Dokumen tersebut merupakan laporan Produk Domestik Regional Bruto Kota Palangka Raya tahun 2009 yang mencakup pendahuluan, konsep dan definisi PDRB, uraian sektoral ekonomi, tinjauan ekonomi regional, dan lampiran tabel dan gambar."
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
PDRB 2009
1. ISSN : 0126 – 4796
62715 - 0901
PENDAPATAN REGIONAL
KOTA PALANGKA RAYA
TAHUN 2009
kerjasama
BADAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DAERAH
KOTA PALANGKA RAYA
Dengan
BADAN PUSAT STATISTIK
KOTA PALANGKA RAYA
2. Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
Penerbitan buku “PENDAPATAN REGIONAL KOTA PALANGKA RAYA” Tahun
2008 ini merupakan lanjutan publikasi sebelumnya yang merupakan hasil penghitungan Badan
Pusat Statistik (BPS) Kota Palangka Raya.
Sejak penerbitan publikasi tahun 2005 telah mulai dilakukan perubahan secara
menyeluruh, pada penerbitan periode 1993-2004 harga konstan menggunakan tahun dasar 1993,
maka mulai penerbitan tahun 2005 untuk harga konstan menggunakan tahun dasar 2000.
Perubahan tahun dasar dari tahun 1993 ke tahun 2000 dilakukan serempak baik bagi
penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Propinsi maupun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota se
Indonesia.
Pada penerbitan publikasi tahun 2009 ini telah dilakukan beberapa perbaikan data dari
masing-masing sektor ekonomi per lapangan usaha pada tahun-tahun sebelumnya baik itu yang
bersifat revisi ataupun melengkapi (updating) dari data yang digunakan sebagai sumber untuk
penghitungan PDRB Kota Palangka Raya.
Walaupun telah dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan namun disadari tidak
menutup kemungkinan masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penerbitan PDRB ini.
Dengan demikian kami mengharapkan adanya saran atau masukan yang berguna dari para
konsumen data untuk perbaikan dimasa mendatang. Kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga diterbitkannya buku ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya.
Palangka Raya, Juni 2010
KEPALA BAPPEDA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK
KOTA PALANGKA RAYA KOTA PALANGKA RAYA
Ir. SAING SALEH EDISON MANURUNG S.Si, M.M.
NIP. 19550515 198303 1 024 NIP. 19621110 198802 1 001
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 i
4. Daftar Tabel
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL I Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas
Dasar Harga Berlaku (Dalam Jutaan Rupiah) …………………… 33
TABEL II Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas
Dasar Harga Konstan (Dalam Jutaan Rupiah) ……………………… 35
TABEL III Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (%) ...……………….. 37
TABEL IV Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (%) ………..………. 39
TABEL V Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (Tahun 2000 = 100) … 41
TABEL VI Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (Tahun 2000 = 100) … 43
TABEL VII Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (%) ………………… 45
TABEL VIII Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (%) ………………… 47
TABEL IX Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto Menurut
Lapangan Usaha (Tahun 2000 = 100) ……………….…………… 49
TABEL X Perkembangan Beberapa Agregat Pendapatan Dan Pendapatan
Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Dan Konstan 2000 ………… 51
TABEL XI Laju Pertumbuhan Beberapa Agregat Pendapatan Dan Pendapatan
Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Dan Konstan 2000 (%) …… 52
TABEL XII Produk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan Atas Dasar
Harga Berlaku dan Konstan 2000 (Jutaan Rp) …………………..… 53
TABEL XIII Distribusi Persentase Penggunaan Produk Domestik Regional Bruto
Atas Dasar Harga Berlaku Dan Konstan 2000 (%).………………… 54
TABEL XIV Laju Pertumbuhan Penggunaan Produk Domestik Regional Bruto
Atas Dasar Harga Berlaku Dan Konstan 2000 (%).………………… 55
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 iii
5. Daftar Gambar
DAFTAR GAMBAR
Halaman
GAMBAR 1 Pertumbuhan Ekonomi Kota Palangka Raya 2005 – 2009….……. 56
GAMBAR 2 Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Tahun 2005-2009 …….…………………………… 56
GAMBAR 3 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kota
Palangka Raya Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 ..………… 57
GAMBAR 4 Produktifitas Tenaga Kerja Kota Palangka Raya menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000, 2008
dan 2009(Ribu Rupiah) …………..…………....………….……… 58
GAMBAR 5 Jumlah Tenaga Kerja Kota Palangka Raya Tahun 2000 - 2009
(orang) …………………………….…………………….…..……. 58
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 iv
6. Pendahuluan
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu sasaran pembangunan Nasional adalah tercapainya pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi dan berkesinambungan. Untuk mencapai tingkat pertumbuhan dengan struktur
ekonomi yang ditentukan, maka pembangunan perlu direncanakan dengan baik dan hasil
pembangunan harus terus-menerus dicermati. Perencanaan pembangunan dan pengamatan
terhadap hasil-hasilnya akan dapat dilakukan dengan lebih baik dan terarah, jika dilandaskan
pada data statistik yang baik dan cermat.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk wilayah regional, dalam hal ini Produk
Domestik Regional Bruto Kota Palangka Raya perlu disusun karena merupakan salah satu alat
yang cukup handal untuk perencanaan dan evaluasi hasil pembangunan secara makro. Badan
Pusat Statistik Kota Palangka Raya dalam hal ini sebagai wujud pelaksanaan fungsinya telah
melakukan penghitungan Produk Domestik Regional Bruto kota Palangka Raya setiap tahunnya.
Sejak dimulai perhitungan Produk Domestik Regional Bruto kota Palangka Raya atas dasar harga
konstan telah mengalami 3 (tiga) kali pergantian tahun dasar yaitu tahun dasar 1983, 1993 dan
tahun dasar 2000. Dengan tersedianya data PDRB dari tahun ke tahun, para pembuat
kebijaksanaan ekonomi di Kota Palangka Raya akan mampu menentukan sasaran yang tepat
terhadap hasil pembangunan pada kurun waktu tertentu.
1.2. Maksud dan Tujuan
Perencanaan ekonomi suatu daerah pada umumnya mempermasalahkan :
1. Bagaimana mengusahakan agar pembangunan ekonomi dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat secara mantap dan berkesinambungan .
2. Bagaimana mengusahakan agar pemerataan pendapatan dapat dinikmati secara merata oleh
masyarakat.
Masalah tersebut diatas secara kuantitas dapat dievaluasi dengan tersedianya data statistik
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan dapat memberikan gambaran antara lain :
1. Laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah, baik secara menyeluruh maupun sektoral.
2. Tingkat kemakmuran suatu daerah melalui besarnya pendapatan per kapita. Dalam hal ini
lebih lengkap dengan tersedianya data PDRB daerah lain sebagai pembanding.
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 1
7. Pendahuluan
3. Kenaikan atau penurunan kemampuan daya beli masyarakat dengan melihat besarnya tingkat
inflasi atau deflasi.
4. Potensi suatu daerah dengan melihat struktur perekonomian yang tersaji.
1.3. Pengertian Pendapatan Regional
Kegiatan ekonomi secara garis besarnya dapat dikelompokkan kedalam kegiatan
memproduksi dan kegiatan mengkonsumsi barang dan jasa. Unit-unit produksi memproduksi
barang dan jasa, dan dari kegiatan memproduksi ini timbul pendapatan yang diterima oleh faktor-
faktor produksi yang telah dimiliki oleh berbagai golongan dalam masyarakat, sehingga dari
pendapatan ini masyarakat akan membeli barang dan jasa baik untuk keperluan konsumsi
maupun investasi.
Dengan demikian, maka nilai produk akhir dari barang dan jasa yang diproduksi (product)
akan sama dengan pendapatan yang diterima oleh golongan-golongan dalam masyarakat
(income), dan akan sama pula dengan jumlah pengeluaran oleh berbagai golongan dalam
masyarakat (expenditure).
Karena itu maka Produk Regional (Regional Product), Pendapatan Regional (Regional
Income) dan Pengeluaran Regional (Regional Expenditure), sebenarnya sama. Hanya cara
melihatnya dari segi mana kita melihat, maka Pendapatan Regional dapat didefinisikan sebagai
berikut :
1. Kalau ditinjau dari segi produksi, Produk Regional adalah merupakan jumlah nilai produk
akhir atau nilai tambah dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang
dimiliki oleh penduduk wilayah itu dalam jangka waktu tertentu.
2. Kalau ditinjau dari segi pendapatan, Pendapatan Regional merupakan jumlah pendapatan atau
balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk wilayah itu yang
ikut serta dalam proses produksi dalam jangka waktu tertentu.
3. Atau apabila ditinjau dari segi pengeluaran, Pendapatan Regional adalah merupakan
pengeluaran konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung,
konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor neto.
1.4. Kegunaan angka Pendapatan Regional
Produk Domestik Regional Bruto yang disajikan dengan harga konstan akan bisa
menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi didaerah itu. Jika Pendapatan Regional dibagi
dengan jumlah penduduk akan mencerminkan tingkat perkembangan pendapatan perkapita yang
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 2
8. Pendahuluan
dapat digunakan sebagai indikator untuk membandingkan tingkat kemakmuran materiil suatu
daerah terhadap daerah lain.
Penyajian atas dasar harga konstan bersama-sama dengan harga yang berlaku antara lain
dapat dipakai sebagai indikator untuk melihat tingkat inflasi atau deflasi yang terjadi.
Penyajian Pendapatan Regional secara sektoral dapat memperlihatkan struktur ekonomi
diwilayah itu. Bila angka Pendapatan Regional dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja, atau
jumlah input yang digunakan, akan dapat menggambarkan tingkat produktifitas secara sektoral
maupun menyeluruh.
Dari sekedar uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa angka-angka yang disajikan oleh
Pendapatan Regional dapat menggambarkan kondisi ekonomi yang terjadi.
Dengan demikian Pendapatan Regional berfungsi sebagai :
1. Indikator tingkat pertumbuhan ekonomi
2. Indikator tingkat pertumbuhan income perkapita
3. Indikator tingkat kemakmuran
4. Indikator tingkat inflasi dan deflasi
5. Indikator stuktur perekonomian
6. Indikator hubungan antar sektor
Oleh karena itu angka Pendapatan Regional akan sangat berguna bagi para ahli yang
bergerak dibidang perencanaan ekonomi jangka pendek maupun jangka panjang, dan lain-lain
kebijaksanaan ekonomi, baik Pemerintah maupun Swasta.
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 3
9. Konsep dan Definisi
II. KONSEP DAN DEFINISI
Untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang kegiatan-kegiatan ekonomi
dalam suatu negara atau dalam suatu daerah atau wilayah (region) dapat dilihat melalui neraca
ekonominya. Perhitungan pendapatan regional adalah salah satu bentuk perhitungan yang
memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai produk barang dan jasa yang ditimbulkan
dan digunakan dalam kegiatan ekonomi selama suatu periode tertentu, biasanya satu tahun.
Angka-angka yang disajikan dalam publikasi ini selalu berkait dengan pengertian Produk
Domestik Regional Bruto, Pendapatan Regional dan Pendapatan Perkapita; yang konsep dan
definisinya dapat dijelaskan sebagai berikut :
2.1. Konsep dan Definisi dalam PDRB
2.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pengertian Produk Domestik Regional Bruto dapat dibedakan :
a. Menurut pengertian produksi adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu daerah atau wilayah dalam jangka waktu
tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi diatas dalam penyajiannya mengacu pada klasifikasi
sektor rekomendasi PBB berdasarkan Standard Klasifikasi Lapangan Usaha Internasional (ISIC)
dikelompok menjadi 9 sektor atau lapangan usaha, yaitu :
1. Pertanian,
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan,
4. Listrik, Gas dan Air Minum,
5. Bangunan/Konstruksi,
6. Perdagangan, Restoran dan Hotel,
7. Pengangkutan dan Komunikasi,
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan,
9. Jasa-Jasa.
b. Menurut Pengertian pendapatan, adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah atau wilayah (productoriginated)
dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah
dan gaji (wages and sallaries), sewa tanah (rent), bunga modal (interest) dan keuntungan (profits);
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 4
10. Konsep dan Definisi
c. Menurut pengertian pengeluaran, adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi
rumahtangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah,
pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor neto, disuatu daerah atau wilayah
dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor. Dari
ketiga pengertian diatas, dapat ditarik suatu hubungan bahwa jumlah pengeluaran untuk berbagai
kepentingan tadi harus sama dengan jumlah produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan, dan
harus sama dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksinya.
2.1.2. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga yang berlaku, adalah jumlah nilai
produk atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai dengan harga yang berlaku pada tahun
yang bersangkutan.
2.1.3. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan suatu tahun, adalah jumlah
nilai produk atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas dasar harga tetap suatu tahun
dasar.
2.1.4. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar merupakan penjumlahan nilai
tambah bruto dari seluruh lapangan usaha, meliputi balas jasa faktor produksi (upah/gaji, sewa
tanah, bunga modal dan keuntungan), penyusutan dan pajak tak langsung neto.
2.1.5. Produk Domestik Regional Neto atas dasar harga pasar, adalah merupakan hasil
pengurangan dari produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar dengan penyusutan
barang-barang modal.
2.1.6. Produk Domestik Regional Neto atas dasar biaya faktor produksi adalah produk domestik
regional neto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tak langsung neto. Selanjutnya
Produk Domestik Regional Neto atas biaya faktor produksi ditambah pendapatan neto dari luar
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 5
11. Konsep dan Definisi
Kota Palangka Raya disebut sebagai pendapatan regional. Pendapatan neto dari luar Kota
Palangka Raya belum tersedia data, maka pendapatan regional Kota Palangka Raya disini hanya
menggambarkan pendapatan yang timbul di Kota Palangka Raya.
2.1.7. Produk Domestik Regional Bruto Perkapita adalah Produk Domestik Regional Bruto
Atas dasar harga pasar dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
2.1.8. Pendapatan regional perkapita adalah produk domestik regional neto atas dasar biaya
faktor produksi dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
2.1.9. Pajak tak langsung neto adalah pajak tak langsung dikurangi subsidi yang diberikan
pemerintah kepada perusahaan.
2.2. Cara Penyajian dan Angka Indeks
Agregat-agregat pendapatan seperti yang telah diuraikan diatas, yaitu atas dasar harga
berlaku dan atas dasar harga konstan 2000. Keduanya dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Pada penyajian atas dasar harga yang berlaku,semua agregat pendapatan dinilai atas harga yang
berlaku pada masing-masing tahunnya baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun
pada penilaian komponen pengeluaran produk domestik regional bruto.
b. Pada penyajian atas dasar harga konstan 2000, semua agregat pendapatan dinilai atas harga
tetap tahun 2000. Karena menggunakan harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan
dari tahun ketahun semata-mata karena perkembangan riil dan bukan karena kenaikan harga.
Agregat-agregat pendapatan juga disajikan dalam bentuk angka indeks, yaitu indeks
perkembangan, indeks berantai dan indeks harga implisit, yang masing-masing dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Indeks perkembangan, diperoleh dengan membagi nilai-nilai pada masing-masing tahun
dengan nilai pada tahun dasar, dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan
agregat pendapatan dari tahun ke tahun terhadap tahun dasarnya.
b. Indeks berantai, diperoleh dengan membagi nilai pada masing-masing tahun dengan nilai
pada tahun sebelumnya, dikalikan 100.
c. Indeks Harga implisit, diperoleh dengan membagi nilai atas dasar harga yang berlaku dengan
nilai atas dasar konstan untuk masing-masing tahunnya, dikali 100. Indeks ini menunjukan
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 6
12. Konsep dan Definisi
tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga tahun dasar. Selanjutnya
bila dari indeks harga implisit ini dibuatkan indeks berantainya, akan terlihat tingkat
perkembangan harga-harga secara umum setiap tahun terhadap tahun sebelumnya.
2.3. Penghitungan Atas Dasar Harga Konstan
Seperti telah diuraikan sebelumnya penghitungan pendapatan regional atas dasar harga
konstan 2000, sangat penting untuk melihat perkembangan riil dari tahun ke tahun dari setiap
agregat ekonomi yang diamati. Agregat yang dimaksud tersebut dapat merupakan produk
domestik regional bruto secara keseluruhan, nilai tambah sektoral ataupun komponen
penggunaan produk domestik regional bruto.
Pada dasarnya dikenal empat cara penghitungan nilai tambah sektoral atas dasar harga
konstan. Masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Revaluasi
Dilakukan dengan cara menilai kembali produksi dan biaya antara masing-masing tahun
dengan harga pada tahun dasar 2000. Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar
harga konstan 2000.
Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga konstan, diperoleh dari selisih antara
output dan biaya antara dari hasil perhitungan di atas. Dalam praktek, sangat sulit mengadakan
revaluasi terhadap biaya antara, karena itu biasanya diperoleh dari hasil perkalian output atas
dasar harga konstan masing-masing tahun dengan ratio tetap biaya antara.
b. Ekstrapolasi
Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara
mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000 dengan indeks produksi. Indeks produksi disini
adalah indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai
indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya yang sesuai dengan jenis
kegiatan yang dihitung. Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap perhitungan output atas dasar
harga konstan, kemudian dengan menggunakan ratio tetap nilai tambah terhadap output akan
diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 7
13. Konsep dan Definisi
c. Deflasi
Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000, diperoleh dengan cara membagi nilai tambah
atas dasar harga yang berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang
digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen, indeks harga
perdagangan besar dan sebagainya. Indeks harga diatas dapat pula dipakai sebagai inflator, dalam
keadaan dimana nilai tambah atas dasar harga yang berlaku justru diperoleh dengan mengalikan
nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut.
d. Deflasi Berganda
Dalam deflasi berganda ini, yang dideflasi adalah output dan biaya antaranya, sedangkan
nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks
harga yang dipergunakan sebagai deflator biasanya Indeks Harga Produsen atau Indeks Harga
Perdagangan Besar (IHPB) sesuai dengan cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk
biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar.
Kenyataan sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping komponennya
terlalu banyak juga karena indeks harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu dalam
perhitungan harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak dipakai.
Penghitungan komponen penggunaan PDRB atas dasar harga konstan 2000 juga
dilakukan dengan menggunakan cara-cara diatas.
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 8
14. Uraian Sektoral
III. URAIAN SEKTORAL
Uraian sektoral yang disajikan dalam Bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari
masing-masing sektor dan sub sektor, cara-cara penghitungan nilai tambah baik atas dasar harga
yang berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber datanya.
3.1. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
3.1.1. Tanaman Bahan Makanan
Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela
pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedele, sayur-sayuran, buah-buahan, kentang, kacang
hijau, tanaman pangan lainnya, dan hasil produk ikutannya.
Data produksi diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Kota Palangka Raya, sedangkan data harga seluruhnya bersumber pada data harga yang
dikumpulkan oleh Badan Pusat Satatistik Kota Palangka Raya.
Nilai tambah bruto atas dasar harga yang berlaku diperoleh dengan cara pendekatan
produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing
harganya, kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga yaang berlaku pada
setiap tahun. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan rasio biaya antara terhadap
output hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR).
Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi, yaitu
mengalikan produksi pada masing-masing tahun dengan harga pada tahun 2000, kemudian
dikurangkan dengan biaya antara atas dasar harga konstan 2000.
3.1.2. Tanaman Perkebunan
Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat
seperti kelapa, kopi, dan cengkeh, dan perkebunan besar.
Data produksi diperoleh dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Palangka Raya,
sedangkan data harga dari Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Tengah.
Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara pendekatan produksi.
Rasio biaya antara serta rasio margin perdagangan dan biaya transpor yang digunakan diperoleh
dari Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) Propinsi Kalimantan Tengah. Selanjutnya
ditambah suatu pelengkap (Mark up) untuk hasil perkebunan yang belum tersedia datanya.
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 9
15. Uraian Sektoral
3.1.3. Peternakan dan Hasil-hasilnya
Sub sektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil ternak,
seperti sapi, kerbau, babi, kambing, domba, ayam, telur, serta hasil pemotongan ternak. Produksi
ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong, ditambah perubahan stock
populasi ternak, serta banyaknya ternak yang keluar masuk wilayah Kota Palangka Raya datanya
diperoleh dari Dinas Pertanian Subdin Peternakan Kota Palangka Raya, sedangkan data harga
ternak diperoleh dari laporan harga produsen Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya.
Nilai tambah atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara pendekatan produksi,
sedangkan atas dasar harga konstan dengan cara revaluasi seperti halnya sub sektor lainnya.
Dari output ditambahkan suatu pelengkap (mark-up) sebesar 5%.
3.1.4. Perikanan
Sub sektor ini mencakup semua hasil dari kegiatan penangkapan ikan perairan umum,
budidaya ikan ditambak, kolam, dan keramba, serta pengolahan sederhana (pengeringan dan
penggaraman ikan). Data mengenai produksi, dan nilai produksi diperoleh dari laporan Dinas
Pertanian Subdin Perikanan Kota Palangka Raya.
Penghitungan nilai tambah bruto dilakukan dengan mengalikan rasio nilai tambah bruto
terhadap output. Rasio nilai tambah diperoleh dari survei khusus. Sedangkan nilai tambah atas
dasar harga konstan 2000 menggunakan cara ekstrapolasi.
3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sub sektor ini mencakup kegiatan penggalian dan pertambangan. Data produksi sektor
penggalian dan pertambangan diperoleh dari dinas pertambangan sedangkan data harganya
diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya.
Output penggalian merupakan perkalian antara produksi dengan harga masing-masing,
yang apabila dikurangi dengan biaya antara akan diperoleh nilai tambah bruto atas dasar harga
berlaku, sedangkan nilai tambah bruto penggalian atas dasar harga konstan adalah output
penggalian (menggunakan cara revaluasi) dikurangi dengan biaya antara atas harga dasar konstan
2000.
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 10
16. Uraian Sektoral
3.3. Sektor Industri Pengolahan
Sektor ini terdiri dari industri besar, sedang, kecil dan rumah tangga. Pengelompokan ini
berdasarkan jumlah tenaga kerja, yaitu :
- Industri Besar : 100 orang atau lebih
- Industri Sedang : 20 – 99 orang
- Industri Kecil : 5 - 19 orang
- Industri Kerajinan : 1 - 4 orang
Rumah Tangga
3.3.1. Industri Besar dan Sedang
Ruang lingkup dan metode penghitungan nilai tambah bruto industri besar dan sedang
berdasarkan hasil survei tahunan Badan Pusat Statistik Kota Palangka raya.
Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dihitung dengan cara ekstrapolasi, dimana
Indeks Produksi Triwulanan barang-barang industri digunakan sebagai ekstrapolator.
3.3.2. Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga
dddd Angka-angka output dan nilai tambah sub sektor industri kecil dan kerajinan rumah
tangga diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu dengan mengalikan rata-rata output per
tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sub sektor industri kecil dan kerajinan
rumah tangga. Sedangkan nilai tambah diperoleh dengan cara mengalikan prosentase nilai
tambah terhadap output berdasar-kan Survei Khusus Pendapatan Regional. Penghitungan atas
dasar harga konstan 2000 dengan cara revaluasi.
3.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Data produksi yang disajikan dalam publikasi ini adalah data resmi dari Perusahaan
Listrik Negara (PLN), dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Output masing-masing sub
sektor mencakup semua produksi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan sesuai dengan ruang
lingkup dan defenisinya.
3.4.1. Listrik
Sub sektor ini mencakup semua kegiatan kelistrikan, yang diusahakan oleh perusahaan
listrik negara. Data Produksi, harga dan biaya antara sub sektor ini diperoleh dari Perum Listrik
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 11
17. Uraian Sektoral
Negara Cabang Palangka Raya. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian
produksi dengan harga yang berlaku pada masing-masing tahun, sedangkan output atas dasar
harga konstan 2000, diperoleh dengan cara revaluasi.
3.4.2. Air Minum
Sub sektor ini mencakup air minum yang diusahakan oleh Perusahaan Air Minum. Data
Produksi, harga dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan air minum diperoleh dari
laporan Perusahaan Air Minum Kota Palangka Raya yang dikumpulkan oleh Badan Pusat
Statistik Kota Palangka Raya. Perhitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dilakukan
dengan cara yang sama seperti sub sektor listrik.
3.5. Sektor Bangunan
Sektor bangunan mencakup semua kegiatan pembangunan fisik konstruksi, baik berupa
gedung, jalan, jembatan, terminal, pelabuhan, irigasi, maupun jaringan listrik, air,telepon dan
sebagainya.
Nilai tambah bruto dihitung dengan menggunakan pendekatan pendapatan yaitu
menjumlahkan seluruh belanja pegawai, pajak tak langsung neto, penyusutan serta surplus usaha
yang dikeluarkan oleh perusahaan konstruksi AKI dan Non AKI. Selanjutnya bangunan yang
dikerjakan sendiri oleh masyarakat (non perusahaan) diperkirakan sebagai mark up. Untuk
mendapatkan nilai tambah atas dasar harga konstan dideflate dengan IHPB sektor konstruksi.
3.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
3.6.1. Perdagangan Besar dan Eceran
Perhitungan nilai tambah sub sektor perdagangan komoditi dilakukan dengan pendekatan
arus barang (commodity flow) yaitu dengan menghitung besarnya nilai komoditi pertanian,
pertambangan dan penggalian, industri serta barang impor yang diperdagangkan. Dari nilai
komoditi yang diperdagangkan , diturunkan nilai margin yangmerupakan output perdagangan
yang selanjutnya dipakai untuk menghitung nilai tambahnya. Rasio besarnya nilai barang-barang
yang diperdagangkan, margin perdagangan dan persentase nilai tambah didasarkan pada data
hasil penyusunan tabel Input-Output Indonesia 2000 serta survei khusus.
Nilai Produksi bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan mengalikan rasio-
rasio diatas dengan output atas dasar harga konstan 2000 dari sektor-sektor pertanian,
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 12
18. Uraian Sektoral
pertambangan dan penggalian, industri serta impor. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan
konstan 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara rasio nilai tambah dengan outputnya.
3.6.2. Hotel
Sub sektor ini mencakup semua hotel, baik berbintang maupun tidak berbintang serta
berbagai jenis penginapan lainnya. Output dihitung dengan cara mengalikan jumlah tamu dan
tarifnya, diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya , sedangkan persentase nilai
tambah diperoleh dari Survei Khusus Pendapatan Regional yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik Kota Palangka Raya.
Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 dihitung
berdasarkan perkalian antara persentase nilai tambah dengan outputnya.
3.6.3. Restoran
Karena belum tersedia data restoran secara lengkap, maka output dari sub sektor ini
diperoleh dari perkalian antara jumlah tenaga kerja yang bekerja direstoran dari hasil Susenas,
Sensus penduduk tahun 2000 dan Supas 2005 beserta pertumbuhannya dengan output pertenaga
kerja dari hasil survei khusus pendapatan regional. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga
konstan 2000 dihitung dengan menggunakan indeks harga konsumen makanan jadi dan minuman
sebagai deflator.
3.7. Sektor Angkutan dan Komunikasi
Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan umum untuk barang dan penumpang, baik
melalui darat, laut, sungai dan udara, termasuk jasa penunjang angkutan dan komunikasi.
3.7.1. Angkutan Jalan Raya
Sub sektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang dilakukan
oleh perusahaan angkutan umum, baik bermotor ataupun tidak bermotor, seperti bis, truk, taksi,
becak.
Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dengan menggunakan metode
pendekatan produksi yang didasarkan pada data jumlah armada angkutan umum barang dan
penumpang wajib uji yang diperoleh dari laporan tahunan Dinas lalulintas Angkutan Jalan Raya
(DLLAJR), dan hasil survei khusus pendapatan regional angkutan yang dilakukan setiap tahun,
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 13
19. Uraian Sektoral
sedangkan untuk data jenis kendaraan tidak bermotor diperoleh dari Dinas Pen-dapatan Daerah
dan berbagai survei. Nilai tambah Bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara
revaluasi.
3.7.2. Angkutan Laut/Sungai
Sub sektor ini meliputi kegiatan pengangku-tan penumpang dan barang dengan
menggunakan kapal yang diusahakan oleh perusahaan pelayaran milik nasional baik yang
melakukan trayek lokal, dalam negeri maupun internasional termasuk penyeberangan. Output
atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara alokasi dari sub sektor angkutan sungai. Nilai
tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan
menggunakan indeks gabungan tertimbang jumlah barang yang diekspor/diimpor dan bongkar
muat.
3.7.3. Angkutan Udara
Sub sektor ini meliputi kegiatan angkutan penumpang, barang dan kegiatan lain yang
berkaitan penerbangan yang dilakukan oleh perusahaan milik nasional baik penerbangan dalam
negeri maupun internasional.
Nilai tambah atas harga berlaku diperoleh dengan cara alokasi dari angka nasional
sedangkan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dengan cara deflasi dengan menggunakan
indeks harga tiket dan ongkos kargo.
3.7.4. Jasa Penunjang Angkutan
Meliputi kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan
berkaitan dengan kegiatan pengangkutan, keagenan barang dan penumpang, ekspedisi, bongkar
muat, penyimpanan dan pergudangan serta jasa penumpang lainnya.
3.7.4.1. Terminal dan Perparkiran
Mencakup kegiatan pemberian pelayanan dan pengaturan lalulintas kendaraan/armada
yang membongkar atau mengisi muatan, baik barang maupun penumpang, seperti kegiatan
terminal dan parkir, pelabuhan laut, pelabuhan udara. Pelayanan yang disediakan dipelabuhan
laut, meliputi fasilitas berlabuh, tambat, pandu, distribusi air tawar serta kegiatan pencatatan
muatan barang dan penumpang. Data output pelabuhan laut dan udara diperoleh dari Laporan
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 14
20. Uraian Sektoral
Tahunan Perum Angkasa Pura Cabang Palangka Raya. Sedangkan untuk kegiatan perparkiran
masih menggunakan persentase dari angkutan darat.
3.7.4.2. Bongkar Muat
Kegiatan bongkar muat mencakup pemberian pelayanan bongkar muat angkutan barang
melalui laut dan darat.
3.7.4.3. Keagenan
Kegiatan keagenan mencakup pelayanan keagenan barang dan penumpang yang diberikan
kepada usaha angkutan, baik angkutan darat, udara, sungai maupun laut. Output dihitung dengan
menggunakan rasio yang diperoleh dari Tabel Input Output Indonesia 2000 terhadap output
seluruh jenis angkutan. Struktur biaya diperoleh dari survei khusus.
Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara
deflasi memakai indeks harga konsumen komponen biaya transport.
3.7.4.4. Pergudangan
Kegiatan pergudangan mencakup pemberian jasa penyimpanan barang, dalam suatu
bangunan ataupun disuatu lapangan terbuka. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dan
atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan menggunakan rasio tertentu terhadap angkutan
laut.
3.7.5. Komunikasi
Kegiatan yang dicakup adalah jasa pos, giro & telekomunikasi dan jasa penunjang
komunikasi.
3.7.5.1. Pos dan Giro
Meliputi kegiatan pemberian jasa layanan pos dan giro seperti pengiriman surat, wesel,
paket, jasa giro, jasa tabungan dan sebagainya.
Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan pada data produksi dan
struktur biaya yang diperoleh dari Laporan Keuangan Perusahaan Umum Pos dan Giro di
Palangka Raya .
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 15
21. Uraian Sektoral
Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara
ekstrapolasi, menggunakan indeks gabungan dari jumlah surat yang dikirim, jumlah uang yang
digirokan.
3.7.5.2. Telekomunikasi
Mencakup kegiatan pemberian jasa dalam hal pemakaian hubungan telepon, telegraf, dan
teleks. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang bersumber
dari Laporan Tahunan Kantor Wilayah Usaha Telekomunikasi Kalimantan Tengah di Palangka
Raya.
3.7.5.3. Jasa Penunjang Komunikasi
Kegiatan sub sektor ini mencakup pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya
menunjang kegiatan komunikasi seperti wartel, warpostel, radio pager dan telepon seluler.
3.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor ini meliputi kegiatan perbankan, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang
keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan.
3.8.1. B a n k
Dalam PDRB seri terbaru ini, nilai tambah bruto yang ditimbulkan dari kegiatan Bank
Indonesia tidak mencakup pembayaran bunga Sertifikat Bank Indonasia (SBI) dan pinjaman dari
luar negeri, Karena hal itu merupakan kebijaksa-naan moneter yang bukan merupakan kegiatan
komersil perbankan, sedangkan PDRB seri lama mencakup kedua jenis bunga tersebut.
Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara ekstrapolasi
dengan indeks kredit riil, jumlah kredit yang dilepas oleh bank. Datanya diperoleh dari Bank
Indonesia Cabang Pembantu Kalimantan Tengah di Palangka Raya sedangkan sebagai
deflatornya Indeks Harga Konsumen komponen umum.
3.8.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank
Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi kegiatan asuransi, koperasi, yayasan
dana pensiun dan pegadaian .
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 16
22. Uraian Sektoral
Perhitungan output dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara
pendekatan produksi. Output diperoleh dari perkalian indikator produksi dengan indikator harga
Sedangkan nilai tambah bruto diperoleh dengan cara mengurangkan nilai biaya antara dari
nilai output. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi,
dan pada kegiatan yayasan dana pensisun dengan cara deflasi.
3.8.3. Jasa Penunjang Keuangan
Kegiatan jasa penunjang keuangan meliputi berbagai kegiatan ekonomi antara lain :
pedagang valuta asing, pasar modal serta jasa penunjangnya seperti perantara perdagangan efek
(pialang/broker), adjuster/penilai, penjamin emisi, lembaga kliring penyelesaian dan
penyimpanan, manajer investasi, penasehat investasi, reksa dana, biro administrasi efek serta
tempat penitipan harta dan sejenisnya. Kegiatan jasa penunjang keuangan tersebut diatas di Kota
Palangka Raya masih belum ada kecuali rentenir.
3.8.4. Sewa Bangunan
Sub sektor ini mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan rumah/bangunan sebagai
tempat tinggal rumah tangga dan bukan sebagai tempat tinggal, tanpa memperhatikan apakah
bangunan tersebut milik sendiri atau disewa. Perhitungan nilai tambah bruto didasarkan pada
data pengeluaran konsumsi rumah tangga, khususnya pengeluaran untuk sewa rumah hasil
Susenas. Perhitungan untuk bangunan bukan tempat tinggal diperoleh dari hasil survei khusus.
Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperkirakan dengan cara ekstrapolasi
menggunakan jumlah bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal sebagai
ekstrapolatornya. Sedang nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperkirakan dengan cara
meng’inflate’ nilai tambah bangunan dengan indeks harga kualitas bangunan.
3.8.5. Jasa Perusahaan
Sub sektor ini meliputi jasa pengacara, jasa akuntan, biro arsitektur, Jasa pengolahan data,
jasa periklanan, dan sebagainya.
Perhitungan output dan nilai tambah bruto didasarkan kepada data jumlah tenaga kerja
yang bersumber dari hasil Sensus Ekonomi 1996 dan Sensus Penduduk 2000, serta rata-rata
output per tenaga kerja dan persentase nilai tambah bruto. NTB atas dasar harga konstan 2000
diperoleh dengan cara revaluasi.
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 17
23. Uraian Sektoral
3.9. Sektor Jasa-Jasa
3.9.1. Jasa Pemerintahan Umum.
Nilai tambah bruto sub sektor jasa pemerintahan umum terdiri dari upah dan gaji rutin
pegawai pemerintah pusat dan daerah. Upah dan gaji yang dihitung mencakup upah dan gaji
belanja rutin dan sebagian dari belanja pembangunan. Perkiraan penyusutan adalah sebesar lima
persen dari total upah dan gaji yang telah dihitung. Data yang dipakai adalah realisasi
pengeluaran pemerintah pusat yang diperoleh dari BPS, sedang data untuk Pemerintah Propinsi,
Pemerintah kota dan Pemerintah Desa diperoleh dari Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan
Tengah.
Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara
ekstrapolasi menggunakan indeks jumlah pegawai negeri.
3.9.2. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan
Sub sektor ini mencakup jasa pendidikan, jasa kesehatan serta jasa kemasyarakatan
lainnya seperti jasa penelitian, jasa palang merah, panti asuhan, panti wredha, yayasan
pemeliharaan anak cacat, rumah ibadat, dan sebagainya, terbatas yang dikelola oleh swasta saja.
Kegiatan-kegiatan sejenis yang dikelola oleh pemerintah termasuk dalam sektor pemerintah.
3.9.2.1. Jasa Pendidikan
Data yang digunakan untuk memper-kirakan nilai tambah adalah jumlah murid sekolah
swasta menurut jenjang pendidikan, yang diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota
Palangka Raya, serta Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Tengah untuk pendidikan formal
diluar Dinas Pendidikan Palangka Raya. Data output per murid dan persentase nilai tambah
diperoleh dari survei khusus IHK komponen aneka barang dan jasa dari Badan Pusat Statistik
Propinsi Kalimantan Tengah. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000,
dilakukan dengan cara revaluasi.
3.9.2.2. Jasa Kesehatan
Mencakup jasa rumah sakit, dokter praktek dan jasa kesehatan lainnya yang dikelola oleh
swasta. Perkiraan output untuk masing-masing kegiatan didasarkan pada hasil perkalian antara
rata-rata output per tempat tidur rumah sakit dengan jumlah dokter praktek, rata-rata output per
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 18
24. Uraian Sektoral
dokter dengan jumlah tempat tidur, rata-rata output per bidan dengan jumlah bidan praktek dan
rata-rata output per dukun bayi dengan jumlah dukun bayi praktek.
Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan pada persentase nilai tambah
terhadap output. Data yang digunakan bersumber dari Dinas Kesehatan dan Kanwil Kesehatan
Propinsi Kalimantan Tengah serta dari survei khusus pendapatan regional. Perkiraan nilai tambah
bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi masing-masing kegiatan.
3.9.2.3. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Lainnya
Dari hasil survei khusus terhadap panti asuhan dan panti werdha, diperoleh rata-rata
output per anak yang diasuh dan rata-rata output per orang tua yang dilayani, serta struktur
inputnya. Kemudian dengan mengalikannya terhadap jumlah anak yang diasuh dan orang tua
yang dilayani yang bersumber pada Dinas Sosial, diperoleh perkiraan output dan nilai tambah
bruto atas dasar harga berlaku. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000
diperoleh dengan cara revaluasi.
Perhitungan untuk kegiatan kursus menggunakan data hasil Susenas mengenai
pengeluaran perkapita untuk biaya kursus. Dengan mengalikan jumlah penduduk pertengahan
tahun dengan indikator tersebut akan diperoleh nilai output yang selanjutnya dengan rasio nilai
tambah bruto dapat diperoleh nilai tambah bruto. Perhitungan nilai tambah atas dasar harga
konstan adalah dengan cara deflasi dan sebagai deflatornya adalah indeks Harga Konsumen
kelompok aneka barang dan jasa. Sedangkan data rata-rata output tempat/rumah ibadah diperoleh
dari survei khusus, dengan mengalikan jumlah tempat/rumah ibadah yang diperoleh dari Badan
Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Tengah maka diperleh nilai tambah. Untuk penghitungan atas
dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara revaluasi.
3.9.3. Jasa Hiburan dan Kebudayaan
Sub sektor ini mencakup jasa bioskop, studio radio swasta, taman hiburan, klub malam,
dan diskotik.
Data pajak tempat hiburan dan keramaian umum, struktur biaya, serta persentase
pemungutan pajak terhadap tempat-tempat hiburan hasil survei khusus dipakai untuk
memperkirakan output dan nilai tambah jasa hiburan dan kebudayaan. Untuk penghitungan atas
dasar harga konstan 2000 dengan cara deflasi dipakai Indeks Harga Konsumen komponen aneka
barang dan jasa sebagai deflatornya.
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 19
25. Uraian Sektoral
Untuk kegiatan studio radio swasta perkiraan nilai tambahnya didasarkan pada rata-rata
output per-radio swasta yang diperoleh dari Kanwil Penerangan Propinsi Kalimantan Tengah
serta survei khusus. Untuk penghitungan atas dasar harga konstan 2000 dengan cara revaluasi.
3.9.4. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga
Sub sektor ini mencakup jasa perbengkelan, reparasi, jasa perorangan dan pembantu
rumahtangga . Survei khusus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya
memberikan data tentang rata-rata output per-tenaga kerja dan struktur inputnya.
Nilai output diperkirakan dengan cara mengalikan jumlah tenaga kerja yang didasarkan
pada hasil Sensus Penduduk 2000 dengan rata-rata output per-tenaga kerja. Sedangkan untuk
memperoleh nilai tambah bruto adalah dengan cara mengalikan persentase nilai tambah bruto,
yang datanya diperoleh dari survei khusus, dengan perkiraan nilai output. Nilai tambah bruto atas
dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi, menggunakan indikator tingkat
pertumbuhan tenaga kerja.
3.10. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaannya
Definisi dari masing-masing komponen penggunaan Produk Domestik Regional Bruto,
cara-cara penghitungan baik atas dasar harga yang berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000
serta sumber datanya, diuraikan sebagai berikut :
3.10.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi
barang dan jasa dikurangi penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan oleh rumah
tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung selama satu tahun. Untuk memperkirakan
besarnya pengeluaran konsumsi rumahtangga, digunakan data pokok hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional.
3.10.2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pengeluaran konsumsi Pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai,
perkiraaan penyusutan dan belanja barang (termasuk belanja perjalananan, biaya pemeliharaan
dan pengeluaran lain yang bersifat rutin), baik yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah dikurangi dengan penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan.
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 20
26. Uraian Sektoral
Data yang dipakai adalah realisasi belanja rutin dan pembangunan yang diperoleh dari
Pemerintah Daerah Kota Palangka Raya dan Desa yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik
Kota Palangka Raya. Besarnya penyusustan diperkirakan 5% dari jumlah belanja pegawai.
Perkiraan atas dasar harga konstan 2000 untuk konsumsi pemerintah dihitung dengan cara deflasi
dengan menggunakan indeks harga konsumen.
3.10.3. Pembentukan Modal Tetap Bruto
Pembentukan modal tetap bruto merupakan jumlah pengeluaran yang dilakukan baik oleh
Pemerintah maupun swasta untuk penambahan barang modal dengan cara pembelian atau
pembuatan sendiri barang-barang modal baru yang mempunyai umur pemakaian satu tahun atau
lebih.
Pembentukan modal tetap bruto dibagi dalam dua kelompok, yaitu :
a. Pembentukan modal dalam bentuk bangunan/konstruksi. Pembentukan modal tetap
bangunan / konstruksi merupakan output dari sektor bangunan/konstruksi yang dihitung
dengan jalan menilai bahan-bahan bangunan yang digunakan untuk bangunan/konstruksi.
b. Pembentukan modal tetap berupa mesin dan alat perlengkapan.
Pembentukan modal yang berupa mesin dan alat perlengkapan memakai ratio terhadap
pembentukan modal pada konstruksi/bangunan.
3.10.4. Perubahan Stok
Perubahan stok merupakan residual, yaitu selisih antara produk domestik regional bruto
yang dihitung secara sektoral, dengan komponen-komponen penggunaan produk domestik bruto
lainnya.
3.10.5. Ekspor / Impor
Ekspor dan Impor merupakan transaksi barang dan jasa antara penduduk Kota Palangka
Raya dengan penduduk daerah lain, yang meliputi ekspor dan impor barang dan jasa.
Termasuk juga dalam ekspor adalah pembelian langsung atas barang dan jasa di wilayah
domestik oleh penduduk negara lain. Sebaliknya pembelian langsung barang dan jasa di luar
negeri oleh penduduk Kota Palangka Raya, dimasukkan dalam impor.
Data yang digunakan didasarkan pada :
- Impor antar daerah yang merupakan selisih konsumsi domestik dengan produk domestik.
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 21
27. Uraian Sektoral
- Data impor luar negeri yang diperoleh dari Departemen Perdagangan, demikian juga untuk
ekspor luar negeri.
- Ekspor antar daerah yang merupakan penjumlahan impor dengan ekspor neto, cara ini
digunakan karena tidak tersedia data yang lengkap.
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 22
28. Tinjauan Ekonomi
IV. TINJAUAN EKONOMI
Perekonomian Kota Palangka Raya tahun 2009 menunjukkan pertumbuhan positif,
walaupun agak lebih kecil/melambat dari pertumbuhan tahun sebelumnya. Pertumbuhan pada
tahun 2009 adalah sebesar 5,89 persen sedangkan pada tahun sebelumnya mencapai 5,94 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa krisis ekonomi global terjadi pada akhir tahun 2008 secara tidak
langsung mempengaruhi perekonomian Kota Palangka Raya yang ditandai dengan menurunnya
level pertumbuhan ekonomi Kota Palangka Raya yang sebesar 0,05 persen.
Pada kesempatan ini akan dipaparkan lebih mendalam masalah pertumbuhan ekonomi,
perkembangan PDRB sektoral, struktur perekonomian, perkembangan PDRB per kelompok
sektor, dan pendapatan per kapita.
4.1. Pertumbuhan Ekonomi Regional
Pertumbuhan ekonomi regional sangat erat hubungannya dengan masing-masing sektor
yang membentuknya. Hal ini berkaitan erat dengan kontribusi masing-masing sektor yang
berpotensi besar maupun sektor-sektor yang masih perlu mendapat perhatian lebih untuk
dijadikan prioritas pengembangan sehingga diharapkan dapat menjadi sektor yang mempunyai
peranan lebih besar dimasa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan
diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja,
pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi dan
mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor skunder dan tersier,
sehingga tercipta pendapatan masyarakat naik secara mantap dengan pemerataan yang sebaik
mungkin. Sejalan dengan upaya tersebut dapat dilihat dari pendapatan regional perkapita Kota
Palangka Raya tahun 2009 yang naik sebesar 7,82 persen dari tahun sebelumnya, yakni dari
11,85 juta rupiah menjadi 12,78 juta rupiah.
Dari hasil penghitungan PDRB tahun 2008 dan 2009 diketahui bahwa pertumbuhan riil
perekonomian Kota Palangka Raya pada tahun 2009 yang ditunjukkan oleh kenaikan produk
domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 sebesar 5,89 persen. Laju
pertumbuhan sebesar ini lebih kecil atau melambat dibanding dengan laju pertumbuhan yang
dicapai pada tahun 2008 yaitu sebesar 5,94 persen atau secara nominal sebesar 1.384.018,71
juta Rupiah pada tahun 2008 dan 1.465.558,99 juta Rupiah pada tahun 2009.
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 23
29. Tinjauan Ekonomi
Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Kota Palangka Raya
Tahun Laju Pertumbuhan (%)
(1) (2)
2005 5,45
2006 5,51
2007 5,69
2008 5,94
2009 5,89
Rata-Rata 5,70
Selama 5 tahun terakhir (2005 - 2009) mencapai rata-rata sebesar 5,70 persen.
4.2. Pertumbuhan PDRB Sektoral
Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor/ Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan 2000
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pertanian 4,94 18,03 8,23 3,38 5,51
2. Pertambangan dan Penggalian 2,97 1,07 15,27 5,56 11,33
3. Industri Pengolahan 7,76 8,94 9,86 4,90 5,87
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 7,06 7,88 7,46 1,91 3,13
5. Bangunan 3,21 3,78 9,60 5,84 9,13
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,53 10,45 9,57 6,41 8,51
7. Pengangkutan dan Komunikasi 11,52 2,81 2,26 2,00 3,06
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 8,03 5,59 0,29 32,21 12,51
9. Jasa – Jasa 2,24 2,72 4,06 5,07 4,09
Total 5,45 5,51 5,69 5,94 5,89
Apabila kita lihat lebih jauh pertumbuhan persektor sebagaimana pada tabel 2 di atas,
maka sektor-sektor yang tumbuh diatas total PDRB pada tahun 2009 adalah sektor Pertambangan
dan Penggalian sebesar 12,69 % sekaligus merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 24
30. Tinjauan Ekonomi
tertinggi dalam pembentukan PDRB tahun 2009 dikuti oleh sektor Keuangan, Persewaaan dan
Jasa Perusahaan sebesar 11,33 %, sektor Bangunan sebesar 9,13 %, sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran sebesar 8,51 %, sektor Industri Pengolahan sebesar 5,87 %, sektor Pertanian sebesar
5,51 %, sektor Jasa-Jasa sebesar 4,09 %. Sektor lain yang mengalami pertumbuhan positif seperti
sektor sektor Pengangkutan & Komunikasi sebesar 3,06 %, serta sektor Listrik, Gas dan Air
sebesar 3,13 %.
4.3. Sumber Pertumbuhan PDRB Sektoral
Tabel 3. Sumber Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor/ Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan 2000
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pertanian 0,28 1,03 0,53 0,22 0,35
2. Pertambangan dan Penggalian 0,05 0,02 0,22 0,09 0,19
3. Industri Pengolahan 0,41 0,48 0,55 0,28 0,34
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,11 0,13 0,12 0,03 0,05
5. Bangunan 0,25 0,29 0,72 0,45 0,73
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,91 1,72 1,65 1,15 1,57
7. Pengangkutan dan Komunikasi 2,19 0,57 0,44 0,37 0,54
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,40 0,29 0,01 1,56 0,81
9. Jasa – Jasa 0,84 0,99 1,44 1,77 1,39
Total 5,45 5,51 5,69 5,94 5,89
Laju pertumbuhan yang tinggi dari suatu kelompok sektor ekonomi tidak berarti bahwa
sektor yang bersangkutan merupakan sumber pertumbuhan yang tinggi pula. Dari tabel 2 dan 3
dapat kita lihat bahwa walaupun laju pertumbuhan sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan sektor Bangunan lebih tinggi daripada sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran akan tetapi justru sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang
merupakan sumber utama pertumbuhan yaitu sebesar 1,57 % dari total pertumbuhan PDRB yang
sebesar 5,89 %, baru diikuti oleh sektor Jasa – Jasa sebesar 1,39 %, sektor Bangunan sebesar
0,73 %, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 0,81 %, sektor Pengangkutan dan
Komunikasi sebesar 0,54 %, sektor Pertanian sebesar 0,35 %, sektor Industri Pengolahan sebesar
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 25
31. Tinjauan Ekonomi
0,34 %, sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 0,19 % serta sektor Listrik, Gas dan Air
Bersih sebesar 0,05 %.
4.4. Struktur Perekonomian
Struktur perekonomian Kota Palangka Raya selama tahun 2000 sampai dengan tahun
2008 didominasi oleh 3 sektor yaitu Jasa-jasa, Pengangkutan dan komunikasi serta Perdagangan,
Hotel dan Restoran.
Tabel 4. Distribusi persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2004 - 2009 (persen)
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pertanian 6,39 6,66 6,99 6,85 6,88
2. Pertambangan dan Penggalian 1,78 1,54 1,64 1,64 1,75
3. Industri Pengolahan 5,28 5,29 5,43 5,38 5,45
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 2,74 3,12 3,13 2,92 2,80
5. Bangunan 7,74 7,05 6,86 6,93 7,15
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 15,21 15,00 15,34 15,66 16,23
7. Pengangkutan dan Komunikasi 18,75 21,61 21,41 20,66 20,01
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5,40 5,06 4,82 6,19 6,54
9. Jasa – Jasa 36,72 34,66 34,38 33,77 33,19
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Kontribusi sektor pertanian tahun 2008 sebesar 6,85 persen naik menjadi 6,88 persen
pada tahun 2009.
Pada tahun 2009 sektor Jasa-Jasa masih menunjukkan komposisi angka tertinggi dalam
memberikan kontribusi pembentukan PDRB di Kota Palangka Raya dengan andil 33,19 persen.
Dua sektor lainnya yang cukup menyangga struktur perekonomian kota Palangka Raya sama
dengan tahun 2008 yaitu sektor Pengangkutan & Komunikasi dan sektor Perdagangan, Hotel &
Restoran.
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 26
32. Tinjauan Ekonomi
4.5. Perkembangan PDRB Per Kelompok Sektor
Secara makro, sektor dapat pula dibagi menjadi 3 kelompok besar yang sering disebut
sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Pengelompokan ini berdasarkan output
maupun input dari asal terjadinya proses produksi untuk masing-masing produsen. Disebut
sektor primer apabila outputnya masih merupakan proses tingkat dasar dan sangat tergantung
pada alam, yang termasuk dalam sektor ini adalah sektor pertanian dan sektor pertambangan
& penggalian.
Tabel 5. Pertumbuhan PDRB Menurut Kelompok
Sektor Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kelompok Sektor 2007 2008 2009
(1) (2) (3) (4)
PRIMER 9,55 3,82 6,67
1. Pertanian 8,23 3,38 5,51
2. Pertambangan dan Penggalian 15,27 5,66 11,33
SEKUNDER 9,45 5,05 7,25
3. Industri Pengolahan 9,86 4,90 5,87
4. Listrik, Gas dan Air 7,46 1,91 3,13
5. Bangunan 9,60 5,84 9,13
TERSIER 4,59 6,34 5,54
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 9,57 6,41 8,51
7. Pengangkutan dan Komunikasi 2,26 2,00 3,06
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,29 32,21 12,51
9. Jasa-jasa 4,06 5,07 4,09
Untuk sektor ekonomi dimana proses produksinya mempergunakan bahan baku yang
berasal langsung dari sektor primer dikelompokkan kedalam sektor sekunder. Yang dicakup
dalam sektor ini adalah sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor
bangunan.
Sedangkan kelompok sektor tersier adalah kegiatan ekonomi yang bersifat jasa seperti
sektor perdagangan hotel & restoran, pengangkutan & komunikasi, keuangan, persewaan & Jasa
perusahaan serta sektor jasa-jasa.
Perkembangan pertumbuhan PDRB menurut kelompok sektor, pertumbuhan tertinggi dari
ketiga kelompok sektor pada tahun 2009 adalah kelompok sektor sekunder, dengan pertumbuhan
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 27
33. Tinjauan Ekonomi
7,25%. Sektor primer sebesar 6,67 %, sektor tersier tumbuh sebesar 5,54 % lebih rendah dari
pertumbuhan tahun sebelumnya yaitu 6,34 %. Hal ini menunjukkan bahwa struktur
perekonomian Kota Palangka Raya pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan yang didominasi
oleh kelompok sektor skunder yang secara khusus kontribusinya berasal dari sektor Bangunan,
yang secara kasat mata pertumbuhannya sangat jelas dengan banyaknya pembangunan
perumahan, perhotelan dan pertokoan.
4.6. Pendapatan Perkapita
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu menjamin kemakmuran yang tinggi
pula bagi masyarakat, karena mungkin pertumbuhan penduduknya cukup tinggi pula. Tingkat
pertumbuhan pendapatan perkapita lebih menunjukkan perkembangan kemakmuran, sebab bila
dilihat dari sudut konsumsi, berarti masyarakat akan mempunyai kesempatan untuk menikmati
barang dan jasa yang lebih banyak atau lebih tinggi kualitasnya.
Pendapatan Regional perkapita Kota Palangka Raya atas dasar harga berlaku pada tahun
2008 sebesar Rp. 11.852.653,23,- meningkat menjadi Rp. 12.780.010,87,- pada tahun 2009 naik
sebesar 7,82 persen sedangkan atas dasar harga konstan 2000 naik dari Rp. 5.743.943,89,- pada
tahun 2008 menjadi Rp. 5.886.293,49,- pada tahun 2009, naik sebesar 2,48 persen.
Sedangkan pertumbuhan PDRB Perkapita tahun 2009 dibandingkan tahun 2008 atas dasar
harga berlaku meningkat sebesar 7,03 persen dan atas dasar harga konstan 2000 turun sebesar
1,66 persen.
4.7. Produktivitas Tenaga Kerja
Kemajuan dibidang pembangunan akan sangat berpengaruh terhadap perekonomian Kota
Palangka Raya antara lain struktur ekonomi. Struktur ekonomi mengalami pergeseran dari
ekonomi agraris tradisional menjadi perekonomi-an yang lebih maju dengan struktur lebih kokoh,
yaitu perekonomian yang didukung oleh industri makin kuat dan sektor jasa yang tangguh
sehingga perekonomian relatif stabil.
Sasaran untuk mencapai tingkat kemajuan dan kemandirian yang diharapkan, yaitu
sumber daya ekonomi harus berkembang dengan cepat. Beberapa tahun terakhir pertumbuhan
ekonomi yang didukung laju pertumbuhan penduduk yang semakin kecil menimbulkan
perubahan struktur lapangan kerja yang seimbang dan produktif. Peningkatan produktivitas
seluruh perekonomian, peningkatan produktivitas tenaga kerja masyarakat per sektor dan
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 28
34. Tinjauan Ekonomi
efisiensi guna mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi yang terus produktif menyebabkan
tingkat produktifitas tenaga kerja perlu dihitung di masing-masing sektor. Secara umum
produktivitas merupakan perbandingan antara PDRB sektoral dengan jumlah tenaga kerja.
Seperti tingkat produktivitas tenaga kerja yang terlihat pada tabel 8.
Tabel 6. PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2000, 2008dan 2009 (Juta Rupiah)
Lapangan Usaha 2000 2008 2009
(1) (2) (3) (4)
1. Pertanian 56.943,48 191.455,09 214,391.08
2. Pertambangan dan Penggalian 16.600,16 45.732,62 54.517,94
3. Industri Pengolahan 51.099,49 150.294,27 169,582.33
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 12.651,83 81.513,23 87,243.92
5. Bangunan 73.093,24 193.418,42 222,500.72
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 141.070,49 437.379,47 505,447.72
7. Pengangkutan dan Komunikasi 242.467,79 577.155,69 623,164.49
8. Keuangan, Per sewaan dan Jasa Perusahaan 57.327,60 172.913,53 203,541.40
9. Jasa – Jasa 345.079,54 943.143,01 1,033,501.40
Total 996.333,62 2.793.005,33 3,113,890.70
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 29
35. Tinjauan Ekonomi
Tabel 7. Jumlah Tenaga Kerja Sektoral Tahun
2000, 2008 dan 2009 (Orang)
Lapangan Usaha 2000 2008 2009*)
(1) (2) (3) (4)
1. Pertanian 3.842 7.828 8.154
2. Pertambangan dan Penggalian 978 1.165 1.213
3. Industri Pengolahan 3.024 2.983 3.106
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 330 574 599
5. Bangunan 4.225 8.263 8.607
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 16.435 23.384 24.357
7. Pengangkutan dan Komunikasi 4.971 5.125 5.338
8. Keuangan, Per sewaan dan Jasa Perusahaan 720 2.036 2.121
9. Jasa – Jasa 19.855 25.109 26.153
Total 54.380 76.467 79.648
Catatan : *) Data tenaga kerja Proporsi
Tabel 8. Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000, 2008 dan 2009
(Ribu Rupiah)
Lapangan Usaha 2000 2008 2009
(1) (2) (3) (4)
1. Pertanian 14.821,31 24.457,73 26.292.75
2. Pertambangan dan Penggalian 16.973,58 39.255,47 44.944.72
3. Industri Pengolahan 16.897,98 50.383,60 54.598.30
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 38.338,88 142.009,11 145.649.29
5. Bangunan 16.564,33 23.407,77 25.851.10
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 8.583,54 18.704,22 20.751.64
7. Pengangkutan dan Komunikasi 48.776,46 112.615,74 116.741.19
8. Keuangan, Per sewaan dan Jasa Perusahaan 83.939,65 84.928,06 95.964.83
9. Jasa – Jasa 17.379,98 37.561,95 39.517.51
Total 18.321,69 36.525,63 39.095.65
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 30
36. Tinjauan Ekonomi
Kalau dicermati pada tabel 6, Secara umum angka PDRB tahun 2009 mengalami kenaikan
jika dibandingkan dengan tahun 2008. Dari tabel 8 secara umum dapat kita lihat keadaan rata-
rata produktivitas tenaga kerja pada tahun 2009 terhadap tahun 2008 menunjukkan adanya suatu
kenaikan yang cukup berarti yaitu sebesar Rp. 36,5 juta pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp.
39,1 juta pada tahun 2009.
Kalau dilihat per-sektor, produktifitas tenaga kerja dari beberapa sektor ekonomi pada
tahun 2009 semuanya mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan produktifitas tenaga kerja
pada tahun 2008. Kenaikan produktifitas tenaga kerja dari semua sektor tersebut diakibatkan
lebih cepatnya pertumbuhan PDRB pada sektor yang bersangkutan pada tahun 2009
dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah tenaga kerja pada sektor dan tahun yang sama.
4.8. PDRB Menurut Penggunaan
Produk Domestik Regional Bruto menurut penggunaan memperlihatkan komposisi
penggunaan barang dan jasa baik yang dihasilkan didalam wilayah Kota Palangka Raya maupun
barang dan jasa yang berasal dari luar Kota Palangka Raya.
Tabel 9. Peranan Komponen Penggunaan Terhadap PDRB Kota Palangka Raya
Atas Dasar HargaBerlaku Tahun 2008 dan 2009 (Dalam Persentase)
Komponen Penggunaan 2008 2009
(1) (2) (3)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 67,86 68,21
a. Makanan 46,09 47,03
b. Bukan Makanan 21,77 21,17
2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba 2,51 2,55
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 36,13 35,89
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 35,43 34,53
5. Perubahan Stok 5,71 7,34
6. Ekspor Barang dan Jasa 5,66 5,52
7. Impor Barang dan Jasa 53,30 54,04
PDRB 100,00 100,00
Dari tabel 9, terlihat bahwa komposisi konsumsi rumah tangga mencapai 68,21 persen
dari total pembentukan PDRB kota Palangka Raya, yang terdiri dari 47,03 persen dipergunakan
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 31
37. Tinjauan Ekonomi
untuk konsumsi makanan, sedangkan 21,17 persen lainnya dipergunakan sebagai konsumsi
rumahtangga non makanan.
Pengeluaran konsumsi Pemerintah mencapai 35,89 persen. Sementara komposisi untuk
pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba pada tahun 2009 sebesar 2,55 persen dimana pada tahun
sebelumnya adalah 2,51 persen.
Pengeluaran untuk pembentukan modal tetap bruto mencapai 35,53 persen. Sementara
nilai barang-barang yang dikirim keluar daerah Kota Palangka Raya mencapai 7,34 persen,
sebaliknya untuk pemenuhan barang-barang dan jasa di wilayah Kota Palangka Raya,
mendatangkan barang-barang dari luar wilayah Kota Palangka Raya dengan komposisi 54,04
persen.
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 32
39. Tabel-tabel
TABEL I. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT
LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU
( DALAM JUTAAN RUPIAH )
KOTA PALANGKA RAYA
LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008*) 2009**)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 111,423.44 136,729.77 165,182.59 191,455.09 214.391,08
a. Tanaman Bahan Makanan 8,154.92 10,536.55 12,594.67 12,596.26 13.607,08
b. Tanaman Perkebunan 1,633.91 1,996.11 2,191.72 2,191.99 2.415,16
c. Peternakan Dan Hasil-Hasilnya 57,420.51 73,249.61 96,806.43 112,421.04 132.750,97
d. K e h u t a n a n 2,223.77 2,035.78 1,903.32 1,751.07 1.625,76
e. P e r i k a n a n 41,990.33 48,911.72 51,686.45 62,494.73 63.992,11
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 30,965.35 31,551.95 38,870.63 45,732.62 54.517,94
a. Minyak Dan Gas Bumi - - - - -
b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - -
c. P e n g g a l i a n 30,965.35 31,551.95 38,870.63 45,732.62 54.517,94
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 92,060.81 108,594.53 128,386.56 150,294.27 169.582,33
a. Industri Migas - - - - -
- Pengilangan Migas - - - - -
- Gas Alam Cair - - - - -
b. Industri Tanpa Migas 92,060.81 108,594.53 128,386.56 150,294.27 169.582,33
4. LISTRIK, GAS DAN AIR MINUM 47,719.21 64,159.45 73,968.12 81,513.23 87.243,92
a. L i s t r i k 34,626.49 45,605.98 53,059.59 57,969.72 61.600,27
b. Gas Kota - - - - -
c. Air Bersih 13,092.72 18,553.47 20,908.52 23,543.51 25.643,65
5. B A N G U N A N 134,986.97 144,800.50 162,297.70 193,418.42 222.500,38
6. PERDAGANGAN, RESTORAN DAN HOTEL 265,135.47 308,050.01 362,654.38 437,379.47 505.447,72
a. Perdagangan Besar Dan Eceran 189,041.75 228,974.15 277,216.00 336,106.08 392.822,93
b. H o t e l 19,416.33 19,470.80 21,987.08 24,726.60 27.338,46
c. R e s t o r a n 56,677.39 59,605.07 63,451.30 76,546.79 85.286,33
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 33
40. Tabel-tabel
Lanjutan Tabel I
LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008*) 2009**)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 327,003.58 443,810.39 506,217.12 577,155.69 623.164,49
a. Pengangkutan 308,807.29 419,515.84 473,142.22 543,122.76 585.418,69
- Angkutan Rel - - - - -
- Angkutan Jalan Raya 124,402.16 187,780.98 195,116.28 264,265.85 299.503,05
- Angkutan Air 144,987.47 174,948.55 204,075.60 188,612.18 180.361,58
- Angkutan Udara 36,237.57 53,138.04 69,439.83 84,219.85 98.834,97
- Jasa Penunjang Angkutan 3,180.09 3,648.28 4,510.51 6,024.88 6.719,08
b. Komunikasi 18,196.29 24,294.55 33,074.90 34,032.93 37.745,80
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 94,072.79 103,907.29 114,067.39 172,913.53 203.541,40
a. B a n k 48,716.25 53,617.00 49,519.00 88,639.00 106.299,72
b. Lemb. Keuangan Tanpa Bank & Jasa Penunjang
Keuangan 3,149.94 3,604.85 4,304.00 5,294.69 5.846,67
c. Sewa bangunan 28,954.97 32,147.58 41,965.40 55,899.16 65.169,80
d. Jasa Perusahaan 13,251.63 14,537.86 18,279.00 23,080.68 26.225,21
9. J A S A - J A S A 640,275.47 711,665.83 813,041.75 943,143.01 1.033.501,40
a. Pemerintahan Umum 562,557.12 628,629.25 713,907.62 834,144.39 912.307,96
- Adm. Pemerintah dan Pertahanan 348,785.41 389,750.13 442,622.73 517,169.52 565.630,94
- Jasa Pemerintah Lainnya 213,771.70 238,879.11 271,284.90 316,974.87 346.677,03
b. S w a s t a 77,718.36 83,036.58 99,134.13 108,998.62 121.193,44
- Sosial Kemasyarakatan 44,327.15 47,108.83 56,842.11 62,606.14 70.017,00
- Hiburan Dan Rekreasi 2,526.38 2,853.19 3,324.91 3,687.08 4.234,47
- Perorangan Dan Rumahtangga 30,864.83 33,074.57 38,967.11 42,705.41 46.941,97
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1,743,643.09 2,053,269.71 2,364,686.24 2,793,005.33 3.113.890,66
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 34
41. Tabel-tabel
TABEL II. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT
LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000
( DALAM JUTAAN RUPIAH )
KOTA PALANGKA RAYA
LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008*) 2009**)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 66,956.75 79,026.22 85,533.90 88,422.75 93.291,65
a. Tanaman Bahan Makanan 6,622.08 6,643.92 6,687.71 6,470.64 6.736,58
b. Tanaman Perkebunan 1,288.20 1,285.58 1,326.25 1,341.36 1.370,07
c. Peternakan Dan Hasil-Hasilnya 34,682.82 43,192.28 48,486.07 50,992.23 55.260,27
d. K e h u t a n a n 1,356.44 1,207.98 1,038.56 828.15 748,56
e. P e r i k a n a n 23,007.21 26,696.46 27,995.30 28,790.37 29.176,16
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 17,913.39 18,105.68 20,869.67 22,050.55 24.548,76
a. Minyak Dan Gas Bumi - - - - -
b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - -
c. P e n g g a l i a n 17,913.39 18,105.68 20,869.67 22,050.55 24.548,76
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 62,982.55 68,613.53 75,376.71 79,067.87 83.709,15
a. Industri Migas - - - - -
- Pengilangan Migas - - - - -
- Gas Alam Cair - - - - -
b. Industri Tanpa Migas 62,982.55 68,613.53 75,376.71 79,067.87 83.709,15
4. LISTRIK, GAS DAN AIR MINUM 19,147.25 20,656.54 22,196.56 22,620.53 23.329,19
a. L i s t r i k 13,390.29 14,375.02 15,513.45 15,739.48 16.155,00
b. Gas Kota - - - - -
c. Air Bersih 5,756.96 6,281.52 6,683.11 6,881.05 7.174,18
5. B A N G U N A N 89,235.28 92,606.92 101,498.97 107,430.80 117.235,16
6. PERDAGANGAN, RESTORAN DAN HOTEL 193,167.79 213,349.60 233,768.08 248,749.20 269.919,91
a. Perdagangan Besar Dan Eceran 138,537.15 159,158.80 178,812.62 192,294.78 210.910,09
b. H o t e l 12,419.74 12,321.44 12,474.83 12,855.80 13.968,09
c. R e s t o r a n 42,210.90 41,869.36 42,480.62 43,598.61 45.041,72
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 35
42. Tabel-tabel
Lanjutan Tabel II
LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008*) 2009**)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 235,388.43 242,013.65 247,493.10 252,445.91 260.176,73
a. Pengangkutan 224,753.51 229,571.41 232,744.97 236,258.50 242.185,54
- Angkutan Rel - - - - -
- Angkutan Jalan Raya 94,741.30 99,534.63 100,755.90 113,202.04 124.476,96
- Angkutan Air 97,713.29 91,323.64 91,700.72 78,281.29 68.435,71
- Angkutan Udara 30,144.87 36,481.14 38,017.49 42,362.00 46.758,13
- Jasa Penunjang Angkutan 2,154.05 2,232.01 2,270.86 2,413.17 2.514,74
b. Komunikasi 10,634.92 12,442.24 14,748.12 16,187.41 17.991,19
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 59,886.26 63,236.81 63,422.06 83,851.08 94.341,58
a. B a n k 29,409.88 31,489.33 27,529.64 45,516.59 53.885,39
b. Lemb. Keuangan Tanpa Bank & Jasa Penunjang
Keuangan 2,162.22 2,221.70 2,412.01 2,553.53 2.677,89
c. Sewa bangunan 19,354.99 20,526.53 23,317.86 25,253.74 26.869,98
d. Jasa Perusahaan 8,959.17 8,999.26 10,162.55 10,527.23 10.908,32
9. J A S A - J A S A 426,807.69 438,420.47 456,235.05 479,380.02 499.006,86
a. Pemerintahan Umum 384,838.73 393,733.90 408,035.71 429,061.42 446.309,69
- Adm. Pemerintah dan Pertahanan 238,600.01 244,115.02 252,982.14 266,018.08 276.712,01
- Jasa Pemerintah Lainnya 146,238.72 149,618.88 155,053.57 163,043.34 169.597,68
b. S w a s t a 41,968.96 44,686.57 48,199.34 50,318.60 52.697,17
- Sosial Kemasyarakatan 22,399.93 23,797.30 25,810.22 27,051.12 28.411,51
- Hiburan Dan Rekreasi 1,525.15 1,652.63 1,815.02 1,914.78 2.038,28
- Perorangan Dan Rumahtangga 18,043.88 19,236.64 20,574.10 21,352.70 22.247,38
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1,171,485.38 1,236,029.41 1,306,394.09 1,384,018.71 1.465.558,99
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 36
43. Tabel-tabel
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
TABEL III. DISTRIBUSI PERSENTASE PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU ( % )
KOTA PALANGKA RAYA
LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008*) 2009**)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 6.39 6.66 6.99 6.85 6,88
a. Tanaman Bahan Makanan 0.47 0.51 0.53 0.45 0,44
b. Tanaman Perkebunan 0.09 0.10 0.09 0.08 0,08
c. Peternakan Dan Hasil-Hasilnya 3.29 3.57 4.09 4.03 4,26
d. K e h u t a n a n 0.13 0.10 0.08 0.06 0,05
e. P e r i k a n a n 2.41 2.38 2.19 2.24 2,06
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 1.78 1.54 1.64 1.64 1,75
a. Minyak Dan Gas Bumi - - - - -
b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - -
c. P e n g g a l i a n 1.78 1.54 1.64 1.64 1,75
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 5.28 5.29 5.43 5.38 5,45
a. Industri Migas - - - - -
- Pengilangan Migas - - - - -
- Gas Alam Cair - - - - -
b. Industri Tanpa Migas 5.28 5.29 5.43 5.38 5,45
4. LISTRIK, GAS DAN AIR MINUM 2.74 3.12 3.13 2.92 2,80
a. L i s t r i k 1.99 2.22 2.24 2.08 1,98
b. Gas Kota - - - - -
c. Air Bersih 0.75 0.90 0.88 0.84 0,82
5. B A N G U N A N 7.74 7.05 6.86 6.93 7,15
6. PERDAGANGAN, RESTORAN DAN HOTEL 15.21 15.00 15.34 15.66 16,23
a. Perdagangan Besar Dan Eceran 10.84 11.15 11.72 12.03 12,62
b. H o t e l 1.11 0.95 0.93 0.89 0,88
c. R e s t o r a n 3.25 2.90 2.68 2.74 2,74
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 37
44. Tabel-tabel
Lanjutan Tabel III
LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008*) 2009**)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 18.75 21.61 21.41 20.66 20,01
a. Pengangkutan 17.71 20.43 20.01 19.45 18,80
- Angkutan Rel - - - - -
- Angkutan Jalan Raya 7.13 9.15 8.25 9.46 9,62
- Angkutan Air 8.32 8.52 8.63 6.75 5,79
- Angkutan Udara 2.08 2.59 2.94 3.02 3,17
- Jasa Penunjang Angkutan 0.18 0.18 0.19 0.22 0,22
b. Komunikasi 1.04 1.18 1.40 1.22 1,21
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 5.40 5.06 4.82 6.19 6,54
a. B a n k 2.79 2.61 2.09 3.17 3,41
b. Lemb. Keuangan Tanpa Bank & Jasa Penunjang
Keuangan 0.18 0.18 0.18 0.19 0,19
c. Sewa bangunan 1.66 1.57 1.77 2.00 2,09
d. Jasa Perusahaan 0.76 0.71 0.77 0.83 0,84
9. J A S A - J A S A 36.72 34.66 34.38 33.77 33,19
a. Pemerintahan Umum 32.26 30.62 30.19 29.87 29,30
- Adm. Pemerintah dan Pertahanan 20.00 18.98 18.72 18.52 18,16
- Jasa Pemerintah Lainnya 12.26 11.63 11.47 11.35 11,13
b. S w a s t a 4.46 4.04 4.19 3.90 3,89
- Sosial Kemasyarakatan 2.54 2.29 2.40 2.24 2,25
- Hiburan Dan Rekreasi 0.14 0.14 0.14 0.13 0,14
- Perorangan Dan Rumahtangga 1.77 1.61 1.65 1.53 1,51
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Perekonomian Regional Palangka Raya 2009 38