Dokumen tersebut membahas tentang masalah lingkungan dalam pembangunan industri, termasuk pencemaran oleh limbah bahan berbahaya dan beracun serta logam berat dan bahan organik yang dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan. Dokumen tersebut juga membahas regulasi pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun serta analisis dampak lingkungan yang diperlukan.
2. Masalah Lingkungan dalam
pembangunan industri
Pembangunan yang terus meningkat di segala bidang, khususnya pembangunan
di bidang industri, semakin meningkatkan pula jumlah limbah yang dihasilkan
termasuk yang berbahaya dan beracun yang dapat membahayakan lingkungan
dan kesehatan manusia. Untuk mencegah timbulnya pencemaran lingkungan
dan bahaya terhadap kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya, limbah
bahan berbahaya dan beracun harus dikelola secara khusus agar dapat
dihilangkan atau dikurangi sifat bahayanya.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas telah mendorong Pemerintah
untuk mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
1994 tanggal 30 April 1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 26,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3551) yang kemudian
direvisi dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1995 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3595). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994 ini kembali
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 31) dan terakhir diperbaharui kembali melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang.
3. Dasar hukum dari dikeluarkannya Peraturan Pemerintah ini antara lain
adalah Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3215) sebagaimana kemudian diperbaharui dengan Undang-
undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699, mulai berlaku sejak
diundangkan tanggal 19 September 1997) serta Undang-undang Nomor
5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara tahun 1984
Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274).
Lingkungan hidup didefenisikan oleh Undang-undang Nomor 4 Tahun
1982 sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan yang dimaksud dengan
pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan pengawasan,
dan pengendalian lingkungan hidup.
Inti masalah lingkungan hidup adalah hubungan timbal balik antara
makhluk hidup (organisme) dengan lingkungannya yang bersifat
organik maupun anorganik yang juga merupakan inti permasalahan
bidang kajian ekologi.
4. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana telah diubah oleh Pasal
3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa pengelolaan lingkungan
hidup diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas
berkelanjutan, dan asas manfaat dan bertujuan untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam
rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Kata-kata “pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
hidup” sebagaimana tercantum dalam tujuan tersebut di atas merupakan
“kata kunci” (key words) dalam rangka melaksanakan pembangunan
dewasa ini maupun di masa yang akan datang. (Koesnadi Hardjasoemantri,
1990: 127).
Istilah “pembangunan berkelanjutan yang berwawasan Lingkungan”
merupakan suatu terjemahan bebas dari istilah “sustainable development”
yang menggambarkan adanya saling ketergantungan antara pelestarian
dan pembangunan. Istilah ini untuk pertama kalinya mulai diperkenalkan
oleh The World Conservation Strategy (Strategi Konservasi Dunia) yang
diterbitkan pada tahun 1980 yang menekankan bahwa kemanusiaan, yang
merupakan bagian dalam alam, tidak mempunyai masa depan kecuali bila
alam dan sumber daya alam dilestarikan. Dokumen ini menegaskan bahwa
pelestarian tidak dapat dicapai tanpa dibarengi pembangunan untuk
memerangi kemiskinan dan kesengsaraan ratusan juta umat manusia.
5. Keracunan Bahan
Logam/Metaloid Pada
Industrialisasi
Keracunan Bahan Logam/Metaloid Pada Industrialisasi
Manusia bukan hanya menderita sakit karena menghirup udara
yang tercemar, tetapi juga akibat mengasup makanan yang
tercemar logam berat. Sumbernya sayur-sayuran dan buah-
buahan yang ditanam di lingkungan yang tercemar atau daging
dari ternak yang makan rumput yang sudah mengandung logam
berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Akhir-akhir ini kasus keracunan logam berat yang berasal dari
bahan pangan semakin meningkat jumlahnya. Pencemaran
logam berat terhadap alam lingkungan merupakan suatu proses
yang erat hubungannya dengan penggunaan bahan tersebut
oleh manusia.
6. Pencemaran lingkungan oleh logam berat dapat terjadi jika industri
yang menggunakan logam tersebut tidak memperhatikan
keselamatan lingkungan, terutama saat membuang limbahnya.
Logam-logam tertentu dalam konsentrasi tinggi akan sangat
berbahaya bila ditemukan di dalam lingkungan (air, tanah, dan
udara).
Sumber utama kontaminan logam berat sesungguhnya berasal dari
udara dan air yang mencemari tanah. Selanjutnya semua
tanaman yang tumbuh di atas tanah yang telah tercemar akan
mengakumulasikan logam-logam tersebut pada semua bagian
(akar, batang, daun dan buah).
Ternak akan memanen logam-logam berat yang ada pada
tanaman dan menumpuknya pada bagian-bagian dagingnya.
Selanjutnya manusia yang termasuk ke dalam kelompok
omnivora (pemakan segalanya), akan tercemar logam tersebut
dari empat sumber utama, yaitu udara yang dihirup saat
bernapas, air minum, tanaman (sayuran dan buah-buahan), serta
ternak (berupa daging, telur, dan susu).
7. Sesungguhnya, istilah logam berat hanya ditujukan kepada
logam yang mempunyai berat jenis lebih besar dari 5
g/cm3. Namun, pada kenyataannya, unsur-unsur metaloid
yang mempunyai sifat berbahaya juga dimasukkan ke
dalam kelompok tersebut. Dengan demikian, yang
termasuk ke dalam kriteria logam berat saat ini mencapai
lebih kurang 40 jenis unsur. Beberapa contoh logam berat
yang beracun bagi manusia adalah: arsen (As), kadmium
(Cd), tembaga (Cu), timbal (Pb), merkuri (Hg), nikel (Ni),
dan seng (Zn).
Arsen
Arsen (As) atau sering disebut arsenik adalah suatu zat
kimia yang ditemukan sekitar abad-13. Sebagian besar
arsen di alam merupakan bentuk senyawa dasar yang
berupa substansi inorganik. Arsen inorganik dapat larut
dalam air atau berbentuk gas dan terpapar pada manusia.
Menurut National Institute for Occupational Safety and
Health (1975), arsen inorganik bertanggung jawab terhadap
berbagai gangguan kesehatan kronis, terutama kanker.
Arsen juga dapat merusak ginjal dan bersifat racun yang
sangat kuat.
8. Merkuri
Merkuri (Hg) atau air raksa adalah logam yang ada secara
alami, merupakan satu-satunya logam yang pada suhu
kamar berwujud cair. Logam murninya berwarna
keperakan, cairan tak berbau, dan mengkilap. Bila
dipanaskan sampai suhu 3570C, Hg akan menguap. Selain
untuk kegiatan penambangan emas, logam Hg juga
digunakan dalam produksi gas klor dan soda kaustik,
termometer, bahan tambal gigi, dan baterai.
Walaupun Hg hanya terdapat dalam konsentrasi 0,08
mg/kg kerak bumi, logam ini banyak tertimbun di daerah
penambangan. Hg lebih banyak digunakan dalam bentuk
logam murni dan organik daripada bentuk anorganik.
Logam Hg dapat berada pada berbagai senyawa. Bila
bergabung dengan klor, belerang, atau oksigen, Hg akan
membentuk garam yang biasanya berwujud padatan putih.
Garam Hg sering digunakan dalam krim pemutih dan krim
antiseptik.
9. Timbal
Logam timbal (Pb) merupakan logam yang
sangat populer dan banyak dikenal oleh
masyarakat awam. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya Pb yang digunakan di industri
nonpangan dan paling banyak menimbulkan
keracunan pada makhluk hidup. Pb adalah
sejenis logam yang lunak dan berwarna cokelat
kehitaman, serta mudah dimurnikan dari
pertambangan.
Dalam pertambangan, logam ini berbentuk
sulfida logam (PbS), yang sering disebut galena.
Senyawa ini banyak ditemukan dalam
pertambangan di seluruh dunia. Bahaya yang
ditimbulkan oleh penggunaan Pb ini adalah
sering menyebabkan keracunan.
10. Keracunan Bahan Organis Pada
Industrialisasi
Keracunan Bahan Organis Pada Industrialisasi
Pencemaran terjadi akibat bahan beracun dan berbahaya dalam
limbah lepas masuk lingkungan hingga terjadi perubahan
kualitas lingkungan, Sumber bahan beracun dan berbahaya
dapat diklasifikasikan:
1. industri kimia organik maupun anorganik
2. penggunaan bahan beracun dan berbahaya sebagai bahan
baku atau bahan penolong
3. peristiwa kimia-fisika, biologi dalam pabrik.
Lingkungan sebagai badan penerima akan menyerap bahan
tersebut sesuai dengan kemampuan. Sebagai badan penerima
adalah udara, permukaan tanah, air sungai, danau dan lautan
yang masingmasing mempunyai karakteristik berbeda.
Air di suatu waktu dan tempat tertentu berbeda karakteristiknya
dengan air pada tempat yang sama dengan waktu yang
berbeda,Air berbeda karakteristiknya akibat peristiwa alami serta
pengaruh faktor lain.
11. Kemampuan lingkungan untuk memulihkan diri sendiri karena
interaksi pengaruh luar disebut daya dukung lingkungan. Daya
dukung lingkungan antara tempat satu dengan tempat yang lain
berbeda, Komponen lingkungan dan faktor yang
mempengaruhinya turut menetapkan nilai daya dukung.
Bahan pencemar yang masuk ke dalam lingkungan akan bereaksi
dengan satu atau lebih komponen lingkungan. Perubahan
komponen lingkungan secara fisika, kimia dan biologis sebagai
akibat dari bahan pencemar, membawa perubahan nilai
lingkungan yangdisebut perobahan kualitas.
Limbah yang mengandung bahan pencemar akan merubah
kualitas lingkungan bila lingkungan tersebut tidak mampu
memulihkan kondisinya sesuai dengan daya dukung yang ada
padanya, Oleh karena itu penting diketahui sifat limbah dan
komponen bahan pencemar yang terkandung.
Pada beberapa daerah di Indonesia sudah ditetapkan nilai
kualitas limbah air dan udara. Namun baru sebagian kecil.
Sedangkan kualitas lingkungan belum ditetapkan. Perlunya
penetapan kualitas lingkungan mengingat program
industrialisasi sebagai salah satu sektor yang memerankan andil
besar terhadap perekonomlan dan kemakmuran bagi suatu
bangsa.
12. Penggunaan air yang berlebihan, sistem pembuangan
yang belum memenuhi syarat, karyawan yang tidak
terampil, adalah faktor yang harus dipertimbangkan
dalam mengidentifikasikan sumber pencemar.
Produk akhir, seperti pembungkusan, pengamanan
tabung dan kotak, sistem pengangkutan, penyimpanan,
pemakaian dengan aturan dan persyaratan yang tidak
memenuhi ketentuan merupakan sumber pencemar juga
13. Analisis Dampak Lingkungan
Analisis Dampak Lingkungan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah
kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di
Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu
proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh
terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud
lingkungan hidup di sini adalah aspek fisik-kimia, ekologi,
sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat.
Dasar hukum AMDAL adalah Peraturan Pemerintah No. 27
Tahun 1999 tentang "Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup".
14. Dokumen AMDAL terdiri dari :
• Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan
Hidup (KA-ANDAL)
• Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
• Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
• Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
AMDAL digunakan untuk:
• Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah
• Membantu proses pengambilan keputusan tentang
kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau
kegiatan
• Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis
dari rencana usaha dan/atau kegiatan
• Memberi masukan untuk penyusunan rencana
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
• Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang
ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan
15. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:
• Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen
AMDAL
• Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab
atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan
dilaksanakan, dan
• masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang
terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses
AMDAL.
Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia
menggunakan/menerapkan penapisan 1 langkah dengan
menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step scoping
by pre request list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun
2006
2. Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut,
maka wajib menyusun UKL-UPL, sesuai dengan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002
3. Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan
AMDAL sesuai dengan Permen LH NO. 08/2006
4. Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008
16. SUMBER :
http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/04/pe
mbangunan-dan-masalah-lingkungan.html
http://www.klikdokter.com/healthnewstopics/re
ad/2008/09/23/263/bahaya-logam-berat-dalam-
makanan
http://www.klikdokter.com/healthnewstopics/re
ad/2008/09/23/263/bahaya-logam-berat-dalam-
makanan
http://kandiwa.blogspot.com/2010/12/industri.ht
ml
http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_Mengenai_
Dampak_Lingkungan