SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 9
Downloaden Sie, um offline zu lesen
JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 4, NO. 1, JUNI 2002: 36 - 44




              OPTIMASI PRODUKSI DENGAN METODE
                         RESPONSE SURFACE
              Studi Kasus pada Perusahaan Injection Moulding

                                           Jani Rahardjo
      Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri – Universitas Kristen Petra

                                        Rosalinawati Iman
     Alumnus Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri – Universitas Kristen Petra


                                             ABSTRAK

      Dalam artikel ini, metode response surface digunakan untuk menentukan titik optimal dari
setting mesin di perusahaan injection moulding, sehingga didapatkan jumlah produksi yang
optimal. Selama ini perusahaan memproduksi produk yang terbuat dari plastik dengan tingkat
kecacatan yang cukup besar. Karena itu, perusahaan berusaha mengurangi tingkat kecacatan yang
terjadi. Berdasarkan diagram pareto, tingkat kecacatan terbesar adalah cacat lubang.
      Untuk menyelesaikan penyebab kecacatan tersebut dilakukan suatu perancangan eksperimen
yaitu dengan rancangan 3k . Penyebab kecacatan adalah inject pressure, inject timer, temperatur.
Pada saat inject pressure 55 Mpa, inject timer 4,2s dan temperatur 224o C menghasilkan kondisi
yang optimal sehingga tingkat kecacatan turun sebesar 7.3 %.

Kata kunci: response surface, titik optimal setting, tingkat kecacatan.


                                             ABSTRACT

      In this article , response surface method is used to determine optimum setting for machine in
order to optimize the production in injection moulding compan, which produces goods from
plastic that has a large amount of defect. According to pareto chart, the largest defect is a hole
defect. It is caused by no suitable setting for inject pressure, inject timer, and temperature.
      In order to solve the problem, it used 3 k experiment design. The result show that the optimum
setting are 55Mpa for inject pressure, 4.2s for inject timer, and 224o C for temperature with
decreasing of defective 7.3 %.

Keywords: response surface, optimum setting point, defect level.


1. PENDAHULUAN
     Studi kasus yang dibahas dalam artikel ini merupakan perusahaan plastik yang
bergerak di bidang injection molding. Dalam melakukan setting mesin, perusahaan
menggunakan sistem coba-coba sehingga tidak mempunyai standar proses yang pasti.
Produksi di perusahaan pada saat ini mempunyai tingkat kecacatan yang cukup besar,
sehingga perusahaan sangat menginginkan untuk dapat mengurangi tingkat kecacatan
yang terjadi. Karena itu, ingin dicari faktor-faktor yang berpengaruh agar dapat
meminimalkan tingkat kecacatan tersebut.


36       Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra
                            http://puslit.petra.ac.id/journals/industrial
OPTIMASI PRODUKSI DENGAN METODE RESPONSE SURFACE (Jari Rahardjo, el al.)




2. TINJAUAN PUSTAKA
     Perancangan eksperimen statistika merupakan suatu proses perencanaan eksperimen
untuk memperoleh data yang tepat sehingga dapat dianalisa dengan metode statistik serta
kesimpulan yang diperoleh dapat bersifat obyektif dan valid.
     Salah satu metoda perancangan eksperimen yang digunakan untuk mengetahui
kondisi optimal adalah Metode Response Surface. Metode ini menggabungkan teknik
matematika dengan teknik statistika yang digunakan untuk membuat dan menganalisa
suatu respon Y yang dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas atau faktor X guna
mengoptimalkan respon tersebut.

Hubungan antara respon Y dan variabel bebas dapat dirumuskan sebagai
                                      Y = f (X1,X2 ,X3 ,…,Xk) + å
dimana:
Y = variabel respon
Xi = variabel bebas/faktor ( i = 1,2,3,…,k )
å = error
     Hubungan antara Y dan Xi dapat dicari menggunakan first order models dan second
order models, dimana first order models digunakan untuk mencari daerah optimal dan
second order models digunakan untuk mencari titik optimal. Hubungan antara Y dan Xi
untuk model orde pertama dapat ditulis sebagai
                          Y = β0 + β1 x1 + β2 x 2 + ... + βk x k + ∈
Sementara, untuk model orde kedua dapat ditulis sebagai berikut:
                                k                  k                  k −1   k
                   Y = â0 +   ∑        â i Xi +   ∑      â i Xi 2 +   ∑∑
                                                                      i < j j =2
                                                                                   â ij Xi Xj + å
                               i =1               i =1
dimana â = koefisien regresi

Steepest Descent
    Pada estimasi awal dari kondisi optimal sering terjadi tidak menjadi titik optimal
yang sebenarnya bahkan jauh dari kenyataannya, untuk itu dilakukan pencarian titik
optimal yang mendekati kenyataan dengan suatu metode steepest descent. Metoda ini
merupakan suatu prosedur dari pergerakan berurutan sepanjang alur dari steepest descent
yang menunjukkan penurunan maksimal dari suatu hasil percobaan.
Model orde pertama dari response surface adalah
                                                          k
                                          Y = â0 +       ∑      â i Xi
                                                         i =1

      Gambar 1 menunjukkan suatu daerah perkiraan response surface orde pertama yang
belum merupakan titik optimal sebenarnya dan akan bergerak menuju titik optimal yang
sebenarnya dengan mengikuti alur dari steepest descent yang pada akhirnya didapatkan
titik optimal yang sebenarnya.


        Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra             37
                        http://puslit.petra.ac.id/journals/industrial
JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 4, NO. 1, JUNI 2002: 36 - 44




       Gambar 1. Orde Pertama Response Surface dan Alur Steepest Descent


3. STUDI KASUS

Proses Produksi Produk Plastik .
     Bahan baku plastik berupa polypropilene dicampur dengan zat pewarna pada mesin
Mixer. Pencampuran tersebut berlangsung kurang lebih 5 menit, dan hasilnya akan
dimasukkan ke dalam hopper mesin injection molding untuk diproses. Polypropilene
secara bertahap diambil dari bak penampung dan dilewatkan elemen pemanas sehingga
akan meleleh karena suhu tinggi. Kemudian dilakukan proses injection ke dalam cetakan
dan cetakan akan menutup selama selang waktu tertentu. Setelah polypropilene menjadi
padat, maka cetakan dibuka dan ejector akan meniup produk jadi.

Diagram Pareto
   Langkah awal untuk mengetahui jenis kecacatan yang terjadi adalah dengan
membuat Diagram Pareto. Diagram Pareto dapat dilihat pada Gambar 2.




                                 Gambar 2. Diagram Pareto


38      Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra
                           http://puslit.petra.ac.id/journals/industrial
OPTIMASI PRODUKSI DENGAN METODE RESPONSE SURFACE (Jari Rahardjo, el al.)




    Berdasarkan prinsip pareto 80:20, cacat lubang adalah cacat yang perlu mendapatkan
perhatian untuk diminimalkan. Untuk mencari penyebab cacat lubang dilakukan
brainstorming dan hasilnya dapat digambarkan pada diagram sebab akibat berikut.

Diagram Sebab Akibat.
    Diagram sebab akibat untuk cacat lubang dapat dilihat pada Gambar 3.

                        Setting                                    Bahan
                        mesin


   Temperatur                                        Jenis
                                                     bahan

       inject
      pressure



   inject timer




                                                                                            cacat lubang


    operator
                                                                                  temperatur
                                                                                 tinggi, inject
                                                                                presure rendah
                                                      inject timer
                                   teknisi
                                                      tinggi, inject
                                                        pressure
                                                         rendah

                  man                                                  method


                                  Gambar 3. Diagram Sebab Akibat

    Berdasarkan diagram tulang ikan pada Gambar 3, maka langkah selanjutnya adalah
penentuan variabel uncontrolable dan controlable. Variabel Controlable adalah setting
mesin, metode, Variabel Uncontrolable adalah man, bahan baku.
Faktor-faktor yang dapat dipakai untuk eksperimen desain pada kasus ini adalah:
• Setting mesin, Setting temperatur, Setting inject pressure, Setting inject timer.
• Metode yaitu bila temperatur dinaikkan, maka injection pressure diturunkan, bila
   inject timer dinaikkan, maka injection pressure diturunkan.

Penentuan Variabel, yaitu
• Variabel bebas (faktor) terdiri dari:
   - Inject pressure (X1 ) : 54-58 Mpa
   - Inject timer    (X2 ) : 3-4 detik
   - Temperatur      (X3 ) : 210-2300 C
• Variabel respon yaitu produk yang cacat, dalam hal ini adalah produk dengan cacat
   lubang.

          Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra                  39
                          http://puslit.petra.ac.id/journals/industrial
JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 4, NO. 1, JUNI 2002: 36 - 44




     Kode level dari variabel yang digunakan pada rancangan eksperimen dan nilai-nilai
dari kode level dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kode Level Nilai Variabel
         KODE                       -1                     0                       1
 Inject pressure (X1 )           54 Mpa                56 Mpa                   58 Mpa
 Inject Timer (X2 )                 3s                   3,5 s                     4s
 Temperatur (X3 )                 2100 C                2200 C                   2300 C

Pengujian Efek Faktor Utama dan Faktor Interaksi
Hasil pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengolahan Data
Analysis of Variance for Defect
Source       DF          SS                        MS                     F               P
X1            2           1.23804                  0.61902                 690.64         0.000
X2            2           6.60520                  3.30260                3684.72         0.000
X3            2           1.30884                  0.65442                 730.14         0.000
X1*X2         4           0.59769                  0.14942                 166.71         0.000
X1*X3         4           0.52058                  0.13014                 145.20         0.000
X2*X3         4           0.54969                  0.13742                 153.32         0.000
X1*X2*X3 8                1.52036                  0.19004                 212.03         0.000
Error        27           0.02420                  0.00090
Total        53          12.36460

    Dengan á = 5%, semua faktor utama dan interaksi berpengaruh secara signifikan dan
didapatkan model orde pertama sebagai berikut:
                   Y = 0,3167 – 0,1844 X1 – 0,4117 X2 – 0,1906 X3 + å

Steepest Descent
     Berdasarkan koefisien dari masing-masing faktor pada model orde pertama maka
dihitung delta (∆) untuk melakukan steepest descent. Dengan menjadikan ∆X1 sebagai
dasar, maka didapatkan:
∆X1 = 1
∆X2 = -0,4117 / -0,1844 = 2,2326
∆X3 = -0,1906 / -0,1844 = 1,0336
     Langkah selanjutnya adalah melakukan percobaaan berdasarkan ∆ dari masing-
masing faktor. Hasil Percobaan steepest descent dapat dilihat pada Tabel 3. dan
grafiknya dapat dilihat pada Gambar 4.




40      Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra
                           http://puslit.petra.ac.id/journals/industrial
OPTIMASI PRODUKSI DENGAN METODE RESPONSE SURFACE (Jari Rahardjo, el al.)




Tabel 3.Hasil Percobaan dengan Steepest Descent
         Steps                    Coded Variables           Natural Variables         Jumlah         Response
                            x1         x2        x3         î1    î2      î3           Cacat            y
Origin                       0          0         0         56    35     220                         % Cacat
∆                            1       2,2326 1,0336           2     4      2
Origin + 0,5 ∆              0,5      1,1163 0,5168          57    37     221             25             50%
Origin + ∆                   1       2,2326 1,0336          58    39     222              2              4%
Origin + 1,5∆               1,5      3,3489 1,5504          59    41     223              5             10%
Origin + 2 ∆                 2       4,4652 2,0672          60    43     224             50            100%



                                           Steepest Descent
                 1.2

                  1

                 0.8
         cacat




                 0.6                                                                              Series1

                 0.4

                 0.2

                  0
                             1
                                                   steps

                                    Gambar 4. Grafik Steepest Descent

Dari Gambar 4 terlihat bahwa kecacatan terendah diperoleh pada saat æ1 = 58, æ2 = 39,
æ3 = 222
    Setelah diperoleh titik dengan kecacatan terendah, maka dilakukan rancangan
percobaan lagi dengan dasar titik tersebut. Kode level nilai X , X2 , X3 setelah steepest
                                                              1
descent dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kode Level Nilai X1 , X2 , X3 Setelah Steepest Descent
          KODE                                -1                     0                      1
Inject pressure (X1 )                      56 Mpa                58 Mpa                 60 Mpa
Inject Timer (X2 )                           3,4 s                 3,9 s                  4,4 s
Temperatur (X3 )                            2120 C                2220 C                 2320 C




            Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra                   41
                            http://puslit.petra.ac.id/journals/industrial
JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 4, NO. 1, JUNI 2002: 36 - 44




Pengujian Efek Faktor Utama dan Faktor Interaksi
Hasil Pengolahan Data setelah steepest descent dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Pengolahan Data Setelah Steepest Descent
Analysis of Variance for Defect

Source           DF                 SS                  MS                 F         P
X1               2                  0.41157             0.20579            254.87    0.000
X2               2                  1.63895             0.81947            1014.94   0.000
X3               2                  0.05375             0.02687            33.28     0.000
X1*X2            4                  3.58523             0.89631            1110.11   0.000
X1*X3            4                  0.65896             0.16474            204.04    0.000
X2*X3            4                  0.75212             0.18803            232.88    0.000
X1*X2*X3         8                  0.84050             0.10506            130.12    0.000
Error            27                 0.02180             0.00081
Total            53                 7.96288

    Dengan á = 5%, semua faktor utama dan interaksi berpengaruh secara signifikan dan
didapatkan model orde kedua sebagai berikut:
Y = -0,09630 + 0,08278 X + 0,14 X2 – 0,00778 X3 + 0,11722 X 2 + 0,27889 X 2 +
                          1                                        1     2
     0,06556 X3 2 + 0,36917 X1 X2 + 0,085 X1 X3 + 0,16833 X2 X3 + å

Penentuan Titik Optimum
Matriks berikut dibuat berdasarkan koefisien pada model orde kedua diatas, yaitu
    0,08278 
b = 0,14000  ,
              
    − 0,00778 
              

    0,11722 0,184585 0,0425 
B = 0,184585 0,27889 0,084165 , dan
                             
    
    0,0425 0,084165 0,06556 
Xs = ( -1/2 ) x B-1 b
didapatkan
     - 1,41703
              
Xs =  0,63951
             
      0,15695
             
              
Dari matriks, diatas didapatkan

-1,41703 = æ1 58 ⇒ æ1 = 55,16594
                 2


42       Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra
                            http://puslit.petra.ac.id/journals/industrial
OPTIMASI PRODUKSI DENGAN METODE RESPONSE SURFACE (Jari Rahardjo, el al.)




0,63951 = æ2 39 ⇒ æ2 = 42,19755
              5

0,15695 = æ3 222 ⇒ æ3 = 223,5695
               10

Maka, titik optimumnya diperoleh pada saat X1 = 55, X2 = 42, X3 = 224

Implementasi Nilai Optimal
     Berdasarkan nilai optimal yang diperoleh, dilakukan percobaan dengan setting nilai
optimal yang diperoleh sebagai implementasi. Percobaan dilakukan sebanyak sepuluh
kali replikasi dengan tiap replikasi sebanyak 50 produk. Hasil implementasi dapat dilihat
pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Implementasi
Std order         X1            X2          X3     Jumlah cacat % Cacat
    1             55            42          224         1         2%
    2             55            42          224         0         0%
    3             55            42          224         0         0%
    4             55            42          224         0         0%
    5             55            42          224         2         0%
    6             55            42          224         1         2%
    7             55            42          224         0         0%
    8             55            42          224         0         0%
    9             55            42          224         2         4%
   10             55            42          224         0         0%
                                          Jumlah        6
                                         Rata-rata               1,2%

Verifikasi
      Uji ini dilakukan untuk membandingkan kondisi awal dan kondisi setelah didapatkan
setting mesin yang optimal. Pada kondisi awal didapatkan kecacatan sebesar 9,7% dan
pada kondisi setelah implemtasi kondisi optimal kecacatan sebesar 1,2%. Hal ini tidak
secara otomatis dikatakn terjadi penurunan tingkat kecacatan melainkan harus diuji
apakah benar terjadi penurunan dengan menggunakan pengujian secara statistik.
Pengujian statistik untuk dua proporsi didapatkan hasil sebagai berikut :

Ho : p = 0,097 (Rata-rata kecacatan pada kondisi sekarang sebesar 0,097)
     ˆ
H1 : p < 0,097 (Rata kecacatan pada kondisi sekarang lebih kecil dari 0,097)
     ˆ
      0,012 − 0, 097     = -6,439
Z =
       0, 097 x 0,903
            500
-Z0.05 = -1,645


         Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra     43
                         http://puslit.petra.ac.id/journals/industrial
JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 4, NO. 1, JUNI 2002: 36 - 44




Nilai Zhitung = -6,439 lebih kecil dari pada nilai tabel Normal dengan tingkat signifikansi
96% yang berarti bahwa pengujian dua proporsi adalah signifikan. Jadi memang benar
telah terjadi penurunan tingkat kecacatan dengan adanya rancangan percobaan 3k .


4. KESIMPULAN

     Setelah melakukan analisa data dan pembahasan maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Jenis kecacatan yang terjadi adalah lubang, peyok, warna hangus dan tidak rata.
   85,83% kecacatan terbesar adalah lubang
2. Cacat lubang disebabkan karena Setting inject pressure, Setting inject timer, dan
   Setting temperatur.
3. Kondisi optimal dengan kecacatan sebesar 1,2% diperoleh pada saat Inject pressure =
   55 Mpa, Inject timer = 4,2 detik, dan Temperatur = 224 C.
4. Dari kondisi yang optimum didapatkan penurunan tingkat kecacatan sebesar 7.3%.


DAFTAR PUSTAKA

Montgomery, D.C., 1997. Design and Annalysis of Experiments, 4th edition. Wiley, New
     York.
Box, G.E.P, W.G. Hunter, and J.S. Hunter, 1978. Statistics for Experimenters, Wiley,
     New York.
Draper, N.R., and H.Smith, 1981. Applied Regression Analysis, 2nd edition, Wiley, New
      York.




44      Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra
                           http://puslit.petra.ac.id/journals/industrial

Weitere ähnliche Inhalte

Mehr von dessybudiyanti

Pemilihan Model Terbaik
Pemilihan Model TerbaikPemilihan Model Terbaik
Pemilihan Model Terbaikdessybudiyanti
 
ANALISIS PENYEIMBANGAN LINTASAN SERTA PENGUJIAN PERBEDAAN SHIFT KERJA TERHADA...
ANALISIS PENYEIMBANGAN LINTASAN SERTA PENGUJIAN PERBEDAAN SHIFT KERJA TERHADA...ANALISIS PENYEIMBANGAN LINTASAN SERTA PENGUJIAN PERBEDAAN SHIFT KERJA TERHADA...
ANALISIS PENYEIMBANGAN LINTASAN SERTA PENGUJIAN PERBEDAAN SHIFT KERJA TERHADA...dessybudiyanti
 
APLIKASI SIX SIGMA PADA PENGUKURAN KINERJA DI UD. SUMBER KULIT MAGETAN
APLIKASI SIX SIGMA PADA PENGUKURAN KINERJA DI UD. SUMBER KULIT MAGETAN APLIKASI SIX SIGMA PADA PENGUKURAN KINERJA DI UD. SUMBER KULIT MAGETAN
APLIKASI SIX SIGMA PADA PENGUKURAN KINERJA DI UD. SUMBER KULIT MAGETAN dessybudiyanti
 
Presentasi Tentang Regresi Linear
Presentasi Tentang Regresi LinearPresentasi Tentang Regresi Linear
Presentasi Tentang Regresi Lineardessybudiyanti
 
Analisis Korespondensi
Analisis KorespondensiAnalisis Korespondensi
Analisis Korespondensidessybudiyanti
 
Simple Linier Regression
Simple Linier RegressionSimple Linier Regression
Simple Linier Regressiondessybudiyanti
 
Presentasi Tentang AHP
Presentasi Tentang AHPPresentasi Tentang AHP
Presentasi Tentang AHPdessybudiyanti
 
Dua Tahun Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Aceh Dan Nias Pasca-Tsunami : Evaluas...
Dua Tahun Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Aceh Dan Nias Pasca-Tsunami : Evaluas...Dua Tahun Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Aceh Dan Nias Pasca-Tsunami : Evaluas...
Dua Tahun Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Aceh Dan Nias Pasca-Tsunami : Evaluas...dessybudiyanti
 
Korespondensi Analisis
Korespondensi AnalisisKorespondensi Analisis
Korespondensi Analisisdessybudiyanti
 
Corespondence Analysis
Corespondence AnalysisCorespondence Analysis
Corespondence Analysisdessybudiyanti
 
WeightedWEIGHTED METRIC MULTIDIMENSIONAL SCALING
WeightedWEIGHTED METRIC MULTIDIMENSIONAL SCALINGWeightedWEIGHTED METRIC MULTIDIMENSIONAL SCALING
WeightedWEIGHTED METRIC MULTIDIMENSIONAL SCALINGdessybudiyanti
 

Mehr von dessybudiyanti (18)

Greenacre Lewi
Greenacre LewiGreenacre Lewi
Greenacre Lewi
 
Deteksi Influence
Deteksi InfluenceDeteksi Influence
Deteksi Influence
 
Pemilihan Model Terbaik
Pemilihan Model TerbaikPemilihan Model Terbaik
Pemilihan Model Terbaik
 
ANALISIS PENYEIMBANGAN LINTASAN SERTA PENGUJIAN PERBEDAAN SHIFT KERJA TERHADA...
ANALISIS PENYEIMBANGAN LINTASAN SERTA PENGUJIAN PERBEDAAN SHIFT KERJA TERHADA...ANALISIS PENYEIMBANGAN LINTASAN SERTA PENGUJIAN PERBEDAAN SHIFT KERJA TERHADA...
ANALISIS PENYEIMBANGAN LINTASAN SERTA PENGUJIAN PERBEDAAN SHIFT KERJA TERHADA...
 
Teknik Sampling
Teknik SamplingTeknik Sampling
Teknik Sampling
 
APLIKASI SIX SIGMA PADA PENGUKURAN KINERJA DI UD. SUMBER KULIT MAGETAN
APLIKASI SIX SIGMA PADA PENGUKURAN KINERJA DI UD. SUMBER KULIT MAGETAN APLIKASI SIX SIGMA PADA PENGUKURAN KINERJA DI UD. SUMBER KULIT MAGETAN
APLIKASI SIX SIGMA PADA PENGUKURAN KINERJA DI UD. SUMBER KULIT MAGETAN
 
Presentasi Tentang Regresi Linear
Presentasi Tentang Regresi LinearPresentasi Tentang Regresi Linear
Presentasi Tentang Regresi Linear
 
Analisis Korespondensi
Analisis KorespondensiAnalisis Korespondensi
Analisis Korespondensi
 
Simple Linier Regression
Simple Linier RegressionSimple Linier Regression
Simple Linier Regression
 
Presentasi Tentang AHP
Presentasi Tentang AHPPresentasi Tentang AHP
Presentasi Tentang AHP
 
Dua Tahun Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Aceh Dan Nias Pasca-Tsunami : Evaluas...
Dua Tahun Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Aceh Dan Nias Pasca-Tsunami : Evaluas...Dua Tahun Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Aceh Dan Nias Pasca-Tsunami : Evaluas...
Dua Tahun Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Aceh Dan Nias Pasca-Tsunami : Evaluas...
 
Jurnal Time Series
Jurnal Time SeriesJurnal Time Series
Jurnal Time Series
 
Uji Klinik
Uji KlinikUji Klinik
Uji Klinik
 
Multivariate
MultivariateMultivariate
Multivariate
 
Korespondensi Analisis
Korespondensi AnalisisKorespondensi Analisis
Korespondensi Analisis
 
Corespondence Analysis
Corespondence AnalysisCorespondence Analysis
Corespondence Analysis
 
WeightedWEIGHTED METRIC MULTIDIMENSIONAL SCALING
WeightedWEIGHTED METRIC MULTIDIMENSIONAL SCALINGWeightedWEIGHTED METRIC MULTIDIMENSIONAL SCALING
WeightedWEIGHTED METRIC MULTIDIMENSIONAL SCALING
 
Pemasaran
PemasaranPemasaran
Pemasaran
 

Kürzlich hochgeladen

Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimNodd Nittong
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxjohan effendi
 
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptxhentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptxKalpanaMoorthy3
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfwaktinisayunw93
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docNurulAiniFirdasari1
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxHeriyantoHeriyanto44
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuKarticha
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptTaufikFadhilah
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaAbdiera
 
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptxHalomoanHutajulu3
 
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptxCERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptxpolianariama40
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaruSilvanaAyu
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Abdiera
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxHansTobing
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
 
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptxhentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx
704747337-Ppt-materi-Presentasi-Program-Kerja-Organisasi-kangguru.pptx
 
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptxCERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 

Optimasi Produksi Dengan Metode Respon Surface

  • 1. JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 4, NO. 1, JUNI 2002: 36 - 44 OPTIMASI PRODUKSI DENGAN METODE RESPONSE SURFACE Studi Kasus pada Perusahaan Injection Moulding Jani Rahardjo Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri – Universitas Kristen Petra Rosalinawati Iman Alumnus Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri – Universitas Kristen Petra ABSTRAK Dalam artikel ini, metode response surface digunakan untuk menentukan titik optimal dari setting mesin di perusahaan injection moulding, sehingga didapatkan jumlah produksi yang optimal. Selama ini perusahaan memproduksi produk yang terbuat dari plastik dengan tingkat kecacatan yang cukup besar. Karena itu, perusahaan berusaha mengurangi tingkat kecacatan yang terjadi. Berdasarkan diagram pareto, tingkat kecacatan terbesar adalah cacat lubang. Untuk menyelesaikan penyebab kecacatan tersebut dilakukan suatu perancangan eksperimen yaitu dengan rancangan 3k . Penyebab kecacatan adalah inject pressure, inject timer, temperatur. Pada saat inject pressure 55 Mpa, inject timer 4,2s dan temperatur 224o C menghasilkan kondisi yang optimal sehingga tingkat kecacatan turun sebesar 7.3 %. Kata kunci: response surface, titik optimal setting, tingkat kecacatan. ABSTRACT In this article , response surface method is used to determine optimum setting for machine in order to optimize the production in injection moulding compan, which produces goods from plastic that has a large amount of defect. According to pareto chart, the largest defect is a hole defect. It is caused by no suitable setting for inject pressure, inject timer, and temperature. In order to solve the problem, it used 3 k experiment design. The result show that the optimum setting are 55Mpa for inject pressure, 4.2s for inject timer, and 224o C for temperature with decreasing of defective 7.3 %. Keywords: response surface, optimum setting point, defect level. 1. PENDAHULUAN Studi kasus yang dibahas dalam artikel ini merupakan perusahaan plastik yang bergerak di bidang injection molding. Dalam melakukan setting mesin, perusahaan menggunakan sistem coba-coba sehingga tidak mempunyai standar proses yang pasti. Produksi di perusahaan pada saat ini mempunyai tingkat kecacatan yang cukup besar, sehingga perusahaan sangat menginginkan untuk dapat mengurangi tingkat kecacatan yang terjadi. Karena itu, ingin dicari faktor-faktor yang berpengaruh agar dapat meminimalkan tingkat kecacatan tersebut. 36 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/industrial
  • 2. OPTIMASI PRODUKSI DENGAN METODE RESPONSE SURFACE (Jari Rahardjo, el al.) 2. TINJAUAN PUSTAKA Perancangan eksperimen statistika merupakan suatu proses perencanaan eksperimen untuk memperoleh data yang tepat sehingga dapat dianalisa dengan metode statistik serta kesimpulan yang diperoleh dapat bersifat obyektif dan valid. Salah satu metoda perancangan eksperimen yang digunakan untuk mengetahui kondisi optimal adalah Metode Response Surface. Metode ini menggabungkan teknik matematika dengan teknik statistika yang digunakan untuk membuat dan menganalisa suatu respon Y yang dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas atau faktor X guna mengoptimalkan respon tersebut. Hubungan antara respon Y dan variabel bebas dapat dirumuskan sebagai Y = f (X1,X2 ,X3 ,…,Xk) + å dimana: Y = variabel respon Xi = variabel bebas/faktor ( i = 1,2,3,…,k ) å = error Hubungan antara Y dan Xi dapat dicari menggunakan first order models dan second order models, dimana first order models digunakan untuk mencari daerah optimal dan second order models digunakan untuk mencari titik optimal. Hubungan antara Y dan Xi untuk model orde pertama dapat ditulis sebagai Y = β0 + β1 x1 + β2 x 2 + ... + βk x k + ∈ Sementara, untuk model orde kedua dapat ditulis sebagai berikut: k k k −1 k Y = â0 + ∑ â i Xi + ∑ â i Xi 2 + ∑∑ i < j j =2 â ij Xi Xj + å i =1 i =1 dimana â = koefisien regresi Steepest Descent Pada estimasi awal dari kondisi optimal sering terjadi tidak menjadi titik optimal yang sebenarnya bahkan jauh dari kenyataannya, untuk itu dilakukan pencarian titik optimal yang mendekati kenyataan dengan suatu metode steepest descent. Metoda ini merupakan suatu prosedur dari pergerakan berurutan sepanjang alur dari steepest descent yang menunjukkan penurunan maksimal dari suatu hasil percobaan. Model orde pertama dari response surface adalah k Y = â0 + ∑ â i Xi i =1 Gambar 1 menunjukkan suatu daerah perkiraan response surface orde pertama yang belum merupakan titik optimal sebenarnya dan akan bergerak menuju titik optimal yang sebenarnya dengan mengikuti alur dari steepest descent yang pada akhirnya didapatkan titik optimal yang sebenarnya. Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra 37 http://puslit.petra.ac.id/journals/industrial
  • 3. JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 4, NO. 1, JUNI 2002: 36 - 44 Gambar 1. Orde Pertama Response Surface dan Alur Steepest Descent 3. STUDI KASUS Proses Produksi Produk Plastik . Bahan baku plastik berupa polypropilene dicampur dengan zat pewarna pada mesin Mixer. Pencampuran tersebut berlangsung kurang lebih 5 menit, dan hasilnya akan dimasukkan ke dalam hopper mesin injection molding untuk diproses. Polypropilene secara bertahap diambil dari bak penampung dan dilewatkan elemen pemanas sehingga akan meleleh karena suhu tinggi. Kemudian dilakukan proses injection ke dalam cetakan dan cetakan akan menutup selama selang waktu tertentu. Setelah polypropilene menjadi padat, maka cetakan dibuka dan ejector akan meniup produk jadi. Diagram Pareto Langkah awal untuk mengetahui jenis kecacatan yang terjadi adalah dengan membuat Diagram Pareto. Diagram Pareto dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Diagram Pareto 38 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/industrial
  • 4. OPTIMASI PRODUKSI DENGAN METODE RESPONSE SURFACE (Jari Rahardjo, el al.) Berdasarkan prinsip pareto 80:20, cacat lubang adalah cacat yang perlu mendapatkan perhatian untuk diminimalkan. Untuk mencari penyebab cacat lubang dilakukan brainstorming dan hasilnya dapat digambarkan pada diagram sebab akibat berikut. Diagram Sebab Akibat. Diagram sebab akibat untuk cacat lubang dapat dilihat pada Gambar 3. Setting Bahan mesin Temperatur Jenis bahan inject pressure inject timer cacat lubang operator temperatur tinggi, inject presure rendah inject timer teknisi tinggi, inject pressure rendah man method Gambar 3. Diagram Sebab Akibat Berdasarkan diagram tulang ikan pada Gambar 3, maka langkah selanjutnya adalah penentuan variabel uncontrolable dan controlable. Variabel Controlable adalah setting mesin, metode, Variabel Uncontrolable adalah man, bahan baku. Faktor-faktor yang dapat dipakai untuk eksperimen desain pada kasus ini adalah: • Setting mesin, Setting temperatur, Setting inject pressure, Setting inject timer. • Metode yaitu bila temperatur dinaikkan, maka injection pressure diturunkan, bila inject timer dinaikkan, maka injection pressure diturunkan. Penentuan Variabel, yaitu • Variabel bebas (faktor) terdiri dari: - Inject pressure (X1 ) : 54-58 Mpa - Inject timer (X2 ) : 3-4 detik - Temperatur (X3 ) : 210-2300 C • Variabel respon yaitu produk yang cacat, dalam hal ini adalah produk dengan cacat lubang. Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra 39 http://puslit.petra.ac.id/journals/industrial
  • 5. JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 4, NO. 1, JUNI 2002: 36 - 44 Kode level dari variabel yang digunakan pada rancangan eksperimen dan nilai-nilai dari kode level dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kode Level Nilai Variabel KODE -1 0 1 Inject pressure (X1 ) 54 Mpa 56 Mpa 58 Mpa Inject Timer (X2 ) 3s 3,5 s 4s Temperatur (X3 ) 2100 C 2200 C 2300 C Pengujian Efek Faktor Utama dan Faktor Interaksi Hasil pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengolahan Data Analysis of Variance for Defect Source DF SS MS F P X1 2 1.23804 0.61902 690.64 0.000 X2 2 6.60520 3.30260 3684.72 0.000 X3 2 1.30884 0.65442 730.14 0.000 X1*X2 4 0.59769 0.14942 166.71 0.000 X1*X3 4 0.52058 0.13014 145.20 0.000 X2*X3 4 0.54969 0.13742 153.32 0.000 X1*X2*X3 8 1.52036 0.19004 212.03 0.000 Error 27 0.02420 0.00090 Total 53 12.36460 Dengan á = 5%, semua faktor utama dan interaksi berpengaruh secara signifikan dan didapatkan model orde pertama sebagai berikut: Y = 0,3167 – 0,1844 X1 – 0,4117 X2 – 0,1906 X3 + å Steepest Descent Berdasarkan koefisien dari masing-masing faktor pada model orde pertama maka dihitung delta (∆) untuk melakukan steepest descent. Dengan menjadikan ∆X1 sebagai dasar, maka didapatkan: ∆X1 = 1 ∆X2 = -0,4117 / -0,1844 = 2,2326 ∆X3 = -0,1906 / -0,1844 = 1,0336 Langkah selanjutnya adalah melakukan percobaaan berdasarkan ∆ dari masing- masing faktor. Hasil Percobaan steepest descent dapat dilihat pada Tabel 3. dan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 4. 40 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/industrial
  • 6. OPTIMASI PRODUKSI DENGAN METODE RESPONSE SURFACE (Jari Rahardjo, el al.) Tabel 3.Hasil Percobaan dengan Steepest Descent Steps Coded Variables Natural Variables Jumlah Response x1 x2 x3 î1 î2 î3 Cacat y Origin 0 0 0 56 35 220 % Cacat ∆ 1 2,2326 1,0336 2 4 2 Origin + 0,5 ∆ 0,5 1,1163 0,5168 57 37 221 25 50% Origin + ∆ 1 2,2326 1,0336 58 39 222 2 4% Origin + 1,5∆ 1,5 3,3489 1,5504 59 41 223 5 10% Origin + 2 ∆ 2 4,4652 2,0672 60 43 224 50 100% Steepest Descent 1.2 1 0.8 cacat 0.6 Series1 0.4 0.2 0 1 steps Gambar 4. Grafik Steepest Descent Dari Gambar 4 terlihat bahwa kecacatan terendah diperoleh pada saat æ1 = 58, æ2 = 39, æ3 = 222 Setelah diperoleh titik dengan kecacatan terendah, maka dilakukan rancangan percobaan lagi dengan dasar titik tersebut. Kode level nilai X , X2 , X3 setelah steepest 1 descent dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kode Level Nilai X1 , X2 , X3 Setelah Steepest Descent KODE -1 0 1 Inject pressure (X1 ) 56 Mpa 58 Mpa 60 Mpa Inject Timer (X2 ) 3,4 s 3,9 s 4,4 s Temperatur (X3 ) 2120 C 2220 C 2320 C Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra 41 http://puslit.petra.ac.id/journals/industrial
  • 7. JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 4, NO. 1, JUNI 2002: 36 - 44 Pengujian Efek Faktor Utama dan Faktor Interaksi Hasil Pengolahan Data setelah steepest descent dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Pengolahan Data Setelah Steepest Descent Analysis of Variance for Defect Source DF SS MS F P X1 2 0.41157 0.20579 254.87 0.000 X2 2 1.63895 0.81947 1014.94 0.000 X3 2 0.05375 0.02687 33.28 0.000 X1*X2 4 3.58523 0.89631 1110.11 0.000 X1*X3 4 0.65896 0.16474 204.04 0.000 X2*X3 4 0.75212 0.18803 232.88 0.000 X1*X2*X3 8 0.84050 0.10506 130.12 0.000 Error 27 0.02180 0.00081 Total 53 7.96288 Dengan á = 5%, semua faktor utama dan interaksi berpengaruh secara signifikan dan didapatkan model orde kedua sebagai berikut: Y = -0,09630 + 0,08278 X + 0,14 X2 – 0,00778 X3 + 0,11722 X 2 + 0,27889 X 2 + 1 1 2 0,06556 X3 2 + 0,36917 X1 X2 + 0,085 X1 X3 + 0,16833 X2 X3 + å Penentuan Titik Optimum Matriks berikut dibuat berdasarkan koefisien pada model orde kedua diatas, yaitu 0,08278  b = 0,14000  ,   − 0,00778    0,11722 0,184585 0,0425  B = 0,184585 0,27889 0,084165 , dan    0,0425 0,084165 0,06556  Xs = ( -1/2 ) x B-1 b didapatkan - 1,41703  Xs =  0,63951    0,15695    Dari matriks, diatas didapatkan -1,41703 = æ1 58 ⇒ æ1 = 55,16594 2 42 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/industrial
  • 8. OPTIMASI PRODUKSI DENGAN METODE RESPONSE SURFACE (Jari Rahardjo, el al.) 0,63951 = æ2 39 ⇒ æ2 = 42,19755 5 0,15695 = æ3 222 ⇒ æ3 = 223,5695 10 Maka, titik optimumnya diperoleh pada saat X1 = 55, X2 = 42, X3 = 224 Implementasi Nilai Optimal Berdasarkan nilai optimal yang diperoleh, dilakukan percobaan dengan setting nilai optimal yang diperoleh sebagai implementasi. Percobaan dilakukan sebanyak sepuluh kali replikasi dengan tiap replikasi sebanyak 50 produk. Hasil implementasi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Implementasi Std order X1 X2 X3 Jumlah cacat % Cacat 1 55 42 224 1 2% 2 55 42 224 0 0% 3 55 42 224 0 0% 4 55 42 224 0 0% 5 55 42 224 2 0% 6 55 42 224 1 2% 7 55 42 224 0 0% 8 55 42 224 0 0% 9 55 42 224 2 4% 10 55 42 224 0 0% Jumlah 6 Rata-rata 1,2% Verifikasi Uji ini dilakukan untuk membandingkan kondisi awal dan kondisi setelah didapatkan setting mesin yang optimal. Pada kondisi awal didapatkan kecacatan sebesar 9,7% dan pada kondisi setelah implemtasi kondisi optimal kecacatan sebesar 1,2%. Hal ini tidak secara otomatis dikatakn terjadi penurunan tingkat kecacatan melainkan harus diuji apakah benar terjadi penurunan dengan menggunakan pengujian secara statistik. Pengujian statistik untuk dua proporsi didapatkan hasil sebagai berikut : Ho : p = 0,097 (Rata-rata kecacatan pada kondisi sekarang sebesar 0,097) ˆ H1 : p < 0,097 (Rata kecacatan pada kondisi sekarang lebih kecil dari 0,097) ˆ 0,012 − 0, 097 = -6,439 Z = 0, 097 x 0,903 500 -Z0.05 = -1,645 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra 43 http://puslit.petra.ac.id/journals/industrial
  • 9. JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 4, NO. 1, JUNI 2002: 36 - 44 Nilai Zhitung = -6,439 lebih kecil dari pada nilai tabel Normal dengan tingkat signifikansi 96% yang berarti bahwa pengujian dua proporsi adalah signifikan. Jadi memang benar telah terjadi penurunan tingkat kecacatan dengan adanya rancangan percobaan 3k . 4. KESIMPULAN Setelah melakukan analisa data dan pembahasan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Jenis kecacatan yang terjadi adalah lubang, peyok, warna hangus dan tidak rata. 85,83% kecacatan terbesar adalah lubang 2. Cacat lubang disebabkan karena Setting inject pressure, Setting inject timer, dan Setting temperatur. 3. Kondisi optimal dengan kecacatan sebesar 1,2% diperoleh pada saat Inject pressure = 55 Mpa, Inject timer = 4,2 detik, dan Temperatur = 224 C. 4. Dari kondisi yang optimum didapatkan penurunan tingkat kecacatan sebesar 7.3%. DAFTAR PUSTAKA Montgomery, D.C., 1997. Design and Annalysis of Experiments, 4th edition. Wiley, New York. Box, G.E.P, W.G. Hunter, and J.S. Hunter, 1978. Statistics for Experimenters, Wiley, New York. Draper, N.R., and H.Smith, 1981. Applied Regression Analysis, 2nd edition, Wiley, New York. 44 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/industrial