SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 9
Downloaden Sie, um offline zu lesen
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3 TAHUN 2017
TENTANG
PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Untuk meningkatkan efektivitas dan penguatan pengawasan obat dan
makanan, dengan ini menginstruksikan:
Kepada : 1. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan;
2. Menteri Kesehatan;
3. Menteri Perdagangan;
4. Menteri Perindustrian;
5. Menteri Pertanian;
6. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi;
7. Menteri Dalam Negeri;
8. Menteri Kelautan dan Perikanan;
9. Menteri Komunikasi dan Informatika;
10. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan;
11. Para Gubernur; dan
12. Para Bupati dan Walikota,
Untuk :
PERTAMA : Mengambil langkah-langkah sesuai tugas, fungsi, dan
kewenangan masing-masing untuk melakukan
peningkatan efektivitas dan penguatan pengawasan
obat dan makanan yang meliputi:
1. sediaan ...
- 2 -
1. sediaan farmasi, yang terdiri dari obat, bahan obat,
obat tradisional, dan kosmetik;
2. ekstrak bahan alam;
3. suplemen kesehatan;
4. pangan olahan; dan
5. bahan berbahaya yang berpotensi disalahgunakan,
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
KEDUA : Menteri Kesehatan untuk melakukan koordinasi dan
sinergi dalam menyusun dan menyempurnakan
regulasi di bidang pengawasan sediaan farmasi serta
tata kelola dan bisnis proses pengawasan sediaan
farmasi yang transparan dan akuntabel untuk
meningkatkan keamanan, kemanfaatan, dan mutu
sediaan farmasi.
KETIGA : Menteri Perdagangan untuk:
1. meningkatkan pengawasan terhadap pengadaan
impor dan distribusi bahan berbahaya yang
berpotensi disalahgunakan sampai ke pengguna
akhir; dan
2. melakukan sanksi administratif berupa:
a. pencabutan Surat Izin Usaha Perdagangan
Bahan Berbahaya (SIUP-B2) untuk Distributor
Terdaftar Bahan Berbahaya (DT-B2);
b. pencabutan pengakuan Importir Produsen
Bahan Berbahaya (IP-B2); dan
c. pencabutan penetapan sebagai Importir
Terdaftar Bahan Berbahaya (IT-B2).
KEEMPAT : ...
- 3 -
KEEMPAT : Menteri Perindustrian untuk:
1. melakukan sinergi, kolaborasi, dan kerja sama
dalam pemeriksaan sarana produksi terkait Cara
Produksi Pangan Olahan yang Baik untuk pangan
olahan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib;
2. meningkatkan pengawasan produksi dan
penggunaan bahan berbahaya yang berpotensi
disalahgunakan melalui penyusunan dan
penetapan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria;
dan
3. melakukan pengkajian ulang dan harmonisasi
standar kemasan pangan.
KELIMA : Menteri Pertanian untuk:
1. melakukan sinergi, kolaborasi, dan kerja sama
dalam pemeriksaan sarana produksi terkait Cara
Produksi Pangan Olahan yang Baik untuk pangan
olahan asal hewan dan asal tumbuhan; dan
2. meningkatkan pengawasan produk obat hewan,
pupuk, dan pestisida yang menggunakan bahan
berbahaya yang berpotensi disalahgunakan sampai
ke tingkat peredaran.
KEENAM : Menteri Kelautan dan Perikanan untuk:
1. melakukan sinergi, kolaborasi, dan kerja sama
dalam pemeriksaan sarana produksi untuk
pemberian Sertifikat Kelayakan Pengolahan,
Sertifikat Penerapan Program Manajemen Mutu
Terpadu, dan Sertifikat Kesehatan Produk
Pengolahan Ikan terhadap pelaku usaha industri
pengolahan ikan; dan
2. meningkatkan ...
- 4 -
2. meningkatkan pengawasan produk obat ikan yang
menggunakan bahan berbahaya yang berpotensi
disalahgunakan sampai ke tingkat peredaran.
KETUJUH : Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi untuk melaksanakan percepatan
reformasi birokrasi melalui penataan kelembagaan,
perbaikan bisnis proses dan kinerja, serta peningkatan
kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia pada
instansi yang menangani bidang pengawasan obat dan
makanan.
KEDELAPAN : Menteri Dalam Negeri untuk meningkatkan pembinaan
dan pengawasan kepada Gubernur, Bupati dan
Walikota terkait pelaksanaan urusan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan makanan dan minuman, serta
pembinaan terhadap produk hukum daerah yang
berkaitan dengan urusan dimaksud.
KESEMBILAN : Menteri Komunikasi dan Informatika untuk melakukan
pemblokiran situs yang mempromosikan dan/atau
menjual obat dan makanan ilegal secara on line
berdasarkan rekomendasi dari instansi terkait.
KESEPULUH : ...
- 5 -
KESEPULUH : Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk:
1. menyusun dan menyempurnakan regulasi terkait
pengawasan obat dan makanan sesuai dengan
tugas dan fungsinya;
2. melakukan sinergi dalam menyusun dan
menyempurnakan tata kelola dan bisnis proses
pengawasan obat dan makanan;
3. mengembangkan sistem pengawasan obat dan
makanan;
4. menyusun pedoman untuk peningkatan efektivitas
pengawasan obat dan makanan;
5. melakukan pemberian bimbingan teknis dan
supervisi di bidang pengawasan obat dan makanan;
dan
6. mengoordinasikan pelaksanaan pengawasan obat
dan makanan dengan instansi terkait.
KESEBELAS : Para Gubernur untuk:
1. meningkatkan koordinasi pengawasan obat dan
makanan;
2. melakukan pengawasan bahan berbahaya dan
penerbitan SIUP B2 untuk Pengecer Terdaftar
Bahan Berbahaya (PT-B2) sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
3. melakukan pengkajian ulang terhadap penerbitan
pengakuan pedagang besar farmasi cabang dan izin
usaha kecil obat tradisional sesuai standar dan
persyaratan;
4. melakukan ...
- 6 -
4. melakukan sanksi administratif berupa:
a. pencabutan pengakuan pedagang besar farmasi
cabang;
b. pencabutan izin usaha kecil obat tradisional;
dan
c. pencabutan izin pengecer bahan berbahaya,
berdasarkan rekomendasi Kepala Dinas Kesehatan
dan/atau Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
5. menerapkan sistem informasi database dan
pelaporan pemberian pengakuan pedagang besar
farmasi cabang dan izin usaha kecil obat
tradisional dengan mengacu pada sistem informasi
yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan
dan/atau Badan Pengawas Obat dan Makanan;
dan
6. melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagaimana
dimaksud dalam Instruksi Presiden ini kepada
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan dengan tembusan Menteri Dalam
Negeri, Menteri Kesehatan, dan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
KEDUABELAS : ...
- 7 -
KEDUABELAS : Para Bupati dan Walikota untuk:
1. meningkatkan koordinasi pengawasan obat dan
makanan;
2. melakukan sanksi administratif berupa:
a. pencabutan izin apotek;
b. pencabutan izin toko obat berizin;
c. pencabutan izin usaha mikro obat tradisional;
dan
d. pencabutan sertifikat produksi pangan industri
rumah tangga,
berdasarkan rekomendasi Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
3. melakukan pengkajian ulang terhadap fasilitas
pelayanan kesehatan/fasilitas kefarmasian sesuai
standar dan persyaratan;
4. melakukan pengkajian ulang sertifikasi produksi
industri rumah tangga sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
5. menerapkan ...
- 8 -
5. menerapkan sistem informasi database dan
pelaporan pemberian sertifikasi/perizinan fasilitas
pelayanan kesehatan/fasilitas kefarmasian, usaha
mikro obat tradisional, dan industri rumah tangga
pangan dengan mengacu pada sistem informasi
yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan
dan/atau Badan Pengawas Obat dan Makanan;
dan
6. melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagaimana
dimaksud dalam Instruksi Presiden ini kepada
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan dengan tembusan Menteri Dalam
Negeri, Menteri Kesehatan, Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan, dan Gubernur.
KETIGABELAS : Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan untuk :
1. melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
Instruksi Presiden ini; dan
2. melaporkan pelaksanaan Instruksi Presiden ini
kepada Presiden secara berkala setiap 6 (enam)
bulan atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
KEEMPATBELAS : Melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan penuh
tanggung jawab.
Instruksi ...
- 9 -
Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal
dikeluarkan.
Dikeluarkan di Jakarta
pada tanggal 10 Maret 2017
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
JOKO WIDODO
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI
Deputi Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan,
ttd.
Surat Indrijarso

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Permenkes 74 tahun 2016
Permenkes  74 tahun 2016Permenkes  74 tahun 2016
Permenkes 74 tahun 2016HelenWidaya
 
Pbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirt
Pbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirtPbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirt
Pbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirtGUNADARMA UNIVERSITY
 
73. per ka bpom no 8 tahun 2014 ttg perubahan per ka bpom nomor 28 tahun 2013
73. per ka bpom no 8 tahun 2014 ttg perubahan per ka bpom nomor 28 tahun 201373. per ka bpom no 8 tahun 2014 ttg perubahan per ka bpom nomor 28 tahun 2013
73. per ka bpom no 8 tahun 2014 ttg perubahan per ka bpom nomor 28 tahun 2013litacici
 
Pmk no. 35_ttg_perubahan_standar_pelayanan_kefarmasian_di_apotek_
Pmk no. 35_ttg_perubahan_standar_pelayanan_kefarmasian_di_apotek_Pmk no. 35_ttg_perubahan_standar_pelayanan_kefarmasian_di_apotek_
Pmk no. 35_ttg_perubahan_standar_pelayanan_kefarmasian_di_apotek_Ulfah Hanum
 
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotekPmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotekAlbertus Beny
 
Permenkes RI no. 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...
Permenkes RI no. 30 Tahun 2014  tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...Permenkes RI no. 30 Tahun 2014  tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...
Permenkes RI no. 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...Ulfah Hanum
 
Persyaratan mendirikan pbf
Persyaratan mendirikan pbfPersyaratan mendirikan pbf
Persyaratan mendirikan pbfNevada Farahiyah
 
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian OrganikPermentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian OrganikAchmad Wahid
 
Pp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatan
Pp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatanPp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatan
Pp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatanNovita Prameswati
 
Permenkes 72 2016 standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
Permenkes 72 2016 standar pelayanan kefarmasian di rumah sakitPermenkes 72 2016 standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
Permenkes 72 2016 standar pelayanan kefarmasian di rumah sakitickamooduto
 
kaitan antara undang-undang, PP,PMK
kaitan antara undang-undang, PP,PMKkaitan antara undang-undang, PP,PMK
kaitan antara undang-undang, PP,PMKmataram indonesia
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPetrusTogarma
 
Per kbpom no 32 tahun 2013 tentang ahp narkotik
Per kbpom no 32 tahun 2013 tentang ahp narkotikPer kbpom no 32 tahun 2013 tentang ahp narkotik
Per kbpom no 32 tahun 2013 tentang ahp narkotikGhifarry Rizqy
 
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotikaPermenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotikaUlfah Hanum
 
PERATURAN MENTERI PANRB NO 2 TAHUN 2020.pdf
PERATURAN MENTERI PANRB NO 2 TAHUN 2020.pdfPERATURAN MENTERI PANRB NO 2 TAHUN 2020.pdf
PERATURAN MENTERI PANRB NO 2 TAHUN 2020.pdfyustina11
 
PRESENTASI START UP BIDANG KE-FARMASI-AN 2
PRESENTASI START UP BIDANG KE-FARMASI-AN 2PRESENTASI START UP BIDANG KE-FARMASI-AN 2
PRESENTASI START UP BIDANG KE-FARMASI-AN 2ISD
 
Se hk.02.02 menkes-24-2017 juklak registrasi, izin praktik dan izin kerja ten...
Se hk.02.02 menkes-24-2017 juklak registrasi, izin praktik dan izin kerja ten...Se hk.02.02 menkes-24-2017 juklak registrasi, izin praktik dan izin kerja ten...
Se hk.02.02 menkes-24-2017 juklak registrasi, izin praktik dan izin kerja ten...Ulfah Hanum
 

Was ist angesagt? (18)

Permenkes 74 tahun 2016
Permenkes  74 tahun 2016Permenkes  74 tahun 2016
Permenkes 74 tahun 2016
 
Pbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirt
Pbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirtPbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirt
Pbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirt
 
73. per ka bpom no 8 tahun 2014 ttg perubahan per ka bpom nomor 28 tahun 2013
73. per ka bpom no 8 tahun 2014 ttg perubahan per ka bpom nomor 28 tahun 201373. per ka bpom no 8 tahun 2014 ttg perubahan per ka bpom nomor 28 tahun 2013
73. per ka bpom no 8 tahun 2014 ttg perubahan per ka bpom nomor 28 tahun 2013
 
Pmk no. 35_ttg_perubahan_standar_pelayanan_kefarmasian_di_apotek_
Pmk no. 35_ttg_perubahan_standar_pelayanan_kefarmasian_di_apotek_Pmk no. 35_ttg_perubahan_standar_pelayanan_kefarmasian_di_apotek_
Pmk no. 35_ttg_perubahan_standar_pelayanan_kefarmasian_di_apotek_
 
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotekPmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
 
Permenkes RI no. 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...
Permenkes RI no. 30 Tahun 2014  tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...Permenkes RI no. 30 Tahun 2014  tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...
Permenkes RI no. 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Pusk...
 
Persyaratan mendirikan pbf
Persyaratan mendirikan pbfPersyaratan mendirikan pbf
Persyaratan mendirikan pbf
 
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian OrganikPermentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
 
Pp no. 51_th_2009
Pp no. 51_th_2009Pp no. 51_th_2009
Pp no. 51_th_2009
 
Pp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatan
Pp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatanPp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatan
Pp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatan
 
Permenkes 72 2016 standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
Permenkes 72 2016 standar pelayanan kefarmasian di rumah sakitPermenkes 72 2016 standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
Permenkes 72 2016 standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
 
kaitan antara undang-undang, PP,PMK
kaitan antara undang-undang, PP,PMKkaitan antara undang-undang, PP,PMK
kaitan antara undang-undang, PP,PMK
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
 
Per kbpom no 32 tahun 2013 tentang ahp narkotik
Per kbpom no 32 tahun 2013 tentang ahp narkotikPer kbpom no 32 tahun 2013 tentang ahp narkotik
Per kbpom no 32 tahun 2013 tentang ahp narkotik
 
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotikaPermenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika
 
PERATURAN MENTERI PANRB NO 2 TAHUN 2020.pdf
PERATURAN MENTERI PANRB NO 2 TAHUN 2020.pdfPERATURAN MENTERI PANRB NO 2 TAHUN 2020.pdf
PERATURAN MENTERI PANRB NO 2 TAHUN 2020.pdf
 
PRESENTASI START UP BIDANG KE-FARMASI-AN 2
PRESENTASI START UP BIDANG KE-FARMASI-AN 2PRESENTASI START UP BIDANG KE-FARMASI-AN 2
PRESENTASI START UP BIDANG KE-FARMASI-AN 2
 
Se hk.02.02 menkes-24-2017 juklak registrasi, izin praktik dan izin kerja ten...
Se hk.02.02 menkes-24-2017 juklak registrasi, izin praktik dan izin kerja ten...Se hk.02.02 menkes-24-2017 juklak registrasi, izin praktik dan izin kerja ten...
Se hk.02.02 menkes-24-2017 juklak registrasi, izin praktik dan izin kerja ten...
 

Ähnlich wie PengawasanObatMakanan

1.Kebijakan Keamanan Pangan di Indonesia 2018_Palembang.pdf
1.Kebijakan Keamanan Pangan di   Indonesia 2018_Palembang.pdf1.Kebijakan Keamanan Pangan di   Indonesia 2018_Palembang.pdf
1.Kebijakan Keamanan Pangan di Indonesia 2018_Palembang.pdfAnharYt
 
Pmk no 35 2014 standar yan far di apotek
Pmk no 35 2014 standar yan far di apotekPmk no 35 2014 standar yan far di apotek
Pmk no 35 2014 standar yan far di apotekTotok Sudjianto
 
Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014
Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014
Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014Chynthya Riiweuh
 
Pedoman Teknis CDOB-2020.pdf
Pedoman Teknis CDOB-2020.pdfPedoman Teknis CDOB-2020.pdf
Pedoman Teknis CDOB-2020.pdfmarinautami3
 
2._PerBPOM_16_2023_.pdf
2._PerBPOM_16_2023_.pdf2._PerBPOM_16_2023_.pdf
2._PerBPOM_16_2023_.pdftulus14
 
20160602105914 peraturan menteri_ke
20160602105914 peraturan menteri_ke20160602105914 peraturan menteri_ke
20160602105914 peraturan menteri_keAndi Ditha J
 
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas Ulfah Hanum
 
Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_ (1)
Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_ (1)Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_ (1)
Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_ (1)saninuraeni
 
peran seksi kefarmasian.pptx
peran seksi kefarmasian.pptxperan seksi kefarmasian.pptx
peran seksi kefarmasian.pptxDewiSantika29
 
4 sistem-pengawasan-makanan-di-indonesia.ppt
4 sistem-pengawasan-makanan-di-indonesia.ppt4 sistem-pengawasan-makanan-di-indonesia.ppt
4 sistem-pengawasan-makanan-di-indonesia.pptadham50
 
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfarPer BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfarUlfah Hanum
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apoteklaniatmadja
 
Permenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdf
Permenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdfPermenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdf
Permenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdfzelsapuspitasari1
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apoteklaniatmadja
 
Pmk 58 tahun 2014 ttg standar yanfar rs
Pmk 58 tahun 2014 ttg standar yanfar rsPmk 58 tahun 2014 ttg standar yanfar rs
Pmk 58 tahun 2014 ttg standar yanfar rsAlbertus Beny
 
MATERI PEMBEKALAN MHS APOTEKER- Regulasi praktek kefarmasian FOR ISTN.pptx
MATERI PEMBEKALAN MHS APOTEKER- Regulasi praktek kefarmasian FOR ISTN.pptxMATERI PEMBEKALAN MHS APOTEKER- Regulasi praktek kefarmasian FOR ISTN.pptx
MATERI PEMBEKALAN MHS APOTEKER- Regulasi praktek kefarmasian FOR ISTN.pptxAhmadSofyanAtsauri
 
Per kabpom di_ifiot
Per kabpom di_ifiotPer kabpom di_ifiot
Per kabpom di_ifiotIinSuhesti1
 
Kebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOM
Kebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOMKebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOM
Kebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOMStenly Mandagi
 

Ähnlich wie PengawasanObatMakanan (20)

1.Kebijakan Keamanan Pangan di Indonesia 2018_Palembang.pdf
1.Kebijakan Keamanan Pangan di   Indonesia 2018_Palembang.pdf1.Kebijakan Keamanan Pangan di   Indonesia 2018_Palembang.pdf
1.Kebijakan Keamanan Pangan di Indonesia 2018_Palembang.pdf
 
Pmk no 35 2014 standar yan far di apotek
Pmk no 35 2014 standar yan far di apotekPmk no 35 2014 standar yan far di apotek
Pmk no 35 2014 standar yan far di apotek
 
Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014
Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014
Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014
 
Pedoman Teknis CDOB-2020.pdf
Pedoman Teknis CDOB-2020.pdfPedoman Teknis CDOB-2020.pdf
Pedoman Teknis CDOB-2020.pdf
 
CPOB 2012
CPOB 2012CPOB 2012
CPOB 2012
 
2._PerBPOM_16_2023_.pdf
2._PerBPOM_16_2023_.pdf2._PerBPOM_16_2023_.pdf
2._PerBPOM_16_2023_.pdf
 
20160602105914 peraturan menteri_ke
20160602105914 peraturan menteri_ke20160602105914 peraturan menteri_ke
20160602105914 peraturan menteri_ke
 
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas
 
Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_ (1)
Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_ (1)Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_ (1)
Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_ (1)
 
peran seksi kefarmasian.pptx
peran seksi kefarmasian.pptxperan seksi kefarmasian.pptx
peran seksi kefarmasian.pptx
 
4 sistem-pengawasan-makanan-di-indonesia.ppt
4 sistem-pengawasan-makanan-di-indonesia.ppt4 sistem-pengawasan-makanan-di-indonesia.ppt
4 sistem-pengawasan-makanan-di-indonesia.ppt
 
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfarPer BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
 
Tugas makalah oai kel 7
Tugas makalah oai kel 7Tugas makalah oai kel 7
Tugas makalah oai kel 7
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
 
Permenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdf
Permenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdfPermenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdf
Permenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdf
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
 
Pmk 58 tahun 2014 ttg standar yanfar rs
Pmk 58 tahun 2014 ttg standar yanfar rsPmk 58 tahun 2014 ttg standar yanfar rs
Pmk 58 tahun 2014 ttg standar yanfar rs
 
MATERI PEMBEKALAN MHS APOTEKER- Regulasi praktek kefarmasian FOR ISTN.pptx
MATERI PEMBEKALAN MHS APOTEKER- Regulasi praktek kefarmasian FOR ISTN.pptxMATERI PEMBEKALAN MHS APOTEKER- Regulasi praktek kefarmasian FOR ISTN.pptx
MATERI PEMBEKALAN MHS APOTEKER- Regulasi praktek kefarmasian FOR ISTN.pptx
 
Per kabpom di_ifiot
Per kabpom di_ifiotPer kabpom di_ifiot
Per kabpom di_ifiot
 
Kebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOM
Kebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOMKebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOM
Kebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOM
 

Mehr von dentalid

Pedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakit
Pedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakitPedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakit
Pedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakitdentalid
 
Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi Dan Upaya Pencegahannya
Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi Dan Upaya PencegahannyaGangguan Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi Dan Upaya Pencegahannya
Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi Dan Upaya Pencegahannyadentalid
 
Renstra Kemenkes 2015 2019
Renstra Kemenkes 2015 2019Renstra Kemenkes 2015 2019
Renstra Kemenkes 2015 2019dentalid
 
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgi
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgiPanduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgi
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgidentalid
 
Diagnosis and conservative treatment of skeletal
Diagnosis and conservative treatment of skeletalDiagnosis and conservative treatment of skeletal
Diagnosis and conservative treatment of skeletaldentalid
 
Evaluation of shear bond strength of veneering
Evaluation of shear bond strength of veneeringEvaluation of shear bond strength of veneering
Evaluation of shear bond strength of veneeringdentalid
 
Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...
Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...
Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...dentalid
 
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIAKODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIAdentalid
 
Odontologi Forensik
Odontologi ForensikOdontologi Forensik
Odontologi Forensikdentalid
 
Global economic impact of dental diseases
Global economic impact of dental diseasesGlobal economic impact of dental diseases
Global economic impact of dental diseasesdentalid
 
Visagism : The Art of Dental Composition
Visagism : The Art of Dental CompositionVisagism : The Art of Dental Composition
Visagism : The Art of Dental Compositiondentalid
 
Peran dokter gigi dalam tindak pidana
Peran dokter gigi dalam tindak pidanaPeran dokter gigi dalam tindak pidana
Peran dokter gigi dalam tindak pidanadentalid
 
Importance of Digital Dental Photography in the Practice of Dentistry
Importance of Digital Dental Photography in the Practice of DentistryImportance of Digital Dental Photography in the Practice of Dentistry
Importance of Digital Dental Photography in the Practice of Dentistrydentalid
 
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)dentalid
 

Mehr von dentalid (14)

Pedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakit
Pedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakitPedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakit
Pedoman pengajuan kewenangan klinis dokter gigi di rumah sakit
 
Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi Dan Upaya Pencegahannya
Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi Dan Upaya PencegahannyaGangguan Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi Dan Upaya Pencegahannya
Gangguan Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi Dan Upaya Pencegahannya
 
Renstra Kemenkes 2015 2019
Renstra Kemenkes 2015 2019Renstra Kemenkes 2015 2019
Renstra Kemenkes 2015 2019
 
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgi
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgiPanduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgi
Panduan praktik klinik bagi dokter gigi dari pb pdgi
 
Diagnosis and conservative treatment of skeletal
Diagnosis and conservative treatment of skeletalDiagnosis and conservative treatment of skeletal
Diagnosis and conservative treatment of skeletal
 
Evaluation of shear bond strength of veneering
Evaluation of shear bond strength of veneeringEvaluation of shear bond strength of veneering
Evaluation of shear bond strength of veneering
 
Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...
Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...
Modified maximum tangential stress criterion for fracture behavior of zirconi...
 
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIAKODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI INDONESIA
 
Odontologi Forensik
Odontologi ForensikOdontologi Forensik
Odontologi Forensik
 
Global economic impact of dental diseases
Global economic impact of dental diseasesGlobal economic impact of dental diseases
Global economic impact of dental diseases
 
Visagism : The Art of Dental Composition
Visagism : The Art of Dental CompositionVisagism : The Art of Dental Composition
Visagism : The Art of Dental Composition
 
Peran dokter gigi dalam tindak pidana
Peran dokter gigi dalam tindak pidanaPeran dokter gigi dalam tindak pidana
Peran dokter gigi dalam tindak pidana
 
Importance of Digital Dental Photography in the Practice of Dentistry
Importance of Digital Dental Photography in the Practice of DentistryImportance of Digital Dental Photography in the Practice of Dentistry
Importance of Digital Dental Photography in the Practice of Dentistry
 
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)
 

Kürzlich hochgeladen

ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...WulanNovianti7
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdf
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdfdr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdf
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdfMeboix
 
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.pptPPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.pptTriUmiana1
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxUswaTulFajri
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFRisaFatmasari
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptRaniNarti
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxghinaalmiranurdiani
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 

Kürzlich hochgeladen (16)

ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdf
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdfdr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdf
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdf
 
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.pptPPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 

PengawasanObatMakanan

  • 1. INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Untuk meningkatkan efektivitas dan penguatan pengawasan obat dan makanan, dengan ini menginstruksikan: Kepada : 1. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan; 2. Menteri Kesehatan; 3. Menteri Perdagangan; 4. Menteri Perindustrian; 5. Menteri Pertanian; 6. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi; 7. Menteri Dalam Negeri; 8. Menteri Kelautan dan Perikanan; 9. Menteri Komunikasi dan Informatika; 10. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan; 11. Para Gubernur; dan 12. Para Bupati dan Walikota, Untuk : PERTAMA : Mengambil langkah-langkah sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing untuk melakukan peningkatan efektivitas dan penguatan pengawasan obat dan makanan yang meliputi: 1. sediaan ...
  • 2. - 2 - 1. sediaan farmasi, yang terdiri dari obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik; 2. ekstrak bahan alam; 3. suplemen kesehatan; 4. pangan olahan; dan 5. bahan berbahaya yang berpotensi disalahgunakan, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. KEDUA : Menteri Kesehatan untuk melakukan koordinasi dan sinergi dalam menyusun dan menyempurnakan regulasi di bidang pengawasan sediaan farmasi serta tata kelola dan bisnis proses pengawasan sediaan farmasi yang transparan dan akuntabel untuk meningkatkan keamanan, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi. KETIGA : Menteri Perdagangan untuk: 1. meningkatkan pengawasan terhadap pengadaan impor dan distribusi bahan berbahaya yang berpotensi disalahgunakan sampai ke pengguna akhir; dan 2. melakukan sanksi administratif berupa: a. pencabutan Surat Izin Usaha Perdagangan Bahan Berbahaya (SIUP-B2) untuk Distributor Terdaftar Bahan Berbahaya (DT-B2); b. pencabutan pengakuan Importir Produsen Bahan Berbahaya (IP-B2); dan c. pencabutan penetapan sebagai Importir Terdaftar Bahan Berbahaya (IT-B2). KEEMPAT : ...
  • 3. - 3 - KEEMPAT : Menteri Perindustrian untuk: 1. melakukan sinergi, kolaborasi, dan kerja sama dalam pemeriksaan sarana produksi terkait Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik untuk pangan olahan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib; 2. meningkatkan pengawasan produksi dan penggunaan bahan berbahaya yang berpotensi disalahgunakan melalui penyusunan dan penetapan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria; dan 3. melakukan pengkajian ulang dan harmonisasi standar kemasan pangan. KELIMA : Menteri Pertanian untuk: 1. melakukan sinergi, kolaborasi, dan kerja sama dalam pemeriksaan sarana produksi terkait Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik untuk pangan olahan asal hewan dan asal tumbuhan; dan 2. meningkatkan pengawasan produk obat hewan, pupuk, dan pestisida yang menggunakan bahan berbahaya yang berpotensi disalahgunakan sampai ke tingkat peredaran. KEENAM : Menteri Kelautan dan Perikanan untuk: 1. melakukan sinergi, kolaborasi, dan kerja sama dalam pemeriksaan sarana produksi untuk pemberian Sertifikat Kelayakan Pengolahan, Sertifikat Penerapan Program Manajemen Mutu Terpadu, dan Sertifikat Kesehatan Produk Pengolahan Ikan terhadap pelaku usaha industri pengolahan ikan; dan 2. meningkatkan ...
  • 4. - 4 - 2. meningkatkan pengawasan produk obat ikan yang menggunakan bahan berbahaya yang berpotensi disalahgunakan sampai ke tingkat peredaran. KETUJUH : Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk melaksanakan percepatan reformasi birokrasi melalui penataan kelembagaan, perbaikan bisnis proses dan kinerja, serta peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia pada instansi yang menangani bidang pengawasan obat dan makanan. KEDELAPAN : Menteri Dalam Negeri untuk meningkatkan pembinaan dan pengawasan kepada Gubernur, Bupati dan Walikota terkait pelaksanaan urusan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan dan minuman, serta pembinaan terhadap produk hukum daerah yang berkaitan dengan urusan dimaksud. KESEMBILAN : Menteri Komunikasi dan Informatika untuk melakukan pemblokiran situs yang mempromosikan dan/atau menjual obat dan makanan ilegal secara on line berdasarkan rekomendasi dari instansi terkait. KESEPULUH : ...
  • 5. - 5 - KESEPULUH : Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk: 1. menyusun dan menyempurnakan regulasi terkait pengawasan obat dan makanan sesuai dengan tugas dan fungsinya; 2. melakukan sinergi dalam menyusun dan menyempurnakan tata kelola dan bisnis proses pengawasan obat dan makanan; 3. mengembangkan sistem pengawasan obat dan makanan; 4. menyusun pedoman untuk peningkatan efektivitas pengawasan obat dan makanan; 5. melakukan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan obat dan makanan; dan 6. mengoordinasikan pelaksanaan pengawasan obat dan makanan dengan instansi terkait. KESEBELAS : Para Gubernur untuk: 1. meningkatkan koordinasi pengawasan obat dan makanan; 2. melakukan pengawasan bahan berbahaya dan penerbitan SIUP B2 untuk Pengecer Terdaftar Bahan Berbahaya (PT-B2) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; 3. melakukan pengkajian ulang terhadap penerbitan pengakuan pedagang besar farmasi cabang dan izin usaha kecil obat tradisional sesuai standar dan persyaratan; 4. melakukan ...
  • 6. - 6 - 4. melakukan sanksi administratif berupa: a. pencabutan pengakuan pedagang besar farmasi cabang; b. pencabutan izin usaha kecil obat tradisional; dan c. pencabutan izin pengecer bahan berbahaya, berdasarkan rekomendasi Kepala Dinas Kesehatan dan/atau Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 5. menerapkan sistem informasi database dan pelaporan pemberian pengakuan pedagang besar farmasi cabang dan izin usaha kecil obat tradisional dengan mengacu pada sistem informasi yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan dan/atau Badan Pengawas Obat dan Makanan; dan 6. melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Instruksi Presiden ini kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dengan tembusan Menteri Dalam Negeri, Menteri Kesehatan, dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. KEDUABELAS : ...
  • 7. - 7 - KEDUABELAS : Para Bupati dan Walikota untuk: 1. meningkatkan koordinasi pengawasan obat dan makanan; 2. melakukan sanksi administratif berupa: a. pencabutan izin apotek; b. pencabutan izin toko obat berizin; c. pencabutan izin usaha mikro obat tradisional; dan d. pencabutan sertifikat produksi pangan industri rumah tangga, berdasarkan rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 3. melakukan pengkajian ulang terhadap fasilitas pelayanan kesehatan/fasilitas kefarmasian sesuai standar dan persyaratan; 4. melakukan pengkajian ulang sertifikasi produksi industri rumah tangga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 5. menerapkan ...
  • 8. - 8 - 5. menerapkan sistem informasi database dan pelaporan pemberian sertifikasi/perizinan fasilitas pelayanan kesehatan/fasilitas kefarmasian, usaha mikro obat tradisional, dan industri rumah tangga pangan dengan mengacu pada sistem informasi yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan dan/atau Badan Pengawas Obat dan Makanan; dan 6. melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Instruksi Presiden ini kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dengan tembusan Menteri Dalam Negeri, Menteri Kesehatan, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan Gubernur. KETIGABELAS : Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan untuk : 1. melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Instruksi Presiden ini; dan 2. melaporkan pelaksanaan Instruksi Presiden ini kepada Presiden secara berkala setiap 6 (enam) bulan atau sewaktu-waktu apabila diperlukan. KEEMPATBELAS : Melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan penuh tanggung jawab. Instruksi ...
  • 9. - 9 - Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan. Dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 10 Maret 2017 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. JOKO WIDODO Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI Deputi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, ttd. Surat Indrijarso