Dokumen tersebut memberikan nasihat keuangan dan spiritual berdasarkan Alkitab tentang pentingnya menghindari utang, hidup sesuai kemampuan, menabung dan berinvestasi secara bijak."
1. Pelajaran 11 untuk 17 Maret 2018
Diadaptasi dari www.fustero.es
www.gmahktanjungpinang.org
UTANG- SEBUAH
KEPUTUSAN
SETIAP HARI
Roma: 13:7,8
“Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu
bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima
pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima
cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima
rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak
menerima hormat. Janganlah kamu berhutang apa-apa
kepada siapa pun juga, tetapi hendaklah kamu saling
mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya
manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat."
2. Hindari:
Meminjam dan membelanjakan
Kepuasan sesaat
Wujudkanlah:
Hidup sesuai dengan kemampuanmu
Berkata tidak kepada utang
Menabung dan investasi
Dalam kehidupan kita, mungkin kita menghadapi situasi di
mana kita berutang oleh karena berbagai tujuan dan alasan.
Ada beberapa saran praktis
dalam Alkitab untuk
menghadapi situasi tersebut
dan untuk menghindarinya
jika memungkinkan.
3. MEMINJAM DAN
MEMBELANJAKAN
“Orang kaya menguasai orang miskin, yang
berhutang menjadi budak dari yang
menghutangi.” (Amsal 22:7)
Murid-murid memotong pohon untuk
memperluas sekolah ketika seorang
pemuda kehilangan kapaknya. Kapak itu
dipinjam, dan dia tidak punya uang untuk
membeli yang baru.
Cerita itu mengingatkan kita pada risiko,
tanggung jawab dan konsekuensi dalam
meminjam sesuatu.
Alkitab mengatakan bahwa siapa pun yang
meminjam sesuatu tanpa niat untuk
membayar adalah jahat (Mazmur 37:21)
Selain itu, mereka yang tidak mengikuti prinsip-
prinsip Alkitab akan berada di bawah kuasa utang
ketika meminjam sesuatu (Ulangan 28:44)
TUHAN menerima bahwa kita boleh berutang dalam
beberapa kasus (2 Raja-raja 4: 1-7). Dalam kasus
tersebut, kita harus mengembalikan apa yang kita
pinjam sesegera mungkin.
4. “Kesudahan mereka ialah kebinasaan,
Tuhan mereka ialah perut mereka,
kemuliaan mereka ialah aib mereka,
pikiran mereka semata-mata tertuju
kepada perkara duniawi.” Fil. 3:19
Zaman sekarang ini, adalah mudah
mendapatkan apa pun yang kita
inginkan saat ini dengan meminta
pinjaman kecil.
Pikirkan bahaya perilaku seperti itu:
Hawa ingin
memperoleh
pengetahuan:
SEKARANG JUGA
(Kejadian 3:6)
Esau ingin makan
bubur Yakub:
SEKARANG JUGA
(Kejadian 25:29-
34)
Daud ingin
Betsyeba:
SEKARANG JUGA
(2 Samuel 11:2-4)
Di sisi lain, Yesus - teladan kita - tidak
ingin mendapatkan sekarang juga apa
yang ia butuhkan setelah berpuasa
selama 40 hari 40 malam.
Jangan biarkan hawa nafsu
mengendalikan kita.
PENATALAYANAN DAN
KEPUASAN SESAAT
5. Orang bijak berkata kepada ALLAH: “Jauhkanlah dari
padaku kecurangan dan kebohongan. … Biarkanlah aku
menikmati makanan yang menjadi bagianku.” (Amsal
30:8)
Sangat penting untuk belajar hidup dengan sumber daya
yang kita miliki. Kita harus menyesuaikan pengeluaran
kita dengan pendapatan kita. Perhatian utama kita
adalah mencari Kerajaan Surga gantinya memuaskan
keinginan kita (Matius 6:33)
Kunci untuk hidup sesuai dengan
kemampuan kita adalah menyusun
anggaran bulanan untuk membandingkan
pendapatan dengan pengeluaran kita.
Ingatlah: Jangan gunakan uang kita dan
jangan berutang untuk apapun jika kita
tidak yakin dapat membayarnya kembali
(Lukas 14:27-30)
HIDUP SESUAI DENGAN KEMAMPUANMU
“Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar…
Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.” (1 Timotius 6:6,8)
6. “Orang yang tidak berakal budi ialah dia
yang membuat persetujuan, yang menjadi
penanggung bagi sesamanya.” (Amsal 17:18)
Hindari berutang atau menjadi
penjamin atas utang orang lain.
Hutang bukanlah dosa, tetapi ia
dapat merusak pengalaman rohani
kita dan berdampak pada
pembiayaan untuk mendukung
pekerjaan Tuhan.
Utang mengurangi sumber daya
yang dapat kita bagikan dengan
orang lain, dan mengurangi
kesempatan kita untuk menerima
berkat-berkat TUHAN.
“Jagalah uang-uang peser, dan
dolar-dolar akan mengurus
dirinya sendiri.” E.G.W. (CS, p.
257)
BERKATA TIDAK
KEPADA UTANG
7. Para penatalayan menabung untuk
kebutuhan keluarga. Mereka berinvestasi di
Surga saat mereka mengelola sumber daya
Allah (1 Timotius 5:8)
Kita harus memasukkan suatu persentase
bulanan untuk menabung dalam anggaran
keluarga kita. Kita perlu menahan diri dari
biaya yang tidak perlu untuk dikeluarkan.
Ingatlah prioritas orang-orang Kristen yang
Yesus ajarkan (Matius 6:33)
Mengelola dengan bijak 100% dari
uang yang ALLAH berikan kepada
kita.
“Harta yang cepat diperoleh akan berkurang,
tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi
sedikit, menjadi kaya.” (Amsal13:11)
MENABUNG DAN
INVESTASI
Prioritas 1: Mengembalikan kepada ALLAH apa yang menjadi milik-Nya (perpuluhan)
Prioritas 2: Berterima kasih kepada Sang Pemberi (memberikan persembahan
kita dan menolong mereka yang membutuhkan)
Prioritas 3: Memenuhi biaya yang diperlukan
Prioritas 4: Menabung.
Kelebihannya dapat digunakan untuk biaya lainnya.
8. E.G.W. (Selected Messages, vol. 2, ch. 36, pg. 329)
Note: $20 in Ellen’s time are equivalent to $600 today.
“Setiap pekan kamu harus menyisihkan lima atau
sepuluh dolar untuk tidak digunakan kecuali jika
sakit. ... Dengan manajemen yang bijak kita dapat
menabung setelah membayar utang kita.
Saya telah mengenal keluarga yang menerima dua
puluh dolar sepekan dan menghabiskan setiap sen
dari jumlah ini, sementara keluarga lain dengan
jumlah anggota keluarga yang sama, menerima
hanya dua belas dolar, tetapi dapat menyisihkan
satu atau dua dolar, berhasil melakukan ini dengan
menahan diri dari membeli hal-hal yang sepertinya
perlu tetapi masih bisa dihindari.”
9. “Banyak, sangat banyak orang, belum begitu
mendidik diri mereka sendiri agar mereka dapat
menjaga pengeluaran mereka dalam batas
pendapatan mereka. Mereka tidak belajar
menyesuaikan diri dengan keadaan, dan mereka
meminjam dan meminjam lagi dan lagi, dan
menjadi terbebani dengan utang, dan akibatnya
mereka menjadi semakin berkecil hati.
Kita harus berjaga-jaga, dan tidak membiarkan diri
kita menghabiskan uang untuk apa yang tidak perlu
dan hanya untuk dipajang. Kita seharusnya tidak
membiarkan diri kita untuk memanjakan selera
yang membawa kita kepada pola hidup dunia, dan
merampok perbendaharaan Tuhan.”
E.G.W. (Counsels on Stewardship, ch. 48, pg. 249)