Ayub tetap setia kepada Allah meskipun kehilangan segala yang dimilikinya dan menderita sakit parah atas godaan Setan. Istri Ayub bahkan menyuruhnya mengutuk Allah, namun Ayub menolak dan tetap memegang teguh imannya. Ayub dianggap sebagai contoh kesetiaan kepada Allah di tengah penderitaan, seperti halnya Yesus yang tidak berdosa meski diuji.
1. “APAKAH DENGAN TIDAK
MENDAPAT APA-APA AYUB
TETAP TAKUT AKAN ALLAH?”
Pelajaran 3 untuk 15 Oktober 2016
Adapted from www.fustero.es
www.gmahktanjungpinang.org
2. Kitab Ayub pasal 1 dan 2
memberitahukan bagaimana setan
menuduh bahwa ALLAH berpihak
kepada Ayub melalui berkat-
berkat-Nya yang limpah dan
bagaimana respon Ayub terhadap
masalah-masalah yang setan
timpakan kepadanya.
Tuduhan Setan:
Pagar di Sekeliling Ayub.
Kulit ganti kulit.
Integritas Ayub:
Ayub dan Adam.
Ayub dan Istrinya.
Ayub dan Yesus.
3. PAGAR DI SEKELILING AYUB
“Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub
takut akan Allah? Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan
rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati
dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.’” (Ayub 1:9-10)
Berkat materi yang melimpah, keluarga yang diberkati, sebuah reputasi yang baik
… Ayub telah benar-benar dikelilingi oleh tangan perlindungan ALLAH.
Selain itu, Ayub memiliki karakter yang benar dan Ia melayani ALLAH dengan
setia. Namunpun demikian, apakah Ayub tetap setia seperti itu ketika ia tidak lagi
diberkati oleh ALLAH?
Karakter Ayub dipertanyakan oleh setan, namun serangan tersebut diarahkan
kepada ALLAH. Apakah ALLAH sengaja memberkati Ayub dengan tujuan agar Ayub
melayani-Nya? Akankah kita tetap mengasihi ALLAH jika kita tidak mendapatkan
apa-apa sebagai imbalannya?
Mengapa saya mengasihi
TUHAN dan melayani-
Nya? Apakah yang
menjadi motivasi bagi
saya? Apakah saya
digerakkan oleh kasih
atau hanya kepentingan
diri sendiri?
4. “Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Kulit
ganti kulit! Orang akan memberikan segala
yang dipunyainya ganti nyawanya.
Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah
tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki
Engkau di hadapan-Mu."!’” (Ayub 2:4-5)
Setan menemui ALLAH kembali
dan ALLAH menunjukkan
kepadanya bagaimana Ayub tetap
setia kepada-Nya setelah semua
pencobaan yang telah ia terima.
Setan merasa terpojok di hadapan
makhluk surga, namun ia masih
mencoba menggunakan argumen-
argumen kepada ALLAH “Kulit
ganti kulit”. Menurut setan, tidak
ada seorangppun yang akan setia
kepada ALLAH jika mereka tidak
mendapat imbalan apa-apa.
Argumen tersebut masih berkisar
tentang Karakter ALLAH. Apakah
Ia Suatu Oknum yang
diktator/lalim ataukah suatu
Oknum Yang Maha Kasih?
Oleh karena itu, rencana penebusan meliputi lebih dari
menyelamatkan umat manusia, namun juga mencakup
memulihkan nama ALLAH di hadapan alam semesta.
6. “Dalam kesemuanya itu Ayub tidak
berbuat dosa dan tidak menuduh Allah
berbuat yang kurang patut.” (Ayub 1:22)
ALLAH mengizinkan Setan untuk mencobai
Ayub. Namun Ayub tetap setia meskipun ia
telah kehilangan segala yang ia miliki.
ALLAH memberikan hak penuh bagi Ayub untuk
memilih melayani ALLAH atau menolak-Nya.
Jika kita tidak sanggup menanggung suatu
pencobaan, ALLAH tidak akan mengizinkan
pencobaan itu datang kepada kita (1 Korintus
10:13).
Adam dan Hawa, makhluk yang tidak berdosa
(sebelumnya) di tengah-tengah firdaus yang
sempurna, melanggar perintah ALLAH dan jatuh ke
dalam dosa;
Ayub, di tengah-tengah penderitaan dan
kehancuran, tetap setia kepada TUHAN.
Dalam kedua kasus tersebut, kita dapat memetik
suatu teladan yang nyata tentang kebebasan/hak
memilih yang ALLAH berikan kepada umat manusia.
AYUB DAN ADAM
7. “Maka berkatalah isterinya kepadanya:
"Masih bertekunkah engkau dalam
kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan
matilah!" (Ayub 2:9)
Ayub tetap berdiri dengan setia meskipun atas serangan setan
yang pertama terhadapnya (Ayub 2:3). Setelah serangan ke-2,
Setan bertanya kepada Ayub melalui istri Ayub sendiri, “Masih
bertekunkah engkau dalam kesalehanmu?”
Istri Ayub benar-benar putus asa dan menderita. Ia tidak dapat
mengerti mengapa suaminya masih menghormati dan
menghargai ALLAH, karena ia berpikir bahwa ALLAH lah Yang
mengambil segala sesuatu yang mereka miliki.
“Apakah kita mau menerima yang baik dari
Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?”
(Ayub 2:10). Inilah pusat dari iman Ayub . Ayub
belajar untuk percaya sepenuhnya kepada ALLAH
dan merasa puas atas situasi apapun, sama halnya
dengan Paulus beberapa abad kemudian.
Iman kita saat ini harus dilandaskan pada dasar
yang sama ; “Segala perkara dapat kutanggung
dalam Dia yang memberikan kekuatan
kepadaku.” (Filipi 4:13).
AYUB DAN
ISTRINYA
8. “Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa
… Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa
dengan bibirnya.” (Ayub 1:22; 2:10)
AYUB DAN YESUS
Meskipun setelah menghadapi 2 pencobaan
yang berat, Alkitab menyatakan bahwa Ayub
tidak berbuat dosa. Ia tidak berdosa baik oleh
perbuatan maupun termasuk oleh perkataan.
Tentu saja itu tidak berarti bahwa Ayub sama
sekali tidak pernah berbuat dosa. Ia
membutuhkan Jurus’lamat sama halnya
dengan kita (Ayub 19:25). Yang membedakan
antara Ayub dengan kita adalah ia tetap setia
kepada ALLAH.
Oleh karena itu, Ayub dapat dipandang sebagai
suatu simbol, yang melambangkan YESUS yang
tak berdaya, di tengah-tengah pencobaan
dalam keadaan tubuh yang begitu lemah
sekalipun, Ia tidak menyerah, tidak jatuh ke
dalam dosa, dengan demikian hal ini
membantah tuduhan setan terhadap ALLAH.