SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 27
Disusun oleh
Kelompok 5
PSIK 09
2011
Faktor Resiko Asma . . .
- Obesitas
Penumpukan lemak berlebih ???Aku g
tahu rek..dapetna tanpa pjelasan
- Kemiskinan
Status ekonomi menentukan seseorang untuk
mudah terkena penyakit.
Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan konsep B6, pemeriksaan fisik untuk asma secara spesifik mencakup
(Muttaqin, 2008):
B1 (Breathing)
• Inspeksi
Pada klien terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, serta penggunaan
otot bantu pernapasan. Inspeksi dada terutama melihat postur bentuk dan kesimetrisan,
adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot intercostalis, sifat dan irama
pernapasan dan frekuensi napas.
• Palpasi
Pada palapasi biasanya amati kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus normal
• Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal samapi hipersonor sedangkan diafragma menjadi
datar dan rendah.
• Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi lebih dari 4 detik atau 3
kali ekspirasi, dengan bunyi tambahan napas tambahan utama wheezing pada akhir ekspirasi.
.
B2 (Blood)
Monitor dampak asma pada status kardiovaskular meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi,
tekanan darah dan CRT.
B3 (Brain)
Diperlukan pemeriksaan GCS untuk penentuan status kesadaran
B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berkaitan intake cairan. Ada tidaknya oliguria sebagai tanda awal
gejala syok.
B5 (Bowel)
Perlu dikaji bentuk, turgor, nyeri dan tanda-tnada infeksi yang dapat merangsang serangan asma.
Pengkajian status nutrisi meliputi jumlah, frekuensi dan kesulitan pemenuhan kebutuhan nutrisi
karena pada pasien sesak napas terjadi kekurangan. Hal ini terjadi karena dispnea saat makan dan
kecemasan klien.
B6 (Bone)
Adanya edema ekstremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada ekstremitas karena merangsang
serangan asma. Pada integumen perlu dikaji permukaan kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor
kulit, kelembaban, besisik, pruritis, eksim dan adanya bekas dermatitis. Pada rambut kaji
kelembaban dan kusam. Adanya wheezing, sesak dan ortopnea saat istirahat. Pola aktivitas
olahraga, pekerjaan dan aktivitas lainnya
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas . . .
 Tujuan : Pasien menunjukkan fungsi
pernapasan normal dalam 1x24 jam
 Kriteria Hasil :
- Pasien mempertahankan jalan napas paten
dengan bunyi napas bersih dan jelas
- Sputum mampu keluar dari jalan napas
- Keadaaan umum normal
a. Usia Bayi Luxner, Karla. 2005
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji rasio respirasi, kedalaman,
adanya tachipnea, dispnea dan jika
terjadi saat tidur atau istirahat,
cuping hidung, retraksi, kedalaman
(hiperpnea) aau penyempitan
(hipopnea), stridor saat inspirasi
1. Mengungkapkan rasio dan tipe
pernapasan berhubungan dengan
usia dan tubuh bayi, perubahan yang
mengindikasikan adanya obstruksi
dan konsolidasi dari jalan napas dan
fungsi paru yang menurun untuk
difusi gas, perubahan kedalaman
yang abnormal, head bobbing
mengindikasikan adanya dispnea
pada bayi dan fatigue menyebabkan
flesksi leher mengindikasikan adanya
distres respirasi
2. Kaji suara napas dengan
auskultasi, konsolidasi dengan
perkusi
2. Indikasi aliran napas dengan
aukultasi untuk mengungkapkan
adanya sekresi, ronchi, pada
obstruksi jalan napas dan wheezing
pada penyempitan bronchiolar.
Perkusi untuk indikasikan konsolidasi
dan penurunan fungsi paru
Intervensi Rasional
3. Kaji perubahan warna kulit, distribusi dan
durasi sianosis
3. Mengungkapkan derajat sianosis,
indikasikan distribusi gas dan darah dalam
paru-paru dan alveolar hipoventilasi hasil dari
obstruksi jalan napas
4. Kaji kemampuan batuk , waktu batuk 4. Mengungkapakan karakteristik batuk
sebagai kondisi respirasi yang mungkin terjadi
infeksi atau inflamasi. Jalan napas yang sempit
pada bayi mengakibatkan susah batuk karena
obstruksi dari sekret dimana dapat resiko
infeksi
5. Tinggikan posisi kepala sekitar 30 derajat
dan pangku bayi (Ekstensikan kepala bayi dan
leher dengan tangan dibawah bahu bayi)
5. Posisi yang nyaman memfasilitasi ekspansi
dada yang mengembang dan efisiensi
pernapasan.
6. Sediakan periode istirahat yang dibutuhkan
bayi sebagaimana status penyakit
6.Mencegah pemborosan energi yang
terbuang
Intervensi Rasional
7. Sediakan kebutuhan cairan selama 24 jam
dengan jumlah spesifik untuk bayi dan hindari
susu
7. Mencegah status dehidrasi dan mengencerkan
sekret untuk mudah dimobilisasi keluar tubuh.
Susu dapat mempertebal sekret.
8.Lakukan postural drainase menggunakan
gravitasi, perkusi dan vibrasi kecuali
kontraindikasi, pangku bayi dan dukung bayi
dengan bantal. Ajari orang tua dengan posisi bayi
yang nyaman.
8. Promosikan pemindahan sekret dan sputum
dari jalan napas, perkusi dan vibrasi mengurangi
sekret, gravitasi mendukung pemindahan sekret.
9. Suction nasal atau orofaringeal dengan pijatan,
jika dibutuhkan, gunakan catheter dengan benar,
gunakan suntik bulb untuk sekresi mukus pada
hidung bayi, ukuran catheter tergantung pada
usia bayi, tekanan negatif maksimum dari 60-90
cm H2O dengan batas 5 detik untuk bayi
9. Pemindahan sekret dengan suction jika
obstruksi hidung oleh mucus pada bayi,
penggunaan tekanan tinggi dapat merusak
membran mucus pada jalan napas.
10. Perletakan peralatan jalan napas dekat
tempat pasien
10. Untuk keadaan emergency jika dibutuhkan
11. Beri edukasi pada orang tua pasien tentang
kebutuhan cairan, tipe cairan yang harus
dihindari
11. Mempertahankan status hidrasi
Intervensi Rasional
12. Instruksikan orang tua untuk mencuci
tangan
12. Menghindari transmisi mikroorganisme via
droplet
Kolaborasi
1. Pemberian bronkodilator sesuai indikasi
- nebulizer (via inhalasi dengan golongan
terbutaline 0.25 mg, fenoterol Hbr 0.1 %
solution, orciprenaline sulfur 0.75 mg
- Intravena dengan golongan teophyline
ethilenediamine (Aminofilin) bolus IV 5-6
mg/kgBB
1.
- pemberian bronkodilator via inhalasi akan
langsung menuju area bronkus yang
mengalami spasme sehingga lebih cepat
berdilatasi
- pemberian intravena merupakan usaha
pemeliharaan dilatasi jalan napas agar optimal
2. Agen mukolitik dan ekspectoran 2. Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan
perlengketan sekret paru untuk mempermudah
pembersihan
Agen ekspektoran akan memudahkan sekret
lepas dari perlengkatan jalan napas
3. Korticosteroid 3. Korticosteroid berguna pada keterlibatan
dengan hipoksemia dan menurunkan inflamasi
akibat edema mukosa dan dinding bronkus
2. Gangguan pertukaran gas . . .
• Tujuan : Pasien menunjukkan pertukaran gas
dengan efektif dalam 1x24 jam
• Kriteri Hasil :
- Gas darah arteri normal - PO2 dan PCO2
dalam batas normal
- Tidak ada sianosis - Bernapas dalam normal
a. Usia Bayi Luxner, Karla. 2005
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji rasio respirasi, kedalaman, adanya tachipnea,
dispnea dan jika terjadi saat tidur atau istirahat, cuping
hidung, retraksi, kedalaman (hiperpnea) aau penyempitan
(hipopnea), stridor saat inspirasi
1. Mengungkapkan rasio dan tipe pernapasan
berhubungan dengan usia dan tubuh bayi, perubahan
yang mengindikasikan adanya obstruksi dan konsolidasi
dari jalan napas dan fungsi paru yang menurun untuk
difusi gas, perubahan kedalaman yang abnormal, head
bobbing mengindikasikan adanya dispnea pada bayi dan
fatigue menyebabkan flesksi leher mengindikasikan
adanya distres respirasi
2. Monitor SaO2 berkelanjutan . Kaji analisis gas darah
meliputi pH, PaCO2, PaO2.
2. Mengungkapkan status hipoksemia dan hiperkapnea
dan potensi terjadinya kegagalan pernapasan
3. Kaji perubahan warna kulit, distribusi dan durasi
sianosis
3. Mengungkapkan derajat sianosis, indikasikan distribusi
gas dan darah dalam paru-paru dan alveolar hipoventilasi
hasil dari obstruksi jalan napas
4. Administrasikan terapi O2 via kap pada bayi tergantung
kondisi gas darah
4. Pemberian O2 adekuat untuk mendukung intake , PO2
< 60mmHg dan PCO2 > 50-55 mmHg dapat
mengindikasikan kebutuhan untuk stimulasi respirasi,
suction dan support ventilasi
Intervensi Rasional
5. Mendiskusikan dengan orangtua tanda dan
gejala asma sesuai umur bayi
5. Menyediakan informasi cara mengontrol gejala
dan kesehatan umum
6. Menjelaskan kepada orangtua tentang
prosedur dan penggunaan peralatan respirasi
6. Mengurangi ansietas orangtua
7. Menjelaskan pengangkutan O2 dan faktor
keamanan
7. Mempertahankan jumlah O2 yang diberikan
untuk pencegahan hipoksia pada bayi
8. Instruksikan dan demonstrasikan penggunaan
monitor apnea, minta orangtua untuk
mengulangi
8. Orangtua yang tanggap dapat mencegah
hipoksia sedini mungkin pada bayi dengan
penanganan yang tepat
Kolaborasi
1. pemeriksaan BGA
2. pemberian Oksigen
1. Penurunan PO2, peningkatan PCO2
menunjukkan kebutuhan untuk intervensi
selanjutnya.
2. Dapat mengoreksi kipoksemia yang terjadi
akibat penurunan ventilasi
3. Pola Napas tidak efektif . . .
• Tujuan : Pola napas kembali efektif dalam
2x24 jam
• Kriteria Hasil :
- Irama, frekuensi dan kedalaman napas berada
dalam batas normal
- bunyi napas jelas terdengar
a. Usia Bayi Luxner, Karla. 2005
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji rasio respirasi, pola, kedalaman, adanya tachipnea,
dispnea, retraksi suscostal, nasal faring, fase ekspirasi,
ekspansi dada, periode apnea dan pola tidur bayi
1. Mengungkapakan rate dan tipe respirasi yang
berhubungan dengan umur bayi, perubahan pola
mengidikasikan kondidi akut respirasi hasil infeksi dan
obstruksi, head bobbing terjadi dengan dispnea pada bayi
jika ada konsolidasi pada paru
2. Kaji dengan palpasi untuk konfigurasi dada, auskultasi
pada suara napas
2. Mengungkapkan peningkatan rasio anteroposterior yang
umumnya terjadi pada anak-anak
3. Tinggikan posisi kepala sekitar 30 derajat dan pangku bayi
(Ekstensikan kepala bayi dan leher dengan tangan dibawah
bahu bayi)
3. Posisi yang nyaman memfasilitasi ekspansi dada yang
mengembang dan efisiensi pernapasan.
4. Kaji perubahan warna kulit, distribusi dan durasi sianosis 4. Mengungkapkan derajat sianosis, indikasikan distribusi
gas dan darah dalam paru-paru dan alveolar hipoventilasi
hasil dari obstruksi jalan napas
Intervensi Rasional
5. Monitor gas darah dan sediakan suplemen O2 via kap
jika hipoksia karena inadekuat pola napas
5. Mempertahankan O2 dalam darah dan fungsi organ
6. Ajarkan mencuci tangan ketika bersama bayi, menutupi
mulut dan hidung saat batuk/pilek
6. Pencegahan transmisi mikroorganisme
7. Demonstrasikan posisi nyaman untuk ventilasi udara
bayi baik saat tidur maupun terjaga
7. Menunjang perbaikan pernapasan
8. Informasikan orang tua untuk menghindari alergen
asma
8. Mencegah terjadinya gangguan pola napas lebih lanjut
Kolaborasi
1. Berikan bronkodilator via oral, subkutan maupun
terapai aerosol atau sedatif via terapi oral jika efisisensi
respirasi tidak berkurang dan steroid sesuai indikasi
1. Mencegah serangan asma lanjutan dan pertahanan diri
menghadapi allergen
Tabel 1 Klasifikasi Derajat Asma Berdasarkan Derajat Klinis Orang Dewasa
(Kepmenkes, 2009)
Tabel 2 Klasifikasi Derajat Asma pada Anak (Kepemenkes, 2009)
Tabel 3 Klasifikasi Asma Berdasarkan Derajat Serangan (Kepmenkes, 2009)
Tabel 3 Klasifikasi Asma Berdasarkan Derajat Serangan (Kepmenkes, 2009)
Tabel 4 Pengkajian untuk menentukan derajat berat asma ( Somantri, 2008)
Lampiran Gambar
Pemeriksaan Pernapasan anak (Lewer, 1996)
Irama jantung anak (Lewer, 1996)
Asma Lanjut Usia
Tamher, 2009
Analisis Data Somantri 2008
Respon alergen terinhalasi (Ward,
2006)
Perbandingan bronkus normal dan
asma (Ward, 2006)
Asma

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Basic life support edit (ben)
Basic life support edit (ben)Basic life support edit (ben)
Basic life support edit (ben)carolbengngu
 
Pulmonary surfactant (Surfaktan Paru-Paru)
Pulmonary surfactant (Surfaktan Paru-Paru)Pulmonary surfactant (Surfaktan Paru-Paru)
Pulmonary surfactant (Surfaktan Paru-Paru)Dani Syahrial
 
Deteksi dini kegawatan sistem respirasi dan management airway
Deteksi dini kegawatan sistem respirasi  dan  management  airwayDeteksi dini kegawatan sistem respirasi  dan  management  airway
Deteksi dini kegawatan sistem respirasi dan management airwaySulistia Rini
 
Tanda dan gejala asfiksia neonatorum AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tanda dan gejala asfiksia neonatorum AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tanda dan gejala asfiksia neonatorum AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tanda dan gejala asfiksia neonatorum AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Referat asfiksia neonatorum desi pupu final
Referat asfiksia neonatorum desi pupu finalReferat asfiksia neonatorum desi pupu final
Referat asfiksia neonatorum desi pupu finalSuzika Dewi
 
Asfiksia neonatorum (high lights)
Asfiksia neonatorum (high lights)Asfiksia neonatorum (high lights)
Asfiksia neonatorum (high lights)mskosim
 
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahirKb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahirpjj_kemenkes
 
Gangguan nafas pada bayi baru lahir
Gangguan nafas pada bayi baru lahirGangguan nafas pada bayi baru lahir
Gangguan nafas pada bayi baru lahiroctaviasulistya
 
AR101 -POLIBRIGED ( PERTOLONGAN CEMAS)
AR101 -POLIBRIGED ( PERTOLONGAN CEMAS)AR101 -POLIBRIGED ( PERTOLONGAN CEMAS)
AR101 -POLIBRIGED ( PERTOLONGAN CEMAS)mokhtar
 
Resusitasi Pada Bayi dan Orang Dewas
Resusitasi Pada Bayi dan Orang DewasResusitasi Pada Bayi dan Orang Dewas
Resusitasi Pada Bayi dan Orang DewasvQhy
 
Materi Pelatihan PONED - Asfiksia dan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Materi Pelatihan PONED - Asfiksia dan Resusitasi Bayi Baru LahirMateri Pelatihan PONED - Asfiksia dan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Materi Pelatihan PONED - Asfiksia dan Resusitasi Bayi Baru LahirDayu Agung Dewi Sawitri
 
Asfiksia Bayi Baru Lahir final
Asfiksia Bayi Baru Lahir finalAsfiksia Bayi Baru Lahir final
Asfiksia Bayi Baru Lahir finalharry christama
 
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahirKb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahirpjj_kemenkes
 
Ebook saku ukom
Ebook saku ukomEbook saku ukom
Ebook saku ukom1993-09-11
 

Was ist angesagt? (20)

Basic life support edit (ben)
Basic life support edit (ben)Basic life support edit (ben)
Basic life support edit (ben)
 
Pulmonary surfactant (Surfaktan Paru-Paru)
Pulmonary surfactant (Surfaktan Paru-Paru)Pulmonary surfactant (Surfaktan Paru-Paru)
Pulmonary surfactant (Surfaktan Paru-Paru)
 
Deteksi dini kegawatan sistem respirasi dan management airway
Deteksi dini kegawatan sistem respirasi  dan  management  airwayDeteksi dini kegawatan sistem respirasi  dan  management  airway
Deteksi dini kegawatan sistem respirasi dan management airway
 
Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorumAsfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Tanda dan gejala asfiksia neonatorum AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tanda dan gejala asfiksia neonatorum AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tanda dan gejala asfiksia neonatorum AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tanda dan gejala asfiksia neonatorum AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Referat asfiksia neonatorum desi pupu final
Referat asfiksia neonatorum desi pupu finalReferat asfiksia neonatorum desi pupu final
Referat asfiksia neonatorum desi pupu final
 
Asfiksia neonatorum (high lights)
Asfiksia neonatorum (high lights)Asfiksia neonatorum (high lights)
Asfiksia neonatorum (high lights)
 
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahirKb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
 
Gangguan nafas pada bayi baru lahir
Gangguan nafas pada bayi baru lahirGangguan nafas pada bayi baru lahir
Gangguan nafas pada bayi baru lahir
 
Irds AKPER PEMKAB MUNA
Irds AKPER PEMKAB MUNA Irds AKPER PEMKAB MUNA
Irds AKPER PEMKAB MUNA
 
AR101 -POLIBRIGED ( PERTOLONGAN CEMAS)
AR101 -POLIBRIGED ( PERTOLONGAN CEMAS)AR101 -POLIBRIGED ( PERTOLONGAN CEMAS)
AR101 -POLIBRIGED ( PERTOLONGAN CEMAS)
 
Asfiksia Neonatorum
Asfiksia NeonatorumAsfiksia Neonatorum
Asfiksia Neonatorum
 
Resusitasi Pada Bayi dan Orang Dewas
Resusitasi Pada Bayi dan Orang DewasResusitasi Pada Bayi dan Orang Dewas
Resusitasi Pada Bayi dan Orang Dewas
 
Pengsan
PengsanPengsan
Pengsan
 
Materi Pelatihan PONED - Asfiksia dan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Materi Pelatihan PONED - Asfiksia dan Resusitasi Bayi Baru LahirMateri Pelatihan PONED - Asfiksia dan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Materi Pelatihan PONED - Asfiksia dan Resusitasi Bayi Baru Lahir
 
Asfiksia Bayi Baru Lahir final
Asfiksia Bayi Baru Lahir finalAsfiksia Bayi Baru Lahir final
Asfiksia Bayi Baru Lahir final
 
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahirKb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
Kb 1 resusitasi pada bayi baru lahir
 
Cpr
CprCpr
Cpr
 
Ebook saku ukom
Ebook saku ukomEbook saku ukom
Ebook saku ukom
 

Andere mochten auch

240142535 case-bismillah
240142535 case-bismillah240142535 case-bismillah
240142535 case-bismillahhomeworkping4
 
Embedded systems-for-beginners-electro8
Embedded systems-for-beginners-electro8Embedded systems-for-beginners-electro8
Embedded systems-for-beginners-electro8Electro 8
 
Social Fundraising Seminar, presented at Silicon Valley SCORE 9/23/13
Social Fundraising Seminar, presented at Silicon Valley SCORE 9/23/13Social Fundraising Seminar, presented at Silicon Valley SCORE 9/23/13
Social Fundraising Seminar, presented at Silicon Valley SCORE 9/23/13YapperGirl
 
Virtual iMac
Virtual iMacVirtual iMac
Virtual iMacbillhot97
 
Edket pitch v8_ru
Edket pitch v8_ruEdket pitch v8_ru
Edket pitch v8_ruizayniev
 
Mba business school india mumbai worldclass
Mba business school india mumbai  worldclassMba business school india mumbai  worldclass
Mba business school india mumbai worldclassPiyush Sah
 
Str 581 final exam answers set 2
Str 581 final exam answers set 2Str 581 final exam answers set 2
Str 581 final exam answers set 2homeworklikeaboss
 
Mba business school india mumbai finance it accounting marketing
Mba business school india mumbai  finance it accounting marketingMba business school india mumbai  finance it accounting marketing
Mba business school india mumbai finance it accounting marketingPiyush Sah
 
Edket pitch v8_b2b_ru
Edket pitch v8_b2b_ruEdket pitch v8_b2b_ru
Edket pitch v8_b2b_ruizayniev
 
Simple solution e8
Simple solution e8Simple solution e8
Simple solution e8Electro 8
 
Social Engagement Strategies: Attracting New Audiences and Funding in the Age...
Social Engagement Strategies: Attracting New Audiences and Funding in the Age...Social Engagement Strategies: Attracting New Audiences and Funding in the Age...
Social Engagement Strategies: Attracting New Audiences and Funding in the Age...YapperGirl
 
Edu market pitch_v6_ru
Edu market pitch_v6_ruEdu market pitch_v6_ru
Edu market pitch_v6_ruizayniev
 
Synchronization Overview
Synchronization OverviewSynchronization Overview
Synchronization OverviewAbuzar Ghalib
 
Plc analog Tutorial
Plc analog TutorialPlc analog Tutorial
Plc analog TutorialElectro 8
 

Andere mochten auch (15)

240142535 case-bismillah
240142535 case-bismillah240142535 case-bismillah
240142535 case-bismillah
 
Embedded systems-for-beginners-electro8
Embedded systems-for-beginners-electro8Embedded systems-for-beginners-electro8
Embedded systems-for-beginners-electro8
 
Social Fundraising Seminar, presented at Silicon Valley SCORE 9/23/13
Social Fundraising Seminar, presented at Silicon Valley SCORE 9/23/13Social Fundraising Seminar, presented at Silicon Valley SCORE 9/23/13
Social Fundraising Seminar, presented at Silicon Valley SCORE 9/23/13
 
Virtual iMac
Virtual iMacVirtual iMac
Virtual iMac
 
Edket pitch v8_ru
Edket pitch v8_ruEdket pitch v8_ru
Edket pitch v8_ru
 
Mba business school india mumbai worldclass
Mba business school india mumbai  worldclassMba business school india mumbai  worldclass
Mba business school india mumbai worldclass
 
Bus 475 final exam answers
Bus 475 final exam answersBus 475 final exam answers
Bus 475 final exam answers
 
Str 581 final exam answers set 2
Str 581 final exam answers set 2Str 581 final exam answers set 2
Str 581 final exam answers set 2
 
Mba business school india mumbai finance it accounting marketing
Mba business school india mumbai  finance it accounting marketingMba business school india mumbai  finance it accounting marketing
Mba business school india mumbai finance it accounting marketing
 
Edket pitch v8_b2b_ru
Edket pitch v8_b2b_ruEdket pitch v8_b2b_ru
Edket pitch v8_b2b_ru
 
Simple solution e8
Simple solution e8Simple solution e8
Simple solution e8
 
Social Engagement Strategies: Attracting New Audiences and Funding in the Age...
Social Engagement Strategies: Attracting New Audiences and Funding in the Age...Social Engagement Strategies: Attracting New Audiences and Funding in the Age...
Social Engagement Strategies: Attracting New Audiences and Funding in the Age...
 
Edu market pitch_v6_ru
Edu market pitch_v6_ruEdu market pitch_v6_ru
Edu market pitch_v6_ru
 
Synchronization Overview
Synchronization OverviewSynchronization Overview
Synchronization Overview
 
Plc analog Tutorial
Plc analog TutorialPlc analog Tutorial
Plc analog Tutorial
 

Ähnlich wie Asma

10-01 Tatalaksana anak dg ggn respiratori 2.ppt
10-01 Tatalaksana anak dg ggn respiratori 2.ppt10-01 Tatalaksana anak dg ggn respiratori 2.ppt
10-01 Tatalaksana anak dg ggn respiratori 2.pptMethaKemala
 
Laporan pendahuluan asma
Laporan pendahuluan asmaLaporan pendahuluan asma
Laporan pendahuluan asmaDwi Zhagtris
 
Pengkajian keperawatan oksigenasi
Pengkajian keperawatan oksigenasiPengkajian keperawatan oksigenasi
Pengkajian keperawatan oksigenasiUmmiBalqis1
 
Asfiksi neonatum
Asfiksi neonatumAsfiksi neonatum
Asfiksi neonatumWahyu Nurse
 
Lp pnemonia
Lp pnemoniaLp pnemonia
Lp pnemoniaIma Kdr
 
Setalah membaca bab 1 ini mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan kepera...
Setalah membaca bab 1 ini mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan kepera...Setalah membaca bab 1 ini mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan kepera...
Setalah membaca bab 1 ini mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan kepera...nerserna
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...Operator Warnet Vast Raha
 
Kegawatdaruratan respirasi
Kegawatdaruratan respirasiKegawatdaruratan respirasi
Kegawatdaruratan respirasiNurul Sari
 
Makalah anty pak sawal
Makalah anty pak sawalMakalah anty pak sawal
Makalah anty pak sawalWarnet Raha
 
PPT SEMINAR ANAK ASUHAN KEPERAWATAN RESPIRATOTY DISTRESS SYNDROM.pptx
PPT SEMINAR ANAK ASUHAN KEPERAWATAN RESPIRATOTY DISTRESS SYNDROM.pptxPPT SEMINAR ANAK ASUHAN KEPERAWATAN RESPIRATOTY DISTRESS SYNDROM.pptx
PPT SEMINAR ANAK ASUHAN KEPERAWATAN RESPIRATOTY DISTRESS SYNDROM.pptxnurulfaizah274930
 

Ähnlich wie Asma (20)

BRONKITIS
BRONKITISBRONKITIS
BRONKITIS
 
Asuhan Keperawatan Anak dengan Asma
Asuhan Keperawatan Anak dengan AsmaAsuhan Keperawatan Anak dengan Asma
Asuhan Keperawatan Anak dengan Asma
 
10-01 Tatalaksana anak dg ggn respiratori 2.ppt
10-01 Tatalaksana anak dg ggn respiratori 2.ppt10-01 Tatalaksana anak dg ggn respiratori 2.ppt
10-01 Tatalaksana anak dg ggn respiratori 2.ppt
 
Laporan pendahuluan asma
Laporan pendahuluan asmaLaporan pendahuluan asma
Laporan pendahuluan asma
 
Pengkajian keperawatan oksigenasi
Pengkajian keperawatan oksigenasiPengkajian keperawatan oksigenasi
Pengkajian keperawatan oksigenasi
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 
Askep ventilasi mekanik
Askep  ventilasi mekanikAskep  ventilasi mekanik
Askep ventilasi mekanik
 
Asfiksi neonatum
Asfiksi neonatumAsfiksi neonatum
Asfiksi neonatum
 
Askep postmatur
Askep postmaturAskep postmatur
Askep postmatur
 
Lp pnemonia
Lp pnemoniaLp pnemonia
Lp pnemonia
 
Setalah membaca bab 1 ini mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan kepera...
Setalah membaca bab 1 ini mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan kepera...Setalah membaca bab 1 ini mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan kepera...
Setalah membaca bab 1 ini mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan kepera...
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...
 
Kegawatdaruratan respirasi
Kegawatdaruratan respirasiKegawatdaruratan respirasi
Kegawatdaruratan respirasi
 
Makalah anty pak sawal AKPER PEMKAB MUNA
Makalah anty pak sawal AKPER PEMKAB MUNAMakalah anty pak sawal AKPER PEMKAB MUNA
Makalah anty pak sawal AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep asma
Askep asmaAskep asma
Askep asma
 
Makalah anty pak sawal
Makalah anty pak sawalMakalah anty pak sawal
Makalah anty pak sawal
 
Makalah anty pak sawal
Makalah anty pak sawalMakalah anty pak sawal
Makalah anty pak sawal
 
PPT SEMINAR ANAK ASUHAN KEPERAWATAN RESPIRATOTY DISTRESS SYNDROM.pptx
PPT SEMINAR ANAK ASUHAN KEPERAWATAN RESPIRATOTY DISTRESS SYNDROM.pptxPPT SEMINAR ANAK ASUHAN KEPERAWATAN RESPIRATOTY DISTRESS SYNDROM.pptx
PPT SEMINAR ANAK ASUHAN KEPERAWATAN RESPIRATOTY DISTRESS SYNDROM.pptx
 
Asfiksia AKPER PEMKAB MUNA
Asfiksia AKPER PEMKAB MUNA Asfiksia AKPER PEMKAB MUNA
Asfiksia AKPER PEMKAB MUNA
 
Asfiksia
AsfiksiaAsfiksia
Asfiksia
 

Asma

  • 2. Faktor Resiko Asma . . . - Obesitas Penumpukan lemak berlebih ???Aku g tahu rek..dapetna tanpa pjelasan - Kemiskinan Status ekonomi menentukan seseorang untuk mudah terkena penyakit.
  • 3. Pemeriksaan Fisik Berdasarkan konsep B6, pemeriksaan fisik untuk asma secara spesifik mencakup (Muttaqin, 2008): B1 (Breathing) • Inspeksi Pada klien terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, serta penggunaan otot bantu pernapasan. Inspeksi dada terutama melihat postur bentuk dan kesimetrisan, adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot intercostalis, sifat dan irama pernapasan dan frekuensi napas. • Palpasi Pada palapasi biasanya amati kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus normal • Perkusi Pada perkusi didapatkan suara normal samapi hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah. • Auskultasi Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi lebih dari 4 detik atau 3 kali ekspirasi, dengan bunyi tambahan napas tambahan utama wheezing pada akhir ekspirasi. .
  • 4. B2 (Blood) Monitor dampak asma pada status kardiovaskular meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah dan CRT. B3 (Brain) Diperlukan pemeriksaan GCS untuk penentuan status kesadaran B4 (Bladder) Pengukuran volume output urine berkaitan intake cairan. Ada tidaknya oliguria sebagai tanda awal gejala syok. B5 (Bowel) Perlu dikaji bentuk, turgor, nyeri dan tanda-tnada infeksi yang dapat merangsang serangan asma. Pengkajian status nutrisi meliputi jumlah, frekuensi dan kesulitan pemenuhan kebutuhan nutrisi karena pada pasien sesak napas terjadi kekurangan. Hal ini terjadi karena dispnea saat makan dan kecemasan klien. B6 (Bone) Adanya edema ekstremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada ekstremitas karena merangsang serangan asma. Pada integumen perlu dikaji permukaan kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembaban, besisik, pruritis, eksim dan adanya bekas dermatitis. Pada rambut kaji kelembaban dan kusam. Adanya wheezing, sesak dan ortopnea saat istirahat. Pola aktivitas olahraga, pekerjaan dan aktivitas lainnya
  • 5. 1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas . . .  Tujuan : Pasien menunjukkan fungsi pernapasan normal dalam 1x24 jam  Kriteria Hasil : - Pasien mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih dan jelas - Sputum mampu keluar dari jalan napas - Keadaaan umum normal
  • 6. a. Usia Bayi Luxner, Karla. 2005 Intervensi Rasional Mandiri 1. Kaji rasio respirasi, kedalaman, adanya tachipnea, dispnea dan jika terjadi saat tidur atau istirahat, cuping hidung, retraksi, kedalaman (hiperpnea) aau penyempitan (hipopnea), stridor saat inspirasi 1. Mengungkapkan rasio dan tipe pernapasan berhubungan dengan usia dan tubuh bayi, perubahan yang mengindikasikan adanya obstruksi dan konsolidasi dari jalan napas dan fungsi paru yang menurun untuk difusi gas, perubahan kedalaman yang abnormal, head bobbing mengindikasikan adanya dispnea pada bayi dan fatigue menyebabkan flesksi leher mengindikasikan adanya distres respirasi 2. Kaji suara napas dengan auskultasi, konsolidasi dengan perkusi 2. Indikasi aliran napas dengan aukultasi untuk mengungkapkan adanya sekresi, ronchi, pada obstruksi jalan napas dan wheezing pada penyempitan bronchiolar. Perkusi untuk indikasikan konsolidasi dan penurunan fungsi paru
  • 7. Intervensi Rasional 3. Kaji perubahan warna kulit, distribusi dan durasi sianosis 3. Mengungkapkan derajat sianosis, indikasikan distribusi gas dan darah dalam paru-paru dan alveolar hipoventilasi hasil dari obstruksi jalan napas 4. Kaji kemampuan batuk , waktu batuk 4. Mengungkapakan karakteristik batuk sebagai kondisi respirasi yang mungkin terjadi infeksi atau inflamasi. Jalan napas yang sempit pada bayi mengakibatkan susah batuk karena obstruksi dari sekret dimana dapat resiko infeksi 5. Tinggikan posisi kepala sekitar 30 derajat dan pangku bayi (Ekstensikan kepala bayi dan leher dengan tangan dibawah bahu bayi) 5. Posisi yang nyaman memfasilitasi ekspansi dada yang mengembang dan efisiensi pernapasan. 6. Sediakan periode istirahat yang dibutuhkan bayi sebagaimana status penyakit 6.Mencegah pemborosan energi yang terbuang
  • 8. Intervensi Rasional 7. Sediakan kebutuhan cairan selama 24 jam dengan jumlah spesifik untuk bayi dan hindari susu 7. Mencegah status dehidrasi dan mengencerkan sekret untuk mudah dimobilisasi keluar tubuh. Susu dapat mempertebal sekret. 8.Lakukan postural drainase menggunakan gravitasi, perkusi dan vibrasi kecuali kontraindikasi, pangku bayi dan dukung bayi dengan bantal. Ajari orang tua dengan posisi bayi yang nyaman. 8. Promosikan pemindahan sekret dan sputum dari jalan napas, perkusi dan vibrasi mengurangi sekret, gravitasi mendukung pemindahan sekret. 9. Suction nasal atau orofaringeal dengan pijatan, jika dibutuhkan, gunakan catheter dengan benar, gunakan suntik bulb untuk sekresi mukus pada hidung bayi, ukuran catheter tergantung pada usia bayi, tekanan negatif maksimum dari 60-90 cm H2O dengan batas 5 detik untuk bayi 9. Pemindahan sekret dengan suction jika obstruksi hidung oleh mucus pada bayi, penggunaan tekanan tinggi dapat merusak membran mucus pada jalan napas. 10. Perletakan peralatan jalan napas dekat tempat pasien 10. Untuk keadaan emergency jika dibutuhkan 11. Beri edukasi pada orang tua pasien tentang kebutuhan cairan, tipe cairan yang harus dihindari 11. Mempertahankan status hidrasi
  • 9. Intervensi Rasional 12. Instruksikan orang tua untuk mencuci tangan 12. Menghindari transmisi mikroorganisme via droplet Kolaborasi 1. Pemberian bronkodilator sesuai indikasi - nebulizer (via inhalasi dengan golongan terbutaline 0.25 mg, fenoterol Hbr 0.1 % solution, orciprenaline sulfur 0.75 mg - Intravena dengan golongan teophyline ethilenediamine (Aminofilin) bolus IV 5-6 mg/kgBB 1. - pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area bronkus yang mengalami spasme sehingga lebih cepat berdilatasi - pemberian intravena merupakan usaha pemeliharaan dilatasi jalan napas agar optimal 2. Agen mukolitik dan ekspectoran 2. Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk mempermudah pembersihan Agen ekspektoran akan memudahkan sekret lepas dari perlengkatan jalan napas 3. Korticosteroid 3. Korticosteroid berguna pada keterlibatan dengan hipoksemia dan menurunkan inflamasi akibat edema mukosa dan dinding bronkus
  • 10. 2. Gangguan pertukaran gas . . . • Tujuan : Pasien menunjukkan pertukaran gas dengan efektif dalam 1x24 jam • Kriteri Hasil : - Gas darah arteri normal - PO2 dan PCO2 dalam batas normal - Tidak ada sianosis - Bernapas dalam normal
  • 11. a. Usia Bayi Luxner, Karla. 2005 Intervensi Rasional Mandiri 1. Kaji rasio respirasi, kedalaman, adanya tachipnea, dispnea dan jika terjadi saat tidur atau istirahat, cuping hidung, retraksi, kedalaman (hiperpnea) aau penyempitan (hipopnea), stridor saat inspirasi 1. Mengungkapkan rasio dan tipe pernapasan berhubungan dengan usia dan tubuh bayi, perubahan yang mengindikasikan adanya obstruksi dan konsolidasi dari jalan napas dan fungsi paru yang menurun untuk difusi gas, perubahan kedalaman yang abnormal, head bobbing mengindikasikan adanya dispnea pada bayi dan fatigue menyebabkan flesksi leher mengindikasikan adanya distres respirasi 2. Monitor SaO2 berkelanjutan . Kaji analisis gas darah meliputi pH, PaCO2, PaO2. 2. Mengungkapkan status hipoksemia dan hiperkapnea dan potensi terjadinya kegagalan pernapasan 3. Kaji perubahan warna kulit, distribusi dan durasi sianosis 3. Mengungkapkan derajat sianosis, indikasikan distribusi gas dan darah dalam paru-paru dan alveolar hipoventilasi hasil dari obstruksi jalan napas 4. Administrasikan terapi O2 via kap pada bayi tergantung kondisi gas darah 4. Pemberian O2 adekuat untuk mendukung intake , PO2 < 60mmHg dan PCO2 > 50-55 mmHg dapat mengindikasikan kebutuhan untuk stimulasi respirasi, suction dan support ventilasi
  • 12. Intervensi Rasional 5. Mendiskusikan dengan orangtua tanda dan gejala asma sesuai umur bayi 5. Menyediakan informasi cara mengontrol gejala dan kesehatan umum 6. Menjelaskan kepada orangtua tentang prosedur dan penggunaan peralatan respirasi 6. Mengurangi ansietas orangtua 7. Menjelaskan pengangkutan O2 dan faktor keamanan 7. Mempertahankan jumlah O2 yang diberikan untuk pencegahan hipoksia pada bayi 8. Instruksikan dan demonstrasikan penggunaan monitor apnea, minta orangtua untuk mengulangi 8. Orangtua yang tanggap dapat mencegah hipoksia sedini mungkin pada bayi dengan penanganan yang tepat Kolaborasi 1. pemeriksaan BGA 2. pemberian Oksigen 1. Penurunan PO2, peningkatan PCO2 menunjukkan kebutuhan untuk intervensi selanjutnya. 2. Dapat mengoreksi kipoksemia yang terjadi akibat penurunan ventilasi
  • 13. 3. Pola Napas tidak efektif . . . • Tujuan : Pola napas kembali efektif dalam 2x24 jam • Kriteria Hasil : - Irama, frekuensi dan kedalaman napas berada dalam batas normal - bunyi napas jelas terdengar
  • 14. a. Usia Bayi Luxner, Karla. 2005 Intervensi Rasional Mandiri 1. Kaji rasio respirasi, pola, kedalaman, adanya tachipnea, dispnea, retraksi suscostal, nasal faring, fase ekspirasi, ekspansi dada, periode apnea dan pola tidur bayi 1. Mengungkapakan rate dan tipe respirasi yang berhubungan dengan umur bayi, perubahan pola mengidikasikan kondidi akut respirasi hasil infeksi dan obstruksi, head bobbing terjadi dengan dispnea pada bayi jika ada konsolidasi pada paru 2. Kaji dengan palpasi untuk konfigurasi dada, auskultasi pada suara napas 2. Mengungkapkan peningkatan rasio anteroposterior yang umumnya terjadi pada anak-anak 3. Tinggikan posisi kepala sekitar 30 derajat dan pangku bayi (Ekstensikan kepala bayi dan leher dengan tangan dibawah bahu bayi) 3. Posisi yang nyaman memfasilitasi ekspansi dada yang mengembang dan efisiensi pernapasan. 4. Kaji perubahan warna kulit, distribusi dan durasi sianosis 4. Mengungkapkan derajat sianosis, indikasikan distribusi gas dan darah dalam paru-paru dan alveolar hipoventilasi hasil dari obstruksi jalan napas
  • 15. Intervensi Rasional 5. Monitor gas darah dan sediakan suplemen O2 via kap jika hipoksia karena inadekuat pola napas 5. Mempertahankan O2 dalam darah dan fungsi organ 6. Ajarkan mencuci tangan ketika bersama bayi, menutupi mulut dan hidung saat batuk/pilek 6. Pencegahan transmisi mikroorganisme 7. Demonstrasikan posisi nyaman untuk ventilasi udara bayi baik saat tidur maupun terjaga 7. Menunjang perbaikan pernapasan 8. Informasikan orang tua untuk menghindari alergen asma 8. Mencegah terjadinya gangguan pola napas lebih lanjut Kolaborasi 1. Berikan bronkodilator via oral, subkutan maupun terapai aerosol atau sedatif via terapi oral jika efisisensi respirasi tidak berkurang dan steroid sesuai indikasi 1. Mencegah serangan asma lanjutan dan pertahanan diri menghadapi allergen
  • 16. Tabel 1 Klasifikasi Derajat Asma Berdasarkan Derajat Klinis Orang Dewasa (Kepmenkes, 2009)
  • 17. Tabel 2 Klasifikasi Derajat Asma pada Anak (Kepemenkes, 2009)
  • 18. Tabel 3 Klasifikasi Asma Berdasarkan Derajat Serangan (Kepmenkes, 2009)
  • 19. Tabel 3 Klasifikasi Asma Berdasarkan Derajat Serangan (Kepmenkes, 2009)
  • 20. Tabel 4 Pengkajian untuk menentukan derajat berat asma ( Somantri, 2008)
  • 22. Irama jantung anak (Lewer, 1996)
  • 26. Perbandingan bronkus normal dan asma (Ward, 2006)