SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
PEMODELAN DAN
SIMULASI SISTEM
ANALYTIC HIERARCHY PROCESS
(AHP)
ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)
A. Pengertian AHP ( Analitycal Hierarchy Process )
AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh
Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah
multi faktor atau multi kriteria yang
kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai
suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu
struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor,
kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif.
Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam
kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki
sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.
AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan
metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut :
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai
pada subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan Validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan
keputusan.
PRINSIP DASAR AHP
Membuat Hierarki
 Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahnya menjadi elemen-
elemen pendukung, dan menyusun elemen secara hierarki
Penilaian Kriteria dan Alternatif
 Kriteria dan alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Untuk
berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk mengekspresikan
pendapat
Menentukan Prioritas
 Nilai perbandingan relatif dari seluruh alternatif kriteria bisa disesuaikan dengan
judgement untuk menghasilkan bobot dan prioritas
Konsistensi Logis
 Tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu
STRUKTUR ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)
Konsep dasar AHP adalah penggunaan matriks pairwise comparison (matriks
perbandingan berpasangan) untuk menghasilkan bobot relative antar kriteria
maupun alternative. Suatu kriteria akan dibandingkan dengan kriteria lainnya dalam
hal seberapa penting terhadap pencapaian tujuan di atasnya (Saaty, 1986).
SKALA DASAR PERBANDINGAN BERPASANGAN
Tingkat
Kepentingan
Definisi Keterangan
1 Sama Pentingnya Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama
3
Sedikit lebih
penting
Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen
dibandingkan dengan pasangannya
5 Lebih Penting
Satu elemen sangat disukai dan secara praktis dominasinya sangat
nyata, dibandingkan dengan elemen pasangannya.
7 Sangat Penting
Satu elemen terbukti sangat disukai dan secara praktis dominasinya
sangat nyata, dibandingkan dengan elemen pasangannya.
9
Mutlak lebih
penting
Satu elemen terbukti mutlak lebih disukai dibandingkan dengan
pasangannya, pada keyakinan tertinggi.
2,4,6,8 Nilai Tengah
Diberikan bila terdapat keraguan penilaian di antara dua tingkat
kepentingan yang berdekatan.
Penilaian dalam membandingkan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain
adalah bebas satu sama lain, dan hal ini dapat mengarah pada ketidak
konsistensian. Saaty (1990) telah membuktikan bahwa indeks konsistensi dari
matrik ber ordo n dapat diperoleh dengan rumus :
CI = (λmaks-n)/(n-1)................................................... (1)
Dimana :
CI = Indeks Konsistensi (Consistency Index)
λmaks = Nilai eigen terbesar dari matrik berordo n
Nilai eigen terbesar didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom
dengan eigen vector. Batas ketidak konsistensian di ukur dengan menggunakan
rasio konsistensi (CR), yakni perbandingan indeks konsistensi (CI) dengan nilai
pembangkit random (RI). Nilai ini bergantung pada ordo matrik n.
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59
• Rasio konsistensi dapat dirumuskan :
• CR = CI/RI............................................................... (2)
• Bila nilai CR lebih kecil dari 10%, ketidak konsistensian
pendapat masih dianggap dapat diterima.
Tabel 2. 2 Daftar Indeks random konsistensi (RI)
KASUS
Kasus dalam Analytic Hierarchy Process (AHP)
Universitas Pemodelan ingin mencari mahasiswa terbaik, terdapat 3 orang kandidat
yaitu wayan, made,dan komang. Dengan syarat kriteria IPK, karya ilmiah dan jabatan
dalam organisasi kemahasiswaaan. Berikut ini adalah sub kriteria yang harus
dipenuhi oleh masing-masing kandidat yaitu :
IPK (Sangat baik : 3,50 – 4,00), (Baik : 3,00 – 3,39), (Cukup : 2,75 – 2,99)
Karya ilmiah (Sangat baik : 85 - 100), (Baik : 75 - 84), (Cukup : 65 - 74)
Jabatan organisasi kemahasiswaan (Ketua, coordinator dan anggota)
ANALISIS KASUS
1. Membentuk matrik Pairwise Comparison,kriteria. Terlebih dahulu melakukan
penilaian perbandingan dari kriteria (Perbandingan ditentukan dengan
mengamati kebijakan yang dianut oleh penilai)
Kriteria IPK 5 kali lebih penting dari jabatan organisasi, dan 4 kali lebih penting dari
nilai karya ilmiah
Kriteria nilai karya ilmiah 2 kali lebih penting dari jabatan organisasi
Jadi dalam hal ini terjadi 3 kali perbandingan terhadap 3 kriteria (IPK > jabatan, IPK
> nilai karya ilmiah, jabatan < nilai karya ilmiah).
Nilai bobot IPK didapat dari hasil 1/3*(1/1,450 + 3/5,5 + 5/8)
Dan berikut adalah matriks perbandingan berpasangan untuk Faktor IPK, Karya ilmiah dan
Jabatan
Perbandingan di atas adalah dengan membandingkan kolom yang terletak paling kiri dengan
setiap kolom ke dua, ketiga dan keempat
2. Melakukan evaluasi untuk faktor IPK, karya ilmiah dan jabatan dalam organisasi dengan
menentukan rangking kriteria dalam bentuk vector prioritas.
Ubah matriks Pairwise Comparison ke bentuk desimal dan jumlahkan tiap kolom tersebut
IPK Wayan Made Komang
Wayan 1,000 3,000 5,000
Made 0,333 1,000 2,000
Komang 0,200 0,500 1,000
Jumlah 1,533 4,500 8,000
Karya ilmiah Wayan Made Komang
Wayan 1,000 2,000 4,000
Made 0,500 1,000 3,000
Komang 0,250 0,333 1,000
Jumlah 1,750 3,333 8,000
Jabatan Wayan Made Komang
Wayan 1,000 4,000 7,000
Made 0,250 1,000 5,000
Komang 0,143 0,200 1,000
Jumlah 1,393 5,200 14,000
Setelah jumlah kolomnya ditentukan, angka–angka dalam table matriks tersebut dibagi
dengan jumlah kolomnya masing–masing sehingga menghasilkan tabel berikut
IPK Wayan Made Komang
Wayan 0,652 0,666 0,625
Made 0,217 0,222 0,250
Komang 0,130 0,111 0,125
Karya
ilmiah
Wayan Made Komang
Wayan 0,571 0,600 0,500
Made 0,285 0,300 0,375
Komang 0,142 0,099 0,125
Jabatan Wayan Made Komang
Wayan 0,718 0,769 0,500
Made 0,179 0,192 0,357
Komang 0,103 0,038 0,714
Menentukan skala prioritas
Untuk menentukan skala prioritas IPK, karya ilmiah dan jabatan untuk ketiga kandidat
mahasiswa terbaik tersebut, didapatkan dari nilai rata–rata baris matriks perbandingan
berpasangan berikut ini :
IPK Wayan Made Komang Jumlah baris Skala
Prioritas
Wayan 0,652 0,666 0,625 1,943 0,648
Made 0,217 0,222 0,250 0,689 0,229
Komang 0,130 0,111 0,125 0,366 0,122
Karya ilmiah Wayan Made Komang Jumlah baris Skala
Prioritas
Wayan 0,571 0,600 0,500 1,671 0,557
Made 0,285 0,300 0,375 1,260 0,420
Komang 0,142 0,099 0,175 0,416 0,138
Jabatan Wayan Made Komang Jumlah baris Skala
Prioritas
Wayan 0,718 0,769 0,500 1,987 0,662
Made 0,179 0,192 0,357 0,728 0,243
Komang 0,103 0,038 0,714 0,855 0,285
Rata-rata baris :
IPK :
0,648 = (0,625 + 0,666 + 0,625)/3
0,229 = (0,217 + 0,222 + 0,250)/3
0,122 = (0,130 + 0,111 + 0,125)/3
Karya Ilmiah :
0,557 = (0,571 + 0,600 + 0,500)/3
0,420 = (0,285 + 0,300 + 0,375)/3
0,138 = (0,142 + 0,099 + 0,175)/3
Jabatan :
0,662 = (0,718 + 0,769 + 0,500)/3
0,243 = (0,179 + 0,192 + 0,357)/3
0,285 = (0,103 + 0,038 + 0,714)/3
Sehingga didapatkan factor evaluasinya adalah
Faktor Wayan Made Komang
IPK 0,648 0,229 0,122
Karya ilmiah 0,557 0,420 0,138
Jabatan 0,662 0,243 0,285
3. Menentukan Rasio Konsistensi
Penentuan rasio konsistensi dimulai dengan menentukan Weighted Sum Vector. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara mengalikan angka faktor evaluasi untuk sub kriteria IPK pertama
dalam hal ini Wayan dengan kolom pertama dari matriks perbandingan berpasangan
awal (yang telah didisemalkan). Kemudian mengalikan faktor sub kriteria IPK
pengembang kedua (made) dengan kolom kedua, dan faktor sub kriteria IPK
pengembang ketiga (komang) dengan kolom ketiga dari matriks perbandingan
berpasangan. Kemudian kita menjumlahkan nilai-nilai atau angka–angka baris per baris
Weighted Sum Vector
• 1,945 = (0,648*1) + (0,229*3) + (0,122*5)
• 0,689 = (0,648*0,333) + (0,229*1) +
(0,122*2)
• 0,365 = (0,648*0,2) + (0,229*0,5) +
(0,122*1)
Langkah berikutnya adalah menentukan Consistency Vector . Hal ini dapat dilakukan dengan
cara membagi nilai weighted sum vector dengan nilai faktor evaluasi yang telah
didapatkan sebelumnya.
• Consistency Vector
• 3,001 = 1,945/0,648
• 3,008 = 0,689/0,229
• 2,995 = 0,365/0,122
• Kini setelah kita menemukan consistency vector-nya, kita perlu menghitung nilai–nilai
dua hal lainnya, yaitu lambda (λ) dan Consistency Index (CI), sebelum rasio konsistensi
terakhir dapat dihitung. Nilai lambda merupakan nilai rata–rata consistency vector.
• CI = (λ -n)/(n-1)
• Dimana n merupakan jumlah alternatif dalam hal ini jumlah orang yang sedang
dibandingkan. Dalam kasus ini, n = 3, untuk tiga nama mahasiswa akademik yang
berbeda yang sedang diperbandingkan. Hasil–hasil kalkulasinya adalah sebagai berikut :
• λ = (3.001 + 3,008 + 2,995)/3 = 3,025
• Sehingga di dapat :
CI = (3,025 - 3)/(3 - 1) = 0,0126
Yang terakhir dalam kalkulasi AHP adalah penghitungan Consistency Ratio. Consistency Ratio
(CR).
CR = CI/IR
= 0,0126/ 0.58
= 0.0217
Consistency ratio tersebut mengindikasikan tingkat konsistensi pengambil keputusan dalam
melakukan perbandingan berpasangan yang pada akhirnya mengindikasikan kualitas
keputusan atau pilihan kita. Umumnya, jika CR nya adalah 0.10 atau kurang, maka
perbandingan yang dilakukan si pengambil keputusan termasuk nilai dari hasil
perbandingan untuk dasar pengambilan keputusan secara relatif bisa dikatakan
konsisten. Untuk nilai CR yang lebih besar dari 0.10, menunjukkan bahwa si pengambil
keputusan harus secara serius mempertimbangkan untuk mengevaluasi ulang respon–
responnya selama dilakukan perbandingan berpasangan yang dilaksanakan untuk
mendapatkan matriks awal dari perbandingan–perbandingan berpasangan.
Dan berdasarkan pada perbandingan berpasangan yang dilakukan maka didapat hasil akhir
seperti yang terlihat pada tabel berikut ini :
Faktor Bobot Wayan Made Komang
IPK 0,681 0,648 0,229 0,122
Karya ilmiah 0,201 0,557 0,420 0,138
Jabatan 0,118 0,662 0,243 0,285
Total nilai
evaluasi
0,666 0,283 O,161
Nilai 0,666 didapat dari total nilai evaluasi dikali bobot
Dengan hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa wayan menjadi mahasiswa terbaik
di Universitas Pemodelan
KESIMPULAN
Penggunaan Metode AHP memungkinkan pengambil keputusan dapat melihat
keunggulan-keunggulan dari masing-masing alternatif pada kriteria tertentu,
sehingga alternatif yang memiliki skor terbesar merupakan pilihan terbaik. Dalam
pemberian bobot untuk setiap faktor atau kriteria, diperlukan konsistensi
sehingga ketika ditemukan Consistency ratio yang lebih besar dari 0.10, maka
perlu dilakukan re-evaluasi terhadap faktor-faktor tersebut.
AHP dapat digunakan ketika faktor-faktor yang mempengaruhi relatif cukup banyak,
sehingga penilaian terhadap satu faktor terhadap alternatifnya membutuhkan
konsistensi untuk mendapatkan pilihan terbaik. Dalam pemberian bobot
memerlukan data atau informasi yang akurat, untuk itu dapat dilakukan fogus
group antara unsur terkait dalam pengambilan keputusan, sehingga bobot yang
diberikan terhadap suatu faktor dapat lebih tepat.

More Related Content

What's hot

Belajar metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Belajar metode Analytical Hierarchy Process (AHP)Belajar metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Belajar metode Analytical Hierarchy Process (AHP)I Gede Iwan Sudipa
 
Statistika-Uji Hipotesis
Statistika-Uji HipotesisStatistika-Uji Hipotesis
Statistika-Uji HipotesisRhandy Prasetyo
 
3 . analisis regresi linier berganda dua peubah
3 .  analisis regresi  linier berganda dua peubah3 .  analisis regresi  linier berganda dua peubah
3 . analisis regresi linier berganda dua peubahYulianus Lisa Mantong
 
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi AlvianTemplate Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi AlvianAlvian Alvian
 
Contoh soal Teori antrian khusus Poisson
Contoh soal Teori antrian khusus PoissonContoh soal Teori antrian khusus Poisson
Contoh soal Teori antrian khusus PoissonLilies DLiestyowati
 
Teori pendugaan statistik presentasi
Teori pendugaan statistik presentasiTeori pendugaan statistik presentasi
Teori pendugaan statistik presentasiPerum Perumnas
 
Tabel Nilai Kritis Distribusi T
Tabel Nilai Kritis Distribusi TTabel Nilai Kritis Distribusi T
Tabel Nilai Kritis Distribusi TTrisnadi Wijaya
 
Panduan Lengkap Analisis Statistika dengan Aplikasi SPSS
Panduan Lengkap Analisis Statistika dengan Aplikasi SPSSPanduan Lengkap Analisis Statistika dengan Aplikasi SPSS
Panduan Lengkap Analisis Statistika dengan Aplikasi SPSSMuliadin Forester
 
ITP UNS SEMESTER 2 Teori permainan ro
ITP UNS SEMESTER 2 Teori permainan roITP UNS SEMESTER 2 Teori permainan ro
ITP UNS SEMESTER 2 Teori permainan roFransiska Puteri
 
13.analisa korelasi
13.analisa korelasi13.analisa korelasi
13.analisa korelasiHafiza .h
 
Metode Pemilihan dan Penetapan Lokasi Pabrik
Metode Pemilihan dan Penetapan Lokasi PabrikMetode Pemilihan dan Penetapan Lokasi Pabrik
Metode Pemilihan dan Penetapan Lokasi Pabrikhenrianto leo
 
Contoh tabel data interval, data nominal, data ordinal, data distribusi freku...
Contoh tabel data interval, data nominal, data ordinal, data distribusi freku...Contoh tabel data interval, data nominal, data ordinal, data distribusi freku...
Contoh tabel data interval, data nominal, data ordinal, data distribusi freku...Sylvester Saragih
 
Tabel Nilai Kritis Distribusi Chi-Square
Tabel Nilai Kritis Distribusi Chi-SquareTabel Nilai Kritis Distribusi Chi-Square
Tabel Nilai Kritis Distribusi Chi-SquareTrisnadi Wijaya
 

What's hot (20)

Belajar metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Belajar metode Analytical Hierarchy Process (AHP)Belajar metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Belajar metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
 
Statistika-Uji Hipotesis
Statistika-Uji HipotesisStatistika-Uji Hipotesis
Statistika-Uji Hipotesis
 
3 . analisis regresi linier berganda dua peubah
3 .  analisis regresi  linier berganda dua peubah3 .  analisis regresi  linier berganda dua peubah
3 . analisis regresi linier berganda dua peubah
 
03 jenis jenis+data
03 jenis jenis+data03 jenis jenis+data
03 jenis jenis+data
 
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi AlvianTemplate Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
 
Contoh soal Teori antrian khusus Poisson
Contoh soal Teori antrian khusus PoissonContoh soal Teori antrian khusus Poisson
Contoh soal Teori antrian khusus Poisson
 
Teori pendugaan statistik presentasi
Teori pendugaan statistik presentasiTeori pendugaan statistik presentasi
Teori pendugaan statistik presentasi
 
Review Jurnal
Review JurnalReview Jurnal
Review Jurnal
 
MO II Forecasting
MO II ForecastingMO II Forecasting
MO II Forecasting
 
Tabel Nilai Kritis Distribusi T
Tabel Nilai Kritis Distribusi TTabel Nilai Kritis Distribusi T
Tabel Nilai Kritis Distribusi T
 
Panduan Lengkap Analisis Statistika dengan Aplikasi SPSS
Panduan Lengkap Analisis Statistika dengan Aplikasi SPSSPanduan Lengkap Analisis Statistika dengan Aplikasi SPSS
Panduan Lengkap Analisis Statistika dengan Aplikasi SPSS
 
Ppt proposal
Ppt proposalPpt proposal
Ppt proposal
 
Contoh jurnal
Contoh jurnalContoh jurnal
Contoh jurnal
 
ITP UNS SEMESTER 2 Teori permainan ro
ITP UNS SEMESTER 2 Teori permainan roITP UNS SEMESTER 2 Teori permainan ro
ITP UNS SEMESTER 2 Teori permainan ro
 
Ppt sidang skripsi
Ppt sidang skripsiPpt sidang skripsi
Ppt sidang skripsi
 
13.analisa korelasi
13.analisa korelasi13.analisa korelasi
13.analisa korelasi
 
Metode Pemilihan dan Penetapan Lokasi Pabrik
Metode Pemilihan dan Penetapan Lokasi PabrikMetode Pemilihan dan Penetapan Lokasi Pabrik
Metode Pemilihan dan Penetapan Lokasi Pabrik
 
Contoh tabel data interval, data nominal, data ordinal, data distribusi freku...
Contoh tabel data interval, data nominal, data ordinal, data distribusi freku...Contoh tabel data interval, data nominal, data ordinal, data distribusi freku...
Contoh tabel data interval, data nominal, data ordinal, data distribusi freku...
 
Tabel Nilai Kritis Distribusi Chi-Square
Tabel Nilai Kritis Distribusi Chi-SquareTabel Nilai Kritis Distribusi Chi-Square
Tabel Nilai Kritis Distribusi Chi-Square
 
Regresi Logistik
Regresi LogistikRegresi Logistik
Regresi Logistik
 

Similar to Presentasi Analytic Hierarchy Process (AHP)

Laporan Sistem Pendukung Keputusan (DSS) Menggunakan Metode AHP
Laporan Sistem Pendukung Keputusan (DSS) Menggunakan Metode AHPLaporan Sistem Pendukung Keputusan (DSS) Menggunakan Metode AHP
Laporan Sistem Pendukung Keputusan (DSS) Menggunakan Metode AHPTAN Guru Inovatif
 
Jurnal Sistem Penunjang Keputusan
Jurnal Sistem Penunjang KeputusanJurnal Sistem Penunjang Keputusan
Jurnal Sistem Penunjang KeputusanOkta Veza
 
Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Saham
Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan SahamSistem Pendukung Keputusan Pemilihan Saham
Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Sahamspamfaifai
 
ahp sederhana.pptx
ahp sederhana.pptxahp sederhana.pptx
ahp sederhana.pptxssuser06f731
 
ppt.pertemuan 1.pptx ffffffffffffffffffffffffff
ppt.pertemuan 1.pptx ffffffffffffffffffffffffffppt.pertemuan 1.pptx ffffffffffffffffffffffffff
ppt.pertemuan 1.pptx ffffffffffffffffffffffffffcylenverenaide
 
Fuzzymulticriteriadecisionmaking
FuzzymulticriteriadecisionmakingFuzzymulticriteriadecisionmaking
FuzzymulticriteriadecisionmakingSeto Elkahfi
 
Mengapa memilih menggunakan Structural Equation Model 1.pdf
Mengapa memilih menggunakan Structural Equation Model 1.pdfMengapa memilih menggunakan Structural Equation Model 1.pdf
Mengapa memilih menggunakan Structural Equation Model 1.pdfyulisbaso2020
 
spk4[1]......................................ppt
spk4[1]......................................pptspk4[1]......................................ppt
spk4[1]......................................pptIndraSN1
 
Structural Equation Modeling SEM.ppt
Structural Equation Modeling SEM.pptStructural Equation Modeling SEM.ppt
Structural Equation Modeling SEM.pptirmady2
 
structural-equation-modeling-sem
structural-equation-modeling-semstructural-equation-modeling-sem
structural-equation-modeling-semZAINULANWAR9
 
Structural equation-modeling-sem 20121
Structural equation-modeling-sem 20121Structural equation-modeling-sem 20121
Structural equation-modeling-sem 20121permadina
 
Spk 6 contoh aplikasi penilaian karyawan
Spk 6   contoh aplikasi penilaian karyawanSpk 6   contoh aplikasi penilaian karyawan
Spk 6 contoh aplikasi penilaian karyawanniasyahrini
 
Ary prasetyo hapzi ali sistem pengambilan keputusan_ut_2017
Ary prasetyo hapzi ali sistem pengambilan keputusan_ut_2017Ary prasetyo hapzi ali sistem pengambilan keputusan_ut_2017
Ary prasetyo hapzi ali sistem pengambilan keputusan_ut_2017Ary Prasetyo
 
MPI-sess_5-Skala-Data.pptx
MPI-sess_5-Skala-Data.pptxMPI-sess_5-Skala-Data.pptx
MPI-sess_5-Skala-Data.pptxOctaViano5
 
Pengambilan Keputusan Dengan AHP.pptx
Pengambilan Keputusan Dengan AHP.pptxPengambilan Keputusan Dengan AHP.pptx
Pengambilan Keputusan Dengan AHP.pptxssuser9dddf7
 

Similar to Presentasi Analytic Hierarchy Process (AHP) (20)

Laporan Sistem Pendukung Keputusan (DSS) Menggunakan Metode AHP
Laporan Sistem Pendukung Keputusan (DSS) Menggunakan Metode AHPLaporan Sistem Pendukung Keputusan (DSS) Menggunakan Metode AHP
Laporan Sistem Pendukung Keputusan (DSS) Menggunakan Metode AHP
 
Jurnal Sistem Penunjang Keputusan
Jurnal Sistem Penunjang KeputusanJurnal Sistem Penunjang Keputusan
Jurnal Sistem Penunjang Keputusan
 
Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Saham
Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan SahamSistem Pendukung Keputusan Pemilihan Saham
Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Saham
 
ahp sederhana.pptx
ahp sederhana.pptxahp sederhana.pptx
ahp sederhana.pptx
 
ppt.pertemuan 1.pptx ffffffffffffffffffffffffff
ppt.pertemuan 1.pptx ffffffffffffffffffffffffffppt.pertemuan 1.pptx ffffffffffffffffffffffffff
ppt.pertemuan 1.pptx ffffffffffffffffffffffffff
 
Fuzzymulticriteriadecisionmaking
FuzzymulticriteriadecisionmakingFuzzymulticriteriadecisionmaking
Fuzzymulticriteriadecisionmaking
 
Analisis butir soal
Analisis butir soalAnalisis butir soal
Analisis butir soal
 
Mengapa memilih menggunakan Structural Equation Model 1.pdf
Mengapa memilih menggunakan Structural Equation Model 1.pdfMengapa memilih menggunakan Structural Equation Model 1.pdf
Mengapa memilih menggunakan Structural Equation Model 1.pdf
 
spk4[1]......................................ppt
spk4[1]......................................pptspk4[1]......................................ppt
spk4[1]......................................ppt
 
Structural Equation Modeling SEM.ppt
Structural Equation Modeling SEM.pptStructural Equation Modeling SEM.ppt
Structural Equation Modeling SEM.ppt
 
structural-equation-modeling-sem
structural-equation-modeling-semstructural-equation-modeling-sem
structural-equation-modeling-sem
 
Structural equation-modeling-sem 20121
Structural equation-modeling-sem 20121Structural equation-modeling-sem 20121
Structural equation-modeling-sem 20121
 
2016_Ankep_08_-_AHP_2.pdf
2016_Ankep_08_-_AHP_2.pdf2016_Ankep_08_-_AHP_2.pdf
2016_Ankep_08_-_AHP_2.pdf
 
Penjelasan iteman
Penjelasan itemanPenjelasan iteman
Penjelasan iteman
 
Spk 6 contoh aplikasi penilaian karyawan
Spk 6   contoh aplikasi penilaian karyawanSpk 6   contoh aplikasi penilaian karyawan
Spk 6 contoh aplikasi penilaian karyawan
 
Ary prasetyo hapzi ali sistem pengambilan keputusan_ut_2017
Ary prasetyo hapzi ali sistem pengambilan keputusan_ut_2017Ary prasetyo hapzi ali sistem pengambilan keputusan_ut_2017
Ary prasetyo hapzi ali sistem pengambilan keputusan_ut_2017
 
209 404-1-pb
209 404-1-pb209 404-1-pb
209 404-1-pb
 
MPI-sess_5-Skala-Data.pptx
MPI-sess_5-Skala-Data.pptxMPI-sess_5-Skala-Data.pptx
MPI-sess_5-Skala-Data.pptx
 
Kkm
KkmKkm
Kkm
 
Pengambilan Keputusan Dengan AHP.pptx
Pengambilan Keputusan Dengan AHP.pptxPengambilan Keputusan Dengan AHP.pptx
Pengambilan Keputusan Dengan AHP.pptx
 

Recently uploaded

UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 

Recently uploaded (20)

UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 

Presentasi Analytic Hierarchy Process (AHP)

  • 1. PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)
  • 2. ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) A. Pengertian AHP ( Analitycal Hierarchy Process ) AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.
  • 3. AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut : 1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan Validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
  • 4. PRINSIP DASAR AHP Membuat Hierarki  Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahnya menjadi elemen- elemen pendukung, dan menyusun elemen secara hierarki Penilaian Kriteria dan Alternatif  Kriteria dan alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk mengekspresikan pendapat Menentukan Prioritas  Nilai perbandingan relatif dari seluruh alternatif kriteria bisa disesuaikan dengan judgement untuk menghasilkan bobot dan prioritas Konsistensi Logis  Tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu
  • 5. STRUKTUR ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Konsep dasar AHP adalah penggunaan matriks pairwise comparison (matriks perbandingan berpasangan) untuk menghasilkan bobot relative antar kriteria maupun alternative. Suatu kriteria akan dibandingkan dengan kriteria lainnya dalam hal seberapa penting terhadap pencapaian tujuan di atasnya (Saaty, 1986).
  • 6. SKALA DASAR PERBANDINGAN BERPASANGAN Tingkat Kepentingan Definisi Keterangan 1 Sama Pentingnya Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama 3 Sedikit lebih penting Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan dengan pasangannya 5 Lebih Penting Satu elemen sangat disukai dan secara praktis dominasinya sangat nyata, dibandingkan dengan elemen pasangannya. 7 Sangat Penting Satu elemen terbukti sangat disukai dan secara praktis dominasinya sangat nyata, dibandingkan dengan elemen pasangannya. 9 Mutlak lebih penting Satu elemen terbukti mutlak lebih disukai dibandingkan dengan pasangannya, pada keyakinan tertinggi. 2,4,6,8 Nilai Tengah Diberikan bila terdapat keraguan penilaian di antara dua tingkat kepentingan yang berdekatan.
  • 7. Penilaian dalam membandingkan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain adalah bebas satu sama lain, dan hal ini dapat mengarah pada ketidak konsistensian. Saaty (1990) telah membuktikan bahwa indeks konsistensi dari matrik ber ordo n dapat diperoleh dengan rumus : CI = (λmaks-n)/(n-1)................................................... (1) Dimana : CI = Indeks Konsistensi (Consistency Index) λmaks = Nilai eigen terbesar dari matrik berordo n Nilai eigen terbesar didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan eigen vector. Batas ketidak konsistensian di ukur dengan menggunakan rasio konsistensi (CR), yakni perbandingan indeks konsistensi (CI) dengan nilai pembangkit random (RI). Nilai ini bergantung pada ordo matrik n.
  • 8. n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59 • Rasio konsistensi dapat dirumuskan : • CR = CI/RI............................................................... (2) • Bila nilai CR lebih kecil dari 10%, ketidak konsistensian pendapat masih dianggap dapat diterima. Tabel 2. 2 Daftar Indeks random konsistensi (RI)
  • 9. KASUS Kasus dalam Analytic Hierarchy Process (AHP) Universitas Pemodelan ingin mencari mahasiswa terbaik, terdapat 3 orang kandidat yaitu wayan, made,dan komang. Dengan syarat kriteria IPK, karya ilmiah dan jabatan dalam organisasi kemahasiswaaan. Berikut ini adalah sub kriteria yang harus dipenuhi oleh masing-masing kandidat yaitu : IPK (Sangat baik : 3,50 – 4,00), (Baik : 3,00 – 3,39), (Cukup : 2,75 – 2,99) Karya ilmiah (Sangat baik : 85 - 100), (Baik : 75 - 84), (Cukup : 65 - 74) Jabatan organisasi kemahasiswaan (Ketua, coordinator dan anggota)
  • 10. ANALISIS KASUS 1. Membentuk matrik Pairwise Comparison,kriteria. Terlebih dahulu melakukan penilaian perbandingan dari kriteria (Perbandingan ditentukan dengan mengamati kebijakan yang dianut oleh penilai) Kriteria IPK 5 kali lebih penting dari jabatan organisasi, dan 4 kali lebih penting dari nilai karya ilmiah Kriteria nilai karya ilmiah 2 kali lebih penting dari jabatan organisasi Jadi dalam hal ini terjadi 3 kali perbandingan terhadap 3 kriteria (IPK > jabatan, IPK > nilai karya ilmiah, jabatan < nilai karya ilmiah).
  • 11. Nilai bobot IPK didapat dari hasil 1/3*(1/1,450 + 3/5,5 + 5/8)
  • 12. Dan berikut adalah matriks perbandingan berpasangan untuk Faktor IPK, Karya ilmiah dan Jabatan
  • 13. Perbandingan di atas adalah dengan membandingkan kolom yang terletak paling kiri dengan setiap kolom ke dua, ketiga dan keempat
  • 14. 2. Melakukan evaluasi untuk faktor IPK, karya ilmiah dan jabatan dalam organisasi dengan menentukan rangking kriteria dalam bentuk vector prioritas. Ubah matriks Pairwise Comparison ke bentuk desimal dan jumlahkan tiap kolom tersebut IPK Wayan Made Komang Wayan 1,000 3,000 5,000 Made 0,333 1,000 2,000 Komang 0,200 0,500 1,000 Jumlah 1,533 4,500 8,000
  • 15. Karya ilmiah Wayan Made Komang Wayan 1,000 2,000 4,000 Made 0,500 1,000 3,000 Komang 0,250 0,333 1,000 Jumlah 1,750 3,333 8,000 Jabatan Wayan Made Komang Wayan 1,000 4,000 7,000 Made 0,250 1,000 5,000 Komang 0,143 0,200 1,000 Jumlah 1,393 5,200 14,000
  • 16. Setelah jumlah kolomnya ditentukan, angka–angka dalam table matriks tersebut dibagi dengan jumlah kolomnya masing–masing sehingga menghasilkan tabel berikut IPK Wayan Made Komang Wayan 0,652 0,666 0,625 Made 0,217 0,222 0,250 Komang 0,130 0,111 0,125 Karya ilmiah Wayan Made Komang Wayan 0,571 0,600 0,500 Made 0,285 0,300 0,375 Komang 0,142 0,099 0,125 Jabatan Wayan Made Komang Wayan 0,718 0,769 0,500 Made 0,179 0,192 0,357 Komang 0,103 0,038 0,714
  • 17. Menentukan skala prioritas Untuk menentukan skala prioritas IPK, karya ilmiah dan jabatan untuk ketiga kandidat mahasiswa terbaik tersebut, didapatkan dari nilai rata–rata baris matriks perbandingan berpasangan berikut ini : IPK Wayan Made Komang Jumlah baris Skala Prioritas Wayan 0,652 0,666 0,625 1,943 0,648 Made 0,217 0,222 0,250 0,689 0,229 Komang 0,130 0,111 0,125 0,366 0,122 Karya ilmiah Wayan Made Komang Jumlah baris Skala Prioritas Wayan 0,571 0,600 0,500 1,671 0,557 Made 0,285 0,300 0,375 1,260 0,420 Komang 0,142 0,099 0,175 0,416 0,138
  • 18. Jabatan Wayan Made Komang Jumlah baris Skala Prioritas Wayan 0,718 0,769 0,500 1,987 0,662 Made 0,179 0,192 0,357 0,728 0,243 Komang 0,103 0,038 0,714 0,855 0,285
  • 19. Rata-rata baris : IPK : 0,648 = (0,625 + 0,666 + 0,625)/3 0,229 = (0,217 + 0,222 + 0,250)/3 0,122 = (0,130 + 0,111 + 0,125)/3 Karya Ilmiah : 0,557 = (0,571 + 0,600 + 0,500)/3 0,420 = (0,285 + 0,300 + 0,375)/3 0,138 = (0,142 + 0,099 + 0,175)/3 Jabatan : 0,662 = (0,718 + 0,769 + 0,500)/3 0,243 = (0,179 + 0,192 + 0,357)/3 0,285 = (0,103 + 0,038 + 0,714)/3
  • 20. Sehingga didapatkan factor evaluasinya adalah Faktor Wayan Made Komang IPK 0,648 0,229 0,122 Karya ilmiah 0,557 0,420 0,138 Jabatan 0,662 0,243 0,285
  • 21. 3. Menentukan Rasio Konsistensi Penentuan rasio konsistensi dimulai dengan menentukan Weighted Sum Vector. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengalikan angka faktor evaluasi untuk sub kriteria IPK pertama dalam hal ini Wayan dengan kolom pertama dari matriks perbandingan berpasangan awal (yang telah didisemalkan). Kemudian mengalikan faktor sub kriteria IPK pengembang kedua (made) dengan kolom kedua, dan faktor sub kriteria IPK pengembang ketiga (komang) dengan kolom ketiga dari matriks perbandingan berpasangan. Kemudian kita menjumlahkan nilai-nilai atau angka–angka baris per baris Weighted Sum Vector • 1,945 = (0,648*1) + (0,229*3) + (0,122*5) • 0,689 = (0,648*0,333) + (0,229*1) + (0,122*2) • 0,365 = (0,648*0,2) + (0,229*0,5) + (0,122*1)
  • 22. Langkah berikutnya adalah menentukan Consistency Vector . Hal ini dapat dilakukan dengan cara membagi nilai weighted sum vector dengan nilai faktor evaluasi yang telah didapatkan sebelumnya. • Consistency Vector • 3,001 = 1,945/0,648 • 3,008 = 0,689/0,229 • 2,995 = 0,365/0,122 • Kini setelah kita menemukan consistency vector-nya, kita perlu menghitung nilai–nilai dua hal lainnya, yaitu lambda (λ) dan Consistency Index (CI), sebelum rasio konsistensi terakhir dapat dihitung. Nilai lambda merupakan nilai rata–rata consistency vector. • CI = (λ -n)/(n-1) • Dimana n merupakan jumlah alternatif dalam hal ini jumlah orang yang sedang dibandingkan. Dalam kasus ini, n = 3, untuk tiga nama mahasiswa akademik yang berbeda yang sedang diperbandingkan. Hasil–hasil kalkulasinya adalah sebagai berikut : • λ = (3.001 + 3,008 + 2,995)/3 = 3,025 • Sehingga di dapat : CI = (3,025 - 3)/(3 - 1) = 0,0126 Yang terakhir dalam kalkulasi AHP adalah penghitungan Consistency Ratio. Consistency Ratio (CR). CR = CI/IR = 0,0126/ 0.58 = 0.0217
  • 23. Consistency ratio tersebut mengindikasikan tingkat konsistensi pengambil keputusan dalam melakukan perbandingan berpasangan yang pada akhirnya mengindikasikan kualitas keputusan atau pilihan kita. Umumnya, jika CR nya adalah 0.10 atau kurang, maka perbandingan yang dilakukan si pengambil keputusan termasuk nilai dari hasil perbandingan untuk dasar pengambilan keputusan secara relatif bisa dikatakan konsisten. Untuk nilai CR yang lebih besar dari 0.10, menunjukkan bahwa si pengambil keputusan harus secara serius mempertimbangkan untuk mengevaluasi ulang respon– responnya selama dilakukan perbandingan berpasangan yang dilaksanakan untuk mendapatkan matriks awal dari perbandingan–perbandingan berpasangan.
  • 24. Dan berdasarkan pada perbandingan berpasangan yang dilakukan maka didapat hasil akhir seperti yang terlihat pada tabel berikut ini : Faktor Bobot Wayan Made Komang IPK 0,681 0,648 0,229 0,122 Karya ilmiah 0,201 0,557 0,420 0,138 Jabatan 0,118 0,662 0,243 0,285 Total nilai evaluasi 0,666 0,283 O,161 Nilai 0,666 didapat dari total nilai evaluasi dikali bobot Dengan hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa wayan menjadi mahasiswa terbaik di Universitas Pemodelan
  • 25. KESIMPULAN Penggunaan Metode AHP memungkinkan pengambil keputusan dapat melihat keunggulan-keunggulan dari masing-masing alternatif pada kriteria tertentu, sehingga alternatif yang memiliki skor terbesar merupakan pilihan terbaik. Dalam pemberian bobot untuk setiap faktor atau kriteria, diperlukan konsistensi sehingga ketika ditemukan Consistency ratio yang lebih besar dari 0.10, maka perlu dilakukan re-evaluasi terhadap faktor-faktor tersebut. AHP dapat digunakan ketika faktor-faktor yang mempengaruhi relatif cukup banyak, sehingga penilaian terhadap satu faktor terhadap alternatifnya membutuhkan konsistensi untuk mendapatkan pilihan terbaik. Dalam pemberian bobot memerlukan data atau informasi yang akurat, untuk itu dapat dilakukan fogus group antara unsur terkait dalam pengambilan keputusan, sehingga bobot yang diberikan terhadap suatu faktor dapat lebih tepat.