1. TES DALAM DUNIA PENDIDIKAN
A. Pengertian Tes
Istilah tes berasal dari bahasa Prancis Kuno yaitu “testum” yang berarti piring
untuk menyisihkan logam mulia. Dalam bahasa Indonesia tes diterjemahkan
sebagai ujian atau percobaan. Di dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)
Daring, tes berarti ujian tertulis, lisan, atau wawancara untuk mengetahui
pengetahuan, kemampuan, bakat, dan kepribadian seseorang. Adapun
pengertian tes menurut beberapa ahli adalah:
1. Menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya yang berjudul Psychological
Testing (Sudijono, 2008: 66), yang dimaksud dengan tes adalah alat
pengukur yang mempunyai standar yang objektif sehingga dapat
digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk
mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
2. Menurut F.L. Goodeneough dalam Sudijono (2008: 67), tes adalah suatu
tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau
sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan
mereka, satu dengan yang lain.
3. Menurut Norman dalam Djaali dan Muljono (2008: 7), tes merupakan
salah satu prosedur evaluasi yang komprehensif, sistematik, dan objektif
yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
dalam proses pengajaran yang dilakukan oleh guru.
4. Menurut Arikunto (2010: 53), tes merupakan alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana,
dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
5. Menurut Sudijono (2011: 67), tes adalah cara (yang dapat dipergunakan)
atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan
penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau
serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus
dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee,
sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut)
1 Tes dalam Dunia Pendidikan | Shahibul Ahyan
2. dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi
testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh
testee lainnya atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tes merupakan
alat atau prosedur yang digunakan untuk mengevaluasi individu maupun
kelompok yang mempunyai standar objektif untuk mengamati satu atau lebih
karakteristik seseorang yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan.
Ada beberapa istilah yang terkait dengan tes, yaitu:
1. Tes: alat atau prosedur yang digunakan dalam pelaksanaan tes.
2. Testing: saat pada waktu pelaksanaan tes.
3. Testee: responden atau individu yang sedang mengerjakan tes.
4. Tester: orang yang melaksanakan pengambilan tes terhadap para testee
yang bertugas untuk:
a. Mempersiapkan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan.
b. Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan.
c. Menerangkan cara mengerjakan tes.
d. Mengawasi testee mengerjakan tes.
e. Memberikan tanda-tanda waktu.
f. Mengumpulkan pekerjaan testee.
g. Mengisi berita acara atau laporan yang diperlukan (jika ada).
B. Fungsi Tes
Beberapa fungsi tes dalam dunia pendidikan menurut Djaali dan Muljono
(2008) adalah:
1. Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Tes dimaksudkan untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan
yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar-mengajar dalam
jangka waktu tertentu.
2 Tes dalam Dunia Pendidikan | Shahibul Ahyan
3. 2. Sebagai motivator dalam pembelajaran.
Tes dianggap sebagai motivator ekstrinsik, yaitu siswa akan belajar lebih
giat dan berusaha lebih keras untuk memperoleh nilai dan prestasi yang
baik.
3. Sebagai upaya perbaikan kualitas pembelajaran.
Dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran, ada tiga jenis tes yang
perlu dibahas yaitu; tes penempatan, tes diagnostik, dan tes formatif.
Ketiga jenis tes ini akan dijelaskan pada poin C.
4. Sebagai penentu berhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan
melaksanakan tes sumatif (dijelaskan pada poin C).
C. Jenis-Jenis Tes
1. Berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan atau
kemajuan siswa, yaitu:
a. Tes seleksi (selection test).
Tes seleksi digunakan untuk memilih atau menyeleksi siswa yang
terbaik dari semua peserta tes, materinya berupa materi prasyarat untuk
mengikuti program pendidikan yang akan diikuti oleh calon siswa. Tes
seleksi dapat dilakukan secara lisan, secara tertulis, dengan tes
perbuatan, dan dapat juga ketiganya dikombinasikan secara serempak.
b. Tes awal (pre-test).
Tes awal merupakan tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran
diberikan kepada siswa dengan tujuan unyk mengetahui sejauh
manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat
dikuasai oleh siswa.
c. Tes akhir (post-test)
Tes akhir merupakan tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting
sudah dikuasi dengan sebaik-baiknya oleh siswa. Pada dasarnya materi
pre-test sama dengan materi post-test.
3 Tes dalam Dunia Pendidikan | Shahibul Ahyan
4. d. Tes diagnostik (diagnostic test)
Tes diagnostik merupakan tes yang dilaksanakan untuk menentukan
secara tepat jenis kesukaran yang dihadapi oleh para siswa dalam mata
pelajaran tertentu. Tes diagnostik dapat dilaksanakan dengan secara
lisan, tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.
e. Tes formatif (formative test)
Tes formatif merupakan tes hasil belajar yang bertujuan untuk
mengetahui sudah sejauh manakah siswa sudah memahami pelajaran
setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu dan memperbaiki kualitas pembelajaran. Tes formatif bisa
dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan program pembelajaran, yaitu
dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan
berakhir atau dapat diselesaikan dan dikenal dengan istilah ulangan
harian.
f. Tes sumatif (summative test)
Tes sumatif merupakan tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah
sekumpulan materi pelajaran atau satuan program pengajaran selesai
diberikan. Tes sumatif dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan
nilai yang menjadi lambang keberhasilan siswa setelah mereka
menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
2. Berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkapkan, yaitu:
a. Tes intelegensi (intellegency test)
Tes intelegensi merupakan tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkapkan atau memprediksi kecerdasan seseorang.
b. Tes kemampuan (aptitude test)
Tes kemampuan merupakan tes yang dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki
oleh testee.
c. Tes sikap (attitude test)
Tes sikap merupakan tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk
4 Tes dalam Dunia Pendidikan | Shahibul Ahyan
5. melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik
berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu.
d. Tes kepribadian (personality test)
Tes kepribadian merupakan tes yang dilaksanakan dengan tujuan
mengungkapkan dengan ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak
sedikitnya bersifat lahiriyah, seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada
suara, hobi, bentuk tubuh, cara bergaul, cara mengatasi masalah,
kesenangan, dan lain sebagainya.
e. Tes hasil belajar (achievement test)
Tes hasil belajar merupakan tes yang dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengungkap tingkat pencapaian terhadap tujuan pembelajaran
atau prestasi belajar.
3. Berdasarkan dari banyaknya peserta yang mengikuti tes, yaitu:
a. Tes individual (individual test)
Tes individual merupakan tes dimana tester hanya berhadapan dengan
satu orang testee saja.
b. Tes kelompok (group test)
Tes kelompok merupakan tes dimana tester berhadapan dengan lebih
dari satu orang testee.
4. Berdasarkan waktu yang disediakan bagi testee untuk melaksanakan tes,
yaitu:
a. Power test
Power test merupakan tes dimana waktu yang disediakan buat testee
untuk menyelesaikan tes tidak terbatas.
b. Speed test
Speed test merupakan tes dimana waktu yang disediakan buat testee
untuk menyelesaikan tes dibatasi.
5. Berdasarkan bentuk responnya, yaitu:
a. Tes verbal (verbal test)
Tes verbal merupakan tes yang menghendaki jawaban yang tertuang
dalam bentuk kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun tertulis.
5 Tes dalam Dunia Pendidikan | Shahibul Ahyan
6. b. Tes non-verbal (non-verbal test)
Tes non-verbal merupakan tes yang menghendaki jawaban bukan
berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan
atau tingkah laku.
6. Berdasarkan cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawaban,
yaitu:
a. Tes tertulis (pencil and paper test)
Tes tertulis merupakan tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir
pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee
memberikan jawabannnya juga secara tertulis.
b. Tes lisan (non-pencil and paper test)
Tes lisan merupakan tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir
pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tidak tertulis (lisan) dan
testee memberikan jawabannya juga tidak tertulis.
D. Karakteristik Tes yang Baik
Arikunto (2010) menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan sebagai alat
pengukur yang baik jika memenuhi karakteristik berikut ini yaitu:
1. Memiliki validitas
Tes dikatakan memiliki validitas jika tes tersebut dengan secara tepat,
secara benar, secara shahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur, yaitu mengukur hasil belajar yang telah dicapai oleh
siswa setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka
waktu tertentu. Untuk menganalisis validitas suatu tes dapat dianalisis
secara logika (logical analysis) dan secara empirik (empirical analysis).
2. Memiliki reliabilitas
Tes dikatakan memiliki reliabilitas jika hasil-hasil pengukuran yang
dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang kali terhadap
subjek yang sama, senantiasa menunjukkan hasil yang tetap atau sifatnya
ajeg dan stabil. Dengan kata lain, tes memiliki reliabel jika nilai-nilai yang
diperoleh para testee adalah stabil kapan saja, dimana saja, dan oleh siapa
saja ujian itu dilaksanakan, diperiksa dan dinilai.
6 Tes dalam Dunia Pendidikan | Shahibul Ahyan
7. 3. Memiliki objektivitas
Tes dikatakan memiliki objektivitas jika tes tersebut disusun dan
dilaksanakan menurut tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan,
bukan atas kemauan dan kehendak dari tester, serta dalam pemberian skor
dan penentuan nilai harus terhindar dari unsur-unsur subjektivitas tester.
4. Memiliki praktikabilitas
Tes dikatakan memiliki praktikabilitas jika tes tersebut praktis (mudah
dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk-
petunjuk yang jelas) dan mudah mudah pengadministrasiannya.
5. Memiliki ekonomis
Tes dikatakan memiliki ekonomis jika pelaksanaan tes tersebut tidak
membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga banyak, dan waktu yang
lama.
Adapun beberapa kelemahan dalam pelaksanaan tes menurut Gilbert Sax
dalam Arikunto (2010) adalah:
1. Adakalanya tes (secara psikologis terpaksa) menyinggung pribadi
seseorang (walaupun tidak disengaja demikian), misalnya dalam
perumusan soal, pelaksanaan, maupun pengumuman hasil.
2. Tes menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi hasil belajar yang
murni.
3. Tes mengkategorikan siswa secara tetap.
4. Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa.
5. Tes hanya mengukur aspek tingkah laku yang sangat terbatas.
E. Bentuk-Bentuk Tes
1. Tes uraian (essay test)
Tes uraian merupakan sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan
jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian-uraian kata-kata dengan
tujuan ingin mengungkapakan daya ingat dan pemahaman testee terhadap
materi pelajaran yang ditanyakan dalam tes dan ingin mengungkapakan
daya ingat testee dalam memahami berbagai macam konsep dan
aplikasinya.
7 Tes dalam Dunia Pendidikan | Shahibul Ahyan
8. Ciri-ciri pertanyaan tes uraian adalah didahului dengan kata-kata seperti
uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan lain
sebagainya. Banyaknya soal pada soal uraian tidak banyak, yaitu sekitar 5-
10 soal dalam waktu kira-kira 90-120 menit.
Keunggulan-keunggulan tes uraian adalah sebagai berikut:
a. Mudah disiapkan dan disusun
b. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-
untungan.
c. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta
menysusun dalam bentuk kalimat yang bagus.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya
dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
e. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang
diteskan.
Kelemahan-kelemahan tes uraian adalah sebagai berikut:
a. Kadar validitas dan reliabilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi
mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
b. Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan
pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja
(terbatas).
c. Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif,
seperti adanya hallo effect, adanya efek bawaan (carry over effect),
efek urutan pemeriksaan (order effect), pengaruh penggunakaan
bahasa, pengaruh tulisan tangan, dan lain sebagainya.
d. Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan
individual lebih banyak dari penilai.
e. Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakili kepada orang
lain.
Petunjuk penyusunan tes uraian adalah sebagai berikut:
a. Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang
diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
8 Tes dalam Dunia Pendidikan | Shahibul Ahyan
9. b. Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin
langsung dari buku atau catatan.
c. Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapai dengan kunci
jawaban serta pedoman penilaiannya.
d. Hendaknya diusahakan agar pertanyaannya bervariasi agar dapat
diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan.
e. Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah
difahami oleh tercoba.
f. Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh
penyusun tes. Oleh karena itu, pertanyaan tidak boleh terlalu umum,
tetapi harus spesifik.
Contoh:
2. Tes objektif (objective test)
Tes objektif merupakan tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan
secara objektif. Banyaknya soal pada soal objektif lebih banyak dari soal
uraian yaitu sekitar 30 – 40 soal dalam waktu kira-kira 60 menit.
Keunggulan-keunggulan tes objektif adalah sebagai berikut:
a. Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih
representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat
dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa
maupun segi guru yang memeriksa.
b. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan
kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
c. Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain.
d. Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
Kelemahan-kelemahan tes objektif adalah sebagai berikut:
a. Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes uraian
karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-
kelemahan yang lain.
9 Tes dalam Dunia Pendidikan | Shahibul Ahyan
10. b. Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya
pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental
yang tinggi.
c. Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
d. Kersama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih tinggi.
Adapun cara mengatasi kelemahan-kelemahan pada soal objektif adalah:
a. Kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak
berlatih terus menerus hingga betul-betul mahir.
b. Menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi kesalahan pada`poin a
dan b.
c. Menggunakan norma (standar) penilaian yang memperhitungkan
faktor tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif itu.
Macam-macam tes objektif, yaitu:
a. Tes benar-salah (true-fals test)
Tes benar-salah merupakan tes yang berupa pernyataan-pernyataan
(statement) yang mengandung dua kemungkinan jawaban yaitu benar
atau salah, dan testee diminta menentukan pendapatnya mengenai
pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan petunjuk pengerjaannya.
b. Tes pilihan ganda (multiple choice test)
Tes pilihan ganda merupakan tes yang terdiri atas pertanyaan atau
pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya
harus dipilih salah satu (atau lebih) dari beberapa kemungkinan
jawaban yang telah disediakan.
c. Tes menjodohkan (matching test)
Tes menjodohkan merupakan tes yang terdiri dari satu seri pertanyaan
dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai
jawabannya yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas testee adalah
mencari dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga sesuai atau
cocok dengan pertanyaannya.
d. Tes isian (completion test)
10 Tes dalam Dunia Pendidikan | Shahibul Ahyan
11. Tes isian merupakan tes yang terdiri dari kalimat-kalimat yang ada
bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan harus
diisi oleh testee.
F. Langkah-Langkah untuk Menyusun Tes
1. Menetapkan tujuan tes
Sebelum tes dibuat, hendaknya tujuan pembuatan tes harus jelas seperti tes
yang bertujuan untuk mengadakan seleksi, mendiagnosis kesulitan belajar
siswa, dan lain sebagainya.
2. Analisis kurikulum
Analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan bobot setiap pokok
bahasan yang akan dijadikan dasar dalam menentukan jumlah item atau
butir soal untuk setiap pokok bahasan soal objektif atau bobot soal untuk
bentuk uraian, dalam membuat kisi-kisi tes sesuai dengan kurikulum yang
berlaku.
3. Analisis buku pelajaran dan sumber dari materi belajar lainnya
Analisis buku pelajaran dan sumber dari materi belajar lainnya bertujuan
untuk menentukan bobot setiap pokok bahasan berdasarkan jumlah
halaman materi yang termuat dalam buku pelajaran atau sumber materi
belajar lainnya dengan harapan dapat mencakup seluruh construct atau
content yang diajarkan.
4. Membuat kisi-kisi
Kisi bermanfaat untuk menjamin sampel soal yang baik yaitu mencakup
semua pokok bahasan secara proporsional. Sebuah kisi-kisi memuat
jumlah butir yang harus dibuat untuk setiap bentuk soal dan setiap pokok
bahasan serta untuk setiap aspek kemampuan yang hendak diukur.
5. Penulisan Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Penulisan TIK harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan yang
mencerminkan tingkah laku siswa.
6. Penulisan soal
11 Tes dalam Dunia Pendidikan | Shahibul Ahyan
12. Banyaknya butir soal yang harus dibuat untuk setiap bentuk soal dan untuk
setiap pokok bahasan, serta untuk setiap aspek kemampuan yang hendak
diukur harus disesuaikan dengan yang tercantum dalam kisi-kisi.
7. Reproduksi tes terbatas
Tes yang sudah dibuat diperbanyak dalam jumlah yang cukup menurut
jumlah sampel uji-coba atau peserta yang akan mengerjakan tes tersebut
dalam suatu kegiatan uji-coba tes.
8. Uji-coba tes
Tes yang sudah dibuat dan sudsah direproduksi atau diperbanyak itu diuji-
cobakan kepada sejumlah sampel yang telah ditentukan. Sampel uji-coba
harus mempunyai karakteristik yang kurag lebih sama dengan karakteristik
peserta tes sesungguhnya.
9. Analisis hasil uji-coba
Berdasarkan data hasil uji-coba dilakukan analisis, terutama analisis butir
soal yang meliputi validita butir, tingkat kesukaran, dan fungsi pengecoh.
Soal-soal yang tidak valid akan didrop dan soal-soal yang valid akan
ditetapkan untuk dipakai atau dirakit menjadi suatu tes yang valid.
10. Revisi soal
Soal-soal yang valid berdasarkan kriteria validitas empirik
dikonfirmasikan dengan kisi-kisi. Apabila soal-soal tersebut sudah
memenuhi syarat dan telah mewakili semua materi yang akan diujikan,
soal-soal tersebut selanjutnya dirakit menjadi sebuah tes, tetapi apabila
soal-soal yang valid belum memenuhi syarat berdasrkan hasil konfirmasi
dengan kisi-kisi maka dapat dilakukan perbaikan terhadap beberapa soal
yang diperlukan.
11. Merakit soal menjadi tes
Soal-soal yang valid dan telah mencerminkan semua pokok bahasan serta
aspek kemampuan yang hendak diukur dapat dirakit menjadi sebuah tes
yang valid. Urutan soal dalam suatu tes pada umumnya dilakukan menurut
tingkat kesukaran soal, yaitu dari soal mudah sampai soal yang sulit.
12 Tes dalam Dunia Pendidikan | Shahibul Ahyan
13. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:
Bumi Aksara.
Daryanto. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. (2008). KBBI Daring. Dipetik Februari 07, 2012, dari Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional:
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
Muljono, D. d. (2008). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT
Grasindo.
Sudijono, A. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Suryanto, A. (2007). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas
terbuka.
13 Tes dalam Dunia Pendidikan | Shahibul Ahyan