SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
Sebab-sebab mental disorder menurut Kartini Kartono (2014) ada 3 faktor penyebab 
timbulnya mental disorder, yaitu: 
1. Predisposisi struktur biologis/jasmani dan mental atau kepribadian yang lemah 
2. Konflik-konflik sosial dan konflik-konflik kultural yang mempengaruhi diri manusia 
3. Internalisasi dari pengalaman yang keliru, yaitu pencernaan pengalaman oleh diri 
subjek yang salah. 
- Ada dua jenis konflik-konflik sosial, yaitu: 
1. Konflik terbuka antar manusia 
2. Konflik batin dalam diri sendiri 
Biasanya kedua konflik inibisa diselesaikan oleh individu sendiri, tanpa ikut campurnya 
orang luar juga tanpa menimbulkan mental disorder. Akan tetapi adakalanya persaingan dan 
konflik-konflik itu berlangsung sangat tidak sehat dan terus-menerus, sehingga menjadi 
kronis dan sangat mengganggu ketegangan jiwa, lalu menyebabkan timbulnya mental 
disorder yang terpendam dan tertutup, sifaatnya sangat serius dan membahayakan kesehatan 
jiwa penderitanya. 
- Konflik budaya 
Penyebab munculnya konflik budaya, antara lain: 
1. Semakin banyak munculnya kekuatan-kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang 
sangat agresif. 
2. Mengakibatkan kekuatan-kekuatan sosial, politik dan ekonomi saling 
berkonkurensi 
3. Memperebutkan kekuasaan dan keuntungan. 
Dari tiga penyebab tersebut akhirnya muncul macam-macam krisis kebudayaan. 
Konflik-konflik kultural dan krisis tersebut menyebabkan banyak ketakutan, 
kecemasan, kebingungan, juga kehidupan perasaan jadi semakin datar dan dingin 
membeku, tidak peduli terhadap orang lain dan diri sendiri. Dari konflik-konflik 
tersebut timbulah gejala apatisme, dan kepasifan ekstrim yang sering 
dikompensasikan dalam bentuk-bentuk pemberontakan, misalnya drug addiction, 
juvenile deliquency, kriminalitas, adikalisme politik, radikalisme agama, etc. 
Konflik-konflik budaya berupa: 
1. Konflik-konflik batin dalam diri pribadi sebagai akibat dari partisipasinya 
individu dalam beberapa kelompok sosial yang mengejar nilai-nilai 
kontradiktif dan mempunyai standar normatif yang sangat bertentangan satu 
sama lain.
2. Konflik antara individu dengan masyarakat karena interes yang berbeda 
3. Konflik antara nilai- nilai dari tingkah laku dua kelompok sosial atau lebih. 
Kartono, Kartini. 2014. Patologi Sosial jilid 1. Jakarta: Raja Grafindo Persada 
Kasus: 
Sebuah kasus gangguan depresi mayor (diadaptasi dari Spitzer dkk,1989) 
Seorang pegawai administrasi perempuan berusia 38 tahun, telah menderita depresi singkat 
yang muncul berulang kali sejak ia berusia 13 tahun. Terakhir ia merasa terganggu oleh 
serangan menangis di tempat kerjanya, terkadang muncul secara sangat tiba – tiba sehingga ia 
tidak punya cukup waktu untuk lari ke toilet wanita demi menyembunyikan tangisnya dari 
orang lain. Ia mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi saat bekerja dan merasa kurang 
mendapat kepuasan dari pekerjaan yang sebelumnya sangat ia nikmati. Ia menyimpan 
perasaan psimistis dan rasa marah yang parah, yang akhir-akhir ini telah menjadi semakin 
parah karena berat badannya bertambah dan ia mengabaikan perawatan terhadap diabes yang 
diidapnya. Ia merasa bersalah terhadap kemungkinan bahwa ia sedang membunuh dirinya 
sendiri secara perlahan-lahan dengan tidak menjaga kesehatannya secara lebih baik. Ia 
tekadang merasa pantas untuk mati. Ia merasa terganggu oleh rasa kantuk yang berlebihan 
selama satu setengah tahun terakhir ini, dan surat izin mengemudinya telah ditahan karena 
kecelakaan bulan kemarin dimana ia tertidur saat menyetir, yang menyebabkan mobilnya 
menabrak kotak telepon umum. Hampir tiap pagi ia bangun dengan rasa pusing dan merasa 
tidak bersemangat, serta tetap mengantuk sepanjang hari. Ia tidak pernah memiliki pacar 
tetap, dan hidup tentram dengan ibunya, tanpa adanya teman dekat di luar keluarganya. 
Selama wawancara, ia berulangkali menangis dan menjawab pertanyaan dengan nada suara 
yang lambat, sambil terus menerus melihat ke bawah. 
Penanganan – penanganan yang efektif dalam menangani depresi (Depression Guidelini 
Panel,1993): 
1. Pengobatan antidepresan (tricyclic atau selective, serotonin-reuptake inhibitors) 
2. Tiga bentuk spesifik dari psikoterapi : terapi kognitif, terapi perilaku, dan terapi 
interpersonal. 
3. Suatu kombinasi dari salah satu bentuk psikoterapi yang direkomendasikan dengan 
pengobatan antridepresan.
4. Bentuk penanganan tertentu laiinnya, termasuk ECT dan fototerapi untuk depresi 
musiman. 
Nevid, Jeffrey S, dkk. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga

More Related Content

Similar to Faktor penyebab dan penanganan gangguan depresi mayor menurut beberapa ahli

Similar to Faktor penyebab dan penanganan gangguan depresi mayor menurut beberapa ahli (20)

Askep gangguan alam perasaa1
Askep gangguan alam perasaa1Askep gangguan alam perasaa1
Askep gangguan alam perasaa1
 
Depresi makalah
Depresi makalahDepresi makalah
Depresi makalah
 
Depresi
DepresiDepresi
Depresi
 
Depresi makalah
Depresi makalahDepresi makalah
Depresi makalah
 
Askep gangguan alam perasaa1
Askep gangguan alam perasaa1Askep gangguan alam perasaa1
Askep gangguan alam perasaa1
 
Kp 3.1.37 gangguan afektif psikotik
Kp 3.1.37 gangguan afektif psikotikKp 3.1.37 gangguan afektif psikotik
Kp 3.1.37 gangguan afektif psikotik
 
Konflik dan kekerasan
Konflik dan kekerasanKonflik dan kekerasan
Konflik dan kekerasan
 
Kb 2 asuhan keperawatan tentamen suicide dan kejang anak
Kb 2 asuhan keperawatan tentamen suicide dan kejang anakKb 2 asuhan keperawatan tentamen suicide dan kejang anak
Kb 2 asuhan keperawatan tentamen suicide dan kejang anak
 
Sumber-sumber Konflik
Sumber-sumber KonflikSumber-sumber Konflik
Sumber-sumber Konflik
 
Makalah depresi
Makalah depresiMakalah depresi
Makalah depresi
 
Makalah depresi
Makalah depresiMakalah depresi
Makalah depresi
 
Makalah depresi (5)
Makalah depresi (5)Makalah depresi (5)
Makalah depresi (5)
 
Makalah depresi (2)
Makalah depresi (2)Makalah depresi (2)
Makalah depresi (2)
 
Psikologi modul 3 kb 4
Psikologi modul 3 kb 4Psikologi modul 3 kb 4
Psikologi modul 3 kb 4
 
PPT STOP BULLYING.pdf
PPT STOP BULLYING.pdfPPT STOP BULLYING.pdf
PPT STOP BULLYING.pdf
 
Makalah rbd kel.2
Makalah rbd kel.2Makalah rbd kel.2
Makalah rbd kel.2
 
Deteksi Dini Bencana Sosial
Deteksi Dini Bencana SosialDeteksi Dini Bencana Sosial
Deteksi Dini Bencana Sosial
 
TUGAS MANUSIA DAN PENDERITAAN
TUGAS MANUSIA DAN PENDERITAANTUGAS MANUSIA DAN PENDERITAAN
TUGAS MANUSIA DAN PENDERITAAN
 
TUGAS MANUSIA DAN PENDERITAAN
TUGAS MANUSIA DAN PENDERITAANTUGAS MANUSIA DAN PENDERITAAN
TUGAS MANUSIA DAN PENDERITAAN
 
26153 tugas ilmu budaya dasar
26153 tugas ilmu budaya dasar 26153 tugas ilmu budaya dasar
26153 tugas ilmu budaya dasar
 

Faktor penyebab dan penanganan gangguan depresi mayor menurut beberapa ahli

  • 1. Sebab-sebab mental disorder menurut Kartini Kartono (2014) ada 3 faktor penyebab timbulnya mental disorder, yaitu: 1. Predisposisi struktur biologis/jasmani dan mental atau kepribadian yang lemah 2. Konflik-konflik sosial dan konflik-konflik kultural yang mempengaruhi diri manusia 3. Internalisasi dari pengalaman yang keliru, yaitu pencernaan pengalaman oleh diri subjek yang salah. - Ada dua jenis konflik-konflik sosial, yaitu: 1. Konflik terbuka antar manusia 2. Konflik batin dalam diri sendiri Biasanya kedua konflik inibisa diselesaikan oleh individu sendiri, tanpa ikut campurnya orang luar juga tanpa menimbulkan mental disorder. Akan tetapi adakalanya persaingan dan konflik-konflik itu berlangsung sangat tidak sehat dan terus-menerus, sehingga menjadi kronis dan sangat mengganggu ketegangan jiwa, lalu menyebabkan timbulnya mental disorder yang terpendam dan tertutup, sifaatnya sangat serius dan membahayakan kesehatan jiwa penderitanya. - Konflik budaya Penyebab munculnya konflik budaya, antara lain: 1. Semakin banyak munculnya kekuatan-kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang sangat agresif. 2. Mengakibatkan kekuatan-kekuatan sosial, politik dan ekonomi saling berkonkurensi 3. Memperebutkan kekuasaan dan keuntungan. Dari tiga penyebab tersebut akhirnya muncul macam-macam krisis kebudayaan. Konflik-konflik kultural dan krisis tersebut menyebabkan banyak ketakutan, kecemasan, kebingungan, juga kehidupan perasaan jadi semakin datar dan dingin membeku, tidak peduli terhadap orang lain dan diri sendiri. Dari konflik-konflik tersebut timbulah gejala apatisme, dan kepasifan ekstrim yang sering dikompensasikan dalam bentuk-bentuk pemberontakan, misalnya drug addiction, juvenile deliquency, kriminalitas, adikalisme politik, radikalisme agama, etc. Konflik-konflik budaya berupa: 1. Konflik-konflik batin dalam diri pribadi sebagai akibat dari partisipasinya individu dalam beberapa kelompok sosial yang mengejar nilai-nilai kontradiktif dan mempunyai standar normatif yang sangat bertentangan satu sama lain.
  • 2. 2. Konflik antara individu dengan masyarakat karena interes yang berbeda 3. Konflik antara nilai- nilai dari tingkah laku dua kelompok sosial atau lebih. Kartono, Kartini. 2014. Patologi Sosial jilid 1. Jakarta: Raja Grafindo Persada Kasus: Sebuah kasus gangguan depresi mayor (diadaptasi dari Spitzer dkk,1989) Seorang pegawai administrasi perempuan berusia 38 tahun, telah menderita depresi singkat yang muncul berulang kali sejak ia berusia 13 tahun. Terakhir ia merasa terganggu oleh serangan menangis di tempat kerjanya, terkadang muncul secara sangat tiba – tiba sehingga ia tidak punya cukup waktu untuk lari ke toilet wanita demi menyembunyikan tangisnya dari orang lain. Ia mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi saat bekerja dan merasa kurang mendapat kepuasan dari pekerjaan yang sebelumnya sangat ia nikmati. Ia menyimpan perasaan psimistis dan rasa marah yang parah, yang akhir-akhir ini telah menjadi semakin parah karena berat badannya bertambah dan ia mengabaikan perawatan terhadap diabes yang diidapnya. Ia merasa bersalah terhadap kemungkinan bahwa ia sedang membunuh dirinya sendiri secara perlahan-lahan dengan tidak menjaga kesehatannya secara lebih baik. Ia tekadang merasa pantas untuk mati. Ia merasa terganggu oleh rasa kantuk yang berlebihan selama satu setengah tahun terakhir ini, dan surat izin mengemudinya telah ditahan karena kecelakaan bulan kemarin dimana ia tertidur saat menyetir, yang menyebabkan mobilnya menabrak kotak telepon umum. Hampir tiap pagi ia bangun dengan rasa pusing dan merasa tidak bersemangat, serta tetap mengantuk sepanjang hari. Ia tidak pernah memiliki pacar tetap, dan hidup tentram dengan ibunya, tanpa adanya teman dekat di luar keluarganya. Selama wawancara, ia berulangkali menangis dan menjawab pertanyaan dengan nada suara yang lambat, sambil terus menerus melihat ke bawah. Penanganan – penanganan yang efektif dalam menangani depresi (Depression Guidelini Panel,1993): 1. Pengobatan antidepresan (tricyclic atau selective, serotonin-reuptake inhibitors) 2. Tiga bentuk spesifik dari psikoterapi : terapi kognitif, terapi perilaku, dan terapi interpersonal. 3. Suatu kombinasi dari salah satu bentuk psikoterapi yang direkomendasikan dengan pengobatan antridepresan.
  • 3. 4. Bentuk penanganan tertentu laiinnya, termasuk ECT dan fototerapi untuk depresi musiman. Nevid, Jeffrey S, dkk. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga