Makalah ini menguji efek antiinflamasi dari Na-diklofenak dan infus rimpang temu putih dengan metode volume udem menggunakan tikus. Tikus diberi larutan karagenin untuk menginduksi inflamasi, kemudian diberi obat uji dan diukur volume udemnya. Hasilnya menunjukkan Na-diklofenak dan semua dosis infus rimpang temu putih dapat menghambat pembentukan udem dengan efektivitas
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
Uji Antiinflamasi Metode Volume Udem
1. MAKALAH FARMAKOLOGI
UJI ANTIINFLAMASI METODE VOLUME UDEM
KELOMPOK IV
SYAROFINA D. (201110410311212)
EIFA RUHIYATUL (201110410311214)
ERRY PROBO S. (201110410311215)
NURKHOLIVIANI (201110410311217)
RIZKA NOVIA A. (201110410311218)
DILLA NOVITA (201110410311220)
APRILIA SUDI R. (201110140311235)
NUR FAJAR R. (201110410311236)
SITI ROBIATUL (201110410311237)
M. HASAN W. (201110410311238)
M. FAHRIZAL S. (201110410311239)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012/2013
2. PRAKTIKUM V
UJI ANTIINFLAMASI METODE VOLUME UDEM
I. Tujuan
Memahami prinsip eksperimen terhadap efek antiinflamasi dengan menggunakan
alat plestimometer.
II. Dasar Teori
A. Inflamasi
Inflamasi merupakan respon terhadap cedera jaringan dan infeksi. Ketika proses
inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vaskular dimana cairan, elemen – elemen darah, sel
darah putih ( leukosit ), dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringa atau
infeksi. Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh dimana tubuh
berusaha untuk menetralisir dan membasmi agen berbahaya pada tempat cederadan
untuk mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan.
Meskipun ada hubungan antara inflamasi dan infeksi, tetapi tidak boleh dianggap
sama. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme dan menyebabkan inflamasi, tetapi tidak
semua inflamasi disebabkan oleh infeksi.
Terjadinya inflamasi akibat dilepaskannya mediator – mediator kimia contohnya:
Histamin
Merupakan mediator pertama dalam proses inflamasi, menyebabkan dilatasi
arteriol dan meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga cairan dapat
meninggalkan kapiler dan mengalir ke daerah cedera.
Kinin (bradikinin)
Dapat meningkatkan permeabilitas kapiler dan rasa nyeri.
Prostaglandin
Dilepaskannya prostaglandin menyebabkan bertambahnya vasodilatasi
permeabilitas kapiler, nyeri, dan demam.
Tanda – tanda utama inflamasi:
Eritema ( kemerahan )
Merupakan tahap pertama dari inflamasi.Darah berkumpul pada daerah cedera
jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh.
3. Edema ( pembengkakan )
Tahap kedua dari inflamasi.Plasma merembes ke jaringan interstial pada tempat
cedera.Kinin mendilatasi arteriol dengan meningkatkan permeabilitas kapiler.
Panas
Panas pada tempat inflamasi dapat disebabkan oleh bertambahnya penggumpalan
darah dan juga dikarenakan pirogen (substansi yang menimbulkan demam) yang
mengganggu pusat pengaturan panas dan hipotalamus.
Dolor ( nyeri )
Disebabkan oleh peningkatan dan pelepasan mediator – mediator kimia.
Function laesa ( hilangnya fungsi )
Disebabkan karena penumpukan cairan pada tempat cedera jaringan dan karena
rasa nyeri, yang mengurangi mobilitas pada daerah yang terkena.
B. Obat anti inflamasi
Obat – obat anti inflamasi contohnya obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID) dan
obat anti inflamasi steroid (preparat kortison) yang bekerja dengan cara menghambat
mediator – mediator kimia sehingga mengurangi proses inflamasi.
(Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan : 305 – 320)
III. Alat
1. Plestimometer
2. Spuit
3. Sonde
4. Spidol
Cedera jaringan
Dilatasi arteriol
(Vasodilatasi)
Bertambahnya
permeabilitas kapiler
Nyeri dan
pembengkakan
ujung syaraf
Panas
(Vasodilatasi)
Pelepasan mediator – mediator kimia
4. IV. Bahan
1. Tikus 5 ekor
2. Larutan karagenin 1% 0,1 ml
3. Aquadest 2,5 ml/20 g BB
4. Na diklofenat 6,75 mg/kg BB
5. Infus rimpang 5% (0,625 g/kg BB)
6. Infus rimpang 10% (1,25 g/ kg BB)
7. Infus rimpang 20% (2,5 g/ kg BB)
V. Prosedur Kerja
Tikus dipuasakan 6 – 8 jam
(Pengosongan lambung)
Salah satu kaki belakang tikus diberi tanda dengan spidol
Diukur volumenya
Dicelupkan ke dalam tabung air raksa (pletismometer) ad garis tanda
Pemberian bahan uji
Selang 10 – 15 menit + larutan karagenin 1 % sebanyak 0,1 ml
secara subkutan di bagian dorsal kaki
Volume kaki tikus diukur setiap interval waktu 5 menit ad efek udemnya hilang
Catat datanya
5. VI. Perhitungan Dosis
Dosis tikus 1 ( aquadest)
Berat = 0,145 kg
Dosis = 2,5 ml / 20mg x 0,145 = 0,02 ml
Dosis tikus 2 ( Na diklofenat)
Berat = 0,136 kg
Dosis =6,75 ml / 1 kg x 0,136 = 0,92 ml
Dosis tikus 3 ( infus rimpang 5%)
Berat = 0,141 kg
Dosis =0,625ml / 1kg x 0,141 = 1,8 ml
Dosis tikus 4 ( infus rimpang 10%)
Berat=0,109 kg
Dosis = 1,25ml / 1kg x 0,109 = 1,4 ml
Dosis tikus 5 ( infus rimpang 20%)
Berat = 0,133 kg
Dosis = 2,5ml / 1kg x 0,133 = 1,7 ml
7. IX. Pembahasan
Pada praktikum kali ini Karagenin berfungsi sebagai senyawa iritan yang tidak
menimbulkan kerusakan jaringan, ia adalah senyawa yang paling banyak digunakan untuk
memprediksi efek terapeutik obat antinflamasi steroid maupun nonsteroid. Karagenin tidak
meimbulkan kerusakan jaringan, tidak menimbulkan bekas, serta menimbulkan respon
yang paling peka terhadap obat antiflamasi dibandingkan senyawa iritan lainnya. Pada
proses pembentukan udema, karagenin akan menginduksi cedera sel denagan
dilepaskannya mediator yang mengawali proses inflamasi. Karagenin merupakan senyawa
yang dapat menginduksi cedera sel dengan melepaskan mediator yang mengawali proses
inflamasi. Udema yang terjadi akibat terlepasnya mediator inflamasi seperti: histamin,
serotin, bradikinin, dan prostagladin. Pada saat mengalami pelepasan mediator inflamasi
terjadi udem maksimal dan bertahan beberapa jam.Udem yang disebabkan oleh injeksi
karagenin diperkuat oleh mediator inflamasi terutama PGE1 dan PGE2 dengan cara
menurunkan permeabilitas vaskuler. Apabila permeabilitas vaskuler turun maka protein-
protein plasma dapat menuju ke jaringan yang luka sehingga terjadi udema.
Penggunaan Na-diklofenak. Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang kuat
dengan efek antiinflamasi, analgetik dan antipiretik.Obat ini cepat diabsorpsi setelah
pemberian oral dan mempunyai waktu paruh pendek.Obat ini berkumpul di cairan
sinovial.Efek samping dari obat ini kurang keras dibandingkan dengan obat kuat yang lain
seperti indometasin dan piroxycam.Obat ini sering digunakan untuk segala macam nyeri,
migrain dan encok.Rimpang putih sebagai antiinflamasi.Rimpang temu putih mengandung
zat aktif sebagai anti radang, yaitu mengandung kurkumin yang terbukti dapat berfungsi
sebagai anti radang.Kurkumin bekerja sangat efktif dalam menghambat peradangan secara
akut dan kronis. Kurkumin hampir sama dengan kortison dan fenilbutason.
Efek ditunjukkan dengan semakin besarnya nilai % efektifitas udem.Semakin kecil
nilai udem berarti sediaan mampu menghambat udem yang terbentuk akibat induksi
karagenin.Larutan karagenin disini berfungsi untuk menguji obat antiinflamasi
menimbulkan efek atau tidak. Jika suatu obat antiinflamasi menimbulkan efak maka udem
yang disebabkan oleh induksi karagenin akan berkurang.
Dari grafik dan data di atas terlihat bahwa kontrol positif (Na-diklofenak) dapat
menghambat udem yang ditunjukkan dengan semakin besarnya nilai persen efektivitas.
Mekanisme kerja obat Na-diklofenak adalah dengan cara menghambat sintesis
prostaglandin di dalam jaringan tubuh dengan menginhibisi siklooksigenase.
8. Pada tikus pertama yang volume awal kakinya adalah 0,8 cm, kemudian diberi
aquadest sebagai kontrol negatif, kemudian diinduksi dengan karagenin, diukur pada menit
ke 60 volumenya menjadi 1,3 cm. Tikus kedua volume awal kaki adalah 0,6 cm, kemudian
diberi Na-diklofenak sebagai kontrol positif, kemudian diinduksi karagenin, diukur pada
menit 60 volumenya menjadi 1,2 cm. Tikus ketiga volume awal kaki adalah 0,37 cm,
kemudian diberi rimpang temu putih 5%, kemudian diinduksi karagenin, diukur pada
menit 60 volume udemnya menjadi 1,1 cm. Tikus keempat volume awal kaki adalah 0,1
cm, kemudian diberi rimpang temu putih 10%, kemudian diinduksi karagenin, diukur pada
menit 60 volume udemnya menjadi 0,73% cm. Tikus kelima volume awal kaki adalah 0,3
cm, kemudian diberi rimpang temu putih 15%, kemudian diinduksi karagenin, diukur pada
menit 60 volume udemnya menjadi 1,13 cm.
Pada penelitian ini terlihat bahwa pada semua dosis kelompok zat uji menunjukkan
terdapatnya efek antiinflamasi dimana volume edema rata-rata setiap kelompok zat uji
tidak sebesar volume edema pada kelompok kontrol.
Volume edema yang terbentuk semakin kecil dengan penambahan dosis infus
rimpang temu putih. Pada volume edema yang terbentuk pada dosis 0,625g/kgBB lebih
besar dari volume edema yang terbentuk pada dosis 1,25g/kgBB, sedangkan volume
edema yang terbentuk pada dosis 2,5g/kgBB lebih kecil dari volume edema pada dosis
1,25g/kgBB. Diduga hal ini merupakan variasi mekanisme respon tubuh (variasi biologi)
karena respon setiap individu terhadap suatu obat bisa sangat bervariasi. Suatu individu
dapat memberikan respon yang berlainan terhadap obat yang sama selama masa pemakaian
obat. Selain itu mungkin hal itu juga terjadi karena kekurang telitian dalam pengamatan
volume edema yang dapat terjadi karena kurang sejajarnya mata pada saat mengamati
kenaikan air raksa pada plestimometer.Kemudian dapat juga disebabkan karena adanya
hewan coba yang sulit ditenangkan sehingga pada saat pengukuran pemasukan kaki kiri
tikus pada air raksa tidak tepat pada garis tanda.
Pada pemberian semua dosis infus rimpang temu putih menunjukkan inhibisi
pembentukan edema.Pemberian infus rimpang temu putih dengan dosis 2,5g/kgBB inhibisi
pembentukan edema maksimal.Hal ini diduga merupakan efek dari penggunaan dosis
besar, dimana dengan dosis besar memperlihatkan efek yang lebih cepat.Hal ini mungkin
disebabkan oleh semakin tingginya dosis infus rimpang temu putih jumlah zat aktif yang
terkandung didalamnya semakin tinggi sehingga kemampuannya dalam menginhibisi
edema juga semakin besar.
9. Secara umum dilihat dari inhibisi maksimal pembentukan edema dapat dilihat bahwa
efek inhibisi edema semakin baik dengan peningkatan dosis. Dari hasil penelitian ini
terlihat bahwa seluruh kelompok dosis infuse rimpang temu putih memiliki potensi
antiinflamasi. Hal ini diduga merupakan efek dari kurkumin sebagai salah satu bahan aktif
temu putih yang dapat menghambat pembentukan prostaglandin dan menekan aktivitas
enzim siklooksigenase.Adanya efek antiinflamasi infus rimpang temu putih diharapkan
dapat dijadikan obat alternatif untuk pengobatan penyakit-penyakit inflamasi pada saat
ini.Hal ini didukung oleh keberadaan rimpang temu putih yang masih belum banyak
dimanfaatkan dan memiliki efek samping kecil.
Jadi pada tikus pertama menggunakan aquadest yang tidak terbukti sebagai
antiinflamasi, sehingga volume udem yang berkurang hanya sedikit.Tikus kedua
menggunakan Na-dikofenak yang telah terbukti sebagai anti-inflamasi, maka penurunan
volume udem banyak.Begitu pula pada rimpang tamu putih, namun tergantung pada
kadarnya yang telah disesuaikan dengan dosis. Sehingga tikus dengan kadar dan dosis
tertinggi memiliki antiiflamasi yang tinggi pula untuk menurunkan volume udem tikus.
X. Kesimpulan
Efek dari antiinflamasi ditunjukkan dengan semakin besarnya persen efektifitas yaitu
semakin kecilnya volume udem. Semakin kecil nilai udem berarti obat yang diujikan
mampu menurunkan udem yang terjadi akibat dari pemberian karagenin. Di sini kontrol
positif memberikan nilai efektifitas paling besar. Dalam percobaan juga memberikan hasil
bahwa rimpang temu putih juga berefek sebagai antiiflamasi. Namun di praktiknya, ada
beberapa angka atau hasil yang didapat meleset dari cara teoritisnya, dikarenakan banyak
faktor yang dapat mengganggu. Contohnya saat memasukan sonde secara peroral, ada
yang salah memasukkan sehingga obat tidak masuk ke saluran pencernaan tikus, atau obat
tumpah ke luar mulut sewaktu penyondean. Faktor lain, saat injeksi, terjadi pendarahan
pada kaki tikus, kurang teliti pada saat pengukuran volume udem, dan kurang tepat saat
memasukkan kaki tikus ke dalam air raksa. Hal-hal seperti ini dapat terjadi dalam
praktikum, sehingga angka-angka yang didapat ada yang tidak akurat hasilnya dibanding
teoritisnya.