Dokumen tersebut merangkum beberapa poin penting tentang farmakologi obat hipertensi, termasuk kelompok obat antihipertensi (diuretik, simpatoplegia, vasodilator, penghambat angiotensin), mekanisme kerja, indikasi, kontraindikasi dan efek samping masing-masing kelompok obat, serta penggunaan obat pada masalah khusus seperti kehamilan, lanjut usia, diabetes, dan penyakit ginjal.
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
FARMAKOLOGI HIPERTENSI
1. FARMAKOLOGI OBAT HIPERTENSI
Kelompok 3
1. Joni Koeswara (108114019)
2. Rachmawati Nur K. (108114020)
3. Nilam Marwati (108114021)
4. Retno Dwi Jayanti (108114022)
5. Irma Susrini (108114023)
6. Riski sefriyanto (108114024)
7. Iqbal Aziz D. (108114025)
8. Rizki Noorfian M. (108114026)
9. Indra Hartono (108114027)
10. Luciana Rahmawati (108114028)
2. ANTI HIPERTENSI
Antihipertensi adalah obat-obatan yang digunakan untuk mengobati
hipertensi.
Adapun tujuan pemberian antihipertensi yakni :
• Mengurangi insiden gagal jantung dan mencegah manifestasi yang muncul
akibat gagal jantung.
• Mencegah hipertensi yang akan tumbuh menjadi komplikasi yang lebih
parah dan mencegah komplikasi yang lebih parah lagi bila sudah ada.
• Mengurangi insiden serangan serebrovaskular dan akutnya pada pasien
yang sudah terkena serangan serebrovaskular.
• Mengurangi mortalitas fetal dan perinatal yang diasosiasikan dengan
hipertensi maternal.
3. KlasifikasiObat
Terdapat 4 kelompok obat antihipertensi :
• Diuretik
• Obat-obatan simpatoplegia
• Vasodilator
• Obat-obatan yang menghambat produksi atau
kerja angiotensin
4. 1. Diuretik
Diuretik, terutama golongan thiazid, adalah obat lini pertama untuk
kebanyakan pasien dengan hipertensi. Contoh diuretik : Diuretik Tiazid, Loop
Diuretic, Diuretik Hemat Kalium/antagonis reseptor aldosteron,
Mekanisme kerja obat
Telah lama diketahui bahwa pembatasan natrium melalui diet dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Diuretika menurunkan
tekanan darah terutama melalui penurunan natrium. Pada awal pemberian
diuetika terjadi penurunan volume darah dan cardiac output. PVR dapat
meningkat. Setelah 6-8 minggu CO kembali normal sedangkan PVR menurun.
Natrium diyakini memiliki kontribusi terhadap PVR melalui peningkatan
kekakuan vaskular dan reaktivitas neural, yang mungkin menyebabkan
peningkatan pertukaran Na-Ca, dengan hasil peningkatan kalsium intraselular.
Beberapa diuretika memiliki efek vasodilatasi, misalnya indapamide.
5. 2. Obat-obatan simpatoplegia
Digunakan pada hipertensi sedang. Pada obat yang bekerja pada susunan saraf pusat
dapat menyebabkan sedasi, depresi mental serta gangguan tidur.Contoh : Beta
blocker, Antagonis Reseptor-Alfa.
• Beta blocker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa
jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Pada penderita diabetes
melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana
kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran
pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.
• Antagonis Reseptor-Alfa
Menghambat reseptor alfa diotot polos vaskuler yang secara normal berespon
terhadap rangsangan simpatis dengan vasokonstriksi.
6. 3. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah
dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang
termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin,
Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi
dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
• Diazoksid (Hyperstat)
Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vascular
perifer, mungkin dengan mengantagonis kalsium. Juga
meningkatkan kadar glukosa serum dengan menekan
pelepasan insulin dan meningkatkan pelepasan glukosa
hati.
7. 4. PenghambatAngiotensin
Jenis obat penghambat angiotensin:
• Angiotensin-Coverting enzyme inhibitors (ACE-inhibitors)
Menekan sintesis angiotensin II, suatu vasokonstriktor poten. Selain itu, penghambat ACE dapat
menginduksi pembentukan vasodilator dalam tubuh. Berfungsi untuk menurunkan angiotensin II
dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin
II. Hal ini menurunkan tekanan darah baik secara langsung menurunkan resisitensi perifer. Dan
angiotensin II diperlukan untuk sintesis aldosteron, maupun dengan meningkatkan pengeluaran
netrium melalui urine sehingga volume plasma dan curah jantung menurun.
• Angiotensin-Reseptor Blockers (ARB)
ARB menghambat secara langsung reseptor angiotensinogen II tipe 1 (AT1) yang memediasi efek
angiotensinogen II yang sudah diketahui pada manusia: vasokonstriksi, pelepasan aldosteron,
aktivasi simpatetik, pelepasan hormon antidiuretik dan konstriksi arteriol efferen dari glomerulus.
ARB tidakmemblok reseptor angiotensinogen tipe 2 (AT2). Jadi efek yang menguntungkan dari
stimulasi AT2 (seperti vasodilatasi, perbaikan jaringan, dan penghambatan pertumbuhan sel)
tetap utuh dengan penggunaan ARB (Saseen dan Maclaughlin, 2008).
8. GolonganObat Merek dagang Indikasi Kontraindikasi
Efek tak
diharapkan
Dosis
Tiazid
Tablet
Hydroclorothiazi
de ( Htc )
untuk mengurangi
udema akibat gagal
jantung, cirrhosis
hati, gagal ginjal
kronis, hipertensi
hipertensi pada
kehamilan,
hiperkalsemia,
anuria, alergi
sulfonamide,
gangguan saluran
cerna.
Hipokalemia,
Hiperglikemi,Oliguri
a, anuria,
hiperkalsemia
Dewasa 25 – 50 mg/hr
Anak 0,5 – 1,0
mg/kgBB/ 12 – 24 jam
Loop diuretic Lasik (furosemid)
Untuk darurat
hipertensi, edema,
dan edema paru
Kekurangan
elektrolit, anuria
Dehidrasi,
hipokalemia,
hiperglikemi,
hipovolemia
-Dewasa 40 mg/hr
-Anak 2 – 6
mg/kgBB/hr
Antagonis reseptor Midamor Dapat mengoreksi
Hiperkalemia berat
dengan suplemen
Hiperkalemia,
kekurangan natrium 10 mg/hari
1. Tabel (Deuritik)
9. Golongan
Obat
Merek dagang Indikasi kontraindikasi
Efek tak
diharapkan
Dosis
α – blocker Metildopa
Baik untuk
hipertensi
Depresi, penyakit hati
aktif, hipersensitifitas
Mulut kering,
hipotensi,
bradikardi, sedasi
Oral 250mg 2x
sehari setelah
makan, DM: 4g/hari
β – blocker Atenolol (Tenormin)
Baik untuk
hipertensi ringan
dan sedang
Diabetes berat,
bradikardi, gagal
jantung, asma
Nyeri otot, tangan
kaki rasa dingin,
lesu, gangguan
tidur
2 x 40 – 80 mg/hr
2. Tabel (Simpatolitik)
10. Golongan
Obat
Merek
Dagang
indikasi kontraindikasi
Efek tak
diharapkan
dosis
ACE inhibitor
Kaptopril
(Capoten)
Hipertensi dengan
renin tinggi
Hipersensivitas,
penderita dengan
riwayat angioedema
dan wanita menyusui
Hipotensi, pusing,
ruam, takikardi
150 mg/hari
ARB
Losartan
(Lozaar)
Hipertensi esensial
Gangguan fungsi
ginjal, anak-anak,
kehamilan, masa
menyusui
Vertigo, ruam kulit,
gangguan ortostatik
Awal : 50-
100mg/hari
3. Tabel (Penghambat
Angiotensin
11. Golongan
Obat
Merek
dagang
indikasi kontraindikasi
Efek tak
diharapkan
Hidralazin Apresoline Hipertensi sedang
Penyakit jantung
iskemik
Retensi cairan,
palpitasi, refleks
takikardi
50 mg/hari
Monoksidil Loniten
Hipertensi yang
belum terkontrol
Penyakit jantung
iskemik
Lesi otot jantung,
hidralazin,
hirsutisme,
80 mg/hari
4. Tabel
(Vasodilatator)
12. OBAT PADA MASALAH KHUSUS
1. Kehamilan
metildopa digunakan pada kehamilan, karena
data keamanannnya sedangkan beta‐blocker
digunakan pada trimester ketiga. Labetolol
intravena hanya digunakan pada keadaan krisis
hipertensi.
13. 2. Lanjut usia
Pedoman NICE yang baru mengemukakan bahwa diuretik tiazid atau CCB
dihidropiridin merupakan terapi lini pertama untuk pasien lanjut usia. Namun,
harus diperhatikan fungsi ginjal selama terapi dengan tiazid karena pasien lanjut
usia lebih beresiko mengalami gangguan ginjal. Pasien yang lebih dari 80 tahun
dapat diberi terapi seperti pasien usia > 55 tahun.
3. Diabetes
Pasien diabetes memerlukan kombinasi antihipertensi untuk dapat mencapai
target tekanan darah optimal. ACEi merupaka terapi awal pilihan karena dapat
mencegah progresi ikroalbumiuria ke nefropati. Pasien dengan nefropati diabet
harus mendapat ACEi atau AIIRA untuk meminimalkan resiko kerusakan ginjal
yang lebih lanjut, bahkan jika tekanan darahnya normal.
14. 4. Penyakit ginjal
ACEi dapat menurunkan atau menghilangkan filtrasi glomerular dan
menyebabkan kegagalan ginjal progresif berat. Oleh karena itu
dikoktraindikasikan pada pasien stenosis arteri ginjal bilateral. Namun, ACEi tidak
memberikan efek samping pada fungsi ginjal pada pasien dengan stenosis arteri
ginjal unilateral. CCB dihidropiridin dapat ditambahkan jika diperlukan penurunan
tekana darah lebih jauh, sedangkan diuretik tiazid tidak efektif.
5. Hipertensi sistolik
Hipertensi sistolik saja (isolated systolic hypertension, ISH) didefinisikan sebagai
SBP lebih dari 160 mmHg dengan DBP kurang dari 90 mmHg. Pasien dengan ISH
mendapat terapi yang sama sepeti pasien dengan peningkatan SBP dan DBP
karena ISH juga beresiko komplikasi yang sama. CCB dihidropiridin digunakan
sebagai terapi untuk ISH pada pasien lanjut usia, terutama jika diuretik tiazid
dikontraindikasikan.
15. 6. Hipertensi cepat (accelerated hypertension)
Accelerated hypertension atau hipertensi yang sangat berat,
didefinisikan sebagai DBP lebih dari 140 mmHg, memerlukan
tindakan medis segera. Beta‐blocker seperti atenolol atau
labetolol atau CCB dihidropiridin diindikasikan untuk kondisi ini.
DBP harus diturunkan menjadi 100‐110 mmHg selama 24 jam
pertama. Tekanan darah harus diturunkan lagi selama 2‐3 hari
berikutnya menggunakan kombinasi diuretik, vasodilator dan
ACEi, jikadiperlukan. Jika terapi intravena diperlukan maka yang
dianjurkan adalah sodium nitroprusid atau gliseril trinitrat.