SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 39
Downloaden Sie, um offline zu lesen
SEKILAS MENGENAL
 HUKUM ACARA PERDATA




            Oleh
IM. ARNAWA KARMAYA, SH. MH




                             1
Hukum Acara Perdata
                     Oleh. Arnawa Karmaya SH. MH


Buku / Literatur yang harus di baca Mahasiswa :

Komenter H I R.
  Oleh. Mr. R. Tresna.
  Penerbit. Pradnya Paramita

Hukum Acara Perdata di Indonesia.
  Oleh. Dr. R. Wiryono Prodjodikoro SH.
  Penerbit. Sumur Bandung

Hukum Acara Perdata Indonesia
  Oleh Prof Dr. Sudikno Mertokosumo. SH
  Penerbit. Liberti Yogjakarta

Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri
  Oleh. Prof Dr Sudikno Mertokusumo. SH
  Penerbit. Liberty Yogyakarta

 Pokok Pokok Hukum Acara Perdata
   Oleh. Moh Taufik Makarao SH. MH
   Penerbit, Rineka Cipta

Hukum Acara Perdata
  Oleh. R. Subekti
  Penerbit, Binacipta / BPHN

Hukum Acara Perdata HIR/RBG
  Oleh, Wantjik Saleh
  Penerbit, Ghalia Indonesia Jakarta

Hukum Acara Perdata Indonesia
  Oleh, Muhammad Abdul Kadir
  Penerbit, Alumni Bandung




                                                   2
I. PENDAHULUAN



1. Lembaga lembaga peradilan di Indonesia antara lain :
   1. Makamah Agung adalah lembaga Peradilan Tertinggi di Indonesia
   2. Peradilan umum (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi)
   3. Peradilan Agama (Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama)
   4. Peradilan Militer (Mahmil dan Mahmilti )
   5. Peradilan Administrasi (Pengadilan Tata Usaha Negara dan
      Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara )

2. Undang Undang yang mengatur Perdilan
        1. Undang Undang No. 14 tahun 1970 diganti dengan Undang
           undang No. 35 tahun 1999 dan mengalami perubahan dengan
           Undang Undang No. 4 tahun 2004, tentang Kekuasaan
           Kehakiman, Undang Undang ini merupakan induk dan
           kerangka yang meletakan dasar, asas asas peradilan serta
           pedoman bagi Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan
           Tata Usaha Negara, serta Peradila Militer (sedang masing
           masing peradilan masih diatur dalam Undang Undang sendiri).
        2. Undang Undang No. 2 tahun 1986, yang kemudian diganti
           dengan Undang Undang No. 8 tahun 2004, tentang
           Pengadilan Umum
        3. Undang Undang No. 13 tahun 1965, yang kemudian diganti
           dengan Undang Undang No. 14 tahun 1985, yang kemudian
           diganti dengan Undang Undang No. 5 tahun 2004 tentang
           Makamah Agung
        4. Undang Undang No. 5 tahun 1986, yang kemudian diganti
           dengan Undang Undang No. 9 tahun 2004               tentang
           Pengadilan Tata Usaha Negara.
        5. Undang Undang No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama




                                                                     3
3. Sekeme Peradilan
                            ______________________

                            MAKAMAH AGUNG
                        ______________________

_______________ ______________ ___________                          _______________
 PENGADILAN PENGADILAN MAHMILTI                                     PENGADILAN
    TINGGI        TINGGI                                           TINGGI USAHA
                  AGAMA                                               NEGARA
____________ __ ______________ ____________                        ______________

______________ _______________ ______________                       ______________
PENGADILAN PENGADILAN PENGADILAN                                    PENGADILAN
   NEGERI         AGAMA           MILITER                            TATA USAHA
                                                                      MEGARA
___________________   _____________________ ____________________    __________________
     UMUM              AGAMA ISLAM                  TNI               ADMINISTRASI



4. Pengertian Hukum Acara Perdata
      Hukum Acara Perdata adalah, rangkaian peraturan – peraturan yang
membuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di muka
Pengadilan dan bagaimana Pengadilan itu harus bertindak, satu sama
lainnya untuk melaksanakan berjalannya peraturan peraturan Hukum
Perdata. (Wiryono Prodjodikoro)

     Hukum Acara Perdata adalah, mengabdi kepada hukum materiiil, maka
dengan sendirinya setiap perkembangan dalam hukum materiil itu sebaiknya
selalu diikuti dengan penyesuaian hukum acaranya. (R. Subekti)

       Hukum Acara Perdata adalah, peraturan hukum yang mengatur
bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata meteriil dengan
perantara hakim atau peraturan hukum yang menentukan bagaimana caranya
menjamin palaksanaan hukum perdata materiil. Konteknya Hukum Acara
Perdata mengatur tentang bagaimana caranya mangajukan tuntutan hak,
memeriksa serta memutusnya dan pelaksanaan dari pada putusannya
(Sudikno Mertokusumo)




                                                                                         4
Jadi obyek pada ilmu pengetahuan hukum acara perdata ialah
keseluruhan peraturan yang melaksanakan dan mempertahankan atau
menegakan hukum perdata material dengan perantara kekuasaan negara

       Perantara kekuasaas Negara dalam mempertahankan hukum material
perdata itu terjadi dengan peradilan, yang dimaksud peradilan disini ialah
pelaksanaan hukum dalam hal konkrit adanya tuntutan hak, fungsi mana
dijalankan oleh suatu badan yang berdiri sendiri dan diadakan oleh negara
serta bebas dari pengaruh apapun dan siapa pun juga dengan memberikan
putusan yang bersifat mengikat dan bertujuan mencegah “eignrichting”


5. Sumber Sumber Hukum Acara Perdata
     Dasar hukum penggunaan hukum acara perdata adalah :
 1. Undang Undang Darurat No. 1/1951 disebut dengan Het Herziene
     Iendonesisch Reglement ( HIR ) yang dimuat dalam L.N No. 16 jo
     57/ 1848.
 2. Reglement voor de Buitengeesten (Rbg) Ordonansi 11 Mei 1927 LN.
     No. 227 / 1927 yang di mulai tanggal 1 juni 1927
 3. Undang undang No. 14 tahun 1970, yang di ganti dengan Undang
     undang No. 35 tahun 1999 yang kemudian diganti lagi dengan Undang
     Undang No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Pokok Kehakiman,
 4. Undang Undang No. 14 tahun 1985 yang kemudian diganti dengan
     Undang Undang No. 5 tahun 2004 tentang Makamah Agung
 5. Undang undang       No. 5 tahun l986, yang kemudian diganti dengan
     Undang Unadang No. 9 tahun 2004, tentang Peradilan Tata
     Usaha Negara
 6. Undang Undang No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama
 7. Undang undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan
     Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 (TLN. 3050) tetang Izin
     Perkawinan
 8. Yurisprodensi atau Putusan putusan hakim yang berkembang di
     lingkungan dan sudah diputus di pengadilan
 9. Doktrin -> Ilmu pengetahuan tempat hakim dapat mengambil hukum
     secara perdata (walau Doktin itu buhan hukum)
 10. Intruksi dan Surat Edaran Makah Agung -> sepanjang mengatur
     hukum acara perdata dan hukum perdata meteril mengikat hakim
     sebagai undang undang
 11.Adat kebiasaan



                                                                        5
II. CARA MENGAJUKAN GUGATAN / TUNTUTAN HAK



1. Perbedaan Permohonan dan Gugatan


|             Permohonan                              |                    Gugatan                     |

- tidak ada sengketa atau perselisihan, | - adalah suatu sengketa suatu konflik
  para ahli waris sama sama datang ke yang harus diselesaikan dan harus
  Pengadilan untuk suatu penetapan          diputus oleh Pengadilan
  perihal masing masing bagian dari
  warisan almarhum atau tentang
  penggantian nama


- Hanya ada satu pihak yaitu pemohon | - ada dua atau lebih para pihak yaitu
  yaitu pihak pemohon                    pihak penggugat dan pihak tergu -
                                         gat yang merasa haknya atau hak
                                         mereka dilanggar.

    - Dikenal sebagai pengadilan VOLUN | - Dikenal sebagai pengadilan CON-
      TAIR atau peradilan pura pura       TENTOSA atau peradilan sungguh
                                          Sungguh

- Putusan merupakan                 Penetapan             | - Putusan merupakan Vonis
  ( beschikking)
    Catatan : perbedaan ini tidak relefan lagi di Pengadilan Agama, karena dipengadilan agama semua
              menggunakan permohonan


Dalam persidangan pemeriksaan perkara perdata ;
  - perkara pemeriksaan persidangan (ps 115 - ps 161 HIR)
  - Bukti (ps l62 -177 HIR)
  - Musyawarah dan putusan hakim (ps 178 – ps 187 HIR)

                                                                                  Hk Ac Perdata / Arnawa




                                                                                                      6
2. Tuntuntan Hak

     Tuntutan hak adalah tindakan yang bertujuan memperoleh
perlindungan hak yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah “
eingnrichating ”. Orang yang mengajukan hak tuntutan hak memerlukan
atau berkepentingan akan perlindungan hukum. Ia mempunyai kepentingan
untuk memperoleh perlindungan hukum, maka oleh kerena itu ia
mengajukan tuntutan hak kepengadilan.

    Akan tetapi tidak semua setiap kepentingan dapat diterima sebagai dasar
pengajuan tuntutan hak, untuk menceeah agar setiap orang tidak asal saja
mengajukan tuntutan hak ke pengadilan yang mrngakibatkan menyulitkan
pengadilan.

      Berdasarkan Makamah Agung dalam putusannya tanggal 7 juli 1971
No. 29 K / Sip / 1971 menyatakan Bahwa semua tuntutan hak harus
mempunyai kepentingan hukum yang cukup, menurut syarat utama untuk
dapat diterimanya tuntutan hak itu oleh pengadilan guna diperiksa : point
d’interet, point d’action


3. Gugatan dapat diajukan ( pasal 118 HIR)

       * Tempat dimana orang yang digugat / tempat kedudukan tergugat
       * Jika yang digugat lebih dari satu orang, maka gugatan di ajukan pada
          salah satu tempat tinggal tergugat / badan hukum
       * Jika yang di gugat tidak diketahui tempat tinggalnya maka gugatan di
          ajukan pada pengadilan wilayah tempat tinggal penggugat .
       * Apa bila dalam sengkerta tata usaha negara dengan Pemerintah maka
          gugatan di ajukan ke pengadilan wilayah kediaman penggugat
       * Apa bila penggugat dan tergugat berkedudukan di luar negeri maka,
          pengajuan guguatan di wilayah pengdilan nengeri Jakarta pusat
       * Memilih salah satu wilayah pengadilan penggugat mau mengajukan
          gugatannya terhadap benda benda tidak bergerak yang ada di
          beberapa tempat

Catatan : Gugatan dpat diajukan secara lisan (ps 118 ayat 1 HIR) atau secara tertulis (ps 129 HIR)

                                                                                   Hk Ac Perdata / Arnawa




                                                                                                       7
Selain ketentuan yang ada dalam pasal 118 HIR, tempat pengajuan
gugatan, ada juga yang mengatur untuk mengajukan gugatan yakni yang
terdapat dalam BW dan UU no. 1 tahun 1974 al :
1. tergugat tidak cakap, maka dapat digugat orang tuannya atau walinya (ps
   21 BW)
2. yang menyakut       gugatan    PNS, yang berwenang adalah Pengadilan
   tempat ia bekerja (ps 20 BW)
3. Buruh menginap di tempat sang majikan, maka Pengadilan yang
   berwenang mengadili pengajuan gugtannya adalah ditempat majikannya
   (ps. 22 BW)
4. tentang  Pailit, yang berwenang untuk mengadili gugatan pailit
   Pengadilan yang menyatakan pailit (ps 99 ayat15 RV)
5. Tentang jaminan, pengadilan yang berhak mengdili adalah Pengadilan
   Negeri yang pertama dimana pemeriksaan itu dilakukan (ps. 99 ayat 14 RV)
6. Permohonan Pembatalan perkawinan , Pengadilan yang berwenang
   adalah Pengadilan dimana perkawinan itu dilaksanakan, atau tempat
   tinggal suami / istri (ps 25, 63 /1b, UU no 1/74 jo ps 38 /1.2, PP 9/75)
7. Tergugat bertempat tinggal di luar negeri, gugatan di ajukan di
   Pengadilan melalui tempat kediaman penggugat, melalui perwakilam
   Republik Indonesia setempat (ps 40, 63 /1 UU no 1/74 jo ps 20 / 2.3 PP 9/1975 )

Dalam pengajuan gugatan bila di perhatikan UU No. 9 tahun 2004 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara :
     1. Gugatan sengketa Tata Usaha Negara, gugatan di ajukan ke
        Pengadilan Negeri, tempat tinggal tergugat
     2. Apa bila gugatan di tujukan lebih dari satu badan atau pejabat Tata
        Usaha Negara dan kedudukannya tidak dalam satu daerah hukum,
        Gugatan dapat diajukan ke Pengadilan Negeri salah satu badan
        hukum atau pejabat Tata Usaha Negara
     3. Apa bila penggugat dan tergugat ber ada di Luar Negeri maka
        pengajuan gugatannya di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat




                                                               Hk Ac Perdata / Arnawa




                                                                                   8
Demikian juga pada pasal 66. UU 7 tahun 1989 tentang Pengadilan Agama,
permohoan cerai, bila laki laki islam :
     1. Suami yang beragama islam menceraikan istrinya di ajukan
        gugatan cerainya di pengadilan agama tempat kediaman termohon
     2. apabila termohon bertempat diluar negeri maka gugatana cerainya
        diajukan di Pengadilam Agama pemohon (pengugat)
     3. Apa bila pemohon dan termohon bertempat diliuar negeri maka
        gugutan di ajukan di Pengadilan Agama dimana perkawinan itu di
        laksanakan, atau pada Pengadilan Jakarta Agama Jakarta Pusat

Demikian juga pada pasal 73, UU 7 tahun 1989 permohonan cerai untuk
perempuan islam kepada suaminya :
     1. Permohonan cerai istri di ajukan oleh istri atau kuasanya kepada
        penagdilan agama yang daerah hukumnya meliputi tempat
        kediaman termohon
     2. Dalam hal pemohon bertempat tinggal di luar negeri,
        permohonnya di ajukan ke pengadilan agama daerah hukumnya
        meliputi tempat kedioaam termohon
     3. Dalam hal pemohon dan termohon bertempat tinggal di luat negeri
        maka permohonannya di ajukan kepada pengadilan agama Jakarta
        Pusat


4 .Gugatan

     Yang boleh berpekara di muka pengadilan adalah, semua orang
“legetima persona in standi judicio” (kecuali yang belum dewasa dan yang
berada dibawah pengampunan mereka ini harus diwakili oleh wakilnya) dan
badan hukum pada asasnya mempunyai kewenangan untuk melakukan
perbuatan hukum.
Catatan : dalam Hukum Perdata barat, perempuan yang sudah menikah memerlukan izin atau bantuan
          dari suaminya untuk berpekara, juga apa bila perempuan yang sudah bersuami digagat maka si
           suami juga digugat




                                                                                Hk Ac Perdata / Arnawa




                                                                                                       9
5. Yang harus diperhatikan isi gugatan / permohonan adalah :

     1. Identitas para pihak, yakni nama, tempat tinggal, pekerjaan, agama,
        umur, setatus perkawian
     2. Posita atau Fundamentum Petendi yaitu :
                     bagian yang menguraikan tentang kejadian kejadian
                        duduk perkara
                     bagian yang menguraikan hukumnya, uraian
                        tentang adanya hak atau hubungan hukum yang
                        menjadi dasar yuridis dari pada tuntutan
     3. Petitum ( Tuntutan ) ada dua
           a. Petitum ( tuntutan) primer
                    menghukum tergugat menyerahkan hal           yang
                       digugat dalam keadaan baik
                    Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang
                       yang di sediakan
                    Menyatakan putusan dapat dilaksanakan terdahulu
                       meski timbul perlawanan
                    Menghukum tergugat untuk membayar uang paksa
                    Memakasa tergugat untuk membayar bunga
                    Menutut tergugat untuk memberikan uang nafkah
                       setiap bulan
                    Menutut tergugat bayar ongkos perkara
           b. Petitum ( tuntutan) subsider
                    Memohon hakim memberikan putusan yang seadil
                       adilnya


      Bahwa tiap tuntutan perkara sipil dimulai dengan panggilan dakwa,
yang dilakukan oleh juru sita, Sebagai bukti juru sita telah melakukan
panegilan dakwa, juru sita memberikan surat panggilan pada dakwa di sebut
juga dengan exploit yang salinnya diberikan pada tergugat dan aslinya pada
penggugat, yang memberi tahu perkara akan segera di sidangkan.


                                                         Hk Ac Perdata / Arnawa




                                                                            10
Kepada :
                                              Yth :           Ketua Pengadilan Negeri
                                               atau           Ketua Pengadilan Agama
                                                 di


Dengan Hormat

         Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama :........................pekarjaan................umur................. alamat..........
____________________untuk selanjutnya disebut Penggugat____________


Nama.........................pekerjaan......................Umur..................alamat............

___________________untuk selajutnya disebut Tergugat_______________
.
Posita

Adapun dasar – dasar atau alasan – alasan gugatan sebagaimana tersebut
diatas

    1. Bahwa ........
    2. Bahwa........ dan seterusnya


Petitum

Maka berkenaan dengan hal – hak tersebut diatas, memohon agar
Pengadilan ..............

                                                                                    Penggugat.




                                                                                                  11
III. TINDAKAN YAMG MENDAHULUI PEMERIKSAAN DI
               MUKA PENGADILAN


1. Tindakan – tidakan yang mendahului pemeriksaan di muka
   pengadilan menyangkut masalah – masalah :

    1. Pencatatan Perkara di pengadilan
       Menurut ayat 1. pasal 121 HIR
       surat gugatan atau catatan yanjg dibuat itu didaftar oleh panitra di
       dalam daftar yang disediakan untuk itu.lalu Ketua menentukan
       tanggal, hari, jam, untuk perkara itu di periksa di muka pengadilan

       Menurut ayat 2 pasal 121 HIR
       Ketika memangggil tergugat harus disertakan jiga kapada tergugat
       salinan gugatan, dengan memberitahukan kepadanya, bahwa ia
       dapat menjawab gugatan itu dengan tertulis

    2. Penetapan biaya perkara dan beracara secara Cuma – Cuma
       Menurut ayat 4 pasal 121 HIR
       Mendaftar gugatan haurus di sertai mpembayaran sejumlah uang
       yang ditentukan oleh ketua pengadilan kepada panitra sebagai
       ongkos berperkara

       Sdalam ayat 1 pasal 59 UU no 5 tahun1986 yang sudah perbaharui
       oleh UU No. 9 tahun 2004 (UU PTUN), di sebutkan untuk
       mengajukan gugatan, penggugatan membayar uang muka biaya
       perkara

       Pasal 112 UU No 5/ 1986 yang diperbaharui dengan UU no 9 tahun
       2004, menyebutkan , jumlah biaya perkara yang harus dibayar oleh
       penggugat atau tergugat di sebut dalam amar putusan akhir
       pengadilan

    3. Penetapan hari sidang
       Wewenang untuk menetapkan hari sidang ada pada ketua
       pengadilan




                                                                        12
4. Pemanggilan pihak – pihak yang berpekara
        Dalam peraktek pwemanggilan pihak – pihak yang berpekara
        dilakukan oleh para juru sita pengganti dsari pengadilan yamng
        bersangkutan

        Dalam hal salah satu pihak berkedudukan atau ber ada di luar negeri
        (diluar wilayah RI) ketua pengadiloan yang bersangkutan
        melakukan panggilan dengan cara meneruskan surat penetapan
        tganggal, hari sidang srta saoinan gugatan tersebut kepada
        Departemen Luar Negeri RI

     Setelah penggugat memasukan gugatannya pada panitra pengadilan dan
dan membayar / melunasi beaya perkara, kemudia hakim dengan surat
penetapannya memanggil kedua belah pihak agar menghadap di pengadilan
negeri pada hari yang telah di tentukan dengan membawa saksi saksi serta
bukti bukti yang diperlukanm (ps 121 ayat 1 HIR)
      Panggilan dilakukan oleh juru sita dengan menyerahkan surat panggilan
(exploit) berserta surat gugatannya kepada tergugat di tempat tinggalnya,
apabila tergugat tidak dapat ditemukan di rumahnya panggilan 2, maka
suarat panggilan di serahkan / dititipan kepada kepala desa untuk diteruskan
(ps 390 ayat 1 HIR), apa bila panggilan 3, selanjutnya surat panggilan diserahkan /
dititipkan Bupati dan panggila tersebut ditempelkan di papan pengumuman
di Pengadilan Negeri (ps 126 HIR)


2. Masalah perubahan / pencabutan gugatan

     Dalam peradilan perkarta perdata, Gugatan yang telah terdaftar di
panitra pengadilan negeri tidak diperbolehkan untuk mengubah petitum atau
tuntutan pokok.

     Tetapi dalam peradilan Tata Usaha Negara, perubahan gugutan tegas
diatur dalam ps 75 (1) UU no. 5/86, penggugat dapat merubah gugatannya
hanya sampai dengan ruplik asal di sertai dengan alasan yang cukup asal
tidak merugikan kepentingan penggugat

     Gugatan yang telah didaftarkan di panitra pengadilan negeri dapat
dilakukan pencabutan sebelum gugatan itu di periksa / disidang perkara
tersebut atau tergugat menjawabnya dari gugatan penggugat.


                                                                                13
Pencabutan gugatan tidak diatur di HIR maupun di Rbg, tetapi diatur
pada pasal 271 Rv, disebutkan -> pencabutan gugatan bisa dilakukan
sebelum tergugat memberikan jawaban, atau pencabutan dapat dilakukan
setelah tergugat menjawab gugatannya, apa bila ada persetujuan dari
tergugat

    Pencabutan dalam Peradilan Tata Usaha Negara / UU No. 5/1986 yang
telah diganti olah UU No, 9/2004 diatur dalam pasal 76 yakni :
          a. Penggugat dapat sewaktu waktu mencabut gugatannya sebelum
            tergugat memberikan jawaban
           b. Apabila tergugat sudah memberikan jawaban atas gugatannya
              itu, pencabutan gugatan itu dapat dikabulkan oleh
              pengadilan tata usaha negara apa biala disetujui oleh tergugat

3. Hakim bersifat menunggu

         a. Bahwa    pelaksanaannya Persidangan berdasarkan inisiatif
            penggugat mengajukan tututan hak diserahkan sepenuhnya
            kepada yang berkepentingan, (atau badan pemerintah lainnya)
            Jadi apakah akan ada proses atau tidak, apakah suatu perkara
            atau tuntutan hak itu akan diajukan atau tidak, sepenuhnya
            diserahkan pada yang berkepentingan (penggugat)

         b. Pihak Pihak mempunyai kuasa penuh untuk menghentikan
            acara / sidang yang telah dimulai, sebelum hakim memberi
            keputusan

         c. Luas pertikaan yang diajukan pada pertimbangan hakim pun
            bergantung para pihak. Hakim hanya menimbang hal hal yang
            diajukan oleh para pihak. Dengan kata lain hakim hanya
            menentukan, adapun hal hal yang diajukan dan dibuktikan oleh
            para pihak itu dapat membenarkan tuntutan hukum mereka,
            hakim tidak boleh menambahkan sendiri hal hal lain dan tidak
            boleh memberikan lebih dari pada yang diminta



                                                          Hk Ac Perdata / Arnawa




                                                                             14
d. Jika para pihak se ia sekata / sepakat tentang hal hal tertentu,
                dengan kata lain jika satu pihak mengakui kebenaran hal hal
                yang diajukan oleh pihak lain hakim tidak perlu menyelidiki
                lebih lainjut, bila hal hal yang diajukan itu beda. Hakim hurus
                menerima apa yang ditetapkan oleh pera pihak

             e. Hakim perdata tidak boleh melakukan pemeriksaan atas
                kebenarannya sumpah decisoir yang dilakukan, yaitu sumpah
                yang diminta oleh pihak yang satu dari pihak yang lainnya
                dalam suatu acara, dengan maksud menguntungkan
                keputusannya pada sumpah tersebut. (dalam hukum perdata
                hakim tidak bolah memeriksa apakah sumpah itu palsu atau
                tidak)


4. Hakim pasif

     Hakim dalam memeriksa perkara perdata bersikap pasif dalam arti kata,
bahwa ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang diajukan kepada hakim
untuk diperiksa asasnya ditetukan oleh para pihak yang berpekara dan bukan
olah hakim. Hakim hanya membantu para pencari keadilan dan berusaha
mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan

     Hakim wajib mengadili seluruh gugatan dan dilarang menjatuhkan
putusan atas perkara yang tidak atau mengabulkan lebih dari yang di gugat
(pasal 178 ayat 2-3 HIR, 189 ayat 2-3 Rbg).


     Para pihak dapat secara bebas meng akhiri sendiri sengketa yang telah
diajukan ke muka pengadilan, sedang hakim tidak dapat menghalang
halanghi nya, hal ini dapat berupa perdamaian atau pencabutan gugatan (pasal
130 HIR, 154 Rbg)


     Jadi pengertian Hakim Pasif disini hanya berarti bahwa hakim tidak
menentukan luas dari pokok sengketa, hakim tidak boleh menambah atau
menguranginya, akan tetapi semuanya tidak berarti bahwa hakim sama
sekali tidak aktif, selaku pimpinan sidang hakim harus aktif memimpin,
memeriksa perkara dan tidak merupakan pegawai atau sekedar alat dari
hambatan dan rintangan untuk mendapat tercapainya keadilan




                                                                             15
Hakim berhak memberi nasehat kepada kedua belah pihak serta
menunjuk upaya hukum dan memberikan keterangan kepada meraka (pasal
132 HIR, 156 Rbg)



5. Hakim harus aktif

     Hakim harus aktif memimpin sidang, melancarkan jalannya
persidangan, membantu kedua belah pihak dalam mencari kebenaran, tetapi
dalam perkara perdata hakim harus bersifat tut wuri. -> Ketua pengadilan
negeri berkuasa memberi nasehat dan pertolongan kepada orang yang
menggugat atau kepada wakilnya tentang hal memasukkan tuntutannya ( pasal
119 HIR)



6. Asas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan

   - asas sederhana, persidangannya jelas dan mudah dimengerti /
     dipahami tidak berbelit belit
   - Cepat, jalannya persidangan akan meningkatkan kewibawaan
     pengadilan dan menambah kepercayaan masyarakat pada pengadilan
   - Biaya ringan, yaitu biaya persidangan yang dipikul oleh rakyat harus
     ringan, karena biaya yang tinggi/ berat akan menyebabkan pihak yang
     berkepentingan enggan mengajukan tuntutan hak kepada pengadilan


7. Sifat Terbuka Persidangan

    Sidanng pemeriksaan pengadilan asasnya adalah terbuka untuk umum,
yang berarti bahwa setiap orang dibolehkan hadir dan mendengarkan
pemeriksaan di persidangan

      Tujuan dari asas ini tidak lain untuk memberikan perlidungan hak hak
asasi manusia dalam bidang peradilan serta untuk lebih menjamin
obyektipitas peradilan dengan memtanggung jawabkan pemeriksaan secara
fair, tidak memihak pada salah satu pihak, serta putusan yang adil pada
masyarakat




                                                                       16
Jika putusan diucapkan, dalam sidang yang tidak dinyatakan terbuka
untuk umum, berarti putusan itu tidak syah dan tidak mempunyai kekuatan
hukum serta mengakibatkan batalnya putusan itu menurut hukum.


8. Sita Jaminan Terhadap Barang Miliknya Sendiri

Perihal Sita Jaminan
Sita jaminan milik Penggugat (pasal 226 HIR)
Sita Jaminan milik Tergugat (pasal 227 HIR

     Sita jaminan dalah pengambil alihan sesuatu barang yang yang diminta
     oleh pihak yang merasa berhak, baik bartang ergerak maupun barang
     tidak bergerak untuk disimpan sebagai jaminan dan tidak boleh di jual
     belikan, disewakan kepada orang lain dan dilakukan sebelum perkara
     tersebut di putus oleh hakim

    Penyitaan ini dilakukan terhadap barang milik sendiri (kriditur /
prnggugat) yang dikuasai oleh orang lain (tergugat), penyitaan ini di bagi
dua yakni :

          a. Sita Revindicatoir (pasal 226 HIR, 260 Rbg)
             Pemilik Barang Bergerak, yang barangnya ada ditangan
             orang lain dapat diminta, baik secara lisan mapupun secara
             tertulis oleh ketua pengadilan negeri dari tempat orang yang
             memegang atau menguasai barang              bergerak tersebut,
             untuk disita dan disimpan oleh yang berhak meyita /
             menyimpan barang yang di persengketakan tersebut.

          b. Sita Material
             Menjamin barang barang yang disita tidak dijual, oleh pihak
             pihak yang berpekara jadi fungsinya adalah untuk melindungi
             hak pemohon selama pemeriksaan sengketa perceraian di
             pengadilan,selama berlangsung persidangan antara pemiohon
             dan lawannya



                                                         Hk Ac Perdata / Arnawa




                                                                            17
9. Sita Jamina Terhadap Barang Debitur

    Penyitaan ini disebut Sita conservatoir merupan tindakan persiapan dari
pihak penggugat dalam bentuk permohonan kepada Ketua Pengadilan
Negeri, untuk menjamin dapat dilaksakaannya putusan perdata guna menjual
barang barang debitur / tergugat (pasal 227 ayat I, 261 HIR, 145 ayat 1 Rbg)


10. Susunan Persidangan / Majelis

     Susunan persidangan untuk semua peradilan pada dasarnya asasnya
merupakan majelis. Yang beranggota sekurang kurangnya tiga orang hakim
terdiri satu ketua majelis sidang dan yang lainnya anggota majelis sidang,
tetapi bisa juga terdiri dari lima hakim, satu ketua majelis sidang dan empat
lainnya anggota majelis sidang.

Dengan asas hakim majelis, dimaksudkan untuk menjamin pemeriksaan
yang subyektif dan obyektif, guna memberi perlindungan hak hak asasi
manuisia dalam peradilan

11. Mendengar Kedua Belah Pihak

     Dalam hukum acara perdata kedua belah pihak haruslah diperlakukan
sama, tidak memihak dan untuk didengar keterangannya bersama sama
keduanya, mengadung arti bahwa di dalam hukum acara perdata, yang
berpekara harus sama sama diperhatikan, berhak atas memberikan pendapat/
keterangan, hakim tidak boleh menerima keteranga dari sepihak saja asas ini
disebut “Audiet Altertem” atao asas “eines Mannes Redwist keines Mannes
Rede”

    Hal ini juga pengajuan alat bukti harus dilakukan di muka sidang yang
dihadiri oleh kedua belah pihal (pasal 132 ayat 2 HIR, pasal 145 HIR)
Dengan asas hakim majelis, dimaksudkan untuk menjamin pemeriksaan
yang subyektif dan obyektif, guna memberi perlindungan hak hak asasi
manuisia dalam peradilan



                                                           Hk Ac Perdata / Arnawa



                                                                              18
12. Tugas Hakim Dalam Proses Persidangan

     Dalam prose persidangan perdata tugas hakim adalah mempertahankan
tatanan hukum perdata, menetepakan apa yang ditentukan oleh hukum
dalam suatu perkara, kebenran formil bukan kebenaran yang diatur
(verdrail), melainkan kebenaran yang dicapai oleh hakim dalam batas batas
yang ditentukan oleh pihak pihak yang berpekara


13. Perdamaian. (Pasal 130 HIR)

    mengajukan upaya perdamaian Perdamaian dapat dilakukan di dalam
pengadilan atau di luar pengadilan

     Perdamaian dalam HIR diatur dalam (pasal 130 HIR)
          a. Apa bila pada hari sidang yang telah ditentukan dan kedua
              belah pihak hadir, maka pengadilan dengan perantara
              Ketua Sidang berusaha mendamaikan mereka
          b. Jika perdamaian tercapai pada waktu persidangan maka dibuat
              suatu akta perdamaian yang kedua belah pihak, di hukum
              untuk melaksanakan perjanjian perdamaian itu, akta
              perdamaian itu di kuatkan dan dapat di jalankan sebagaimana
              putusan biasa
          c. Terhadap putusan yang demikian tidak dapat di mohonkan
              banding

     Perdamaian dalam PA diatur dalam pasal 7 UU No. 7/1989
          a. Pada sidang pertama gugatan cerai, hakim berusaha
             mendamaikan kedua belah pihak
          b. Dalam sidang perdamaian tersebut suami dan istri harus datang
             secara pribadi, kecuali salah satu bertempat tinggal di luar
             negeri
          c. Bila tidak dapat datang menghadap secara khusus, dapat
             dikuasakan
          d. Apa bila kedua belah pihak bertempat tinggal diluar negari,
             maka penggugat pada sidang perdamaian tersebut harus
             menghadap secara pribadi
          e. Selama perkara belum diputus usaha perdamaian dapat
             dilakukan pada sidang pemeriksaan


                                                                       19
14. Jawaban Tergugat

      Setelah upaya perdamaian yang dilakukan hakim tidak berhasil, maka
kepada tergugat di berikan kesempatan untuk mengajukan jawaban atau
gugatan yang diajukan oleh penggugat. Sebagaimana penggugat diperkenan
kan untuk mengajukan gugatan secara terulis dan secara lisan, maka tergugat
pun diperkenankan untuk mengajukan jawaban secara tertulis dan secara
lisan

Jawaban tergugat dapat terdiri dari tiga macam yakni :
    1. Eksepsi atau tangkisan yaitu, jawaban yang tidak langsung
       mengenai pokok perkara

        Tentang Eksepsi atau tangkisan HIR mengenal satu macam eksepsi
        yakni : eksepsi perihal tidak berkuasanya hakim yaitu Eksepsi yang
        menyangkut kekuasaan relatif dan eksepsi menyangkut kekuasaan
        absolut

        Eksepsi yang menyangkut kekuasaan relatif (pasal 133 HIR),
                 contoh : Gugatan nyang diajukan oleh penggugat salah
                 alamat atau keliru, karena yang berwenang untuk
                 kengadili perkara tersebut adalah Pengadilan dimana
                 tergugat bertempat tinggal terakhir.

        Eksepsi yang menyangkut kekuasaan absolut (pasal 134 HIR)
                 contoh : Apabila persengketaan itu adalah suatu perkara
                 yang tidak masuk wewenang pengadilan negeri untuk
                 mengtadilinya, maka pada setiap saat dalam pemeriksaan
                 perkara itu tergugat dapat mengajukan tangkisan supaya
                 pengadilan negeri menyatakan tidak berwenang
                 mengadili perkara itu dan pengadilan negeri kerena
                 jabatannya harus pula menyatakan bahwa tidak
                 berwenang mengadili perkara itu

    2. Jawaban tergugat mengenai pokok perkara
        Jawaban tergugat mengenai pokok perkara hendaknya dibuat
        dengan jelas, singkat dan berisi, langsung menjawab pokok
        persoalan dengan mengemukakan alasan – alasan yang mendasar



                                                                        20
Jawaban terhadap pokok perkara biasanya mengandun pengakuan
           atau penyangkalan (atau bantahan) dari isi gugatan

           Pengakuan adalah jawaban yang membenarkan isi gugatan, artinya
           apa yang di gugat terhadap terguguat diakui keberadaannnya

           Penyangkalan atau bantahan ialah pernyataan yang tidak
           membenarkan atau tidak mangakui apa yang digugat terhadap
           tergugat.

           Jika tergugat mengajukan bantahan maka bantahan itu harus
           disertai dengan alasan – alasan bahwa keterangan yang dan
           tuntutan penggugat itu adalah tidak benar sama sekali

      3. Rekonvensi yaitu, gugatan balik atau gugatan balasan yang diajukan
          kepada penggugat
          Rekonvensi adalah Gugatan balik atau gugatan balasan yang
          dilakukan oleh tergugat kepada penggugat, atau dengan kata lain
          Gugatan yang diajukan oleh penggugat berhubungpenggugat juga
          pernah melakukan wanperstasi terhadap tergugat

           Gugatan balasan sangat bermanfaat bagi kedua belak pihak yang
           bersengketa karena :
               - Menghemat ongkos perkara
               - Memudahkan pemeriksaan
               - Mempercepat penyelesaian sengketa
               - Menghindari putusan yang saling bertentangan


15. Prihal Putusan Gugurnya gugatan

     Apabila pada hari yang telah ditentukan penggugat tidak hadir dan atau
tidak menyuruh orang lain yang mewakili untuk hadir, padalah ia telah
dipanggil dengan patut, maka gugatannya dinyatakan gugur dan di hukum
membayar biaya perkara, tetapi penggugat dapat / mempunyai hak untuk
mengajukan sekali lagi, setelah ia membayar gugatannya di panitra (ps 124
HIR)
catatan : apa bila banyak penggugat dan banyak tergugat maka dalam persidangan harus selurunya tidak
          ada yang hadir atau tidak dan yang mewakili maka Pengadilan dapat memutus.




                                                                                                 21
16. Putusan di luar kehadiran tergugat (putusan Verstek)Pasal 125 HIR

     Apabila pada hari yang telah ditentukan, tergugat tidak hadir dan atau
tidak menyuruh orang lain untuk hadir sebagai waliknya, apabilah ia telah
dipanggil dengan patut dan gugatan itu diterima dengan putusan tidak hadir
tergugat ( putusan Verstek)
Catatan : Putusan secara contradictoir putsan diluar dahir salah satu pihak yang berpekara



17. Upaya Hukum Terhadap Putusan Verstek

       Perlawanan (verzet) yang diberikan atas putusan verstek, yang
diberikan oleh pihak tergugat, dengan masa tenggang waktu 14 hari setelah
putusan di terioma oleh tergugat. (pasal 129 ayat 1.2 HIR, 153 ayat 1.2 Rbg)


18. Putusan yang Menyatakan Gugatan Tidak Dapat Diterima

     Putusan yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima apa bila gugatan
tersebut ditolak karena permasalahan yang menjadi bahan gugatan di luar
pokok permasalahan. Untuk ini ada dua putusan :
      a. Putusan     yang    menyatakan gugatan tidak dapat diterima
          (nietonvankelijk) penggugat masih bisa mengajukan gugatannya
          lagi ke Pengadilan Negeri
      b. Putusan yang dinyatakan gugatan ditolak (onzeger) penggugat tidak
          dapat mengajukan kembali gugatannya ke Pengadilan Negeri,
          tetapi dapat mengajukan pemeriksaannya kembali ke Pengadilan
          Tinggi (pengadilan tingkat banding)


19. Jalannya Persidangan

        Susunan Persidangan :
         a. Hakim tunggal atau Hakim Majelis (satu ketua hakim dua hakim
            anggota) yang dilengkapi oleh panitra sebagai pencatat jalan
            persidangan
         b. Pihak Pengugat dan tergugat duduk didepan meja hakim, untuk
            penggugat sebelah kanan, sedang tergugat sebelah kiri meja
            hakim.



                                                                                             22
c. Persidangan berjalan lancar, maka jumlah persidangan tidak
  kurang dari 8 kali, sampai putusan hakim

     Sidang Pertama
      Setelah hakim membuka sidang pertama dengan
      menyatakan “sidang dibuka untuk umum, dengan
      mengetukan palu, maka hakim memuli mengajukan
      pertanyaan kepada Penggugat tentang;


         a. Identitas Penggugat
         b. Identitas Tergugat
         c. Apa sudah mengerti dengan kedatangannya para pihak
            dimuka sidang pengadilan Hakim menghimbau agar
            para pihak dilakukan perdamaian

     Sidang Kedua (jawaban tergugat)
      Apabila para pihak dapat berdamai maka ada dua
      kemungkinan :
      - Gugatan di cabut
      - Mereka megadakan perdamaian diluar maka hakim tidak
        ikut campur sehingga apa bila salah satu ikar janji
        permasalahan dapat diajukan lagi ke pengadilan
      - Mereka mengadakan perdamaian di lakukan dimuka
        hakim maka kekuatan perbamaian sama dengan putusan
        pengdilan, apa bila salah satu pihak ikar janji perkara
        tisdak dapat diajukan lagi

       Apabila tidak tercapai suatu perdamaian, maka sidang
       dilanjutkan dengan pernyerahkan jawaban dari pihak
       tergugat, tergugat dapat menolak gugatan (penolakan
       tersebut bisa peristiwa hubungan hukumnya)

       - Jawaban dalam Eksepsi
          Eksepsi adalah tangkisan bahwa syarat – syarat prosessuil
          tidak benar atao eksepsi berdasarkan meteriel sehingga
          gugtan tidak diterima (NO = Niet ontvankelijk verklaard)
          dasar gugutan :
       a. Gugatan diajukan kepada pengadilan yang tidak
           berwenang

                                                                23
b. Gugatan salah alamat (tergugat tidak ada hubungannya
      dengan hukum
   c. Penggugat tidak berkualitas (penggugat tidak
      mempunyai hubungan hukum
   d. Tergugat tidak lengkap
   e. Penggugat telah memberi penundaan pembayaran

   - Jawaban Dalam Pokok Perkara
     Jawaban Dalam Pokok Perkara ini merupakan bantahan
     terhadap dalil – dalil yang diajukan penggugat

 Sidang Ketiga (Replik)
  Pada sidang ini penggugat menyerahkan replik satu untuk
  hakim, satu untuk tergugat satu untuk pegangan sendiri.
  Replik adalah tanggapan Penggugat terhadap jawaban
  tergugat

 Sidang ke empat (Duplik)
  Dalam sidang ini tergugat menyerahkan duplik kepada
  penggugat. Duplik adalah tanggapan tergugat terhadap
  replik penggugat

 Sidang ke lima (pembuktian dari Penggugat)
  Dalam sidang kali ini penggugat mengajukan bukti – bukti
  yang memperkuat dalil – dalil tergugat (bukti – bukti yang
  dimaksud adalah surat – surat dan saksi – saksi)

 Sidang ke enam (pembuktian dari tergugat)
  Dalam sidang ini adalah merupakan pembuktian dari pihak
  tergugat, proses persidangannya sama dengan sidang kelima

 Sidak ke tujuh
  Sidang penyerahan kesimpulan. (disini kedua belah pihak
  menyerahkan kesimpulan dari halis – hasil persidangan
  terdahulu




                                           Hk Ac Perdata / Arnawa



                                                              24
 Sidang ke delapan
              Sidang ke delapan merupakan sidang keputusan hakim,
              dalam sidang ini hakim membacakan yang seharusnya
              dihadiri oleh para pihak. (dengan megetuk palu tiga kali).
              Apabila salah satu pihak merasa tdak puas dengan putusan
              haki maka dapat mengajikan banding yang harusdilakukan
              14 hari terhitung sehari dari putusan hakim diputuskan


20.Replik dan Duplik

       Replik adalah -> Jawaban penggugat terhadap jawaban tergugat atas
gugatannya. Replik ini diajukan oleh pernggugat untuk meneguhkan
gugatannya dengan mematahkan alasan alasan penolakan yang dikemukakan
tergugat dalam jawabannya.     Replik ini bisa diajukan secara lisan dan
tertulis

      Duplik adalah -> Jawaban tergugat terhadap replik yang di ajukan
penggugat. Duplik diajukan tergugat untuk meneguhkanjawabannya yang
lahimnya berisi penilakan terhadap gugatan penggugat. Duplik ini dapat di
ajukan secara lisan dsan tertulis

     Dalam perakter di pengadilan biasanya acara jawab menjawab antara
penggugat dan tergugat berjalan tertulis. Oleh karena itu untuk
mempersiapkan jawab menjawab tersebut diperlukannwaktu yang cukup
dengan menunda waktu selama satu atau dua minggu untuk setiap tahapan
pemeriksaaan, apa bila tahap jawab menjawab selesai antara penggugat dan
tergugat maka tahap selanjutnya adalah pembuktian.




                                                        Hk Ac Perdata / Arnawa




                                                                           25
Contoh : Surat Jawaban



                                                      Kota, tanggal / bulan / tahun


                                   Jawaban Tergugat
                         Dalam Perkara No... / G / Tahun / PN....

                                       Antara.
                                   Nama , Penggugat
                                       Lawan
                                    Nama, tergugat


Dengan hormat,

Untuk dan atas nama Tergugat dengan ini hendak mengajukan dalil – dalil
separti yang terurai dibawah ini :

    1. Bahwa....
    2. Bahwa....
    3. Bahwa.... dst

Maka berdasarkan segala apa yang terurai di atas , Tergugat mohon dengan
hormat sudilah kiranya Pengadilan.... berkenan memutuskan :

    - Menolah gugatan Penggugat atau setidak – tidaknya menyatakan tidak
      dapatdityerima
    - Mrnghukum Pengguat untuk membayar biaya perkara

                                                           Hormat kuasa Tergugat


                                                                Arnawa, SH,MH




                                                                                26
Contoh. Jawaban dusertai Eksepsi dan Rekonvensi



                                                      Kota, tanggal / bulan / tahun



                               Jawaban Tergugat
                    Dalam Perkara : No.../ Pdt / G / Tahun / PN....

                                             Antara

                 Nama. Penggugat Konversi / Tergugat rekonvensi
                                   Melawan
                 Nama, tergugat Konvensi / Penggugat rekonvensi


Dengan Hormagt.

      Untuk dan atas nama Tergugat Konvensi / Penggugat Rekonvensi
dengan kini jhendak mengajukan dalil – dalil seperti yang terurai dibawah
ini sebagai jawaban dalam konvensi dan gugutan dalam rekonvensi

DALAM EKSSESPI

    1. Bahwa gugatan penggugat telah keliru di ajukan kepengadilan PN.....
       karena Tergugat bertempat tinggal di.....yang telah diketahui oleh
       Penggugat
    2. Bahwa menurut pasal 118 HIR gugatan harus di ajukan ke PN .....
       tempat tinggal terakhir tergugat


     Maka berdasarkan segala apa nyang terurai diatas, maka PN...... tidak
berkenan mengadili perkara tersebut

      Apabila Pengadilan Negeri....... berpendapatr lain, maka




                                                                                27
DALAM POKOK PERKARA
DALAM KONPENSI

   1. Bahwa Tergugat mwenhangkal dalil – dalail yang dikemukakan
      Penggugat Konvensi kecuali apa yang diakui dengan tegas
   2. Bhawa memang benar Tergugat konvensi ......
   3. Bahwa.... dst

Maka berdasarkan segala apa yang terurai diatas, Tergugat konpensi mohon
dengan hormat sudilah kiranya Pengadilan Negari..... tidak memutuskaN :
   - Menolak gugatan Penggugat Konpensi
   - Menghukum Penggugat Konpensi untuk membayhar biaya perkara

DALAM REKONPENSI.

   1. Bhawa ....
   2. Bahawa....
   3. Bahswa..... dst

PRIMER

   1. Menyatkan
   2. Menghukum
   3. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan lebih dahulu, meskipun
      timbul verzet, banding, dan kasasi

SUBSIDER

Dalam peradilan yang baik, memohon ke adilan yang seadil – adilnya


                                         Hormat Kuasa Hukum Konpensi
                                        Penggugat Rekonpensi


                                        Arnawa SH, MH




                                                                      28
21. Putusan Harus di Sertai Alasan

Semua putusan pengadilan harus disertai alasan alasan putusan yang dijadikan dasar
mengadili (pasal 184 ayat 1 HIR, 390 HIR, 195, 618 Rbg)
Alasan alasan atau argumentasi yang dimaksud sebagai pertanggung
jawaban hakim sehingga mempunyai nilai obyektif.


21. Peninjauan Kembali

 Upaya peninajuan kembali di mungkinkan terhadap putusan pengadilan
yang telah mempunyai ketetapan hukum dalam perkara perdata oleh para
pihak pihak yang berkepentingan ke Makamh Agung.

                                                                   Hk Ac Perdata / Arnawa




                                                                                      29
III. PEMBUKTIAN


1. Arti Pembuktian

     Pembuktian adalah penyajian alat alat buklti yang syah menurut
hukum, kepada hakim yang memeriksa suatu perkara guna memberikan
kepastian tentang kebenaran peristiwa yang dikemukakan. Membuktikan
adalah menyakinkan hakim tentang kebenaran dalil dalil yang dikemukan
dalam suatu perkara


2. Beban Pembuktian

     Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai suatu hak atau
guna mengukuhkan haknya sendiri mau pun membantah hak orang lain,
menunjukan pada suatu di wajibkan membuktikan adanya hak atau
peristiwa tersebut (pasal 163 HIR, 283 Rbg)

     Maka beban pembuktian harus dilakukan dengan adil dan tidak berat
sebelah, karena suatu pembuktian yang berat sebelah berarti secara mutlak
menjerumuskan pihak yang menerima beban yang terlampau berat dalam
jurang kekalahan


3. Hal hal yang Perlu Dibuktikan

    Yang dibuktikan oleh pihak pihak yang perkara bukan hukumnya,
akan tetapi peristiwa atau kejadian, karena hakim dianggap telah mengetahu
hukumnya yang diterapkan baik baik hukum yang tertulis mapun hukum
yang tidak tertulis yang hidup dalam masyarakat

      Untuk alat bukti diterima atau ditolah sebagai alat bukti oleh hakim
dalam perkara perdata (pasal 162, 163 HIR)




                                                                        30
4. Hal hal Yang Perlu Dibuktikan

     Dalam acara pembuktian di muka persidangkan ada hal hal yang tidak
perlu di buktikan:

        a. Hal hal yang telah diakui oleh pihak lawan
        b. Hal hal yang telah dilihat sendiri oleh hakim di dalam sidang
        c. Hal hal yang dianggap diketahui oleh umum


5. Alat Alat Bukti (pasal 164 HIR   / 1866 KUHPerdata)


     Alat alat bukti yang diaksud dalam HIR:
       a. Surat        (ps 165 -167 HIR / ps 282 -305 Rbg / ps 1867 – ps 1894 KUHPerdata)
       b. Saksi        (ps 168 -172 HIR / ps 282 -305 Rbg / ps 1867 – ps 1894 KUHPerdata)
       c. Perasangkaan (ps 173 HIR / 310 Rbg / ps 1915 – 1922 KUHPerdata)
       d. Pengakuan (ps 174 – 176 HIR / ps 311 – 313 Rbg / 1928 KHUPerdata)
       e. Sumpah (ps 155 – 158, 177 HIR / ps 182 – 185 Rbg / ps 1929 – 1945 KUHPerdata)

     Alat alat bukti yang dimaksud dalam UU No. 5/1986 -> 9/2004 (PTUN)
       a. Surat atau Tulisan        (ps 165 -167 HIR / ps 282 -305 Rbg )
       b. Keterangan Ahli          (ps 154 ayat 1 HIR / ps 181 ayat 1 Rbg)
       c. Keterangan saksi          (ps 165 -167 HIR / ps 282 -305 Rbg )
       d. Perngakuan para pihak (ps 174 – 176 HIR / ps 311 – 313 Rbg )
       e. Pengetahuan Haki          (pasal 100 UU. No. 5/1986)



6. Alat Bukti Tertulis atau Surat        (pasa; 165 – pasal 167 HIR)


     Alat bukti tulis atau surat ialah segala sesuatu yang memuat tanda tanda
bacaan tetapi tidak bisa dimengerti dan mengandung suatu pikiran tertentu,
tanda baca yang dimaksud adalah huruf latin, huruf arab, huruf kanji dan
lain sebagainya (pasal 165 – 167 HIR, 282 - 305 Rbg)

     Alat bukti tertulis atau suarat ini ada dua macam yakni :
     a. Akta -> Surat atau tulisan yang dibuat dengan sengaja untuk di
        jadikan bukti tentang suatu peristiwa dan ditanda tangani oleh
        pembuatnya. Akte ini meliputi :




                                                                                            31
- Akta Otentik -> Surat yang dibuat menurut ketentuan undang
             undang oleh atau dihadapan pejabat umum, yang berkuasa untuk
             membuat suat itu, memberikan bukti yang cukup bagi kedau
             belah pihak dan ahli warisnya dan sekalian orang yang
             mendapatkan hak darinya tentang segala hal yang tersebut di
             dalam surat itu. (pasal 165 HIR, 285 Rbg, 1870 KUHPerdata)
              Catatan Akta Otentik ada dua macam yakni :
                      a. Akta Otentik -> yang dibuat oleh pejabat (acta ambtelijk), misalnya berita
                         acara pemeriksaan sidang yang dibuat panitra, berita acara penyitaan dan
                         atau pelelengan barang barang tergugat, notaries membuat suatu verslag atau
                         laporan tentang rapatyang dihadiri para pemegang saham suatu persero
                      b. Akta yang dibuat dihadapan pejabat (acta partij), misalnya akta jual beli tanah,
                         yang dibuat oleh Camat atau Notaris PPAT


           - Akta dibawah tangan -> Surat yang dibuat dan ditanda tangani
             oleh pihak pihak yang bersangkutan dengan maksud untuk
             diperguna kan sebagai alat bukti tentang peristiwa atau peristiwa
             hukum yang tercantum di dalamnya (pasal pasal 1876 – 1894 KUHPerdata,
              pasal 101 huruf b UU No. 5/1986, HIR tidak mengatur)


      b. Tulisan -> surat suat lain
         Alat bukti tulis atau surat ialah segala sesuatu yang memuat tanda
         tanda bacaan tetapi tidak bisa dimengerti dan mengandung suatu
         pikiran tertentu, tanda baca yang dimaksud adalah huruf latin,
         huruf arab, huruf kanji dan lain sebagainya (pasal 165 – 167 HIR, 282 - 305 Rbg)


7.Saksi (Pasal 168 – pasal 172 HIR – pasal 1895 = pasal 1912 KUH Perdata)

    Pembuktian dengan saksi – saksi diperkenankan dalam segalikan
dengan undang – undang jika hal itu tidak dikecualian , contoh :

      1. Pasal 150 KUH Perdata (perjajian kawin)
      2. Pasal 258 KUH Dagang (perjajian pertanggungan)
      3. Pasal 2 UUNo. 1 /1974 (Sahnya perkawinan)
                                                                                Hk Ac Perdata / Arnawa




                                                                                                      32
IV. PUTUSAN HAKIM


1. Arti Putusan Hakim atau Putusan Pengadilan

     Putusan hakim ; Suatu pernyataan yang oleh hakim sebagai pejabat
negara yang diberi wewenang untuk itu, di ucapkan di persidangan dan
bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa
antara para pihak (Sudikno Mertokusumo )

    Putusan pengadilan ; pernyataan hakim yang diucapkan pada sidang
pengadilan yang terbuka untuk umum untuk menyelesaikan atau mengakhiri
perkara perdata ( Riduan Syahrani)

     Setiap putusan pengadilan tertuang dalam bentuk tertulis yang harus
ditandatangai oleh hakim ketua sidang dan hakim – hakim anggota yang ikut
seta memeriksa dan memutskan perkara serta panitra pengganti yang ikut
sidang

    Susunan dan Isi Putusan, terdiri dari :
    1. Kepala Putusan
       Setiap keputusan pengadilan harus lah mempunyai kepala pada
       bagian atas dan putusannya berbunyi untuk pengadilan Negeri
       “Demi Keadilan Berdasarkan KetuhananYang Maha Esa” (pasal 4
       ayat 1 UU No 4 tahun 2004), sedang untuk pengadilan agama
       “Bismillahirrahmannirrahim        Demi Keadilan    Berdasarkan
       KetuhananYang Maha Esa”(pasal 57 ayat 2 UU No. 7 tahun 1989)

    2. Identitas Pihak - pihak yang berekara
       Dalam putusan harus dimuat Identitas dari para pihak, nama, alamat,
       pekarjaan, dan para pengacara bila para pihak menguasakan pada
       orang lain

    3. Pertimbangan atau Alasan – alasan
       Putusan hakim terdiri atas dua bagian yakani :
        1. Pertimbangan tentang duduknya perkara
        2. Pertimbangan tentang hukumnya (pasal 184 HIR)



                                                                       33
4. Amar atau Diktum Putusan
       Putusan hakim adalah menjawab permintaan atau tuntutan, apa kah
       mengabulkan atau menolak gugatan tersebut, dalam amar dimuat
       suatu pernyataan hukum, penetapan suatu hak.

       Dalam Peradilan Tata Usaha Neraga secara rinci putusan telah
       tertuang dalam pasal 109 UU No. 9 tahun 2004 yakni :
       a. Kepala putusan yang berbunyi “ Demi Keadilan Berdasarkan
           Ketuhanan Yang Maha Esa”
       b. Nama, jabatan, kewarganegaraan, tempat tinggal, atau tempat
           kedudukan para pihak yang bersengketa.
       c. Ringkasan gugutan dan jawaban tergugatyang jelas
       d. Pertimbangan dan penilaian setiap bukti yang diajukan dan hal
           yang terjadi dalam persidangan selama sengketa itu diperiksa
       e. Alasan hukum yang menjadi dasar putusan
       f. Amar putusan tentang sengketa dan biaya perkara
       g. Hari, tanggal putusan, nama hakim yang memutus, nama panitra,
           serta keterangan tentang hadir atau tidak hadirnya para pihak

      Catatan :
      Undang Undang No. 4 tahun 2004, tentang Kekuasaan Kehakiman
               Undang Undang ini merupakan induk dan kerangka yang meletakan dasar, asas asas
               peradilan serta pedoman bagi Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Tata
               Usaha Negara, serta Peradila Militer (sedang masing masing peradilan masih diatur
               dalam Undang Undang sendiri).
      Undang Undang No. 7 tahun 1989, tentang Peradilan Agama
      Undang Undang No. 5 tahun 2004, tentang Makamah Agung
      Undang Undang No. 8 tahun 2004, tentang Pengadilan Umum
      Undang Undang No. 9 tahun 2004, tentang Pengadilan Tata Usaha
                                       Negara.

2. Kekuatan Putusan Hakim
     1. Kekuatan Pembuktian Mengikat
        Putusan hakim sebagai dukumen yang merupakan suatu akta otentek
        menurut pengertian undang – undang sehingga tidak hanya
        mempunyai kekuatan pembuktian mengikat kedua belah pihak atau
        pihak pihak yang berpekara, dengan demikian menimbulkan hak dan
        kewajiban bagi pihak pihak yang bersengketa

                                                                        Hk Ac Perdata / Arnawa




                                                                                             34
2. Kekuatan Eksekutorial
       Kekuatan untuk dapat dipaksa dengan bantuan aparan keamanan
       terhadap pihak – pihak yang tidak menaatinya dengan sukarela.
       Suatu putusan dimaksud untuk menyelesaikan suatu persoalan atau
       sengketa dan menetapkan hak atau hukumnya (semata – mata hanya
       menetapkan hak atau huku,mnya)

    3. Kekuatan mengajukan eksepsi (tangkisan)
      Kuekuatan untuk mnenangkis atau gugatan baru mengenzi hal yang
      sudah pernah diputus atau mengehai hal – hal yang sama ,
      berdasarkan asas ne bis in idem (tidak boleh dijatuhkan putusan lagi
      dalam perkara yang sama)

3. Macam – macam Putusan Hakim
    Bentuk penyelesaian perkara di pengadilan di bedakan ada dua yakni :

       Putusan pengadilan ada dua Yakni :
       a. Putusan Sela (Tusse Vonis)
          Putusan sela adalah”putusan yang dijatuhkan sebelum putusan
          akhir yang diadakan dengan tujuan untuk memungkinkan atau
          mempermudah kelajutan pemeriksaan perkara

          Misalnya tergugat mengajukan sautu tangkisan (eksipsi / pasal
          136 HIR) yang bertujuan agar hakim menyatakan dirinya
          berkompetensi memeriksa perkara tersebut karena perkara
          tersebut adalah wewenang pengadilan lain.

          Dalam hukum acara dikenal beberapa macam putusan sela yakni
          • Putusan Pteparatoir
             Yakni putusan persiapan mengenai jalanya pemeriksaan
             untuk melancarkan segala sesuatu guna mengadakan putusn
             akhir (contoh, putusan untuk menolak pengunduran
             peneriksaan saksi)

          • Putusan Interlocutoir
            Yakni putusan yang memrintahkan pembuktian, (contoh,
            putusan untuk memriksa saksi atau memeriksa kesempatan,
            karena putusan ini menyangkut masalah pembuktian)


                                                                           35
• Putusan Incidentiel
     Yakni putusan yang berhubungan dengan insiden yaitu
     peristiwa yang menghentikan prosedur peradilan biasa
     (contoh, putusan yang memboleghkan pihak ketiga ikut
     sertadalam suatu perkara)

   • Putusan Provisional
     Yakni putusan yang menjawab tuntutan provisi yaitu,
     permintaan pihak yang berpekara agar diadakantidakan
     pendahuluanguna kepantingan salah satu pihak sebelum
     putusan akhir dijatuhkan, (contoh, sebelum perceraian dalam
     pokok peerkara diputyuskan, istrui minta dibebesakan dari
     kewajiban untuk tinggal bersama suaminya, karena suaminya
     suka menganiaya)

b. Putusan akhir (eind vonis)
    Putusan akhir adalah putusan yang mengakhiri perkara pada
    tingkat pemeriksaan pengadilan,, meliputi pengadilan tingkat
    pertama, pengadilan tinggi, dan Makamah Agung

   Putusan akhir menurut sifat amarnya (diktumnya) ada tiga macam yakni
   • Putusan Condemnatoir
     Putusan yang bersifa menghukum pihak yang dikalahkan
     untuk memenuhi prrestasi. (contoh, mengadili menghukum
     tergugat untuk membayar sejumlah uang kepada penggugat,
     menghuikum tergugat untuk menyerahkan tanah yang
     menjadi sengketa kepada penggugat,

   • Putusan Declaratoir
     Putusan yang amarnya menyatakan suatu keadaan sebagai
     keadaan yang sah menurut hukum. (contok, mengatakan
     penggungat sebagai pemilik atas tanah sengketa

   • Putusan Konstitutif
     Putusan yang amarnya menciptakan suatu keadaan baru.
     (contoh, menyatakan ikatan perkawinan antara pengguigat
     dan tergugat putus karena perceraian )

                                                       Hk Ac Perdata / Arnawa



                                                                          36
4. Kekuatan Putusan

     Putusan hakim yang telah mempinyai kekuatan hukum yang tetap
adalah : putusan yang menurut ketentuan undang – undang, tidak ada
kdesempatan lagi untuk menggunakan uapaya hukum melawan putusan itu.
(putusan yang tidak dapat diganggu gugat)

    Misalnya :
    1. Putusan verstek (putusan tampa hadirnya tergugat)
    2. Putudan pengadilan tingkat pertama yang tidak di ajukan
       perlawanan
    3. Putusan pengadilan tinggi yang tidak di ajukan kasasi
    4. Putusan kasasi yang tidak diajukan upaya hukum luar biasa yaitu
       peninjauan kembali putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum
       yang tetap

     Sedangkan putusan yang belum mempunyai kekuatan hukum yang
tetap adalah putusan yang menurut ketentuan undang – undang masih
terbuka kesempatan untuk menggunakan uapay hukum melawan putusan itu,
     Misalnya : Verzet

     Putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap dalam
perkara perdata mempunyai tiga macam kekuatan yaitu :

    1. Kekuatan pembuktian mengikat
       Putusan hakim itru sebagai dokumen yang merupakan suatu akte
       otentek menurfut pengertian undang – undang, sehingga tidak hanya
       mempunyai kekuiatan pembeuktian mengikat antra para pihak yang
       berpekara, tetapipembuktian bahwa telah ada suatu perkara pihak –
       pihak yang disebutkan dalam putusan itu

    2. Kekuastan eksekutorial
       Yaitu kekuatannya untuk dapat dilaksanakan dengan bantuan aparat
       keamanan terhadap pihak yang tidak menaatinya dengan sukarela

    3. Kekuatan mengajukan eksepsi (tangkisan)
       Kekutan untuk menangkis suatu gugata n baru mengenai hal yang
       sudah pernah diputus atau mengenai hal – hal yang sama,



                                                                     37
berdasarkan asas nebis in idem (tidak boleh dijatuhi putusan lagi
       dalam perkara yang sama)


5. Putusan Hakim yang dapat Dilaksanakan Lebih Dahulu

     Menurut hukum acara pada dasarnya putusan pengadilan hanya dapat
dilaksnakan apa bila putusan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum
yang tetap (inkracht van gewijsde)

     Namun dekian dalam HIR / RBG terdapat ketentuan yang memberikan
kemungkinan putusan dapat dilaksanakan lebih dahulu (uit voerbaar bij
voorrad). Pada pasal 180 HIR / 191 ayat 1 RBG menentukan pengadilan
negeri dapat memerintahkan supaya putusan dapat dijalankan lebih dahulu
walupun ada perlawanan atau banding, jika :

    1. Ada surat yang syah (akta otentik) atau tulisan dibawah tangan yang
       menurut undang – undang mempunyai kekuatan bukti
    2. Ada putusn pengadilan sebelumnya yang sudah mempunyai
       kekuatan hukum tetap
    3. Dikabulkannya gugatann yang didahului (gugatan provisional)
       dalam hal sengketa tentang hak milik

    Catatan : sebelum tahun 1964 hakim dapat menjatuhkan putusan yang
    dapat dilaksanakan lebih dahulu apa bila memenuhi syarat – syarat
    hukum yang ditentukan pada pasal 180 HIR / 191 ayat 1, RBG, akan
    tetapi stelah dikeluarkannya Surat Edaran Makaham Agung No 13 /
    l964, jika putusan yang dimintakan banding, agar sedapat mungkin
    memberikan putusan yang dapat dilaksanakan lebih dahulu, tetapi
    dengan Surat Edaran Makaham Agung No 15 /1969 tanggal 2 juni
    1969 menyerahakan sepenuhnya pada pengadilan tinggi, memberi
    pertimbangan dan memutuskan dapat atau tidaknya dikabulkan
    permintaan persetujuan pelaksanaan Putusan yang dapat dilaksanakan
    dahulu itu ..............>

                                                        Hk Ac Perdata / Arnawa




                                                                           38
Dasar hukum penggunaan hukum acara perdata adalah :
      1. HET HERZIENE IENDONESISCH REGLEMENT ( HIR ) L.N
         No. 16 jo 57/ 1848. disebut UU Darurat No. 1/1951
      2. Reglement voor de Buitengeesten (Rbg) Ordonansi 11 Mei 1927
         LN. No. 227 / 1927
      3. Undang undang No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Pokok
         Kehakiman,
      4. Undang Undang No. 5 tahun 2004 tentang Makamah Agung
      5. Undang Unadang No. 9 tahun 2004, tentang Peradilan Tata
         Usaha Negara
      6. Undang Undang No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama
      7. Undang undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan
         Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 (TLN. 3050) tetang
         Izin Perkawinan
      8. Yurisprodensi atau Putusan putusan hakim yang berkembang di
         lingkungan dan sudah diputus di pengadilan
      9. Doktrin -> Ilmu pengetahuan tempat hakim dapat mengambil
         hukum secara perdata (walau Doktin itu buhan hukum)
      10. Intruksi dan Surat Edaran Makah Agung -> sepanjang mengatur
         hukum acara perdata dan hukum perdata meteril mengikat hakim
         sebagai undang undang
      11. Adat kebiasaan




                                                                   39

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Hukum acara perdata - Konsep dasar hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Konsep dasar hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Pertemuan 20 hukumpidana
Pertemuan 20 hukumpidanaPertemuan 20 hukumpidana
Pertemuan 20 hukumpidanayudikrismen1
 
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01pebrianazril6478
 
Rangkuman hukum acara pidana & perdata
Rangkuman hukum acara pidana & perdataRangkuman hukum acara pidana & perdata
Rangkuman hukum acara pidana & perdataMakmurZakaria
 
ILMU HUKUM - Asas Asas Hukum Pidana
ILMU HUKUM - Asas Asas Hukum PidanaILMU HUKUM - Asas Asas Hukum Pidana
ILMU HUKUM - Asas Asas Hukum PidanaDiana Amelia Bagti
 
Hukum Acara Pengadilan Agama
Hukum Acara Pengadilan AgamaHukum Acara Pengadilan Agama
Hukum Acara Pengadilan AgamaSiddiki Syadzily
 
Bab 2 asas dan teori hukum pidana
Bab 2   asas dan teori hukum pidanaBab 2   asas dan teori hukum pidana
Bab 2 asas dan teori hukum pidanaNuelimmanuel22
 
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidanaMicrosoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidanaFarah Ramafitri
 
Hukum Pidana (Pengantar)
Hukum Pidana (Pengantar)Hukum Pidana (Pengantar)
Hukum Pidana (Pengantar)Andrie Irawan
 
Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tunMoel Ryadhie
 
Praktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan AgamaPraktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan AgamaAndrie Irawan
 

Was ist angesagt? (20)

Hukum acara perdata - Konsep dasar hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Konsep dasar hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
 
Uu 18 2003+Pjls
Uu 18 2003+PjlsUu 18 2003+Pjls
Uu 18 2003+Pjls
 
Uu 31 1997
Uu 31 1997Uu 31 1997
Uu 31 1997
 
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)
Eksekusi Hukum Acara Perdata (Idik Saeful Bahri)
 
Pertemuan 20 hukumpidana
Pertemuan 20 hukumpidanaPertemuan 20 hukumpidana
Pertemuan 20 hukumpidana
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdata
 
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
 
Uu 01 1953
Uu 01 1953Uu 01 1953
Uu 01 1953
 
Perangkat Lembaga Peradilan
Perangkat Lembaga PeradilanPerangkat Lembaga Peradilan
Perangkat Lembaga Peradilan
 
Rangkuman hukum acara pidana & perdata
Rangkuman hukum acara pidana & perdataRangkuman hukum acara pidana & perdata
Rangkuman hukum acara pidana & perdata
 
ILMU HUKUM - Asas Asas Hukum Pidana
ILMU HUKUM - Asas Asas Hukum PidanaILMU HUKUM - Asas Asas Hukum Pidana
ILMU HUKUM - Asas Asas Hukum Pidana
 
praktik peradilan perdata
praktik peradilan perdatapraktik peradilan perdata
praktik peradilan perdata
 
Hukum Pidana
Hukum PidanaHukum Pidana
Hukum Pidana
 
Hukum Acara Pengadilan Agama
Hukum Acara Pengadilan AgamaHukum Acara Pengadilan Agama
Hukum Acara Pengadilan Agama
 
Bab 2 asas dan teori hukum pidana
Bab 2   asas dan teori hukum pidanaBab 2   asas dan teori hukum pidana
Bab 2 asas dan teori hukum pidana
 
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidanaMicrosoft powerpoint-hukum-acara-pidana
Microsoft powerpoint-hukum-acara-pidana
 
Hukum Pidana (Pengantar)
Hukum Pidana (Pengantar)Hukum Pidana (Pengantar)
Hukum Pidana (Pengantar)
 
Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Konsep dasar surat kuasa (Idik Saeful Bahri)
 
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
7. eksekusi dan peninjauan kembali putusan tun
 
Praktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan AgamaPraktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan Agama
 

Andere mochten auch

Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatAchmad Junaidi
 
Pendidikan HAM dan Demokrasi
Pendidikan HAM dan DemokrasiPendidikan HAM dan Demokrasi
Pendidikan HAM dan DemokrasiAchmad Junaidi
 
[Materi umum] ppk nn sma-ma
[Materi umum] ppk nn sma-ma[Materi umum] ppk nn sma-ma
[Materi umum] ppk nn sma-maAchmad Junaidi
 
Kelas08 pendidikan kewarganegaraan-dadang
Kelas08 pendidikan kewarganegaraan-dadangKelas08 pendidikan kewarganegaraan-dadang
Kelas08 pendidikan kewarganegaraan-dadangAchmad Junaidi
 
2.penyusunan ktsp,180208
2.penyusunan ktsp,1802082.penyusunan ktsp,180208
2.penyusunan ktsp,180208Achmad Junaidi
 
1.permendiknas no. 22 tahun 2006 si,180208
1.permendiknas no. 22 tahun 2006 si,1802081.permendiknas no. 22 tahun 2006 si,180208
1.permendiknas no. 22 tahun 2006 si,180208Achmad Junaidi
 

Andere mochten auch (11)

01b rpp p kn smp
01b rpp p kn smp01b rpp p kn smp
01b rpp p kn smp
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat
 
Pendidikan HAM dan Demokrasi
Pendidikan HAM dan DemokrasiPendidikan HAM dan Demokrasi
Pendidikan HAM dan Demokrasi
 
[3] silabus smp pkn
[3] silabus smp pkn[3] silabus smp pkn
[3] silabus smp pkn
 
[Materi umum] ppk nn sma-ma
[Materi umum] ppk nn sma-ma[Materi umum] ppk nn sma-ma
[Materi umum] ppk nn sma-ma
 
Filsafat pancasila 1
Filsafat pancasila 1Filsafat pancasila 1
Filsafat pancasila 1
 
Kelas08 pendidikan kewarganegaraan-dadang
Kelas08 pendidikan kewarganegaraan-dadangKelas08 pendidikan kewarganegaraan-dadang
Kelas08 pendidikan kewarganegaraan-dadang
 
Pkn xii
Pkn xiiPkn xii
Pkn xii
 
2.penyusunan ktsp,180208
2.penyusunan ktsp,1802082.penyusunan ktsp,180208
2.penyusunan ktsp,180208
 
1.permendiknas no. 22 tahun 2006 si,180208
1.permendiknas no. 22 tahun 2006 si,1802081.permendiknas no. 22 tahun 2006 si,180208
1.permendiknas no. 22 tahun 2006 si,180208
 
[4] rpp smp pkn
[4] rpp smp pkn[4] rpp smp pkn
[4] rpp smp pkn
 

Ähnlich wie HUKUM ACARA

Praktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas A
Praktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas APraktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas A
Praktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas ARianSugandi
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
powerpoint haper eva.pptx
powerpoint haper eva.pptxpowerpoint haper eva.pptx
powerpoint haper eva.pptxWaginemYogya
 
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang MemengaruhinyaHakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang MemengaruhinyaFRANKLYN_SS
 
Materi PKPA Hukum Acara Perdata Redesign.pptx
Materi PKPA Hukum Acara Perdata Redesign.pptxMateri PKPA Hukum Acara Perdata Redesign.pptx
Materi PKPA Hukum Acara Perdata Redesign.pptxkamdina35
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptasifsardari
 
HUKUM ACARA PERDATA 2022.pptx
HUKUM ACARA PERDATA 2022.pptxHUKUM ACARA PERDATA 2022.pptx
HUKUM ACARA PERDATA 2022.pptxAFDAL20
 
AZAS HUKUM ACARA PERDATA DAN PENANGANAN PERKARA PERDATA.ppt
AZAS HUKUM ACARA PERDATA DAN PENANGANAN PERKARA PERDATA.pptAZAS HUKUM ACARA PERDATA DAN PENANGANAN PERKARA PERDATA.ppt
AZAS HUKUM ACARA PERDATA DAN PENANGANAN PERKARA PERDATA.pptMuhAsyriZR
 
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara PerdataHukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdatazahraayu24
 
PERBEDAAN HUKUM ACARA FORMIL.pptx
PERBEDAAN HUKUM ACARA FORMIL.pptxPERBEDAAN HUKUM ACARA FORMIL.pptx
PERBEDAAN HUKUM ACARA FORMIL.pptxArmanSyah89
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxhikpknlgto
 
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...Idik Saeful Bahri
 
Bab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nasBab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nasAprizal Gauul
 

Ähnlich wie HUKUM ACARA (20)

Praktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas A
Praktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas APraktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas A
Praktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas A
 
hukum bisnis
hukum bisnishukum bisnis
hukum bisnis
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agama
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agama
 
powerpoint haper eva.pptx
powerpoint haper eva.pptxpowerpoint haper eva.pptx
powerpoint haper eva.pptx
 
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang MemengaruhinyaHakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
 
Materi PKPA Hukum Acara Perdata Redesign.pptx
Materi PKPA Hukum Acara Perdata Redesign.pptxMateri PKPA Hukum Acara Perdata Redesign.pptx
Materi PKPA Hukum Acara Perdata Redesign.pptx
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
 
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.pptPPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
PPT-HUKUM-ACARA-PERDATA.ppt
 
HUKUM ACARA PERDATA 2022.pptx
HUKUM ACARA PERDATA 2022.pptxHUKUM ACARA PERDATA 2022.pptx
HUKUM ACARA PERDATA 2022.pptx
 
AZAS HUKUM ACARA PERDATA DAN PENANGANAN PERKARA PERDATA.ppt
AZAS HUKUM ACARA PERDATA DAN PENANGANAN PERKARA PERDATA.pptAZAS HUKUM ACARA PERDATA DAN PENANGANAN PERKARA PERDATA.ppt
AZAS HUKUM ACARA PERDATA DAN PENANGANAN PERKARA PERDATA.ppt
 
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara PerdataHukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
 
PERBEDAAN HUKUM ACARA FORMIL.pptx
PERBEDAAN HUKUM ACARA FORMIL.pptxPERBEDAAN HUKUM ACARA FORMIL.pptx
PERBEDAAN HUKUM ACARA FORMIL.pptx
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
 
Hukum bab 5 kelas x
Hukum bab 5 kelas xHukum bab 5 kelas x
Hukum bab 5 kelas x
 
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
 
Bab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nasBab ii-sis-hukum-perad-nas
Bab ii-sis-hukum-perad-nas
 
Kumpulan Putusan Uji Materi UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Kumpulan Putusan Uji Materi UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas BumiKumpulan Putusan Uji Materi UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Kumpulan Putusan Uji Materi UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
 
Putusan002 puui2003
Putusan002 puui2003Putusan002 puui2003
Putusan002 puui2003
 

Mehr von Achmad Junaidi

Kelas07 pendidikan kewarganegaraan-sugeng
Kelas07 pendidikan kewarganegaraan-sugengKelas07 pendidikan kewarganegaraan-sugeng
Kelas07 pendidikan kewarganegaraan-sugengAchmad Junaidi
 
Buku panduan skripsi_universitas_paramadina
Buku panduan skripsi_universitas_paramadinaBuku panduan skripsi_universitas_paramadina
Buku panduan skripsi_universitas_paramadinaAchmad Junaidi
 
Rangkuman panduan skripsi.doc
Rangkuman panduan skripsi.docRangkuman panduan skripsi.doc
Rangkuman panduan skripsi.docAchmad Junaidi
 
Pwerpoint pancasila sebagai_ideologi_terbuka
Pwerpoint pancasila sebagai_ideologi_terbukaPwerpoint pancasila sebagai_ideologi_terbuka
Pwerpoint pancasila sebagai_ideologi_terbukaAchmad Junaidi
 
7. pengembangan silabus
7. pengembangan silabus7. pengembangan silabus
7. pengembangan silabusAchmad Junaidi
 
1.permendiknas no. 22 tahun 2006 si,180208
1.permendiknas no. 22 tahun 2006 si,1802081.permendiknas no. 22 tahun 2006 si,180208
1.permendiknas no. 22 tahun 2006 si,180208Achmad Junaidi
 

Mehr von Achmad Junaidi (15)

Kelas07 pendidikan kewarganegaraan-sugeng
Kelas07 pendidikan kewarganegaraan-sugengKelas07 pendidikan kewarganegaraan-sugeng
Kelas07 pendidikan kewarganegaraan-sugeng
 
Buku panduan skripsi_universitas_paramadina
Buku panduan skripsi_universitas_paramadinaBuku panduan skripsi_universitas_paramadina
Buku panduan skripsi_universitas_paramadina
 
Rangkuman panduan skripsi.doc
Rangkuman panduan skripsi.docRangkuman panduan skripsi.doc
Rangkuman panduan skripsi.doc
 
Pwerpoint pancasila sebagai_ideologi_terbuka
Pwerpoint pancasila sebagai_ideologi_terbukaPwerpoint pancasila sebagai_ideologi_terbuka
Pwerpoint pancasila sebagai_ideologi_terbuka
 
7. pengembangan silabus
7. pengembangan silabus7. pengembangan silabus
7. pengembangan silabus
 
[6] prota smp pkn
[6] prota smp pkn[6] prota smp pkn
[6] prota smp pkn
 
[5] promes smp pkn
[5] promes smp pkn[5] promes smp pkn
[5] promes smp pkn
 
[2] pemetaan sk pkn
[2] pemetaan sk pkn[2] pemetaan sk pkn
[2] pemetaan sk pkn
 
[1] sk & kd smp pkn
[1] sk & kd smp pkn[1] sk & kd smp pkn
[1] sk & kd smp pkn
 
[7] kkm smp pkn
[7] kkm smp pkn[7] kkm smp pkn
[7] kkm smp pkn
 
Konsep dasar pkn
Konsep dasar pknKonsep dasar pkn
Konsep dasar pkn
 
Rpppknsmpeek7b
Rpppknsmpeek7bRpppknsmpeek7b
Rpppknsmpeek7b
 
Rpppknsmpeek7b
Rpppknsmpeek7bRpppknsmpeek7b
Rpppknsmpeek7b
 
1.permendiknas no. 22 tahun 2006 si,180208
1.permendiknas no. 22 tahun 2006 si,1802081.permendiknas no. 22 tahun 2006 si,180208
1.permendiknas no. 22 tahun 2006 si,180208
 
Silabus p kn sma
Silabus p kn smaSilabus p kn sma
Silabus p kn sma
 

HUKUM ACARA

  • 1. SEKILAS MENGENAL HUKUM ACARA PERDATA Oleh IM. ARNAWA KARMAYA, SH. MH 1
  • 2. Hukum Acara Perdata Oleh. Arnawa Karmaya SH. MH Buku / Literatur yang harus di baca Mahasiswa : Komenter H I R. Oleh. Mr. R. Tresna. Penerbit. Pradnya Paramita Hukum Acara Perdata di Indonesia. Oleh. Dr. R. Wiryono Prodjodikoro SH. Penerbit. Sumur Bandung Hukum Acara Perdata Indonesia Oleh Prof Dr. Sudikno Mertokosumo. SH Penerbit. Liberti Yogjakarta Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri Oleh. Prof Dr Sudikno Mertokusumo. SH Penerbit. Liberty Yogyakarta Pokok Pokok Hukum Acara Perdata Oleh. Moh Taufik Makarao SH. MH Penerbit, Rineka Cipta Hukum Acara Perdata Oleh. R. Subekti Penerbit, Binacipta / BPHN Hukum Acara Perdata HIR/RBG Oleh, Wantjik Saleh Penerbit, Ghalia Indonesia Jakarta Hukum Acara Perdata Indonesia Oleh, Muhammad Abdul Kadir Penerbit, Alumni Bandung 2
  • 3. I. PENDAHULUAN 1. Lembaga lembaga peradilan di Indonesia antara lain : 1. Makamah Agung adalah lembaga Peradilan Tertinggi di Indonesia 2. Peradilan umum (Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi) 3. Peradilan Agama (Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama) 4. Peradilan Militer (Mahmil dan Mahmilti ) 5. Peradilan Administrasi (Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara ) 2. Undang Undang yang mengatur Perdilan 1. Undang Undang No. 14 tahun 1970 diganti dengan Undang undang No. 35 tahun 1999 dan mengalami perubahan dengan Undang Undang No. 4 tahun 2004, tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang Undang ini merupakan induk dan kerangka yang meletakan dasar, asas asas peradilan serta pedoman bagi Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Tata Usaha Negara, serta Peradila Militer (sedang masing masing peradilan masih diatur dalam Undang Undang sendiri). 2. Undang Undang No. 2 tahun 1986, yang kemudian diganti dengan Undang Undang No. 8 tahun 2004, tentang Pengadilan Umum 3. Undang Undang No. 13 tahun 1965, yang kemudian diganti dengan Undang Undang No. 14 tahun 1985, yang kemudian diganti dengan Undang Undang No. 5 tahun 2004 tentang Makamah Agung 4. Undang Undang No. 5 tahun 1986, yang kemudian diganti dengan Undang Undang No. 9 tahun 2004 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara. 5. Undang Undang No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama 3
  • 4. 3. Sekeme Peradilan ______________________ MAKAMAH AGUNG ______________________ _______________ ______________ ___________ _______________ PENGADILAN PENGADILAN MAHMILTI PENGADILAN TINGGI TINGGI TINGGI USAHA AGAMA NEGARA ____________ __ ______________ ____________ ______________ ______________ _______________ ______________ ______________ PENGADILAN PENGADILAN PENGADILAN PENGADILAN NEGERI AGAMA MILITER TATA USAHA MEGARA ___________________ _____________________ ____________________ __________________ UMUM AGAMA ISLAM TNI ADMINISTRASI 4. Pengertian Hukum Acara Perdata Hukum Acara Perdata adalah, rangkaian peraturan – peraturan yang membuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di muka Pengadilan dan bagaimana Pengadilan itu harus bertindak, satu sama lainnya untuk melaksanakan berjalannya peraturan peraturan Hukum Perdata. (Wiryono Prodjodikoro) Hukum Acara Perdata adalah, mengabdi kepada hukum materiiil, maka dengan sendirinya setiap perkembangan dalam hukum materiil itu sebaiknya selalu diikuti dengan penyesuaian hukum acaranya. (R. Subekti) Hukum Acara Perdata adalah, peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata meteriil dengan perantara hakim atau peraturan hukum yang menentukan bagaimana caranya menjamin palaksanaan hukum perdata materiil. Konteknya Hukum Acara Perdata mengatur tentang bagaimana caranya mangajukan tuntutan hak, memeriksa serta memutusnya dan pelaksanaan dari pada putusannya (Sudikno Mertokusumo) 4
  • 5. Jadi obyek pada ilmu pengetahuan hukum acara perdata ialah keseluruhan peraturan yang melaksanakan dan mempertahankan atau menegakan hukum perdata material dengan perantara kekuasaan negara Perantara kekuasaas Negara dalam mempertahankan hukum material perdata itu terjadi dengan peradilan, yang dimaksud peradilan disini ialah pelaksanaan hukum dalam hal konkrit adanya tuntutan hak, fungsi mana dijalankan oleh suatu badan yang berdiri sendiri dan diadakan oleh negara serta bebas dari pengaruh apapun dan siapa pun juga dengan memberikan putusan yang bersifat mengikat dan bertujuan mencegah “eignrichting” 5. Sumber Sumber Hukum Acara Perdata Dasar hukum penggunaan hukum acara perdata adalah : 1. Undang Undang Darurat No. 1/1951 disebut dengan Het Herziene Iendonesisch Reglement ( HIR ) yang dimuat dalam L.N No. 16 jo 57/ 1848. 2. Reglement voor de Buitengeesten (Rbg) Ordonansi 11 Mei 1927 LN. No. 227 / 1927 yang di mulai tanggal 1 juni 1927 3. Undang undang No. 14 tahun 1970, yang di ganti dengan Undang undang No. 35 tahun 1999 yang kemudian diganti lagi dengan Undang Undang No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Pokok Kehakiman, 4. Undang Undang No. 14 tahun 1985 yang kemudian diganti dengan Undang Undang No. 5 tahun 2004 tentang Makamah Agung 5. Undang undang No. 5 tahun l986, yang kemudian diganti dengan Undang Unadang No. 9 tahun 2004, tentang Peradilan Tata Usaha Negara 6. Undang Undang No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama 7. Undang undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 (TLN. 3050) tetang Izin Perkawinan 8. Yurisprodensi atau Putusan putusan hakim yang berkembang di lingkungan dan sudah diputus di pengadilan 9. Doktrin -> Ilmu pengetahuan tempat hakim dapat mengambil hukum secara perdata (walau Doktin itu buhan hukum) 10. Intruksi dan Surat Edaran Makah Agung -> sepanjang mengatur hukum acara perdata dan hukum perdata meteril mengikat hakim sebagai undang undang 11.Adat kebiasaan 5
  • 6. II. CARA MENGAJUKAN GUGATAN / TUNTUTAN HAK 1. Perbedaan Permohonan dan Gugatan | Permohonan | Gugatan | - tidak ada sengketa atau perselisihan, | - adalah suatu sengketa suatu konflik para ahli waris sama sama datang ke yang harus diselesaikan dan harus Pengadilan untuk suatu penetapan diputus oleh Pengadilan perihal masing masing bagian dari warisan almarhum atau tentang penggantian nama - Hanya ada satu pihak yaitu pemohon | - ada dua atau lebih para pihak yaitu yaitu pihak pemohon pihak penggugat dan pihak tergu - gat yang merasa haknya atau hak mereka dilanggar. - Dikenal sebagai pengadilan VOLUN | - Dikenal sebagai pengadilan CON- TAIR atau peradilan pura pura TENTOSA atau peradilan sungguh Sungguh - Putusan merupakan Penetapan | - Putusan merupakan Vonis ( beschikking) Catatan : perbedaan ini tidak relefan lagi di Pengadilan Agama, karena dipengadilan agama semua menggunakan permohonan Dalam persidangan pemeriksaan perkara perdata ; - perkara pemeriksaan persidangan (ps 115 - ps 161 HIR) - Bukti (ps l62 -177 HIR) - Musyawarah dan putusan hakim (ps 178 – ps 187 HIR) Hk Ac Perdata / Arnawa 6
  • 7. 2. Tuntuntan Hak Tuntutan hak adalah tindakan yang bertujuan memperoleh perlindungan hak yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah “ eingnrichating ”. Orang yang mengajukan hak tuntutan hak memerlukan atau berkepentingan akan perlindungan hukum. Ia mempunyai kepentingan untuk memperoleh perlindungan hukum, maka oleh kerena itu ia mengajukan tuntutan hak kepengadilan. Akan tetapi tidak semua setiap kepentingan dapat diterima sebagai dasar pengajuan tuntutan hak, untuk menceeah agar setiap orang tidak asal saja mengajukan tuntutan hak ke pengadilan yang mrngakibatkan menyulitkan pengadilan. Berdasarkan Makamah Agung dalam putusannya tanggal 7 juli 1971 No. 29 K / Sip / 1971 menyatakan Bahwa semua tuntutan hak harus mempunyai kepentingan hukum yang cukup, menurut syarat utama untuk dapat diterimanya tuntutan hak itu oleh pengadilan guna diperiksa : point d’interet, point d’action 3. Gugatan dapat diajukan ( pasal 118 HIR) * Tempat dimana orang yang digugat / tempat kedudukan tergugat * Jika yang digugat lebih dari satu orang, maka gugatan di ajukan pada salah satu tempat tinggal tergugat / badan hukum * Jika yang di gugat tidak diketahui tempat tinggalnya maka gugatan di ajukan pada pengadilan wilayah tempat tinggal penggugat . * Apa bila dalam sengkerta tata usaha negara dengan Pemerintah maka gugatan di ajukan ke pengadilan wilayah kediaman penggugat * Apa bila penggugat dan tergugat berkedudukan di luar negeri maka, pengajuan guguatan di wilayah pengdilan nengeri Jakarta pusat * Memilih salah satu wilayah pengadilan penggugat mau mengajukan gugatannya terhadap benda benda tidak bergerak yang ada di beberapa tempat Catatan : Gugatan dpat diajukan secara lisan (ps 118 ayat 1 HIR) atau secara tertulis (ps 129 HIR) Hk Ac Perdata / Arnawa 7
  • 8. Selain ketentuan yang ada dalam pasal 118 HIR, tempat pengajuan gugatan, ada juga yang mengatur untuk mengajukan gugatan yakni yang terdapat dalam BW dan UU no. 1 tahun 1974 al : 1. tergugat tidak cakap, maka dapat digugat orang tuannya atau walinya (ps 21 BW) 2. yang menyakut gugatan PNS, yang berwenang adalah Pengadilan tempat ia bekerja (ps 20 BW) 3. Buruh menginap di tempat sang majikan, maka Pengadilan yang berwenang mengadili pengajuan gugtannya adalah ditempat majikannya (ps. 22 BW) 4. tentang Pailit, yang berwenang untuk mengadili gugatan pailit Pengadilan yang menyatakan pailit (ps 99 ayat15 RV) 5. Tentang jaminan, pengadilan yang berhak mengdili adalah Pengadilan Negeri yang pertama dimana pemeriksaan itu dilakukan (ps. 99 ayat 14 RV) 6. Permohonan Pembatalan perkawinan , Pengadilan yang berwenang adalah Pengadilan dimana perkawinan itu dilaksanakan, atau tempat tinggal suami / istri (ps 25, 63 /1b, UU no 1/74 jo ps 38 /1.2, PP 9/75) 7. Tergugat bertempat tinggal di luar negeri, gugatan di ajukan di Pengadilan melalui tempat kediaman penggugat, melalui perwakilam Republik Indonesia setempat (ps 40, 63 /1 UU no 1/74 jo ps 20 / 2.3 PP 9/1975 ) Dalam pengajuan gugatan bila di perhatikan UU No. 9 tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara : 1. Gugatan sengketa Tata Usaha Negara, gugatan di ajukan ke Pengadilan Negeri, tempat tinggal tergugat 2. Apa bila gugatan di tujukan lebih dari satu badan atau pejabat Tata Usaha Negara dan kedudukannya tidak dalam satu daerah hukum, Gugatan dapat diajukan ke Pengadilan Negeri salah satu badan hukum atau pejabat Tata Usaha Negara 3. Apa bila penggugat dan tergugat ber ada di Luar Negeri maka pengajuan gugatannya di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Hk Ac Perdata / Arnawa 8
  • 9. Demikian juga pada pasal 66. UU 7 tahun 1989 tentang Pengadilan Agama, permohoan cerai, bila laki laki islam : 1. Suami yang beragama islam menceraikan istrinya di ajukan gugatan cerainya di pengadilan agama tempat kediaman termohon 2. apabila termohon bertempat diluar negeri maka gugatana cerainya diajukan di Pengadilam Agama pemohon (pengugat) 3. Apa bila pemohon dan termohon bertempat diliuar negeri maka gugutan di ajukan di Pengadilan Agama dimana perkawinan itu di laksanakan, atau pada Pengadilan Jakarta Agama Jakarta Pusat Demikian juga pada pasal 73, UU 7 tahun 1989 permohonan cerai untuk perempuan islam kepada suaminya : 1. Permohonan cerai istri di ajukan oleh istri atau kuasanya kepada penagdilan agama yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman termohon 2. Dalam hal pemohon bertempat tinggal di luar negeri, permohonnya di ajukan ke pengadilan agama daerah hukumnya meliputi tempat kedioaam termohon 3. Dalam hal pemohon dan termohon bertempat tinggal di luat negeri maka permohonannya di ajukan kepada pengadilan agama Jakarta Pusat 4 .Gugatan Yang boleh berpekara di muka pengadilan adalah, semua orang “legetima persona in standi judicio” (kecuali yang belum dewasa dan yang berada dibawah pengampunan mereka ini harus diwakili oleh wakilnya) dan badan hukum pada asasnya mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum. Catatan : dalam Hukum Perdata barat, perempuan yang sudah menikah memerlukan izin atau bantuan dari suaminya untuk berpekara, juga apa bila perempuan yang sudah bersuami digagat maka si suami juga digugat Hk Ac Perdata / Arnawa 9
  • 10. 5. Yang harus diperhatikan isi gugatan / permohonan adalah : 1. Identitas para pihak, yakni nama, tempat tinggal, pekerjaan, agama, umur, setatus perkawian 2. Posita atau Fundamentum Petendi yaitu :  bagian yang menguraikan tentang kejadian kejadian duduk perkara  bagian yang menguraikan hukumnya, uraian tentang adanya hak atau hubungan hukum yang menjadi dasar yuridis dari pada tuntutan 3. Petitum ( Tuntutan ) ada dua a. Petitum ( tuntutan) primer  menghukum tergugat menyerahkan hal yang digugat dalam keadaan baik  Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang yang di sediakan  Menyatakan putusan dapat dilaksanakan terdahulu meski timbul perlawanan  Menghukum tergugat untuk membayar uang paksa  Memakasa tergugat untuk membayar bunga  Menutut tergugat untuk memberikan uang nafkah setiap bulan  Menutut tergugat bayar ongkos perkara b. Petitum ( tuntutan) subsider  Memohon hakim memberikan putusan yang seadil adilnya Bahwa tiap tuntutan perkara sipil dimulai dengan panggilan dakwa, yang dilakukan oleh juru sita, Sebagai bukti juru sita telah melakukan panegilan dakwa, juru sita memberikan surat panggilan pada dakwa di sebut juga dengan exploit yang salinnya diberikan pada tergugat dan aslinya pada penggugat, yang memberi tahu perkara akan segera di sidangkan. Hk Ac Perdata / Arnawa 10
  • 11. Kepada : Yth : Ketua Pengadilan Negeri atau Ketua Pengadilan Agama di Dengan Hormat Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama :........................pekarjaan................umur................. alamat.......... ____________________untuk selanjutnya disebut Penggugat____________ Nama.........................pekerjaan......................Umur..................alamat............ ___________________untuk selajutnya disebut Tergugat_______________ . Posita Adapun dasar – dasar atau alasan – alasan gugatan sebagaimana tersebut diatas 1. Bahwa ........ 2. Bahwa........ dan seterusnya Petitum Maka berkenaan dengan hal – hak tersebut diatas, memohon agar Pengadilan .............. Penggugat. 11
  • 12. III. TINDAKAN YAMG MENDAHULUI PEMERIKSAAN DI MUKA PENGADILAN 1. Tindakan – tidakan yang mendahului pemeriksaan di muka pengadilan menyangkut masalah – masalah : 1. Pencatatan Perkara di pengadilan Menurut ayat 1. pasal 121 HIR surat gugatan atau catatan yanjg dibuat itu didaftar oleh panitra di dalam daftar yang disediakan untuk itu.lalu Ketua menentukan tanggal, hari, jam, untuk perkara itu di periksa di muka pengadilan Menurut ayat 2 pasal 121 HIR Ketika memangggil tergugat harus disertakan jiga kapada tergugat salinan gugatan, dengan memberitahukan kepadanya, bahwa ia dapat menjawab gugatan itu dengan tertulis 2. Penetapan biaya perkara dan beracara secara Cuma – Cuma Menurut ayat 4 pasal 121 HIR Mendaftar gugatan haurus di sertai mpembayaran sejumlah uang yang ditentukan oleh ketua pengadilan kepada panitra sebagai ongkos berperkara Sdalam ayat 1 pasal 59 UU no 5 tahun1986 yang sudah perbaharui oleh UU No. 9 tahun 2004 (UU PTUN), di sebutkan untuk mengajukan gugatan, penggugatan membayar uang muka biaya perkara Pasal 112 UU No 5/ 1986 yang diperbaharui dengan UU no 9 tahun 2004, menyebutkan , jumlah biaya perkara yang harus dibayar oleh penggugat atau tergugat di sebut dalam amar putusan akhir pengadilan 3. Penetapan hari sidang Wewenang untuk menetapkan hari sidang ada pada ketua pengadilan 12
  • 13. 4. Pemanggilan pihak – pihak yang berpekara Dalam peraktek pwemanggilan pihak – pihak yang berpekara dilakukan oleh para juru sita pengganti dsari pengadilan yamng bersangkutan Dalam hal salah satu pihak berkedudukan atau ber ada di luar negeri (diluar wilayah RI) ketua pengadiloan yang bersangkutan melakukan panggilan dengan cara meneruskan surat penetapan tganggal, hari sidang srta saoinan gugatan tersebut kepada Departemen Luar Negeri RI Setelah penggugat memasukan gugatannya pada panitra pengadilan dan dan membayar / melunasi beaya perkara, kemudia hakim dengan surat penetapannya memanggil kedua belah pihak agar menghadap di pengadilan negeri pada hari yang telah di tentukan dengan membawa saksi saksi serta bukti bukti yang diperlukanm (ps 121 ayat 1 HIR) Panggilan dilakukan oleh juru sita dengan menyerahkan surat panggilan (exploit) berserta surat gugatannya kepada tergugat di tempat tinggalnya, apabila tergugat tidak dapat ditemukan di rumahnya panggilan 2, maka suarat panggilan di serahkan / dititipan kepada kepala desa untuk diteruskan (ps 390 ayat 1 HIR), apa bila panggilan 3, selanjutnya surat panggilan diserahkan / dititipkan Bupati dan panggila tersebut ditempelkan di papan pengumuman di Pengadilan Negeri (ps 126 HIR) 2. Masalah perubahan / pencabutan gugatan Dalam peradilan perkarta perdata, Gugatan yang telah terdaftar di panitra pengadilan negeri tidak diperbolehkan untuk mengubah petitum atau tuntutan pokok. Tetapi dalam peradilan Tata Usaha Negara, perubahan gugutan tegas diatur dalam ps 75 (1) UU no. 5/86, penggugat dapat merubah gugatannya hanya sampai dengan ruplik asal di sertai dengan alasan yang cukup asal tidak merugikan kepentingan penggugat Gugatan yang telah didaftarkan di panitra pengadilan negeri dapat dilakukan pencabutan sebelum gugatan itu di periksa / disidang perkara tersebut atau tergugat menjawabnya dari gugatan penggugat. 13
  • 14. Pencabutan gugatan tidak diatur di HIR maupun di Rbg, tetapi diatur pada pasal 271 Rv, disebutkan -> pencabutan gugatan bisa dilakukan sebelum tergugat memberikan jawaban, atau pencabutan dapat dilakukan setelah tergugat menjawab gugatannya, apa bila ada persetujuan dari tergugat Pencabutan dalam Peradilan Tata Usaha Negara / UU No. 5/1986 yang telah diganti olah UU No, 9/2004 diatur dalam pasal 76 yakni : a. Penggugat dapat sewaktu waktu mencabut gugatannya sebelum tergugat memberikan jawaban b. Apabila tergugat sudah memberikan jawaban atas gugatannya itu, pencabutan gugatan itu dapat dikabulkan oleh pengadilan tata usaha negara apa biala disetujui oleh tergugat 3. Hakim bersifat menunggu a. Bahwa pelaksanaannya Persidangan berdasarkan inisiatif penggugat mengajukan tututan hak diserahkan sepenuhnya kepada yang berkepentingan, (atau badan pemerintah lainnya) Jadi apakah akan ada proses atau tidak, apakah suatu perkara atau tuntutan hak itu akan diajukan atau tidak, sepenuhnya diserahkan pada yang berkepentingan (penggugat) b. Pihak Pihak mempunyai kuasa penuh untuk menghentikan acara / sidang yang telah dimulai, sebelum hakim memberi keputusan c. Luas pertikaan yang diajukan pada pertimbangan hakim pun bergantung para pihak. Hakim hanya menimbang hal hal yang diajukan oleh para pihak. Dengan kata lain hakim hanya menentukan, adapun hal hal yang diajukan dan dibuktikan oleh para pihak itu dapat membenarkan tuntutan hukum mereka, hakim tidak boleh menambahkan sendiri hal hal lain dan tidak boleh memberikan lebih dari pada yang diminta Hk Ac Perdata / Arnawa 14
  • 15. d. Jika para pihak se ia sekata / sepakat tentang hal hal tertentu, dengan kata lain jika satu pihak mengakui kebenaran hal hal yang diajukan oleh pihak lain hakim tidak perlu menyelidiki lebih lainjut, bila hal hal yang diajukan itu beda. Hakim hurus menerima apa yang ditetapkan oleh pera pihak e. Hakim perdata tidak boleh melakukan pemeriksaan atas kebenarannya sumpah decisoir yang dilakukan, yaitu sumpah yang diminta oleh pihak yang satu dari pihak yang lainnya dalam suatu acara, dengan maksud menguntungkan keputusannya pada sumpah tersebut. (dalam hukum perdata hakim tidak bolah memeriksa apakah sumpah itu palsu atau tidak) 4. Hakim pasif Hakim dalam memeriksa perkara perdata bersikap pasif dalam arti kata, bahwa ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang diajukan kepada hakim untuk diperiksa asasnya ditetukan oleh para pihak yang berpekara dan bukan olah hakim. Hakim hanya membantu para pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan Hakim wajib mengadili seluruh gugatan dan dilarang menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak atau mengabulkan lebih dari yang di gugat (pasal 178 ayat 2-3 HIR, 189 ayat 2-3 Rbg). Para pihak dapat secara bebas meng akhiri sendiri sengketa yang telah diajukan ke muka pengadilan, sedang hakim tidak dapat menghalang halanghi nya, hal ini dapat berupa perdamaian atau pencabutan gugatan (pasal 130 HIR, 154 Rbg) Jadi pengertian Hakim Pasif disini hanya berarti bahwa hakim tidak menentukan luas dari pokok sengketa, hakim tidak boleh menambah atau menguranginya, akan tetapi semuanya tidak berarti bahwa hakim sama sekali tidak aktif, selaku pimpinan sidang hakim harus aktif memimpin, memeriksa perkara dan tidak merupakan pegawai atau sekedar alat dari hambatan dan rintangan untuk mendapat tercapainya keadilan 15
  • 16. Hakim berhak memberi nasehat kepada kedua belah pihak serta menunjuk upaya hukum dan memberikan keterangan kepada meraka (pasal 132 HIR, 156 Rbg) 5. Hakim harus aktif Hakim harus aktif memimpin sidang, melancarkan jalannya persidangan, membantu kedua belah pihak dalam mencari kebenaran, tetapi dalam perkara perdata hakim harus bersifat tut wuri. -> Ketua pengadilan negeri berkuasa memberi nasehat dan pertolongan kepada orang yang menggugat atau kepada wakilnya tentang hal memasukkan tuntutannya ( pasal 119 HIR) 6. Asas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan - asas sederhana, persidangannya jelas dan mudah dimengerti / dipahami tidak berbelit belit - Cepat, jalannya persidangan akan meningkatkan kewibawaan pengadilan dan menambah kepercayaan masyarakat pada pengadilan - Biaya ringan, yaitu biaya persidangan yang dipikul oleh rakyat harus ringan, karena biaya yang tinggi/ berat akan menyebabkan pihak yang berkepentingan enggan mengajukan tuntutan hak kepada pengadilan 7. Sifat Terbuka Persidangan Sidanng pemeriksaan pengadilan asasnya adalah terbuka untuk umum, yang berarti bahwa setiap orang dibolehkan hadir dan mendengarkan pemeriksaan di persidangan Tujuan dari asas ini tidak lain untuk memberikan perlidungan hak hak asasi manusia dalam bidang peradilan serta untuk lebih menjamin obyektipitas peradilan dengan memtanggung jawabkan pemeriksaan secara fair, tidak memihak pada salah satu pihak, serta putusan yang adil pada masyarakat 16
  • 17. Jika putusan diucapkan, dalam sidang yang tidak dinyatakan terbuka untuk umum, berarti putusan itu tidak syah dan tidak mempunyai kekuatan hukum serta mengakibatkan batalnya putusan itu menurut hukum. 8. Sita Jaminan Terhadap Barang Miliknya Sendiri Perihal Sita Jaminan Sita jaminan milik Penggugat (pasal 226 HIR) Sita Jaminan milik Tergugat (pasal 227 HIR Sita jaminan dalah pengambil alihan sesuatu barang yang yang diminta oleh pihak yang merasa berhak, baik bartang ergerak maupun barang tidak bergerak untuk disimpan sebagai jaminan dan tidak boleh di jual belikan, disewakan kepada orang lain dan dilakukan sebelum perkara tersebut di putus oleh hakim Penyitaan ini dilakukan terhadap barang milik sendiri (kriditur / prnggugat) yang dikuasai oleh orang lain (tergugat), penyitaan ini di bagi dua yakni : a. Sita Revindicatoir (pasal 226 HIR, 260 Rbg) Pemilik Barang Bergerak, yang barangnya ada ditangan orang lain dapat diminta, baik secara lisan mapupun secara tertulis oleh ketua pengadilan negeri dari tempat orang yang memegang atau menguasai barang bergerak tersebut, untuk disita dan disimpan oleh yang berhak meyita / menyimpan barang yang di persengketakan tersebut. b. Sita Material Menjamin barang barang yang disita tidak dijual, oleh pihak pihak yang berpekara jadi fungsinya adalah untuk melindungi hak pemohon selama pemeriksaan sengketa perceraian di pengadilan,selama berlangsung persidangan antara pemiohon dan lawannya Hk Ac Perdata / Arnawa 17
  • 18. 9. Sita Jamina Terhadap Barang Debitur Penyitaan ini disebut Sita conservatoir merupan tindakan persiapan dari pihak penggugat dalam bentuk permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri, untuk menjamin dapat dilaksakaannya putusan perdata guna menjual barang barang debitur / tergugat (pasal 227 ayat I, 261 HIR, 145 ayat 1 Rbg) 10. Susunan Persidangan / Majelis Susunan persidangan untuk semua peradilan pada dasarnya asasnya merupakan majelis. Yang beranggota sekurang kurangnya tiga orang hakim terdiri satu ketua majelis sidang dan yang lainnya anggota majelis sidang, tetapi bisa juga terdiri dari lima hakim, satu ketua majelis sidang dan empat lainnya anggota majelis sidang. Dengan asas hakim majelis, dimaksudkan untuk menjamin pemeriksaan yang subyektif dan obyektif, guna memberi perlindungan hak hak asasi manuisia dalam peradilan 11. Mendengar Kedua Belah Pihak Dalam hukum acara perdata kedua belah pihak haruslah diperlakukan sama, tidak memihak dan untuk didengar keterangannya bersama sama keduanya, mengadung arti bahwa di dalam hukum acara perdata, yang berpekara harus sama sama diperhatikan, berhak atas memberikan pendapat/ keterangan, hakim tidak boleh menerima keteranga dari sepihak saja asas ini disebut “Audiet Altertem” atao asas “eines Mannes Redwist keines Mannes Rede” Hal ini juga pengajuan alat bukti harus dilakukan di muka sidang yang dihadiri oleh kedua belah pihal (pasal 132 ayat 2 HIR, pasal 145 HIR) Dengan asas hakim majelis, dimaksudkan untuk menjamin pemeriksaan yang subyektif dan obyektif, guna memberi perlindungan hak hak asasi manuisia dalam peradilan Hk Ac Perdata / Arnawa 18
  • 19. 12. Tugas Hakim Dalam Proses Persidangan Dalam prose persidangan perdata tugas hakim adalah mempertahankan tatanan hukum perdata, menetepakan apa yang ditentukan oleh hukum dalam suatu perkara, kebenran formil bukan kebenaran yang diatur (verdrail), melainkan kebenaran yang dicapai oleh hakim dalam batas batas yang ditentukan oleh pihak pihak yang berpekara 13. Perdamaian. (Pasal 130 HIR) mengajukan upaya perdamaian Perdamaian dapat dilakukan di dalam pengadilan atau di luar pengadilan Perdamaian dalam HIR diatur dalam (pasal 130 HIR) a. Apa bila pada hari sidang yang telah ditentukan dan kedua belah pihak hadir, maka pengadilan dengan perantara Ketua Sidang berusaha mendamaikan mereka b. Jika perdamaian tercapai pada waktu persidangan maka dibuat suatu akta perdamaian yang kedua belah pihak, di hukum untuk melaksanakan perjanjian perdamaian itu, akta perdamaian itu di kuatkan dan dapat di jalankan sebagaimana putusan biasa c. Terhadap putusan yang demikian tidak dapat di mohonkan banding Perdamaian dalam PA diatur dalam pasal 7 UU No. 7/1989 a. Pada sidang pertama gugatan cerai, hakim berusaha mendamaikan kedua belah pihak b. Dalam sidang perdamaian tersebut suami dan istri harus datang secara pribadi, kecuali salah satu bertempat tinggal di luar negeri c. Bila tidak dapat datang menghadap secara khusus, dapat dikuasakan d. Apa bila kedua belah pihak bertempat tinggal diluar negari, maka penggugat pada sidang perdamaian tersebut harus menghadap secara pribadi e. Selama perkara belum diputus usaha perdamaian dapat dilakukan pada sidang pemeriksaan 19
  • 20. 14. Jawaban Tergugat Setelah upaya perdamaian yang dilakukan hakim tidak berhasil, maka kepada tergugat di berikan kesempatan untuk mengajukan jawaban atau gugatan yang diajukan oleh penggugat. Sebagaimana penggugat diperkenan kan untuk mengajukan gugatan secara terulis dan secara lisan, maka tergugat pun diperkenankan untuk mengajukan jawaban secara tertulis dan secara lisan Jawaban tergugat dapat terdiri dari tiga macam yakni : 1. Eksepsi atau tangkisan yaitu, jawaban yang tidak langsung mengenai pokok perkara Tentang Eksepsi atau tangkisan HIR mengenal satu macam eksepsi yakni : eksepsi perihal tidak berkuasanya hakim yaitu Eksepsi yang menyangkut kekuasaan relatif dan eksepsi menyangkut kekuasaan absolut Eksepsi yang menyangkut kekuasaan relatif (pasal 133 HIR), contoh : Gugatan nyang diajukan oleh penggugat salah alamat atau keliru, karena yang berwenang untuk kengadili perkara tersebut adalah Pengadilan dimana tergugat bertempat tinggal terakhir. Eksepsi yang menyangkut kekuasaan absolut (pasal 134 HIR) contoh : Apabila persengketaan itu adalah suatu perkara yang tidak masuk wewenang pengadilan negeri untuk mengtadilinya, maka pada setiap saat dalam pemeriksaan perkara itu tergugat dapat mengajukan tangkisan supaya pengadilan negeri menyatakan tidak berwenang mengadili perkara itu dan pengadilan negeri kerena jabatannya harus pula menyatakan bahwa tidak berwenang mengadili perkara itu 2. Jawaban tergugat mengenai pokok perkara Jawaban tergugat mengenai pokok perkara hendaknya dibuat dengan jelas, singkat dan berisi, langsung menjawab pokok persoalan dengan mengemukakan alasan – alasan yang mendasar 20
  • 21. Jawaban terhadap pokok perkara biasanya mengandun pengakuan atau penyangkalan (atau bantahan) dari isi gugatan Pengakuan adalah jawaban yang membenarkan isi gugatan, artinya apa yang di gugat terhadap terguguat diakui keberadaannnya Penyangkalan atau bantahan ialah pernyataan yang tidak membenarkan atau tidak mangakui apa yang digugat terhadap tergugat. Jika tergugat mengajukan bantahan maka bantahan itu harus disertai dengan alasan – alasan bahwa keterangan yang dan tuntutan penggugat itu adalah tidak benar sama sekali 3. Rekonvensi yaitu, gugatan balik atau gugatan balasan yang diajukan kepada penggugat Rekonvensi adalah Gugatan balik atau gugatan balasan yang dilakukan oleh tergugat kepada penggugat, atau dengan kata lain Gugatan yang diajukan oleh penggugat berhubungpenggugat juga pernah melakukan wanperstasi terhadap tergugat Gugatan balasan sangat bermanfaat bagi kedua belak pihak yang bersengketa karena : - Menghemat ongkos perkara - Memudahkan pemeriksaan - Mempercepat penyelesaian sengketa - Menghindari putusan yang saling bertentangan 15. Prihal Putusan Gugurnya gugatan Apabila pada hari yang telah ditentukan penggugat tidak hadir dan atau tidak menyuruh orang lain yang mewakili untuk hadir, padalah ia telah dipanggil dengan patut, maka gugatannya dinyatakan gugur dan di hukum membayar biaya perkara, tetapi penggugat dapat / mempunyai hak untuk mengajukan sekali lagi, setelah ia membayar gugatannya di panitra (ps 124 HIR) catatan : apa bila banyak penggugat dan banyak tergugat maka dalam persidangan harus selurunya tidak ada yang hadir atau tidak dan yang mewakili maka Pengadilan dapat memutus. 21
  • 22. 16. Putusan di luar kehadiran tergugat (putusan Verstek)Pasal 125 HIR Apabila pada hari yang telah ditentukan, tergugat tidak hadir dan atau tidak menyuruh orang lain untuk hadir sebagai waliknya, apabilah ia telah dipanggil dengan patut dan gugatan itu diterima dengan putusan tidak hadir tergugat ( putusan Verstek) Catatan : Putusan secara contradictoir putsan diluar dahir salah satu pihak yang berpekara 17. Upaya Hukum Terhadap Putusan Verstek Perlawanan (verzet) yang diberikan atas putusan verstek, yang diberikan oleh pihak tergugat, dengan masa tenggang waktu 14 hari setelah putusan di terioma oleh tergugat. (pasal 129 ayat 1.2 HIR, 153 ayat 1.2 Rbg) 18. Putusan yang Menyatakan Gugatan Tidak Dapat Diterima Putusan yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima apa bila gugatan tersebut ditolak karena permasalahan yang menjadi bahan gugatan di luar pokok permasalahan. Untuk ini ada dua putusan : a. Putusan yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima (nietonvankelijk) penggugat masih bisa mengajukan gugatannya lagi ke Pengadilan Negeri b. Putusan yang dinyatakan gugatan ditolak (onzeger) penggugat tidak dapat mengajukan kembali gugatannya ke Pengadilan Negeri, tetapi dapat mengajukan pemeriksaannya kembali ke Pengadilan Tinggi (pengadilan tingkat banding) 19. Jalannya Persidangan Susunan Persidangan : a. Hakim tunggal atau Hakim Majelis (satu ketua hakim dua hakim anggota) yang dilengkapi oleh panitra sebagai pencatat jalan persidangan b. Pihak Pengugat dan tergugat duduk didepan meja hakim, untuk penggugat sebelah kanan, sedang tergugat sebelah kiri meja hakim. 22
  • 23. c. Persidangan berjalan lancar, maka jumlah persidangan tidak kurang dari 8 kali, sampai putusan hakim  Sidang Pertama Setelah hakim membuka sidang pertama dengan menyatakan “sidang dibuka untuk umum, dengan mengetukan palu, maka hakim memuli mengajukan pertanyaan kepada Penggugat tentang; a. Identitas Penggugat b. Identitas Tergugat c. Apa sudah mengerti dengan kedatangannya para pihak dimuka sidang pengadilan Hakim menghimbau agar para pihak dilakukan perdamaian  Sidang Kedua (jawaban tergugat) Apabila para pihak dapat berdamai maka ada dua kemungkinan : - Gugatan di cabut - Mereka megadakan perdamaian diluar maka hakim tidak ikut campur sehingga apa bila salah satu ikar janji permasalahan dapat diajukan lagi ke pengadilan - Mereka mengadakan perdamaian di lakukan dimuka hakim maka kekuatan perbamaian sama dengan putusan pengdilan, apa bila salah satu pihak ikar janji perkara tisdak dapat diajukan lagi Apabila tidak tercapai suatu perdamaian, maka sidang dilanjutkan dengan pernyerahkan jawaban dari pihak tergugat, tergugat dapat menolak gugatan (penolakan tersebut bisa peristiwa hubungan hukumnya) - Jawaban dalam Eksepsi Eksepsi adalah tangkisan bahwa syarat – syarat prosessuil tidak benar atao eksepsi berdasarkan meteriel sehingga gugtan tidak diterima (NO = Niet ontvankelijk verklaard) dasar gugutan : a. Gugatan diajukan kepada pengadilan yang tidak berwenang 23
  • 24. b. Gugatan salah alamat (tergugat tidak ada hubungannya dengan hukum c. Penggugat tidak berkualitas (penggugat tidak mempunyai hubungan hukum d. Tergugat tidak lengkap e. Penggugat telah memberi penundaan pembayaran - Jawaban Dalam Pokok Perkara Jawaban Dalam Pokok Perkara ini merupakan bantahan terhadap dalil – dalil yang diajukan penggugat  Sidang Ketiga (Replik) Pada sidang ini penggugat menyerahkan replik satu untuk hakim, satu untuk tergugat satu untuk pegangan sendiri. Replik adalah tanggapan Penggugat terhadap jawaban tergugat  Sidang ke empat (Duplik) Dalam sidang ini tergugat menyerahkan duplik kepada penggugat. Duplik adalah tanggapan tergugat terhadap replik penggugat  Sidang ke lima (pembuktian dari Penggugat) Dalam sidang kali ini penggugat mengajukan bukti – bukti yang memperkuat dalil – dalil tergugat (bukti – bukti yang dimaksud adalah surat – surat dan saksi – saksi)  Sidang ke enam (pembuktian dari tergugat) Dalam sidang ini adalah merupakan pembuktian dari pihak tergugat, proses persidangannya sama dengan sidang kelima  Sidak ke tujuh Sidang penyerahan kesimpulan. (disini kedua belah pihak menyerahkan kesimpulan dari halis – hasil persidangan terdahulu Hk Ac Perdata / Arnawa 24
  • 25.  Sidang ke delapan Sidang ke delapan merupakan sidang keputusan hakim, dalam sidang ini hakim membacakan yang seharusnya dihadiri oleh para pihak. (dengan megetuk palu tiga kali). Apabila salah satu pihak merasa tdak puas dengan putusan haki maka dapat mengajikan banding yang harusdilakukan 14 hari terhitung sehari dari putusan hakim diputuskan 20.Replik dan Duplik Replik adalah -> Jawaban penggugat terhadap jawaban tergugat atas gugatannya. Replik ini diajukan oleh pernggugat untuk meneguhkan gugatannya dengan mematahkan alasan alasan penolakan yang dikemukakan tergugat dalam jawabannya. Replik ini bisa diajukan secara lisan dan tertulis Duplik adalah -> Jawaban tergugat terhadap replik yang di ajukan penggugat. Duplik diajukan tergugat untuk meneguhkanjawabannya yang lahimnya berisi penilakan terhadap gugatan penggugat. Duplik ini dapat di ajukan secara lisan dsan tertulis Dalam perakter di pengadilan biasanya acara jawab menjawab antara penggugat dan tergugat berjalan tertulis. Oleh karena itu untuk mempersiapkan jawab menjawab tersebut diperlukannwaktu yang cukup dengan menunda waktu selama satu atau dua minggu untuk setiap tahapan pemeriksaaan, apa bila tahap jawab menjawab selesai antara penggugat dan tergugat maka tahap selanjutnya adalah pembuktian. Hk Ac Perdata / Arnawa 25
  • 26. Contoh : Surat Jawaban Kota, tanggal / bulan / tahun Jawaban Tergugat Dalam Perkara No... / G / Tahun / PN.... Antara. Nama , Penggugat Lawan Nama, tergugat Dengan hormat, Untuk dan atas nama Tergugat dengan ini hendak mengajukan dalil – dalil separti yang terurai dibawah ini : 1. Bahwa.... 2. Bahwa.... 3. Bahwa.... dst Maka berdasarkan segala apa yang terurai di atas , Tergugat mohon dengan hormat sudilah kiranya Pengadilan.... berkenan memutuskan : - Menolah gugatan Penggugat atau setidak – tidaknya menyatakan tidak dapatdityerima - Mrnghukum Pengguat untuk membayar biaya perkara Hormat kuasa Tergugat Arnawa, SH,MH 26
  • 27. Contoh. Jawaban dusertai Eksepsi dan Rekonvensi Kota, tanggal / bulan / tahun Jawaban Tergugat Dalam Perkara : No.../ Pdt / G / Tahun / PN.... Antara Nama. Penggugat Konversi / Tergugat rekonvensi Melawan Nama, tergugat Konvensi / Penggugat rekonvensi Dengan Hormagt. Untuk dan atas nama Tergugat Konvensi / Penggugat Rekonvensi dengan kini jhendak mengajukan dalil – dalil seperti yang terurai dibawah ini sebagai jawaban dalam konvensi dan gugutan dalam rekonvensi DALAM EKSSESPI 1. Bahwa gugatan penggugat telah keliru di ajukan kepengadilan PN..... karena Tergugat bertempat tinggal di.....yang telah diketahui oleh Penggugat 2. Bahwa menurut pasal 118 HIR gugatan harus di ajukan ke PN ..... tempat tinggal terakhir tergugat Maka berdasarkan segala apa nyang terurai diatas, maka PN...... tidak berkenan mengadili perkara tersebut Apabila Pengadilan Negeri....... berpendapatr lain, maka 27
  • 28. DALAM POKOK PERKARA DALAM KONPENSI 1. Bahwa Tergugat mwenhangkal dalil – dalail yang dikemukakan Penggugat Konvensi kecuali apa yang diakui dengan tegas 2. Bhawa memang benar Tergugat konvensi ...... 3. Bahwa.... dst Maka berdasarkan segala apa yang terurai diatas, Tergugat konpensi mohon dengan hormat sudilah kiranya Pengadilan Negari..... tidak memutuskaN : - Menolak gugatan Penggugat Konpensi - Menghukum Penggugat Konpensi untuk membayhar biaya perkara DALAM REKONPENSI. 1. Bhawa .... 2. Bahawa.... 3. Bahswa..... dst PRIMER 1. Menyatkan 2. Menghukum 3. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan lebih dahulu, meskipun timbul verzet, banding, dan kasasi SUBSIDER Dalam peradilan yang baik, memohon ke adilan yang seadil – adilnya Hormat Kuasa Hukum Konpensi Penggugat Rekonpensi Arnawa SH, MH 28
  • 29. 21. Putusan Harus di Sertai Alasan Semua putusan pengadilan harus disertai alasan alasan putusan yang dijadikan dasar mengadili (pasal 184 ayat 1 HIR, 390 HIR, 195, 618 Rbg) Alasan alasan atau argumentasi yang dimaksud sebagai pertanggung jawaban hakim sehingga mempunyai nilai obyektif. 21. Peninjauan Kembali Upaya peninajuan kembali di mungkinkan terhadap putusan pengadilan yang telah mempunyai ketetapan hukum dalam perkara perdata oleh para pihak pihak yang berkepentingan ke Makamh Agung. Hk Ac Perdata / Arnawa 29
  • 30. III. PEMBUKTIAN 1. Arti Pembuktian Pembuktian adalah penyajian alat alat buklti yang syah menurut hukum, kepada hakim yang memeriksa suatu perkara guna memberikan kepastian tentang kebenaran peristiwa yang dikemukakan. Membuktikan adalah menyakinkan hakim tentang kebenaran dalil dalil yang dikemukan dalam suatu perkara 2. Beban Pembuktian Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai suatu hak atau guna mengukuhkan haknya sendiri mau pun membantah hak orang lain, menunjukan pada suatu di wajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut (pasal 163 HIR, 283 Rbg) Maka beban pembuktian harus dilakukan dengan adil dan tidak berat sebelah, karena suatu pembuktian yang berat sebelah berarti secara mutlak menjerumuskan pihak yang menerima beban yang terlampau berat dalam jurang kekalahan 3. Hal hal yang Perlu Dibuktikan Yang dibuktikan oleh pihak pihak yang perkara bukan hukumnya, akan tetapi peristiwa atau kejadian, karena hakim dianggap telah mengetahu hukumnya yang diterapkan baik baik hukum yang tertulis mapun hukum yang tidak tertulis yang hidup dalam masyarakat Untuk alat bukti diterima atau ditolah sebagai alat bukti oleh hakim dalam perkara perdata (pasal 162, 163 HIR) 30
  • 31. 4. Hal hal Yang Perlu Dibuktikan Dalam acara pembuktian di muka persidangkan ada hal hal yang tidak perlu di buktikan: a. Hal hal yang telah diakui oleh pihak lawan b. Hal hal yang telah dilihat sendiri oleh hakim di dalam sidang c. Hal hal yang dianggap diketahui oleh umum 5. Alat Alat Bukti (pasal 164 HIR / 1866 KUHPerdata) Alat alat bukti yang diaksud dalam HIR: a. Surat (ps 165 -167 HIR / ps 282 -305 Rbg / ps 1867 – ps 1894 KUHPerdata) b. Saksi (ps 168 -172 HIR / ps 282 -305 Rbg / ps 1867 – ps 1894 KUHPerdata) c. Perasangkaan (ps 173 HIR / 310 Rbg / ps 1915 – 1922 KUHPerdata) d. Pengakuan (ps 174 – 176 HIR / ps 311 – 313 Rbg / 1928 KHUPerdata) e. Sumpah (ps 155 – 158, 177 HIR / ps 182 – 185 Rbg / ps 1929 – 1945 KUHPerdata) Alat alat bukti yang dimaksud dalam UU No. 5/1986 -> 9/2004 (PTUN) a. Surat atau Tulisan (ps 165 -167 HIR / ps 282 -305 Rbg ) b. Keterangan Ahli (ps 154 ayat 1 HIR / ps 181 ayat 1 Rbg) c. Keterangan saksi (ps 165 -167 HIR / ps 282 -305 Rbg ) d. Perngakuan para pihak (ps 174 – 176 HIR / ps 311 – 313 Rbg ) e. Pengetahuan Haki (pasal 100 UU. No. 5/1986) 6. Alat Bukti Tertulis atau Surat (pasa; 165 – pasal 167 HIR) Alat bukti tulis atau surat ialah segala sesuatu yang memuat tanda tanda bacaan tetapi tidak bisa dimengerti dan mengandung suatu pikiran tertentu, tanda baca yang dimaksud adalah huruf latin, huruf arab, huruf kanji dan lain sebagainya (pasal 165 – 167 HIR, 282 - 305 Rbg) Alat bukti tertulis atau suarat ini ada dua macam yakni : a. Akta -> Surat atau tulisan yang dibuat dengan sengaja untuk di jadikan bukti tentang suatu peristiwa dan ditanda tangani oleh pembuatnya. Akte ini meliputi : 31
  • 32. - Akta Otentik -> Surat yang dibuat menurut ketentuan undang undang oleh atau dihadapan pejabat umum, yang berkuasa untuk membuat suat itu, memberikan bukti yang cukup bagi kedau belah pihak dan ahli warisnya dan sekalian orang yang mendapatkan hak darinya tentang segala hal yang tersebut di dalam surat itu. (pasal 165 HIR, 285 Rbg, 1870 KUHPerdata) Catatan Akta Otentik ada dua macam yakni : a. Akta Otentik -> yang dibuat oleh pejabat (acta ambtelijk), misalnya berita acara pemeriksaan sidang yang dibuat panitra, berita acara penyitaan dan atau pelelengan barang barang tergugat, notaries membuat suatu verslag atau laporan tentang rapatyang dihadiri para pemegang saham suatu persero b. Akta yang dibuat dihadapan pejabat (acta partij), misalnya akta jual beli tanah, yang dibuat oleh Camat atau Notaris PPAT - Akta dibawah tangan -> Surat yang dibuat dan ditanda tangani oleh pihak pihak yang bersangkutan dengan maksud untuk diperguna kan sebagai alat bukti tentang peristiwa atau peristiwa hukum yang tercantum di dalamnya (pasal pasal 1876 – 1894 KUHPerdata, pasal 101 huruf b UU No. 5/1986, HIR tidak mengatur) b. Tulisan -> surat suat lain Alat bukti tulis atau surat ialah segala sesuatu yang memuat tanda tanda bacaan tetapi tidak bisa dimengerti dan mengandung suatu pikiran tertentu, tanda baca yang dimaksud adalah huruf latin, huruf arab, huruf kanji dan lain sebagainya (pasal 165 – 167 HIR, 282 - 305 Rbg) 7.Saksi (Pasal 168 – pasal 172 HIR – pasal 1895 = pasal 1912 KUH Perdata) Pembuktian dengan saksi – saksi diperkenankan dalam segalikan dengan undang – undang jika hal itu tidak dikecualian , contoh : 1. Pasal 150 KUH Perdata (perjajian kawin) 2. Pasal 258 KUH Dagang (perjajian pertanggungan) 3. Pasal 2 UUNo. 1 /1974 (Sahnya perkawinan) Hk Ac Perdata / Arnawa 32
  • 33. IV. PUTUSAN HAKIM 1. Arti Putusan Hakim atau Putusan Pengadilan Putusan hakim ; Suatu pernyataan yang oleh hakim sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu, di ucapkan di persidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara para pihak (Sudikno Mertokusumo ) Putusan pengadilan ; pernyataan hakim yang diucapkan pada sidang pengadilan yang terbuka untuk umum untuk menyelesaikan atau mengakhiri perkara perdata ( Riduan Syahrani) Setiap putusan pengadilan tertuang dalam bentuk tertulis yang harus ditandatangai oleh hakim ketua sidang dan hakim – hakim anggota yang ikut seta memeriksa dan memutskan perkara serta panitra pengganti yang ikut sidang Susunan dan Isi Putusan, terdiri dari : 1. Kepala Putusan Setiap keputusan pengadilan harus lah mempunyai kepala pada bagian atas dan putusannya berbunyi untuk pengadilan Negeri “Demi Keadilan Berdasarkan KetuhananYang Maha Esa” (pasal 4 ayat 1 UU No 4 tahun 2004), sedang untuk pengadilan agama “Bismillahirrahmannirrahim Demi Keadilan Berdasarkan KetuhananYang Maha Esa”(pasal 57 ayat 2 UU No. 7 tahun 1989) 2. Identitas Pihak - pihak yang berekara Dalam putusan harus dimuat Identitas dari para pihak, nama, alamat, pekarjaan, dan para pengacara bila para pihak menguasakan pada orang lain 3. Pertimbangan atau Alasan – alasan Putusan hakim terdiri atas dua bagian yakani : 1. Pertimbangan tentang duduknya perkara 2. Pertimbangan tentang hukumnya (pasal 184 HIR) 33
  • 34. 4. Amar atau Diktum Putusan Putusan hakim adalah menjawab permintaan atau tuntutan, apa kah mengabulkan atau menolak gugatan tersebut, dalam amar dimuat suatu pernyataan hukum, penetapan suatu hak. Dalam Peradilan Tata Usaha Neraga secara rinci putusan telah tertuang dalam pasal 109 UU No. 9 tahun 2004 yakni : a. Kepala putusan yang berbunyi “ Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” b. Nama, jabatan, kewarganegaraan, tempat tinggal, atau tempat kedudukan para pihak yang bersengketa. c. Ringkasan gugutan dan jawaban tergugatyang jelas d. Pertimbangan dan penilaian setiap bukti yang diajukan dan hal yang terjadi dalam persidangan selama sengketa itu diperiksa e. Alasan hukum yang menjadi dasar putusan f. Amar putusan tentang sengketa dan biaya perkara g. Hari, tanggal putusan, nama hakim yang memutus, nama panitra, serta keterangan tentang hadir atau tidak hadirnya para pihak Catatan : Undang Undang No. 4 tahun 2004, tentang Kekuasaan Kehakiman Undang Undang ini merupakan induk dan kerangka yang meletakan dasar, asas asas peradilan serta pedoman bagi Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Tata Usaha Negara, serta Peradila Militer (sedang masing masing peradilan masih diatur dalam Undang Undang sendiri). Undang Undang No. 7 tahun 1989, tentang Peradilan Agama Undang Undang No. 5 tahun 2004, tentang Makamah Agung Undang Undang No. 8 tahun 2004, tentang Pengadilan Umum Undang Undang No. 9 tahun 2004, tentang Pengadilan Tata Usaha Negara. 2. Kekuatan Putusan Hakim 1. Kekuatan Pembuktian Mengikat Putusan hakim sebagai dukumen yang merupakan suatu akta otentek menurut pengertian undang – undang sehingga tidak hanya mempunyai kekuatan pembuktian mengikat kedua belah pihak atau pihak pihak yang berpekara, dengan demikian menimbulkan hak dan kewajiban bagi pihak pihak yang bersengketa Hk Ac Perdata / Arnawa 34
  • 35. 2. Kekuatan Eksekutorial Kekuatan untuk dapat dipaksa dengan bantuan aparan keamanan terhadap pihak – pihak yang tidak menaatinya dengan sukarela. Suatu putusan dimaksud untuk menyelesaikan suatu persoalan atau sengketa dan menetapkan hak atau hukumnya (semata – mata hanya menetapkan hak atau huku,mnya) 3. Kekuatan mengajukan eksepsi (tangkisan) Kuekuatan untuk mnenangkis atau gugatan baru mengenzi hal yang sudah pernah diputus atau mengehai hal – hal yang sama , berdasarkan asas ne bis in idem (tidak boleh dijatuhkan putusan lagi dalam perkara yang sama) 3. Macam – macam Putusan Hakim Bentuk penyelesaian perkara di pengadilan di bedakan ada dua yakni : Putusan pengadilan ada dua Yakni : a. Putusan Sela (Tusse Vonis) Putusan sela adalah”putusan yang dijatuhkan sebelum putusan akhir yang diadakan dengan tujuan untuk memungkinkan atau mempermudah kelajutan pemeriksaan perkara Misalnya tergugat mengajukan sautu tangkisan (eksipsi / pasal 136 HIR) yang bertujuan agar hakim menyatakan dirinya berkompetensi memeriksa perkara tersebut karena perkara tersebut adalah wewenang pengadilan lain. Dalam hukum acara dikenal beberapa macam putusan sela yakni • Putusan Pteparatoir Yakni putusan persiapan mengenai jalanya pemeriksaan untuk melancarkan segala sesuatu guna mengadakan putusn akhir (contoh, putusan untuk menolak pengunduran peneriksaan saksi) • Putusan Interlocutoir Yakni putusan yang memrintahkan pembuktian, (contoh, putusan untuk memriksa saksi atau memeriksa kesempatan, karena putusan ini menyangkut masalah pembuktian) 35
  • 36. • Putusan Incidentiel Yakni putusan yang berhubungan dengan insiden yaitu peristiwa yang menghentikan prosedur peradilan biasa (contoh, putusan yang memboleghkan pihak ketiga ikut sertadalam suatu perkara) • Putusan Provisional Yakni putusan yang menjawab tuntutan provisi yaitu, permintaan pihak yang berpekara agar diadakantidakan pendahuluanguna kepantingan salah satu pihak sebelum putusan akhir dijatuhkan, (contoh, sebelum perceraian dalam pokok peerkara diputyuskan, istrui minta dibebesakan dari kewajiban untuk tinggal bersama suaminya, karena suaminya suka menganiaya) b. Putusan akhir (eind vonis) Putusan akhir adalah putusan yang mengakhiri perkara pada tingkat pemeriksaan pengadilan,, meliputi pengadilan tingkat pertama, pengadilan tinggi, dan Makamah Agung Putusan akhir menurut sifat amarnya (diktumnya) ada tiga macam yakni • Putusan Condemnatoir Putusan yang bersifa menghukum pihak yang dikalahkan untuk memenuhi prrestasi. (contoh, mengadili menghukum tergugat untuk membayar sejumlah uang kepada penggugat, menghuikum tergugat untuk menyerahkan tanah yang menjadi sengketa kepada penggugat, • Putusan Declaratoir Putusan yang amarnya menyatakan suatu keadaan sebagai keadaan yang sah menurut hukum. (contok, mengatakan penggungat sebagai pemilik atas tanah sengketa • Putusan Konstitutif Putusan yang amarnya menciptakan suatu keadaan baru. (contoh, menyatakan ikatan perkawinan antara pengguigat dan tergugat putus karena perceraian ) Hk Ac Perdata / Arnawa 36
  • 37. 4. Kekuatan Putusan Putusan hakim yang telah mempinyai kekuatan hukum yang tetap adalah : putusan yang menurut ketentuan undang – undang, tidak ada kdesempatan lagi untuk menggunakan uapaya hukum melawan putusan itu. (putusan yang tidak dapat diganggu gugat) Misalnya : 1. Putusan verstek (putusan tampa hadirnya tergugat) 2. Putudan pengadilan tingkat pertama yang tidak di ajukan perlawanan 3. Putusan pengadilan tinggi yang tidak di ajukan kasasi 4. Putusan kasasi yang tidak diajukan upaya hukum luar biasa yaitu peninjauan kembali putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap Sedangkan putusan yang belum mempunyai kekuatan hukum yang tetap adalah putusan yang menurut ketentuan undang – undang masih terbuka kesempatan untuk menggunakan uapay hukum melawan putusan itu, Misalnya : Verzet Putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap dalam perkara perdata mempunyai tiga macam kekuatan yaitu : 1. Kekuatan pembuktian mengikat Putusan hakim itru sebagai dokumen yang merupakan suatu akte otentek menurfut pengertian undang – undang, sehingga tidak hanya mempunyai kekuiatan pembeuktian mengikat antra para pihak yang berpekara, tetapipembuktian bahwa telah ada suatu perkara pihak – pihak yang disebutkan dalam putusan itu 2. Kekuastan eksekutorial Yaitu kekuatannya untuk dapat dilaksanakan dengan bantuan aparat keamanan terhadap pihak yang tidak menaatinya dengan sukarela 3. Kekuatan mengajukan eksepsi (tangkisan) Kekutan untuk menangkis suatu gugata n baru mengenai hal yang sudah pernah diputus atau mengenai hal – hal yang sama, 37
  • 38. berdasarkan asas nebis in idem (tidak boleh dijatuhi putusan lagi dalam perkara yang sama) 5. Putusan Hakim yang dapat Dilaksanakan Lebih Dahulu Menurut hukum acara pada dasarnya putusan pengadilan hanya dapat dilaksnakan apa bila putusan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (inkracht van gewijsde) Namun dekian dalam HIR / RBG terdapat ketentuan yang memberikan kemungkinan putusan dapat dilaksanakan lebih dahulu (uit voerbaar bij voorrad). Pada pasal 180 HIR / 191 ayat 1 RBG menentukan pengadilan negeri dapat memerintahkan supaya putusan dapat dijalankan lebih dahulu walupun ada perlawanan atau banding, jika : 1. Ada surat yang syah (akta otentik) atau tulisan dibawah tangan yang menurut undang – undang mempunyai kekuatan bukti 2. Ada putusn pengadilan sebelumnya yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap 3. Dikabulkannya gugatann yang didahului (gugatan provisional) dalam hal sengketa tentang hak milik Catatan : sebelum tahun 1964 hakim dapat menjatuhkan putusan yang dapat dilaksanakan lebih dahulu apa bila memenuhi syarat – syarat hukum yang ditentukan pada pasal 180 HIR / 191 ayat 1, RBG, akan tetapi stelah dikeluarkannya Surat Edaran Makaham Agung No 13 / l964, jika putusan yang dimintakan banding, agar sedapat mungkin memberikan putusan yang dapat dilaksanakan lebih dahulu, tetapi dengan Surat Edaran Makaham Agung No 15 /1969 tanggal 2 juni 1969 menyerahakan sepenuhnya pada pengadilan tinggi, memberi pertimbangan dan memutuskan dapat atau tidaknya dikabulkan permintaan persetujuan pelaksanaan Putusan yang dapat dilaksanakan dahulu itu ..............> Hk Ac Perdata / Arnawa 38
  • 39. Dasar hukum penggunaan hukum acara perdata adalah : 1. HET HERZIENE IENDONESISCH REGLEMENT ( HIR ) L.N No. 16 jo 57/ 1848. disebut UU Darurat No. 1/1951 2. Reglement voor de Buitengeesten (Rbg) Ordonansi 11 Mei 1927 LN. No. 227 / 1927 3. Undang undang No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Pokok Kehakiman, 4. Undang Undang No. 5 tahun 2004 tentang Makamah Agung 5. Undang Unadang No. 9 tahun 2004, tentang Peradilan Tata Usaha Negara 6. Undang Undang No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama 7. Undang undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 (TLN. 3050) tetang Izin Perkawinan 8. Yurisprodensi atau Putusan putusan hakim yang berkembang di lingkungan dan sudah diputus di pengadilan 9. Doktrin -> Ilmu pengetahuan tempat hakim dapat mengambil hukum secara perdata (walau Doktin itu buhan hukum) 10. Intruksi dan Surat Edaran Makah Agung -> sepanjang mengatur hukum acara perdata dan hukum perdata meteril mengikat hakim sebagai undang undang 11. Adat kebiasaan 39