2. Luka merupakan suatu kerusakan yang
abnormal pada kulit yang menghasilkan
kematian dan kerusakan sel-sel kulit 2. Luka
juga dapat diartikan sebagai interupsi
kontinuitas jaringan, biasanya akibat dari suatu
trauma atau cedera
3.
4. a. Luka akut
Luka akut adalah luka yang sesuai dengan
proses penyembuhan yang normal, yang dapat
dikategorikan menjadi luka pembedahan
(insisi), non pembedahan (luka bakar) dan atau
trauma
b. Luka kronis
Suatu proses penyembuhan luka yang
mengalami keterlambatan, misalnya luka
dekubitus, luka diabetik, dan atau leg ulcer
5.
6. Tipe penyembuhan luka dapat dibedakan menjadi tiga
1. Penyembuhan primer
Penyembuhan luka dengan alat bantu seperti jaritan, klip atau tape,
misalnya : luka operasi, laserasi, dll
2. Penyembuhan sekunder
Penyembuhan luka pada tepi kulit yang tidak dapat menyatu dengan
cara pengisian jaringan granulasi dan kontraksi. Misalnya : leg ulcers,
multiple trauma, ulkus diabetik, dan lainnya
3. Penyembuhan primer yang terlambat/ tersier
Ketika luka terinfeksi atau terdapat benda asing dan memerlukan
perawatan luka/ pembersihan luka secara intensif maka luka tersebut
termasuk penyembuhan primer yang terlambat. Misalnya : luka
terinfeksi, luka infeksi pada abdomen dibiarkan terbuka untuk
mengeluarkan drainase sebelum ditutup kembali, dan lainnya.
7. Proses penyembuhan luka terdiri dari 3 fase :
1. Fase inflamasi
Fase yang terjadi ketika awal terjadinya luka atau
cedera (0-3 hari)
2. Fase rekontruksi
Fase ini akan dimulai dari hari ke-2 sampai 24 hari
(6 minggu). Fase ini dibagi menjadi fase destruktif
dan fase proliferasi atau fibroblastik fase. Ini
merupakan fase dengan aktivitas yang tinggi yaitu
suatu metode pembersihan dan penggantian
jaringan sementara
8.
9.
10. Tujuan dari manajemen luka, yaitu :
Mencapai hemostasis
Mendukung pengendalian infeksi
Membersihkan (debride) devaskularisasi atau material
infeksi
Membuang benda asing
Mempersiapkan dasar luka untuk graft atau konstruksi flap.
Mempertahankan sinus terbuka untuk memfasilitasi
drainase
Mempertahankan keseimbangan kelembaban
Melindungi kulit sekitar luka
Mendorong kesembuhan luka dengan penyembuhan primer
dan penyembuhan sekunder
11.
12. Moist wound healing merupakan suatu metode yang
mempertahankan lingkungan luka tetap lembab untuk
memfasilitasi proses penyembuhan luka.
lingkungan luka tetap lembab untuk memfasilitasi proses
penyembuhan luka1,7. Lingkungan luka yang lembab dapat
diciptakan dengan occlusive dressing/ semi-occlusive dressing .
Dengan perawatan luka tertutup (occlusive dressing) maka
keadaan yang lembab dapat tercapai dan hal tersebut telah
diterima secara universal sebagai standar baku untuk
berbagai tipe luka
13. Fibrinolisis; Fibrin yang terbentuk pada luka
kronis dapat dengan cepat dihilangkan
(fibrinolitik) oleh netrofil dan sel endotel
dalam suasana lembab.
Angiogenesis; Keadaan hipoksi pada
perawatan tertutup akan lebih merangsang
lebih cepat angiogenesis dan mutu pembuluh
kapiler.
14. Kejadian infeksi lebih rendah dibandingkan dengan
perawatan kering (2,6% vs 7,1%)
Pembentukan growth factors yang berperan pada
proses penyembuhan dipercepat pada suasana
lembab.
Percepatan pembentukan sel aktif; Invasi netrofil
yang diikuti oleh makrofag, monosit, dan limfosit ke
daerah luka berfungsi lebih dini.
Tujuan manajemen luka selain mempertahankan
keseimbangan kelembaban (moist wound healing)
dengan occlusive dressing adalah mempersiapkan
dasar luka sebelum dilakukan pemasangan graft atau
flap konstruksi
15. a. Manajemen jaringan
Cara melakukan manajemen jaringan adalah dengan
debridemen surgikal (sharp debridement), conservative
sharp wound debridement (CSWD), enzimatik
debridemen, autolitik debridemen, mekanik
debridemen, kimiawi debridemen dan biologikal atau
parasit debridemen
b. Mengendalikan infeksi dan inflamasi
Dapat mengenal dan mengatasi tanda inflamasi
(tumor, rubor, calor, dolor) dan tanda infeksi (eksudat
purulen)
16. c. Mempertahankan keseimbangan kelembaban
Berdasarkan penelitian Winter tahun 1962,
menyatakan kelembaban pada lingkungan luka
akan mempercepat proses penyembuhan luka.
Dengan demikian, untuk menciptakan lingkungan
luka yang lembab maka diperlukan pemilihan
balutan atau dressing yang tepat.
Berikut balutan yang dapat mengoptimalkan
keseimbangan kelembaban yang dapat digunakan
secara occlusive/ tertutup atau compression/
kompresi;
17. Berikut balutan yang dapat mengoptimalkan
keseimbangan kelembaban yang dapat
digunakan secara occlusive/ tertutup
atau compression/ kompresi;
Luka kering; hidrogel, hidrokoloid, interaktif
balutan basah
Minimal eksudat; hidrogel, hidrokoloid,
semipermeabel film, kalsium alginate
Eksudat sedang; kalsium alginat, hidrofiber,
hidrokoloid pasta, powder dan sheet, foams
Eksudat berat; balutan hidrofiber, foam
sheet/cavity, ektra balutan absorben kering,
kantung luka/ostomi
18. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengontrol hipergranulasi sehingga tepi luka dapat
menyatu, antara lain;
Pemberian topikal antimikroba untuk mengtasi
keseimbangan bakteri
Hipertonik impregnated dressing untuk
mengendalikan edema dan keseimbangan bakteri
Tekanan lokal menggunakan foam dressing dan perban
kompresi atau tape fiksasi
Konservatif debridemen luka tajam (CSWD)
Kimiawi debridemen dengan silver nitrat atau cooper
sulfate (dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan
nekrosis jika tidak digunakan hati-hati)
Topikal kortikosteroid
20. A. PERAWATAN LUKA DENGAN BALUTAN BASAH DAN LEMBAB
(KOMPRES)
Pengertian
Tindakan perawatan luka dan kompres yang membutuhkan balutah basah
atau lembap
Tujuan
1. Mencegah, membatasi, atau mengontrol infeksi
2. Mengangkat jaringan nekrotik untuk meningkatkan penyembuhan luka
3. Menyerap drainase (eksudat)
4. Mempertahankan lingkungan luka yang lembap
5. Mengompres mata
Indikasi
1. Luka kronis dan banyak drainase/ pus
2. Luka yang banyak kehilangan jaringan kulit
21. Persiapan alat
1. Satu set steril sesuai kebutuhan
2. Plester
3. Kasa steril dalam tempatnya, perban bila perlu
4. Sarung tangan bersih
5. Sarung tangan steril
6. Larutan normal saline steril (NaCl 0,9%)
7. Kantong sampah infeksius
8. Perlak dan alasnya
9. Tempat penyimpanan barang steril, seperti bengkok
(piala ginjal) dan mangkuk steril (kopyes) diatas troli
22. Prosedur
1. Cek instruksi dokter dan rencana perawatan
2. Siapkan alat-alat, termasuk peralatan steril di meja/troli
3. Identifikasi pasien, jelaskan tujuan dan prosedur
4. Berikan privasi
5. Tinggikan tempat tidur dan turunkan penghalang tempat tidur untuk bekerja di samping
pasien
6. Tempatkan kantong untuk meletakkan balutan yang kotor di dekat pasien
7. Cuci tangan
8. Bentangkan perlak di bawah daerah yang akan diganti balutan
9. Pakai sarung tangan bersih (tidak steril)
10. Lepaskan plester ke arah luka atau buka ikatan balutan
11. Tuang larutan normal saline pada balutan
12. Lepaskan kasa satu per satu, lalu buang ke kantong plastik
13. Lepaskan sarung tangan
14. Buka set steril dengan tetap mempertahankan kesterilan alat
15. Tuang larutan normal saline ke dalam kopyes dan letakkan beberapa potong kasa di daerah
steri tersebut
16. Pakai sarung tangan steril
17. Bersihkan area luka menggunakan kasa, tekan kasa pada daerah depresi atau lubang
18. Kaji luka, ukur, identifikasi tipe dan tentukan apakah ada tanda-tanda infeksi
23. 19. Bentangkan kasa lembap dan basa dalam lapisan tunggal dan tempatkan di bagian
atas menutupi seluruh area
20. Kemudian tutup dengan kasa kering pada balutan untuk menahannya
21 . Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke dalam kantong sampah infeksius
22. Plester hanya pada bagian ujung-ujung balutan, plester montgomeri dapat
digunakan untuk mencegah iritasi kulit yang berlebihan dan kerusakan yang
disebabkan
oleh ganti balutan yang sering. Untuk daerah tertentu, dapat ditambah gulungan
perban
untuk memperkuat fiksasi
23. Kembalikan pasien ke posisi semula. Turunkan tempat tidur dan kembali naikkan
penghalang tempat tidur
24. Buang materi yang kotor ke dalam wadah yang tepat (sampah infeksius)
25. Cuci tangan
26. Bereskan alat-alat
27. Catat dalam rekam medik
24. B. PERAWATAN LUKA DENGAN BALUTAN KERING
Pengertian
Tindakan pembersihan luka dan penggantian balutan kering
Tujuan
1. Mencegah infeksi sekunder
2. Luka bersih dan kering
3. Meminimalkan mikroorganisme
Indikasi
Untuk luka atau insisi pembedahan yang mempunyai
drainase minimal dan tidak ada jaringan yang hilang
25. Persiapan alat
1. Satu alat steril sesuai kebutuhan
2. Plester
3. Kasa steril dalam tempatnya, perban bila perlu
4. Sarung tangan bersih
5. Sarung tangan steril
6. Larutan normal saline steril (NaCl 0,9 %)
7. Kantong sampah infeksius
8. Perlak dan alasnya
9. Tempat penyimpanan barang steril, seperti
bengkok (Piala ginjal) dan mangkuk steril (Kopyes)
diatas
troli
26. Prosedur
1. Cek instruksi dokter dan rencana perawatan
2. Siapkan alat-alat, termasuk peralatan steril di meja/troli
3. Identifikasi pasien, jelaskan tujuan dan prosedur
4. Berikan privasi
5. Tinggikan tempat tidur dan turunkan penghalang tempat tidur untuk bekerja
di samping pasien
6. Tempatkan kantong untuk meletakkan balutan yang kotor di dekat pasien
7. Cuci tangan
8. Bentangkan perlak di bawah daerah yang akan diganti balutan
9. Pakai sarung tangan bersih (tidak steril)
10. Lepaskan plester ke arah luka atau buka ikatan balutan
11. Tuang larutan normal saline pada balutan
12. Lepaskan kasa satu per satu, lalu buang ke kantong plastik
13. Lepaskan sarung tangan
14. Buka set steril dengan tetap mempertahankan kesterilan alat
15. Tuang larutan normal saline ke dalam kopyes dan letakkan beberapa potong
kasa di daerah steril tersebut
27. 16. Pakai sarung tangan steril
17. Bersihkan area luka menggunakan kasa, tekan kasa pada daerah depresi
atau lubang
18. Kaji luka, ukur, identifikasi tipe dan tentukan apakah ada tanda-tanda
infeksi
19. Jika ada selang drain, bersihkan area drain dan sekitar area dengan
gerakan sirkulasi (memutar kearah luar). Jangan menggunakan zat kimia
sitotoksik atau yang berbahaya
20. Pasang beberapa kasa pada drain
21. Tutup daerah luka dengan kasa steril
22. Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke dalam kantong sampah infeksius
23. Plester hanya pada bagian ujung-ujung balutan, plester montgomeri dapat
digunakan untuk mencegah iritasi kulit yang berlebihan dan kerusakan yang disebabkan
oleh ganti balutan yang sering. Untuk daerah tertentu, dapat ditambah gulungan perban
untuk memperkuat fiksasi
24. Kembalikan pasien ke posisi semula. Turunkan tempat tidur dan kembali
naikkan penghalang tempat tidur
25. Buang materi yang kotor ke dalam wadah yang tepat (sampah infeksius)
26. Cuci tangan
27. Bereskan alat-alat