Dokumen tersebut membahas tentang kolaborasi sektor swasta dalam upaya pencegahan eksploitasi seksual komersial anak di lingkungan pariwisata. Dokumen ini menjelaskan kerangka hukum dan situasi yang mengindikasikan terjadinya eksploitasi seksual komersial anak serta hak-hak dasar anak dalam konteks pariwisata.
Kolaborasi Sektor Swasta di Lingkungan Pariwisata (Dalam Upaya Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak)
1. Kolaborasi Sektor Swasta di Lingkungan Pariwisata Dalam Upaya Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak
Urutan logo :
1. Kementerian Pariwisata
2. ECPAT Indonesia
3. Plan International Indonesia
4. Terre des Hommves
5. Down to Zero
2.
3. Kolaborasi Sektor Swasta di Lingkungan Pariwisata Dalam Upaya Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak
10 Prinsip Dunia Usaha dan Hak Anak:
Dunia Usaha dan Anak Tujuan: Untuk menggambarkan kerangka tanggung jawab dunia usaha
untuk menjunjung terpenuhinya hak-hak asasi manusia, termasuk hak anak.
Setiap anak memiliki hak-hak dasar (lihat bagian ‘Siapa Anak dalam Konteks Pariwisata?’) berdasarkan Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi. Hak-hak dasar tersebut
harus dipenuhi oleh semua pihak, tak terkecuali pelaku usaha. Setiap dunia usaha pasti ada hubungannya dengan anak-anak sebagai konsumer, anak dari pekerja, anak
sebagai calon pekerja di masa depan.
1. Hargai hak anak: Memenuhi tanggung jawab untuk menghormati
hak-hak anak dan berkomitmen untuk mendukung hak asasi anak.
Misalnya: Menunjukan komitmen perlindungan anak, contohnya dengan
memasang plakat pernyataan komitmen perlindungan anak.
2. Buruh anak: Berkontribusi menuju penghapusan perburuhan
anak, termasuk dalam seluruh kegiatan dan hubungan usaha.
Misalnya: Tidak mempekerjakan anak di bawah umur.
3. Pekerjaan layak: Menyediakan pekerjaan yang patut bagi pekerja
muda, orang tua dan pengasuh.
Misalnya: Membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dapat mengatur
peran-peran pekerja berdasarkan usia kerjanya.
4. Keselamatan anak: Menjamin perlindungan dan keselamatan
anak di segala usaha dan berbagai fasilitas usaha.
Misalnya: Memastikan staff paham dan dapat mengimplementasikan
perlindungan anak, khususnya membuat prosedur ketika menemui situasi ESKA.
5. Produk ramah anak: Menjamin bahwa produk-produk dan
jasa aman bagi anak; dan berupaya mendukung hak-hak
anak melalui berbagai produk dan jasa.
Misalnya: Membuat produk tidak untuk kepentingan yang dapat merugikan anak,
seperti produk makanan/ minuman tidak mengandung bahan-bahan artifisial
yang dapat merugikan kesehatan anak, tidak membuat adiksi, dsb.
6. Pemasaran dan Iklan Ramah Anak: Menggunakan pemasaran
dan iklan yang menghormati dan mendukung hak-hak anak.
Misalnya: Menggunakan form concern ketika melibatkan anak pada pemasaran
dan iklan.
7. Lingkungan: Menghargai dan mendukung hak-hak anak dalam
kaitan dengan penguasaan dan penggunaan lahan dan lingkungan
hidup.
Misalnya: Memperhatikan kesejahteraan anak ketika membangun sebuah usaha
di sekitar lingkungan warga.
8. Keamanan anak: Menghargai dan mendukung hak-hak anak
dalam tatanan / rancangan keamanan.
Misalnya: Menciptakan lingkungan yang ramah anak, yang mana satu sama lain
saling bersinergisasi untuk melindungi anak..
9. Situasi darurat: Membantu melindungi anak yang terdampak
keadaan darurat/bencana.
Misalnya: Membuat posko bencana ramah anak, menjaga identitas dan
keselamatan anak, dsb.
10. Upaya Komunitas & Pemerintah: Memperkuat upaya masyarakat
dan pemerintah untuk melindungi dan memenuhi hak-hak anak.
Misalnya: Mematuhi dan mempromosikan aturan-aturan yang telah dibuat
pemerintah terkait dengan perlindungan anak.
4. Dasar hukum
perlindungan anak
dari eksploitasi seksual
Peraturan Perundang-
undangan Republik Indonesia
Peraturan Menteri
Peraturan Daerah
Kode Etik United Nations World
Tourism Organization (UNWTO)
5. Kolaborasi Sektor Swasta di Lingkungan Pariwisata Dalam Upaya Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak
Kerangka Hukum di Indonesia Terkait Perlindungan Anak
Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia
Peraturan perundangan terkait perlindungan anak:
a) UU No. 17 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, b) UU No. 44 Tahun 2008
tentang Pornografi, c) UU No, 21 Tahun 2007 tentang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang UU No. 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ( ITE)
Peraturan Menteri
Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (sekarang Kementerian Pariwisata) No. PM.30/ HK.201/ MKP/ 2010 tentang Pedoman
Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak di Lingkungan Pariwisata, khususnya aktor-aktor yang melakukan usaha di Lingkungan Pariwisata.
Peraturan Daerah
Beberapa contoh Peraturan Daerah :
a) Aturan Penyelenggaran Layak Anak di Kota Depok, Kabupaten Banyuwangi, Karawang, b) Aturan Perlindungan Anak di Kota Surakarta,
dan Kabupaten Bangka Selatan, Bangka Barat, Bantul, Bulungan, Tulungagung, Semarang, Serang, c) Aturan penghapusan perdagangan
(trafficking) Perempuan dan Anak di Provinsi Kalimantan Barat, Lampung dan Sumatera Utara.
Kode Etik United Nations World Tourism Organization (UNWTO)
“Eksploitasi terhadap manusia dalam segala bentuknya, khususnya secara seksual, terlebih lagi apabila dikaitkan dengan anak,
bertentangan dengan tujuan utama dari pariwisata dan merupakan pelanggaran dari praktik pariwisata.”
Tujuan: Untuk memahami dasar-dasar hukum
baik skala lokal, nasional maupun internasional.
Dalam melindungi anak dari situasi eksploitasi seksual, terdapat dasar-dasar hukum baik skala lokal, nasional dan internasional. Dasar-dasar hukum tersebut antara lain:
6. Perhatikan dan Waspada Apabila Menemukan Situasi ESKA* Berikut
*ESKA (Eksploitasi Seksual Komersial Anak)
7. Kolaborasi Sektor Swasta di Lingkungan Pariwisata Dalam Upaya Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak
Contoh-contoh ESKA
●● Sering mengajak anak yang rentan berbicara seperti
misalnya anak jalanan, anak yang bekerja, dsb.
Anak-anak jalanan, bekerja ataupun yang rentan lainnya memiliki
menjadi korban eksploitasi seksual anak sebab anak-anak tersebut
sering berinteraksi dengan banyak orang dari berbagai latar belakang.
Seperti misalnya di Nias, seorang warga negara jepang menjadi pelaku
ESKA karena keterbukaan warga lokal, termasuk anak-anak, untuk
bertemu dan bergaul dengan wisatawan, khususnya wisatawan asing.
●● Berduaan dengan anak
ESKA merupakan isu yang sensitif dan biasanya terjadi secara
tersembunyi, sehingga ketika terdapat orang dewasa yang terlihat
berduaan dengan anak, indikasi ESKA dapat mungkin terjadi.
●● Memberikan uang/hadiah/makanan ke
keluarga/rekan maupun anak itu sendiri
ESKA dapat terjadi dimulai dengan memberikan iming-iming berupa
uang/ hadiah/ makanan ke keluarga/ rekan maupun anak itu sendiri
dengan tujuan untuk membentuk citra baik pelaku itu sendiri, serta
mendapatkan kepercayaan. Hal ini rentan terjadi baik dalam situasi
perjalanan maupun pariwisata, karena situasi tersebut cenderung
terbuka dan pelaku berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat
lainnya.
●● Mengatakan rasa sayang ke anak
Kata sayang yang diucapkan oleh pelaku kejahatan seksual belum tentu
benar, dan sebagai salah satu cara untuk memperdayai anak.
●● Memiliki rasa penasaran terhadap situasi anak tersebut
Perlu waspadai ketika ada orang yang bertanya mengenai situasi anak,
karena segala informasi terkait dengan anak merupakan informasi yang
tidak dapat disebarluaskan.
●● Melihat anak berada di penginapan ataupun
tempat hiburan, seperti kafe, karaoke, dll.
Anak yang berada di tempat penginapan ataupun tempat hiburan,
seperti kafe, karaoke, dll rentan menjadi korban ESKA. Misalnya di
Garut, prostitusi anak, yang antara lain korban berasal dari luar garut.
Sistem kerja layanan prostitusi anak ini bekerjasama dengan tukang
parkir dan petugas keamanan di hotel, bahkan di beberapa hotel
terdapat kaki tangan mucikari yang menawarkan langsung kepada tamu.
Eksploitasi Seksual Komersial Anak Tujuan: Untuk memahami berbagai situasi yang mengindikasikan ESKA serta terbangunnya
interaksi dengan tanya jawab dan/atau memberikan masukan contoh lain dari pendengar.
Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) adalah pelanggaran mendasar terhadap hak asasi anak dalam bentuk kekerasan seksual oleh orang dewasa, yang disertai
pemberian imbalan uang atau lainnya, yang mana anak dijadikan objek seks dan objek komersial (ECPAT Internasional).
8. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih berada di dalam kandungan.
Setiap anak memiliki hak yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh seluruh aspek masyarakat.
Dalam pariwisata, hak-hak anak harus menjadi bagian dari kebijakan pengembangan pariwisata yang dapat
melindungi dan tidak menyalahgunakan, karena anak-anak memiliki kebutuhan dan kerentanan.
Siapa Anak Dalam
Konteks Pariwisata?
9. Kolaborasi Sektor Swasta di Lingkungan Pariwisata Dalam Upaya Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak
Siapa Anak Dalam Konteks Pariwisata? Tujuan: Pendengar mampu memahami hak-hak
anak, dan definisi anak dalam konteks pariwisata.
“Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk anak yang masih berada di dalam kandungan.”
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2002 Pasal 1 Ayat 1:
“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”
Dalam UU disebutkan:
Hak anak wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah dan negara. Tak
terkecuali para pengembang pariwisata, hak-hak anak harus menjadi bagian dari kebijakan pengembangan pariwisata yang melindungi
dan tidak menyalahgunakan dengan adanya perkembangan pariwisata, karena anak-anak memiliki kebutuhan dan kerentanan.
UU tersebut dibuat berdasarkan Konvensi Hak Anak (1989) sebuah perjanjian
antar bangsa-bangsa mengenai hak-hak anak. Secara garis besar, dalam
konvensi tersebut ditetapkan bahwa setiap anak memiliki empat hak anak, yaitu:
Hak Hidup
Misal: hak untuk mendapatkan akta
kelahiran, hak untuk mendapatkan
kehidupan yang layak, dsb.
Hak Tumbuh Kembang
Misal: mendapatkan pendidikan,
makan-makanan bergizi,
bermain, dsb.
Hak Perlindungan
Misal: mendapatkan perlindungan dari
eksploitasi seksual, dari pekerjaan
layaknya orang dewasa, dsb.
Hak Partisipasi
Misal: menyuarakan
pendapat, dsb
10. ESKA hanya
terjadi pada anak
perempuan.
ESKA hanya
terjadi di hotel.
ESKA terjadi
karena faktor
ekonomi.
Pelaku ESKA
adalah orang yang
tidak dikenal.
Benar atau Salah?Sedikit anak merasa
senang terlibat dalam eksploitasi
seksual di pariwisata dan
perjalanan dan melakukan hal
tersebut di luar pilihan.
Eksploitasi
seksual komersial anak
disebabkan karena sedikit
orang terlibat dalam
kejahatan tersebut.
Eksploitasi seksual komersial anak dalam
wisata dan perjalanan hanya terjadi di
Asia Tenggara dan Amerika Selatan/Latin.
Semua turis yang melakukan
kejahatan seksual terhadap anak
adalah pria paruh baya.
Eksploitasi seksual komersial
anak dalam perjalanan dan
pariwisata hanya terjadi di
daerah pesisir pantai.
Semua turis yang melakukan
kejahatan seksual terhadap
anak adalah orang asing.
11. Kolaborasi Sektor Swasta di Lingkungan Pariwisata Dalam Upaya Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak
Sedikit anak merasa senang
terlibat dalam eksploitasi seksual
di pariwisata dan perjalanan dan
melakukan hal tersebut di luar pilihan
Keterlibatan anak-anak dalam situasi ini
merupakan hasil manipulasi orang dewasa,
sehingga anak disugestikan untuk merasa
‘senang/nyaman’ ketika berada dalam situasi
eksploitasi seksual. ESKA memiliki dampak
ganda, fisik, mental, psikologis, emosional anak
akan terganggung bahkan bisa menyebabkan
kematian, sehingga ketika anak terjerumus ke
dalam praktik ESKA, anak harus mendapatkan
perlindungan.
Eksploitasi Seksual Komersial
Anak dalam wisata dan perjalanan
hanya terjadi di Asia Tenggara dan
Amerika Selatan/Latin
ESKA dapat ditemui di semua negara, baik
negara maju maupun berkembang, karena
ESKA merupakan kejahatan transnasional yang
terjadi lintas negara.
Semua turis yang melakukan
kejahatan seksual terhadap
anak adalah orang asing
Semua orang berpotensi menjadi
pelaku kejahatan seksual, baik turis
lokal maupun turis asing.
Semua turis yang melakukan
kejahatan seksual terhadap
anak adalah pria paruh baya
Segala usia dapat menjadi pelaku
kejahatan, baik tua maupun muda.
Eksploitasi seksual komersial
anak dalam perjalanan dan
pariwisata hanya terjadi di
daerah pesisir pantai
Setiap daerah wisata berpotensi
terjadinyaESKA,tidakhanyadidaerah
pesisir pantai, tetapi di kawasan
pegunungan dan di perkotaan.
Eksploitasi Seksual Komersial
Anak disebabkan karena
sedikit orang terlibat dalam
kejahatan tersebut
ESKA merupakan sebuah kejahatan
massal yang melibatkan berbagai
pihak dan terorganisir, ESKA juga da-
pat menjadi kejahatan transnasional
karena melibatkan berbagai pihak
dari negara lain. ESKA juga dilakukan
secara online sehingga sangat susah
untuk diidentifikasi dan dicegah.
Eksploitasi Seksual Komersial
Anak hanya terjadi pada anak
perempuan
ESKA dapat terjadi pada anak la-
ki-laki dan perempuan, anak-anak
disabi-litas, maupun anak dengan
identitas gender berbeda, tanpa me-
mandang status sosial dan ekonomi.
Benar atau Salah? Tujuan: Untuk memahami konsep-konsep yang sering muncul terkait ESKA dengan tepat.
12.
13. Kolaborasi Sektor Swasta di Lingkungan Pariwisata Dalam Upaya Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak
Usaha Wisata dan Perjalanan memiliki peran yang krusial dalam melindungi anak dari situasi eksploitasi seksual. Usaha wisata perjalanan dapat
berupa para aktor dan penggerak usaha wisata dan perjalanan, baik secara formal maupun informal yang dapat meliputi:
Dimana?
●● Hotel dan wisma
●● Rumah bordil dan klub
●● Pantai dan jalan sekitar destinasi turis
●● Akomodasi yang disewakan
(pemukiman/perumahan, apartemen, villa, dsb)
Bagaimana?
●● Kesenjangan kekayaan antara turis dengan anak yang kurang beruntung
●● Anak yang bekerja dan anak jalanan yang secara langsung terpapar
oleh turis
●● Melalui perjalanan:
-- Perjalanan yang terorganisir - Perjalanan dengan inisiatif sendiri
●● Akses ke anak-anak:
-- Pihak ketiga (supir taxi, pramusaji, vendor lainnya)
-- Memiliki kontak langsung dengan anak (di jalanan/
anak pantai, organisasi yang bekerja dengan anak-anak)
●● Pembayaran:
-- Ke pihak ketiga (melalui germo/mucikari, pemilik rumah
bordil, anggota keluarga, pemilik akomodasi)
-- Langsung kepada anak
-- Proses pendekatan/ keterikatan secara emosional dengan anak
Siapa saja yang
Dapat menjadi korban?
Korban cenderung datang dari
kalangan rentan, seperti:
●● Kurang mampu
●● Tinggal di jalan/ pantai
●● Kelompok etnis yang
dipandang sebelah mata
●● Pendidikan yang rendah
●● Latar belakang keluarga yang
disfungsional dan bermasalah
●● Kekerasan di rumah
●● Latar belakang menengah
●● Dipengaruhi oleh materialisme
dan konsumerisme (sering
dipengaruhi oleh tekanan
teman sebaya)
●● Tidak menyadari bahaya/
konsekuensi seksual
kepada anak
Siapa saja yang
dapat menjadi pelaku?
Dalamkontekspariwisata,pelakuESKAdapatmenjadisiapa
saja, baik orang yang tidak dikenal sama sekali, maupun
orang terdekat. Pelaku ESKA sengaja menyalahgunakan
sektor pariwisata untuk melakukan aktivitas kejahatan
ESKA. Misalnya, turis, pegawai penginapan, pengelola
tempat hiburan, supir, pemandu wisata lokal (formal dan
informal), dsb. Pelaku ESKA terbagi menjadi tiga kategori:
Pelaku Situasional: Pelaku tersebut tidak memiliki
ketertarikan secara seksual kepada anak, biasanya pelaku
bereksperimen, melakukan seks dengan tidak pandang
bulu, atau dengan menggunakan anonimitasnya dan
impunitas sebagai seorang turis.
Pelaku Preferensial: Pelaku dengan kecenderungan
orientasi seksual yang hanya menargetkan anak untuk
dieksploitasi secara seksual. Pelaku tidak tertarik dengan
orang dewasa, contoh : pedofil yang melakukan kejahatan
seksual terhadap anak, orang-orang yang memacari anak
untuk tujuan spiritual, dsb.
Transportasi | Penginapan | RestOran | Tempat hiburan | Pedagangan asongan | dll.
ESKA: Siapa, Dimana, dan Bagaimana? Tujuan: Untuk memahami siapa, di mana dan bagaimana ESKA dapat terjadi.
15. Kolaborasi Sektor Swasta di Lingkungan Pariwisata Dalam Upaya Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak
SetiapusahawisatadanperjalananharusmemilikiperspektifPariwisataBerkelanjutan
dengan melakukan praktik bisnis yang mencerminkan tanggung jawab atas praktik
bisnis yang dilakukan, serta harus melakukan berbagai upaya untuk memerangi
eksploitasi seksual komersial anak di Lingkungan Pariwisata.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata PM.30/ HK.201/MKP/ 2010
tentang Pedoman Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak di Lingkungan Pariwisata,
upaya yang dapat dilakukan pihak swasta antara lain:
ESKA: Siapa, Dimana, dan Bagaimana? Tujuan: Untuk memahami bagaimana peran sektor swasta dalam mencegah ESKA.
Membuat dan menyebarluaskan
informasi tentang dampak ESKA dan
komitmen penghapusan/Anti ESKA
melalui media informasi, seperti home
pages, banner, standing banner, poster,
leaflet, pamflet, booklet, sticker dan
melalui media elektronika.
Menetapkan peraturan internal
dalam kegiatan operasional dan
memberikan sanksi tegas bagi
siapapun yang terbukti terlibat dalam
ESKA melalui Prosedur Standar Operasi
(Standard Operating Procedure/SOP).
Memberikan pelatihan secara
berkesinambungan kepada karyawan
mengenai upaya Pencegahan ESKA di
Lingkungan Pariwisata.
Para pengusaha pariwisata
memberikan laporan tahunan tentang
Pencegahan ESKA di Lingkungan
Pariwisata kepada Dinas Pariwisata
Provinsi dan Kabupaten/ Kota dalam
bentuk dokumen.
Wajib melakukan pengawasan
penjualan secara ketat terhadap
produk makanan dan minuman
yang diduga dapat dijadikan sarana
pendukung ESKA agar tidak dikonsumsi
anak (contoh: anak-anak dilarang keras
mengonsumsi minuman beralkohol).
Memberikan perlindungan kepada
karyawan yang memberikan laporan
tentang adanya ESKA dan/atau dugaan
terjadinya ESKA.
Mencantumkan telepon
pengaduan (Hotline Number) yang
ada di Kepolisian pada media promosi
yang digunakan untuk Kampanye
Pencegahan ESKA di Lingkungan
Pariwisata.
Memasukan klausul kesediaan
pihak ketiga, seperti rekanan bisnis
(pemasok) dan pembeli (buyer)/ tamu
dalam upaya Pencegahan ESKA di
Lingkungan Pariwisata pada perjanjian
kontrak kerjasama yang dijalin.
16. • Perhatikan dan waspada apabila perilaku
yang mencurigakan antara orang dewa-
sa dan anak (baik perempuan maupun
laki-laki). Laporkan dengan polisi setem-
pat apabila menemukan adanya praktik
eksploitasi seksual.
• Perkuat kapasitas staf melalui pelatihan,
diskusi, dsb.
• Buat materi kampanye yang menunjukan
penegasan dan komitmen dalam pence-
gahan eksploitasi seksual komersial anak.
Misalnya, melakukan pemasangan plakat,
poster, welcome card, gantungan kunci di
resepsionis maupun kamar-kamar pengi-
napan hotel.
• Susun SOP khusus yang melindungi anak-
anak yang menjelaskan peran dan tang-
gungjawab masing-masing karyawan
untuk mencegah dan merespon
terhadap ESKA.
• Menjadi anggota komunitas anti ESKA,
seperti The Code sebagai bentuk komit-
men kepedulian untuk mencegah eksploi-
tasi seksual komersial anak.
Apa yang
bisa Anda lakukan?
Penginapan
17. Kolaborasi Sektor Swasta di Lingkungan Pariwisata Dalam Upaya Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak
Paling sering terjadi di penginapan
yang tidak/belum terdaftar
sehingga tidak ada pengawasan.
rumah transit, losmen, hotel
melati untuk transit.
Keamanan serta
pegawai penginapan tidak
memahami perspektif anak
secara utuh, dan eksploitasi
seksual komersial anak
Kemudahan dalam
melakukan reservasi
penginapan melalui online.
Baik pengunjung maupun pegawai
dapat menyalahgunakan posisinya
untuk mengelabui/ memanfaatkan
anak dan melakukan eksploitasi
seksual komersial anak.
Resepsionis
membiarkan anak yang
berada di bawah usia 18
tahun untuk melakukan
check-in ke hotel.
Keamanan serta
pegawai penginapan tidak
memahami dan menyadari
anak dapat menjadi korban
dari eksploitasi seksual.
Keamanan penginapan
tidak cukup menyadari
pentingnya untuk melakukan
pencegahan eksploitasi
seksual komersial anak.
Tamu hotel memberikan kartu
nama/ kontak kepada anak
magang dan menawarkan
pekerjaan kepada anak.
Pekerja penginapan yang
melibatkan anak, khususnya
prostitusi, dapat menjadi
daya tarik pengunjung.
●● Semua anak, khususnya yang berada
di destinasi wisata rentan mengalami
pelecehan, kekerasan dan eksploitasi
seksual.
●● Tanpa layanan yang memadai di hotel,
penginapan, pengunjung anak memiliki
kerentanan untuk mengalami eksploitasi
serta kekerasan seksual, dan juga
perdagangan maupun kekerasan.
●● Semua anak, khususnya yang berada
di destinasi wisata, rentan mengalami
kekerasan dan pelecehan dari tamu
maupun dari pegawai senior.
●● Orang dewasa yang melakukan check in
ke sebuah penginapan seorang diri, tetapi
pergi bersama dengan seorang anak.
Contoh kasus Modus/atau Faktor
Tujuan: Untuk memahami bagaimana peran sektor swasta dalam mencegah ESKA.
Penginapan
18. • Perhatikan dan waspadai perilaku-perilaku
yang dapat mengindikasikan eksploitasi seksual
komersial anak. Serta, cari tahu informasi lebih
lanjut. Apabila memiliki indikasi menjadi pelaku
eksploitasi seksual, segera lapor ke petugas
keamanan ataupun polisi setempat.
• Periksa dokumen perjalanan (termasuk tiket dan
surat izin dari orang tua) dari seorang anak yang
akan melakukan perjalanan ke daerah/ negara
lain. Apabila anak tersebut bepergian dengan
orang dewasa, konfirmasi kembali dengan orang
dewasa tersebut.
• Perkuat kapasitas staf dalam mengidentifikasikan
dan menangani situasi eksploitasi seksual
komersial anak.
• Buat selebaran informasi/materi kampanye
yang berisikan mengenai peringatan pelarangan
praktik-praktik eksploitasi seksual komersial anak.
• Menjadi anggota komunitas anti ESKA, seperti
The Code sebagai bentuk komitmen kepedulian
untuk mencegah eksploitasi seksual
komersial anak.
Apa yang
bisa Anda lakukan?
Transportasi
19. Kolaborasi Sektor Swasta di Lingkungan Pariwisata Dalam Upaya Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak
Turis (baik lokal maupun asing) melakukan
perjalanan untuk tujuan seksual, biasanya secara
sengaja berpindah tempat untuk menghilangkan
dan/atau menyamarkan identitas.
Setiap oknum yang dapat
membawa anak ke mucikari
mendapatkan upah.
Menggunakan identitas
palsu/ fotokopi akta kelahiran
sebagai identitas utama dalam
melakukan check-in perjalanan.
●● Jasa travel terkadang ada yang menawarkan pariwisata
seks/escort.
●● Terdapat beberapa oknum yang berprofesi sebagai tukang
becak, ojek, supir taksi, dsb ditemukan menjadi perantara
dalam praktik ESKA.
●● Dalam perjalanan, seorang turis terlihat mengambil
banyak foto anak. Foto anak dapat dikatakan sebagai
bagian dari eksploitasi seksual tidak hanya karena tidak
berpakaian, tetapi juga, apabila pose yang ditunjukan dapat
meningkatkan hasrat seksual.
●● Seorang turis meminta rekomendasi kepada seorang
pemandu wisata (tour guide) mengenai tempat prostitusi
yang mana terdapat anak-anak berusia di bawah 18 tahun.
●● Seorang anak bepergian ke sebuah daerah/negara
dengan tiket satu arah (tidak ada tiket pulang) dan tanpa
melampirkan dokumen khusus yang menyatakan izin dari
orang tua untuk melakukan perjalanan.
●● Seorang anak bepergian sendiri menggunakan penerbangan
internasional, ketika petugas mengkonfirmasi kembali nama
dan destinasi yang dituju, anak tersebut diam dan melihat
kepada orang dewasa yang ada di sekitarnya.
●● Seorangpenumpangbertanyakepadapramugari/pramugara
mengenai pariwisata seks anak di destinasi yang dituju, serta
rekomendasi tempat untuk bertemu dengan anak-anak.
Contoh kasus Modus/atau Faktor
Tujuan: Untuk memberikan gambaran mengenai contoh kasus kerentanan anak terhadap eksploitasi seksual yang terjadi di transportasi.
TRANSPORtasi
20. • Perhatikan dan waspada terhadap
lingkungan sekitar. Cari tahu infor-
masi lebih jauh apakah ada anak
yang terlibat dan menjadi korban
eksploitasi seksual.
• Libatkan semua pihak untuk me-
lakukan investigasi apabila ada
perilaku yang mencurigakan.
• Perkuat kapasitas staf yang be-
kerja untuk mengidentifikasikan
dan mencegah eksploitasi seksual
komersial anak melalui dialog,
diskusi, maupun pelatihan.
• Buat materi kampanye mengenai
komitmen dalam melakukan pence-
gahan eksploitasi seksual. Misal-
nya, melalui selebaran, plakat yang
ditempel di pintu masuk/ toilet, dsb.
• Menjadi anggota komunitas anti
ESKA, seperti The Code sebagai
bentuk ko- mitmen kepedulian
untuk mencegah eksploitasi
seksual komersial anak.
Apa yang
bisa Anda lakukan?
Tempat Makan
21. Kolaborasi Sektor Swasta di Lingkungan Pariwisata Dalam Upaya Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak
Tempat Makan
Keamanan: Keamanan restauran/
tempat makan tidak cukup menyadari
pentingnya melakukan pencegahan
eksploitasi seksual komersial anak.
Kerentanan Anak: Komunitas
tidak memiliki kesiapan
ketika mendapati anak-anak
dalam situasi ESKA.
Modus/atau Faktor●● Anak yang melakukan magang di restauran/bekerja
ditempatmakanrentanuntukmengalamipelecehan,
kekerasan dan eksploitasi seksual baik dari pekerja
senior maupun dari pelanggan restauran.
●● Pelanggan bertanya kepada pelayan restauran/
tempat makan mengenai sebuah tempat untuk
bertemu anak-anak.
●● Sebuah kafe/klub baru ramai dengan pelanggan,
baik dari lokal maupun asing. Tak jarang, setiap
pelanggan memberikan tip lebih. Beberapa kali
terlihat anak keluar-masuk klub/kafe tersebut.
●● Seorang pelanggan rutin mentraktir anak ke sebuah
restauran/tempat makan. Pelanggan tersebut
selalu membawa anak yang berbeda-beda setiap
berkunjung.
●● Menggunakan identitas palsu/fotokopi akta kelahir-
an sebagai identitas utama dalam melakukan check-
in perjalanan.
Contoh kasus
Tujuan: Untuk memberikan gambaran mengenai contoh kasus kerentanan
anak terhadap eksploitasi seksual yang terjadi di tempat makan.
22. • Perhatikan dan waspada terhadap lingkungan
sekitar, terutama apabila ada indikasi anak
rentan menjadi korban praktek eksploitasi
seksual. Cari tau informasi apakah ada anak
yang bekerja di tempat hiburan.
• Buat materi kampanye yang dapat
menjelaskan baik secara implisit maupun
eksplisit kepedulian/ komitmen untuk
mencegah anak menjadi korban eksploitasi
seksual terhadap anak. Pasang poster
pernyataan perlindungan anak.
• Buat kegiatan sosialisasi terkait pencegahan
eksploitasi seksual komersial anak, bisa
mengaitkannya dengan isu kesehatan mental,
kerentanan tertular HIV&AIDS, dsb.
• Menjadi anggota komunitas anti ESKA,
seperti The Code sebagai bentuk komitmen
kepedulian untuk mencegah eksploitasi
seksual komersial anak. Dengan menjadi
anggota The Code, perusahaan mendapatkan
sertifikasi khusus serta mendapatkan
informasi terbaru mengenai situasi
eksploitasi seksual komersial anak.
Apa yang
bisa Anda lakukan?
Tempat Hiburan
23. Kolaborasi Sektor Swasta di Lingkungan Pariwisata Dalam Upaya Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak
Tempat Hiburan
Tempat hiburan memiliki kedok
panti pijat, karaoke, bar, gym,
party hingga salon.
Minuman beralkohol tersedia di
tempat hiburan seperti itu, terkadang
ada pula yang menggunakan narkoba.
Tempat hiburan beragam rupanya, ada yang langsung, seperti
lokalisasi tempat hiburan, misalnya karaoke, bar, dsb. Ada
yang terselubung/ tidak langsung seperti di taman, tempat
biliard, gym, party, salon, dsb sebagai tempat transaksi.
Modus/atau Faktor
●● Panti pijat ‘Miracle Spa and Massage’
Surabaya digrebek dan dua orang terapis
diketahui anak di bawah umur. Jasa pijat
tersebut dilakukan di apartemen dan tidak
hanya menawarkan jasa pijat tradisional
saja, tetapi juga pijak vitality treatment.
●● Iklan untuk menawarkan jasa spa yang
dapat mengandung konten pornografi.
●● Anak memasang iklan melalui media
online dan menawarkan jasa spa/pijat
plus plus.
Contoh kasus
Tujuan: Untuk memberikan gambaran mengenai contoh kasus kerentanan
anak terhadap eksploitasi seksual yang terjadi di tempat tempat hiburan.
24. • Waspada dan peka terhadap
situasi sekeliling.
• Perhatikan jika ada wisatawan
yang mendekati anak-anak
jalanan, atau pembeli orang
dewasa membawa anak-anak.
Apakah perilaku orang dewasa
tersebut menunjukkan layaknya
orang tua kepada anak?
• Perhatikan anak yang dibawa.
Apakah ia canggung? ketakutan?
Melihat ke kanan dan kiri? Cemas?
• Ajak bicara dan ajukan perta-
nyaan-pertanyaan sederhana,
seperti: Kesini dengan siapa?
Ibunya dimana? Dsb.
• Lapor ke keamanan setempat
apabila terindikasi terjadinya
eksploitasi seksual anak
Apa yang
bisa Anda lakukan?
Pedagang Asongan
25. Kolaborasi Sektor Swasta di Lingkungan Pariwisata Dalam Upaya Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak
Pedagang Asongan
Orang tua anak-anak dari keluarga
tidak mampu diberi bantuan dana
atau hutang untuk menimbulkan rasa
ketergantungan dan hutang budi.
Anak remaja diberi narkoba sehingga
ketagihan dan mau melakukan apa
saja supaya bisa membeli narkoba.
Anak yang usianya lebih muda
diiming-imingi uang, makanan,
atau barang-barang.
●● Anak-anak jalanan di perkotaan
yang menjajakan tissue, makanan
ringan atau souvenir, menjadi
target kekerasan seksual oleh turis.
●● Kasus di Karangasem, Bali dengan
nama predator Robert Hendruw
Fidel Elist (70 tahun) ditangkap
tahun 2016.
Contoh kasus
Modus/atau Faktor
Tujuan: Untuk memberikan gambaran mengenai contoh kasus kerentanan
anak terhadap eksploitasi seksual yang terjadi terhadap pedagang asongan.
26. 2. Penyebarluasan
Informasi
1. Kode Etik
4. Penggunaan
Media Informatif
3. Pengembangan
Kapasitas
6. Pelaporan
5. Kolaborasi
Enam Prinsip The Code
27. Kolaborasi Sektor Swasta di Lingkungan Pariwisata Dalam Upaya Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak
The Code dan Kebijakan Perlindungan Anak
Enam prinsip The Code
Membuat Kode Etik terkait
pencegahan eksploitasi
seksual komersial anak.
Memperkenalkan kode etik
kepada pihak ketiga (misalnya dengan
pemasok/ supplier), dan menyatakan
pentingnya reputasi dalam mencegah
eksploitasi seksual komersial anak.
Menyediakan informasi kepada
pengunjung (perjalanan) melalui
katalog, brosur, film singkat
atau halaman website, dll.
Mendukung, berkolaborasi dan
melibatkan pemangku kebijakan
lainnya di daerah tujuan.
Melatih personil yang
berada di berbagai negara
dan negara tujuan wisata.
Melapor
secara rutin.
Anak-anak masih menjadi kelompok yang rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan dan
eksploitasi, termasuk eksploitasi komersial anak, sehingga, diperlukan upaya-upaya untuk
melindungi anak-anak dari resiko yang dapat menimpa mereka dengan meningkatkan sistem
perlindungan anak secara maksimal dan menyeluruh melalui kebijakan perlindungan anak, mulai
dari internal maupun eksternal kelembagaan, tak terkecuali para pengelola usaha.
Khususnya dalam usaha wisata dan perjalanan, para pengelola
usaha dapat menjadi anggota The Code. The Code adalah sebuah
bentuk inisiatif dari para pemangku kebijakan dengan misi untuk
menyediakan serangkaian materi, alat bantu serta dukungan kepada
industri pariwisata untuk mencegah eksploitasi seksual anak.
Tujuan: Untuk memaparkan kebijakan perlindungan
anak, salah satunya melalui Enam Prinsip The Code.
29. Kolaborasi Sektor Swasta di Lingkungan Pariwisata Dalam Upaya Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak
Jika anda melihat indikasi terjadinya kekerasan terhadap anak, segera hubungi 112 (Polisi), 082125751234 (KPPPA) atau P2TP2A setempat
atau supaya anak segera ditangani. Lembaga-lembaga yang dapat melakukan penanganan kasus eksploitasi seksual terhadap anak adalah:
•
Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI)
• Lembaga Perlindungan
Saksi dan Korban (LPSK)
• Kementerian
Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak
• Kementerian Sosial
• Rumah sakit/atau Puskesmas
• Badan Reserse Kriminal
Polri (Bareskrim)
• Rumah aman
• P2TP2A
RPSA, Dinas Sosial, Sakti Peksos
RPSA/ RPTC
Tujuan: Untuk memberi informasi beberapa alternatif hotline (nomor polisi, P2TP2A, aplikasi mobile, dll)
dan menjelaskan skema sistem rujukan dalam penanganan kasus eksploitasi seksual anak.Sistem Rujukan
31. Kolaborasi Sektor Swasta di Lingkungan Pariwisata Dalam Upaya Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak
KOLABORASi Sektor Swasta
Empat tahap kolaborasi pihak swasta :
Ciptakan keberlanjutan
kerjasama serta mereplikasinya
dengan mempertahankan upaya
yang sudah dilakukan (konsisten),
melakukan replikasi serta
memperluas area.
Membuka Diri dengan menjadi
pelaku usaha yang peduli dengan isu
anak merupakan tanggung jawab dan
komitmen dalam menciptakan usaha
bisnis yang berkelanjutan.
Ikut Terlibat dengan
memperkuat komitmen
dalam melindungi anak dengan
menciptakan nilai bersama dan
memasuki kesepakatan formal.
Perkuat kerjasama dengan
membangun komunikasi secara
intens terkait kerjasama yang
sudah dilakukan, mempelajari dan
mengevaluasi hasil kerjasama yang
sudah dilakukan, mempertahankan
komitmen, serta memberikan
penghargaan/pengakuan.
Tujuan: Menjelaskan proses (empat tahap) kolaborasi sektor swasta
32. ●● All Aboard, ECPAT International, 2016
●● Business and Children’s Right Working Group
●● Effective Ways to Engage The Private Sectors, 2019
●● Eksploitasi Seksual Pada Anak Online, Sebuah Pemahaman Bersama, ECPAT Internasional yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, 2017
●● JUARA Toolkit, Save the Children
●● Memerangi Pariwisata Sex Anak: Tanya & Jawab, Koalisi Nasional Penghapusan Eskploitasi Seksual Komersial Anak, Medan, 2008
●● Pedoman Pencegahan eksploitasi seksual komersial anak di Linkungan Pariwisata, 2010
●● Pedoman Standar Layanan dan Mekanisme Rujukan bagi Perempuan Korban Kekerasan, 2016
●● Penelitian antara ECPAT dengan KPPPA, 2017
●● Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PM.30/ HK.201/MKP/ 2010 tentang Pedoman Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak di Lingkungan Pariwisata
●● Protecting Children from Sexual Exploitation in Tourism, ECPAT Training Resource Kit
●● Protecting Children from Sexual Exploitation in Tourism, An ECPAT Training Resource Kit, 2008
●● Tanya & Jawab tentang Eksploitasi seksual komersial anak, ECPAT Internasional, 2001
●● The Code Training Material
●● https://ecpatindonesia.org/berita/perlunya-kebijakan-dan-prosedur-perlindungan-anak-dalam-organisasi/
●● https://merahputih.com/post/read/surga-bagi-hedonis-di-ibu-kota-belum-mati
●● http://www.thecode.org/
●● http://suryamalang.tribunnews.com/2019/02/14/gadis-di-bawah-umur-beri-layanan-pijat-plus-plus-miracle-spa-and-massage-surabaya-kena-razia-polisi
Sumber
33. Kolaborasi Sektor Swasta di Lingkungan Pariwisata Dalam Upaya Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak
Lembar balik ini merupakan alat bantu (toolboxes) komunitas dalam melakukan advokasi ke usaha wisata dan perjalanan di lingkungan pariwisata, dan
merupakan tindak lanjut dari Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PM.30/ HK.201/MKP/ 2010 tentang Pedoman Pencegahan Eksploitasi
Seksual Anak di Lingkungan Pariwisata. Lembar balik masih terbuka dengan masukan-masukan yang dapat disampaikan melalui e-mail ke
secretariat@ecpatindonesia.org, r.murwahyuni@tdh.nl, Hari.Sadewo@plan-international.org.
Kementerian Pariwisata
Aliansi Down to Zero Indonesia
(ECPAT Indonesia, Plan Internasional Indonesia, dan Terre des Hommes Netherlands)
Desain dan ilustrasi oleh :
Rizka Irjayanti & Bagus Septa Pratama
1. Mitra aliansi Down to Zero (Yayasan Perkumpulan Bandungwangi, Yayasan Galang Anak Semesta/
GAGAS, Surabaya Children Crisis Center/SCCC, Yayasan Embun Pelangi)
2. Komunitas Pencinta Museum (Kelompok Sadar Wisata)
3. Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia
4. Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI)
5. Indonesian Tour Leaders Association
6. Hotel Bintang Fortuna Jakarta
7. Hotel Ayoda Jakarta
8. Sasak Lombok Bungalow
9. Usaha Dagang Tangkong Tanjung Bias
Dengan kontribusi dari :
Lembar balik ini disusun oleh :