0,53 persen dari tahun 2004 – Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  24   
  • 30. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 2006 disebabkan karena jumlah anak usia 7 -12 tahun yang sedang bersekolah pada jenjang SD/MI mengalami penurunan sebesar 0,53 persen setiap tahun (2004 – 2006). Penurunan tersebut disebabkan oleh pengaruh dari dampak kerusuhan Maluku dimana kondisi keamanan masih belum stabil. Banyak anak yang eksodus keluar daerah Maluku mengikuti orang tua atau banyak pula anak usia tersebut yang belum disekolahkan oleh orang tua mereka karena tidak kondusifnya keamanan saat itu. Setelah tahun 2006 seiring dengan membaiknya kondisi keamanan di Maluku dan banyaknya lembaga-lembaga swadaya (NGO) dalam maupun luar negeri turut berpartisipasi merestorasi pembangunan pasca kerusuhan, sehingga berdampak kepada kenaikan APM SD/MI yang cukup tinggi yaitu antara 1,11 – 1,97 persen. Kondisi perbaikan APM SD/MI ini juga dipengaruhi antara lain oleh perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan dana bantuan operasional sekolah (BOS) dan komitmen alokasi anggaran pendapatan dan belanja daerah sebesar 20 persen untuk pendidikan sesuai dengan amanat UUD 1945 perubahan. Namun demikian, APM SD/MI belum mencapai 100 persen, masih terdapat kurang dari 3 persen anak usia tersebut yang belum bersekolah pada jenjang tersebut. Hal ini mengindikasikan program wajib belajar 9 tahun belum tuntas, dan masih tingginya angka kemiskinan sehingga masih ada pekerjaan rumah bagi pemerintah terutama pemerintah kabupaten/kota di Maluku untuk menyelesaikannya dengan serius walaupun dilain pihak telah terjadi kenaikan yang sangat signifikan pada APK (data tabel 10) sebagai dampak dari diluncurkannya program wajib belajar 12 tahun oleh pemerintah Provinsi Maluku. 2.1.2.Angka Partisipasi Kasar (SD/MI) Data mengenai Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk Provinsi Maluku pada tahun 2004 hingga 2006 tidak dapat diperoleh sehingga data yang dapat ditunjukkan hanya data pada tahun 2007 hingga 2009. Data APK yang dimaksud dapat diperlihatkan dengan Tabel 11 berikut ini. Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  25   
  • 31. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 Tabel 11. Angka Partisipasi Kasar SD/MI Angka Partisipasi Kasar Tahun (APK) 2004 97,4 2005 106,8 2006 109,9 2007 116,36 2008 114,35 2009 112,58 Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku Selanjutnya data pada Tabel 11 dapat ditunjukkan secara grafik dengan menggunakan Gambar 10 berikut ini. Gambar 10. Grafik Persentasi Indikator APK Provinsi Maluku Berdasarkan Gambar 10 dan Tabel 11 data angka Partisipasi Kasar (APK) Provinsi Maluku di atas, APK SD/MI tahun 2009 telah mencapai 112,58 persen, secara signifikan lebih tinggi dibandingan dengan capaian APM tahun yang sama yang baru mencapai 97,03 persen. Hal itu menunjukkan banyaknya siswa yang berusia di bawah tujuh tahun Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  26   
  • 32. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 (undergrate) dan di atas 12 tahun (overage). Hal ini dimungkinkan karena pasca kerusuhan Maluku ada usaha dari berbagai pihak untuk mengatasi problem-problem pembangunan pendidikan di Maluku sehingga mendorong banyak anak yang berada dibawah usia 7 tahun telah bersekolah SD/MI maka jumlahnya terus meningkat terutama di kota Ambon dan kota- kota kabupaten di Maluku. Di samping itu, adanya anak-anak usia di atas 12 tahun yang masih bersekolah di SD/MI, hal ini disebabkan oleh dua kemungkinan. Pertama, anak-anak itu masuk SD/MI di atas usia tujuh tahun, dan kedua, adanya anak-anak yang mengulang kelas, sehingga mereka baru dapat menyelesaikan SD/MI pada usia di atas 12 tahun. Di lain pihak grafik pada Gambar 10 memperlihatkan ada penurunan APK SD/MI pada dua tahun terakhir (2008 dan 2009), hal ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan, yaitu dimana lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang selama masa pasca kerusuhan melakukan advokasi kepada masyarakat telah mengakhiri kegiatannya, dan adanya gelombang krisis ekonomi yang melanda negeri ini sehingga menyebabkan banyak anak yang dropout terutama yang mengulang kelas. 2.1.3. Rata-rata nilai akhir SMP/MTs Data rata-rata nilai akhir SMP/MTs untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan menggunakan Tabel 12 berikut ini. Tabel 12. Capaian Indikator Rerata Nilai Akhir SMP/MTs Tahun  Nilai Akhir SMP/MTs  2004  4,78  2005  5,85  2006  5,85  2007  5,85  2008  7,04  2009  7,34  Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku Berdasarkan data pada Tabel 12, rata-rata nilai akhir SMP/MTs ini didasarkan pada nilai ujian akhir SMP/MTs. Walaupun tahun 2004 masih rendah yaitu 4,78, namun telah Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  27   
  • 33. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 terjadi kenaikan pada tahun 2005 sebesar 1,07 menjadi 5,85 dan nilai itu bertahan sampai tahun 2007. Rendahnya rata-rata nilai akhir SMP/MTs ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kondisi belajar mengajar yang masih belum kondusif seiring dengan situasi keamanan yang masih tidak stabil, kondisi kelistrikan yang selalu padam sebagai akibat dari kerusakan jaringan pada saat kerusuhan, banyaknya ruang belajar yang bersifat darurat yang dipergunakan untuk melaksanakan proses belajar mengajar, ketersediaan buku-buku pelajaran yang terbatas, dan bayak guru yang eksodus keluar Maluku saat kerusuhan. Namun setelah itu, dalam dua tahun terakhir yaitu tahun 2008 terjadi kenaikan sebaesar 1,19 dan 0,34 pada tahun 2009. Kenaikan rata-rata nilai akhir SMP/MTs ini karena telah kondusifnya atmosfer belajar mengajar, perbaikan ruang belajar, terdistribusi buku-buku pelajaran dan kembalinya guru-guru dari pengungsian, serta kebijakan pemerintah Propinsi Maluku mencanangkan program wajib belajar 12 tahun. 2.1.4. Rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA Data rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan Tabel 13 berikut ini. Tabel 13. Rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA Nilai Akhir  Tahun  SMA/MA/SMK  2004  5,65  2005  5,43  2006  4,40  2007  6,23  2008  6,51  2009  6,96  Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku Berdasarkan data pada Tabel 13, data rata-rata nilai akhir SMA/MA/SMK ini didasarkan pada nilai ujian akhir SMA/SMA/SMK (Undan Ujian Sekolah). Berbeda dengan rata-rata nilai akhir SMP/MTs, rata-rata nilai akhir SMA/MA/SMK cenderung menurun, tahun 2005 rata-rata nilai turun dari 5,65 ke 5,43 atau turun sebesar 0,22 dan tahun 2006 turun lagi Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  28   
  • 34. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 menjadi 4,40 atau turun sebesar 1,03. Turunnya rata-rata nilai akhir SMA/MA/SMK ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kondisi belajar mengajar yang masih belum kondusif seiring dengan situasi keamanan yang masih tidak stabil, kondisi kelistrikan yang selalu padam sebagai akibat dari kerusakan jaringan pada saat kerusuhan, banyaknya ruang belajar yang bersifat darurat yang dipergunakan untuk melaksanakan proses belajar mengajar, ketersediaan buku-buku pelajaran yang terbatas, dan bayak guru yang eksodus keluar Maluku saat kerusuhan. Dilain sisi, anak usia 16 – 17 tahun (usia SMA) secara psikologis mengalami tekanan lebih berat karena harus membagi waktu untuk melakukan pengamanan lingkungan masing-masing, sehingga alokasi waktu untuk belajar menjadi lebih sedikit. Namun setelah itu, yaitu tahun 2007, dengan mulai kondusif keamanan dan atmosfir belajar mengajar mulai pulih, maka terjadi peningkatan rata-rata nilai akhir secara signifikan dan terus sampai tahun 2009. Hal ini, juga merupakan pengaruh dari dialokasikan pada anggaran APBD Maluku dana BOS khusus untuk SMA/MA dan SMK sebagai wujud dari pencanangan Program Wajib Belajar (WaJar) 12 tahun di Provinsi Maluku. 2.1.5. Angka putus sekolah SD Data angka putus sekolah SD untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan Tabel 14 berikut ini. Tabel 14. Angka putus sekolah SD Tahun Angka Putus Sekolah SD 2004 3,76 2005 7,12 2006 1,45 2007 1,3 2008 0,17 2009 0,08 Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku Baerdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa walaupun naik tajam pada tahun 2005 yaitu kenaikan 3,36 %, angka putus sekolah SD kemudian terus mengalami penurunan yang sangat signifikan sampai dengan tahun 2009. Penurunan angka putus sekolah SD tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 5,67 %. Kenaikan persentase angka putus sekolah Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  29   
  • 35. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 pada tahun 2005 dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, kondisi keamanan yang kurang kondusif dimana ada garis demarkasi antara komunitas yang berbeda agama sehingga anak sulit mengakses sekolah yang berada di luar demarkasi komunitasnya, anak usia SD banyak yang mengikuti orang tua eksodus, dan tingkat kemiskinan yang tinggi serta bayak anak yang tamat SD/MI tidak melanjutkan ke SMP/MTs. Di lain pihak, menurunnya angka putus sekolah SD sejak tahun 2006 itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi kemananan yang makin kondusif, advokasi dan konseling terhadap trauma kerusuhan oleh NGO maupun pemerintah, kebijakan pemberian dana BOS dan bantuan beasiswa kepada anak miskin dan korban kerusuhan sehingga mereka dapat menyelesaikan pendidikan SD/MI-nya. 2.1.6. Angka putus sekolah SMP/MTs Data angka putus sekolah SMP/MTs untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan Tabel 15 berikut ini. Tabel 15. Angka putus sekolah SMP/MTs Tahun  Angka Putus Sekolah SMP  2004  3,32  2005  3,03  2006  4,16  2007  9,38  2008  0,13  2009  0,09  Sumber data: Dinas Pendidikan Maluku Berbeda dengan angka putus sekolah SD, angka putus sekolah SMP/MTs berfluktuasi. Berdasarkan data pada Tabel 15, pada tahun 2004 angka putus sekolah mencapai 3,32 %, turun sebesar 0,29 % pada tahun 2005 sehingga menjadi 3,03%, kemudian naik lagi menjadi 4,16 % dan naik secara tajam sebesar 5.22 % menjadi 9,38 % pada tahun 2007. Angka ini merupakan angka putus sekolah SMP/MTs tertinggi selama kurun waktu lima tahun. Tingginya angka putus sekolah SMP/MTs pada tahun 2007 itu disebabkan oleh akumulasi dua faktor utama masing-masing tingkat kemiskinan dan Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  30   
  • 36. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 penggangguran terbuka yang tinggi pada tahun 2006 dan 2007 dimana angka kemiskinan Propinsi Maluku di tahun tersebut adalah sebesar 33,03 % dan 31,14 % dan angka penggangguran terbuka sebesar 19,67 % dan 13,72%. 2.1.7. Angka putus sekolah menengah Data angka putus sekolah menengah untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan Tabel 16 berikut ini. Tabel 16. Angka putus sekolah menengah Tahun  Angka Putus Sekolah SMA  2004  5,96  2005  2,82  2006  3,18  2007  2,61  2008  0,09  2009  0,08  Sumber data: Dinas Pendidikan Maluku Seperti angka putus sekolah SMP/MTs, angka putus sekolah menengah atas di Provinsi Maluku juga fluktuatif. Namun angka putus sekolah menengah rata-rata lebih kecil dibandingkan dengan angka putus sekolah SD maupun SMP. Angka putus sekolah anak pada usia 16 – 19 tahun (usia SMA) pada tahun 2004 sebesar 5,96 % turun menjadi 2,82 % pada tahun 2005, naik lagi menjadi 3,18 % tahun 2006, turun lagi menjadi 2,61% tahun 2007 dan turun tajam menjadi 0,09 % dan 0,08 di tahun 2008 dan 2009 (Tabel 15). Nampaknya faktor penyebabnya adalah kemiskinan penduduk yang masih cukup tinggi yang berpengaruh pada ekonomi kelauarga, serta faktor penggangguran terbuka yang cukup tinggi. Sedangkan faktor rendahnya angka putus sekolah menengah atas di tahun 2008 dan 2009 nampaknya dipengaruhi oleh di canangkan program pendidikan dasar 12 tahun oleh pemerintah Provinsi Maluku. Namun demikian pelaksanaannya perlu diawasi karena implementasi di kabupaten- kabupaten sering salah sasaran karena pencarian anggaran pendukung (BOS SMA/MA/SMK) sering terlambat. Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  31   
  • 37. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 2.1.8. Angka melek aksara 15 tahun ke atas Data angka melek aksara 15 tahun ke atas untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan Tabel 17 berikut ini. Tabel 17. Angka Melek Huruf 15 Tahun Ke atas Tahun  Angka Melek Huruf  > 15 Tahun  2004  91,00  2005  91,50  2006  91,70  2007  92,00  2008  98,12  2009  98,69  Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku Selanjutnya data pada Tabel 17 dapat ditunjukkan secara grafik dengan menggunakan Gambar 11 berikut ini. Gambar 11. Grafik Persentasi Angka Melek Aksara 15 tahun ke atas Provinsi Maluku Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  32   
  • 38. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 Berdasarkan Tabel 17 dan Gambar 11 terlihat bahwa angka melek aksara 15 tahun ke atas mengalami kenaikan yang cukup berarti dari tahun 2004 hingga tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa capaian indikator angka melek huruf 15 tahun ke atas di Provinsi Maluku tergolong tinggi walaupun belum mencapai 100 persen dan masih lebih tinggi dari capaian nasional. Angka melek huruf di Provinsi Maluku terlihat makin membaik karena cenderung naik setiap tahun dari tahun 2004 sampai tahun 2009. Seperti yang terlihat Tabel 17, angka melek huruf naik tajam dari tahun 2008 sampai tahun 2009, mencapai 98,69%. Pencapaian angka melek huruf di Provinsi Maluku telah melampaui target nasional. Faktor penting penyebab naiknya angka melek huruf di Provinsi Maluku adalah makin banyaknya anak-anak usia SD/MI yang bersekolah dan menamatkan studi. Hal ini terlihat dari angka APM SD/MI yang naik dan Angka Putus Sekolah yang menurun. 2.1.9. Persentase jumlah guru yang layak mengajar SMP/MTs Data persentase jumlah guru yang layak mengajar SMP/MTs untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan Tabel 18 berikut ini. Tabel 18. Persentase Jumlah Guru yang Layak Mengajar SMP/MTs Persentase jumlah guru  Tahun  layak mengajar SMP/MTs  2004  73,46  2005  73,71  2006  51,2  2007  56,26  2008  56,26  2009  60,00  Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku Berdasarkan Tabel 18 terlihat bahwa angka yang ada mengalami fluktuasi dari tahun 2004 hingga tahun 2009. Pada tahun 2004 hingga tahun 2005 mengalami kenaikan yang cukup nerarti. Kemudian pada tahun 2005 ke tahun 2006 mengalami penurunan. Selanjutnya mengalami kenaikan pada tahun 2007 hingga tahun 2009. Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  33   
  • 39. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 Persentase guru SMP/MTs yang layak mengajar cenderung fluktuatif, namun secara umum persentasenya lebih rendah pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun 2004. Kriteria seorang guru layak mengajar di SMP/MTs yang ditetapkan menurut Dinas Pendidikan Maluku adalah mereka yang memiliki akta mengajar IV atau bergelar S1. Masih rendahnya guru SMP/MTs yang layak mengajar disebabkan karena sebagian besar guru SMP/MTS masih berpendidikan D2 atau PGSMP. Di lain pihak belum banyak guru yang tersertifikasi masih sedikit, demikian pula dengan program peningkatan kualitas guru ke jenjang S1 terkendala dengan kondisi geografi Propinsi Maluku yang banyak daerah terpencilnya (pulau-pulau) sehingga sulit mengakses kota Ambon dimana perguruan tinggi ada, sementara guru tidak boleh meninggalkan kelasnya. 2.1. 10. Persentase jumlah guru yang layak mengajar sekolah menengah Data persentase jumlah guru yang layak mengajar sekolah menengah untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan Tabel 19 berikut ini. Tabel 19. Persentase Jumlah Guru yang Layak Mengajar Sekolah Menengah Persen jumlah guru layak  Tahun  mengajar Sekolah Menengah  2004  54,37  2005  55,33  2006  65,83  2007  65,43  2008  65,43  2009  68,87  Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku Berdasarkan Tabel 19 terlihat bahwa dari tahun 2004 hingga tahun 2006 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Persentase guru SMA/MA yang layak mengajar naik dari 54,37 % tahun 2004 menjadi 68,87 % tahun 2009 atau terjadi kenaikan sebesar 14,5% selama lima tahun ini. Rinciannya sebagai berikut; pada tahun 2004 ada 54,37% guru SMA/MA yang tergolong layak mengajar. Angka ini naik menjadi 55,33% pada tahun 2005, Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  34   
  • 40. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 menjadi 65,83% pada tahun 2006, dan sedikit turun menjadi 65,43% pada tahun 2007 dan tahun 2009, serta naik lagi menjadi 68,87% pada tahun 2009. Penyebab kenaikan persentase guru yang layak mengajar di Sekolah Menengah Atas adalah naiknya persentase guru-guru SMA yang berkualifikasi S1 dan Diploma IV serta jumlah guru SMA/MA yang tersertifikasi. Pada tahun 2006 sebanyak 83,12% guru-guru SMA telah berpendidikan S1 dan DIV, pada tahun 2009 guru-guru SMA yang berpendidikan S1 dan DIV naik menjadi 87,36%. 2.2. Kesehatan 2.2.1. Umur harapan hidup (UHH) Data umur harapan hidup (UHH) untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan Tabel 20 berikut ini. Tabel 20. Data Umur Harapan Hidup (UHH) Tahun  Umur Harapan Hidup (UHH)  2004  66,2  2005  66,2  2006  66,6  2007  67,5  2008  67,7  2009  67,20  Sumber data: Dinas Kesehatan Maluku & BPS Maluku Umur harapan hidup merupakan indikasi keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Semakin baik tingkat kesehatan masyarakat maka umur harapan hidup akan semakin tinggi. Umur harapan hidup penduduk Maluku pada awal RPJMN adalah 66,2 tahun. Angka ini mengalami peningkatan selama lima tahun pelaksanaan RPJMN di Maluku sehingga pada tahun 2009 umur harapan hidup penduduk Maluku telah mencapai 67,20 tahun. Data ini (Tabel 20) mengindikasikan keberhasilan pelaksanaan program pembangunan bidang kesehatan di Maluku pada periode tersebut. Namun demikian, umur harapan hidup penduduk Maluku sedikit turun terutama pada akhir pelaksanaan RPJM (tahun 2009) menjadi 67,20. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2007 dan 2008 pelaksanaan RPJMN di Maluku, dan juga masih lebih rendah dari umur harapan hidup Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  35   
  • 41. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 nasional yang sudah mencapai 70,5 pada tahun 2008. Penurunan umur harapan hidup pada tahun 2009 ini mungkin disebabkan karena kurang tepatnya sasaran program pembangunan kesehatan pada tahun yang bersangkutan. 2.2.2. Angka kematian bayi (AKB) Data Angka Kematian Bayi (AKB) untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan Tabel 21 berikut ini. Tabel 21. Capaian indikator Angka Kematian Bayi (AKB) Tahun  Angka Kematian Bayi (AKB)  2004  48  2005  48  2006  49,5  2007  49  2008  10  2009  9  Sumber data: Dinas Kesehatan Maluku Selanjutnya data pada Tabel 21 dengan menggunakan data prevalensi gizi buruk sebagai pembanding (indikator pendukung) dapat ditunjukkan secara grafik dengan menggunakan Gambar 12 berikut ini. Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  36   
  • 42. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 Gambar 12. Grafik Persentasi Indikator AKB Berdasarkan Gambar 12 dan Tabel 21 di atas terlihat bahwa angka kematian bayi Provinsi Maluku dari 2004 – 2009 rata-rata masih tinggi, namun terjadi penurunan yang sangat baik pada tahun 2009 yaitu 10 per seribu kelahiran hidup dibandingkan dengan tahun- tahun sebelumnya. Semakin tinggi angka kematian bayi mengindikasikan adanya kegagalan pelaksanaan program bidang kesehatan. AKB Maluku pada awal pelaksanaan RPJMN adalah sebesar 48 orang per 1000 kelahiran hidup. AKB Maluku cenderung mengalami peningkatan selama tiga tahun pelaksanaan RPJMN, dimana pada tahun 2006 AKB Maluku mencapai angka 49,5 orang per 1000 kelahiran hidup kemudian turun sedikit menjadi 49 orang per 1000 kelahiran hidup. Penurunan secara drastis terjadi pada tahun-tahun terakhir perjalanan RPJM yakni tahun 2008 dan 2009. Penurunan AKB ini mengindikasikan ada keberhasilan yang ditunjukkan dengan adanya perbaikan sasaran-saran program pembangunan bidang kesehatan, seperti yang tertuang dalam RPJMD Provinsi Maluku 2008 – 2013, misalnya program peningkatan pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskemas jaringannya sehingga memungkinkan tersedia layanan kesehatan yang memadai bagi ibu hamil dan melahirkan. Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  37   
  • 43. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 Berdasarkan grafik pada Gambar 12 menunjukkan terjadinya penurunan AKB sejalan dengan makin membaiknya asupan gizi masyarakat yang bergerak naik secara perlahan, sehingga berakibat kepada menurunnya angka gizi buruk penduduk. 2.2.3. Prevalensi gizi buruk (%) Data prevalensi gizi buruk (%) untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan Tabel 22 berikut ini. Tabel 22. Data Prevalensi Gizi Buruk (%) Prevalensi Gizi Buruk  Tahun  (%)  2004  2,5  2005  2,3  2006  2,1  2007  0,9  2008  0,7  2009  0,37  Sumber data: Dinas Kesehatan Maluku Prevalensi gizi buruk adalah persentase balita yang mengalami kekurangan gizi akut. Penurunan prevalensi gizi buruk mengindikasikan keberhasilan program pembangunan bidang kesehatan. Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk pada awal pelaksanaan RPJMN di Maluku adalah sebesar 2,5 % (Tabel 22). Angka ini mengalami penurunan yang drastis menjadi 0,37% pada akhir pelaksanaan RPJMN di Maluku. Hal ini disebabkan karena ada perbaikan kondisi ekonomi masyarakat, terutama masyarakat golongan ekonomi lemah, karena masuknya berbagai bantuan dari lembaga-lembaga swadaya masyarakat dalam maupun luar negeri, adanya program askeskin, dan program makanan tambahan, serta pemberian vitamin A bagi anak di sekolah sehingga kebutuhan gizi anak-anak balita terpenuhi. Di lain pihak persentase gizi buruk menurun secara drastis menjadi 0,37 % pada tahun kelima pelaksanaan RPJMN di Maluku. Hal ini tidak terlepas dari optimalisasi pelaksanaan program pembangunan bidang kesehatan, terutama dalam hal penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya gizi bagi balita. Namun demikian, angka-angka Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  38   
  • 44. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 capaian yang dicapai itu menjadi kontras dengan kenyataan di lapangan, terutama pada daerah-daeran terpencil yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Maluku. Secara kasat mata masih banyak ditemui anak balita gizi buruk di desa-desa. Hal ini karena laporan- laporan yang diberikan kabupaten/kota hanya didasarkan pada persentase program yang telah dilaksanakan, dan hanya berdasarkan angka prediksi semata bukan pada angka capaian berdasarkan data survei yang dilakukan secara rutin. Walaupun terjadi penurunan prevalensi gizi buruk dari tahun ke tahun tapi jika membuat dan memperhatikan tren akan menunjukan adanya kenaikan. Hal ini memberikan peringatan kalau pemerintah propinsi Maluku harus kembali serius memperhatikan masalah ini, atau ada kemungkinan berhubungan dengan krisis global. 2.2.4. Prevalensi gizi kurang (%) Data prevalensi gizi kurang (%) untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan Tabel 23 berikut ini. Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  39   
  • 45. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 Tabel 23. Data Prevalensi Gizi Kurang (%) Prevalensi Gizi Kurang   Tahun  (%)  2004  9,8  2005  9,6  2006  9,5  2007  7,3  2008  7,5  2009  7,13  Sumber data: Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Berdasarkan Tabel 23 terlihat bahwa capaian indikator prevalensi gizi kurang di Provinsi Maluku dari 2004 – 2009 menunjukan penurunan dari tahun ke tahun. Berturut-turut prevalensi gizi kurang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Maluku adalah tahun 2004, prevalensi gizi kurang adalah 9,8 %, turun jadi 9,6 % pada tahun 2005, turun lagi menjadi 9,5 % tahun 2006, turun menjadi 7,3 % tahun 2007 dan tahun 2008 sedikit naik menjadi 7,5 % dan tahun 2009 menjadi 7,13 % Angka-angka itu jauh di bawah capaian nasional, artinya kinerja pembangunan sudah berada pada sasaran yang baik. Prevalensi balita gizi kurang secara universal digunakan sebagai indikator untuk memonitor status kesehatan. Penurunan prevalensi gizi kurang mengindikasikan keberhasilan program pembangunan bidang kesehatan. Prevalensi balita yang mengalami gizi kurang pada awal pelaksanaan RPJMN di Maluku adalah sebesar 9,8 %. Angka ini sedikit demi sedikit turun hingga menjadi 9,6% pada tahun terakhir pelaksanaan RPJMN. Hal ini mungkin disebabkan karena semakin baiknya kondisi ekonomi masyarakat, terutama masyarakat golongan ekonomi lemah, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan gizi anak-anak balita. Disamping itu, adanya intervensi pemerintah untuk membantu masyarakat miskin dan implementasi RPJMD Maluku 2008 – 2013 melalui program makanan tambahan dan pemberian vitamin A, sehingga asupan gizi anak balita tercukupi. Pada umumnya gizi kurang ini terjadi pada keluarga kurang mampu. Prevalensi gizi kurang yang menurun di Maluku ini tidak terlepas dari optimalisasi pelaksanaan program pembangunan bidang kesehatan, terutama dalam hal penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya gizi bagi balita. namun demikian, perlu diwaspadai, Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  40   
  • 46. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 karena masih banyak anak balita di pedesaan masih kurang gizi. Diduga angka-angka capaian fantastis yang berada jauh diatas angka capaian nasional ini hanya berdasarkan laporan kabupaten/kota dan tidak berdasarkan hasil survei yang dilakukan secara teratur. 2.2.5. Persentase tenaga kesehatan per penduduk Data persentase tenaga kesehatan per penduduk untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan Tabel 24 berikut ini. Tabel 24. Capaian indikator Persentase Tenaga Kesehatan Per Penduduk Persentase Tenaga  Tahun  Kesehatan per Penduduk  2004  2,80  2005  3,00  2006  3,00  2007  3,41  2008  3,86  2009  2,76  Sumber data: Dinas Kesehatan Provinsi Maluku (modifikasi) Berdasarkan Tabel 24 terlihat bahwa capaian indikator persentase tenaga kesehatan per penduduk di Provinsi Maluku dari 2004 – 2009 menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun. Berturut-turut persentase tenaga kesehatan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Maluku adalah; tahun 2004 adalah 2,8 %, tahun 2005 adalah 3 %, tahun 2006 adalah 3,41 %, dan tahun 2008 adalah 3,86 % serta tahun 2009 adalah 2,76 % Dari tren terlihat bahwa menurun pada tahun 2005 ke 2006, lalu naik secara tajam tahun 2006 ke 2008 dan mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2009. Hal ini disebabkan karena terjadi kenaikan pertumbuhan penduduk tapi tidak diikuti pertambahan jumlah tenaga kesehatan setara dengan pertumbuhan tersebut. Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  41   
  • 47. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 2.3. Keluarga Berencana 2.3.1. Persentase penduduk ber-KB (contraceptive prevalence rate) Data persentase tenaga kesehatan per penduduk untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan Tabel 25 berikut ini. Tabel 25. Persentase Penduduk Ber-KB Tahun  Persen Penduduk Ber‐KB  2004  39  2005   39,78  2006  63,69  2007  67,35  2008  79,00  2009  79,00  Sumber data: BKKB Provinsi Maluku Selanjutnya data pada Tabel 25 dapat ditunjukkan secara grafik dengan menggunakan Gambar 13 berikut ini. Gambar 13. Grafik Persentasi Penduduk ber-KB Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  42   
  • 48. Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku   2010 Berdasarkan Gambar 13 dan Tabel 25 terlihat bahwa capaian indikator persentase penduduk ber-KB di Provinsi Maluku dari 2004 – 2009 menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun di atas capaian nasional. Peningkatan angka capaian dari tahun 2004 ke 2009 mencapai 40 %, suatu angka capaian yang spektakuler. Berdasarkan target RPJMN 2004 – 2009 angka kesertaan penduduk ber-KB adalah 67,5 persen dan target untuk 2015 adalah 71 persen. Kedua target secara nasional telah terlampaui di Maluku. Persentase Penduduk ber-KB (Contraceptive Prevalence Rate/CPR) adalah perbandingan antara pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan atau memakai alat kontrasepsi dengan seluruh pasangan usia subur. Persentase penduduk ber-KB di Maluku pada awal RPJMN adalah sebesar 39 %. Angka ini naik tajam menjadi 79 % pada tahun terakhir pelaksanaan RPJMN di Maluku. Rendahnya pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi dipengaruhi oleh keadaan saat itu yang masih dalam suasana kerusuhan dimana pelaksaan program KB praktis terhenti. Peningkatan CPR ini mengindikasikan keberhasilan pelaksanaan program pembangunan bidang keluarga berencana di Maluku pasca kerusuhan. Peningkatan CPR ini dilakukan melalui penyuluhan ber-KB kepada masyarakat secara intensif, penyediaan alat kontrasepsi yang memadai, dan penyediaan layanan KB kepada masyarakat terutama masyarakat miskin. 2.3.2. Laju pertumbuhan penduduk Data laju pertumbuhan penduduk (LPP) untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan Tabel 26 berikut ini. Tabel 26. Data Persentase LPP Provinsi Maluku Tahun  Persen LPP  2004  2,55  2005   2,55  2006  2,59  2007  1,44  2008  2,44  2009  1,8  Sumber data: BKKB Provinsi Maluku Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon  43