Dokumen tersebut membahas tentang adab-adab dalam perjalanan menurut ajaran Islam, termasuk mengingat Allah, merawat kendaraan, memperlambat laju ketika di jalan sempit, memberi hak kepada jalanan, bersedekah, membawa oleh-oleh, serta larangan membawa anjing dan melanggar peraturan saat bepergian.
1. Disusun Oleh:
Adelia Putri Sabrina
Desy Indah Permata
Sari
Ersad Abdurrahman
Alawi
Fajar Trimo S
Khoirul Fatimah P. E.
P
Rifdah Aprianti
2. Adab Dalam Perjalanan
Adab Perjalanan yang Adab Perjalanan yang
Sesuai Syar’i Tidak Sesuai Syar’i
Hukum Ziarah Bagi Wanita
3. Adab Berpergian yang Sesuai Syar’i
Mengingat Allah dan Berdo’a Saat Berkendaraan
Ali bin Robi’ah berkata, Aku menyaksikan Ali -radhiyallahu ‘anhu- ; didatangkan suatu
kendaraan (kepadanya) agar ia mengendarainya. Tatkala ia menginjakkan kakinya pada
kendaraan, ia berkata, “Bismillah“. Tatkala beliau berada di atas punggungnya, beliau
berkata, “Alhamdulillah“. Kemudia beliau berdo’a,
“Subhaanalladzi sakhkharo lanaa haadza wamaa kunna lahu muqriniin”
Kemudian beliau mengucapkan, “Alhamdulillah” sebanyak tiga kali ; lalu
mengucapkan,”Allahuakbar” sebanyak tiga kali. Lalu berdo’a,
Lalu Ali bin Abi Tholib tertawa. Beliau ditanya, “Kenapa Anda tertawa?” Beliau
menjawab, “Aku telah melihat Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah melakukan
apa yang aku lakukan, lalu beliau tertawa…”.[HR. Abu Dawud (2602), At-Tirmidziy
(3446), dan An-Nasa’iy dalam Al-Kubro (8799, 8800, & 10336). Hadits ini di-shohih-kan
oleh Syaikh Al-Albaniy Al-Atsariy dalam Mukhtashor Asy-Syama’il Al-Muhammadiyyah
(198)]
4. Merawat Kendaraan
Seorang sahabat yang bernama Abdullah bin Ja’far -radhiyallahu ‘anhu- pernah
berkata, “Beliau masuk kedalam kebun laki-laki Anshar. Tiba tiba ada seekor onta.
Tatkala Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- melihatnya, maka onta itu merintih dan
bercucuran air matanya. Lalu Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- mendatanginya
seraya mengusap dari perutnya sampai ke punuknya dan tulang telinganya, maka
tenanglah onta itu. Kemudian beliau bersabda, “Siapakah pemilik onta ini, Onta ini
milik siapa?” Lalu datanglah seorang pemuda Anshar seraya berkata, “Onta itu
milikku, wahai Rasulullah”. Maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
“Tidakkah engkau bertakwa kepada Allah dalam binatang ini, yang telah dijadikan
sebagai milikmu oleh Allah, karena ia (binatang ini) telah mengadu kepadaku bahwa
engkau telah membuatnya letih dan lapar”. [HR.Muslim dalam Shohih-nya (342),dan
Abu Dawud dalam As-Sunan ( 2549 ).
5. Memperlambat Laju Kendaraan ketika Berjalan di Jalan yang
Sempit (Lorong) dan Mempercepat ketika Berjalan di Jalan yang
Lapang
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda ketika menegur seorang
sahabat yang cepat dan tergesa-gesa dalam menuntun perjalanan para
wanita yang menyertai Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- berhaji,
"Wahai Anjasyah, celaka engkau ! Pelanlah engkau dalam menuntun para
wanita". [HR. Al-Bukhoriy (6149, 6161, 6202, & 6209), dan Muslim (2323)]
Al-Imam An-Nawawiy-rahimahullah- berkata saat menyebutkan
penafsiran ulama tentang makna hadits ini, “Sesungguhnya yang
dimaksudkan hadits ini adalah pelan dalam berjalan, karena jika onta
mendengar al-hida’ (nyanyian hewan), maka ia akan cepat dalam
berjalan; onta akan merasa senang, dan membuat penumpangnya
kaget, dan penat. Maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- melarangnya
dari hal itu (al-hida’), karena para wanita akan lemah saat kerasnya
gerakan, dan beliau khawatir tersakitinya para wanita dan jatuhnya
mereka”. [Lihat Syarh Shohih Muslim (15/81)]
6. Memberi Hak kepada Jalanan
Jalanan juga mempunyai hak-hak untuk kita penuhi. Karena
itu, Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- berwasiat kepada para
sahabatnya ketika seseorang duduk di pinggir jalan, “Waspadalah kalian
ketika duduk di jalan-jalan”. Para sahabat berkata, “Wahai
Rasulullah, kami harus berbicara di jalan-jalan. Rasulullah -Shallallahu
‘alaihi wa sallam- bersabda, “Jika kalian enggan, kecuali harus
duduk, maka berikanlah haknya jalan”. Mereka bertanya, “Apa haknya
jalan?” Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
“(Haknya jalan adalah) menundukkan pandangan, menghilangkan
gangguan, menjawab salam, memerintahkan yang ma’ruf, dan
mencegah yang mugkar“. [HR. Al-Bukhoriy (6229), dan Muslim (2121)]
7. Membaca doa ketika keluar rumah
Imam Ali Ar-Ridha as. berkata, “Jika kamu keluar dari
rumahmu baik dalam perjalanan atau
tidak, ucapkanlah, ‘Dengan nama Allah, aku beriman
kepada Allah dan kepadaNya aku tawakal kepada
Allah, apapun yang dikehendaki Allah (terjadilah), tidak
ada daya dan upaya kecuali atas kehendak Allah’.”
Apabila memasuki desa atau kota disunnahkan membaca do’a
Do’anya yaitu:
Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan
desa ini, kebaikan penduduknya dan apa yang ada di
dalamnya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan desa
ini, kejelekan penduduknya dan apa yang ada di dalamnya.
8. Apabila singgah disuatu tempat, sunnah membaca
do’a:
Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari
kejahatan makhluk-Nya.
Apabila kemalaman dalam perjalanan bacalah do’a:
Hei bumi Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah, Aku berlindung kepada
Allah dari kejelekanmu dan kejelekan barang yang ada didalammu dan
kejelekan makhluq didalammu dan yang melata diatasmu. Aku berlindung
kepada Allah dari harimau dan seseorang, dari ular, kalajengking, jin, iblis
dan syetan.
9. Bersedekah
Sedekah memang sunah Islam yang sangat
ditekankan, termasuk sebelum melakukan perjalanan.
Dalam beberapa hadis disebutkan bahwa sedekah
dapat menolak marabahaya dan bencana serta
mencegah hal buruk lainnya. Nabi saw
bersabda, “Sedekah itu menolak bala (bencana).”
Dalam hadis lain beliau bersabda, “Sedekah itu
menutup tujuh puluh pintu kejahatan.”
10. Membawa Oleh-Oleh
Riwayat-riwayat Islam menganjurkan bahwa ketika musafir kembali dari
perjalanan, hendaklah membawa oleh-oleh untuk keluarga meskipun sesuatu
yang kecil dan murah. Rasulullah saw. bersabda, “Jika salah seorang dari
kalian keluar melakukan perjalanan, tatkala kembali ke tengah keluarganya
hendaklah membawakan untuk mereka hadiah meskipun hanya sepotong
batu.” (Bihârul Anwâr, jil. 76, bab 52) Tentunya maksud Nabi bukan
sebenarnya batu, tapi sekecil atau semurah apapun, orang yang menerima
pasti senang.
Selain hal-hal di atas ada juga adab-adab khusus lainnya, seperti salat dua
rakaat, pamit pada sanak keluarga dan kenalan, jika perjalanan secara
rombongan maka pilihlah seorang pemimpin. Nabi saw. bersabda, “Jika tiga
orang melaksanakan suatu perjalanan, maka hendaklah memilih salah
seorang mereka sebagai pemimpin perjalananmu.” (Kanzul ‘Ummal, hadis
7549).
Pemimpin perjalanan harus mengerti bahwa tugas-tugasnya adalah
memimpin, menjaga dan melayani peserta perjalanan dan mengatur tugas
serta memberikan kenyamanan. Nabi saw bersabda, “Pemimpin kelompok
dalam perjalanan adalah pelayan mereka.” (Man Lâ Yahdhuruhu Al-Faqîh)
11. Adab Perjalanan yang Tidak Sesuai
Syar’i
Tidak Memilih Teman Seperjalanan
Disarankan orang yang mau pergi (jauh) untuk tidak melakukan perjalanan
sendirian. Bukan cuma sekedar mempererat persahabatan atau menjadi teman
ngobrol, tapi juga menjadi penolong kalau terjadi sesuatu. Rasulullah saw.
bersabda, “Maukah kalian aku beritahu manusia yang paling buruk?” Orang-
orang bertanya, “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Orang yang bepergian
sendirian dan orang yang tidak mau menolong temannya serta orang yang
memukul hamba sahayanya.”
Karena itulah Rasulullah saw mengatakan, “Pilihlah teman, baru kemudian
tempuhlah perjalanan.” (Bihârul Anwâr, jil. 76, bab. 49) Tapi bukan asal pilih
teman, harus lihat juga waktu yang tepat dan akan kemana perjalanan. Pilihlah
teman seperjalanan yang keberadaannya memberikan efek positif bagi
perkembangan dan kesempurnaan manusia (insân).
12. Tidak Melakukan tugas dengan baik sebagai pemimpin perjalanan
Pemimpin perjalanan harus mengerti bahwa tugas-tugasnya adalah
memimpin, menjaga dan melayani peserta perjalanan dan mengatur
tugas serta memberikan kenyamanan. Nabi saw bersabda, “Pemimpin
kelompok dalam perjalanan adalah pelayan mereka.” (Man Lâ
Yahdhuruhu Al-Faqîh)
Tidak Murû’ah dan Tidak Bersikap Baik
Sesama teman seperjalanan hendaknya berlaku baik, sopan dan murah
hati (murû’ah). Jika bersikap kasar dan tidak sopan, perjalanan malah
tidak menyenangkan. Nabi saw. pernah bilang, “Tidaklah dua orang
bersahabat melainkan orang yang lebih baik terhadap temannyalah yang
akan memperoleh pahala lebih besar dan lebih dicintai oleh Allah.”
Nabi saw. juga bersabda, “Adapaun murû’ah dalam perjalanan adalah
mengeluarkan bekal, berlaku baik dan bercanda pada hal-hal yang
bukan maksiat.” Imam Ali as juga pernah bilang, “Adapun murû’ah dalam
perjalanan adalah mengeluarkan bekal (biaya) kepada yang
lain, mengurangi perselisihan dengan teman perjalanan, memperbanyak
zikir di setiap puncak atau lembah, di saat turun, duduk ataupun
berdiri.”
13. Tidak Zikir dan Doa
Sebagaimana setiap pekerjaan diawali dengan doa, tidak terkecuali perjalanan
jauh. Dianjurkan setelah menyebut nama Allah, membaca surah al-Fatihah dan
ayat kursi serta doa yang terkait dengan bepergian (biasanya banyak di kitab-
kitab hadis). Disebutkan bahwa Imam Ja’far ash-Shadiq as. membaca doa ini
setiap kali akan berangkat, “Ya Allah, leluasakanlah jalan kami dan berikanlah
kebaikan jalan kami serta perbanyaklah kesehatan kami.”
Begitu juga diriwayatkan bahwa tatkala Imam menaiki kendaraan, terlebih
dahulu membaca ayat, “Mahasuci Tuhan yang telah menundukkan semua ini
bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya…” (QS. Az-
Zukhruf : 13) Kemudian ucapkan zikir subhanallâh tujuh kali, alhamdulillâh tujuh
kali dan lâ ilâha illallâh tujuh kali.
Imam Ali Ar-Ridha as. berkata, “Jika kamu keluar dari rumahmu baik dalam
perjalanan atau tidak, ucapkanlah, ‘Dengan nama Allah, aku beriman kepada
Allah dan kepadaNya aku tawakal kepada Allah, apapun yang dikehendaki Allah
(terjadilah), tidak ada daya dan upaya kecuali atas kehendak Allah’.”
14. Membawa anjing atau lonceng dalam perjalanan
Malaikat tidak akan menemani rombongan yang didalamnya terdapat
anjing atau lonceng. Apabila salah seorang dari anggota rombongan
membawa anjing atau lonceng dan kita tidak mampu mencegahnya, maka
ucapkan do’a ini:
Ya Allah sesungguhnya aku membebaskan diri kepada Mu dari perbuatan
mereka, maka janganlah Engkau mengharamkanku dari ditemani
malaikat
Ugal-ugalan di Jalan Raya
Seseorang hendaklah memperhatikan keselamatan dirinya dan keselamatan orang lain
ketika berkendara. Jangan sampai kita menjadi sebab tertumpahnya darah seseorang
serta rusaknya harta saudara kita. Padahal Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
“Sesungguhnya darah dan harta kalian adalah haram (mulia) atas kalian seperti haramnya
hari kalian ini, di bulan kalian ini, di negeri kalian ini”. [HR. Muslim dalam Shohih-nya
(1218)]
15. Melanggar Peraturan ketika Berkendaraan
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(nya), dan ulil amri di antara kamu”. (QS. An-Nisaa’: 56).
Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
“Wajib Bagi seorang muslim untuk mendengar dan mentaati
(penguasa) dalam perkara yang ia cintai dan ia benci selama ia tidak
diperintahkan (melakukan) suatu maksiat. Jika ia diperintahkan
bermaksiat, maka tak boleh mendengar dan taat (kepada
penguasa)”.[HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab Al-Ahkam (4/no. 6725) &
Kitab Al-Jihad (107/no. 2796), Muslim (1839)]
16. Menakut-nakuti orang lain ketika dalam
perjalanan
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda
ketika menegur sebagian sahabat yang
menyembunyikan tongkat saudaranya sehingga ia
panik,
“Tidak halal bagi seorang muslim untuk membuat
takut seorang muslim”. [HR. Abu Dawud (5004).
Di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Ghoyah Al-
Maram (447)]
17. Membebani kendaraan melebihi kapasitasnya
“Tidakkah engkau bertakwa kepada Allah dalam binatang ini, yang telah dijadikan
sebagai milikmu oleh Allah, karena ia (binatang ini) telah mengadu kepadaku bahwa
engkau telah membuatnya letih dan lapar”. [HR.Muslim dalam Shohih-nya (342),dan
Abu Dawud dalam As-Sunan ( 2549 ).
Jadi, seorang muslim tidak boleh membebani kendaraan lebih dari
kemampuannya, sehingga ia letih atau rusak. Kita juga harus memperhatikan
bensinnya, dan olie-nya sebagaimana halnya jika kendaraan berupa hewan, maka kita
harus memperhatikan makanan, dan perawatannya. Kendaraan yang kita miliki harus
kita rawat dengan baik; jangan dibiarkan terparkir di bawah terik matahari, tapi
carilah naungan baginya. Jangan kalian bebani melebihi kapasitas kemampuan yang
telah ditetapkan baginya.
18. Ziarah Kubur Bagi Wanita?
Adapun bagi wanita secara khususnya, maka para ulama berselisih pendapat
1. melarang secara mutlak
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda: (Allah melaknat para wanita yang sering menziarahi kuburan). HR
Tirmidzi dan beliau berkata: hadits hasan shahih.
2. Memperbolehkan
Dan ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melewati seorang wanita yang
menangisi anaknya dikuburan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya: (bertakwalah kepada
Allah dan sabarlah) HR Bukhari dan Muslim.
Dan hadits ini diletakkan oleh Imam Bukhari dalam: Bab ziarah kubur.
Seandainya ziarah kubur diharamkan pastilah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengingkari wanita tersebut, namun beliau hanya mengingkari keluh kesahnya saja.
19. Imam Qurtubi berkata dalam tafsirnya: (ziarah kubur
bagi laki-laki disepakati bolehnya oleh para
ulama, namun diperselisihkan bagi wanita. Adapun
wanita-wanita muda maka haram atas mereka
keluar, adapun wanita-wanita tua maka mereka
diperbolehkan, dan diperbolehkan bagi mereka semua
apabila tidak bercampur dengan laki-laki, InsyaAllah hal
ini tidak diperselisihkan, oleh karena itu makna
perkataan beliau: “ ziarahilah kuburan” umum, adapun
kondisi atau waktu yang dikuatirkan terjadi fitnah
seperti ikhtilath laki dan perempuan maka tidak boleh.
Namun untuk kehati-hatian dan keluar dari khilaf yang
ada sebaiknya wanita tidak menziarahi kubur kecuali
sesekali saja jika diperlulan.