1. Iman kepada Allah mencakup tiga aspek utama: tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid sifat-Nya.
2. Tauhid rububiyah berarti meyakini Allah sebagai pencipta dan penguasa alam semesta. Tauhid uluhiyah berarti hanya Allah yang layak disembah.
3. Bukti keberadaan Allah meliputi bukti fitrah, akal, dan wahyu. Teori sebab-akibat, wajibul wujud
2. Prinsip Dasar Aqidah Islam
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu
suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Allah, ….." (QS Al Baqarah: 177)
"(Jibril) berkata: kabarkan kepadaku yentang iman: Nabi menjawab:
hendaknya kamu beriman kepada Allah……" ( HR. Imam Muslim)
3. Cakupan Iman Kepada Allah
Mengimani Wujud Allah
Mengimani Rububuyah Allah
Mengimani Uluhiyyah Allah
Mengimani Asma' wa Shifat-Nya
4. Wujud Allah
Wujud (ada)-nya Allah adalah sebuah aksiomatis
Bukti adanya Allah
- Bukti Fitrah
- Bukti Akal
- Bukti Wahyu
5. Bukti Fitrah
setiap makhluk telah ditetapkan rasa iman pada saat
penciptanya tanpa harus memikirkan atau
mempelajarinya terlebih dahulu
Secara esensi tidak ada seorang manusia pun yang
tidak bertuhan. Namun yang ada hanyalah mereka yang
mempertuhankan sesuatu yang bukan Tuhan yang
sebenarnya (Allah).
6. Bukti Akal
Merenungkan dirinya sendiri, alam semesta, dan lainlain.
Al-qur’an banyak mengemukakan ayat-ayat yang
menggugah akal pikiran tersebut
Menggunakan beberapa teori/hukum:
- Teori sebab-akibat
- Teori wajibul wujub (yang mesti ada)
- Teori huduts (baru)
- Teori Nizham (keteraturan)
- Teori fenomenologis
7. Teori Sebab – Akibat
Segala sesuatu ada sebabnya. Setiap ada perubahan tentu ada yang
menjadi sebab terjadinya perubahan itu. Begitu juga sesuatu yang
ada tentu ada yang mengadakannya. Sesuatu menurut akal mustahil
ada dengan sendirinya. Siapakah yang mengadakan alam semesta
ini?
8. Teori Wajibul Wujud
Wujud segala sesuatu tidak bisa lepas dari salah satu kemungkinan:
wajib, mustahil, atau mungkin.
Alam semesta, adanya tidaklah wajib dan tidak pula mustahil, karena
keduanya tidak bertentangan dengan akal.
Kalau tidak wajib dan mustahil tentu mungkin.
Adanya alam semesta ini mungkin, tidak adanya juga mungkin.
Lalu siapa yang menentukan mungkin itu menjadi ada atau tidak ada?
Tentu bukan yang bersifat mungkin. Haruslah yang bersifat wajib ada
dalam hal ini bukanlah alam semesta itu sendiri.
9. Teori Huduts
Alam semesta seluruhnya adalah sesuatu yang hadits (baru, ada
awalnya), bukan sesuatu yang tidak berawal.
Jika baru, tentu adanya yang mengadakannya.
Dan yang mengadakannya itu tentulah bukan yang bersifat huduts,
haruslah yang bersifat awal
10. Teori Nizham
Alam semesta beserta isinya adalah segala sesuatu yang teratur.
Sesuatu yang teratur tentu ada yang mengaturnya, mustahil
menurut akal semuanya terjadi dengan sendirinya secara
kebetulan.
12. Bukti Wahyu
1. Allah tidak ada permulaan bagi wujud-Nya dan tidak ada akhir
dari wujud-Nya
( QS. Al-Hadid:3; al-Rahman: 26-27)
2. Tidak ada satu pun yang menyerupai-Nya
(QS. Al-Syura: 11)
3. Allah Maha Esa
(QS. Al-ikhlas: 1)
4. Allah memiliki al-Asma’ al-Husna dan al-Shifat al-Ula
(QS.Al-A’raf: 18)
13. TAUHIDULLAH
Esensi iman kepada Allah adalah Tauhid yaitu
mengesakan-Nya, baik dalam zat, asma’ dan shifat,
maupun perbuatan-Nya.
Tauhid terbagi menjadi tiga tingkatan:
- Tauhid Rububiyah
- Tauhid Uluhiyah
- Tauhid Asma’ wa Shifat
14. Tauhid Rububiyah
Seorang mukmin mengimani bahwasanya Allah adalah satusatunya pencipta dan pengatur alam semesta yang tidak ada
sekutu dan penolong bagi-Nya
Makna Ar-Rabb adalah pencipta, penguasa, pengatur.
Tidak ada pencipta melainkan Allah, tidak ada penguasa
melainkan Allah, tidak ada pengatur melainkan Allah
15. Tidak ada seorang dari makhluk ini yang mengingkari rububiyah
Allah (Rububiyah = fitrah)
orang-orang musyrik di zaman Rasulullah Shallallahu 'alaihi
Wasallam menyakini dan mengimani kerububiyaan Allah tetapi
bersaman dengan itu mereka mempersekutukan Allah dalam
keuluhiyahan-Nya (Syirik)
16. Tauhid Uluhiyah
Mengimani bahwasanya dia Allah adalah sesembahan yang Esa
tidak ada sekutu bagi-Nya.
Al-Ilaah adalah Al-Mal-uh atau Al-Ma'buud : yang di sembah atau
yang di ibadahi
Rasul diutus untuk meluruskan penyembahan hanya kepada Allah
semata dan bukan kepada yang lain.
Menjadikan selain Allah sebagai sesembahan atau menyembah
Allah dan selain Allah secara bersamaan disebut dengan Syirik
17. Kaitan Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah
at-talazum (kemestian)
-Tauhid uluhiyah konsekuensi logis dari rububiyah
-Tidak logis orang yg mengakui Allah sebagai Rabb tidak
menjadikanNya sebagai ilah (sesembahan yg hak)
at-tadhamun (cakupan)
kandungan tauhid uluhiyah adalah tauhid rububiyah
18. Dua Kalimat Syahadat
Laa ilaaha illallah
beri’tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang
berhak disembah dan menerima ibadah kecuali kepada
ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala , Menta’ati hal tersebut dan
mengamalkannya.
LAA ILAAHA menafikan hak penyembahan dari selain
ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala siapa pun orangnya.
ILLALLAH adalah penetapan haq ALLAH Subhanahu Wa
Ta'ala semata untuk disembah.
19. Syahadat Muahammad Rasulullah
Makna dari syahadat Muhammad Rasulullah
pengakuan lahir batin dari seorang Muslim bahwa
Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.
20. Tauhid Asma’ Wa Shifat
Menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah
sebagaimana yg ditetapkan dalam al-Qur’an dan sunnah
yang menunjukkan kesempurnaan dan keagunganNya
tanpa mengingkari (ta’thil) dan menyerupakan dengan
makhluk (tamtsil).
Menafikan nama-nama dan sifat-sifat Allah
sebagaimana yg dinafikan dalam al-Qur’an dan sunnah
tanpa merubah (tahrif) dan memvisualisasi (takyif) dan
21. Menginkari nama-nama dan sifat-sifat Allah dengan
alasan bahwa itu berarti menyamakan Allah dengan
makhluk merupakan kebatilan
Alasan-Alasan:
- Hal itu berarti adanya kontradiksi dalam al-Qur’an
- Kesamaan dua benda dalam nama dan sifat berarti
sama hakikatnya.
22. Menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah disertai dengan
menyerupakanNya dengan alasan konsukeunsi dari al-Qur’an dan
sunnah adalah batil
Alasan:
- Menyamakan Allah dengan makhluk sesuatu yang batil secara
akal sehat dan agama krn tidak mungkin tuntutan al-qur’an dan
sunnah sesuatu yg batil.
- Allah berbicara kepada hambaNya melalui al-Qur’an dengan
bahasa yang dipahami dari sisi asal maknanya. Adapun
hakikatnya dari makna tersebut sesuatu yg ghaib karena terkait
zat Allah.
23. Kesimpulan
Tidak boleh memberi nama Allah dengan nama-nama
yang tidak disebutkan dalam al-Qur’an dan sunnah.
Tidak boleh menyamakan atau memiripkan zat , sifatsifat dan perbuatan Allah dengan makhluk manapun.
Mengimani al-asma’ wa shifat bagi Allah harus apa
adanya tanpa menanyakan atau mempertanyakan
“bagaimana”nya
Allah memiliki nama-nama yang tidak terbatas namun
yang dapat diketahui ada 99 nama.