SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 64
Downloaden Sie, um offline zu lesen
i
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2016
ii
Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar
©2016 oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Kredit Foto Sampul dan Foto Isi:
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Dikdasmen, Kemdikbud
Yayasan Pengembang Perpustakaan Indonesia (YPPI)
iii
SAMBUTAN
Evaluasi yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment
(PISA), yang diadakan oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan
Ekonomi (OECD—Organization for Economic Cooperation and Development),
menggambarkan bahwa dalam dua periode asesmen yang diadakan pada tahun 2009
dan 2012, peserta didik Indonesia menempati peringkat 64 dari 65 negara peserta dalam
matematika, sains dan membaca.
Rendahnya kompetensi peserta didik di tiga bidang ini membuktikan bahwa
ada yang belum tepat dalam pengelolaan pendidikan. Rendahnya pemahaman terhadap
bacaan menunjukkan bahwa proses pendidikan belum mengembangkan kompetensi
dan minat peserta didik terhadap pengetahuan. Praktik pendidikan yang dilaksanakan di
SD selama ini juga memperlihatkan bahwa sekolah belum berfungsi sebagai organisasi
pembelajar yang menjadikan semua warganya sebagai pembelajar sepanjang hayat.
Untuk mengembangkan sekolah sebagai organisasi pembelajar, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah, mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan Literasi
Sekolah adalah sebuah upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah dan
masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan, untuk menjadikan sekolah
sebagai organisasi pembelajar agar warga sekolah termasuk peserta didik mampu
menjadi pembelajar sepanjang hayat dan dapat memenuhi perannya di era teknologi
informasi.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) diawali dengan gerakan penumbuhan budi
pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Salah satu kegiatan di dalam
gerakan tersebut adalah “kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum
waktu belajar dimulai”. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menjadikan peserta didik
sebagai pembelajar sepanjang hayat agar mereka mampu mengembangkan potensi
diri seutuhnya. Ketika sekolah melaksanakan kegiatan ini, sekolah akan mampu
mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya.
Terobosan penting ini hendaknya melibatkan semua pemangku kepentingan di
bidang pendidikan mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan
iv
pendidikan. Pelibatan orang tua peserta didik dan masyarakat juga menjadi komponen
penting dalam menjadikan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat.
Panduan Umum ini disusun guna memberi arahan strategis bagi kegiatan literasi
di Sekolah Dasar dalam lingkup Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pelaksanaan GLS di SD akan melibatkan unit kerja terkait di internal Kemendikbud dan
juga pihak-pihak lain. Kerja sama semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan
sangat diperlukan untuk melaksanakan gerakan bersama yang efektif dan terintegrasi.
	 Jakarta, Januari 2016
	 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
	 Hamid Muhammad, Ph.D
	 NIP 195905121983111001
v
KATA PENGANTAR
Gerakan Literasi Sekolah yang digagas dan dikembangkan Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah merupakan respons atas rendahnya kompetensi
peserta didik Indonesia dalam bidang matematika, sains, dan membaca—sesuai
dengan data penelitian oleh Programme for International Student Assessment (PISA),
yang diadakan untuk Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi
(OECD—Organization for Economic Cooperation and Development). Melalui
penguatan kompetensi literasi, terutama literasi dasar, diharapkan peserta didik dapat
memanfaatkan akses lebih luas pada pengetahuan agar rendahnya peringkat kompetensi
tersebut dapat diperbaiki.
Dalam hal ini, kompetensi literasi dasar (menyimak-berbicara, membaca-menulis,
berhitung-memperhitungkan, dan mengamati-menggambar) sudah selayaknya ditanamkan
sejak pendidikan dasar, lalu dilanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi
sehingga peserta didik dapat meningkatkan kecanggihannya untuk mengakses informasi
dan pengetahuan. Selain itu, peserta didik juga diharapkan memiliki sistem peringatan
dini pada dirinya tentang mana informasi yang bermanfaat dan mana informasi yang tidak
bermanfaat. Hal itu karena literasi sejatinya mengarahkan seseorang pada keluhuran budi.
Oleh karena itu, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun
2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti menyuratkan salah satunya kegiatan membaca buku
nonpelajaran selama lima belas menit sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan tersebut
adalah upaya menumbuhkan kecintaan membaca kepada peserta didik melalui bacaan
yang bermutu, sehingga ke dalam diri mereka akan terinstal informasi-informasi yang
baik dan bermanfaat. Terlebih lagi, peserta didik terdorong mengeksplorasi informasi dan
pengetahuan yang telah dibacanya. Dari hal itu pula, diharapkan peserta didik memperoleh
pengalaman belajar yang menyenangkan sekaligus merangsang imajinasi mereka.
Sebagai sebuah desain induk penumbuhan budi pekerti, Gerakan Literasi Sekolah
perlu melibatkan para pemangku kepentingan secara terprogram dengan satu tujuan agar
peserta didik, terutama di tingkat pendidikan dasar menjadi sadar, melek, dan berbudaya
literasi. Untuk itu, terbitnya buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar
vi
ini sangat penting bagi pemangku kepentingan di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota,
satuan pendidikan, dan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan literasi yang efektif dan
terintegrasi.
	 Jakarta, Januari 2016
	 Direktur Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar
	 Drs. Wowon Wirdayat, M.Si.
	 NIP. 195801251981031002
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  . 1
A.	 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B.	 Landasan Hukum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
C.	Tujuan  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
D. Sasaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
BAB II KONSEP DASAR  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  . 7
A. Literasi  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
B.	 Jenis Literasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
C. Literasi di Sekolah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
BAB III RANCANGAN INDUK PELAKSANAAN LITERASI SEKOLAH .  .  . 17
A. Rancangan Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
A.	 Peran Pemangku Kepentingan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
B.	 Tahapan Pengembangan Gerakan Literasi Sekolah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
C.	Strategi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
E. Peningkatan Kapasitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27
F.Target Pencapaian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
BAB IV PELAKSANAAN GERAKAN LITERASI DI SD  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  . 33
A.	 Tahapan Pengembangan Literasi di SD . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33
B.	 Target Pencapaian Literasi di SD . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46
BAB V MONITORING DAN EVALUASI .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  . 49
A.	Kemendikbud  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
B. Dinas Pendidikan Provinsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50
C. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50
D. Satuan Pendidikan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .51
E. Masyarakat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52
BAB VI PENUTUP .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  . 53
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A.	 Latar Belakang
Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang berhasil mengurangi angka buta
huruf. Data UNDP tahun 2014 mencatat bahwa tingkat kemelekhurufan masyarakat
Indonesia sudah mencapai 92,8% untuk kelompok dewasa, dan 98,8% untuk kategori
remaja. Capaian ini sebenarnya menunjukkan bahwa Indonesia sudah melewati tahapan
krisis literasi dalam pengertian kemelekhurufan. Meskipun demikian, tantangan yang
saat ini dihadapi adalah aliterasi, bentuk lain dari krisis literasi; yakni, orang bisa dan
mampu membaca, namun mereka tidak mau membaca.
	 Aliterasi dianggap sebagai fenomena umum, bahkan di negara-negara maju
dengan tingkat literasi yang tinggi yang dalam hal ini ketersediaan buku tidak menjadi
masalah. Fenomena ini menunjukkan bahwa banyak faktor berkontribusi terhadap
permasalahan literasi pada masyarakat. Selain keterbatasan akses terhadap buku di
seluruh Indonesia, pemerintah juga menghadapi rendahnya motivasi membaca di
kalangan peserta didik. Hal ini memprihatinkan karena pada era teknologi informasi
saat ini, peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan membaca dalam pengertian
memahami teks secara analitis, kritis, dan reflektif.
Literasi kontemporer ini menjadi kebutuhan masyarakat global yang harus
mengadaptasi kemajuan teknologi dan modernitas. Deklarasi Praha (2003) mencanangkan
bahwa literasi informasi (information literacy) mencakup kemampuan literasi dasar
(basic literacy), kemampuan untuk meneliti dengan menggunakan referensi (library
literacy), kemampuan untuk menggunakan media informasi (media literacy), teknologi
2
(technology literacy), dan kemampuan untuk mengapresiasi grafis dan teks visual (visual
literacy). Literasi yang komprehensif dan saling terkait ini memampukan seseorang untuk
berkontribusi kepada masyarakatnya sesuai dengan kompetensi dan perannya sebagai
warga negara global (global citizen). Dalam era global ini, literasi informasi menjadi
penting. Deklarasi Alexandria pada tahun 2005 (sebagaimana dirilis dalam www.unesco.
org) menjelaskan tentang literasi informasi, sebagai berikut.
Literasi informasi adalah kemampuan untuk melakukan manajemen
pengetahuan dan kemampuan untuk belajar terus-menerus. Secara terinci,
literasi informasi merupakan kemampuan untuk menyadari kebutuhan
informasi dan saat informasi diperlukan, mengidentifikasi dan menemukan
lokasi informasi yang diperlukan, mengevaluasi informasi secara kritis,
mengorganisasikan dan mengintegrasikan informasi ke dalam pengetahuan
yang sudah ada, memanfaatkan serta mengomunikasikannya secara efektif,
legal, dan etis.
Kebutuhan literasi pada era global ini menuntut pemerintah untuk menyediakan
serta memfasilitasi sistem dan pelayanan pendidikan sesuai dengan UUD 1945 ayat 3,
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan bangsa.” Ayat ini menegaskan bahwa program literasi juga mencakup
upaya mengembangkan potensi kemanusiaan yang mencakup kecerdasan intelektual,
emosi, bahasa, estetika, sosial, spiritual, dengan daya adaptasi terhadap perkembangan
arus teknologi dan informasi. Upaya ini sejalan dengan falsafah yang dinyatakan oleh
Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan harus melibatkan semua komponen masyarakat
(keluarga, pendidik profesional, pemerintah, dll.) dalam membina, menginspirasi/
memberi contoh, memberi semangat, dan mendorong perkembangan anak.
Literasi tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana peserta
didik dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di
bangku sekolah. Literasi juga tidak terlepas dari kehidupan peserta didik, baik di rumah
maupun di lingkungan sekitarnya.
Sayangnya, data evaluasi Programme for International StudentAssesment (PISA)
tahun 2012 menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik Indonesia dalam membaca,
matematika, dan sains masih tertinggal dari negara lain. Survei ini mengevaluasi
3
kemampuan membaca peserta didik Indonesia yang berusia 15 tahun, dan menemukan
bahwa kemampuan membaca mereka menempati urutan ke-60 dari 64 negara yang
berpartisipasi dalam PISA. Kemampuan matematika peserta didik Indonesia berada di
urutan 64 dari 65 negara, sedangkan dalam bidang sains, mereka menempati urutan 64
dari 65 negara.
Selain itu, hasil tes Progress International Reading Literacy Study (PIRLS) tahun
2011 yang mengevaluasi kemampuan membaca peserta didik kelas IV menempatkan
Indonesia pada posisi ke-42 dari 45 negara peserta dengan skor 428, di bawah nilai
rata-rata 500. Data ini selaras dengan temuan UNESCO terkait kebiasaan membaca
masyarakat Indonesia, bahwa hanya 1 dari 1.000 orang masyarakat Indonesia yang
membaca.
Permasalahan ini menegaskan bahwa pemerintah memerlukan strategi khusus
agar program di sekolah dapat ditindaklanjuti atau diintegrasikan dengan kegiatan di
keluarga dan masyarakat. Hal ini untuk memastikan keberlanjutan intervensi kegiatan
literasi sekolah agar dampaknya dapat dirasakan di masyarakat.
Untuk dapat mengembangkan strategi implementasi pelaksanaan literasi di
sekolah yang berdampak menyeluruh dan sistemik, sekolah harus tumbuh sebagai
sebuah organisasi yang mengembangkan warganya sebagai individu pembelajar.
Sekolah juga harus memiliki struktur kepemimpinan yang juga terkait dengan lembaga
lain di atasnya, serta sumber daya yang meliputi sumber daya manusia, keuangan,
serta sarana dan prasarana. Sekolah memberikan layanan pendidikan dalam bentuk
pembelajaran di dalam kelas dan berbagai kegiatan lain di luar kelas yang menunjang
pembelajaran dan tujuan pendidikan. Memperhatikan karakteristik sekolah sebagai
sebuah organisasi akan mempermudah pelaksana program untuk mengidentifikasi
sasaran perlakuan agar perlakuan dapat diberikan secara menyeluruh (whole school
approach).
B.	 Landasan Hukum
1.	 Sumpah Pemuda butir ke-3: “Menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia”.
2.	 Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31 ayat 3: “Pemerintah mengusahakan dan
menye- lenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan bangsa”.
4
3.	 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
4.	 Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Praha tahun 2003 tentang kecerdasan literasi
dasar.
5.	 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
6.	 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007 tentang Pedoman bagi Kepala
Daerah dalam Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Negara dan Bahasa Daerah.
7.	 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,
dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.
8.	 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
9.	 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2013 tentang SPM Dikdas, Lampiran 2 menjelaskan indikator 18 “Setiap SD/MI
memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP dan MTs
memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi”. Hal ini menegaskan
pentingnya peran buku, dalam bentuk buku teks, dan buku komersial (buku cerita
fiksi dan nonfiksi dalam pembelajaran di sekolah).
10.	 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU Nomor 43
Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
11.	 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
C.	Tujuan
1. Tujuan Umum
Menumbuhkembangkan ekosistem pendidikan dan kebudayaan melalui gerakan literasi
sekolah agar menjadi pembelajar sepanjang hayat.
2. Tujuan Khusus
a. menumbuhkembangkan budi pekerti;
b. membangun ekosistem pendidikan dan kebudayaan berbasis literasi;
c. menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar (learning organization);
5
d. mempraktikkan kegiatan pengelolaan pengetahuan (knowledge management);
e. menjaga keberlanjutan budaya literasi.
D.	Sasaran
Sasaran Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah ekosistem sekolah pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah yang meliputi satuan pendidikan SD, SMP, SMA,
SMK, dan SLB.
6
BAB II
KONSEP DASAR
A.	Literasi
Pada dasarnya literasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan membaca dan
menulis. Namun, Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi tidak
hanya berkaitan dengan dua aktivitas tersebut. Ia juga mencakup bagaimana seseorang
berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial
yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya (Unesco, 2003).
Deklarasi yang difasilitasi oleh Unesco itu juga menyebutkan bahwa literasi
informasi terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan,
menemukan,mengevaluasi,menciptakansecaraefektifdanterorganisasi,menggunakan
dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan. Kemampuan-
kemampuan itu harus dimiliki tiap individu sebagai syarat untuk b erpartisipasi dalam
masyarakat informasi, dan itu bagian dari hak dasar manusia menyangkut pembelajaran
sepanjang hayat.
Maka, secara sederhana, dalam konteks peserta didik, dapat disimpulkan bahwa
kegiatanliterasimerupakancarapesertadidikmengakses,memahami,danmenggunakan
informasi yang berada di sekitarnya untuk mengatasi berbagai permasalahan hidupnya.
8
B.	 Jenis Literasi
Secara umum, literasi memiliki lima komponen penting yang saling berkaitan sebagai
berikut.
1.	 Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan,
berbicara, membaca, menulis, dan menghitung. Dalam literasi dasar, kemampuan
untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting)
berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating),
mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan
informasi (drawing) berdasar pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
2.	 Literasi Perpustakaan (Library Literacy), yaitu kemampuan lanjutan untuk
bisa mengoptimalkan Literasi Perpustakaan yang ada. Maksudnya, pemahaman
tentang keberadaan perpustakaan sebagai salah satu akses mendapatkan informasi.
Pada dasarnya literasi perpustakaan, antara lain, memberikan pemahaman cara
membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan
periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang
memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog
dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi
ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi
masalah.
3.	 Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai
bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio,
mediatelevisi),mediadigital(mediainternet),danmemahamitujuanpenggunaannya.
Secara gamblang saat ini bisa dilihat di masyarakat kita bahwa media lebih sebagai
hiburan semata. Kita belum terlalu jauh memanfaatkan media sebagai alat untuk
pemenuhan informasi tentang pengetahuan dan memberikan persepsi positif dalam
menambah pengetahuan.
4.	 Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami
kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti
lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya,
dapat memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses
internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (Computer
Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer,
menyimpan dan mengelola data, serta menjalankan program perangkat lunak.
9
Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini,
diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan
masyarakat.
5.	 Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi
media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan
belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audio-visual secara kritis dan
bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang setiap hari membanjiri kita, baik
dalam bentuk tercetak, di televisi maupun internet, haruslah terkelola dengan baik.
Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benar-benar perlu
disaring berdasar etika dan kepatutan.
Dalam konteks Indonesia, kelima komponen tersebut di atas perlu diawali dengan
literasi usia dini yang mencakup fonetik, alfabet, kosakata, sadar dan memaknai materi
cetak (print awareness), dan kemampuan menggambarkan dan menceritakan kembali
(narrative skills). Pemahaman literasi dini sangat penting dipahami oleh masyarakat
karena menjamurnya lembaga bimbingan belajar baca-tulis-hitung bagi batita dan
balita menggunakan cara yang kurang sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak.
Oleh karena itu, perlu diberi perhatian terhadap keberlangsungan pendidikan literasi
usia dini berlanjut ke literasi dasar sebagaimana dipaparkan pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Peran Pemangku Kepentingan dalam Pelaksanaan Literasi
No Komponen Literasi Pihak yang Berperan Aktif
1. Literasi usia dini Orangtua dan keluarga
2. Literasi dasar Pendidikan formal
3. Literasi perpustakaan Pendidikan formal
4. Literasi teknologi Pendidikan formal dan keluarga
5. Literasi media Pendidikan formal, keluarga, dan lingkungan sosial
6. Literasi visual Lingkungan sosial
Dalam pendidikan formal, peran aktif para pemangku kepentingan, yaitu kepala
sekolah, guru, tenaga pendidik, dan pustakawan sangat berpengaruh untuk memfasilitasi
pengembangan komponen literasi peserta didik. Selain itu, diperlukan juga pendekatan
cara belajar-mengajar yang keberpihakannya jelas tertuju kepada komponen-komponen
literasi ini. Kesempatan peserta didik terpajan dengan kelima komponen literasi akan
10
menentukan kesiapan peserta didik berinteraksi dengan literasi visual. Sebagai langkah
awal, dapat disimpulkan bahwa diperlukan perubahan paradigma semua pemangku
kepentingan untuk terciptanya lingkungan literasi ini.
C.	 Literasi di Sekolah
Kegiatan literasi di sekolah seharusnya tidak lagi dipahami hanya aktivitas baca, tulis,
dan hitung (calistung). Tidak pula menempatkan perpustakaan dan akses internet
sekadar sarana mendapatkan informasi. Pihak sekolah, dalam hal ini kepala sekolah,
pendidik, dan tenaga kependidikan, harus membekali peserta didik dengan kemampuan
dalam mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas.
Mengacu pada metode pembelajaran Kurikulum 2013 yang menempatkan peserta
didik sebagai subjek pembelajaran dan guru sebagai fasilitator, kegiatan literasi tidak
lagi berfokus pada peserta didik semata. Guru selain sebagai fasilitator juga menjadi
subjek pembelajaran. Namun, pada kenyataannya, akses tidak terbatas peserta didik
pada sumber informasi, baik di dunia nyata (koran, televisi, radio) maupun dunia maya
(laman berita, blog, dll.) dapat memosisikan mereka sebagai yang lebih banyak tahu
daripada guru mereka sendiri. Ketika peserta didik dalam berliterasi tidak lepas dari
kontribusi guru, guru harus berupaya menjadi fasilitator yang berkualitas. Guru yang
malas membaca dan menulis serta gagap teknologi akan melahirkan peserta didik yang
kurang baik dalam berliterasi.
Oleh karena itu, dalam konteks literasi di sekolah, subjek dalam kegiatan literasi
adalah peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan (pustakawan, pengawas), dan
kepala sekolah. Literasi menjadi gerakan bersama yang menempatkan warga sekolah
sebagai subjek.
1. Prinsip-prinsip Literasi Sekolah
Menurut Beers (2013), praktik-praktik yang baik dalam gerakan literasi sekolah
menekankan prinsip-prinsip sebagai berikut.
a.	Perkembangan literasi berjalan sesuai dengan tahap perkembangan yang bisa
diprediksi
Tahap perkembangan anak dalam belajar membaca dan menulis sifatnya saling
beririsan antartahap. Memahami tahap perkembangan literasi dapat membantu
11
sekolah untuk memilih strategi pembiasaan dan pembelajaran literasi yang tepat
sesuai dengan kebutuhan perkembangan peserta didik.
b.	 Program literasi yang baik bersifat berimbang
Sekolah yang menerapkan program literasi berimbang menyadari bahwa tiap
peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain. Dengan demikian,
diperlukan berbagai strategi membaca dan jenis teks yang bervariasi pula.
Program literasi yang berimbang merangkul pendekatan apa pun yang bermakna
dan yang bisa menjadikan peserta didik menjadi pembaca yang kuat. Program
literasi yang bermakna bisa dilakukan dengan memanfaatkan bahan bacaan kaya
teks seperti karya sastra untuk anak dan remaja.
c.	 Program literasi berlangsung di semua area kurikulum
Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab
semua guru di semua mata pelajaran. Pembelajaran di mata pelajaran apa pun
membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis. Dengan demikian,
pengembangan profesional guru dalam hal literasi perlu diberikan kepada guru
semua mata pelajaran.
d.	 Tidak ada istilah terlalu banyak untuk membaca dan menulis yang bermakna
Kegiatan membaca dan menulis di kelas perlu dilakukan kapan pun kondisi di
kelasmemungkinkan.Untukitu,perluditekankanbentukkegiatanyangbermakna
dan kontekstual. Misalnya, ‘menulis surat untuk walikota’ atau ‘membaca untuk
ibu’ adalah contoh-contoh kegiatan yang bermakna dan memberikan kesan kuat
kepada peserta didik.
e.	 Diskusi dan strategi bahasa lisan sangat penting
Kelas berbasis literasi yang kuat akan melakukan berbagai kegiatan lisan berupa
diskusi tentang buku selama pembelajaran di kelas. Kegiatan diskusi ini juga
harus membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat agar kemampuan
berpikir kritis bisa diasah. Peserta didik perlu belajar untuk menyampaikan
perasaan dan pendapatnya, saling mendengarkan, dan menghormati perbedaan
pandangan satu sama lain.
12
f.	 Keberagaman perlu dirayakan di kelas dan sekolah
Penting bagi pendidik untuk tidak hanya menerima perbedaan, namun juga
merayakannya melalui agenda literasi di sekolah. Buku-buku yang disediakan
untuk bahan bacaan peserta didik perlu merefleksikan kekayaan budaya Indonesia
agar peserta didik bisa terpajan pada pengalaman multikultural sebanyak mung­
kin.
2. Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah
Sekolah memiliki peran yang amat penting dalam menanamkan budaya literat pada
anak didik. Untuk itu, tiap sekolah tanpa terkecuali harus memberikan dukungan penuh
terhadap pengembangan literasi. Di sekolah dengan budaya literasi yang tinggi, peserta
didik akan cenderung lebih berhasil, dan guru lebih bersemangat mengajar.
Perlu dipahami bahwa program membaca seperti membaca bebas dan membaca
bersuara hanyalah bagian dari kerangka besar untuk membangun budaya literasi
sekolah. Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya li­
te­rat, Beers, dkk. (2009) memberikan beberapa strategi untuk menciptakan budaya
literasi yang positif di sekolah. 
a.	 Lingkungan fisik ramah literasi
Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat pengunjung. Pada dasarnya,
lingkungan fisik haruslah ramah dan kondusif untuk pembelajaran. Sekolah yang
mendukung pengembangan budaya literasi memiliki beberapa kondisi, antara
lain karya peserta didik dipajang di seluruh penjuru sekolah, termasuk koridor
dan kantor kepala sekolah dan guru. Selain itu, karya-karya peserta didik diganti
secara rutin untuk memberikan kesempatan kepada semua kelas untuk menjadi
perhatian. Selain itu, buku dan bahan bacaan lain dapat diperoleh dengan mudah
di pojok baca pada semua kelas, kantor, dan ruang lain di sekolah. Kantor kepala
sekolah idealnya juga memajang karya peserta didik dan buku-buku bacaan
anak. Ruang pimpinan dengan pajangan karya peserta didik akan memberikan
kesan positif tentang komitmen sekolah terhadap pengembangan budaya literat.
b.	 Lingkungan sosial dan afektif
Sekolah dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen
sekolah. Hal ini bisa dibentuk dengan cara pemberian pengakuan atas pencapaian
13
peserta didik sepanjang tahun. Pemberian penghargaan dapat dilakukan saat
upacara bendera pada setiap minggu untuk menghargai kemajuan peserta didik
di semua aspek. Sesuai dengan semangat literasi, prestasi yang dihargai tidak
hanya akademik, namun juga sikap dan upaya peserta didik. Dengan demikian,
setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk memperoleh penghargaan
sekolah. Selain itu, literasi mewarnai semua perayaan penting pada sepanjang
tahun pelajaran. Hal ini bisa direalisasikan dalam bentuk festival buku, lomba
poster, mendongeng, karnaval tokoh buku cerita, dan sebagainya. Pimpinan
sekolah harus mengambil peran aktif dalam menggerakkan literasi. Hal yang
bisa dilakukan, antara lain membangun budaya kolaboratif antarguru dan staf
sekolah. Dengan demikian, setiap orang bisa terlibat sesuai dengan kepakaran
masing-masing. Peran orang tua sebagai sukarelawan dalam gerakan literasi akan
semakin memperkuat komitmen sekolah dalam pengembangan budaya literat.
c.	 Lingkungan akademik
Lingkungan fisik dan sosial akan bisa dibangun apabila lingkungan akademik
tercipta. Hal ini bisa dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di
sekolah.Pimpinansekolahbisamembentuktimliterasi.Timinibertugasmembuat
perencanaan dan asesmen program.Adanya Tim literasi sekolah bisa memastikan
terciptanya suasana akademik yang kondusif,  yang mampu membuat seluruh
anggota komunitas sekolah antusias untuk belajar. Sekolah harus memberikan
alokasi waktu yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi. Salah satunya
dengan menjalankan kegiatan membaca dalam hati dan membacakan buku
dengan nyaring selama 15–30 menit sebelum pelajaran berlangsung, minimal
tiga kali seminggu. Waktu literasi ini sedapat mungkin tidak dikorbankan untuk
kegiatan lain yang tidak perlu. Untuk menunjang kemampuan guru dan staf,
mereka perlu diberikan kesempatan untuk mengikuti program pelatihan tenaga
kependidikan demi peningkatan kapasitas literasi.
Tabel 2.2 berikut ini mencantumkan beberapa parameter yang dapat digunakan
sekolah untuk membangun budaya literasi sekolah yang baik.
14
Tabel 2.2 Lingkungan Sekolah yang Literat
a. Lingkungan Fisik
1) Karya peserta didik dipajang di sepanjang lingkungan sekolah, termasuk koridor dan kantor (kepala
sekolah, guru, administrasi, bimbingan konseling).
2) Karya peserta didik dirotasi secara berkala untuk memberi kesempatan yang seimbang kepada semua
peserta didik.
3) Buku dan materi bacaan lain tersedia di pojok-pojok baca di semua ruang kelas.
4) Buku dan materi bacaan lain tersedia juga untuk peserta didik dan orang tua/pengunjung di kantor dan
ruangan selain ruang kelas.
5) Kantor kepala sekolah memajang karya peserta didik dan buku bacaan untuk anak.
6) Kantor kepala sekolah mudah diakses oleh warga sekolah.
b. Lingkungan Sosial dan Afektif
1) Penghargaan terhadap prestasi peserta didik (akademik dan nonakademik) diberikan secara rutin (tiap
minggu/bulan). Upacara hari Senin merupakan salah satu kesempatan yang tepat untuk pemberian
penghargaan mingguan.
2) Kepala sekolah mengenali peserta didik apabila masuk ruang kelas (bukan hanya peserta didik yang
berprestasi atau dianggap bermasalah).
3) Kepala sekolah terlibat aktif dalam pengembangan literasi.
4) Merayakan hari-hari besar dan nasional dengan nuansa literasi, misalnya merayakan Hari Kartini
dengan membaca surat-suratnya.
5) Terdapat budaya kolaborasi antarguru dan staf, dengan mengakui kepakaran masing-masing (dan tidak
saling menjatuhkan).
6) Terdapat waktu yang memadai bagi staf untuk berkolaborasi menjalankan program literasi dan hal-hal
yang terkait dengan pelaksanaannya.
7) Staf sekolah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam menjalankan program
literasi.
c. Lingkungan Akademik
1) TerdapatTim Literasi Sekolah yang bertugas melakukan asesmen dan perencanaan.Apabila diperlukan,
ada pendampingan dari pihak eksternal.
2) Disediakan waktu khusus dan cukup banyak untuk pembelajaran dan pembiasaan literasi: membaca
dalam hati (sustained silent reading), membacakan buku dengan nyaring (reading aloud), membaca
bersama (shared reading), membaca terpandu (guided reading), diskusi buku, bedah buku, presentasi
(show-and-tell presentation).
3) Waktu literasi dijaga agar tidak dikorbankan untuk kepentingan lain yang dianggap tidak perlu.
4) Disepakati waktu berkala untuk Tim Literasi Sekolah membahas pelaksanaan gerakan literasi sekolah.
5) Buku fiksi dan nonfiksi tersedia dalam jumlah cukup banyak di sekolah. Buku cerita fiksi sama
pentingnya dengan buku berbasis ilmu pengetahuan.
15
6) Ada kesempatan pengembangan profesional tentang literasi yang diberikan untuk staf, melalui kerja
sama dengan institusi terkait (perguruan tinggi, dinas pendidikan, dinas perpustakaan, atau berbagi
pengalaman dengan sekolah lain).
7) Seluruh warga sekolah antusias menjalankan program literasi, dengan tujuan membangun organisasi
sekolah yang suka belajar.
Strategi tersebut bisa diadaptasi, sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah.
Namun, pada dasarnya, aspek-aspek yang disebutkan adalah karakteristik yang perlu
dipenuhi dalam pengembangan budaya literasi di sekolah. Melalui pelaksanaan satu
per satu, dengan kerja sama antara guru dan pimpinan sekolah maka kita bisa bermimpi
suatu saat Indonesia akan menjadi bangsa yang literat.
16
Dok. Yayasan Pengembang Perpustakaan Indonesia
BAB III
RANCANGAN INDUK
PELAKSANAAN
LITERASI SEKOLAH
A.	 Rancangan Pelaksanaan Gerakan Literasi
Sekolah
Kesuksesan GLS membutuhkan partisipasi aktif semua unit kerja di lingkungan
internal Kemendikbud (Permendikbud Nomor 11 Tahun 2015) dan juga kolaborasi
dengan lembaga di luar Kemendikbud. Pelaksanaan program literasi di semua satuan
pendidikan melibatkan semua pemangku kepentingan, meliputi pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota. Pada lingkup internal Kemendikbud, kolaborasi literasi
melibatkan, antara lain Badan Bahasa, LPMP, Balitbang (Puskurbuk dan Puspendik),
dan Pustekkom, sedangkan pada lingkup eksternal Kemendikbud melibatkan, antara
lain perguruan tinggi, Perpustakaan Nasional RI (PNRI), Ikapi, lembaga donor, dan
lain-lain.
Struktur organisasi kerja sama tersebut digambarkan dalam Bagan 3.1 berikut
ini.
18
Bagan3.1.StrukturorganisasikerjasamadilingkunganinternaldaneksternalKemendikbud
19
Di samping itu, kegiatan literasi sekolah membutuhkan partisipasi semua
pemangku kepentingan di tingkat pemerintahan, dari tingkat pemerintah pusat, dinas
pendidikan provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan di tingkat sekolah. Di
tingkat satuan pendidikan, yang menerima perlakuan (intervensi) adalah kepala
sekolah, pengawas, guru, komite sekolah, dan masyarakat, termasuk dunia usaha
dan industri. Perlakuan yang akan diberikan kepada setiap unsur akan berbeda sesuai
dengan peran dan kapasitasnya dalam pendidikan terkait dengan kebijakan yang
berlaku. Dari unsur masyarakat dapat melibatkan, antara lain lembaga masyarakat
di bidang pendidikan, perpustakaan masyarakat, taman bacaan masyarakat, dan para
tokoh masyarakat. Pelibatan dari dunia industri dapat berupa program pendidikan
yang merupakan implementasi dari Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate
Social Responsibility). Kesuksesan program literasi sekolah dapat dicapai apabila tiap-
tiap pemangku kepentingan memiliki kapasitas yang memadai untuk melaksanakan
program literasi sesuai dengan perannya masing-masing.
20
A.	 Peran Pemangku Kepentingan
Bagan 3.2 Pemangku Kepentingan Literasi
KEMENDIKBUD
-- Kebijakan Nasional
-- Panduan
-- Sosialisasi kepada
Disdik Provinsi,
Kab/Kota, Satuan
Pendidikan dan
Masyarakat.
-- Pelatihan Guru
-- Monitoring dan
Evaluasi pelaksanaan
gerakan di tingkat
Provinsi, Kab/
Kota dan Satuan
Pendidikan
DISDIK KAB/KOTA
-- Kebijakan Daerah
-- Sosialisasi kepada
Satuan Pendidikan
dan Masyarakat
-- Pelatihan dan
pendampingan
pelaksanaan gerakan
di Satuan Pendidikan
-- Monitoring dan
Evaluasi pelaksanaan
gerakan di tingkat
Satuan Pendidikan
SATUAN PENDIDIKAN
-- Visi dan Misi SD
-- Kebijakan SD
-- Pelaksanaan Pembelajaran
-- Pembiasaan
-- Sarana dan prasarana dan
Fasilitas Pendukung
-- Pengelolaan Sarana dan Prasarana
dan Fasilitas Pendukung
-- Pelatihan guru
-- Pelibatan Publik (Komite
SD dan masyarakat)
DISDIK PROVINSI
-- Kebijakan Daerah
-- Sosialisasi kepada
Disdik Kab/Kota.
-- Monitoring
dan Evaluasi
pelaksanaan
gerakan di tingkat
Kabupaten/Kota
MASYARAKAT
-- Gerakan publik
-- Berpartisipasi dalam kegiatan
di satuan pendidikan
Keterangan:
Struktur Implementasi
Garis Pelaporan
21
Kegiatan literasi dapat berjalan dengan optimal dengan kolaborasi antara semua
elemen pemerintah dan masyarakat. Lembaga pemerintah dan masyarakat memiliki
peran sebagai berikut.
1.	Kemendikbud
a.	 membuat kebijakan;
b.	 menjabarkan desain induk pelaksanaan GL;
c.	 menyusunpanduanpelaksanaan,petunjukteknis,dansemuadokumenpendukung
pelaksanaan program;
d.	 melaksanakan sosialisasi program kepada dinas pendidikan provinsi, kabupaten/
kota, satuan pendidikan, dan masyarakat;
d.	 merancang dan melaksanakan pelatihan untuk warga sekolah dan masyarakat;
e.	 melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program di tingkat provinsi,
kabupaten/kota, dan satuan pendidikan; dan
f.	membuat rencana tindak lanjut berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi
pelaksanaan program.
2.	 Dinas Pendidikan Provinsi
a.	 melakukan analisis kebutuhan dan mengkaji isu-isu strategis yang terkait dengan
kemampuan literasi guru dan peserta didik di wilayah masing-masing;
b.	 membuat kebijakan daerah untuk mendukung pelaksanaan program;
c.	 melakukan sosialisasi konsep, program, dan kegiatan literasi di satuan pendidikan
di kabupaten/kota masing-masing;
d.	melakukan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan
literasi di tingkat provinsi dan lingkungan dinas pendidikan kabupaten/kota; dan
e.	membuat rencana tindak lanjut berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi
pelaksanaan program.
3.	 Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
a.	 melakukan analisis kebutuhan dan mengkaji isu-isu strategis yang terkait dengan
kemampuan literasi guru dan peserta didik di wilayah masing-masing;
b.	 membuat kebijakan daerah untuk mendukung pelaksanaan program;
c.	 melakukan sosialisasi konsep, program, dan kegiatan literasi di satuan pendidikan
di kabupaten/kota masing-masing;
22
d.	merencanakan dan melaksanakan pendampingan dan pelatihan kepada warga
sekolah untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memberikan pelayanan
pendidikan terutama pelaksanaan pembelajaran yang mampu meningkatkan
kemampuan literasi peserta didik;
e.	 memantau serta memastikan ketersediaan buku referensi dan buku pengayaan di
sekolah;
f.	 melakukan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan
literasi di tingkat kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan masyarakat; dan
g.	membuat rencana tindak lanjut berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi
pelaksanaan program.
4.	 Satuan Pendidikan
a.	 mengidentifikasi kebutuhan sekolah dengan mengacu pada Standar Pendidikan
Nasional atau minimal mengacu pada Standar Pelayanan Minimal Pendidikan
Dasar;
b.	 melaksanakan kegiatan pembiasaan harian, mingguan, bulanan, dan semester
sebagaimana dijabarkan dalam Permendikbud Nomor 23 tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti;
c.	melaksanakan pelatihan guru untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang mampu meningkatkan
kemampuan literasi peserta didik;
d.	memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah dengan maksimal untuk
memfasilitasi pembelajaran;
e.	 mengelola perpustakaan sekolah dengan baik;
f.	 menginventarisasi semua prasarana yang dimiliki sekolah (salah satunya buku).
g.	 menciptakan ruang-ruang baca bagi warga sekolah;
h.	 melaksanakan kegiatan membaca selama 15 menit sebelum pembelajaran;
i.	 mengawasi dan mewajibkan peserta didik membaca sejumlah buku sastra dan
menyelesaikannya dalam kurun waktu tertentu;
j.	 Komite Sekolah mendukung dan terlibat aktif dalam kegiatan gerakan literasi
sekolah;
k.	merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang melibatkan orangtua dan
masyarakat untuk meningkatkan kesadaran mereka terhadap literasi agar
23
perlakuan yang diberikan kepada peserta didik di sekolah bisa ditindaklanjuti
di dalam keluarga dan di tengah masyarakat;
l.	 merencanakan dan atau bekerja sama dengan pihak lain yang melaksanakan
berbagai kegiatan literasi;
m.	melakukan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan
literasi yang dilaksanakan; dan
n.	membuat rencana tindak lanjut berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi
pelaksanaan program.
5.	Masyarakat
a.	ikut terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan sekolah untuk meningkatkan
kemampuan literasi warga sekolah; dan
b.	menyelenggarakan gerakan publik, antara lain gerakan membacakan buku
untuk anak, gerakan mengumpulkan buku anak dan menyalurkannya ke taman-
taman bacaan, dan gerakan untuk menghidupkan taman-taman bacaan di ruang
publik yang ramah anak.
C.	 Tahapan Pengembangan Gerakan Literasi
Sekolah
GLS dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan sekolah di
seluruhIndonesia.Kesiapaninimencakupkesiapankapasitasfisiksekolah(ketersediaan
fasilitas, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga sekolah (peserta didik, tenaga
pendidik, orangtua, dan komponen masyarakat lain), dan kesiapan sistem pendukung
lainnya (partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang
relevan). Untuk memastikan keberlangsungannya dalam jangka panjang, program
literasi sekolah dilaksanakan dengan peta sebagai berikut.
Tahap ke-1:	 Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di
ekosistem sekolah
24
Pembiasaan ini bertujuan menumbuhkan minat terhadap bacaan dan terhadap
kegiatan membaca dalam diri warga sekolah. Penumbuhan minat baca
merupakan hal fundamental bagi pengembangan kemampuan literasi lanjut.
Tahap ke-2:	 Pengembangan lebih lanjut minat baca untuk kemampuan
literasi tahap berikutnya
Kegiatanliterasipadatahapinidiharapkanmampumengembangkankemampuan
memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir
kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif (verbal, tulisan,
visual, digital) melalui respons terhadap bacaan.
Tahap ke-3:	 Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi
Dalam tahap ini, pembelajaran semua mata pelajaran dilakukan dengan merujuk
pada ragam teks (cetak/visual/digital) yang tersedia dalam format buku-buku
pengayaan. Guru diharapkan bersikap kreatif dan proaktif mencari referensi
pembelajaran yang relevan dan mengurangi kebergantungan pada buku teks
pelajaran dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Beberapa manfaat dari pembelajaran berbasis literasi, antara lain
a.	meningkatkan kapasitas guru dan tenaga pendidik lain dalam mengelola
sumber daya sekolah untuk mengoptimalkan pembelajaran sesuai dengan
minat, potensi peserta didik, dan budaya lokal, tenaga pendidik akan menjadi
figur teladan literasi dan pembelajar sepanjang hayat;
b.	 pembelajaran berbasis literasi mengakomodasi pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik (Cara Belajar Peserta Didik Aktif) sehingga sekolah
perlahan-lahan akan beralih dari metode konvensional/klasikal di mana guru
menyediakan informasi untuk pembelajaran;
c.	mengurangi beban kognitif peserta didik dalam mengolah pengetahuan
karena pembelajaran akan disajikan melalui buku-buku pengayaan yang
berkualitas baik dan menarik;
d.	 warga sekolah akan terbiasa mengolah informasi sesuai dengan kemanfaatan,
akurasi konten, kepatutan dengan usia, dan tujuan pembelajaran;
25
mampumencari pengetahuansecara mandiri dan dapat menerapkan metoda
pembelajaran yang sesuai dengan minat dan potensi mereka; dan
e.	warga sekolah akan terhubung dengan jejaring komunitas literasi karena
pembelajaran berbasis literasi akan membutuhkan partisipasi publik serta
dunia industri dan usaha.
.
Bagan 3.3
Peta Pengembangan Literasi Sekolah dalam Skema 3 Tahap
Pembiasaan
Pengembangan
Pembelajaran
Tabel 3.1
Fokus Kegiatan dalam Pengembangan Gerakan Literasi Sekolah
TAHAPAN KEGIATAN
PEMBIASAAN 1. membangun ekosistem gerakan literasi sekolah dengan fokus pada
lingkungan fisik
2. membaca selama 15 menit setiap hari sebelum jam pelajaran melalui
kegiatan membacakan nyaring (read aloud), membaca dalam hati
(sustained silent reading), dan peta cerita (story mapping)
PENGEMBANGAN 1. mengembangkan ekosistem literasi sekolah yang mencakup
lingkungan fisik, sosial afektif, dan akademik
2. membaca selama 15 menit setiap hari sebelum jam pelajaran melalui
kegiatan membacakan nyaring (read aloud), membaca dalam hati
(sustained silent reading), dan peta cerita (story mapping)
3. Peningkatan kemampuan literasi melalui 2 jam pelajaran literasi di
saat kunjungan perpustakaan
PEMBELAJARAN Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi
26
D.	Strategi
1.	 Strategi Umum
Peningkatankapasitassemuapemangkukepentinganterkaitkegiatanliterasimerupakan
sesuatu yang mutlak dilakukan. Sebab, sebagai gerakan bersama, kegiatan literasi
meniscayakan semua pelaku adalah subjek. Tidak ada objek. Bisa jadi, program yang
digulirkan oleh tingkat tertentu juga berlaku bagi para pelaku di tingkat tersebut.
Peningkatan kapasitas di semua lini, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/
kota, hingga satuan pendidikan, dapat dilakukan melalui pelaksanaan gerakan literasi di
lingkungan satuan pendidikan dasar dan menengah mulai dari SD, SMP, SMA, SMK,
dan SLB (SDLB, SMPLB, SMALB) dengan strategi, antara lain:
a.	 menggulirkan dan menggelorakan gerakan literasi di sekolah;
b.	 menyiapkan kebijakan pimpinan dari pusat sampai daerah dengan program literasi
yang jelas, terukur, dan dapat dilaksanakan sampai tingkat satuan pendidikan;
c.	 meningkatkan kapasitas sekolah untuk menyuburkan tumbuh-kembangnya literasi
warga sekolah:
1)	sarana prasarana/lingkungan sekolah, perpustakaan, dan buku, dan
2)	sumber daya manusia (pengawas, kepala sekolah, guru, pustakawan, komite
sekolah);
d. menyemai gerakan literasi akar rumput;
e. meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya literasi;
f. memberikan apresiasi atas capaian literasi berupa pemberian penghargaan literasi
(Adiliterasi); dan
g. melaksanakan monitoring dan evaluasi untuk peningkatan berkelanjutan bagi literasi
sekolah..
27
2.	 Strategi Pelaksanaan
Strategi pelaksanaan dapat dipaparkan pada Bagan 3.4 berikut.
Bagan 3.4
Strategi Pelaksanaan Literasi Sekolah
Kapitalitas Pemda Sosialisasi
Kemendikbud, Dinas Pendidikan Provinsi,
Dinas Pendidikan Kab/Kota
PelaksanaanLiterasi
Kapitalitas Warga
Sekolah
PELATIHAN DAN
PENDAMPINGAN
1. Pelaksanaan Pembelajaran
2. Pembiasaan
3. Pengelolaan Sarpras
Pelatihan Kepala Sekolah
Pelatihan Guru
Pelatihan Tenaga Kependidikan
Pustakawan
Ketersediaan
Sarpras
Perencanaan dan Penganggaran
yang Baik berdasarkan analisa
kebutuhan Sosialisasi Komite Sekolah
Di tingkat sekolah, kesuksesan gerakan literasi ditentukan oleh adanya
dukungan pemerintah daerah dalam melakukan sosialisasi, meningkatnya peran dan
kapasitas warga sekolah (kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, pustakawan,
dan Komite Sekolah). Peningkatan kapasitas ini dapat dilakukan melalui pelatihan
dan pendampingan. Selain itu, keberlangsungan program literasi juga ditentukan oleh
ketersediaan sarana dan prasarana sekolah yang menunjang kegiatan literasi.
E.	 Peningkatan Kapasitas
Peningkatan kapasitas di semua lini, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota,
hingga satuan pendidikan, dapat dilakukan melalui tiga pendekatan:
1. Sosialisasi
Sosialisasi dilakukan dengan tujuan agar program dan kebijakan terkait literasi
tersampaikan ke publik secara massif dan mudah diakses. Semua lapisan masyarakat,
28
kapanpun dan di manapun, dapat dengan mudah mengakses informasi penting seputar
kegiatan literasi.
Perlu diperhatikan, sosialisasi tidak selesai pada sampainya informasi kepada
masyarakat. Masyarakat juga harus terlibat dalam kegiatan sosialisasi tersebut.
Maka, kegiatan sosialisasi harus dikemas semenarik mungkin untuk memikat minat
masyarakat, terutama kalangan pelajar.
Pengemasan materi sosialisasi juga harus dilakukan dengan strategi matang.
Sebab, tujuan sosialisasi bukan hanya agar orang lain tahu, melainkan turut melakukan.
2. Lokakarya
Lokakarya diperlukan untuk menyamakan persepsi dan menentukan langkah bersama
dalam gerakan literasi. Forum ini mengundang sejumlah pihak terkait dan berkompeten
untuk membahas berbagai persoalan dari sudut pandang ilmiah mengenai problematika
literasi dan cara terbaik penanganannya. Lokakarya dapat menghasilkan rekomendasi
dan kesepakatan di bidang literasi yang mengikat semua pihak untuk menjalankannya
secara konsisten.
3. Pendampingan
Pendampingan adalah upaya untuk memastikan keberlangsungan program literasi
sekolah. Pendampingan dilakukan melalui dua cara, yaitu pendampingan teknis dan
pendampingan operasional.
a)	 Pendampingan teknis berupa penguatan kapasitas guru dan tenaga pendidik melalui
pelatihan-pelatihan dan semiloka.
b)	Pendampingan operasional diberikan dalam bentuk saran-saran kegiatan dan
petunjuk langsung yang diberikan sebagai bagian dari kegiatan harian literasi
sekolah. Pendampingan operasional biasanya berupa kunjungan terhadap kepala
sekolah dan tenaga pendidik (pustakawan, guru) dan saran-saran perbaikan program
atau pemecahan masalah.
Idealnya, pendampingan teknis dan pendampingan operasional diberikan oleh
orang yang sama. Hal ini bertujuan untuk memastikan agar materi-materi yang diberikan
dalam kegiatan pendampingan teknis dapat diimplementasikan dalam kegiatan harian
sekolah. Namun, seandainya hal ini tidak mungkin, pendampingan operasional dapat
29
diberikan oleh pengawas, anggota tim LPMP, atau tokoh LSM yang memiliki visi
literasi.
4. Penyediaan Sarana dan Prasarana
Agar berjalan efektif dan komprehensif, gerakan literasi membutuhkan dukungan sarana
dan prasarana yang memadai. Dukungan ini dapat berupa dokumen, infrastruktur,
program, dan produk pendukung lainnya. Alokasi anggaran memadai sangat penting
untuk mendukung pengadaan semua keperluan tersebut.
Penyediaan sarana dan prasarana dapat berasal dari pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten/kota, dan pemangku kepentingan lainnya.
F.	 Target Pencapaian
Program literasi sekolah diharapkan akan menciptakan ekosistem sekolah yang literat.
Ekosistem sekolah yang literat adalah lingkungan sekolah yang
1.	 menyenangkan dan ramah anak sehingga menumbuhkan semangat warganya dalam
belajar;
2.	 semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama;
3.	 menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan;
4.	memampukan warganya cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi pada ling­
kungan sosialnya; dan
5.	 mengakomodasi partisipasi seluruh warga dan lingkungan eksternal sekolah.
30
Tabel 3.2 Ekosistem Sekolah yang Diharapkan di Setiap Jenjang
SD Ekosistem SD yang literat adalah kondisi yang menanamkan dasar-dasar sikap dan perilaku
empati sosial dan cinta kepada pengetahuan.
SMP Ekosistem SMP yang literat adalah kondisi yang memungkinkan pengembangan sikap
kreatif, inovatif, perilaku empati sosial, dan cinta kepada pengetahuan.
SMA Ekosistem SMA yang literat adalah kondisi yang memungkinkan pengembangan sikap dan
perilaku kritis dan ilmiah.
SMK Ekosistem SMK yang literat adalah kondisi yang memungkinkan pengembangan sikap
kritis, kreatif, inovatif, berjiwa wirausaha, dan cinta kepada pengetahuan.
SLB Ekosistem SLB yang literat adalah kondisi yang memungkinkan pengembangan sikap dan
perilaku yang baik, berempati sosial, mandiri, dan terampil.
Kemampuan literasi ditumbuhkan secara berkesinambungan pada satuan
pendidikan SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB. Perkembangan teknologi dan media
menuntut kemampuan literasi peserta didik yang terintegrasi, dengan fokus kepada
aspek kreativitas, kemampuan komunikasi, kemampuan berpikir kritis, dan satu hal
yang penting adalah kemampuan untuk menggunakan media secara aman (media
safety) seperti yang dipaparkan pada Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 Peta Kompetensi Literasi Sekolah di Tahap Pertama Gerakan Literasi
Jenjang Komunikasi Berpikir Kritis
Keamanan Media
(Media Safety)
SD/SDLB awal mengartikulasikan empati
terhadap tokoh cerita
memisahkan fakta dan
fiksi
mampu menggunakan
teknologi dengan bantuan/
pendampingan orang
dewasa
SD/SDLB lanjut mempresentasikan cerita
dengan efektif
mengetahui jenis
tulisan dalam media
dan tujuannya
mengetahui batasan unsur
dan aturan kegiatan sesuai
konten
SMP/SMPLB bekerja dalam tim,
mendiskusikan informasi
dalam media
menganalisis dan
mengelola informasi
dan memahami
relevansinya
memahami etika dalam
menggunakan teknologi
dan media sosial
SMA/SMK/
SMALB
mempresentasikan analisis
dan mendiskusikannya
menganalisis stereotip/
ideologi dalam media
memahami landasan
etika dan hukum/aturan
teknologi
31
Kompetensi berjenjang tersebut dicapai melalui kegiatan yang relevan di satuan
pendidikan SD/SDLB, SMP/SMPLB, dan SMA/SMK/SMLB. Fokus kegiatan di
tiaptiap jenjang perlu melibatkan aspek-aspek menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis yang didukung oleh jenis bacaan dan sarana/prasarana yang sesuai dengan
kegiatan di setiap jenjang. Hal ini dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 3.4 Cakupan Kegiatan Literasi Berdasarkan Kompetensi pada Tahap
Pertama Gerakan Literasi
 Jenjang Menyimak Membaca Kegiatan Jenis Bacaan
Sarana &
Prasarana
SD
awal
menyimak
cerita untuk
menumbuhkan
empati
mengenali
dan membuat
inferensi, prediksi,
terhadap gambar
membacakan
buku cerita
dengan
nyaring,
membaca
dalam hati
buku cerita
bergambar, buku
tanpa teks, buku
dengan teks
sederhana, baik fiksi
maupun nonfiksi
sudut buku
kelas,
perpustakaan,
area baca,
kantin, kebun
sekolah
SD
lanjut
menyimak
(lebih
lama) untuk
memahami isi
bacaan
memahami isi
bacaan dengan
berbagai strategi
(mengenali jenis
teks, membuat
inferensi,
koneksi dengan
pengalaman/teks
lain, dll)
membacakan
buku cerita
dengan
nyaring,
membaca
dalam hati
buku cerita
bergambar, buku
bergambar kaya teks,
buku novel pemula,
baik dalam bentuk
cetak/digital/visual
sudut buku
kelas,
perpustakaan,
area baca,
kantin, kebun
sekolah
SMP
menyimak
untuk
memahami
makna implisit
dari cerita/
pendapat
penulis
memahami isi
bacaan dengan
berbagai strategi
(mengenali jenis
teks, membuat
inferensi,
koneksi dengan
pengalaman/teks
lain, dll)
membacakan
buku dengan
nyaring,
membaca
dalam hati
Novel anak, artikel
media, komik,
semua jenis tulisan
(narasi, ekspositori,
argumentatif), dalam
bentuk cetak/digital/
visual
sudut buku
kelas,
perpustakaan,
area baca,
kantin, kebun
sekolah
SMA/
SMK
menyimak
cerita dan
melakukan
analisis kritis
terhadap
tujuan/
pendapat
penulis
mengembangkan
pemahaman
terhadap bacaan
menurut tujuan
penulisan,
konteks, dan
ideologi dalam
penulisannya
membacakan
buku dengan
nyaring,
membaca
dalam hati
Semua jenis teks
cetak/visual/digital
yang sesuai dengan
peruntukan usia
sudut buku
kelas,
perpustakaan,
area baca,
kantin, kebun
sekolah
32
BAB IV
PELAKSANAAN
GERAKAN LITERASI
DI SD
Kegiatan literasi di SD membutuhkan partisipasi semua pemangku kepentingan
di tingkat pemerintahan, mulai tingkat pemerintah pusat, Dinas Pendidikan
Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta satuan pendidikan di tingkat SD. Di tingkat satuan
pendidikan, yang menerima perlakuan (intervensi) adalah kepala sekolah, pengawas,
guru, komite sekolah, orangtua, dan masyarakat termasuk dunia usaha dan industri.
Perlakuan yang akan diberikan kepada setiap unsur akan berbeda sesuai dengan
peran dan kapasitasnya dalam pendidikan terkait dengan kebijakan yang berlaku.
Dari unsur masyarakat dapat melibatkan, antara lain, lembaga masyarakat di bidang
pendidikan dan kebudayaan, perpustakaan masyarakat, taman bacaan masyarakat, dan
para tokoh masyarakat. Pelibatan dari dunia usaha atau industri dapat berupa gerakan
pendidikan yang merupakan implementasi dari tanggung jawab sosial perusahaan
(corporate social responsibility). Kesuksesan gerakan literasi SD dapat dicapai apabila
tiap-tiap pemangku kepentingan memiliki kapasitas yang memadai untuk melaksanakan
gerakan literasi sesuai dengan perannya masing-masing.
A.	 Tahapan Pengembangan Literasi di SD
Gerakan literasi di SD dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan
kesiapan SD di seluruh Indonesia. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas fisik SD
(ketersediaan fasilitas, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga SD (peserta didik,
tenaga pendidik, orangtua, dan komponen masyarakat lain), dan kesiapan sistem
pendukunglainnya(partisipasipublik,dukungankelembagaan,danperangkatkebijakan
34
yang relevan). Untuk memastikan keberlangsungannya dalam jangka panjang, gerakan
literasi SD dilaksanakan dengan pemetaan sebagai berikut.
Tahap ke-1: Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di
ekosistem sekolah.
Fokus kegiatan pada tahap ini adalah sebagai berikut.
a.	Implementasi dan sosialisasi kegiatan membaca selama 15 menit
sebelum pelajaran dimulai
Kegiatan membaca yang dapat dilakukan adalah membacakan buku dengan
nyaring (read aloud) dan membaca dalam hati (sustained silent reading/SSR).
Selain itu, peserta didik dapat menonton film pendek dan mendiskusikannya.
Pada kegiatan ini, peserta didik diharapkan untuk tidak dibebani dengan tugas
menulis tanggapan terhadap bacaan (resume atau simpulan terhadap bacaan).
Tabel 3.5 Dua Cara Pembiasaan Membaca di SD
Dua Cara Menjadikan Peserta Didik Gemar Membaca
1
Membaca nyaring (read aloud) yang
dilakukan oleh guru/pustakawan/kepala
SD.
2
Membaca dalam hati (sustained silent
reading) adalah waktu yang diberikan
kepada peserta didik untuk membaca tanpa
gangguan.
Tujuan:
1.	 memberikan pengalaman membaca yang
menyenangkan;
2.	 memberikan contoh bagaimana cara
membaca;
3.	 melatih peserta didik menyimak;
4.	 menjadikan guru/pustakawan/kepala SD
teladan membaca.
Tujuan:
1.	 memberi kesempatan peserta didik untuk
meningkatkan kemampuan serta kelancaran
membaca melalui kegiatan membaca untuk
kesenangan;
2.	 meningkatkan motivasi kepada peserta
didik untuk membaca;
3.	 membangun kebiasaan membaca;
4.	 melatih peserta didik untuk berkonsentrasi.
35
Tabel 3.6 Langkah-langkah Membaca Nyaring
A.	Langkah-Langkah Membaca Nyaring (Read Aloud)
1. Persiapan
yang perlu
dilakukan
a.	 memahami tujuan dan metode membaca nyaring (read aloud);
b.	 merencanakan tujuan membaca;
c.	 mengetahui tingkat kemampuan berpikir dan membaca peserta didik;
d.	 memilih buku yang berkualitas baik dan memiliki isi yang disesuaikan
dengan perkembangan nalar peserta didik (termasuk perkembangan tren atau
minat peserta didik);
e.	 melakukan kegiatan prabaca dan baca ulang dengan tujuan
1)	 mengetahui jalannya cerita, atau isi/pesan dalam setiap buku yang
dibaca;
2)	 mengetahui letak tanda-tanda baca sehingga memungkinkan untuk
mengatur intonasi suara agar menarik atau menentukan kapan harus jeda;
3)	 mengantisipasi pertanyaan yang ditanyakan oleh peserta didik;
4)	 melakukan prediksi atau menghubungkan isi bacaan dengan hal lain yang
relevan;
f.	 menulis pertanyaan-pertanyaan sebagai bahan diskusi;
g.	 melatih intonasi, volume suara, dan gerak tubuh agar dapat membacakan
buku dengan menarik serta ekspresi wajah yang mendukung;
h.	 membuat perencanaan agar kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman
peserta didik atas bacaan.
2. Sebelum
membaca
nyaring
a.	 memulai dengan percakapan pembuka dan menyebutkan mengapa memilih
bahan bacaan tersebut;
b.	 menunjukkan sampul buku cerita yang akan dibacakan dan menyampaikan
gambaran singkat cerita;
c.	 menyebutkan judulnya, pengarang, dan ilustratornya;
d.	 menggali pengalaman peserta didik, misalnya dengan menanyakan: Apakah
ada di antara mereka yang pernah membaca buku tersebut? Apakah ada
yang memiliki buku itu? Atau apakah ada di antara mereka yang dapat
menduga isi buku itu?;
e.	 mulai menyusuri ilustrasi kalau terdapat dalam buku atau bahan bacaan;
f.	 melaksanakan/mengupayakan kegiatan membaca semenarik mungkin;
g.	 memperhatikan tujuan-tujuan membaca nyaring.
3. Saat
membaca
nyaring
a.	 suara dapat didengar seluruh peserta didik: tidak terlalu cepat, disertai
intonasi, ekspresi, dan gestur yang mendukung;
b.	 menjaga interaksi dengan pelibatan emosi yang positif;
c.	 bersikap responsif dalam berkomunikasi dengan peserta didik;
d.	 membantu peserta didik untuk belajar mendengar dan menyimak;
e.	 menjadikan bacaan sebagai media untuk berbagi informasi;
f.	 mengajak peserta didik untuk aktif bertanya;
g.	 menjadikan isi bacaan sebagai ajang diskusi;
h.	 mengajak peserta didik membuat peta cerita (story map) apabila waktu
memungkinkan;
i.	 mengajak peserta didik untuk mengungkapkan secara lisan apa yang
didengar atau dibacakan dan apa yang dipikirkan (think aloud) terkait
bacaan;
j.	 mengembangkan proses metakognitif (mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis serta sintesis, evaluasi, reflesi, dan kontemplasi).
36
4. Setelah
membaca
nyaring
a.	 Kegiatan lanjutan yang dianjurkan, antara lain
1)	 meminta peserta didik mengajukan pertanyaan;
2)	 guru mengajukan pertanyaan seandainya peserta didik tidak bertanya;
3)	 meminta peserta didik untuk menceritakan ulang bacaan dengan kata-
katanya sendiri;
4)	 mengajak peserta didik melakukan aktivitas lain untuk mengembangkan
cerita/bahan bacaan seperti membuat surat, kartu, poster atau keterampilan
lain yang berhubungan dengan isi bacaan;
b.	 meletakkan buku atau materi bacaan di tempat yang mudah dilihat dan
dijangkau oleh tangan peserta didik;
c.	 mencatat judul buku yang telah dibacakan.
Tabel 3.7 Langkah-langkah Membaca Dalam hati
1. Persiapan
membaca
dalam hati
a.	 memahami tujuan dan metode membaca dalam hati (sustained silent
reading);
b.	 membuat daftar bacaan untuk mengetahui kesesuaiannya dengan peserta
didik dan untuk mengantisipasi pertanyaan yang muncul.
2. Sebelum
membaca
dalam hati
dilakukan
a.	 menawarkan kepada peserta didik apakah mereka memilih sendiri buku yang
ingin dibaca dari sudut baca kelas atau membawanya sendiri dari rumah;
b.	 membebaskan peserta didik untuk memilih buku yang sesuai dengan minat
dan kesenangannya;
c.	 memberi semangat kepada peserta didik bahwa ia harus membaca buku
tersebut sampai selesai, dalam kurun waktu tertentu, bergantung pada
ketebalan buku;
d.	 membolehkan peserta didik untuk mencari buku lain apabila isi buku
dianggap kurang menarik;
e.	 membolehkan peserta didik untuk memilih tempat yang disukainya untuk
membaca;
f.	 menyediakan buku-buku dengan jenis dan judul yang variatif.
3. Saat
membaca
dalam hati
Peserta didik dan guru bersama-sama membaca buku masing-masing dengan
tenang selama 15 menit.
4. Setelah
membaca
dalam hati
Guru dapat menggunakan 5–10 menit setelah membaca untuk bertanya kepada
peserta didik tentang buku yang dibaca.
b.	 Pengembangan lingkungan fisik sekolah untuk menumbuhkan minat
pada literasi
Hal ini mencakup:
1)	 pengembangan perpustakaan sekolah, sudut buku kelas, dan area
baca;
37
Perpustakaan merupakan salah satu prasarana literasi yang seharusnya
berfungsi sebagai pusat pembelajaran di SD. Pengembangan dan
penataan perpustakaan menjadi bagian penting dari pelaksanaan gerakan
literasi SD dan pengelolaan pengetahuan yang berbasis pada bacaan.
Perpustakaan yang dikelola dengan baik mampu meningkatkan minat
baca warga SD dan menjadikan mereka pembelajar sepanjang hayat.
Dengan memperhatikan kesiapan sumber daya yang ada di SD,
dapat dikembangkan prasarana literasi agar perpustakaan berfungsi
optimal. Perpustakaan SD idealnya berperan dalam mengoordinasi
pengelolaan sudut buku kelas, area baca, dan prasarana literasi lain di
SD. Ihwal ketiganya dipaparkan pada tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8 Pengembangan Perpustakaan SD, Sudut Buku Kelas, dan Area Baca
Perpustakaan SD Sudut Buku Kelas Area Baca SD
•	 Pusat pengelolaan
pengetahuan dan sumber
belajar di SD, dikelola
di bawah tanggung
jawab kepala SD.
•	 Dalam pengoperasi-
annya, perpustakaan
SD dilaksanakan oleh
tim perpustakaan yang
terdiri atas tenaga
yang terlatih di dalam
pengelolaan bahan
literasi
•	 Untuk optimalisasi
layanan, perpustakaan
dapat dilengkapi
berbagai sistem dan
aplikasi untuk penca-
tatan pengunjung,
aktivitas membaca, dan
pengembangan budaya
literasi SD
•	 Sudut buku kelas, yaitu
sebuah sudut di kelas yang
dilengkapi dengan koleksi
buku yang ditata secara
menarik untuk meningkat-
kan minat baca peserta
didik
•	 Sudut di ruangan kelas
yang digunakan untuk
memajang koleksi bacaan
dan karya peserta didik.
•	 Penyediaan buku untuk
mendukung aktivitas
pembelajaran di kelas.
•	 Berperan sebagai
perpanjangan fungsi
perpustakaan SD, yaitu
mendekatkan buku kepada
peserta didik.
•	 Dikelola oleh guru, peserta
didik, dan orangtua.
•	 Area baca SD, meliputi semua
area di lingkungan sekolah
(serambi, koridor, halaman,
kebun, ruang kelas, dll.) yang
ditata untuk meningkatkan
minat baca peserta didik.
•	 Lingkungan fisik SD yang
mendukung pelaksanaan
kegiatan literasi SD.
•	 Dapat mencakup kantin, tempat
ibadah, ruang tunggu orangtua,
serambi, halaman, kebun, dan
area lainnya.
•	 Dilengkapi dengan prasarana
yang nyaman (meja, kursi,
rak-rak buku) untuk membuat
peserta didik betah membaca.
Ini bisa dilakukan, antara
lain dengan membuat ruang
baca terbuka di SD, dengan
menyediakan kursi dan meja
baca di taman SD.
38
2)	 Pengembangan sarana lain (UKS, kantin, kebun sekolah) yang
mendukung penumbuhan minat terhadap literasi
	 Pelaksanaan UKS di SD merupakan kebutuhan dasar yang harus
dipenuhikarenaterkaitdengangayahidupsehat.Selamainikegiatan
yang terkait dengan UKS, antara lain mencuci tangan, toileting,
kebersihan, kerapian, dan keindahan. Sentuhan aktivitas literasi
dapat memperkaya kegiatan UKS, di antaranya pembuatan poster
kesehatan/kebersihan; me­ngumpulkan dan menulis peribahasa-
peribahasa yang terkait dengan gaya hidup sehat, kebersihan,
kerapian, serta keindahan.
	 Kantin selama ini identik dengan tempat kegiatan jual-beli
makanan dan minuman. Sebagian besar kantin sekolah kondisinya
memprihatinkan karena menjual berbagai makanan dengan bahan
dan kemasan tidak sehat. Kondisi kantin seperti ini harus diubah
dengan cara memfungsikan kantin sebagai pusat berkembangnya
teknologi makanan dan peri kehidupan yang beradab. Teknologi
makanan terkait dengan cara membersihkan, menyimpan, memasak
atau mengolah makanan, menyajikan, dan mengemas makanan.
Dengan demikian, aktivitas di kantin akan memperkuat proses
39
pembelajaran yang terintegrasi dengan sains, matematika, bahasa,
seni, muatan lokal, revolusi hijau, dan sebagainya.
	 Memfungsikan kebun sekolah sebagai laboratorium hidup pun tak
kalah pentingnya. Anak-anak akan memiliki pengetahuan beragam
jenis tanaman hias, tanaman obat, tanaman pangan, tanaman bumbu
dapur, dan buah-buahan yang bermanfaat untuk kehidupan. Dari
kebun sekolah ini beragam aktivitas dapat dikembangkan untuk
memperkuat proses pembelajaran secara terintegrasi.
3)	 Pengembangan koleksi teks cetak (buku bacaan nonteks
pelajaran, kliping koran/majalah, dll), serta visual dan digital
(film dan materi dari internet) apabila sekolah telah memiliki
perangkat teknologi yang relevan.
Dalam kegiatan membaca selama 15 menit, peserta didik perlu
dibantu untuk memilih buku yang diminatinya. Bantuan yang
diberikan hanya sebatas memberi saran sesuai dengan tingkat
kemampuan membaca mereka agar kegiatan membaca menjadi
menyenangkan. Buku-buku yang dibacakan atau dibaca sendiri
40
oleh peserta didik berperan penting dalam meningkatkan minat baca
dan kesiapan belajar mereka. Karena itu, guru perlu membekali
diri dengan kemampuan memilih bahan bacaan sesuai dengan
pemeringkatan kapasitas membaca (leveling reading). Selain itu,
peserta didik perlu terpajan pada beragam jenis buku yang sudah
diperingkat (leveling book).
Berikut ini adalah tabel elemen-elemen yang perlu
diperhatikan guru dalam memilih buku bacaan.
Tabel 3.9 Elemen dalam Memilih Bahan Bacaan di SD
Elemen Dalam Memilih Bahan Bacaan yang Baik
1
Tingkat kemampuan
membaca
2
Konten bacaan yang sesuai dengan
tahap perkembangan psikologis
3
Ilustrasi
1)	 Pembaca Pemula :
Pemula Usia dasar
>6-9 tahun) SD kelas
rendah
•	 Peserta didik didampingi dalam
pemilihan buku.
•	 Buku mengandung informasi yang
sederhana.
•	 Cerita mengandung nilai
optimisme, bersifat inspiratif, dan
mengembangkan imajinasi.
•	 Buku mengandung pesan nilai-nilai
(values) sesuai dengan tahapan
tumbuh kembang anak dalam
berbagai aspek, antara lain moral,
sosial, kognitif.
•	 Ilustrasi memiliki alur
yang mudah dipahami,
dan dapat bersifat
imajinatif.
•	 Teks tidak perlu
mengulangi apa yang
sudah digambarkan
oleh ilustrasi.
2)	 Pembaca Pemula :
Usia dasar (>9-12
tahun) –
SD kelas tinggi
•	 Peserta didik dapat memilih buku
secara mandiri.
•	 Buku mengandung informasi yang
lebih maju tingkatannya, contohnya
buku konsep.
•	 Cerita mengandung nilai
optimisme, bersifat inspiratif, dan
mengembangkan imajinasi.
•	 Buku mengandung pesan nilai-nilai
(values) sesuai dengan tahapan
tumbuh kembang anak dalam
berbagai aspek, antara lain moral,
sosial, kognitif.
•	 Ilustrasi memiliki alur
yang baik dan dapat
bersifat imajinatif.
•	 Ilustrasi berfungsi
melengkapi alur cerita.
41
4)	 Pembuatan bahan kaya teks (print rich materials)
Untuk menumbuhkan budaya literasi, SD dan ruang kelas perlu
menjadi lingkungan yang kaya literasi. Penciptaan lingkungan
kaya literasi bertujuan memaparkan peserta didik kepada sebanyak
mungkin ragam teks sehingga meningkatkan kemampuan literasi
mereka.
Contoh-contoh bahan kaya literasi adalah
a.	 karya-karya peserta didik berupa tulisan, gambar, atau grafik;
b.	poster-poster yang terkait pelajaran, poster buku, poster
kampanye membaca, dan poster kampanye lain yang bertujuan
menumbuhkan cinta pengetahuan dan budi pekerti;
c.	 dinding kata;
d.	label nama-nama peserta didik pada barang-barang mereka
yang disimpan di kelas (apabila ada);
e.	 jadwal harian, pembagian kelompok tugas kelas;
f.	 surat, resep, kupon, kliping, foto kegiatan peserta didik;
g.	 label nama-nama pada setiap benda di ruang kelas;
h.	 komputer dan/atau perangkat elektronik lain yang mendukung
kegiatan literasi;
i.	 buku dan sumber informasi lain (koran, majalah, buletin);
j.	 papan buletin;
k.	 poster dan mainan alfabet;
l.	 kaset cerita, DVD, dan bahan digital/eletronik yang mendukung
kegiatan literasi,
m.	 perangkat berkarya dan menulis seperti alat tulis, alat warna,
alat gambar, kertas gambar, kertas bekas, busa, kertas prakarya,
surat, kertas surat, amplop, koran bekas, kertas sampul, dll.;
n.	 boneka, balok-balok, kostum, dan permainan edukatif lain untuk
digunakan dalam permainan peran (menjadi dokter atau juru
masak yang menulis resep, atau pelayan restoran yang menulis
daftar pesanan);
42
o.	 ucapan selamat datang dan kata-kata yang memotivasi di pintu
kelas, lorong SD, dan tempat-tempat lain yang mudah dilihat;
dan
p.	 semua bahan dan alat harus disimpan di tempat yang mudah
diraih oleh peserta didik dan perlu dikelompokkan menurut
fungsinya (alat gambar disimpan terpisah dari mainan, alat untuk
bermain peran, dan lain-lain.). Peserta didik perlu mengetahui
di mana mereka dapat menemukan bahan-bahan yang mereka
perlukan.
Tahap ke-2: Pengembangan lanjut minat baca untuk kemampuan
literasi lanjut
Fokus kegiatan pada tahap ini adalah
a.	 Pengembangan lingkungan fisik, afektif, dan akademik untuk men­
dukung kegiatan literasi. Hal ini mencakup, antara lain
1)	memasukkan kegiatan berbasis literasi pada perayaan hari besar di
sekolah;
43
2)	memberikan penghargaan kepada pencapaian perilaku positif,
kepedulian sosial, dan semangat belajar peserta didik; penghargaan
ini dapat dilakukan setiap upacara bendera Hari Senin dan
peringatan lain;
3)	membentuk Tim Literasi Sekolah yang terdiri dari tenaga
kependidikan, orang tua, dan elemen masyarakat lain; dan
4)	kegiatan-kegiatan akademik lain yang mendukung terciptanya
budaya literasi di sekolah (belajar di kebun sekolah, belajar di
lingkungan luar sekolah, wisata perpustakaan kota/daerah serta
taman bacaan masyarakat, dan lain-lain.).
b.	 Pengembangan kemampuan literasi melalui kegiatan di perpustakaan
sekolah/ perpustakaan kota/daerah atau taman bacaan masyarakat atau
sudut baca kelas selama 2 jam pelajaran setiap minggu. Dalam 2 jam
pelajaran ini dapat dilakukan berbagai kegiatan literasi, antara lain
1)	 membacakan buku dengan nyaring (read aloud), membaca
dalam hati (sustained silent reading), membaca bersama (shared
reading) dan membaca terpandu (guided reading); kegiatan
menonton film pendek atau materi dari internet juga termasuk
membaca teks visual/digital;
2)	 peserta didik membuat ulasan terhadap teks (cetak/visual/digital),
fiksi dan nonfiksi, melalui beberapa kegiatan, antara lain
a)	menggambar;
b)	 menceritakan ulang isi teks dengan bahasa yang sederhana dan
kreatif, sesuai dengan kemampuannya;
c)	 bermain peran/drama;
d)	 berkarya membuat sesuatu (craft);
e)	 menulis ulasan dalam bentuk narasi, fiksi, puisi, surat kepada
tokoh dalam bacaan, teks deskriptif, teks analitis, atau teks
argumentatif, sesuai kemampuannya; dan
f)	 melakukan penelitian secara individual dan kelompok, yang
dalam kegiatannya, peserta didik dapat mengeksplorasi
44
teks lain yang relevan dan melakukan pendalaman melalui
wawancara, diskusi, membuat angket sederhana, dan lain-lain.
Tahap ke-3: Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi
Dalam tahap ini, pembelajaran semua mata pelajaran dilakukan dengan merujuk
kepada ragam teks (cetak/visual/digital) yang tersedia dalam format buku-buku
pengayaan. Guru diharapkan bersikap kreatif dan proaktif mencari referensi
pembelajaran yang relevan dan mengurangi kebergantungan pada buku teks
pelajaran dan Lembar Kerja Peserta didik (LKS).
Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.
1)	 Guru melaksanakan penelitian tindakan kelas.
2)	 Guru mengembangkan rencana pembelajaran sendiri dengan meman­
faatkan berbagai media dan bahan ajar.
3)	 Guru melaksanakan pembelajaran dengan memaksimalkan pemanfaatan
sarana dan prasarana untuk memfasilitasi pembelajaran.
45
B.	 Target Pencapaian Literasi di SD
Gerakan literasi di SD diharapkan akan menciptakan ekosistem SD yang literat.
Ekosistem yang literat adalah lingkungan SD yang:
1.	menyenangkan dan ramah peserta didik, sehingga menumbuhkan semangat
warganya dalam belajar;
2.	 semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama;
3.	 menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan;
4.	memampukan warganya cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada
lingkungan sosialnya; dan
5.	 mengakomodasi partisipasi seluruh warga dan lingkungan eksternal SD.
Ekosistem SD yang diharapkan di setiap jenjang adalah menciptakan ekosistem
SD yang literat, yaitu SD yang menanamkan dasar-dasar sikap dan perilaku empati
sosial dan cinta kepada pengetahuan. Di era digital ini, kemampuan literasi perlu
mempertimbangkan aspek ketersediaan media di lingkunganSD.
Tabel 3.10 Peta Kompetensi Literasi SD pada Tahap Pembiasaan
Jenjang Komunikasi Berpikir Kritis Keamanan Media
SD awal mengartikulasikan empati
terhadap tokoh cerita
memisahkan fakta
dan fiksi
mampu menggunakan teknologi
dengan bantuan/pendampingan orang
dewasa
SD lanjutan mempresentasikan cerita
dengan efektif
mengetahui
jenis tulisan
dalam media dan
tujuannya
menggunakan dan mengakses
informasi yang sesuai dengan usia dan
norma kepatutan.
Selain itu, fokus kegiatan di SD perlu melibatkan aspek-aspek menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis yang didukung oleh jenis bacaan dan sarana/prasarana
yang sesuai dengan kegiatan di setiap jenjang. Hal ini dijabarkan sebagai berikut.
46
Tabel 3.8 Cakupan Kegiatan Literasi Berdasarkan Kompetensi di Tahap Pertama
Gerakan Literasi
 Jenjang Menyimak Membaca Kegiatan
Jenis
Bacaan
Sarana &
Prasarana
SD awal menyimak
cerita
untuk
menum-
buhkan
empati
mengenali
dan
membuat
inferensi,
prediksi,
terhadap
gambar
membacakan
buku dengan
nyaring,
membaca
dalam hati
buku cerita
bergambar,
buku tanpa
teks, buku
dengan teks
sederhana,
baik fiksi
maupun
nonfiksi
sudut buku
kelas,
perpustakaan,
area baca
SD
lanjutan
menyimak
(lebih
lama)
untuk
memahami
isi bacaan
memahami
isi bacaan
dengan
berbagai
strategi
(mengenali
jenis teks,
membuat
inferensi,
koneksi
dengan
pengalaman/
teks lain,
dll.)
membacakan
buku dengan
nyaring,
membaca
dalam hati
buku cerita
bergambar,
buku
bergambar
kaya teks,
buku novel
pemula,
baik dalam
bentuk
cetak/digital/
visual
sudut buku
kelas,
perpustakaan,
area baca
BAB V MONITORING
DAN EVALUASI
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berjenjang oleh semua
pemangku kepentingan sesuai dengan perannya dalam strategi pelaksanaan
gerakan literasi sekolah. Tiap-tiap pemangku kepentingan melaksanakan monitoring
dan evaluasi dengan jangkauan yang berbeda sebagai berikut.
A.	Kemendikbud
Kemdikbud Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan gerakan di tingkat
provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan.
Hal yang dimonitor dan dievaluasi meliputi
1.	 keefektifan sosialisasi di tingkat provinsi, kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan
masyarakat;
2.	 pemahaman dan dukungan pemangku kepentingan tingkat provinsi, kabupaten/
kota, satuan pendidikan, dan masyarakat terhadap konsep literasi;
3.	 keefektifankegiatanpelatihanguruterutamadampakpelatihanterhadapkemampuan
guru dalam merencpeserta didikan dan melakspeserta didikan pembelajaran yang
mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik.
1.	 Direktorat Pembinaan SD
Direktorat Pembinaan SD melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
GLS di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan, meliputi
48
a.	 ketercapaian GLS di SD;
b.	 keefektifan sosialisasi GLS di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan
satuan pendidikan;
c.	 keefektifan lokakarya GLS di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota dan
satuan pendidikan;
d.	 keefektifan peningkatan kapasistas GLS di provinsi, kabupaten/kota dan satuan
pendidikan;
e.	 tingkat pemahaman dan dukungan pemangku kepentingan di tingkat provinsi,
kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan masyarakat terhadap GLS; dan
f.	keefektifan kegiatan pendampingan/pelatihan guru terutama dampak
pelatihan terhadap kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik.
Hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi dijadikan masukan dan dasar dalam
memperbaiki pelaksanaan GLS di tahap berikutnya, terutama terkait dengan desain
induk pelaksanaan literasi, rencana, model, dan pelaksanaan sosialisasi pada semua
pemangku kepentingan.
2.	 Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
LPMP melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan GLS di tingkat
provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan, meliputi
a.	 ketersediaan data tentang ketercapaian GLS di SD;
b.	 ketersediaan data bagi pelaksanaan sosialisasi GLS di tingkat pusat, provinsi,
kabupaten/kota, dan satuan pendidikan;
c.	 ketersediaan data dalam lokakarya GLS di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/
kota dan satuan pendidikan;
d.	 ketersediaan data untuk peningkatan kapasistas GLS di provinsi, kabupaten/
kota dan satuan pendidikan;
e.	 ketersediaan data tentang tingkat pemahaman dan dukungan pemangku
kepentingan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan
masyarakat terhadap GLS, dan;
f.	 ketersediaan data untuk kegiatan superviai dalam pendampingan/pelatihan guru
terutama dampak pelatihan terhadap kemampuan guru dalam merencanakan
49
dan melaksanakan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan
literasi peserta didik
Hasilpelaksanaanmonitoringdanevaluasidijadikanmasukanuntukmemperbaiki
pelaksanaan gerakan pada tahap berikutnya, terutama terkait dengan Grand Design
pelaksanaan gerakan literasi, rencana, model, dan pelaksanaan sosialisasi kepada
semua pemangku kepentingan.
B.	 Dinas Pendidikan Provinsi
Disdik Provinsi melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan gerakan dan
kegiatan literasi di tingkat provinsi dan di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten/
Kota.
Hal yang dimonitor dan dievaluasi meliputi
1.	 kebijakan daerah terkait literasi;
2.	 dampak pelaksanaan sosialisasi kepada pemangku kepentingan tingkat provinsi
dan dinas pendidikan kabupaten/kota di wilayahnya masing-masing;
3.	 dampak penyediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan literasi di SD; dan
4.	 dampak pelaksanaan kegiatan-kegiatan terkait literasi di tingkat provinsi terhadap
kemampuan literasi warga SD.
Hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi dijadikan masukan untuk
memperbaiki pelaksanaan gerakan pada tahap berikutnya, terutama terkait dengan
pelaksanaan gerakan dan kegiatan untuk mengimplementasikan kebijakan pusat dan
daerah, pelaksanaan sosialisasi pemangku kepentingan tingkat provinsi dan Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota.
C.	 Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
Disdik Kabupaten/Kota melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan
gerakan dan kegiatan literasi di tingkat kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan
masyarakat.
Hal yang dimonitor dan dievaluasi meliputi
1.	 kebijakan daerah terkait literasi;
50
2.	 dampak pelaksanaan sosialisasi terhadap pemahaman dan dukungan pemangku
kepentingan tingkat kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan masyarakat;
3.	 dampak penyediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan literasi di SD jenjang
pendidikan dasar.
4.	 keefektifan kegiatan pendampingan pelatihan guru, terutama dampak pelatihan
terhadap kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
yang mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik; dan
5.	 pelaksanaan kegiatan literasi di SD, misalnya ketersediaan buku bacaan di
perpustakaan, aktivitas membaca buku non pelajaran selama 15 menit sebelum
masuk jam pelajaran, dan kewajiban peserta didik membaca sejumlah buku sastra
dalam jangka waktu tertentu.
Hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi akan dijadikan masukan untuk
memperbaiki pelaksanaan gerakan pada tahap berikutnya, terutama terkait dengan
pelaksanaan gerakan dan kegiatan untuk mengimplentasikan kebijakan pusat dan
kebijakan daerah, pelaksanaan sosialisasi pemangku kepentingan tingkat kabupaten/
kota, satuan pendidikan, dan masyarakat.
D.	 Satuan Pendidikan
Satuan Pendidikan melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan gerakan
dan kegiatan literasi di satuan SD.
Hal yang dimonitor dan dievaluasi meliputi
1.	 keefektifan upaya satuan pendidikan untuk pemenuhan Standar Pendidikan
Nasional atau minimal memenuhi Standar Pelayanan Minimum Pendidikan Dasar;
2.	 keefektifan pelaksanaan kegiatan pembiasaan harian, mingguan, bulanan dan
semester sebagaimana dijabarkan dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015
tentang Penumbuhan Budi Pekerti;
3.	 keefektifan pelaksanaan pelatihan guru untuk meningkatkan kemampuan guru
dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang mampu meningkatkan
kemampuan literasi peserta didik;
4.	 keefektifan dan dampak pemanfaatan sarana dan prasarana di SD dengan maksimal
untuk memfasilitasi pembelajaran;
5.	 keefektifan dan dampak pengelolaan perpustakaan SD dengan baik terhadap
pembelajaran dan kemampuan literasi warga SD;
51
6.	 pemahaman warga belajar terhadap konsep literasi digital dan kompetensinya
dalam memanfaatkan sumber informasi berbasis web;
7.	 keefektifan dan dampak pelaksanaan inventarisasisemua prasarana yang dimiliki
SD (salah satunya buku) terhadap pelayanan SD;
8.	 keefektifan dan dampak adanya ruang-ruang baca terhadap kemampuan literasi
warga SD dan budaya SD;
9.	 keefektifan dan dampak pelaksanaan kegiatan membaca selama 15 menit sebelum
pembelajaran terhadap minat dan budaya baca warga SD;
10.	keefektifan dan dampak pelaksanaan kewajiban membaca sejumlah buku bacaan
dalam kurun waktu tertentu kepada peserta didik;
11.	keefektifan dan dampak pembentukan Komite Literasi SD yang dikoordinasikan
dengan Komite SD di SD terhadap pelaksanaan berbagai kegiatan literasi yang
dilaksanakan;
12.	keefektifan dan dampak pelaksanaan kegiatan yang melibatkan orangtua dan
masyarakat dengan melihat tindakan yang diberikan kepada peserta didik oleh
orangtua dan masyarakat untuk menindaklanjuti perlakuan yang diterima peserta
didik di SD;
13.	keefektifan dan dampak pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dengan pihak lain
terhadap kemampuan literasi warga SD.
E.	Masyarakat
Masyarakat melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan gerakan dan
kegiatan literasi di satuan SD.
Hal yang dimonitor dan dievaluasi meliputi
1.	 keefektifan keterlibatan dan partisipasi dalam kegiatan SD untuk meningkatkan
kemampuan literasi warga SD; dan
2.	 dampak gerakan publik, seperti gerakan membacakan buku untuk peserta didik,
gerakan mengumpulkan buku peserta didik dan menyalurkannya ke taman-taman
bacaan, dan gerakan untuk menghidupkan taman-taman bacaan di ruang publik
yang ramah peserta didik terhadap gerakan literasi sekolah.
52
BAB VI
PENUTUP
Panduan Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di SD ini diharapkan dapat
memberikan fondasi dan arahan konseptual untuk memahami pelaksanaan kegiatan
literasi, baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga satuan pendidikan di
SD. Kegiatan literasi yang dijabarkan dalam buku panduan ini juga dilengkapi dengan
panduan-panduan yang lebih rinci dalam melaksanakan kegiatan membaca selama 15
menit, pengembangan sarana prasarana literasi, pengembangan lingkungan yang kaya
teks, dan pemilihan buku bacaan yang sesuai untuk kegiatan literasi di SD.
Gerakan Literasi di SD, bukan hanya sebagai aktivitas membaca, menulis dan
berhitung; sedangkan internet bukan hanya untuk mencari informasi atau memperoleh
hiburan. Literasi seharusnya menjadi sarana untuk membentuk kemampuan peserta
didik dalam berpikir secara analitis, sintesis, evaluatif, kritis, imajinatif, dan kreatif.
Oleh karena itu, GLS menjadi penting untuk mencapai kesadaran semua pemangku
kepentingan dalam memandang kemampuan literasi sebagai ukuran kemajuan sebuah
bangsa.
Dengan disusunnya petunjuk teknis ini, diharapkan dapat menjadi acuan bagi
pemangku kepentingan dalam menyusun program, melaksanakan, dan melakukan
evaluasi atas hal-hal yang harus dilakukan oleh berbagai pihak yang terkait. Petunjuk
teknis ini dimaksudkan untuk memberikan ruang bagi setiap pihak terkait untuk
mengetahui tanggung jawab, peran yang diharapkan, serta optimalisasi implementasi
bersinergi dengan pihak lainnya agar Gerakan Literasi Sekolah ini dapat dilaksanakan
dan mencapai hasil yang diharapkan bersama.
54
Panduan GLS ini bukan satu-satunya referensi untuk pelaksanaan Gerakan
Literasi Sekolah di SD, akan tetapi dapat membantu memberikan acuan umum
pelaksanaan di sekolah. Oleh karena itu, sesuai dengan tujuan GLS, yaitu agar tercipta
masyarakat Indonesia yang gemar membaca, maka sangat dimungkinkan, bahkan
dianjurkan bagi setiap pihak yang akan melaksanakan juga menggunakan referensi
lainnya yang relevan untuk memperkaya implementasi gerakan literasi di SD.
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, apabila dipandang perlu,
maka pada saatnya nanti, Panduan GLS ini dimungkinkan direvisi untuk menyesuaikan
dengan hal baru yang relevan bagi upaya perbaikan. Untuk menuju hasil yang lebih
baik, kepada semua pemangku kepentingan diberi ruang untuk memberikan saran dan
masukan bagi perbaikan.
Pertanyaan terkait pelaksanaan gerakan literasi sekolah dapat ditujukan kepada:
literasi.sekolah@kemdikbud.go.id
Untuk keperluan berdiskusi, dipersilakan bergabung dengan milis GLS-
Kemdikbud dengan alamat:
http://groups.yahoo.com/group/GLS-Kemdikbud
55
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Lorin W. & Krathwol, David R. 2001. A Taxonomy for Learning,
Teaching, and Asessing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational
Objectives. New York: Adisson Wesley Longman.
Beers, Carol S., Beers, James W. & Smith, Jeffrey O. 2010. A Principal’s Guide to
Literacy Instruction. New York: The Guilford Press.
Fergueson, Brian. tt. Information Literacy: A Primer for Teachers, Librarians, and
Other Informed People.
Gail, Ellis., Brewster, Jean, & Mohammed, Sue.1991. Storytelling Handbook for
Primary Teachers. England: Penguin.
Hamilton, Emma W. 2009. Raising Bookworms: Getting Kids Reading for Pleasure
and Empowerment. Sag Harbour, NY: Beech Tree Books.
Mullis, Ina V.S, et al. 2012. PIRLS 2011 International Results in Reading. TIMS &
PIRLS Study Center, Boston: Lynch School of Education.
OECD. 2014. PISA 2012 Results in Focus. “What 15-year-olds Know and What
They Can Do with What They Know”.
Permendikbud No.23 Tahun 2013 tentang SPM Dikdas, Lampiran 2 menjelaskan
indikator 18 “Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku
referensi, dan setiap SMP dan MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan
20 buku referensi”. Hal ini menegaskan pentingnya peran buku, dalam bentuk
buku teks, buku komersial (buku cerita fiksi dan non-fiksi dalam pembelajaran
di sekolah).
Pilgreen, Janice L. 2000. The SSR Handbook: How to Organize and Manage a
Sustained Silent Reading Program. Portsmouth, NH: Heinemann Boynton
Cook Publisher.
Senge, Peter M. 1990. The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning
Organization. New York: Doubleday.
56
Trelease, Jim. 2006. Read-Aloud Handbook. England: Penguin Book.
UNESCO. 2005. Development of Information Literacy: Through School Libraries
in Southeast Asia Countries. Bangkok.
UNESCO. 2003. The Prague Declaration. “Towards an Information Literate
Society.”
Wassman, Rose. & Rinsky, Lee A. 1998. Effective Reading in a Changing World,
England: Penguin.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Buku pegangan siswa sd kelas 1 tema 4 keluargaku
Buku pegangan siswa sd kelas 1 tema 4 keluargakuBuku pegangan siswa sd kelas 1 tema 4 keluargaku
Buku pegangan siswa sd kelas 1 tema 4 keluargakuRifqi Maulana
 
Bahasa indonesia kls 2
Bahasa indonesia kls 2Bahasa indonesia kls 2
Bahasa indonesia kls 2Mif Tah
 
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus MenyimakPembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus MenyimakYuns Saragih
 
Buku PAI Kelas IX Kurikulum 2013
Buku PAI Kelas IX Kurikulum 2013Buku PAI Kelas IX Kurikulum 2013
Buku PAI Kelas IX Kurikulum 2013UmiAtiqoh
 
Buku Siswa Seni Budaya Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku Siswa Seni Budaya Kelas VII SMP Kurikulum 2013Buku Siswa Seni Budaya Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku Siswa Seni Budaya Kelas VII SMP Kurikulum 2013Randy Ikas
 
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)Pristiadi Utomo
 
Strategi Pembelajaran Matematika di SD
Strategi Pembelajaran Matematika di SDStrategi Pembelajaran Matematika di SD
Strategi Pembelajaran Matematika di SDNASuprawoto Sunardjo
 
BUKU SISWA PPKn KELAS IX.pdf
BUKU SISWA PPKn KELAS IX.pdfBUKU SISWA PPKn KELAS IX.pdf
BUKU SISWA PPKn KELAS IX.pdfguruppkn11
 
Kelas 01 sd_tematik_1_diriku_guru
Kelas 01 sd_tematik_1_diriku_guruKelas 01 sd_tematik_1_diriku_guru
Kelas 01 sd_tematik_1_diriku_guruabdmuiz78
 
(19) RPP IPS kenampakan alam 4A
(19) RPP IPS kenampakan alam 4A(19) RPP IPS kenampakan alam 4A
(19) RPP IPS kenampakan alam 4ANastiti Rahajeng
 
Laporan pengembangan diri (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
Laporan pengembangan diri (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)Laporan pengembangan diri (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
Laporan pengembangan diri (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)Maryanto Sumringah SMA 9 Tebo
 
Teknik penulisan soal
Teknik penulisan soalTeknik penulisan soal
Teknik penulisan soalsugainanaf
 
Buku Siswa Prakarya Kelas 8 Kurikulum 2013 Revisi 2017 Semester 1
Buku Siswa Prakarya Kelas 8 Kurikulum 2013 Revisi 2017 Semester 1Buku Siswa Prakarya Kelas 8 Kurikulum 2013 Revisi 2017 Semester 1
Buku Siswa Prakarya Kelas 8 Kurikulum 2013 Revisi 2017 Semester 1yappaid
 
IPA SMP Kelas 7 Semester 2
IPA SMP Kelas 7 Semester 2IPA SMP Kelas 7 Semester 2
IPA SMP Kelas 7 Semester 2siruz manto
 
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK fix.docx
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK fix.docxLEMBAR KERJA PESERTA DIDIK fix.docx
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK fix.docxDwiTrisna3
 
ATP BAHASA INDONESIA XI DAN XII SMK F.docx
ATP BAHASA INDONESIA XI DAN XII SMK F.docxATP BAHASA INDONESIA XI DAN XII SMK F.docx
ATP BAHASA INDONESIA XI DAN XII SMK F.docxayuervina1
 

Was ist angesagt? (20)

Buku pegangan siswa sd kelas 1 tema 4 keluargaku
Buku pegangan siswa sd kelas 1 tema 4 keluargakuBuku pegangan siswa sd kelas 1 tema 4 keluargaku
Buku pegangan siswa sd kelas 1 tema 4 keluargaku
 
Bahasa indonesia kls 2
Bahasa indonesia kls 2Bahasa indonesia kls 2
Bahasa indonesia kls 2
 
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus MenyimakPembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak
 
Buku PAI Kelas IX Kurikulum 2013
Buku PAI Kelas IX Kurikulum 2013Buku PAI Kelas IX Kurikulum 2013
Buku PAI Kelas IX Kurikulum 2013
 
Prakarya bs kls 9 s1
Prakarya bs kls 9 s1Prakarya bs kls 9 s1
Prakarya bs kls 9 s1
 
Buku Siswa Seni Budaya Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku Siswa Seni Budaya Kelas VII SMP Kurikulum 2013Buku Siswa Seni Budaya Kelas VII SMP Kurikulum 2013
Buku Siswa Seni Budaya Kelas VII SMP Kurikulum 2013
 
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
 
Strategi Pembelajaran Matematika di SD
Strategi Pembelajaran Matematika di SDStrategi Pembelajaran Matematika di SD
Strategi Pembelajaran Matematika di SD
 
Tema 4, keluargaku (kelas 1)
Tema 4, keluargaku (kelas 1)Tema 4, keluargaku (kelas 1)
Tema 4, keluargaku (kelas 1)
 
BUKU SISWA PPKn KELAS IX.pdf
BUKU SISWA PPKn KELAS IX.pdfBUKU SISWA PPKn KELAS IX.pdf
BUKU SISWA PPKn KELAS IX.pdf
 
Kelas 01 sd_tematik_1_diriku_guru
Kelas 01 sd_tematik_1_diriku_guruKelas 01 sd_tematik_1_diriku_guru
Kelas 01 sd_tematik_1_diriku_guru
 
(19) RPP IPS kenampakan alam 4A
(19) RPP IPS kenampakan alam 4A(19) RPP IPS kenampakan alam 4A
(19) RPP IPS kenampakan alam 4A
 
Laporan pengembangan diri (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
Laporan pengembangan diri (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)Laporan pengembangan diri (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
Laporan pengembangan diri (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
 
Teknik penulisan soal
Teknik penulisan soalTeknik penulisan soal
Teknik penulisan soal
 
Buku Siswa Prakarya Kelas 8 Kurikulum 2013 Revisi 2017 Semester 1
Buku Siswa Prakarya Kelas 8 Kurikulum 2013 Revisi 2017 Semester 1Buku Siswa Prakarya Kelas 8 Kurikulum 2013 Revisi 2017 Semester 1
Buku Siswa Prakarya Kelas 8 Kurikulum 2013 Revisi 2017 Semester 1
 
MODUL P5 ROHMAN.pdf
MODUL P5 ROHMAN.pdfMODUL P5 ROHMAN.pdf
MODUL P5 ROHMAN.pdf
 
Rpp kelas 3
Rpp kelas 3Rpp kelas 3
Rpp kelas 3
 
IPA SMP Kelas 7 Semester 2
IPA SMP Kelas 7 Semester 2IPA SMP Kelas 7 Semester 2
IPA SMP Kelas 7 Semester 2
 
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK fix.docx
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK fix.docxLEMBAR KERJA PESERTA DIDIK fix.docx
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK fix.docx
 
ATP BAHASA INDONESIA XI DAN XII SMK F.docx
ATP BAHASA INDONESIA XI DAN XII SMK F.docxATP BAHASA INDONESIA XI DAN XII SMK F.docx
ATP BAHASA INDONESIA XI DAN XII SMK F.docx
 

Andere mochten auch

Permainan dinamika kelompok_18-11-2015
Permainan dinamika kelompok_18-11-2015Permainan dinamika kelompok_18-11-2015
Permainan dinamika kelompok_18-11-20151115500042
 
Ppt napza hivaids
Ppt napza hivaidsPpt napza hivaids
Ppt napza hivaidsbkupstegal
 
Quiz sejarah sebagai ilmu
Quiz sejarah sebagai ilmuQuiz sejarah sebagai ilmu
Quiz sejarah sebagai ilmuSMA Al Muslim
 
Ice breaking kuheli
Ice breaking   kuheliIce breaking   kuheli
Ice breaking kuheliMukut Deori
 
Powerpoint penggandaan dokumen (Mesin Fotocopy)
Powerpoint penggandaan dokumen (Mesin Fotocopy)Powerpoint penggandaan dokumen (Mesin Fotocopy)
Powerpoint penggandaan dokumen (Mesin Fotocopy)Arini Yuliani
 
Presentasi Tiens OneVISION Terbaru
Presentasi Tiens OneVISION TerbaruPresentasi Tiens OneVISION Terbaru
Presentasi Tiens OneVISION TerbaruTeuku Andriansyah
 
Selayang pandang SDN Purworejo dalam Lomba Sekolah Sehat
Selayang pandang  SDN Purworejo dalam Lomba Sekolah SehatSelayang pandang  SDN Purworejo dalam Lomba Sekolah Sehat
Selayang pandang SDN Purworejo dalam Lomba Sekolah SehatRose Meea
 
Public speaking-dan-teknik-presentasi
Public speaking-dan-teknik-presentasiPublic speaking-dan-teknik-presentasi
Public speaking-dan-teknik-presentasiAryandra Anantama
 
Soal Tebak Gambar untuk cerdas cermat
Soal Tebak Gambar untuk cerdas cermatSoal Tebak Gambar untuk cerdas cermat
Soal Tebak Gambar untuk cerdas cermatArini Yuliani
 
Bicara di depan umum (public speaking)
Bicara di depan umum (public speaking)Bicara di depan umum (public speaking)
Bicara di depan umum (public speaking)Rizky Dwi Antari
 
Menjadi Public Speaker Handal dari Komunikasi Efektif
Menjadi Public Speaker Handal dari Komunikasi EfektifMenjadi Public Speaker Handal dari Komunikasi Efektif
Menjadi Public Speaker Handal dari Komunikasi EfektifAhmad Madu
 
Ice breaking games for students
Ice breaking games for studentsIce breaking games for students
Ice breaking games for studentsLivia Dobrescu
 
Remaja dan HIV AIDS .pdf
Remaja dan HIV AIDS .pdfRemaja dan HIV AIDS .pdf
Remaja dan HIV AIDS .pdfMasyrifah Jazm
 
Penyuluhan napza
Penyuluhan napzaPenyuluhan napza
Penyuluhan napzadadadony
 
Materi Narkoba dan Napza
Materi Narkoba dan NapzaMateri Narkoba dan Napza
Materi Narkoba dan NapzaZolla Verbianti
 
Pengaruh Narkoba Dikalangan Pelajar
Pengaruh Narkoba Dikalangan PelajarPengaruh Narkoba Dikalangan Pelajar
Pengaruh Narkoba Dikalangan PelajarHarun Hasibuan
 
Komunikasi efektif
Komunikasi efektifKomunikasi efektif
Komunikasi efektifanoovee
 
modul Komunikasi efektif
modul Komunikasi efektifmodul Komunikasi efektif
modul Komunikasi efektiffikri asyura
 
Strategi pencegahan dalam upaya p4gn linkungan pendididikan
Strategi pencegahan dalam upaya p4gn linkungan pendididikanStrategi pencegahan dalam upaya p4gn linkungan pendididikan
Strategi pencegahan dalam upaya p4gn linkungan pendididikanNovy Khayra
 

Andere mochten auch (20)

Permainan dinamika kelompok_18-11-2015
Permainan dinamika kelompok_18-11-2015Permainan dinamika kelompok_18-11-2015
Permainan dinamika kelompok_18-11-2015
 
Ppt napza hivaids
Ppt napza hivaidsPpt napza hivaids
Ppt napza hivaids
 
Quiz sejarah sebagai ilmu
Quiz sejarah sebagai ilmuQuiz sejarah sebagai ilmu
Quiz sejarah sebagai ilmu
 
Ice Breaking
Ice BreakingIce Breaking
Ice Breaking
 
Ice breaking kuheli
Ice breaking   kuheliIce breaking   kuheli
Ice breaking kuheli
 
Powerpoint penggandaan dokumen (Mesin Fotocopy)
Powerpoint penggandaan dokumen (Mesin Fotocopy)Powerpoint penggandaan dokumen (Mesin Fotocopy)
Powerpoint penggandaan dokumen (Mesin Fotocopy)
 
Presentasi Tiens OneVISION Terbaru
Presentasi Tiens OneVISION TerbaruPresentasi Tiens OneVISION Terbaru
Presentasi Tiens OneVISION Terbaru
 
Selayang pandang SDN Purworejo dalam Lomba Sekolah Sehat
Selayang pandang  SDN Purworejo dalam Lomba Sekolah SehatSelayang pandang  SDN Purworejo dalam Lomba Sekolah Sehat
Selayang pandang SDN Purworejo dalam Lomba Sekolah Sehat
 
Public speaking-dan-teknik-presentasi
Public speaking-dan-teknik-presentasiPublic speaking-dan-teknik-presentasi
Public speaking-dan-teknik-presentasi
 
Soal Tebak Gambar untuk cerdas cermat
Soal Tebak Gambar untuk cerdas cermatSoal Tebak Gambar untuk cerdas cermat
Soal Tebak Gambar untuk cerdas cermat
 
Bicara di depan umum (public speaking)
Bicara di depan umum (public speaking)Bicara di depan umum (public speaking)
Bicara di depan umum (public speaking)
 
Menjadi Public Speaker Handal dari Komunikasi Efektif
Menjadi Public Speaker Handal dari Komunikasi EfektifMenjadi Public Speaker Handal dari Komunikasi Efektif
Menjadi Public Speaker Handal dari Komunikasi Efektif
 
Ice breaking games for students
Ice breaking games for studentsIce breaking games for students
Ice breaking games for students
 
Remaja dan HIV AIDS .pdf
Remaja dan HIV AIDS .pdfRemaja dan HIV AIDS .pdf
Remaja dan HIV AIDS .pdf
 
Penyuluhan napza
Penyuluhan napzaPenyuluhan napza
Penyuluhan napza
 
Materi Narkoba dan Napza
Materi Narkoba dan NapzaMateri Narkoba dan Napza
Materi Narkoba dan Napza
 
Pengaruh Narkoba Dikalangan Pelajar
Pengaruh Narkoba Dikalangan PelajarPengaruh Narkoba Dikalangan Pelajar
Pengaruh Narkoba Dikalangan Pelajar
 
Komunikasi efektif
Komunikasi efektifKomunikasi efektif
Komunikasi efektif
 
modul Komunikasi efektif
modul Komunikasi efektifmodul Komunikasi efektif
modul Komunikasi efektif
 
Strategi pencegahan dalam upaya p4gn linkungan pendididikan
Strategi pencegahan dalam upaya p4gn linkungan pendididikanStrategi pencegahan dalam upaya p4gn linkungan pendididikan
Strategi pencegahan dalam upaya p4gn linkungan pendididikan
 

Ähnlich wie panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

Pusat Sumber Belajar
Pusat Sumber BelajarPusat Sumber Belajar
Pusat Sumber BelajarAgus Gunawan
 
SD-MI kelas04 cerdas pengetahuan sosial retno umi
SD-MI kelas04 cerdas pengetahuan sosial retno umiSD-MI kelas04 cerdas pengetahuan sosial retno umi
SD-MI kelas04 cerdas pengetahuan sosial retno umisekolah maya
 
Kelas iv sd cerdas pengetahuan sosial_retno heny pujiati
Kelas iv sd cerdas pengetahuan sosial_retno heny pujiatiKelas iv sd cerdas pengetahuan sosial_retno heny pujiati
Kelas iv sd cerdas pengetahuan sosial_retno heny pujiatiw0nd0
 
SD-MI kelas06 ayo belajar sambil bermanin ips widodo mulyadi
SD-MI kelas06 ayo belajar sambil bermanin ips widodo mulyadiSD-MI kelas06 ayo belajar sambil bermanin ips widodo mulyadi
SD-MI kelas06 ayo belajar sambil bermanin ips widodo mulyadisekolah maya
 
Sd6ips ayo belajarsambilbermainips
Sd6ips ayo belajarsambilbermainipsSd6ips ayo belajarsambilbermainips
Sd6ips ayo belajarsambilbermainipsheri junior
 
SD-MI kelas04 ips sadiman shendy
SD-MI kelas04 ips sadiman shendySD-MI kelas04 ips sadiman shendy
SD-MI kelas04 ips sadiman shendysekolah maya
 
SD-MI kelas04 ips sadiman shendy
SD-MI kelas04 ips sadiman shendySD-MI kelas04 ips sadiman shendy
SD-MI kelas04 ips sadiman shendysekolah maya
 
SD-MI kelas06 pkn sunarso anis
SD-MI kelas06 pkn sunarso anisSD-MI kelas06 pkn sunarso anis
SD-MI kelas06 pkn sunarso anissekolah maya
 
Buku guru prakarya kelas 9 k13 revisi 2018
Buku guru prakarya kelas 9 k13 revisi 2018Buku guru prakarya kelas 9 k13 revisi 2018
Buku guru prakarya kelas 9 k13 revisi 2018yappaid
 
Kelas viii smp bahasa indonesia_kisyani laksono
Kelas viii smp bahasa indonesia_kisyani laksonoKelas viii smp bahasa indonesia_kisyani laksono
Kelas viii smp bahasa indonesia_kisyani laksonow0nd0
 
KBK 04. KBM yang efektif
KBK 04. KBM yang efektifKBK 04. KBM yang efektif
KBK 04. KBM yang efektifJasmin Jasin
 
Buku pegangan guru ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogsp...
Buku pegangan guru ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogsp...Buku pegangan guru ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogsp...
Buku pegangan guru ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogsp...Wienda Hapsari
 
Buku pegangan guru ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogsp...
Buku pegangan guru ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogsp...Buku pegangan guru ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogsp...
Buku pegangan guru ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogsp...Wienda Hapsari
 
Model pendidikan-kecakapan-hidup
Model pendidikan-kecakapan-hidupModel pendidikan-kecakapan-hidup
Model pendidikan-kecakapan-hidupIyizz Hatikecil
 
Kelas vii smp bahasa indonesia_atikah a
Kelas vii smp bahasa indonesia_atikah aKelas vii smp bahasa indonesia_atikah a
Kelas vii smp bahasa indonesia_atikah aw0nd0
 
Sd4ips ips indrastuty
Sd4ips ips indrastutySd4ips ips indrastuty
Sd4ips ips indrastutyMOH. SHOFI'I
 
IPS kls 4 SD(Indrastuti)
IPS kls 4 SD(Indrastuti)IPS kls 4 SD(Indrastuti)
IPS kls 4 SD(Indrastuti)MOH. SHOFI'I
 

Ähnlich wie panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar (20)

Pusat Sumber Belajar
Pusat Sumber BelajarPusat Sumber Belajar
Pusat Sumber Belajar
 
SD-MI kelas04 cerdas pengetahuan sosial retno umi
SD-MI kelas04 cerdas pengetahuan sosial retno umiSD-MI kelas04 cerdas pengetahuan sosial retno umi
SD-MI kelas04 cerdas pengetahuan sosial retno umi
 
Kelas iv sd cerdas pengetahuan sosial_retno heny pujiati
Kelas iv sd cerdas pengetahuan sosial_retno heny pujiatiKelas iv sd cerdas pengetahuan sosial_retno heny pujiati
Kelas iv sd cerdas pengetahuan sosial_retno heny pujiati
 
SD-MI kelas06 ayo belajar sambil bermanin ips widodo mulyadi
SD-MI kelas06 ayo belajar sambil bermanin ips widodo mulyadiSD-MI kelas06 ayo belajar sambil bermanin ips widodo mulyadi
SD-MI kelas06 ayo belajar sambil bermanin ips widodo mulyadi
 
Sd6ips ayo belajarsambilbermainips
Sd6ips ayo belajarsambilbermainipsSd6ips ayo belajarsambilbermainips
Sd6ips ayo belajarsambilbermainips
 
SD-MI kelas04 ips sadiman shendy
SD-MI kelas04 ips sadiman shendySD-MI kelas04 ips sadiman shendy
SD-MI kelas04 ips sadiman shendy
 
SD-MI kelas04 ips sadiman shendy
SD-MI kelas04 ips sadiman shendySD-MI kelas04 ips sadiman shendy
SD-MI kelas04 ips sadiman shendy
 
SD-MI kelas06 pkn sunarso anis
SD-MI kelas06 pkn sunarso anisSD-MI kelas06 pkn sunarso anis
SD-MI kelas06 pkn sunarso anis
 
Kelas vi sd pkn_sunarso
Kelas vi sd pkn_sunarsoKelas vi sd pkn_sunarso
Kelas vi sd pkn_sunarso
 
Kls 6 pend. kewrgngran
Kls 6 pend. kewrgngranKls 6 pend. kewrgngran
Kls 6 pend. kewrgngran
 
Buku guru prakarya kelas 9 k13 revisi 2018
Buku guru prakarya kelas 9 k13 revisi 2018Buku guru prakarya kelas 9 k13 revisi 2018
Buku guru prakarya kelas 9 k13 revisi 2018
 
Kelas viii smp bahasa indonesia_kisyani laksono
Kelas viii smp bahasa indonesia_kisyani laksonoKelas viii smp bahasa indonesia_kisyani laksono
Kelas viii smp bahasa indonesia_kisyani laksono
 
KBK 04. KBM yang efektif
KBK 04. KBM yang efektifKBK 04. KBM yang efektif
KBK 04. KBM yang efektif
 
Kbm yang-efektif
Kbm yang-efektifKbm yang-efektif
Kbm yang-efektif
 
Buku pegangan guru ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogsp...
Buku pegangan guru ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogsp...Buku pegangan guru ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogsp...
Buku pegangan guru ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogsp...
 
Buku pegangan guru ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogsp...
Buku pegangan guru ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogsp...Buku pegangan guru ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogsp...
Buku pegangan guru ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogsp...
 
Model pendidikan-kecakapan-hidup
Model pendidikan-kecakapan-hidupModel pendidikan-kecakapan-hidup
Model pendidikan-kecakapan-hidup
 
Kelas vii smp bahasa indonesia_atikah a
Kelas vii smp bahasa indonesia_atikah aKelas vii smp bahasa indonesia_atikah a
Kelas vii smp bahasa indonesia_atikah a
 
Sd4ips ips indrastuty
Sd4ips ips indrastutySd4ips ips indrastuty
Sd4ips ips indrastuty
 
IPS kls 4 SD(Indrastuti)
IPS kls 4 SD(Indrastuti)IPS kls 4 SD(Indrastuti)
IPS kls 4 SD(Indrastuti)
 

Kürzlich hochgeladen

Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaAbdiera
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlineMMario4
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptTaufikFadhilah
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",Kanaidi ken
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfEmeldaSpd
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxHeriyantoHeriyanto44
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptAfifFikri11
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 

panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

  • 1. i Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2016
  • 2. ii Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar ©2016 oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Kredit Foto Sampul dan Foto Isi: Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Dikdasmen, Kemdikbud Yayasan Pengembang Perpustakaan Indonesia (YPPI)
  • 3. iii SAMBUTAN Evaluasi yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA), yang diadakan oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD—Organization for Economic Cooperation and Development), menggambarkan bahwa dalam dua periode asesmen yang diadakan pada tahun 2009 dan 2012, peserta didik Indonesia menempati peringkat 64 dari 65 negara peserta dalam matematika, sains dan membaca. Rendahnya kompetensi peserta didik di tiga bidang ini membuktikan bahwa ada yang belum tepat dalam pengelolaan pendidikan. Rendahnya pemahaman terhadap bacaan menunjukkan bahwa proses pendidikan belum mengembangkan kompetensi dan minat peserta didik terhadap pengetahuan. Praktik pendidikan yang dilaksanakan di SD selama ini juga memperlihatkan bahwa sekolah belum berfungsi sebagai organisasi pembelajar yang menjadikan semua warganya sebagai pembelajar sepanjang hayat. Untuk mengembangkan sekolah sebagai organisasi pembelajar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan, untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar agar warga sekolah termasuk peserta didik mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan dapat memenuhi perannya di era teknologi informasi. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) diawali dengan gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah “kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai”. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menjadikan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat agar mereka mampu mengembangkan potensi diri seutuhnya. Ketika sekolah melaksanakan kegiatan ini, sekolah akan mampu mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya. Terobosan penting ini hendaknya melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan
  • 4. iv pendidikan. Pelibatan orang tua peserta didik dan masyarakat juga menjadi komponen penting dalam menjadikan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat. Panduan Umum ini disusun guna memberi arahan strategis bagi kegiatan literasi di Sekolah Dasar dalam lingkup Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Pelaksanaan GLS di SD akan melibatkan unit kerja terkait di internal Kemendikbud dan juga pihak-pihak lain. Kerja sama semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan sangat diperlukan untuk melaksanakan gerakan bersama yang efektif dan terintegrasi. Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Hamid Muhammad, Ph.D NIP 195905121983111001
  • 5. v KATA PENGANTAR Gerakan Literasi Sekolah yang digagas dan dikembangkan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah merupakan respons atas rendahnya kompetensi peserta didik Indonesia dalam bidang matematika, sains, dan membaca—sesuai dengan data penelitian oleh Programme for International Student Assessment (PISA), yang diadakan untuk Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD—Organization for Economic Cooperation and Development). Melalui penguatan kompetensi literasi, terutama literasi dasar, diharapkan peserta didik dapat memanfaatkan akses lebih luas pada pengetahuan agar rendahnya peringkat kompetensi tersebut dapat diperbaiki. Dalam hal ini, kompetensi literasi dasar (menyimak-berbicara, membaca-menulis, berhitung-memperhitungkan, dan mengamati-menggambar) sudah selayaknya ditanamkan sejak pendidikan dasar, lalu dilanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga peserta didik dapat meningkatkan kecanggihannya untuk mengakses informasi dan pengetahuan. Selain itu, peserta didik juga diharapkan memiliki sistem peringatan dini pada dirinya tentang mana informasi yang bermanfaat dan mana informasi yang tidak bermanfaat. Hal itu karena literasi sejatinya mengarahkan seseorang pada keluhuran budi. Oleh karena itu, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti menyuratkan salah satunya kegiatan membaca buku nonpelajaran selama lima belas menit sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan tersebut adalah upaya menumbuhkan kecintaan membaca kepada peserta didik melalui bacaan yang bermutu, sehingga ke dalam diri mereka akan terinstal informasi-informasi yang baik dan bermanfaat. Terlebih lagi, peserta didik terdorong mengeksplorasi informasi dan pengetahuan yang telah dibacanya. Dari hal itu pula, diharapkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan sekaligus merangsang imajinasi mereka. Sebagai sebuah desain induk penumbuhan budi pekerti, Gerakan Literasi Sekolah perlu melibatkan para pemangku kepentingan secara terprogram dengan satu tujuan agar peserta didik, terutama di tingkat pendidikan dasar menjadi sadar, melek, dan berbudaya literasi. Untuk itu, terbitnya buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar
  • 6. vi ini sangat penting bagi pemangku kepentingan di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan literasi yang efektif dan terintegrasi. Jakarta, Januari 2016 Direktur Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Drs. Wowon Wirdayat, M.Si. NIP. 195801251981031002
  • 7. vii DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 B. Landasan Hukum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 C. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 D. Sasaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 BAB II KONSEP DASAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7 A. Literasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7 B. Jenis Literasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8 C. Literasi di Sekolah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10 BAB III RANCANGAN INDUK PELAKSANAAN LITERASI SEKOLAH . . . 17 A. Rancangan Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17 A. Peran Pemangku Kepentingan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20 B. Tahapan Pengembangan Gerakan Literasi Sekolah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23 C. Strategi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25 E. Peningkatan Kapasitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27 F.Target Pencapaian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29 BAB IV PELAKSANAAN GERAKAN LITERASI DI SD . . . . . . . . . . . . . . . . . 33 A. Tahapan Pengembangan Literasi di SD . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33 B. Target Pencapaian Literasi di SD . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46 BAB V MONITORING DAN EVALUASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49 A. Kemendikbud . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49 B. Dinas Pendidikan Provinsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50 C. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50 D. Satuan Pendidikan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .51 E. Masyarakat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52 BAB VI PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53
  • 9. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang berhasil mengurangi angka buta huruf. Data UNDP tahun 2014 mencatat bahwa tingkat kemelekhurufan masyarakat Indonesia sudah mencapai 92,8% untuk kelompok dewasa, dan 98,8% untuk kategori remaja. Capaian ini sebenarnya menunjukkan bahwa Indonesia sudah melewati tahapan krisis literasi dalam pengertian kemelekhurufan. Meskipun demikian, tantangan yang saat ini dihadapi adalah aliterasi, bentuk lain dari krisis literasi; yakni, orang bisa dan mampu membaca, namun mereka tidak mau membaca. Aliterasi dianggap sebagai fenomena umum, bahkan di negara-negara maju dengan tingkat literasi yang tinggi yang dalam hal ini ketersediaan buku tidak menjadi masalah. Fenomena ini menunjukkan bahwa banyak faktor berkontribusi terhadap permasalahan literasi pada masyarakat. Selain keterbatasan akses terhadap buku di seluruh Indonesia, pemerintah juga menghadapi rendahnya motivasi membaca di kalangan peserta didik. Hal ini memprihatinkan karena pada era teknologi informasi saat ini, peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan membaca dalam pengertian memahami teks secara analitis, kritis, dan reflektif. Literasi kontemporer ini menjadi kebutuhan masyarakat global yang harus mengadaptasi kemajuan teknologi dan modernitas. Deklarasi Praha (2003) mencanangkan bahwa literasi informasi (information literacy) mencakup kemampuan literasi dasar (basic literacy), kemampuan untuk meneliti dengan menggunakan referensi (library literacy), kemampuan untuk menggunakan media informasi (media literacy), teknologi
  • 10. 2 (technology literacy), dan kemampuan untuk mengapresiasi grafis dan teks visual (visual literacy). Literasi yang komprehensif dan saling terkait ini memampukan seseorang untuk berkontribusi kepada masyarakatnya sesuai dengan kompetensi dan perannya sebagai warga negara global (global citizen). Dalam era global ini, literasi informasi menjadi penting. Deklarasi Alexandria pada tahun 2005 (sebagaimana dirilis dalam www.unesco. org) menjelaskan tentang literasi informasi, sebagai berikut. Literasi informasi adalah kemampuan untuk melakukan manajemen pengetahuan dan kemampuan untuk belajar terus-menerus. Secara terinci, literasi informasi merupakan kemampuan untuk menyadari kebutuhan informasi dan saat informasi diperlukan, mengidentifikasi dan menemukan lokasi informasi yang diperlukan, mengevaluasi informasi secara kritis, mengorganisasikan dan mengintegrasikan informasi ke dalam pengetahuan yang sudah ada, memanfaatkan serta mengomunikasikannya secara efektif, legal, dan etis. Kebutuhan literasi pada era global ini menuntut pemerintah untuk menyediakan serta memfasilitasi sistem dan pelayanan pendidikan sesuai dengan UUD 1945 ayat 3, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan bangsa.” Ayat ini menegaskan bahwa program literasi juga mencakup upaya mengembangkan potensi kemanusiaan yang mencakup kecerdasan intelektual, emosi, bahasa, estetika, sosial, spiritual, dengan daya adaptasi terhadap perkembangan arus teknologi dan informasi. Upaya ini sejalan dengan falsafah yang dinyatakan oleh Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan harus melibatkan semua komponen masyarakat (keluarga, pendidik profesional, pemerintah, dll.) dalam membina, menginspirasi/ memberi contoh, memberi semangat, dan mendorong perkembangan anak. Literasi tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana peserta didik dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku sekolah. Literasi juga tidak terlepas dari kehidupan peserta didik, baik di rumah maupun di lingkungan sekitarnya. Sayangnya, data evaluasi Programme for International StudentAssesment (PISA) tahun 2012 menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik Indonesia dalam membaca, matematika, dan sains masih tertinggal dari negara lain. Survei ini mengevaluasi
  • 11. 3 kemampuan membaca peserta didik Indonesia yang berusia 15 tahun, dan menemukan bahwa kemampuan membaca mereka menempati urutan ke-60 dari 64 negara yang berpartisipasi dalam PISA. Kemampuan matematika peserta didik Indonesia berada di urutan 64 dari 65 negara, sedangkan dalam bidang sains, mereka menempati urutan 64 dari 65 negara. Selain itu, hasil tes Progress International Reading Literacy Study (PIRLS) tahun 2011 yang mengevaluasi kemampuan membaca peserta didik kelas IV menempatkan Indonesia pada posisi ke-42 dari 45 negara peserta dengan skor 428, di bawah nilai rata-rata 500. Data ini selaras dengan temuan UNESCO terkait kebiasaan membaca masyarakat Indonesia, bahwa hanya 1 dari 1.000 orang masyarakat Indonesia yang membaca. Permasalahan ini menegaskan bahwa pemerintah memerlukan strategi khusus agar program di sekolah dapat ditindaklanjuti atau diintegrasikan dengan kegiatan di keluarga dan masyarakat. Hal ini untuk memastikan keberlanjutan intervensi kegiatan literasi sekolah agar dampaknya dapat dirasakan di masyarakat. Untuk dapat mengembangkan strategi implementasi pelaksanaan literasi di sekolah yang berdampak menyeluruh dan sistemik, sekolah harus tumbuh sebagai sebuah organisasi yang mengembangkan warganya sebagai individu pembelajar. Sekolah juga harus memiliki struktur kepemimpinan yang juga terkait dengan lembaga lain di atasnya, serta sumber daya yang meliputi sumber daya manusia, keuangan, serta sarana dan prasarana. Sekolah memberikan layanan pendidikan dalam bentuk pembelajaran di dalam kelas dan berbagai kegiatan lain di luar kelas yang menunjang pembelajaran dan tujuan pendidikan. Memperhatikan karakteristik sekolah sebagai sebuah organisasi akan mempermudah pelaksana program untuk mengidentifikasi sasaran perlakuan agar perlakuan dapat diberikan secara menyeluruh (whole school approach). B. Landasan Hukum 1. Sumpah Pemuda butir ke-3: “Menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia”. 2. Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31 ayat 3: “Pemerintah mengusahakan dan menye- lenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan bangsa”.
  • 12. 4 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 4. Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Praha tahun 2003 tentang kecerdasan literasi dasar. 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007 tentang Pedoman bagi Kepala Daerah dalam Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Negara dan Bahasa Daerah. 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 tentang SPM Dikdas, Lampiran 2 menjelaskan indikator 18 “Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP dan MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi”. Hal ini menegaskan pentingnya peran buku, dalam bentuk buku teks, dan buku komersial (buku cerita fiksi dan nonfiksi dalam pembelajaran di sekolah). 10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. 11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Menumbuhkembangkan ekosistem pendidikan dan kebudayaan melalui gerakan literasi sekolah agar menjadi pembelajar sepanjang hayat. 2. Tujuan Khusus a. menumbuhkembangkan budi pekerti; b. membangun ekosistem pendidikan dan kebudayaan berbasis literasi; c. menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar (learning organization);
  • 13. 5 d. mempraktikkan kegiatan pengelolaan pengetahuan (knowledge management); e. menjaga keberlanjutan budaya literasi. D. Sasaran Sasaran Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah ekosistem sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang meliputi satuan pendidikan SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB.
  • 14. 6
  • 15. BAB II KONSEP DASAR A. Literasi Pada dasarnya literasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan membaca dan menulis. Namun, Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi tidak hanya berkaitan dengan dua aktivitas tersebut. Ia juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya (Unesco, 2003). Deklarasi yang difasilitasi oleh Unesco itu juga menyebutkan bahwa literasi informasi terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan,mengevaluasi,menciptakansecaraefektifdanterorganisasi,menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan. Kemampuan- kemampuan itu harus dimiliki tiap individu sebagai syarat untuk b erpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan itu bagian dari hak dasar manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat. Maka, secara sederhana, dalam konteks peserta didik, dapat disimpulkan bahwa kegiatanliterasimerupakancarapesertadidikmengakses,memahami,danmenggunakan informasi yang berada di sekitarnya untuk mengatasi berbagai permasalahan hidupnya.
  • 16. 8 B. Jenis Literasi Secara umum, literasi memiliki lima komponen penting yang saling berkaitan sebagai berikut. 1. Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung. Dalam literasi dasar, kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing) berdasar pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi. 2. Literasi Perpustakaan (Library Literacy), yaitu kemampuan lanjutan untuk bisa mengoptimalkan Literasi Perpustakaan yang ada. Maksudnya, pemahaman tentang keberadaan perpustakaan sebagai salah satu akses mendapatkan informasi. Pada dasarnya literasi perpustakaan, antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah. 3. Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, mediatelevisi),mediadigital(mediainternet),danmemahamitujuanpenggunaannya. Secara gamblang saat ini bisa dilihat di masyarakat kita bahwa media lebih sebagai hiburan semata. Kita belum terlalu jauh memanfaatkan media sebagai alat untuk pemenuhan informasi tentang pengetahuan dan memberikan persepsi positif dalam menambah pengetahuan. 4. Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, dapat memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan mengelola data, serta menjalankan program perangkat lunak.
  • 17. 9 Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat. 5. Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audio-visual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang setiap hari membanjiri kita, baik dalam bentuk tercetak, di televisi maupun internet, haruslah terkelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benar-benar perlu disaring berdasar etika dan kepatutan. Dalam konteks Indonesia, kelima komponen tersebut di atas perlu diawali dengan literasi usia dini yang mencakup fonetik, alfabet, kosakata, sadar dan memaknai materi cetak (print awareness), dan kemampuan menggambarkan dan menceritakan kembali (narrative skills). Pemahaman literasi dini sangat penting dipahami oleh masyarakat karena menjamurnya lembaga bimbingan belajar baca-tulis-hitung bagi batita dan balita menggunakan cara yang kurang sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, perlu diberi perhatian terhadap keberlangsungan pendidikan literasi usia dini berlanjut ke literasi dasar sebagaimana dipaparkan pada Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Peran Pemangku Kepentingan dalam Pelaksanaan Literasi No Komponen Literasi Pihak yang Berperan Aktif 1. Literasi usia dini Orangtua dan keluarga 2. Literasi dasar Pendidikan formal 3. Literasi perpustakaan Pendidikan formal 4. Literasi teknologi Pendidikan formal dan keluarga 5. Literasi media Pendidikan formal, keluarga, dan lingkungan sosial 6. Literasi visual Lingkungan sosial Dalam pendidikan formal, peran aktif para pemangku kepentingan, yaitu kepala sekolah, guru, tenaga pendidik, dan pustakawan sangat berpengaruh untuk memfasilitasi pengembangan komponen literasi peserta didik. Selain itu, diperlukan juga pendekatan cara belajar-mengajar yang keberpihakannya jelas tertuju kepada komponen-komponen literasi ini. Kesempatan peserta didik terpajan dengan kelima komponen literasi akan
  • 18. 10 menentukan kesiapan peserta didik berinteraksi dengan literasi visual. Sebagai langkah awal, dapat disimpulkan bahwa diperlukan perubahan paradigma semua pemangku kepentingan untuk terciptanya lingkungan literasi ini. C. Literasi di Sekolah Kegiatan literasi di sekolah seharusnya tidak lagi dipahami hanya aktivitas baca, tulis, dan hitung (calistung). Tidak pula menempatkan perpustakaan dan akses internet sekadar sarana mendapatkan informasi. Pihak sekolah, dalam hal ini kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan, harus membekali peserta didik dengan kemampuan dalam mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas. Mengacu pada metode pembelajaran Kurikulum 2013 yang menempatkan peserta didik sebagai subjek pembelajaran dan guru sebagai fasilitator, kegiatan literasi tidak lagi berfokus pada peserta didik semata. Guru selain sebagai fasilitator juga menjadi subjek pembelajaran. Namun, pada kenyataannya, akses tidak terbatas peserta didik pada sumber informasi, baik di dunia nyata (koran, televisi, radio) maupun dunia maya (laman berita, blog, dll.) dapat memosisikan mereka sebagai yang lebih banyak tahu daripada guru mereka sendiri. Ketika peserta didik dalam berliterasi tidak lepas dari kontribusi guru, guru harus berupaya menjadi fasilitator yang berkualitas. Guru yang malas membaca dan menulis serta gagap teknologi akan melahirkan peserta didik yang kurang baik dalam berliterasi. Oleh karena itu, dalam konteks literasi di sekolah, subjek dalam kegiatan literasi adalah peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan (pustakawan, pengawas), dan kepala sekolah. Literasi menjadi gerakan bersama yang menempatkan warga sekolah sebagai subjek. 1. Prinsip-prinsip Literasi Sekolah Menurut Beers (2013), praktik-praktik yang baik dalam gerakan literasi sekolah menekankan prinsip-prinsip sebagai berikut. a. Perkembangan literasi berjalan sesuai dengan tahap perkembangan yang bisa diprediksi Tahap perkembangan anak dalam belajar membaca dan menulis sifatnya saling beririsan antartahap. Memahami tahap perkembangan literasi dapat membantu
  • 19. 11 sekolah untuk memilih strategi pembiasaan dan pembelajaran literasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan perkembangan peserta didik. b. Program literasi yang baik bersifat berimbang Sekolah yang menerapkan program literasi berimbang menyadari bahwa tiap peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain. Dengan demikian, diperlukan berbagai strategi membaca dan jenis teks yang bervariasi pula. Program literasi yang berimbang merangkul pendekatan apa pun yang bermakna dan yang bisa menjadikan peserta didik menjadi pembaca yang kuat. Program literasi yang bermakna bisa dilakukan dengan memanfaatkan bahan bacaan kaya teks seperti karya sastra untuk anak dan remaja. c. Program literasi berlangsung di semua area kurikulum Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab semua guru di semua mata pelajaran. Pembelajaran di mata pelajaran apa pun membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis. Dengan demikian, pengembangan profesional guru dalam hal literasi perlu diberikan kepada guru semua mata pelajaran. d. Tidak ada istilah terlalu banyak untuk membaca dan menulis yang bermakna Kegiatan membaca dan menulis di kelas perlu dilakukan kapan pun kondisi di kelasmemungkinkan.Untukitu,perluditekankanbentukkegiatanyangbermakna dan kontekstual. Misalnya, ‘menulis surat untuk walikota’ atau ‘membaca untuk ibu’ adalah contoh-contoh kegiatan yang bermakna dan memberikan kesan kuat kepada peserta didik. e. Diskusi dan strategi bahasa lisan sangat penting Kelas berbasis literasi yang kuat akan melakukan berbagai kegiatan lisan berupa diskusi tentang buku selama pembelajaran di kelas. Kegiatan diskusi ini juga harus membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat agar kemampuan berpikir kritis bisa diasah. Peserta didik perlu belajar untuk menyampaikan perasaan dan pendapatnya, saling mendengarkan, dan menghormati perbedaan pandangan satu sama lain.
  • 20. 12 f. Keberagaman perlu dirayakan di kelas dan sekolah Penting bagi pendidik untuk tidak hanya menerima perbedaan, namun juga merayakannya melalui agenda literasi di sekolah. Buku-buku yang disediakan untuk bahan bacaan peserta didik perlu merefleksikan kekayaan budaya Indonesia agar peserta didik bisa terpajan pada pengalaman multikultural sebanyak mung­ kin. 2. Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah Sekolah memiliki peran yang amat penting dalam menanamkan budaya literat pada anak didik. Untuk itu, tiap sekolah tanpa terkecuali harus memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan literasi. Di sekolah dengan budaya literasi yang tinggi, peserta didik akan cenderung lebih berhasil, dan guru lebih bersemangat mengajar. Perlu dipahami bahwa program membaca seperti membaca bebas dan membaca bersuara hanyalah bagian dari kerangka besar untuk membangun budaya literasi sekolah. Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya li­ te­rat, Beers, dkk. (2009) memberikan beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif di sekolah.  a. Lingkungan fisik ramah literasi Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat pengunjung. Pada dasarnya, lingkungan fisik haruslah ramah dan kondusif untuk pembelajaran. Sekolah yang mendukung pengembangan budaya literasi memiliki beberapa kondisi, antara lain karya peserta didik dipajang di seluruh penjuru sekolah, termasuk koridor dan kantor kepala sekolah dan guru. Selain itu, karya-karya peserta didik diganti secara rutin untuk memberikan kesempatan kepada semua kelas untuk menjadi perhatian. Selain itu, buku dan bahan bacaan lain dapat diperoleh dengan mudah di pojok baca pada semua kelas, kantor, dan ruang lain di sekolah. Kantor kepala sekolah idealnya juga memajang karya peserta didik dan buku-buku bacaan anak. Ruang pimpinan dengan pajangan karya peserta didik akan memberikan kesan positif tentang komitmen sekolah terhadap pengembangan budaya literat. b. Lingkungan sosial dan afektif Sekolah dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen sekolah. Hal ini bisa dibentuk dengan cara pemberian pengakuan atas pencapaian
  • 21. 13 peserta didik sepanjang tahun. Pemberian penghargaan dapat dilakukan saat upacara bendera pada setiap minggu untuk menghargai kemajuan peserta didik di semua aspek. Sesuai dengan semangat literasi, prestasi yang dihargai tidak hanya akademik, namun juga sikap dan upaya peserta didik. Dengan demikian, setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk memperoleh penghargaan sekolah. Selain itu, literasi mewarnai semua perayaan penting pada sepanjang tahun pelajaran. Hal ini bisa direalisasikan dalam bentuk festival buku, lomba poster, mendongeng, karnaval tokoh buku cerita, dan sebagainya. Pimpinan sekolah harus mengambil peran aktif dalam menggerakkan literasi. Hal yang bisa dilakukan, antara lain membangun budaya kolaboratif antarguru dan staf sekolah. Dengan demikian, setiap orang bisa terlibat sesuai dengan kepakaran masing-masing. Peran orang tua sebagai sukarelawan dalam gerakan literasi akan semakin memperkuat komitmen sekolah dalam pengembangan budaya literat. c.  Lingkungan akademik Lingkungan fisik dan sosial akan bisa dibangun apabila lingkungan akademik tercipta. Hal ini bisa dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di sekolah.Pimpinansekolahbisamembentuktimliterasi.Timinibertugasmembuat perencanaan dan asesmen program.Adanya Tim literasi sekolah bisa memastikan terciptanya suasana akademik yang kondusif,  yang mampu membuat seluruh anggota komunitas sekolah antusias untuk belajar. Sekolah harus memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi. Salah satunya dengan menjalankan kegiatan membaca dalam hati dan membacakan buku dengan nyaring selama 15–30 menit sebelum pelajaran berlangsung, minimal tiga kali seminggu. Waktu literasi ini sedapat mungkin tidak dikorbankan untuk kegiatan lain yang tidak perlu. Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, mereka perlu diberikan kesempatan untuk mengikuti program pelatihan tenaga kependidikan demi peningkatan kapasitas literasi. Tabel 2.2 berikut ini mencantumkan beberapa parameter yang dapat digunakan sekolah untuk membangun budaya literasi sekolah yang baik.
  • 22. 14 Tabel 2.2 Lingkungan Sekolah yang Literat a. Lingkungan Fisik 1) Karya peserta didik dipajang di sepanjang lingkungan sekolah, termasuk koridor dan kantor (kepala sekolah, guru, administrasi, bimbingan konseling). 2) Karya peserta didik dirotasi secara berkala untuk memberi kesempatan yang seimbang kepada semua peserta didik. 3) Buku dan materi bacaan lain tersedia di pojok-pojok baca di semua ruang kelas. 4) Buku dan materi bacaan lain tersedia juga untuk peserta didik dan orang tua/pengunjung di kantor dan ruangan selain ruang kelas. 5) Kantor kepala sekolah memajang karya peserta didik dan buku bacaan untuk anak. 6) Kantor kepala sekolah mudah diakses oleh warga sekolah. b. Lingkungan Sosial dan Afektif 1) Penghargaan terhadap prestasi peserta didik (akademik dan nonakademik) diberikan secara rutin (tiap minggu/bulan). Upacara hari Senin merupakan salah satu kesempatan yang tepat untuk pemberian penghargaan mingguan. 2) Kepala sekolah mengenali peserta didik apabila masuk ruang kelas (bukan hanya peserta didik yang berprestasi atau dianggap bermasalah). 3) Kepala sekolah terlibat aktif dalam pengembangan literasi. 4) Merayakan hari-hari besar dan nasional dengan nuansa literasi, misalnya merayakan Hari Kartini dengan membaca surat-suratnya. 5) Terdapat budaya kolaborasi antarguru dan staf, dengan mengakui kepakaran masing-masing (dan tidak saling menjatuhkan). 6) Terdapat waktu yang memadai bagi staf untuk berkolaborasi menjalankan program literasi dan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaannya. 7) Staf sekolah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam menjalankan program literasi. c. Lingkungan Akademik 1) TerdapatTim Literasi Sekolah yang bertugas melakukan asesmen dan perencanaan.Apabila diperlukan, ada pendampingan dari pihak eksternal. 2) Disediakan waktu khusus dan cukup banyak untuk pembelajaran dan pembiasaan literasi: membaca dalam hati (sustained silent reading), membacakan buku dengan nyaring (reading aloud), membaca bersama (shared reading), membaca terpandu (guided reading), diskusi buku, bedah buku, presentasi (show-and-tell presentation). 3) Waktu literasi dijaga agar tidak dikorbankan untuk kepentingan lain yang dianggap tidak perlu. 4) Disepakati waktu berkala untuk Tim Literasi Sekolah membahas pelaksanaan gerakan literasi sekolah. 5) Buku fiksi dan nonfiksi tersedia dalam jumlah cukup banyak di sekolah. Buku cerita fiksi sama pentingnya dengan buku berbasis ilmu pengetahuan.
  • 23. 15 6) Ada kesempatan pengembangan profesional tentang literasi yang diberikan untuk staf, melalui kerja sama dengan institusi terkait (perguruan tinggi, dinas pendidikan, dinas perpustakaan, atau berbagi pengalaman dengan sekolah lain). 7) Seluruh warga sekolah antusias menjalankan program literasi, dengan tujuan membangun organisasi sekolah yang suka belajar. Strategi tersebut bisa diadaptasi, sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. Namun, pada dasarnya, aspek-aspek yang disebutkan adalah karakteristik yang perlu dipenuhi dalam pengembangan budaya literasi di sekolah. Melalui pelaksanaan satu per satu, dengan kerja sama antara guru dan pimpinan sekolah maka kita bisa bermimpi suatu saat Indonesia akan menjadi bangsa yang literat.
  • 24. 16 Dok. Yayasan Pengembang Perpustakaan Indonesia
  • 25. BAB III RANCANGAN INDUK PELAKSANAAN LITERASI SEKOLAH A. Rancangan Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah Kesuksesan GLS membutuhkan partisipasi aktif semua unit kerja di lingkungan internal Kemendikbud (Permendikbud Nomor 11 Tahun 2015) dan juga kolaborasi dengan lembaga di luar Kemendikbud. Pelaksanaan program literasi di semua satuan pendidikan melibatkan semua pemangku kepentingan, meliputi pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Pada lingkup internal Kemendikbud, kolaborasi literasi melibatkan, antara lain Badan Bahasa, LPMP, Balitbang (Puskurbuk dan Puspendik), dan Pustekkom, sedangkan pada lingkup eksternal Kemendikbud melibatkan, antara lain perguruan tinggi, Perpustakaan Nasional RI (PNRI), Ikapi, lembaga donor, dan lain-lain. Struktur organisasi kerja sama tersebut digambarkan dalam Bagan 3.1 berikut ini.
  • 27. 19 Di samping itu, kegiatan literasi sekolah membutuhkan partisipasi semua pemangku kepentingan di tingkat pemerintahan, dari tingkat pemerintah pusat, dinas pendidikan provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan di tingkat sekolah. Di tingkat satuan pendidikan, yang menerima perlakuan (intervensi) adalah kepala sekolah, pengawas, guru, komite sekolah, dan masyarakat, termasuk dunia usaha dan industri. Perlakuan yang akan diberikan kepada setiap unsur akan berbeda sesuai dengan peran dan kapasitasnya dalam pendidikan terkait dengan kebijakan yang berlaku. Dari unsur masyarakat dapat melibatkan, antara lain lembaga masyarakat di bidang pendidikan, perpustakaan masyarakat, taman bacaan masyarakat, dan para tokoh masyarakat. Pelibatan dari dunia industri dapat berupa program pendidikan yang merupakan implementasi dari Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility). Kesuksesan program literasi sekolah dapat dicapai apabila tiap- tiap pemangku kepentingan memiliki kapasitas yang memadai untuk melaksanakan program literasi sesuai dengan perannya masing-masing.
  • 28. 20 A. Peran Pemangku Kepentingan Bagan 3.2 Pemangku Kepentingan Literasi KEMENDIKBUD -- Kebijakan Nasional -- Panduan -- Sosialisasi kepada Disdik Provinsi, Kab/Kota, Satuan Pendidikan dan Masyarakat. -- Pelatihan Guru -- Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan gerakan di tingkat Provinsi, Kab/ Kota dan Satuan Pendidikan DISDIK KAB/KOTA -- Kebijakan Daerah -- Sosialisasi kepada Satuan Pendidikan dan Masyarakat -- Pelatihan dan pendampingan pelaksanaan gerakan di Satuan Pendidikan -- Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan gerakan di tingkat Satuan Pendidikan SATUAN PENDIDIKAN -- Visi dan Misi SD -- Kebijakan SD -- Pelaksanaan Pembelajaran -- Pembiasaan -- Sarana dan prasarana dan Fasilitas Pendukung -- Pengelolaan Sarana dan Prasarana dan Fasilitas Pendukung -- Pelatihan guru -- Pelibatan Publik (Komite SD dan masyarakat) DISDIK PROVINSI -- Kebijakan Daerah -- Sosialisasi kepada Disdik Kab/Kota. -- Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan gerakan di tingkat Kabupaten/Kota MASYARAKAT -- Gerakan publik -- Berpartisipasi dalam kegiatan di satuan pendidikan Keterangan: Struktur Implementasi Garis Pelaporan
  • 29. 21 Kegiatan literasi dapat berjalan dengan optimal dengan kolaborasi antara semua elemen pemerintah dan masyarakat. Lembaga pemerintah dan masyarakat memiliki peran sebagai berikut. 1. Kemendikbud a. membuat kebijakan; b. menjabarkan desain induk pelaksanaan GL; c. menyusunpanduanpelaksanaan,petunjukteknis,dansemuadokumenpendukung pelaksanaan program; d. melaksanakan sosialisasi program kepada dinas pendidikan provinsi, kabupaten/ kota, satuan pendidikan, dan masyarakat; d. merancang dan melaksanakan pelatihan untuk warga sekolah dan masyarakat; e. melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan; dan f. membuat rencana tindak lanjut berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan program. 2. Dinas Pendidikan Provinsi a. melakukan analisis kebutuhan dan mengkaji isu-isu strategis yang terkait dengan kemampuan literasi guru dan peserta didik di wilayah masing-masing; b. membuat kebijakan daerah untuk mendukung pelaksanaan program; c. melakukan sosialisasi konsep, program, dan kegiatan literasi di satuan pendidikan di kabupaten/kota masing-masing; d. melakukan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan literasi di tingkat provinsi dan lingkungan dinas pendidikan kabupaten/kota; dan e. membuat rencana tindak lanjut berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan program. 3. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota a. melakukan analisis kebutuhan dan mengkaji isu-isu strategis yang terkait dengan kemampuan literasi guru dan peserta didik di wilayah masing-masing; b. membuat kebijakan daerah untuk mendukung pelaksanaan program; c. melakukan sosialisasi konsep, program, dan kegiatan literasi di satuan pendidikan di kabupaten/kota masing-masing;
  • 30. 22 d. merencanakan dan melaksanakan pendampingan dan pelatihan kepada warga sekolah untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memberikan pelayanan pendidikan terutama pelaksanaan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik; e. memantau serta memastikan ketersediaan buku referensi dan buku pengayaan di sekolah; f. melakukan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan literasi di tingkat kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan masyarakat; dan g. membuat rencana tindak lanjut berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan program. 4. Satuan Pendidikan a. mengidentifikasi kebutuhan sekolah dengan mengacu pada Standar Pendidikan Nasional atau minimal mengacu pada Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar; b. melaksanakan kegiatan pembiasaan harian, mingguan, bulanan, dan semester sebagaimana dijabarkan dalam Permendikbud Nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti; c. melaksanakan pelatihan guru untuk meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik; d. memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah dengan maksimal untuk memfasilitasi pembelajaran; e. mengelola perpustakaan sekolah dengan baik; f. menginventarisasi semua prasarana yang dimiliki sekolah (salah satunya buku). g. menciptakan ruang-ruang baca bagi warga sekolah; h. melaksanakan kegiatan membaca selama 15 menit sebelum pembelajaran; i. mengawasi dan mewajibkan peserta didik membaca sejumlah buku sastra dan menyelesaikannya dalam kurun waktu tertentu; j. Komite Sekolah mendukung dan terlibat aktif dalam kegiatan gerakan literasi sekolah; k. merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang melibatkan orangtua dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran mereka terhadap literasi agar
  • 31. 23 perlakuan yang diberikan kepada peserta didik di sekolah bisa ditindaklanjuti di dalam keluarga dan di tengah masyarakat; l. merencanakan dan atau bekerja sama dengan pihak lain yang melaksanakan berbagai kegiatan literasi; m. melakukan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan literasi yang dilaksanakan; dan n. membuat rencana tindak lanjut berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan program. 5. Masyarakat a. ikut terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan sekolah untuk meningkatkan kemampuan literasi warga sekolah; dan b. menyelenggarakan gerakan publik, antara lain gerakan membacakan buku untuk anak, gerakan mengumpulkan buku anak dan menyalurkannya ke taman- taman bacaan, dan gerakan untuk menghidupkan taman-taman bacaan di ruang publik yang ramah anak. C. Tahapan Pengembangan Gerakan Literasi Sekolah GLS dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan sekolah di seluruhIndonesia.Kesiapaninimencakupkesiapankapasitasfisiksekolah(ketersediaan fasilitas, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga sekolah (peserta didik, tenaga pendidik, orangtua, dan komponen masyarakat lain), dan kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relevan). Untuk memastikan keberlangsungannya dalam jangka panjang, program literasi sekolah dilaksanakan dengan peta sebagai berikut. Tahap ke-1: Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem sekolah
  • 32. 24 Pembiasaan ini bertujuan menumbuhkan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah. Penumbuhan minat baca merupakan hal fundamental bagi pengembangan kemampuan literasi lanjut. Tahap ke-2: Pengembangan lebih lanjut minat baca untuk kemampuan literasi tahap berikutnya Kegiatanliterasipadatahapinidiharapkanmampumengembangkankemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif (verbal, tulisan, visual, digital) melalui respons terhadap bacaan. Tahap ke-3: Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi Dalam tahap ini, pembelajaran semua mata pelajaran dilakukan dengan merujuk pada ragam teks (cetak/visual/digital) yang tersedia dalam format buku-buku pengayaan. Guru diharapkan bersikap kreatif dan proaktif mencari referensi pembelajaran yang relevan dan mengurangi kebergantungan pada buku teks pelajaran dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Beberapa manfaat dari pembelajaran berbasis literasi, antara lain a. meningkatkan kapasitas guru dan tenaga pendidik lain dalam mengelola sumber daya sekolah untuk mengoptimalkan pembelajaran sesuai dengan minat, potensi peserta didik, dan budaya lokal, tenaga pendidik akan menjadi figur teladan literasi dan pembelajar sepanjang hayat; b. pembelajaran berbasis literasi mengakomodasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Cara Belajar Peserta Didik Aktif) sehingga sekolah perlahan-lahan akan beralih dari metode konvensional/klasikal di mana guru menyediakan informasi untuk pembelajaran; c. mengurangi beban kognitif peserta didik dalam mengolah pengetahuan karena pembelajaran akan disajikan melalui buku-buku pengayaan yang berkualitas baik dan menarik; d. warga sekolah akan terbiasa mengolah informasi sesuai dengan kemanfaatan, akurasi konten, kepatutan dengan usia, dan tujuan pembelajaran;
  • 33. 25 mampumencari pengetahuansecara mandiri dan dapat menerapkan metoda pembelajaran yang sesuai dengan minat dan potensi mereka; dan e. warga sekolah akan terhubung dengan jejaring komunitas literasi karena pembelajaran berbasis literasi akan membutuhkan partisipasi publik serta dunia industri dan usaha. . Bagan 3.3 Peta Pengembangan Literasi Sekolah dalam Skema 3 Tahap Pembiasaan Pengembangan Pembelajaran Tabel 3.1 Fokus Kegiatan dalam Pengembangan Gerakan Literasi Sekolah TAHAPAN KEGIATAN PEMBIASAAN 1. membangun ekosistem gerakan literasi sekolah dengan fokus pada lingkungan fisik 2. membaca selama 15 menit setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan nyaring (read aloud), membaca dalam hati (sustained silent reading), dan peta cerita (story mapping) PENGEMBANGAN 1. mengembangkan ekosistem literasi sekolah yang mencakup lingkungan fisik, sosial afektif, dan akademik 2. membaca selama 15 menit setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan nyaring (read aloud), membaca dalam hati (sustained silent reading), dan peta cerita (story mapping) 3. Peningkatan kemampuan literasi melalui 2 jam pelajaran literasi di saat kunjungan perpustakaan PEMBELAJARAN Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi
  • 34. 26 D. Strategi 1. Strategi Umum Peningkatankapasitassemuapemangkukepentinganterkaitkegiatanliterasimerupakan sesuatu yang mutlak dilakukan. Sebab, sebagai gerakan bersama, kegiatan literasi meniscayakan semua pelaku adalah subjek. Tidak ada objek. Bisa jadi, program yang digulirkan oleh tingkat tertentu juga berlaku bagi para pelaku di tingkat tersebut. Peningkatan kapasitas di semua lini, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/ kota, hingga satuan pendidikan, dapat dilakukan melalui pelaksanaan gerakan literasi di lingkungan satuan pendidikan dasar dan menengah mulai dari SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB (SDLB, SMPLB, SMALB) dengan strategi, antara lain: a. menggulirkan dan menggelorakan gerakan literasi di sekolah; b. menyiapkan kebijakan pimpinan dari pusat sampai daerah dengan program literasi yang jelas, terukur, dan dapat dilaksanakan sampai tingkat satuan pendidikan; c. meningkatkan kapasitas sekolah untuk menyuburkan tumbuh-kembangnya literasi warga sekolah: 1) sarana prasarana/lingkungan sekolah, perpustakaan, dan buku, dan 2) sumber daya manusia (pengawas, kepala sekolah, guru, pustakawan, komite sekolah); d. menyemai gerakan literasi akar rumput; e. meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya literasi; f. memberikan apresiasi atas capaian literasi berupa pemberian penghargaan literasi (Adiliterasi); dan g. melaksanakan monitoring dan evaluasi untuk peningkatan berkelanjutan bagi literasi sekolah..
  • 35. 27 2. Strategi Pelaksanaan Strategi pelaksanaan dapat dipaparkan pada Bagan 3.4 berikut. Bagan 3.4 Strategi Pelaksanaan Literasi Sekolah Kapitalitas Pemda Sosialisasi Kemendikbud, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kab/Kota PelaksanaanLiterasi Kapitalitas Warga Sekolah PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN 1. Pelaksanaan Pembelajaran 2. Pembiasaan 3. Pengelolaan Sarpras Pelatihan Kepala Sekolah Pelatihan Guru Pelatihan Tenaga Kependidikan Pustakawan Ketersediaan Sarpras Perencanaan dan Penganggaran yang Baik berdasarkan analisa kebutuhan Sosialisasi Komite Sekolah Di tingkat sekolah, kesuksesan gerakan literasi ditentukan oleh adanya dukungan pemerintah daerah dalam melakukan sosialisasi, meningkatnya peran dan kapasitas warga sekolah (kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, pustakawan, dan Komite Sekolah). Peningkatan kapasitas ini dapat dilakukan melalui pelatihan dan pendampingan. Selain itu, keberlangsungan program literasi juga ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana sekolah yang menunjang kegiatan literasi. E. Peningkatan Kapasitas Peningkatan kapasitas di semua lini, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan, dapat dilakukan melalui tiga pendekatan: 1. Sosialisasi Sosialisasi dilakukan dengan tujuan agar program dan kebijakan terkait literasi tersampaikan ke publik secara massif dan mudah diakses. Semua lapisan masyarakat,
  • 36. 28 kapanpun dan di manapun, dapat dengan mudah mengakses informasi penting seputar kegiatan literasi. Perlu diperhatikan, sosialisasi tidak selesai pada sampainya informasi kepada masyarakat. Masyarakat juga harus terlibat dalam kegiatan sosialisasi tersebut. Maka, kegiatan sosialisasi harus dikemas semenarik mungkin untuk memikat minat masyarakat, terutama kalangan pelajar. Pengemasan materi sosialisasi juga harus dilakukan dengan strategi matang. Sebab, tujuan sosialisasi bukan hanya agar orang lain tahu, melainkan turut melakukan. 2. Lokakarya Lokakarya diperlukan untuk menyamakan persepsi dan menentukan langkah bersama dalam gerakan literasi. Forum ini mengundang sejumlah pihak terkait dan berkompeten untuk membahas berbagai persoalan dari sudut pandang ilmiah mengenai problematika literasi dan cara terbaik penanganannya. Lokakarya dapat menghasilkan rekomendasi dan kesepakatan di bidang literasi yang mengikat semua pihak untuk menjalankannya secara konsisten. 3. Pendampingan Pendampingan adalah upaya untuk memastikan keberlangsungan program literasi sekolah. Pendampingan dilakukan melalui dua cara, yaitu pendampingan teknis dan pendampingan operasional. a) Pendampingan teknis berupa penguatan kapasitas guru dan tenaga pendidik melalui pelatihan-pelatihan dan semiloka. b) Pendampingan operasional diberikan dalam bentuk saran-saran kegiatan dan petunjuk langsung yang diberikan sebagai bagian dari kegiatan harian literasi sekolah. Pendampingan operasional biasanya berupa kunjungan terhadap kepala sekolah dan tenaga pendidik (pustakawan, guru) dan saran-saran perbaikan program atau pemecahan masalah. Idealnya, pendampingan teknis dan pendampingan operasional diberikan oleh orang yang sama. Hal ini bertujuan untuk memastikan agar materi-materi yang diberikan dalam kegiatan pendampingan teknis dapat diimplementasikan dalam kegiatan harian sekolah. Namun, seandainya hal ini tidak mungkin, pendampingan operasional dapat
  • 37. 29 diberikan oleh pengawas, anggota tim LPMP, atau tokoh LSM yang memiliki visi literasi. 4. Penyediaan Sarana dan Prasarana Agar berjalan efektif dan komprehensif, gerakan literasi membutuhkan dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Dukungan ini dapat berupa dokumen, infrastruktur, program, dan produk pendukung lainnya. Alokasi anggaran memadai sangat penting untuk mendukung pengadaan semua keperluan tersebut. Penyediaan sarana dan prasarana dapat berasal dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan pemangku kepentingan lainnya. F. Target Pencapaian Program literasi sekolah diharapkan akan menciptakan ekosistem sekolah yang literat. Ekosistem sekolah yang literat adalah lingkungan sekolah yang 1. menyenangkan dan ramah anak sehingga menumbuhkan semangat warganya dalam belajar; 2. semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama; 3. menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan; 4. memampukan warganya cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi pada ling­ kungan sosialnya; dan 5. mengakomodasi partisipasi seluruh warga dan lingkungan eksternal sekolah.
  • 38. 30 Tabel 3.2 Ekosistem Sekolah yang Diharapkan di Setiap Jenjang SD Ekosistem SD yang literat adalah kondisi yang menanamkan dasar-dasar sikap dan perilaku empati sosial dan cinta kepada pengetahuan. SMP Ekosistem SMP yang literat adalah kondisi yang memungkinkan pengembangan sikap kreatif, inovatif, perilaku empati sosial, dan cinta kepada pengetahuan. SMA Ekosistem SMA yang literat adalah kondisi yang memungkinkan pengembangan sikap dan perilaku kritis dan ilmiah. SMK Ekosistem SMK yang literat adalah kondisi yang memungkinkan pengembangan sikap kritis, kreatif, inovatif, berjiwa wirausaha, dan cinta kepada pengetahuan. SLB Ekosistem SLB yang literat adalah kondisi yang memungkinkan pengembangan sikap dan perilaku yang baik, berempati sosial, mandiri, dan terampil. Kemampuan literasi ditumbuhkan secara berkesinambungan pada satuan pendidikan SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB. Perkembangan teknologi dan media menuntut kemampuan literasi peserta didik yang terintegrasi, dengan fokus kepada aspek kreativitas, kemampuan komunikasi, kemampuan berpikir kritis, dan satu hal yang penting adalah kemampuan untuk menggunakan media secara aman (media safety) seperti yang dipaparkan pada Tabel 3.3 berikut. Tabel 3.3 Peta Kompetensi Literasi Sekolah di Tahap Pertama Gerakan Literasi Jenjang Komunikasi Berpikir Kritis Keamanan Media (Media Safety) SD/SDLB awal mengartikulasikan empati terhadap tokoh cerita memisahkan fakta dan fiksi mampu menggunakan teknologi dengan bantuan/ pendampingan orang dewasa SD/SDLB lanjut mempresentasikan cerita dengan efektif mengetahui jenis tulisan dalam media dan tujuannya mengetahui batasan unsur dan aturan kegiatan sesuai konten SMP/SMPLB bekerja dalam tim, mendiskusikan informasi dalam media menganalisis dan mengelola informasi dan memahami relevansinya memahami etika dalam menggunakan teknologi dan media sosial SMA/SMK/ SMALB mempresentasikan analisis dan mendiskusikannya menganalisis stereotip/ ideologi dalam media memahami landasan etika dan hukum/aturan teknologi
  • 39. 31 Kompetensi berjenjang tersebut dicapai melalui kegiatan yang relevan di satuan pendidikan SD/SDLB, SMP/SMPLB, dan SMA/SMK/SMLB. Fokus kegiatan di tiaptiap jenjang perlu melibatkan aspek-aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis yang didukung oleh jenis bacaan dan sarana/prasarana yang sesuai dengan kegiatan di setiap jenjang. Hal ini dijabarkan sebagai berikut. Tabel 3.4 Cakupan Kegiatan Literasi Berdasarkan Kompetensi pada Tahap Pertama Gerakan Literasi  Jenjang Menyimak Membaca Kegiatan Jenis Bacaan Sarana & Prasarana SD awal menyimak cerita untuk menumbuhkan empati mengenali dan membuat inferensi, prediksi, terhadap gambar membacakan buku cerita dengan nyaring, membaca dalam hati buku cerita bergambar, buku tanpa teks, buku dengan teks sederhana, baik fiksi maupun nonfiksi sudut buku kelas, perpustakaan, area baca, kantin, kebun sekolah SD lanjut menyimak (lebih lama) untuk memahami isi bacaan memahami isi bacaan dengan berbagai strategi (mengenali jenis teks, membuat inferensi, koneksi dengan pengalaman/teks lain, dll) membacakan buku cerita dengan nyaring, membaca dalam hati buku cerita bergambar, buku bergambar kaya teks, buku novel pemula, baik dalam bentuk cetak/digital/visual sudut buku kelas, perpustakaan, area baca, kantin, kebun sekolah SMP menyimak untuk memahami makna implisit dari cerita/ pendapat penulis memahami isi bacaan dengan berbagai strategi (mengenali jenis teks, membuat inferensi, koneksi dengan pengalaman/teks lain, dll) membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati Novel anak, artikel media, komik, semua jenis tulisan (narasi, ekspositori, argumentatif), dalam bentuk cetak/digital/ visual sudut buku kelas, perpustakaan, area baca, kantin, kebun sekolah SMA/ SMK menyimak cerita dan melakukan analisis kritis terhadap tujuan/ pendapat penulis mengembangkan pemahaman terhadap bacaan menurut tujuan penulisan, konteks, dan ideologi dalam penulisannya membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati Semua jenis teks cetak/visual/digital yang sesuai dengan peruntukan usia sudut buku kelas, perpustakaan, area baca, kantin, kebun sekolah
  • 40. 32
  • 41. BAB IV PELAKSANAAN GERAKAN LITERASI DI SD Kegiatan literasi di SD membutuhkan partisipasi semua pemangku kepentingan di tingkat pemerintahan, mulai tingkat pemerintah pusat, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta satuan pendidikan di tingkat SD. Di tingkat satuan pendidikan, yang menerima perlakuan (intervensi) adalah kepala sekolah, pengawas, guru, komite sekolah, orangtua, dan masyarakat termasuk dunia usaha dan industri. Perlakuan yang akan diberikan kepada setiap unsur akan berbeda sesuai dengan peran dan kapasitasnya dalam pendidikan terkait dengan kebijakan yang berlaku. Dari unsur masyarakat dapat melibatkan, antara lain, lembaga masyarakat di bidang pendidikan dan kebudayaan, perpustakaan masyarakat, taman bacaan masyarakat, dan para tokoh masyarakat. Pelibatan dari dunia usaha atau industri dapat berupa gerakan pendidikan yang merupakan implementasi dari tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Kesuksesan gerakan literasi SD dapat dicapai apabila tiap-tiap pemangku kepentingan memiliki kapasitas yang memadai untuk melaksanakan gerakan literasi sesuai dengan perannya masing-masing. A. Tahapan Pengembangan Literasi di SD Gerakan literasi di SD dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan SD di seluruh Indonesia. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas fisik SD (ketersediaan fasilitas, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga SD (peserta didik, tenaga pendidik, orangtua, dan komponen masyarakat lain), dan kesiapan sistem pendukunglainnya(partisipasipublik,dukungankelembagaan,danperangkatkebijakan
  • 42. 34 yang relevan). Untuk memastikan keberlangsungannya dalam jangka panjang, gerakan literasi SD dilaksanakan dengan pemetaan sebagai berikut. Tahap ke-1: Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem sekolah. Fokus kegiatan pada tahap ini adalah sebagai berikut. a. Implementasi dan sosialisasi kegiatan membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai Kegiatan membaca yang dapat dilakukan adalah membacakan buku dengan nyaring (read aloud) dan membaca dalam hati (sustained silent reading/SSR). Selain itu, peserta didik dapat menonton film pendek dan mendiskusikannya. Pada kegiatan ini, peserta didik diharapkan untuk tidak dibebani dengan tugas menulis tanggapan terhadap bacaan (resume atau simpulan terhadap bacaan). Tabel 3.5 Dua Cara Pembiasaan Membaca di SD Dua Cara Menjadikan Peserta Didik Gemar Membaca 1 Membaca nyaring (read aloud) yang dilakukan oleh guru/pustakawan/kepala SD. 2 Membaca dalam hati (sustained silent reading) adalah waktu yang diberikan kepada peserta didik untuk membaca tanpa gangguan. Tujuan: 1. memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan; 2. memberikan contoh bagaimana cara membaca; 3. melatih peserta didik menyimak; 4. menjadikan guru/pustakawan/kepala SD teladan membaca. Tujuan: 1. memberi kesempatan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan serta kelancaran membaca melalui kegiatan membaca untuk kesenangan; 2. meningkatkan motivasi kepada peserta didik untuk membaca; 3. membangun kebiasaan membaca; 4. melatih peserta didik untuk berkonsentrasi.
  • 43. 35 Tabel 3.6 Langkah-langkah Membaca Nyaring A. Langkah-Langkah Membaca Nyaring (Read Aloud) 1. Persiapan yang perlu dilakukan a. memahami tujuan dan metode membaca nyaring (read aloud); b. merencanakan tujuan membaca; c. mengetahui tingkat kemampuan berpikir dan membaca peserta didik; d. memilih buku yang berkualitas baik dan memiliki isi yang disesuaikan dengan perkembangan nalar peserta didik (termasuk perkembangan tren atau minat peserta didik); e. melakukan kegiatan prabaca dan baca ulang dengan tujuan 1) mengetahui jalannya cerita, atau isi/pesan dalam setiap buku yang dibaca; 2) mengetahui letak tanda-tanda baca sehingga memungkinkan untuk mengatur intonasi suara agar menarik atau menentukan kapan harus jeda; 3) mengantisipasi pertanyaan yang ditanyakan oleh peserta didik; 4) melakukan prediksi atau menghubungkan isi bacaan dengan hal lain yang relevan; f. menulis pertanyaan-pertanyaan sebagai bahan diskusi; g. melatih intonasi, volume suara, dan gerak tubuh agar dapat membacakan buku dengan menarik serta ekspresi wajah yang mendukung; h. membuat perencanaan agar kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman peserta didik atas bacaan. 2. Sebelum membaca nyaring a. memulai dengan percakapan pembuka dan menyebutkan mengapa memilih bahan bacaan tersebut; b. menunjukkan sampul buku cerita yang akan dibacakan dan menyampaikan gambaran singkat cerita; c. menyebutkan judulnya, pengarang, dan ilustratornya; d. menggali pengalaman peserta didik, misalnya dengan menanyakan: Apakah ada di antara mereka yang pernah membaca buku tersebut? Apakah ada yang memiliki buku itu? Atau apakah ada di antara mereka yang dapat menduga isi buku itu?; e. mulai menyusuri ilustrasi kalau terdapat dalam buku atau bahan bacaan; f. melaksanakan/mengupayakan kegiatan membaca semenarik mungkin; g. memperhatikan tujuan-tujuan membaca nyaring. 3. Saat membaca nyaring a. suara dapat didengar seluruh peserta didik: tidak terlalu cepat, disertai intonasi, ekspresi, dan gestur yang mendukung; b. menjaga interaksi dengan pelibatan emosi yang positif; c. bersikap responsif dalam berkomunikasi dengan peserta didik; d. membantu peserta didik untuk belajar mendengar dan menyimak; e. menjadikan bacaan sebagai media untuk berbagi informasi; f. mengajak peserta didik untuk aktif bertanya; g. menjadikan isi bacaan sebagai ajang diskusi; h. mengajak peserta didik membuat peta cerita (story map) apabila waktu memungkinkan; i. mengajak peserta didik untuk mengungkapkan secara lisan apa yang didengar atau dibacakan dan apa yang dipikirkan (think aloud) terkait bacaan; j. mengembangkan proses metakognitif (mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis serta sintesis, evaluasi, reflesi, dan kontemplasi).
  • 44. 36 4. Setelah membaca nyaring a. Kegiatan lanjutan yang dianjurkan, antara lain 1) meminta peserta didik mengajukan pertanyaan; 2) guru mengajukan pertanyaan seandainya peserta didik tidak bertanya; 3) meminta peserta didik untuk menceritakan ulang bacaan dengan kata- katanya sendiri; 4) mengajak peserta didik melakukan aktivitas lain untuk mengembangkan cerita/bahan bacaan seperti membuat surat, kartu, poster atau keterampilan lain yang berhubungan dengan isi bacaan; b. meletakkan buku atau materi bacaan di tempat yang mudah dilihat dan dijangkau oleh tangan peserta didik; c. mencatat judul buku yang telah dibacakan. Tabel 3.7 Langkah-langkah Membaca Dalam hati 1. Persiapan membaca dalam hati a. memahami tujuan dan metode membaca dalam hati (sustained silent reading); b. membuat daftar bacaan untuk mengetahui kesesuaiannya dengan peserta didik dan untuk mengantisipasi pertanyaan yang muncul. 2. Sebelum membaca dalam hati dilakukan a. menawarkan kepada peserta didik apakah mereka memilih sendiri buku yang ingin dibaca dari sudut baca kelas atau membawanya sendiri dari rumah; b. membebaskan peserta didik untuk memilih buku yang sesuai dengan minat dan kesenangannya; c. memberi semangat kepada peserta didik bahwa ia harus membaca buku tersebut sampai selesai, dalam kurun waktu tertentu, bergantung pada ketebalan buku; d. membolehkan peserta didik untuk mencari buku lain apabila isi buku dianggap kurang menarik; e. membolehkan peserta didik untuk memilih tempat yang disukainya untuk membaca; f. menyediakan buku-buku dengan jenis dan judul yang variatif. 3. Saat membaca dalam hati Peserta didik dan guru bersama-sama membaca buku masing-masing dengan tenang selama 15 menit. 4. Setelah membaca dalam hati Guru dapat menggunakan 5–10 menit setelah membaca untuk bertanya kepada peserta didik tentang buku yang dibaca. b. Pengembangan lingkungan fisik sekolah untuk menumbuhkan minat pada literasi Hal ini mencakup: 1) pengembangan perpustakaan sekolah, sudut buku kelas, dan area baca;
  • 45. 37 Perpustakaan merupakan salah satu prasarana literasi yang seharusnya berfungsi sebagai pusat pembelajaran di SD. Pengembangan dan penataan perpustakaan menjadi bagian penting dari pelaksanaan gerakan literasi SD dan pengelolaan pengetahuan yang berbasis pada bacaan. Perpustakaan yang dikelola dengan baik mampu meningkatkan minat baca warga SD dan menjadikan mereka pembelajar sepanjang hayat. Dengan memperhatikan kesiapan sumber daya yang ada di SD, dapat dikembangkan prasarana literasi agar perpustakaan berfungsi optimal. Perpustakaan SD idealnya berperan dalam mengoordinasi pengelolaan sudut buku kelas, area baca, dan prasarana literasi lain di SD. Ihwal ketiganya dipaparkan pada tabel 3.8 berikut. Tabel 3.8 Pengembangan Perpustakaan SD, Sudut Buku Kelas, dan Area Baca Perpustakaan SD Sudut Buku Kelas Area Baca SD • Pusat pengelolaan pengetahuan dan sumber belajar di SD, dikelola di bawah tanggung jawab kepala SD. • Dalam pengoperasi- annya, perpustakaan SD dilaksanakan oleh tim perpustakaan yang terdiri atas tenaga yang terlatih di dalam pengelolaan bahan literasi • Untuk optimalisasi layanan, perpustakaan dapat dilengkapi berbagai sistem dan aplikasi untuk penca- tatan pengunjung, aktivitas membaca, dan pengembangan budaya literasi SD • Sudut buku kelas, yaitu sebuah sudut di kelas yang dilengkapi dengan koleksi buku yang ditata secara menarik untuk meningkat- kan minat baca peserta didik • Sudut di ruangan kelas yang digunakan untuk memajang koleksi bacaan dan karya peserta didik. • Penyediaan buku untuk mendukung aktivitas pembelajaran di kelas. • Berperan sebagai perpanjangan fungsi perpustakaan SD, yaitu mendekatkan buku kepada peserta didik. • Dikelola oleh guru, peserta didik, dan orangtua. • Area baca SD, meliputi semua area di lingkungan sekolah (serambi, koridor, halaman, kebun, ruang kelas, dll.) yang ditata untuk meningkatkan minat baca peserta didik. • Lingkungan fisik SD yang mendukung pelaksanaan kegiatan literasi SD. • Dapat mencakup kantin, tempat ibadah, ruang tunggu orangtua, serambi, halaman, kebun, dan area lainnya. • Dilengkapi dengan prasarana yang nyaman (meja, kursi, rak-rak buku) untuk membuat peserta didik betah membaca. Ini bisa dilakukan, antara lain dengan membuat ruang baca terbuka di SD, dengan menyediakan kursi dan meja baca di taman SD.
  • 46. 38 2) Pengembangan sarana lain (UKS, kantin, kebun sekolah) yang mendukung penumbuhan minat terhadap literasi Pelaksanaan UKS di SD merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhikarenaterkaitdengangayahidupsehat.Selamainikegiatan yang terkait dengan UKS, antara lain mencuci tangan, toileting, kebersihan, kerapian, dan keindahan. Sentuhan aktivitas literasi dapat memperkaya kegiatan UKS, di antaranya pembuatan poster kesehatan/kebersihan; me­ngumpulkan dan menulis peribahasa- peribahasa yang terkait dengan gaya hidup sehat, kebersihan, kerapian, serta keindahan. Kantin selama ini identik dengan tempat kegiatan jual-beli makanan dan minuman. Sebagian besar kantin sekolah kondisinya memprihatinkan karena menjual berbagai makanan dengan bahan dan kemasan tidak sehat. Kondisi kantin seperti ini harus diubah dengan cara memfungsikan kantin sebagai pusat berkembangnya teknologi makanan dan peri kehidupan yang beradab. Teknologi makanan terkait dengan cara membersihkan, menyimpan, memasak atau mengolah makanan, menyajikan, dan mengemas makanan. Dengan demikian, aktivitas di kantin akan memperkuat proses
  • 47. 39 pembelajaran yang terintegrasi dengan sains, matematika, bahasa, seni, muatan lokal, revolusi hijau, dan sebagainya. Memfungsikan kebun sekolah sebagai laboratorium hidup pun tak kalah pentingnya. Anak-anak akan memiliki pengetahuan beragam jenis tanaman hias, tanaman obat, tanaman pangan, tanaman bumbu dapur, dan buah-buahan yang bermanfaat untuk kehidupan. Dari kebun sekolah ini beragam aktivitas dapat dikembangkan untuk memperkuat proses pembelajaran secara terintegrasi. 3) Pengembangan koleksi teks cetak (buku bacaan nonteks pelajaran, kliping koran/majalah, dll), serta visual dan digital (film dan materi dari internet) apabila sekolah telah memiliki perangkat teknologi yang relevan. Dalam kegiatan membaca selama 15 menit, peserta didik perlu dibantu untuk memilih buku yang diminatinya. Bantuan yang diberikan hanya sebatas memberi saran sesuai dengan tingkat kemampuan membaca mereka agar kegiatan membaca menjadi menyenangkan. Buku-buku yang dibacakan atau dibaca sendiri
  • 48. 40 oleh peserta didik berperan penting dalam meningkatkan minat baca dan kesiapan belajar mereka. Karena itu, guru perlu membekali diri dengan kemampuan memilih bahan bacaan sesuai dengan pemeringkatan kapasitas membaca (leveling reading). Selain itu, peserta didik perlu terpajan pada beragam jenis buku yang sudah diperingkat (leveling book). Berikut ini adalah tabel elemen-elemen yang perlu diperhatikan guru dalam memilih buku bacaan. Tabel 3.9 Elemen dalam Memilih Bahan Bacaan di SD Elemen Dalam Memilih Bahan Bacaan yang Baik 1 Tingkat kemampuan membaca 2 Konten bacaan yang sesuai dengan tahap perkembangan psikologis 3 Ilustrasi 1) Pembaca Pemula : Pemula Usia dasar >6-9 tahun) SD kelas rendah • Peserta didik didampingi dalam pemilihan buku. • Buku mengandung informasi yang sederhana. • Cerita mengandung nilai optimisme, bersifat inspiratif, dan mengembangkan imajinasi. • Buku mengandung pesan nilai-nilai (values) sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak dalam berbagai aspek, antara lain moral, sosial, kognitif. • Ilustrasi memiliki alur yang mudah dipahami, dan dapat bersifat imajinatif. • Teks tidak perlu mengulangi apa yang sudah digambarkan oleh ilustrasi. 2) Pembaca Pemula : Usia dasar (>9-12 tahun) – SD kelas tinggi • Peserta didik dapat memilih buku secara mandiri. • Buku mengandung informasi yang lebih maju tingkatannya, contohnya buku konsep. • Cerita mengandung nilai optimisme, bersifat inspiratif, dan mengembangkan imajinasi. • Buku mengandung pesan nilai-nilai (values) sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak dalam berbagai aspek, antara lain moral, sosial, kognitif. • Ilustrasi memiliki alur yang baik dan dapat bersifat imajinatif. • Ilustrasi berfungsi melengkapi alur cerita.
  • 49. 41 4) Pembuatan bahan kaya teks (print rich materials) Untuk menumbuhkan budaya literasi, SD dan ruang kelas perlu menjadi lingkungan yang kaya literasi. Penciptaan lingkungan kaya literasi bertujuan memaparkan peserta didik kepada sebanyak mungkin ragam teks sehingga meningkatkan kemampuan literasi mereka. Contoh-contoh bahan kaya literasi adalah a. karya-karya peserta didik berupa tulisan, gambar, atau grafik; b. poster-poster yang terkait pelajaran, poster buku, poster kampanye membaca, dan poster kampanye lain yang bertujuan menumbuhkan cinta pengetahuan dan budi pekerti; c. dinding kata; d. label nama-nama peserta didik pada barang-barang mereka yang disimpan di kelas (apabila ada); e. jadwal harian, pembagian kelompok tugas kelas; f. surat, resep, kupon, kliping, foto kegiatan peserta didik; g. label nama-nama pada setiap benda di ruang kelas; h. komputer dan/atau perangkat elektronik lain yang mendukung kegiatan literasi; i. buku dan sumber informasi lain (koran, majalah, buletin); j. papan buletin; k. poster dan mainan alfabet; l. kaset cerita, DVD, dan bahan digital/eletronik yang mendukung kegiatan literasi, m. perangkat berkarya dan menulis seperti alat tulis, alat warna, alat gambar, kertas gambar, kertas bekas, busa, kertas prakarya, surat, kertas surat, amplop, koran bekas, kertas sampul, dll.; n. boneka, balok-balok, kostum, dan permainan edukatif lain untuk digunakan dalam permainan peran (menjadi dokter atau juru masak yang menulis resep, atau pelayan restoran yang menulis daftar pesanan);
  • 50. 42 o. ucapan selamat datang dan kata-kata yang memotivasi di pintu kelas, lorong SD, dan tempat-tempat lain yang mudah dilihat; dan p. semua bahan dan alat harus disimpan di tempat yang mudah diraih oleh peserta didik dan perlu dikelompokkan menurut fungsinya (alat gambar disimpan terpisah dari mainan, alat untuk bermain peran, dan lain-lain.). Peserta didik perlu mengetahui di mana mereka dapat menemukan bahan-bahan yang mereka perlukan. Tahap ke-2: Pengembangan lanjut minat baca untuk kemampuan literasi lanjut Fokus kegiatan pada tahap ini adalah a. Pengembangan lingkungan fisik, afektif, dan akademik untuk men­ dukung kegiatan literasi. Hal ini mencakup, antara lain 1) memasukkan kegiatan berbasis literasi pada perayaan hari besar di sekolah;
  • 51. 43 2) memberikan penghargaan kepada pencapaian perilaku positif, kepedulian sosial, dan semangat belajar peserta didik; penghargaan ini dapat dilakukan setiap upacara bendera Hari Senin dan peringatan lain; 3) membentuk Tim Literasi Sekolah yang terdiri dari tenaga kependidikan, orang tua, dan elemen masyarakat lain; dan 4) kegiatan-kegiatan akademik lain yang mendukung terciptanya budaya literasi di sekolah (belajar di kebun sekolah, belajar di lingkungan luar sekolah, wisata perpustakaan kota/daerah serta taman bacaan masyarakat, dan lain-lain.). b. Pengembangan kemampuan literasi melalui kegiatan di perpustakaan sekolah/ perpustakaan kota/daerah atau taman bacaan masyarakat atau sudut baca kelas selama 2 jam pelajaran setiap minggu. Dalam 2 jam pelajaran ini dapat dilakukan berbagai kegiatan literasi, antara lain 1) membacakan buku dengan nyaring (read aloud), membaca dalam hati (sustained silent reading), membaca bersama (shared reading) dan membaca terpandu (guided reading); kegiatan menonton film pendek atau materi dari internet juga termasuk membaca teks visual/digital; 2) peserta didik membuat ulasan terhadap teks (cetak/visual/digital), fiksi dan nonfiksi, melalui beberapa kegiatan, antara lain a) menggambar; b) menceritakan ulang isi teks dengan bahasa yang sederhana dan kreatif, sesuai dengan kemampuannya; c) bermain peran/drama; d) berkarya membuat sesuatu (craft); e) menulis ulasan dalam bentuk narasi, fiksi, puisi, surat kepada tokoh dalam bacaan, teks deskriptif, teks analitis, atau teks argumentatif, sesuai kemampuannya; dan f) melakukan penelitian secara individual dan kelompok, yang dalam kegiatannya, peserta didik dapat mengeksplorasi
  • 52. 44 teks lain yang relevan dan melakukan pendalaman melalui wawancara, diskusi, membuat angket sederhana, dan lain-lain. Tahap ke-3: Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi Dalam tahap ini, pembelajaran semua mata pelajaran dilakukan dengan merujuk kepada ragam teks (cetak/visual/digital) yang tersedia dalam format buku-buku pengayaan. Guru diharapkan bersikap kreatif dan proaktif mencari referensi pembelajaran yang relevan dan mengurangi kebergantungan pada buku teks pelajaran dan Lembar Kerja Peserta didik (LKS). Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut. 1) Guru melaksanakan penelitian tindakan kelas. 2) Guru mengembangkan rencana pembelajaran sendiri dengan meman­ faatkan berbagai media dan bahan ajar. 3) Guru melaksanakan pembelajaran dengan memaksimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana untuk memfasilitasi pembelajaran.
  • 53. 45 B. Target Pencapaian Literasi di SD Gerakan literasi di SD diharapkan akan menciptakan ekosistem SD yang literat. Ekosistem yang literat adalah lingkungan SD yang: 1. menyenangkan dan ramah peserta didik, sehingga menumbuhkan semangat warganya dalam belajar; 2. semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama; 3. menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan; 4. memampukan warganya cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada lingkungan sosialnya; dan 5. mengakomodasi partisipasi seluruh warga dan lingkungan eksternal SD. Ekosistem SD yang diharapkan di setiap jenjang adalah menciptakan ekosistem SD yang literat, yaitu SD yang menanamkan dasar-dasar sikap dan perilaku empati sosial dan cinta kepada pengetahuan. Di era digital ini, kemampuan literasi perlu mempertimbangkan aspek ketersediaan media di lingkunganSD. Tabel 3.10 Peta Kompetensi Literasi SD pada Tahap Pembiasaan Jenjang Komunikasi Berpikir Kritis Keamanan Media SD awal mengartikulasikan empati terhadap tokoh cerita memisahkan fakta dan fiksi mampu menggunakan teknologi dengan bantuan/pendampingan orang dewasa SD lanjutan mempresentasikan cerita dengan efektif mengetahui jenis tulisan dalam media dan tujuannya menggunakan dan mengakses informasi yang sesuai dengan usia dan norma kepatutan. Selain itu, fokus kegiatan di SD perlu melibatkan aspek-aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis yang didukung oleh jenis bacaan dan sarana/prasarana yang sesuai dengan kegiatan di setiap jenjang. Hal ini dijabarkan sebagai berikut.
  • 54. 46 Tabel 3.8 Cakupan Kegiatan Literasi Berdasarkan Kompetensi di Tahap Pertama Gerakan Literasi  Jenjang Menyimak Membaca Kegiatan Jenis Bacaan Sarana & Prasarana SD awal menyimak cerita untuk menum- buhkan empati mengenali dan membuat inferensi, prediksi, terhadap gambar membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati buku cerita bergambar, buku tanpa teks, buku dengan teks sederhana, baik fiksi maupun nonfiksi sudut buku kelas, perpustakaan, area baca SD lanjutan menyimak (lebih lama) untuk memahami isi bacaan memahami isi bacaan dengan berbagai strategi (mengenali jenis teks, membuat inferensi, koneksi dengan pengalaman/ teks lain, dll.) membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati buku cerita bergambar, buku bergambar kaya teks, buku novel pemula, baik dalam bentuk cetak/digital/ visual sudut buku kelas, perpustakaan, area baca
  • 55. BAB V MONITORING DAN EVALUASI Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berjenjang oleh semua pemangku kepentingan sesuai dengan perannya dalam strategi pelaksanaan gerakan literasi sekolah. Tiap-tiap pemangku kepentingan melaksanakan monitoring dan evaluasi dengan jangkauan yang berbeda sebagai berikut. A. Kemendikbud Kemdikbud Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan gerakan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan. Hal yang dimonitor dan dievaluasi meliputi 1. keefektifan sosialisasi di tingkat provinsi, kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan masyarakat; 2. pemahaman dan dukungan pemangku kepentingan tingkat provinsi, kabupaten/ kota, satuan pendidikan, dan masyarakat terhadap konsep literasi; 3. keefektifankegiatanpelatihanguruterutamadampakpelatihanterhadapkemampuan guru dalam merencpeserta didikan dan melakspeserta didikan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik. 1. Direktorat Pembinaan SD Direktorat Pembinaan SD melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan GLS di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan, meliputi
  • 56. 48 a. ketercapaian GLS di SD; b. keefektifan sosialisasi GLS di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan; c. keefektifan lokakarya GLS di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota dan satuan pendidikan; d. keefektifan peningkatan kapasistas GLS di provinsi, kabupaten/kota dan satuan pendidikan; e. tingkat pemahaman dan dukungan pemangku kepentingan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan masyarakat terhadap GLS; dan f. keefektifan kegiatan pendampingan/pelatihan guru terutama dampak pelatihan terhadap kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik. Hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi dijadikan masukan dan dasar dalam memperbaiki pelaksanaan GLS di tahap berikutnya, terutama terkait dengan desain induk pelaksanaan literasi, rencana, model, dan pelaksanaan sosialisasi pada semua pemangku kepentingan. 2. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) LPMP melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan GLS di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan, meliputi a. ketersediaan data tentang ketercapaian GLS di SD; b. ketersediaan data bagi pelaksanaan sosialisasi GLS di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan; c. ketersediaan data dalam lokakarya GLS di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/ kota dan satuan pendidikan; d. ketersediaan data untuk peningkatan kapasistas GLS di provinsi, kabupaten/ kota dan satuan pendidikan; e. ketersediaan data tentang tingkat pemahaman dan dukungan pemangku kepentingan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan masyarakat terhadap GLS, dan; f. ketersediaan data untuk kegiatan superviai dalam pendampingan/pelatihan guru terutama dampak pelatihan terhadap kemampuan guru dalam merencanakan
  • 57. 49 dan melaksanakan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik Hasilpelaksanaanmonitoringdanevaluasidijadikanmasukanuntukmemperbaiki pelaksanaan gerakan pada tahap berikutnya, terutama terkait dengan Grand Design pelaksanaan gerakan literasi, rencana, model, dan pelaksanaan sosialisasi kepada semua pemangku kepentingan. B. Dinas Pendidikan Provinsi Disdik Provinsi melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan gerakan dan kegiatan literasi di tingkat provinsi dan di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota. Hal yang dimonitor dan dievaluasi meliputi 1. kebijakan daerah terkait literasi; 2. dampak pelaksanaan sosialisasi kepada pemangku kepentingan tingkat provinsi dan dinas pendidikan kabupaten/kota di wilayahnya masing-masing; 3. dampak penyediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan literasi di SD; dan 4. dampak pelaksanaan kegiatan-kegiatan terkait literasi di tingkat provinsi terhadap kemampuan literasi warga SD. Hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi dijadikan masukan untuk memperbaiki pelaksanaan gerakan pada tahap berikutnya, terutama terkait dengan pelaksanaan gerakan dan kegiatan untuk mengimplementasikan kebijakan pusat dan daerah, pelaksanaan sosialisasi pemangku kepentingan tingkat provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. C. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Disdik Kabupaten/Kota melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan gerakan dan kegiatan literasi di tingkat kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan masyarakat. Hal yang dimonitor dan dievaluasi meliputi 1. kebijakan daerah terkait literasi;
  • 58. 50 2. dampak pelaksanaan sosialisasi terhadap pemahaman dan dukungan pemangku kepentingan tingkat kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan masyarakat; 3. dampak penyediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan literasi di SD jenjang pendidikan dasar. 4. keefektifan kegiatan pendampingan pelatihan guru, terutama dampak pelatihan terhadap kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik; dan 5. pelaksanaan kegiatan literasi di SD, misalnya ketersediaan buku bacaan di perpustakaan, aktivitas membaca buku non pelajaran selama 15 menit sebelum masuk jam pelajaran, dan kewajiban peserta didik membaca sejumlah buku sastra dalam jangka waktu tertentu. Hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi akan dijadikan masukan untuk memperbaiki pelaksanaan gerakan pada tahap berikutnya, terutama terkait dengan pelaksanaan gerakan dan kegiatan untuk mengimplentasikan kebijakan pusat dan kebijakan daerah, pelaksanaan sosialisasi pemangku kepentingan tingkat kabupaten/ kota, satuan pendidikan, dan masyarakat. D. Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan gerakan dan kegiatan literasi di satuan SD. Hal yang dimonitor dan dievaluasi meliputi 1. keefektifan upaya satuan pendidikan untuk pemenuhan Standar Pendidikan Nasional atau minimal memenuhi Standar Pelayanan Minimum Pendidikan Dasar; 2. keefektifan pelaksanaan kegiatan pembiasaan harian, mingguan, bulanan dan semester sebagaimana dijabarkan dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti; 3. keefektifan pelaksanaan pelatihan guru untuk meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik; 4. keefektifan dan dampak pemanfaatan sarana dan prasarana di SD dengan maksimal untuk memfasilitasi pembelajaran; 5. keefektifan dan dampak pengelolaan perpustakaan SD dengan baik terhadap pembelajaran dan kemampuan literasi warga SD;
  • 59. 51 6. pemahaman warga belajar terhadap konsep literasi digital dan kompetensinya dalam memanfaatkan sumber informasi berbasis web; 7. keefektifan dan dampak pelaksanaan inventarisasisemua prasarana yang dimiliki SD (salah satunya buku) terhadap pelayanan SD; 8. keefektifan dan dampak adanya ruang-ruang baca terhadap kemampuan literasi warga SD dan budaya SD; 9. keefektifan dan dampak pelaksanaan kegiatan membaca selama 15 menit sebelum pembelajaran terhadap minat dan budaya baca warga SD; 10. keefektifan dan dampak pelaksanaan kewajiban membaca sejumlah buku bacaan dalam kurun waktu tertentu kepada peserta didik; 11. keefektifan dan dampak pembentukan Komite Literasi SD yang dikoordinasikan dengan Komite SD di SD terhadap pelaksanaan berbagai kegiatan literasi yang dilaksanakan; 12. keefektifan dan dampak pelaksanaan kegiatan yang melibatkan orangtua dan masyarakat dengan melihat tindakan yang diberikan kepada peserta didik oleh orangtua dan masyarakat untuk menindaklanjuti perlakuan yang diterima peserta didik di SD; 13. keefektifan dan dampak pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dengan pihak lain terhadap kemampuan literasi warga SD. E. Masyarakat Masyarakat melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan gerakan dan kegiatan literasi di satuan SD. Hal yang dimonitor dan dievaluasi meliputi 1. keefektifan keterlibatan dan partisipasi dalam kegiatan SD untuk meningkatkan kemampuan literasi warga SD; dan 2. dampak gerakan publik, seperti gerakan membacakan buku untuk peserta didik, gerakan mengumpulkan buku peserta didik dan menyalurkannya ke taman-taman bacaan, dan gerakan untuk menghidupkan taman-taman bacaan di ruang publik yang ramah peserta didik terhadap gerakan literasi sekolah.
  • 60. 52
  • 61. BAB VI PENUTUP Panduan Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di SD ini diharapkan dapat memberikan fondasi dan arahan konseptual untuk memahami pelaksanaan kegiatan literasi, baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga satuan pendidikan di SD. Kegiatan literasi yang dijabarkan dalam buku panduan ini juga dilengkapi dengan panduan-panduan yang lebih rinci dalam melaksanakan kegiatan membaca selama 15 menit, pengembangan sarana prasarana literasi, pengembangan lingkungan yang kaya teks, dan pemilihan buku bacaan yang sesuai untuk kegiatan literasi di SD. Gerakan Literasi di SD, bukan hanya sebagai aktivitas membaca, menulis dan berhitung; sedangkan internet bukan hanya untuk mencari informasi atau memperoleh hiburan. Literasi seharusnya menjadi sarana untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam berpikir secara analitis, sintesis, evaluatif, kritis, imajinatif, dan kreatif. Oleh karena itu, GLS menjadi penting untuk mencapai kesadaran semua pemangku kepentingan dalam memandang kemampuan literasi sebagai ukuran kemajuan sebuah bangsa. Dengan disusunnya petunjuk teknis ini, diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemangku kepentingan dalam menyusun program, melaksanakan, dan melakukan evaluasi atas hal-hal yang harus dilakukan oleh berbagai pihak yang terkait. Petunjuk teknis ini dimaksudkan untuk memberikan ruang bagi setiap pihak terkait untuk mengetahui tanggung jawab, peran yang diharapkan, serta optimalisasi implementasi bersinergi dengan pihak lainnya agar Gerakan Literasi Sekolah ini dapat dilaksanakan dan mencapai hasil yang diharapkan bersama.
  • 62. 54 Panduan GLS ini bukan satu-satunya referensi untuk pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di SD, akan tetapi dapat membantu memberikan acuan umum pelaksanaan di sekolah. Oleh karena itu, sesuai dengan tujuan GLS, yaitu agar tercipta masyarakat Indonesia yang gemar membaca, maka sangat dimungkinkan, bahkan dianjurkan bagi setiap pihak yang akan melaksanakan juga menggunakan referensi lainnya yang relevan untuk memperkaya implementasi gerakan literasi di SD. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, apabila dipandang perlu, maka pada saatnya nanti, Panduan GLS ini dimungkinkan direvisi untuk menyesuaikan dengan hal baru yang relevan bagi upaya perbaikan. Untuk menuju hasil yang lebih baik, kepada semua pemangku kepentingan diberi ruang untuk memberikan saran dan masukan bagi perbaikan. Pertanyaan terkait pelaksanaan gerakan literasi sekolah dapat ditujukan kepada: literasi.sekolah@kemdikbud.go.id Untuk keperluan berdiskusi, dipersilakan bergabung dengan milis GLS- Kemdikbud dengan alamat: http://groups.yahoo.com/group/GLS-Kemdikbud
  • 63. 55 DAFTAR PUSTAKA Anderson, Lorin W. & Krathwol, David R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Asessing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Adisson Wesley Longman. Beers, Carol S., Beers, James W. & Smith, Jeffrey O. 2010. A Principal’s Guide to Literacy Instruction. New York: The Guilford Press. Fergueson, Brian. tt. Information Literacy: A Primer for Teachers, Librarians, and Other Informed People. Gail, Ellis., Brewster, Jean, & Mohammed, Sue.1991. Storytelling Handbook for Primary Teachers. England: Penguin. Hamilton, Emma W. 2009. Raising Bookworms: Getting Kids Reading for Pleasure and Empowerment. Sag Harbour, NY: Beech Tree Books. Mullis, Ina V.S, et al. 2012. PIRLS 2011 International Results in Reading. TIMS & PIRLS Study Center, Boston: Lynch School of Education. OECD. 2014. PISA 2012 Results in Focus. “What 15-year-olds Know and What They Can Do with What They Know”. Permendikbud No.23 Tahun 2013 tentang SPM Dikdas, Lampiran 2 menjelaskan indikator 18 “Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP dan MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi”. Hal ini menegaskan pentingnya peran buku, dalam bentuk buku teks, buku komersial (buku cerita fiksi dan non-fiksi dalam pembelajaran di sekolah). Pilgreen, Janice L. 2000. The SSR Handbook: How to Organize and Manage a Sustained Silent Reading Program. Portsmouth, NH: Heinemann Boynton Cook Publisher. Senge, Peter M. 1990. The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization. New York: Doubleday.
  • 64. 56 Trelease, Jim. 2006. Read-Aloud Handbook. England: Penguin Book. UNESCO. 2005. Development of Information Literacy: Through School Libraries in Southeast Asia Countries. Bangkok. UNESCO. 2003. The Prague Declaration. “Towards an Information Literate Society.” Wassman, Rose. & Rinsky, Lee A. 1998. Effective Reading in a Changing World, England: Penguin.