Renstra Dinas Pertanian, Perkebunan, Pelaksana Penyuluhan dan Katahanan Panga...
Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka RayaEdisi 06/Tahun IV/2012
1. PEMERINTAH KOTA
PALANGKA RAYA
EDISI 06/TAHUN IV/2012
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KOTA PALANGKA RAYA
JUNI 2012
2. Penanggung Jawab
Ir. Muhladun
Redaktur
Martina, SH, M.Si Daftar Isi 1
Penyunting/Editor Kata Pengantar 2
Drs. Sernus
Kristhine Agustine, SE Evaluasi Daya Dukung Sarana dan 3
Roysart Alfons, ST, MT, MSc Prasarana Budidaya Perikanan di
Wilayah Kota Palangka Raya
Desain Grafis
Nensianie, SP, MSi Studi Kelayakan Pembangunan Pusat 14
Vallery Budianto, ST Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi
Potong (P2IUSP) di Kota Palangka Raya
Fotografer
Immanuel Yuwana Yakti, ST
Kajian Penerapan Standar Pelayanan 30
Sekretariat Minimal Pemerintah Kota Palangka Raya
Edy Oktora Hanyi, ST (Bidang Kesehatan, Pendidikan Dasar
dan Pemerintahan Dalam Negeri)
Pengembangan Ekonomi Lokal 44
di Kota Palangka Raya
Alamat Redaksi
Bappeda Kota Palangka Raya
Jl. Tjilik Riwut No. 98
Telp/Fax. 0536-3231542, 3231539
email: litbangbappedaplk@gmail.com
1
3. S egala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan bimbingan-Nya dalam seluruh
proses dari tahap persiapan, penyusunan hingga pencetakan
Buletin Litbang edisi keenam ini.
Dalam edisi ini Tim Penyusun Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya
menyajikan empat tulisan yanjg merupakan hasil pelaksanaan kegiatan SKPD jajaran
Pemerintah Kota Palangka Raya. Dua di antaranya merupakan kegiatan yang
dilaksanakan oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kota Palangka Raya
dalam Tahun Anggaran 2011, sedangkan dua lainnya merupakan kegiatan di Bappeda
Kota Palangka Raya Tahun Anggaran 2011.
Kiranya Buletin Litbang Edisi ke-6 ini dapat membangkitkan inspirasi bagi kita
sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan
masyarakat dan Kota Palangka Raya demi tercapainya tujuan pembangunan nasional.
Palangka Raya, Juni 2012
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KOTA PALANGKA RAYA
Ir. MUHLADUN
Pembina Utama Muda
NIP. 19570803 198710 1 001
2
4. Kerjasama Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya dengan
Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya
LATAR BELAKANG
S
MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN
arana dan prasarana budidaya
perikanan merupakan salah satu sub Maksud dan tujuan kegiatan Evaluasi
sistem dari program pembangunan Daya Dukung Sarana dan Prasarana Perikanan
perikanan budidaya. Oleh karena itu di dalam Budidaya di Kota Palangka Raya adalah:
perencanaannya, di samping perlu memahami (i) mengidentifikasi kegiatan perikanan
konteks pembangunan budidaya perikanan budidaya yang terdapat di Kota Palangka Raya;
secara keseluruhan juga perlu mempertim- (ii) melakukan evaluasi kondisi sarana dan
bangkan berbagai aspek yang dibutuhkan untuk prasarana perikanan budidaya dan melakukan
penyusunan suatu perencanaan yang baik. identifikasi daya dukung wilayah terhadap
Usaha budidaya perikanan di Kota pengembangan dan pembangunan prasarana
Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah budidaya di Kota Palangka Raya Provinsi
sangat prospektif. Hal itu karena didukung oleh Kalimantan Tengah; dan (iii) memberikan
ekologi sumber daya alamnya, pangsa pasar gambaran kelayakan kawasan dari segi teknis
yang cukup baik dan hal yang paling penting lahan. Diharapkan pada akhirnya hasil kegiatan
dari pengembangan usaha ini adalah langsung ini ini dapat memberikan gambaran tentang
menyentuh pada kehidupan masyarakat desa, kondisi perikanan budidaya dan strategi
khususnya petani ikan yang dapat meningkat- pengembangan sarana dan prasarana perikanan
kan pendapatan dan kesejahteraan hidupnya, di Kota Palangka Raya.
menciptakan kesempatan kerja serta dapat
memenuhi kebutuhan gizi/protein hewani OUTPUT
masyarakat.
Perencanaan sarana dan prasarana Output dari kegiatan ini berupa :
budidaya diperlukan agar pembangunan yang (i) Laporan Evaluasi yang memuat analisis studi
dilakukan dapat secara optimal mendukung identifikasi dan studi aktivitas perikanan
kegiatan budidaya serta diperolehnya efisiensi budidaya di Kota Palangka Raya, dan (ii) Peta
baik pada tahap konstruksi maupun pada saat lokasi sebaran pembudidaya ikan dan sistem
pengoperasian dan pemeliharaan.
Budidaya ikan dalam keramba di Sungai Kahayan
3
5. usaha budidaya perikanan di Kota Palangka Prasarana (infrastruktur) menurut
Raya. pengertian umum adalah suatu bangunan yang
digunakan untuk mendukung suatu kegiatan
KERANGKA PENDEKATAN tertentu. Bangunan prasarana merupakan
PERENCANAAN PRASARANA sesuatu yang tetap dan dalam pengopera-
siannya tidak dipindah-pindahkan. Dengan
BUDIDAYA PERIKANAN demikian yang disebut prasarana perikanan
Perencanaan prasarana budidaya budidaya adalah bangunan yang digunakan
diperlukan agar pembangunan yang dilakukan untuk mendukung kegiatan perikanan budidaya
dapat secara optimal mendukung program pem- yang meliputi kegiatan pembudidayaan, kegi-
bangunan budidaya baik aspek fisik maupun atan pembenihan, pengolahan dan pemasaran
aspek fungsi serta diperolehnya efisiensi baik hasil, pembinaan teknologi dan penanganan
pada tahap konstruksi maupun pada saat penyakit serta prasarana untuk kegiatan
pengoperasian dan pemeliharaannya. lainnya yang termasuk dalam ruang lingkup
Dengan demikian perlu pemahaman kegiatan perikanan budidaya.
secara keseluruhan mengenai program Sebagai salah satu sub sistem perikanan
pembangunan perikanan budidaya yang akan budidaya maka kebijaksanaan pengembangan
dilaksanakan, yang meliputi: prasarana budidaya mengacu kepada kebijakan
a. Potensi daya dukung wilayah terhadap pembangunan perikanan budidaya yang secara
pengembangan budidaya, umum terdiri dari 2 (dua) program yaitu
b. Sampai sejauh tingkat pengembangan yang intensifikasi dan ekstensifikasi.
akan dilaksanakan atau direncanakan, Intensifikasi dari segi prasarana budidaya,
c. Dukungan-dukungan pengembangan yang kegiatan intensifikasi didukung melalui
telah ada (potensi)’ kegiatan rehabilitasi prasarana baik dalam
d. Hambatan-hambatan yang mungkin timbul bentuk penambahan atau perbaikan. Kegiatan
dan hal-hal yang merupakan pembatas ini diprioritaskan untuk mengatasi hal-hal yang
(constrain), dipandang sangat mendesak yang memerlukan
e. Prakondisi yang diperlukan agar perbaikan segera.
pengembangan dapat dilaksanakan. Ekstensifikasi didukung melalui
Gambaran secara keseluruhan tentang pembangunan prasaranabudidaya baik di lokasi
program pembangunan perikanan budidaya yang mulai berkembang/dikembangkan secara
(budidaya air payau, laut, tawar, pembenihan, bertahap maupun pada lokasi yang baru dibuka
pengolahan, pembinaan) terangkum dalam atau dimanfaatkan.
Masterplan yang idealnya disusun baik untuk Secara umum penyusunan masterplan
lingkup Kabupaten maupun Propinsi. perikanan budidaya dalam suatu wilayah
Kegiatan Pembuatan Master Plan (regional) mengacu kepada kebijakan Peme-
mencakup mencakup perencanaan prasarana rintah daerah serta program pengembangan
budidaya agar pembangunan yang dilakukan budidaya yang telah diterapkan. Sebagai
dapat secara optimal mendukung kegiatan langkah awal kegiatan pembangunan dan
budidaya serta diperolehnya efisiensi baik pada rehabilitasi prasarana budidaya, maka pada
tahap konstruksi maupun pada saat pengopera- tahap perencanaan harus mengacu pada master
sian dan pemeliharaannya. plan tersebut.
Perencanaan prasarana budidaya dibagi
dalam 2 (dua) tahapan yaitu tahap planning dan
tahap perencanaan teknis rancang bangun (detil
desain). Tahap planning sesungguhnya merupa-
kan inti dari suatu perencanaan, karena pada
tahap ini ditentukan arah pengembangan
proyek, serta merupakan acuan bagi pelaksa-
naan kegiatan selanjutnya baik pada tahap
desain konstruksi serta tahap operasional dan
pemeliharaan. Tahap planning ini merupakan
kegiatan yang sulit dan bersifat multidisipliner,
dimana diperlukan berbagai keahlian baik
dalam bidang teknik, ekonomi dan sosial.
Keramba di Sungai Kahayan
4
6. METODE PELAKSANAAN dan kimia. Adapun metode pengumpulan baik
berupa pengamatan, pengukuran, pengambilan
Pengumpulan data primer dilakukan sampel, dan analisis laboratorium. Dalam
dengan pengambilan data di lapangan melakukan pengumpulan data akan ditetapkan
menggunakan metode Rapid Rural Appraisal stasiun pengamatan untuk mengefisiensikan
(RRA) dan Participatory Rural Appraisal (PRA). dan mengefektifkan dalam memperoleh
Dari analisis data yang dikumpulkan tersebut gambaran keseluruhan dari populasi di lokasi
akan tergambar kondisi dan potensi aktual pekerjaan.
kegiatan budidaya perikanan di wilayah Analisis data ekosistem dan sumberdaya
studi.Begitu juga mengenai faktor pendukung dibedakan menjadi aspek biotik dan aspek
dan permasalahan tentang aspek biofisik-kimia, abiotik.Aspek abiotik yang meliputi sifat fisika
sosial ekonomi dan budaya, prasarana dan dan kimia akan dikaitkan dengan standar baku
sarana penunjang kegiatan budidaya ikan yang kondisi perairan untuk kehidupan biota secara
sudah ada, serta kebijakan-kebijakan dan umum.
aturan-aturan pemerintah yang berlaku
berkaitan dengan kawasan. Kondisi Teknis Budidaya Perikanan
Untuk mengetahui kondisi teknis
PENGUMPULAN DATA budidaya pada lokasi penelitian dilakukan
Secara garis besar kegiatan penelitian pengambilan data primer yaitu dengan cara
dibagi menjadi 2 komponen utama yaitu yang pengamatan langsung dan melakukan
pertama komponen kondisi ekosistem dan wawancara dengan beberapa responden yang
sumberdaya alamnya dan kedua kondisi teknis dipilih secara purposive.
budidaya yang berhubungan dengan sistem Pengamatan pertama dilakukan pada
budidaya yang digunakan, tingkat teknologi sistem budidaya yang berbasiskan daratan
yang diterapkan. seperti kolam air tenang dan kolam tadah hujan.
Kemudian pengamatan kedua dilakukan pada
Kondisi Ekosistem dan Sumberdaya sistem budidaya yang berbasiskan air seperti
Pengumpulan data ekosistem dan karamba ataukombongan dan sistem budidaya
sumberdaya disesuaikan dengan jenis lainnya.
ekosistemnya. Namun demikian, secara garis Sistem budidaya berbasiskan daratan
besar aspek yang diamati adalah komponen terpisah dari perairan yang menjadi sumber air
biotik baik makro maupun mikro dan sistem ini. Penyaluran air dilakukan dengan
komponen abiotik yang meliputi aspek fisika menggunakan saluran atau pipa sedangkan
sistem budidaya berbasis air dilakukan pada
Budidaya ikan air tawar di Sungai 5
7. badan air dimana interkasi antara ikan kultur limpasan banjir (flood-plain). Danau oxbow dan
dengan lingkungannya sangat kuat dan hampir danau backwater di Kalimantan Tengah cukup
tidak ada pembatasannya dan umumnya banyak, sejauh ini belum terekam secara pasti,
diterapkan pada perairan umum seperti danau, walaupun diperkirakan jumlahnya mungkin di
waduk dan sungai. atas 500 buah terlihat pada peta satelit,
tersebar di sepanjang sungai-sungai.
KERAGAAN EKOLOGIS PERAIRAN DAN Danau-danau di Kota Palangka Raya pada
AKTIVITAS PERIKANAN umumnya bersifat musiman atau oxbow yang
terbentuk dari limpasan banjir dan biasanya
Danau-danau di wilayah Kalimantan relatif lebih dangkal yang mendapatkan suplai
Tengah dapat digolongkan kedalam 3 tipe air dari limpasan banjir air sungai. Karena itu
danau yang umumnya terjadi akibat dinamika ukuran danau yang sangat bervariasi dengan
hidrologi air sungai utama. Danau Sembuluh lokasi yang terpencar-pencar di sepanjang
adalah salah satu danau terbesar terletak di DAS sungai Rungan dan Sungai Kahayan di wilayah
Seruyan, diprakirakan terjadi akibat pen-Dam- Kalimantan Tengah. Berdasarkan peta satelit
an alamiah pada Sungai Rungau, cabang Sungai terlihat bahwa kebanyakan danau di Kaliman-
Seruyan. Umumnya danau-danau di DAS tan Tengah berada di sepanjang sungai Rungan
Seruyan yang cukup besar setelah Danau dan sebagian lagi di Sungai Kahayan dengan
Sembuluh, seperti Danau Papudak dan Danau jumlah keseluruhan sebanyak 110 buah.
Seluluk memiliki proses kejadian yang sama. Ekologi danau-danau di Kota Palangka
Tipe danau kedua adalah danau oxbow (oxbow Raya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
lake) termasuk danau sungai (fluviatile/river ketersambungan hidrologi dengan sungai,
lake) yaitu bagian dari tipe limpasan dataran ukuran dan penyebarannya. Dilihat dari proses
sungai (flood-plain) yang mana terjadinya suatu hidrologinya, terdapat tiga tipe ekosistem
pengisolasian putaran dari lekukan-lekukan danau di daerah ini. Danau tipe pertama adalah
sungai (meander) atau sungai tua (mature danau yang betul-betul terisolasi dari sungai.
stream). Danau ini sering cukup dalam karena Tipe kedua berupa danau yang bagian hilirnya
menempati segmen dari sungai (Cole1983; Joo tersambung permanen dengan sungai dan
and Ward 1990). Tipe danau ketiga adalah danau tipe ketiga adalah danau yang bagian
backwater-lake yaitu danau yang terjadi akibat hilirnya tersambung permanen sedangkan
terisinya cekungan dibelakang sungai oleh air bagian hulunya hanya tersambung pada saat
sungai utama. Danau ini juga termasuk danau naiknya permukaan air sungai saja.
Danau-danau oxbow di sepanjang sungai-sungai besar di Kalimantan Tengah
6
8. Ada beberapa karakteristik umum danau- produktivitas ikan di danau-danau Kalimantan
danau oxbow di Kalimantan Tengah yang Tengah lebih tinggi, yaitu perbedaan panjang
membedakannya dengan danau-danau tektonik garis pantai (shoreline). Meskipun kecil, tetapi
besar yang biasa terdapat di daerah lain di karena jumlahnya yang sangat banyak, maka
Indonesia seperti danau Toba di Sumatera, total garis pantai danau-danau di Kalimantan
danau Lamongan di Jawa dan danau Bratan di Tengah menjadi sangat panjang. Menurut
Bali. Ciri yang pertama adalah tingginya Wetzel (2001), semakin panjang garis pantai,
fluktuasi muka air antara musim penghujan dan maka semakin luas pula daerah litoral sehingga
musim kemarau yang dapat mencapai 6 m. energi yang disuplai ke danau dari ekosistem
Karena ketersambungan danau-danau oxbow terestrial juga menjadi semakin besar. Karena
ini dengan sungai-sungai besar, maka tinggi itu danau-danau di daerah kita jauh lebih
rendahnya muka air ini pada umumnya sangat produktif dibanding danau-danau besar dan
dipengaruhi oleh fluktuasi debit air sungai. dalam yang terdapat di pulau-pulau lain di
Warna air yang hitam kecoklatan juga Indonesia.
merupakan salah satu karakteristik utama Distribusi danau juga merupakan salah
sebagian besar danau-danau di Kalimantan satu faktor ekologi yang sangat penting bagi
Tengah. Hal ini disebabkan oleh rembesan air perairan umum di Kalimantan Tengah. Danau
dari lahan gambut yang luasnya mencapai dengan ukuran kecil-kecil dan menyebar di
hampir 5 juta hektar di daerah ini. Danau air tengah hamparan hutan yang luas bisa
hitam ini biasanya memiliki kecerahan air yang diibaratkan sebagai pulau-pulau kecil yang
sangat rendah hingga mencapai hanya sekitar berdiri sendiri di tengah Samudera luas. Kondisi
30 cm saja. Tipisnya lapisan zona euphotik ini seperti ini dalam ilmu ekologi biasa disebut
menyebabkan rendahnya produktivitas primer sebagai “Fragmentasi habitat”. Habitat yang
sebagian besar danau di daerah ini. terfragmentasi biasanya memerlukan ketersam-
bungan agar organisme termasuk ikan-ikan
dapat bermigrasi dari satu danau ke danau yang
N lainnya. Dalam hal ini, keberadaan sungai
sangatlah penting sebagai media penghubung
antara danau-danau oxbow di Kalimantan
Hurung
Tengah. Jika fungsi sungai ini terganggu, maka
Bat akan terganggu pula pola hidup ikan-ikan yang
ada di perairan kita.
Sifat fisika dan kimia air di danau
khususnya suhu, pH dan oksigen terlarut cukup
Bunte
Tehang bervariasi. Berdasarkan pengamatan pada
tanggal 21 Juli 2011 di beberapa danau oxbow
di kawasan Sungai Rungan Kota Palangka Raya
ditampilkan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Kualitas air Sungai yang diobservasi
adalah bagian dari muara Sungai Rungan di
Kelurahan Tumbang Rungan hingga di
Kelurahan Munggu Baru. Stasiun pengamatan
1 km terdiri dari 8 tempat persis di bagian badan
sungai di depan pelabuhan Dermaga Kecil
Sungai yang berfungsi sebagai penghubung antara menuju ke Desa yaitu stasiun A1 di Mungku
danau-danau. Baru, stasiun A2 di Bukit Sua, stasiun A3 di
Panjehang, stasiun A4 di Gaung Baru, stasiunA5
di Petuk Bukit, stasiun A6 di Tangkiling, stasiun
Ukuran yang kecil-kecil dengan jumlahnya A7 di Marang, stasiun A8 di dekat muara sungai
yang sangat banyak juga merupakan keunikan Rungan.
tersendiri danau-danau di Kalimantan Tengah.
Jika dibandingkan dengan Danau Toba di Fitoplankton dan Zooplankton Perairan
Sumatera, misalnya, mungkin total volume air Danau
danau di Kalimantan Tengah tidak terlalu Secara umum, komunitas zooplankton di
berbeda atau mungkin bahkan lebih sedikit. kawasan perairan Kota Palangka Raya
Tetapi ada satu faktor yang membuat Kalimantan Tengah diwakili oleh klas rotifera
7
9. Tabel 1. Nilai Parameter fisika Kualitas Air di Lokasi Pengamatan
Kedalaman
(m) Kecerahan Kekeruhan DHL ORP TDS Suhu
Titik Sampling
(cm) (NTU) (mS/m) (mV) (g/l) (oC)
Sungai Rungan 2.6 – 6.2 29 – 49 0 5.6 181 0.05 29.8
Danau Takapan 3.9 32 – 52 0 5.4 223 0.04 27.3 – 31.2
Danau Rangas 5.1 31 - 39 0 1.12 178 0.02 28 – 31
Danau Rawet 2.8 27 - 38 0 5.2 238 0.01 28 – 30
Danau Hampapak 3.9 27 - 31 0 1.9 198 0.01 27.5 – 30.2
Danau Bajawak 3.9 29,8 0 5.7 199 0.01 28.2 – 29.6
Danau Madang 3.6 26,4 0 4.4 221 0.02 28.4 – 29.8
Danau Dapur (Cangkir) 3.5 40.5 0 3.2 215 0.01 29.7 - 29.9
Danau Marang 2.9 39.7 0 2.1 228 0.01 29.80
Danau Pinang 2.1 34 0 4.6 178 0.01 30.12
Danau Tundai 1.3 45 0 7.3 208 0.01 29.88
Danau Parasiang 2.4 52 0 4.4 234 0.01 31.00
Danau Teluk Petak 1.4 50 0 5.2 218 0.01 31.12
Tabel 2. Parameter Biologi dan Kimia Kualitas Air di Lokasi Pengamatan
Chl-a DO CO2 Fosfat Nitrat TOM
Titik Sampling pH
(ug/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l)
Sungai Rungan 0,5 4.25 – 6.28 1.18 – 3.10 4.20 0.080 0.020 74.23
Danau Takapan 5,6 5.17 -6.15 1.48 -3.11 4.10 0.060 0.020 52.85
Danau Rangas 1,7 3.45 – 5.39 1.86 – 3.12 3.45 0.050 0.043 40.33
Danau Rawet 1,2 4.58 – 4.90 0.68 – 1.97 6.78 0.050 0.053 40.00
Danau Hampapak 4,4 3.94 – 4.75 0.15 – 1.6 5.29 0.042 0.072 44.66
Danau Bajawak 6,7 2.17 – 2.97 3.42 – 5.17 5.89 0.046 0.055 35.73
Danau Madang 4,2 3.28 – 5.35 3.27 – 3.24 5.19 0.064 0.082 60.29
Danau Dapur (Cangkir) 4,6 4.10 – 5.42 1.75 – 3.21 5.98 0.058 0.080 46.91
Danau Marang 3,7 3.10 – 3.48 2.61 – 2.79 5.27 0.052 0.065 24.28
Danau Pinang 2,4 4.34 – 5.42 2.31 – 3.65 5.78 0.032 0.044 44.47
Danau Tundai 2,7 4.50 - 4.68 3.55 – 3.80 5.80 0.050 0.042 50.10
Danau Parasiang 2,3 3.80 – 4.52 4.42 – 4.70 6.18 0.040 0.045 34.24
Danau Teluk Petak 1,8 4.10 – 5.14 4.36 – 4.88 5.29 0.050 0.030 32.140
dan dua subklas dari crustacea yaitu cladocera yang paling banyak ditemukan adalah
dan copepoda. Total species zooplankton yang Limnodrillus sp, sedangkan Homochaeta sp juga
telah diidentifikasi dari daerah ini terdiri dari ditemukan namun kelimpahannya rendah.
111 species rotifera, 13 genus cladocera dan 2 Selain jenis makrozoobenthos tersebut di
species copepoda. Klas rotifera didominasi oleh atas, di Sungai Kahayan juga ditemukan jenis
genus Anoraeopsis, Hexarthra, Keratella, jenis lain seperti dari famili Chironomidae yaitu
Lecane, Polyarthra, dan Trichocerca, sedangkan Micropsectra sp (sub famili Tanitarsini) dan
subclas cladocera biasanya didominasi oleh Chironomus sp, Parachironomus sp (sub famili
genus Alona, Allonela, Bosminopsis dan Chironomini), dari famili Ceratopogonidae yaitu
Ophryoxus. Dua genus copepod cyclopoida yang Leptoconops sp dan jenis dari famili Tipulidae
umum ditemukan diperairan umum di kawasan dan grup Nematoda.
Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah adalah Keberadaan organisme benthos pada
Mesocyclop dan Thermocyclops. danau-danau di Kota Palangka Raya Kalimantan
Tengah umumnya menunjukkan jumlah jenis
Bethos di Perairan Danau dan tingkat kelimpahan individu yang
Keberadaan organisme benthos di Sungai cenderung lebih tinggi pada bagian hulu danau
Kahayan lebihdi dominasi oleh familiTubificidae dibandingkanbagian tengah dan hilir danau.
sub kelas Oligochaeta philum Annelida.
Jenishewan benthos dari sub kelas Oligochaeta
8
10. Nilai Beberapa Parimetrik Kualitas pada Beberapa Titik di Sungai Rungan
yang Berkonektivitas dengan Danau
Stasiun A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 BakuMutu
Jam 10:36 12:45 8:40 16:50 14:55 12:25 10:15 11:31 -
Kedalaman (m) 1,3 4,6 3,2 8,6 2,2 3,8 4,2 6,5 -
Kecep. arus
0,23 0,21 0,17 0,20 0,24 0,16 0,14 0,14 -
(m/det,)
Kecerahan (cm) 50 67 61 27 34 36 30 40 -
Kekeruhan (NTU) 55 69,5 56,6 74 72,4 90,7 79,9 63,3 5 NTU *
Suhu (oC) 28,7 29,6 28,5 31,1 29,7 29,5 29,2 29,8 Normal ± 3oC **/#
6,5 – 8,5*;5 – 9 **
.pH 5,72 5,62 5,67 5,34 5,38 5,61 5,57 5,47
6,5 – 8,5#
Oksigen Terlarut
4,67 5,82 5,59 5,05 5,83 4,49 5,19 6,08 3,0 mg/l**
(mg/l)
DHL 2,0 – 150 mS/m
4,2 4 4,1 3,4 4,2 4,9 3,8 3,6
(mS/m) (Boyd, 1988)
Potensial Redoks
240 238 215 200 220 192 160 225 450 mV
(mV)
TDS (mg/l) 0,03 0,03 0,03 0,02 0,03 0,03 0,02 0,02 1000 mg/l **
TSS (mg/l) 0.04 0.08 0.04 0.24 0.04 0.06 0.05 0.06 25 mg/l ****
BOD (mg/l) 7.9 7.0 12.0 4.2 5.1 5.5 6.4 5.1 10 mg/l ****
COD (mg/l) 24.6 22.0 37.5 13.1 15.9 17.3 20.1 16.0 20 mg/l ****
TOM (mg/l) 7.6 236.4 5.7 135.2 41.7 17.1 70.8 65.7
Fosfat (mg/l) 0.150 0.104 0.115 0.162 0.069 0.115 0.069 0.162 0,1 mg/l
Amonia (mg/l) 0.04 0.05 0.05 0.08 0.05 0.05 0.05 0.05 0,02 mg/l ***
Alkalinitas (mg/l) 201 168 214 140 171 151 176 177 500 mg/l *
0,001 mg/l *
Hg (mg/l) <0,00004 <0,00004 <0,00004 <0,00004 <0,00004 <0,00004 <0,00004 <0,00004
0,0005#
Pb (mg/l) <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 0,05 mg/l *, 0,1#
Fe (mg/l) 0,84 1,27 0,79 2,2 1,16 1,06 1,24 1,01 0,3 mg/l *, 1#
Mn (mg/l) <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 0,1 mg/l *, 0,05#
K (mg/l) 1,64 1,27 1,39 0,68 1,73 1,26 1,18 0,79 10 mg/l ****
Phenol (mg/l) <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 0,001 mg/l ***/#
Minyak-Lemak
0 0 0 0 0 0 0 0 0,01 mg/l ****
(mg/l)
Keterangan :
* Kriteria Kualitas Air Golongan A, PP Nomor 20 Tahun 1990, Tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air,
** Kriteria Kualitas Air Golongan B, PP Nomor 20 Tahun 1990, Tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air
*** Kriteria Kualitas Air Golongan C, PP Nomor 20 Tahun 1990, Tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air,
**** Kadar Maksimum beberapa parameter kualitas air untuk kepentingan air minum dan kehidupan organisme akuatik (UNESCO/WHO/UNEP,
1992),
#SK. Gubernur KDH Tk. I Kalimantan Tengah , Nomor 3 Tahun 1995, tentang Penetapan Baku Mutu Air di Propinsi Daerah Tingkat I Kalteng
(Kategori golongan B).
Tanaman Air dan Vegetasi Rivarian pemakanan, asuhan dan pemijahan beberapa
Ekosistem DAS Kahayan terdiri dari jenis ikan putihan (white fish). Vegetasi di
sungai utama, anak-anak sungai, danau dan habitat danau Oxbow didominasi oleh
rawa banjiran. Habitat Sungai Rungan adalah tumbuhan dari jenis pandan (Pandanus sp.) dan
vegetasi riparian yang terdiri dari pepohonan/ putat (Schinus sp.), hanya di beberapa lokasi
hutan, hutan rawang, rumput kumpai, saja ditemukan jenis-jenis rumput-rumputan
Althenanthera sp., Elodea sp., Polygonum sp., (Graminae) dan Polygonum sp.
Potamogeton sp., Sagittaria sp., Phragmites sp., Daerah bagian tengah dan hilir sungai
Panicum sp., Paspalum sp., Eleoharis sp., dan yang berhubungan dengan Sungai utama Sungai
Ludwigia sp., serta eceng gondok (Eichhornia Kahayan beserta daerah rawa banjirannya
crassipes). Habitat ini merupakan habitat merupakan daerah produktif sebagai sentra
9
11. penangkapan ikan. Vegetasi rivarian ini sangat Synbranchiformes, Rajiformes,
menentukan produktivitas perairan sungai dan Tetraodontiformes, Beloniformes,
danau serta rawa banjiran karena merupakan Osteoglossiformes, Pleuronectiformes,
sumber nutrien allohthounous, sehingga Clupeiformes serta Elopiformes. Jumlah tersebut
berfungsi sebagai habitat pemakanan, asuhan dimutakhirkan kembali pada tahun 2008 yaitu
dan pemijahan ikan. sebanyak 270 jenis yang terdiri dari 39 famili,
Berdasarkan Kabupaten di Provinsi Kalimantan
Keanekaragaman Jenis Ikan Tengah untuk Kota Palangka Raya sebanyak
Berdasarkan inventarisasi dan identifikasi 188 spesies, sedangkan berdasarkan daerah
yang dilakukan Tim SDI (2006) jumlah ikan aliran sungai DAS Kahayan sebanyak 235
yang terdapat di Kalimantan Tengah sebanyak spesies. Potensi ikan hias untuk kota Palangka
267 jenis yang terdiri dari ordo Cypriniformes, Raya sebesar 59 spesies. Beberapa spesies
Cyprinodontiformes, Perciformes, Siluriformes, ditampilkan pada gambar 2.
Leptobarbus hoeveni Puntioplites Barbodes schwanenfeldii Osteochilus Osteochilus
Osteochilus haselti Osteochilus microps Amblyrhynchichthys truncatus Barbichthys laevis Rasbora
Pangasius djambal Pangasius poly- Pangasius micronemus Laides hexanema
Kryptopterus cryptopterus Kryptopterus schilbeides Wallago leerii Belodontichthys dinema
Hemybagrus nemurus Mystus micracanthus Bagrichthys macracanthus Chitala lopis
Channa micropeltes Channa striata Channa pleurophthalmus Channa melasoma
Clarias meladerma Clarias teijsmanni Helostoma temminckii Trichogaster pectoralis
Trichogaster trichop- Trichogaster leeri Anabas testudineus Belontia hasselti Prestolepis fasciata
Mastacembelus erythrotaenia Monopterus albus
Parambasis wolffii
Gambar 2. Jenis-jenis Ikan Yang Dominan Tertangkap Di DAS Rungan dan DAS Kahayan
10
12. Budidaya Ikan Air Tawar
Potensi Lahan Budidaya Perairan Umum dan
Usaha budidaya ikan air tawar yang telah
Tingkat Pemanfaatannya di Kota Palangka Raya
berkembang di Kota Palangka Raya jika dilihat
wadah atau jenis areal budidaya ikan yang Lahan Budidaya Perairan Umum
digunakan adalah kolam, Keramba dan beje. Tingkat
Budidaya yang dikembangkan di wilayah Kota No Kecamatan Potensi Existing
Pemanfaatan
Palangka Raya adalah Ikan Patin, Ikan Toman, (Ha) (Ha)
(Ha)
Ikan Mas, Ikan Nila, Ikan Bawal Tawar dan jenis 1. Pahandut 1.000 3,23 0,32
lainnya. 2. Sabangau 2.000 0,44 0,02
3. Jekan Raya 500 0,08 0,02
Produksi Perairan Umum dan Budidaya 4. Bukit Batu 3.500 0,08 0,00
Tahun 2006 s.d. 2010 di Kota Kalangka Raya 5. Rakumpit 3.500 0,18 0,001
10.500 4,01 0,03
Budidaya (ton)
No Tahun
Kolam Karamba benih ikan yang dihasilkan serta memenuhi
kebutuhan benih ikan dan introduksi bagi
1 2006 21,80 863,10
budidaya ikan di wilayah Kota Palangka Raya.
2 2007 26,65 875,30
Kondisi Sosial Ekonomi Perikanan
3 2008 94,80 1.152,25
Nelayan di Kota Palangka Raya umumnya
4 2009 116,82 1.243,18 merupakan penduduk asli.Berdasarkan hasil
penggalian data dan analisis literatur dapat
5 2010 574,52 1.913, 57
diidentifikasikan bahwa sebagian besar mereka
berasal dari suku Dayak dan Banjar. Bahasa
Produksi Budidaya Ikan Berdasarkan Kecamatan yang digunakan dalam keseharian adalah
Tahun 2010 di Kota Palangka Raya bahasa Dayak dan Banjar.
Pola struktur sosial di nelayan perairan
Jenis Usaha
No Kecamatan umum Palangka Raya secara umum adalah
Kolam Keramba Jumlah kombinasi struktur komunal dan struktur
1. Pahandut 69,39 1.621,70 1.691,08 produksi. Struktur masyarakat komunal
2. Sabangau 209,71 104,64 314,35 menggambarkan pola hubungan sosial
3. Jekan Raya 117,90 89,86 207,76 berdasarkan ikatan ketetanggaan, kekerabatan
4. Bukit Batu 160,12 44,15 204,27 atau keagamaan.
5. Rakumpit 17,41 53,22 70,63 Kesadaran dan perasaan komunal di
574,52 1.913,57 2.488,09 dalam masyarakat lebih diakibatkan perasaan
hubungan keluarga. Pola struktur produksi yang
Potensi Lahan Budidaya Kolam dan ada di melibatkan perikanan, pertanian,
Tingkat Pemanfaatannya di Kota Palangka Raya perkebunan, dan kehutanan. Fakta di lapangan
memperlihatkan bahwa tingkat ketergantungan
Lahan Budidaya Kolam
masyarakat terhadap hasil hutan (kayu dan
No Kecamatan Tingkat rotan) masih sangat tinggi.
Potensi Existing
Pemanfaatan Hal ini ditunjukkan dengan pengakuan
(Ha) (Ha)
(Ha)
beberapa informan bahwa tingkat pendapatan
1. Pahandut 1.000 0,92 0,09
(kehidupan ekonomi) mereka cenderung
2. Sabangau 1.200 7,14 0,60
menurun secara drastis ketika terjadi
3. Jekan Raya 1.500 8,24 0,55
pelarangan penebangan hutan dan menurunnya
4. Bukit Batu 1.200 5,37 0,45
permintaan akan rotan. Sebagian besar
5. Rakumpit 1.100 0,74 0,07
masyarakat berkeinginan membuka hutan
6.000 22,41 0,37
untuk membuat perkebunan sawit atau karet,
selain juga munculnya keinginan untuk
Untuk menunjang kegiatan budidaya ikan membuka tambak atau kolam.
telah dibangun Balai Benih Ikan (BBI) di Pola hubungan produksi ini melibatkan
Kelurahan Banturung Kecamatan Bukit Batu. secara aktifkeempat cara produksi tersebut.
Manfaatnya adalah untuk meningkatkan usaha Secara ringkas struktur sosial masyarakat
budidaya ikan terutama di bidang pembenihan adalah seperti tercantum pada gambar 3.
ikan, meningkatkan kualitas dan kuantitas
11
13. dalam rangka mencapai tujuan akuakultur.
Struktur Sosial Masyarakat
Tujuan akuakultur adalah memproduksi ikan
dan akhirnya mendapatkan keuntungan.
Memproduksi ikan berarti mempertahankan
Struktur Produksi Struktur Komunal ikan bisa dan tetap hidup, tumbuh, dan
berkembangbiak dalam waktu sesingkat
Perikanan Hubungan
mungkin hingga mencapai ukuran pasar dan
Pertanian kekerabatan bisa dijual. Komponen di dalam sistem teknologi
Perkebunan Ikatan tradisi akuakultur bekerja sinergis sehingga tercipta
Kehutanan lingkungan terkontrol dan optimal bagi upaya
mempertahankan kelangsungan hidup ikan
s erta m em acu pertum buhan dan
Gambar 3. Pola Sosial Nelayan Perairan Umum
perkembangbiakan ikan.
Sistem usaha budidaya ikan ini harus Biasanya jenis ikan yang dibudidayakan
mendapat perhatian karena itu dilakukan merupakan jenis yang banyak laku dipasaran.
kegiatan penyusunan pemetaan kawasan usaha Sehingga ikan hasil budidaya dapat segera
budidaya perikanan di Kalimantan Tengah agar terjual, sehingga perputaran modal dan untung
dapat disusun kebijakan dan pengelolaan lebih dapat segera diraih.
lanjut untuk peningkatan produksi budidaya Keramba dapat dibuat dalam dua bentuk
yang optimal sesuai dengan daya dukung yaitu; bentuk empat persegi seperti bentuk peti
lingkungan dan kemampuan teknologi maupun kayu terbuat dari bambu dengan rangka papan
kapasitas pelaku usaha dalam mengembangkan balokan, dan bentuk bundar panjang seperti
sektor perikanan budidaya. bubu penangkap ikan terbuat dari bilah bambu.
Ukuran keramba disesuaikan dengan
Sistem Usaha Perikanan Budidaya kebutuhan budidaya ikan. Setelah keramba
Kota Palangka Raya dibuat, kemudian keramba diletakkan dalam
Sistem teknologi akuakultur didefinisikan sungai, danau atau rawa. Pada perairan sempit
sebagai wadah produksi beserta komponen dan tidak dalam, keramba dapat diletakkan
lainnya dan teknologi yang diterapkan pada terendam sekira ± 20 – 30 cm di bawah
wadah tersebut serta bekerja secara sinergis permukaan air. Dengan posisi keramba, dua sisi
Distribusi Aktivitas Perikanan Budidaya di Kecamatan Kota Palangka Raya
Aktivitas Budidaya
No Kecamatan Keramba Kolam
Desa Komoditas Desa Komoditas
Toman, Patin, Bawal, Baung,
1. Pahandut Panarung Panarung Toman
Tapah
Mas, Bawal, Toman, Patin,
Tanjung Pinang - -
Gurame
Pahandut Bawal, Nila, Patin, Gurame, Mas - -
Pahandut Seberang Bawal, Nila, Patin, Mas - -
2. Sabangau - - Sabaru Patin, Gurame, Lele, Nila
Kereng Bangkirai Toman Kereng Bangkirai Patin
- - Kalampangan Patin, Gurame, Lele, Nila
Bereng Patin, Toman - -
Bereng Bangkirai Patin, Toman, Jelawat, Baung - -
Danau Tundai Biawan - -
3. Jekan Raya Petuk Katimpun Toman, Patin, Bawal - -
- - Bukit Tunggal Patin, Gurame, Lele, Biawan, Nila
- - Palangka Patin, Gurame, Lele, Biawan
- - Menteng Patin, Gurame, Lele, Nila
4. Bukit Batu Kanarakan Patin, Gurame - -
- - Sei Gohong Patin, Gurame
Tangkiling Toman, Nila, Patin Tangkiling Gurame
Banturung Toman, Nila, Patin Banturung Gurame
- - Habaring Hurung Gurame, Patin
5. Rakumpit Marang Toman, Betutu - -
Panjehang Patin Panjehang Patin, Nila, Mas
Pager Jaya Toman - -
12
14. Contoh Sistem Budidaya dan Tipe Akses
Tipe Budidaya Lahan Perairan Air Benih Pakan Teknologi Modal
Swasta Terbuka Swasta
Swasta Swasta
Wanamina Bersama - Bersama swasta Bersama
Negara Bersama
Negara Swasta Negara
Swasta Terbuka Swasta
Swasta Swasta
udang Bersama - Bersama swasta Bersama
Negara Bersama
Negara Swasta Negara
Negara Swasta
Kerang - - Terbuka - Bersama
Bersama Bersama
Negara Bersama Swasta
Rumput laut - - Swasta -
Bersama Negara Bersama
Swasta Swasta Swasta
Kolam - Swasta swasta Bersama
bersama Negara Bersama
Negara Swasta
Keramba - Swasta swasta Bersama
Bersama Bersama
melintang arus dan satu sisi sejajar arus sungai. siapa yang mengontrol akses ke sumberdaya
Pada perairan yang luas dan dalam keramba tersebut. Rezim kepemilikan dapat
dipasang terendam sebagian sehingga sisa yang diklasifikasikan menjadi sumberdaya terbuka,
terapung tinggal ±10cm. Dengan posisi sumberdaya milik umum, sumberdaya milik
pemasangan, dua sisi melintang dan empat sisi swasta dan sumberdaya milik negara.
memanjang. Agar keramba ikan dapat terapung, Sumberdaya terbuka adalah tidak adanya hak
pemasangan harus dipadukan dengan benda properti yang didefinisikan berdasarkan
yang dapat mengapung seperti drum kosong, kepemilikan bersama.Sumberdaya terbuka
batang kayu dan lain-lain. Setelah pemasangan pada hakekatnya tidak ada pengaturan oleh
keramba kemudian penaburan benih ikan yang siapapunserta tidak ada regulasi pasar yang
siap di kerambakan. Ini dapat dibeli dan efektif menentukan sumberdaya tersebut.
ditanyakan pada penjual bibit ikan atau bisa Sumberdaya milik umum atau sumberdaya
juga konsultasi dan beli pada Balai Benih Ikan milik bersama adalah bahwa sumberdaya
terdekat. tersebut dipegang secara bersama. Sumberdaya
milik swasta cenderung lebih jelas batasannya,
lebih mudah dipisahkan dan lebih mudah
Sumberdaya dan Tipe Akses dalam Budidaya
dialihkan kepada lainnya.
Perikanan Skala Kecil
Sumberdaya lahan dan air digunakan
Tipe Akses sebagai basis yang dikaitkan dengan sektor
Sumberdaya Open Milik lainnya.Hubungan tersebut kompetisi dan
Swasta Negara
Akses Umum pemanfaatan sumberdaya yang tidak sesuai dan
Lahan - √ √ √ dapat berdampak negatif bagi keberlanjutan
Perairan √ √ √ √ usaha budidaya perikanan skala kecil.Disi lain,
Benih √ √ √ √ input benih dan pakan dapat mempengaruhi
Pakan - √ √ - keberlanjutan perikanantangkap, dalam kasus
Teknologi - - √ √ dimana benih dan pakan diperoleh dari hasil
Modal - √ √ √ tangkapan. Sifat pemanfaatan basis sumberdaya
alam juga akan mempengaruhi pilihan
Arahan Pengembangan pengelolaan dan paktek konservasi.
Sistem Usaha Perikanan Budidaya
Sumber daya yang dimanfaatkan dalam
budidaya perikanan skala kecil dapat di
kategorikan dalam rezim kepemilikan yang
berbeda, dimana rezim kepemilikan akan
menentukan siapa yang memiliki akses dan
13
15. Kerjasama Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya dengan
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor
PENDAHULUAN sangat baik, karena jenis sapi potong yang ada
di Indonesia memiliki mutu genetik yang tinggi.
Latar Belakang Salah satu sektor riil yang dapat
P engembangan peternakan di daerah
Kalimantan Tengah mempunyai arti
yang sangat penting untuk memenuhi
kebutuhan daging nasional maupun lokal.
dijalankan yaitu melalui usaha peternakan,
khususnya sapi potong yang merupakan salah
satu bidang yang sangat strategis dalam
mendukung stabilitas pertumbuhan wilayah
Mengingat daging merupakan salah satu bahan Kota Palangka Raya karena beberapa alasan
pangan hewani yang mempunyai nilai gizi tinggi berikut. Pertama, sapi potong merupakan sum-
dan pada saat ini kebutuhan daging masih berdaya alam yang dapat diperbarui kembali
belum dapat dipenuhi oleh Indonesia. Untuk (renewable) sehingga dapat dijamin dari sisi
memenuhi kekurangan akan daging sampai saat sustainabilitas-nya. Kedua, ternak sapi potong
ini pemerintah masih mengimpor daging dalam dalam berbagai pengalaman telah terbukti
bentuk ternak hidup, karkas, maupun produk sangat berperan sebagai instrumen dalam
olahannya. Peternakan ternak potong di upaya peningkatan pendapatan masyarakat
Indonesia mempunyai prospek ekonomi yang kecil serta mengurangi kesenjangan
14
16. pendapatan. Ketiga, bisnis sapi potong cukup sedangkan sisanya 98% berasal dari luar
prospektif dan menjanjikan karena trend daerah, oleh karena itu untuk memenuhi
permintaan yang terus meningkat. Elastisitas kebutuhan daging, harus masih mendatangkan
permintaan komoditas ternak terhadap penda- ternak dari luar Kota Palangka Raya.
patan umumnya tinggi sehingga permintaan Kebutuhan ternak yang masih belum dapat
komoditas ternak akan sangat sensitif di masa dipenuhi sendiri dari produksi ternak di Kota
yang akan datang dengan semakin tingginya Palangka Raya, sedangkan luas wilayah Kota
pendapatan masyarakat. Hal ini dapat Palangka Raya masih sangat memungkinkan
mendorong investasi baik bagi pengusaha besar untuk dikembangkan, hal ini menunjukkan
maupun peternak rakyat. Keempat, dukungan peluang besar untuk mengembangkan dan
kebijakan cukup besar karena visi swasemada meningkatkan produksi ternak di Kota Palangka
daging yang dicanangkan pemerintah pada Raya.
tahun 2014. Kelima, limbah dari sapi potong Suatu alternatif pengembangan yang
berupa manure dapat digunakan sebagai pupuk dapat dilakukan adalah pembangunan sentra
kandang yang bermanfaat dalam menyumbang produksi sapi potong melalui usaha pembi-
kesuburan tanah di lahan marginal. bitan dan penggemukan sapi yang dikelola
Situasi nasional menunjukkan bahwa secara terintegrasi dari hulu ke hilir dan
potensi pasar domestik yang sangat besar melibatkan masyarakat peternak berupa Pusat
terhadap komoditas daging sapi menyebabkan Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi Potong
timbulnya kesenjangan antara ketersediaan dan (P2IUSP) akan selaras dengan pembangunan
kebutuhan daging sapi yang terus meningkat pertanian di propinsi tersebut.
dari tahun ke tahun. Model integrasi ini dapat mendorong
Khusus Kalimantan Tengah, peluang terjadinya diversifikasi penggunaan sumber-
pengembangan sapi potong di Kota Palangka daya produksi, efisiensi penggunaan tenaga
Raya sangat prospektif. Dari data pemotongan kerja dan komponen produksi, mengurangi
ternak di Kota Palangka Raya (Tabel 1) terlihat ketergantungan penggunaan input sumberdaya
bahwa jumlah pemotongan ternak sapi potong dari luar, mengurangi resiko usaha tani, terjadi
per tahunnya semakin meningkat, sebaliknya peningkatan pendapatan dan perbaikan
populasi ternak relatif menurun. Pada tahun lingkungan hidup.
2008 tercatat bahwa jumlah pemotongan Pembangunan Pusat Perbibitan Sapi
ternak sebanyak 4.465 ekor lebih tinggi dari potong yang akan dikembangkan oleh Kota
populasi ternak yang ada 3.236 ekor. Artinya Palangka Raya memiliki nilai strategis karena
ada selisih permintaan sebesar 1.229 ekor, merupakan upaya pemberdayaan masyarakat
dengan asumsi semua ternak dipotong. Kerbau sekitar lokasi perusahaan dan sekaligus
masih kekurangan 2 ekor. Hal ini menunjukkan mendukung kebijakan pemerintah dalam
Kota Palangka Raya masih kekurangan ternak menumbuhkembangkan kawasan agribisnis
besar. Berdasarkan profil UPT rumah potong sapi potong.
hewan 2009 menyatakan bahwa populasi sapi Secara spesifik pengembangan Pusat
potong Kota Palangka Raya hanya mampu Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi Potong
menyediakan 2% kebutuhan sapi potong (P2IUSP) di Kota Palangka Raya Provinsi
Tabel 1. Permintaan dan Produksi Komoditas Peternbakan Tahun 2008
No Jenis Ternak Populasi Pemotongan*) Kesenjangan
1. Sapi Potong 3.236 4.465 (-) 1.229
2. Kerbau 49 51 (-) 2
3. Kambing 1.703 629 (+) 1.074
4. Domba - - -
5. Babi 11.345 3.491 (+) 7.854
6. Ayam Buras 140.774 469.254 (-) 328.480
7. Ayam Pedaging 1.100.840 978.853 (+) 121.987
8. Itik/unggas lainnya 3.430 21.242 (-) 17.812
15
17. Gambar 1. Peternakan pola intensif sapi potong (Bali, PO) di kelurahan Sei Gohong, kecamatan Bukit Batu.
Kalimantan Tengah dimaksudkan untuk diharapkan dapat merupakan suatu unit yang
pemberdayaan masyarakat di Kota Palangka mandiri baik dari segi ekonomisnya maupun
Raya. Oleh karena itu, pengembangan kawasan segi tatalaksananya. Hasil produk unit tersebut
dilakukan dengan prinsip-prinsip: (1) berbasis akan dipasarkan ke daerah-daerah minus
sumberdaya lokal; (2) melibatkan masyarakat daging, yaitu kota-kota besar di sekitarnya dan
secara partisipatif; (3) berorientasi pasar; di Pulau Jawa.
(4) pengelolaan yang efisiensi melalui
manajemen terpadu; (5) kerjasama berbagai Tujuan
pihak. Tujuan umum dari kegiatan adalah
Sumber daya manusia (SDM) yang mengkaji kelayakan pembangunan Pusat
terampil dan tangguh di bidang peternakan Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi Potong
sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan (P2IUSP) di Kota Palangka Raya Provinsi
dan mengembangkan peternakan di daerah Kalimantan Tengah.
Kalimantan Tengah. Upaya yang dapat dilaku-
kan untuk meningkatkan SDM adalah dengan Keluaran
menambah pengetahuan dan ketrampilan di Keluaran yang diharapkan dari hasil
bidang peternakan dengan memberikan pela- kegiatan studi kelayakan pembangunan pusat
tihan dan pendidikan. Oleh karena itu, P2IUSP perbibitan dan inkubator usaha sapi potong
ini selain sebagai unit usaha peternakan sapi (P2IUSP) di kota Palangka Raya provinsi
potong, juga merupakan pusat pendidikan dan Kalimantan Tengah adalah laporan dokumen
pelatihan untuk meningkatkan sumber daya kajian kelayakan pembangunan pusat
manusia di bidang peternakan. perbibitan dan inkubator usaha sapi potong
Pusat Perbibitan dan Inkubator Usaha (P2IUSP) di kota Palangka Raya provinsi
Sapi Potong (P2IUSP) yang akan didirikan ini Kalimantan Tengah.
16
18. Ruang Lingkup pembangunan pusat perbibitan dan inkubator
Ruang Lingkup kegiatan studi ini adalah : usaha sapi potong (P2IUSP) di kota Palangka
1. Lokasi kajian adalah lahan seluas 1.000 Ha di Raya, dapat dilihat pada Gambar 2.
Kelurahan Sei Gohong, Kecamatan Bukit
Batu, Kota Palangka Raya. Lokasi Studi
2. Melakukan kajian terhadap faktor fisik Lokasi kajian terutama di rencana lokasi
seperti daya dukung lahan, potensi pakan, peternakan seluas 1.000 Ha di wilayah
kondisi sosial ekonomi dan infrastruktur Kelurahan Sei Gohong Kecamatan Bukit Batu
pembibitan sapi di kelurahan Sei Gohong, Kota Palangka Raya, dan sebagai daerah
Kecamatan Bukit batu, Kota Palngka Raya. penyokong adalah kawasan di sekitar lokasi.
3. Melakukan analisis kelayakan teknis dan
manajemen Pembangunan Pusat Pembibitan Sumber Data
dan Inkubator Usaha Sapi Potong di Data yang digunakan terdiri atas data
Kelurahan Sei Gohong, Kecamatan Bukit primer dan data sekunder. Data primer
Batu, Kota Palangka Raya. diperoleh melalui survei data lapangan yang
4. Membuat “Site Plan” Pusat Pembibitan dan meliputi observasi lapangan dan pengambilan
Inkubator Usaha Sapi Potong di Kelurahan sampel, verifikasi data sekunder dan wawan-
Sei Gohong, Kecamatan Bukit Batu, Kota cara dengan stakeholder terkait, sedangkan
Palangka Raya. data sekunder dilakukan dengan pengumpulan
data yang dipublikasikan oleh dinas/lembaga
METODOLOGI pemerintah, seperti BPS, Bappeda dan Dinas
Kerangka Pemikiran Pertanian Perikanan dan Peternakan.
Kerangka Pemikiran studi kelayakan
Potensi Wilayah :
SDA
Peran Strategis SDM Situasi Lingkungan
Infrastruktur
INPUT yang diharapkan Fasilitas Eksternal
PROSES Perumusan SWOT
Kajian Desain:
Pusat perbibitan dan inkubator usaha sapi
OUTPUT potong, Kelembagaan, Desain Fasilitas laya-
nan, Pilot Percontohan, Workshop
PROGRAM DAN KEGIATAN
Berkembangnya Program Pembibitan dan
OUTCOMES Inkubator Sapi Potong di Kota Palangka Raya,
peningkatan populasi sapi potong, peningkatan
pendapatan masyarakat.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Studi Kelayakan Pembangunan Pusat Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi
Potong (P2IUSP) di Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah
17
19. Analisis Data kasi sumberdaya manusia dalam mengelola
Pembangunan Pusat Pembibitan dan P2IUSP, (b) kebijakan dan program pemerintah
Inkubator Usaha Sapi Potong (P2IUSP) kota, dan (c) ketersediaan alternative sumber
merupakan investasi pemerintah daerah dalam pendanaan untuk pengelolaan P2IUSP.
rangka mengembangkan usaha peternakan sapi Oleh karena P2IUSP adalah kelembagaan
potong di Kota Palangka Raya sehingga mening- yang lebih berorientasi dan bersifat public
katkan kesempatan usaha masyarakat yang service dan bukan suatu kelembagaan yang
pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan semata-mata berorientasi keuntungan finansial,
masyarakat dan perekonomian daerah. Proyek maka analisis kelayakan ekonomi lebih
P2IUSP merupakan proyek yang mendukung ditekankan kepada estimasi manfaat dan nilai
program pemerintah yaitu dalam rangka swa- tambah terhadap perekonomian masyarakat
sembada daging, yang selama ini kekurangan khususnya dan perekonomian kota Palangka
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging Raya pada umumnya. Sebagaimana lazimnya
dilakukan dengan impor. Walaupun secara suatu proyek investasi maka pada studi ini juga
normatif P2IUSP diharapkan memberikan dilakukan estimasi kebutuhan dana untuk
manfaat seperti tersebut di atas, akan tetapi pembangunan P2IUSP sesuai dengan hasil
oleh karena menyangkut investasi yang besar, rancangan tapak, fasilitas dan serta analisis
maka untuk menjamin dan memberikan kebutuhan dana untuk operasionalisasi
keyakinan bahwa implementasi dan kegiatan P2IUSP.
operasionalisasi nya sesuai dengan maksud dan Selain faktor kualitas pengelolaan suatu
tujuan, analisis kelayakan tetap diperlukan. lembaga yang salah satu faktor penentunya
Kajian kelayakan dimaksudkan untuk adalah kualitas sumberdaya pengelola, kesinam
mengidentifikasi dan mengestimasi permasa- -bungan P2IUSP juga ditentukan oleh sejauh
lahan, prospek dan risiko pembangunan mana kesinambungan sumber pendanaan untuk
P2IUSP, serta program atau kegiatan yang membiayai operasionalisasi P2IUSP. Sebagai
diperlukan untuk mengantisipasi dan mengatasi lembaga Public Service maka pendanaannya
permasalahan dan resiko baik pada tahap adalah melalui mekanisme APBN dan APBD,
pembangunan maupun pada tahapan yang dapat diduga tidak dapat menutupi
implementasi dan operasionalisasi P2IUSP. seluruh kebutuhan biaya untuk operasional
Kelayakan P2IUSP merupakan akumulasi P2IUSP. Untuk mendukung kesinambungan
kelayakan pada aspek teknis, manajemen dan sumber pendanaan tersebut, maka perlu
kelembagaan serta ekonomi. dilakukan analisis sejauh mana kegiatan
Kelayakan pada aspek teknis/teknologis pembibitan sapi potong dan kegiatan inkubasi
mencakup analisis terhadap (1) sejauh mana yang dilaksanakan oleh P2IUSP mampu men-
kesesuaian lahan atau area yang ada dan generate pendapatan, sehingga bisa mendukung
tersedia untuk budidaya sumber pakan dan operasional P2IUSP secara berkesinambunga.
hijauan, (2) karateristik tanah dan topografi Analisis skenario cash flow yang dimungkinkan
area untuk penggembalaan sapi, (3) karakte- sesuai dengan bentuk alternatif rancangan
ristik agroklimat lokasi untuk pembibitan sapi, kelembagaan P2IUSP akan dilakukan.
dan (4) sejauh mana ketersediaan dan
kesesuaian bibit sapi potong ternak yang Analisis Kualitas Tanah dan Kesesuaian
digunakan. Lahan
Kelayakan pada aspek manajemen dan Analisis tanah meliputi tekstur tanah, pH,
kelembagaan mencakup analisis terhadap unsur hara makro dan mikro, kejenuhan basa
(1) sejauh mana dukungan dan kendala aspek (KB) dan kapasitas tukar kation (KTK),
sosial-demografi masyarakat terhadap sedangkan analisis air meliputi pH, BOD dan
karakteristik usaha budidaya sapi potong serta COD, daya hantar listrik (DHL), total dissolved
program seperti apa yang harus dilakukan solid (TDS), dan unsur-unsur dan atau senyawa
nantinya dalam mengatasi kendala tersebut, (2) bermanfaat dan beracun (Nitrat, nitrit, fosfat, ,
sejauh mana kelembagaan yang ada prospektif basa-basa, trace element, dan beberapa logam
dalam mengimplementasikan dan mengopera- berat; Cu, Fe, Zn, Mn, Mg, Ca, K, Pb, Mo, B, Cr, Cd,
sionalkan P2IUSP, serta (3) rancangan bentuk As dan Hg).
kelembagaan seperti apa yang cocok sehingga Daya dukung lahan dikaji dari sisi
menjamin efektifitas dan kesinambungan kesesuaian lahan menggunakan pendekatan
P2IUSP, dengan mengidentifikasi: perbandingan antara sifat bio-fisik-kimia
(a) kebutuhan dan ketersediaan serta kualifi- parameter lahan yang terdiri dari tanah, air,
18
20. topografi, dan iklim dengan kebutuhan dari tipe Metode Nell Rolinson
penggunaan lahan yang akan diterapkan, dalam Komponen hijauan yang diukur
hal ini untuk tapak pembangunan fisik dan produksinya yaitu rumput alam dan hijauan
lahan produksi hijauan makanan ternak. hasil sisa pertanian (HHSP). Sumber hijauan
Analisis ini didasarkan pada kriteria empiris adalah lahan dengan peruntukan pertanian
yang telah dikembangkan dikombinasikan tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,
dengan expert judgement sesuai tekonologi dan padang rumput dan jalan. Variabel yang
manajemen yang akan diterapkan. dilaporkan dalam statistik adalah :
a. Padang rumput permanen
Analisis Potensi Penyediaan Hijauan Pakan b. Sawah bera
Ternak Ruminansia c. Galengan sawah
Metode yang digunakan untuk d. Hutan sejenis/hutan produksi
menghitung potensi dan pengembangan ternak e. Hutan sekunder
ruminansia berdasarkan ketersediaan hijauan f. Tegalan/lahan kering/ladang
pakan adalah : g. Perkebunan
Metode KPPTR (Kapasitas Peningkatan h. Pinggir jalan
Populasi Ternak Ruminansia)
Rumus yang digunakan adalah : Identifikasi Jenis-Jenis Tanaman Pakan
(1) KPPTR (Efektif) = Kapasitas Tampung - Analisis ini bertujuan untuk
Populasi Riil mengidentifikasi jenis-jenis hijauan serta
(2) Kapasitas Tampung = Potensi Produksi BK potensi hijauan yang dapat digunakan sebagai
hijauan di suatu wilayah dibagi dengan pakan ternak yang tumbuh di daerah Kota
(365 hari x 6.29 Kg BK) Palangka Raya Kalimantan Tengah.. Jenis
(3) PMSL (Potensi Maksimum Sumberdaya tanaman yang diidentifikasi adalah tanaman
Lahan) = a LG + b PR + c R rumput, leguminosa, gulma (tanaman
Keterangan : pengganggu) dan limbah pertanian.
a = 0.8 ST/ha
b = 0.5 ST/ha Analisis Potensi Ketersedian Bahan Pakan
c = 1.2 ST/ha Konsentrat
LG = Lahan garapan Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
PR = Padang rumput ketersediaan pakan, baik kuantitas, kualitas
R = Rawa serta kontinuitasnya. Analisis data dilakukan
(4) PMKK (Potensi Maksimum Kepala dengan melihat sumber-sumber penyediaan
Keluarga ) = d KK pakan yang berasal dari perkebunan, tanaman
Keterangan : d = 3 ST/ha. pangan serta industri pengolah hasil pertanian.
(5) KPPTR (SL) = PMSL – POPULASI RIIL Data tersebut diolah dengan menghitung
(6) KPPTR (KK) = PMKK – POPULASI RIIL konversi dari luas tanam ke potensi penyediaan
(7) KPPTR (E) = KPPTR (SL) limbah baik berupa bahan konsentrat maupun
limbah hijauan.
Tabel 1. Asumsi Produksi Hijauan Hasil Sisa Pertanian (HHSP)
Produksi % %
No. Bahan HHSP % BK % dikonsumsi
(ton/ha) TDN Prdd
1. Jerami padi 2.5 92.5 10 41.5 0.6
2. Jerami Jagung 10 80.3 10 45,5 2.0
3. Daun singkong 5 26.0 20 14.9 3.6
4. Daun Ubi jalar 15 20.0 40 11.4 2.0
5. Jerami kedelai 3 88.9 40 38.6 1.1
6. Daun kacang tanah 4 90.0 40 39.7 4.7
19
21. Potensi ketersediaan pakan sumber prosentase karkas yang lebih tinggi dibanding
konsentrat di Kota Palangka Raya dihitung jenis sapi lainnya. Tingkat produksi ternak sapi
berdasarkan produksi limbah-limbah lokal di Palangka Raya relatif masih rendah,
pengolahan hasil pertanian yang dapat baik dari segi populasi maupun performan
dimanfaatkan maupun yang potensial dapat individu sapi.
dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Potensi Secara umum sapi lokal yang dipelihara
pakan ternak sebanding dengan luasan tanaman peternak memiliki produktivitas yang rendah
pertanian yang diusahakan. karena ternak hanya mengandalkan pakan dari
padang rumput alam. Sapi-sapi tersebut
Analisis Ketersediaan dan Kesesuaian Bibit memiliki ukuran kerangka tubuh yang kecil dan
Sapi Potong dipotong pada umur yang sudah tua (4 – 5
Sesuai dengan salah satu tujuan dari tahun) untuk mencapai bobot potong berkisar
P2IUSP adalah menghasilkan bakalan ternak antara 250 – 350 kg. Daging yang dihasilkan
potong maka diperlukan bibit ternak sapi dari sapi tua mempunyai kualitas yang kurang
potong. Bibit ternak adalah blue print mutu, baik, tingkat keempukan dagingnya rendah.
dengan demikian calon induk dan pejantan Selama ini sapi lokal yang ada didaerah
harus bermutu baik. Pemilihan jenis bangsa cenderung mengalami penurunan populasi dan
sapi potong yang akan dikembang biakkan mutu genetik. Hal ini diduga terjadi karena
adalah merupakan ternak sapi asli atau lokal belum adanya program pemulia-biakan yang
(PO dan Bali) yang umumnya dapat dipelihara terarah. Umumnya para peternak, tidak
secara ekstensif maupun semi-intensif. Sapi- menggunakan pejantan unggul. Praktis
sapi tersebut memiliki keunggulan beradaptasi perkawinan ternak sapi di padang rumput
pada kondisi padang rumput alam tropis. Sapi- terjadi secara alami dan tidak terkontrol dengan
sapi tersebut lebih tahan terhadap cekaman menggunakan pejantan yang tersedia di
panas, pakan terbatas dan ektoparasit diban- kandang umum. Hal ini dapat menyebabkan
dingkan dengan sapi-sapi temperate (iklim terjadinya inbreeding yang berakibat pada
sedang) yang termasuk kedalam kelompok Bos penurunan reproduksi dan produksi ternak.
Taurus. Hal ini membuat sapi-sapi asli atau Upaya perbaikan mutu bibit sapi-sapi
lokal yang akan dibibitkan dalam P2IUSP akan lokal perlu memperhatikan pola pemeliharaan,
dapat menjadi komoditas ternak unggulan dan ketersediaan pakan dan fasilitas pendukung.
merupakan sumber plasma nutfah yang sangat Perbaikan mutu bibit dapat dilakukan dengan
potensial bagi pengembangan peternakan sapi introduksi pejantan unggul, seleksi dan
potong dimasa yang akan datang. penambahan sapi bibit, penerapan teknologi
Dari jenis sapi asli atau lokal tersebut di inseminasi buatan (IB) dengan menggunakan
atas, umumnya jenis sapi bali yang merupakan semen beku.
sapi asli Indonesia dapat berkembang dengan
baik pada sistem pemeliharaan ekstensif di Analisis SWOT
padang rumput dengan input pakan yang Analisis SWOT bertujuan untuk
terbatas. Selain itu sapi Bali memiliki menyusun strategi pengembangan peternakan
Tabel 2. Matriks SWOT
Internal
S (Strength) W (Weakness)
Eksternal
O (Opportunity) Strategi (S-O) Strategi (W-O)
Menyusun strategi dengan menggunakan Menyusun strategi untuk memperoleh
kekuatan internal untuk memperoleh keuntungan dari peluang yang ada dalam
profit dari peluang yang ada mengatasi kelemahan
Strategi (S-T) Strategi (W-T)
T (Threats)
Menyusun strategi dengan memanfaatkan Menyusun strategi dengan cara
kekuatan yang ada untuk menghindari meminimalkan kelemahan dan
ancaman menghindari ancaman
20
22. sapi potong, baik jangka pendek, menengah terjadinya perpindahan penyakit antar
maupun jangka panjang. Analisis SWOT yang peternakan, membuat kandang dengan luas
akan dilakukan merupakan analisis terhadap yang layak sesuai jumlah ternak dan ventilasi
lingkungan internal dan eksternal, melalui yang baik, membuat kandang isolasi bagi ternak
identifikasi faktor-faktor kekuatan (strength), yang sakit dan kandang karantina bagi ternak
kelemahan (weakness), peluang (opportunity), yang sehat. Mengisolasi kandang dari ganguan
dan ancaman (threats). Dari hasil identifikasi hama dan serangga, merancang kandang agar
faktor-faktor tersebut selanjutnya disusun mudah dibersihkan dan mengunakan bahan
strategi melalui bantuan matriks SWOT (Tabel bangunan yang aman. Akses keluar masuk
2). peternakan dirancang agar orang yang tidak
berkepentingan tidak sembarangan masuk ke
RANCANGAN KAWASAN areal peternakan. Rencana tapak peternakan
PEMBANGUNAN PUSAT PERBIBITAN sapi potong pembangunan di P2IUSP dapat
dilihat pada Gambar 4 dan pada Gambr 5 peta
DAN INKUBATOR USAHA SAPI arahan Areal Bangunan P2IUSP
POTONG Bangunan peternakan dirancang untuk
memfasilitasi kenyamanan, kesehatan dan
Rancangan Tapak produktivitas ternak. Ventilasi yang baik,
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan tersedianya pakan dan air dengan kualitas yang
ruang dan daya dukung lingkungan, ditentukan baik, penerangan dan kenyamanan ternak men-
pemanfaatan ruang berupa rencana tapak jadi perhatian untuk meningkatkan performan
pemanfaatan ruang. Rencana tapak ini berisi ternak. Area yang terpisah diperlukan untuk
panduan dalam perencanaan fisik tata letak mengisolasi ternak yang sakit dan untuk
bangunan. Pendekatan analisis tapak menya- perawatan ternak.
takan sifat, struktur dan potensi tapak tersebut. Pada peta kawasan dibuat pembagian
Dalam analisis tapak dipertimbangkan hal-hal area berdasarkan fungsi (peruntukan) areal
yang terkait dengan tata guna tanah, topografi, dalam menunjang produktivitas sebuah
drainase, tanah, vegetasi, iklim, kondisi yang kawasan peternakan. Lokasi kawasan akan
ada serta ciri khusus (Gambar 3). dibagi menjadi beberapa fungsi area, yaitu: area
Tata letak bangunan diatur dengan lahan kebun rumput, area untuk kandang, area
berdasarkan fungsinya dan jarak antar untuk handling yard, dan area untuk
bangunan dalam peternakan yang berdekatan pengolahan limbah, area perkantoran, parkir,
juga diatur agar tidak menambah resiko taman, mess, dan mesin listrik.
Ketentuan:
% Kapling sarana
dan prasarana
Standar teknis
ANALISIS TAPAK (Sifat
Struktur dan Potensi Tapak):
Tata guna tanah ANALISIS KEBUTUHAN
Topografi LAHAN
Sumber Air
Drainase RENCANA PENYUSUNAN
KONSEP RENCANA TAPAK
Tanah
Vegetasi ANALISIS DAYA
Iklim DUKUNG TAPAK
Kondisi yang ada
Ciri khusus
Gambar 3. Konsep Pendekatan Analisis Tapak
21
23. Gambar 4. Rencana Tapak
Gambar 5. Peta arahan Areal Bangunan P2IUSP
22
24. Rancangan Fisik Bangunan dengan lebar gang way 1 m. Kandang jepit
Sarana dan prasarana yang akan dibangun letaknya berjejer seri dengan kandang kandang
pada kawasan P2IUSP adalah kandang, handling penampungan dan gang way. Sapi yang diberi
yard, kantor, gudang pakan dan peralatan, Aula perlakuan akan diperlakukan di kandang jepit
(bangunan pertemuan), pagar kawasan, unit yang berada dalam handling yard.
pengolahan limbah, generator listrik, sumur
bor, menara air, pos satpam, mess dan rumah Pagar Kawasan
pengelola (kepala dan pegawai). Lokasi kawasan P2IUSP secara fisik
Kandang dibatasi oleh pagar. Untuk memperkokoh pagar,
Kandang bagi ternak sapi potong tanaman gamal (Glyricidia sepium) atau angsana
merupakan sarana yang mutlak harus ada. disarankan untuk ditanam antar tiang pagar
Kandang merupakan tempat berlindung ternak dengan interval satu meter, sehingga diantara
dari hujan, terik matahari, pengamanan ternak dua tiang pagar terdapat 5 tegakan pohon
terhadap binatang buas, pencuri, dan kandang gamal. Keuntungan pemanfaatan tanaman
juga merupakan salah satu sarana untuk gamal sebagai pagar adalah daunnya dapat
menjaga kesehatan.. dimanfaatkan sebagai sumber hijauan pakan
Beberapa persyaratan yang diperlukan berkualitas tinggi.
dalam mendirikan kandang antara lain:
(1) memenuhi persyaratan kesehatan ternak, Unit Pengolahan Limbah
(2) mempunyai ventilasi yang baik, (3) efisiensi Unit pengolahan limbah akan dibuat
dalam pengelolaan (4) melindungi ternak dari berdekatan dengan kandang. Unit ini terdiri
pengaruh iklim dan keamanan kecurian dari 1 unit biogas dan 1 unit pengolahan dan
(5) serta tidak berdampak terhadap lingkungan pembuatan pupuk. Biogas dibangun dengan
sekitarnya. Konstruksi kandang harus kuat dan sistem kubah atau dengan bahan semen beton
tahan lama, penataan dan perlengkapan volume 15 m3. Lantai dasar bangunan ditembok.
kandang-kandang hendaknya dapat Unit pengolahan pengolahan pupuk. Unit ini
memberikan kenyamaman kerja bagi petugas terdiri dari 5 kompartmen, yaitu untuk penam-
dalam dalam proses produksi seperti memberi pungan feses segar, pengolahan (dekomposisi)
pakan, pembersihan, pemeriksaan birahi dan feses melalui perlakuan biokomposer, dan
penanganan kesehatan. penampungan pupuk jadi. Masing-masing
Bentuk dan tipe kandang disesuaikan kompartmen dipisahkan dengan sekat tembok
dengan lokasi berdasarkan agroekosistemnya, setinggi 70—80 cm. Total luasan yang
pola atau tujuan pemeliharaan dan kondisi dibutuhkan untuk unit biogas 20 m2 dan unit
fisiologis ternak. Kandang yang diperlukan pengelolaan pupuk 25 m2.
dalam kawasan inti adalah kandang induk,
kandang beranak, kandang pejantan dan Bangunan
kandang pembesaran/penggemukan. Luasan Aula (Bangunan pertemuan/tempat
areal yang dibutuhkan untuk kandang kandang pelatihan) luas bangunan ± 80 m2
induk dan kandang beranak 1600 m2. Ruang Kelas, luas bangunan ± 64 m2
Kantor, luas banguan ± 72 m2
Handling Yard Gudang Pakan dan Peralatan, luas bangunan
Handling yard dibuat untuk penanganan ± 60 m2
ternak. Dalam handling yard beberapa Bangunan Mesin Listrik
perlakuan seperti loading dan unloading ternak Pos Satpam, luasan yang dibutuhkan ± 3 m2
(menurunkan dan menaikkan ternak) penyem- Mess, luasannya ± 192 m2
protan ternak, pemberian vaksin, obat dan Rumah Kepala dan Pegawai (1 unit rumah
vitamin. Selain itu, tata laksana pemeliharaan kepala dan 4 unit rumah pegawai)
lainnya seperti pembersihan kuku atau kulit jika Sumur Bor
ada luka juga dilakukan di kandang jepit pada Menara Air
handling yard. Fasilitas yang perlu disediakan
dalam handling yard antara lain loading dan Rancangan Penyediaan Pakan Ternak
unloading rump, kandang penampungan dan Salah satu faktor tata laksana pemeliha-
kandang jepit dan pintu multi arah serta lorong raan yang penting dan pengaruhnya sangat
ternak (gang way). Handling yard dibangun besar bagi produktivitas adalah pakan. Selain
berada dalam holding ground berdekatan harus berkualitas, pakan juga harus ekonomis
dengan kandang. Luas handling yard 50 m2, supaya dapat memberikan keuntungan.
23
25. Kualitas suatu bahan pakan ditentukan oleh jagung, ubi kayu maupun limbah tahu.
kandungan zat nutrient atau komposisi Konsentrat ini dicampur sendiri secara manual.
kimianya, serta tinggi rendahnya zat anti-nutrisi Konsentrat yang diberikan sebanyak 1-1,5%
yang terkandung di dalamnya. Makanan pokok bobot badan.
ternak sapi adalah berupa hijauan makanan
ternak dan pakan penguat (konsentrat) sebagai Rancangan Pengelolaan Sapi Potong
tambahan. Sistem Pemeliharaan Sapi Potong
Pemeliharaan ternak dilakukan secara
Rancangan Penyediaan Hijauan Pakan intensif. Sistem intensif yaitu sistem pemeliha-
Ternak raan ternak sapi dengan cara dikandangkan
Selama ini rumput lebih banyak secara terus menerus dengan sistem pemberian
digunakan sebagai sumber hijauan makanan pakan secara cut and carry. Pada sistem ini
ternak karena selain lebih murah juga lebih ternak sapi dikandangkan (bangunan kandang)
mudah diperoleh. Di samping itu rumput dan peternak setiap hari memberi pakan
mempunyai produksi yang lebih tinggi dan lebih hijauan (rumput, jerami) dan pakan tambahan.
tahan terhadap tekanan defoliasi (pemotongan
dan renggutan). Dalam meningkatkan produksi Sistem Produksi Sapi Potong
dan produktivitas ternak, ketersediaan dan Usaha peternakan ruminansia besar
kontinyuitas hijauan makanan ternak sangat penghasil daging dapat dikelompokkan ke
diperlukan, untuk itu perlu diwujudkan adanya dalam beberapa program produksi sapi yang
lahan yang digunakan sebagai kebun hijauan masing-masing memiliki kekhususan dalam
makanan ternak (HMT). Kebun HMT adalah pengelolaannya. Program tersebut antara lain
lahan tempat ditanamnya rumput unggul dan produksi anak (cow calf), pembesaran anak sapi
atau legume sebagai sumber pakan ternak yang sapihan (stocker) dan penggemukan (finisher).
berkualitas. Selain rumput sekali-kali peternak Unit produksi sapi pedaging yang akan
juga memberikan sisa hasil petanian berupa dikembangkan dibagi ke dalam tiga sistem
jerami padi atau batang jagung jalar sebagai produksi yaitu :
pengganti sebagian hijauan (pada musim 1. Cow calf production (Program
panen) dan dari jenis legume (kacang- Pembibitan/Breeding)
kacangan) seperti gamal dan lamtoro. Hijauan Sistem ini untuk menghasilkan bibit pengganti
yang diberikan sebanyak 20 – 40 kg/ekor/hari (replacement stock) dan anak sapi bakalan.
yang diberikan dua kali sehari (pagi dan sore Dalam sistem ini anak sapi dipelihara bersama
hari). Pakan ternak yang ditanam meliputi : induk hingga masa penyapihan selama sekitar
Rumput Gajah 180 hari. Output yang dihasilkan dari sistem ini
Gamal adalah anak sapi lepas sapih jantan dan betina
Lamtoro dengan rataan bobot badan berkisar 60-70 kg.
2. Growing of stocker (Program Pembesaran
Rancangan Penyediaan Pakan Konsentrat Sapi)
Konsentrat atau makanan penguat adalah Yakni pemeliharaan secara anak sapi lepas
suatu bahan pakan dengan nilai gizi tinggi yang sapih jantan dan betina dipelihara selama
dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk sekitar 360 hari untuk menghasilkan feeder
meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan cattle (sapi bakalan untuk digemukkan) dengan
pakan yang dimakan. Konsentrat sapi potong bobot hidup berkisar 175-200 kg. Pada sistem
tidak selalu berbentuk konsentrat buatan ini juga dipelihara sapi dara sebagai
pabrik atau yang dijual di pasaran (konsentrat replacement stock.
komersial); namun dapat berupa bahan pakan 3. Fattening (Program Penggemukan Sapi)
tunggal atau campuran beberapa bahan pakan Yakni penggemukan sapi secara intensif
yang dicampur sendiri. Untuk menekan biaya dalam feedlot selama 180 hari dengan pembe-
ransum, pemberian konsentrat dapat rian hijauan dan konsentrat hingga mencapai
dikombinasikan dengan bahan pakan limbah bobot potong sekitar 275-317 kg. Sapi hasil
agroindustri potensial setempat. Pemanfaatan penggemukan ini memiliki mutu yang lebih
bahan pakan setempat dapat menggantikan baik. Dalam sistem ini juga digemukkan sapi
konsentrat komersial sampai dengan 75%. betina dan jantan afkir sebelum dijual. Skema
Rencana pengadaan konsentrat sapi pola produksi sapi potong yang akan dikem-
potong di P2IUSP adalah menggunakan sumber- bangkan di P2IUSP disajikan pada Gambar 6.
daya lokal seperti dedak padi, bungkil sawit,
24
26. COW CALF PRODUCTION
Waktu Sapih : 180 Hari
Berat Sapih : 60-70 Kg
Pejantan/Induk Afkir ANAK LEPAS SAPIH
GROWING OF STOCKER
Pemeliharaan : 360 - 540 hari
Berat Akhir : 200 Kg
FATTENING SAPI DARA BIBIT
Pemeliharaan : 180 hari
Bobot Potong : 275-350 kg
SAPI SIAP POTONG
(jantan, induk afkir, pejantan afkir)
Distribusi / Pasar
Gambar 6. Pola Produksi Sapi Potong di P2IUSP
Rencana Produksi Sapi Potong keturunan dari sapi liar yang disebut banteng
Rencana produksi sapi potong di P2IUSP (Bos bibos atau Bos Sondaicus) yang telah
adalah untuk menghasilkan sapi betina bibit mengalami proses penjinakkan (domestikasi)
dan usaha penggemukan/pembesaran. Usaha berabad-abad lamanya. Sapi ini dapat
perbibitan sapi potong yang dikembangkan berkembang sangat baik secara ekstensif di
menggunakan bangsa sapi bali sebanyak 50 padang penggembalaan maupun intensif
ekor sapi induk dan 10 ekor pejantan, sedang- dengan level pemberian pakan rendah hingga
kan untuk usaha pembesara/penggemukan sedang. Sapi tersebut memiliki keunggulan
dilakukan dengan skala 50 ekor yang berasal beradaptasi pada kondisi padang rumput alam
dari bakalan jantan hasil perbibitan dan bakalan tropis. Sapi tersebut lebih tahan terhadap
dari luar yang dibeli. Usaha pembesaran/ cekaman panas, pakan terbatas dan ektoparasit
penggemukan dilakukan selama 6 bulan. Jadi dibandingkan dengan sapi-sapi temperate
dalam setahun ada dua periode. Sapi-sapi (iklim sedang). Selain itu sapi Bali memiliki
tersebut dipelihara secara intensif dalam prosentase karkas yang lebih tinggi dibanding
kandang. Dengan sistem pemeliharaan ini, jenis sapi lainnya. Bobot dewasa sapi jantan
diasumsikan rataan tingkat kelahiran anak mencapai 450 kg, sedangkan yang betina 300-
sebesar 80%, rasio kelahiran anak jantan dan 400 kg. Upaya perbaikan mutu bibit sapi-sapi
betina 1: 1, dan kematian anak 15%. (Tabel 3). lokal perlu memperhatikan pola pemeliharaan,
ketersediaan pakan dan fasilitas pendukung.
Ketersedian dan Kesesuaian Bibit Sapi Perbaikan mutu bibit dapat dilakukan dengan
Berdasarkan pertimbangan peluang introduksi pejantan unggul, seleksi dan
pasar, penguasaan teknik produksi, penambahan sapi bibit, penerapan teknologi
ketersediaan bibit, dan kondisi alami daerah inseminasi buatan (IB) dengan menggunakan
Kalimantan Tengah, maka sapi yang diusaha- semen beku.
kan adalah sapi bali. Sapi Bali merupakan
25