SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
Sejarah Lahirnya Suku-suku di Kepenuhan


Bhinneka tunggal ika adalah semboyan pemersatu dari segala suku yang ada dibumi
nusantara dari sabang sampai merauke,mereka diikat oleh kesatuan yang tak dapat
dipisahkan. Salah satu kebhinneka tunggal ika itu termasuklah suku yang ada
diluhak Kepenuhan Kab.Rokan hulu-Riau. Suku-suku ini hidup saling berdampingan
tanpa ada suatu perbedaan yang dapat memisahkan mereka atau sesuatu yang akan
memecah belahkan keberadaan kesukuan yang dijunjung didaerah ini, kebhinekaan
daerah ini terletak pula pada semboyannya yaitu “Bisik Montok Uwang Koponuhan“.
Semboyan ini adalah melambangkan jati dari kesukuan diadat luhak kepenuhan.
Karena luhak kepenuhan termasuk dalam kelompok luhak nan-limo yaitu :



1.   Luhak   Rokan
2.   Luhak   Kunto Darussalam
3.   Luhak   Rambah
4.   Luhak   Tambusai
5.   Luhak   Kepenuhan


Luhak Rokan dan luhak Kunto Darussalam terletak di Rokan Kiri, sedangkan luhak
Rambah,tambusai dan Kepenuhan terletak didaerah Rokan Kanan.
Lahirnya Suku-Suku Di Kepenuhan.


Kepenuhan pada mulanya telah dihuni oleh kelompok masyarakat yang datang dari
daerah daratan (diduga dari Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Pagaruyung) dan juga
dari daerah lautan (Kerajaan Malaka,Malaysia). Kedatangan masyarakat ini
berkelompok dan kedatangan mereka silih berganti satu sama lain.
Untuk mengetahui secara mendalam tentang asal-usul masyarakat daerah ini, maka
penulis akan memaparkan terlebih dahulu tentang sejarah yang meletarbelakangi
dari para pendatang tersebut.


Suatu ketika berlayar sebuah perahu kapal dari hindia yang berasal dari gunung
himalaya menuju kedaerah malaka, ditengah mengarungi lautan mereka berselisih
dengan perahu asal jawa yang tujuan mereka ini adalah pulang kedaerah asal
mereka yaitu pulau jawa. Sekelompok orang jawa menyebut dengan Melayu. Melayu
disini (diartikan dengan orang yang berlari seperti orang yang dikejar) demikian
anggapan orang jawa yang melihat kejadian kapal dari hindia yang berlayar begitu
kencang dengan menyebut mlayu ! mlayu !! mlayu !!!.


Sesampai diselat malaka, mereka melabuhkan perahu kapalnya ditepian untuk
berhenti beberapa saat guna manambah perbekalan dalam melanjutkan perjalanan
berikutnya. Dengan kedatangan sekolompok masyarakat ini penduduk setempat juga
memilih alibi bahwa rombongan yang datang adalah orang melayu dan ada sebagian
lagi beranggapan dengan orang Malaya. Tujuan dari rombongan perahu kapal
tersebut adalah kedaerah Rokan Kanan tepatnya didaerah Kepenuhan.


Perbekalan yang dibutuhkan sudah mereka dapatkan dan tali yang diikatkan sudah
pula dilepas pertanda perahu kapal akan berlayar menuju persinggahan berikutnya
yaitu daerah Rokan. Ditengah perjalanan rombongan mengalami suatu hambatan bahwa
perahu kapal yang mereka tumpangi kandas ditengah sungai, karena tanpa mereka
sadari bahwa mereka terhenti, dengan situasi yang demikian para penumpang dan
anggota lainnya membantu untuk mengeluarkan perahu kapal yang kandas supaya
perjalanan dapat dilanjutkan kembali.


Situasi yang sedemikian ada sebagian mereka menahan air atau menumpu perahu
kapal agar perahu kapal tidak lari arah dari yang direncanakan, adapula sebagian
mereka yang berdiam diri, adapula sebagian mereka menikmati dan mengikuti apa
yang diperbuat oleh rekan-rekannya yang lain, adapula yang menjadi kapten kapal
baik dibawah ditengah maupun diatas agar perahu kapal dapat terkendali dengan
baik, dan adapula yang mementingkan kepentingannya sendiri.


Demikian situasi yang terjadi pada saat itu dan menurut sejarah dengan kejadian
tersebut lahirlah suku-suku yang menunjukkan jati diri yang mereka miliki, yaitu
:
Melayu
Posisi mereka pada kejadian itu ada tiga tempat yaitu :
“ Posisi ditengah adalah sebagai kapten kapal yang labih dikenal dengan nama
Melayu Tongah
“ Posisi diatas adalah untuk mengatur layar, yang lebih dikenal dengan nama
Melayu Ateh
“ Posisi dibawah adalah tugas mekanik, yang lebih dikenal dengan nama Melayu
Pasak.


Filsafat yang dapat diambil dari peristiwa diatas adalah suku melayu tidak
memihak kepada siapapun karena keberadaannya sebagai pemimpin dalam menjalankan
tugas selama menempuh perjalanan, tugas yang seperti itu selalu dipegang oleh
orang melayu dalam setiap menjalankan tugas yang diamanahkan kepada mereka tanpa
memandang darimana serta dengan siapa saja mereka berurusan.


Kandang Kopuh
Suku kandang kopuh dinamakan demikian adalah tugas yang diembankan ketika itu
adalah menahan air atau yang lebih dikenal dalam bahasa kepenuhan “Mongandang“
air agar air dapat terkumpul sehingga air tergenang atau air tersebut terkumpul
menjadi pasang kembali.


Pungkut
Posisi mereka pada saat itu hanya berdiam diri dalam perahu kapal, menunggu
hasil pekerjaan dari penumpang lain, suatu ketika mereka mengira kapal akan
tenggelam dan mereka berupaya menyelamatkan diri dari bahaya yang menimpa,
karena ingin cepatnya anak mereka sendiripun hampir tertinggal.


Moniliang
Sikap yang diambil suku ini adalah mengelilingi perahu kapal, melihat kesana
kemari sebentar kedepan sebentar kebelakang, entah apa yang mereka kerjakan.
Moniliang berarti (mengelilingi kapal). Suatu ketika karena mengelilingi
kelihatan oleh mereka air pasang akan menimpa perahu kapal hingga mereka berucap
“ bono ! bono !! itu bono datang !!! “, bono artinya air kemudian mereka berucap
kembali “itulah tadin ku sobuik aie akan datang, kalian onak bokoju yo, lotih
awak !“ ( kami sudah berkata,air akan datang namun kalian ingin juga bekerja,
capek kerja terus ).
“godang kato bang!“ ucapan ini spontan keluar dari penumpang lain atas sikap
yang mereka ambil. Ucapan dari penumpang tersebut lengket kepada mereka sehingga
menjadi semboyan pula dari suku moniliang yaitu “godang kato uwang moniliang“.
Arti dari semboyan tersebut adalah mereka selalu meninggi, selalu ingin lebih,
selalu ingin pintar dan itulah orang moniliang.


Kuti
Suku ini berasal dari kata mengikuti, sehingga menjadi kuti dalam perjalanan
sejarah tersebut dari suku ini hanya mengikuti apa yang terbaik untuk perahu
kapal yang sedang kandas, pokoknya menguti saja.


Ampu
Ketika perahu kapal yang kandas, dari suku ini turun kebawah untuk menahan
perahu kapal dari tempat kandas agar perahu kapal tidak terpeleset ketempat yang
lebih membahayakan, mereka berupaya memberi tumpuan, dalam bahasa daerah
kepenuhan “Mengampu“ artinya mencoba untuk menahan sekaligus mengangkat kapal
yang kandas karena pekerjaan ini amat berat sehingga mereka cepat marah apabila
sesuatu belum sesuai dengan apa yang dikerjakan, dan akan kita jumpai bahwa
sifat marah ini masih lengket dalam keseharian mereka.


Mais
Pada masa itu suku mais merupakan suatu rombongan atau kelompok yang sedikit
memiliki harta dan kekayaan serta makanan,menurut sejarah mereka hanya
mementingkan untuk urusan mereka sendiri,jika orang tahu akan dimilikinya mereka
akan menutupi kelebihan yang mereka miliki. Atas sikap mereka itu timbul pula
semboyan untuk suku ini “kodek kandang to-oang“ artinya kikir yang tidak
berkesudahan.


Lahirnya suku tersebut sebanyak tujuh suku yang lebih dikenal dengan suku nan-
tujuh yaitu : suku Melayu, suku Moniliang, suku Kandang Kopuh, suku Pungkuik,
suku Kuti, suku Mais, dan suku Ampu. Atas kerjasama dan tingkah polah yang
mereka lakukan maka perahu kapal yang kandas dapat terselamatkan,sehingga perahu
kapal dapat berlayar kembali sesuai dengan yang direncanakan menuju tanah
harapan yaitu Kepenuhan.


Mereka memulai kehidupan kesehariannya yaitu : bercocok tanam, berladang,
nelayan dan berburu,komunitas ini terus berkembang sesuai dengan perkembangannya
sehingga dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat mewadahi suku nan-tujuh ini
menjadi satu kasatuan yang utuh.
Pada masa itu dipercayakan kepada Datuk Bendahara Sakti dari suku melayu untuk
memimpin mereka dengan baik sebagaimana yang mereka harapkan.

More Related Content

Similar to Lahirnya suku suku dikecamatan kepenuhan

Kebudayaan kalimantan, diki nurdiansyah (npm 52412103)
Kebudayaan kalimantan, diki nurdiansyah (npm 52412103)Kebudayaan kalimantan, diki nurdiansyah (npm 52412103)
Kebudayaan kalimantan, diki nurdiansyah (npm 52412103)Diki Nurdiansyah
 
kebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopanakebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopanaErick Ruing
 
kebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopanakebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopanaErick Ruing
 
Folklore: Batu Belida Ajaib: Isyarat Kedatangan Islam di Tanah Dayak Kutaringin
Folklore: Batu Belida Ajaib: Isyarat Kedatangan Islam di Tanah Dayak KutaringinFolklore: Batu Belida Ajaib: Isyarat Kedatangan Islam di Tanah Dayak Kutaringin
Folklore: Batu Belida Ajaib: Isyarat Kedatangan Islam di Tanah Dayak KutaringinAlfisyahr Izzati Murdiyono
 
Tenggelamnya kapal van der wijck hamka
Tenggelamnya kapal van der wijck hamkaTenggelamnya kapal van der wijck hamka
Tenggelamnya kapal van der wijck hamkaSyamsul Noor
 
Novel tenggelamnya kapal vander wick
Novel tenggelamnya kapal vander wickNovel tenggelamnya kapal vander wick
Novel tenggelamnya kapal vander wickAmir Haruna
 
Suku Dayak - Satria, Imanuel, Deni, Brahma, Ayu - SMAK Mgr. Soegijapranata Pa...
Suku Dayak - Satria, Imanuel, Deni, Brahma, Ayu - SMAK Mgr. Soegijapranata Pa...Suku Dayak - Satria, Imanuel, Deni, Brahma, Ayu - SMAK Mgr. Soegijapranata Pa...
Suku Dayak - Satria, Imanuel, Deni, Brahma, Ayu - SMAK Mgr. Soegijapranata Pa...Satria
 
Menelusuri jejak sejarah kebesaran kerajaan wuna
Menelusuri jejak sejarah kebesaran kerajaan wunaMenelusuri jejak sejarah kebesaran kerajaan wuna
Menelusuri jejak sejarah kebesaran kerajaan wunaMieno Wuna
 
Hamka - Tenggelamnya Kapal van der Wijck(2).pdf
Hamka - Tenggelamnya Kapal van der Wijck(2).pdfHamka - Tenggelamnya Kapal van der Wijck(2).pdf
Hamka - Tenggelamnya Kapal van der Wijck(2).pdfmuhammadrakaaknar
 
Buku Katalog Pameran Produk Miniatur Kebudayaan Desa Dasun
Buku Katalog Pameran Produk Miniatur Kebudayaan Desa DasunBuku Katalog Pameran Produk Miniatur Kebudayaan Desa Dasun
Buku Katalog Pameran Produk Miniatur Kebudayaan Desa Dasunpemajuankebudayaande
 
Mengintip sejarah dan budaya pulau batu berbunga
Mengintip sejarah dan budaya pulau batu berbungaMengintip sejarah dan budaya pulau batu berbunga
Mengintip sejarah dan budaya pulau batu berbungaOperator Warnet Vast Raha
 
Mengintip sejarah dan budaya pulau batu berbunga
Mengintip sejarah dan budaya pulau batu berbungaMengintip sejarah dan budaya pulau batu berbunga
Mengintip sejarah dan budaya pulau batu berbungaOperator Warnet Vast Raha
 

Similar to Lahirnya suku suku dikecamatan kepenuhan (20)

Kebudayaan kalimantan, diki nurdiansyah (npm 52412103)
Kebudayaan kalimantan, diki nurdiansyah (npm 52412103)Kebudayaan kalimantan, diki nurdiansyah (npm 52412103)
Kebudayaan kalimantan, diki nurdiansyah (npm 52412103)
 
kebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopanakebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopana
 
kebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopanakebudayaan desa baopana
kebudayaan desa baopana
 
Folklore: Batu Belida Ajaib: Isyarat Kedatangan Islam di Tanah Dayak Kutaringin
Folklore: Batu Belida Ajaib: Isyarat Kedatangan Islam di Tanah Dayak KutaringinFolklore: Batu Belida Ajaib: Isyarat Kedatangan Islam di Tanah Dayak Kutaringin
Folklore: Batu Belida Ajaib: Isyarat Kedatangan Islam di Tanah Dayak Kutaringin
 
Certai rakyat muna
Certai rakyat munaCertai rakyat muna
Certai rakyat muna
 
Certai rakyat muna
Certai rakyat munaCertai rakyat muna
Certai rakyat muna
 
Certai rakyat muna
Certai rakyat munaCertai rakyat muna
Certai rakyat muna
 
Khazanah Labuhanbatu Utara
Khazanah Labuhanbatu UtaraKhazanah Labuhanbatu Utara
Khazanah Labuhanbatu Utara
 
Filologi 181213
Filologi 181213Filologi 181213
Filologi 181213
 
Tenggelamnya kapal van der wijck hamka
Tenggelamnya kapal van der wijck hamkaTenggelamnya kapal van der wijck hamka
Tenggelamnya kapal van der wijck hamka
 
Novel tenggelamnya kapal vander wick
Novel tenggelamnya kapal vander wickNovel tenggelamnya kapal vander wick
Novel tenggelamnya kapal vander wick
 
Suku Dayak - Satria, Imanuel, Deni, Brahma, Ayu - SMAK Mgr. Soegijapranata Pa...
Suku Dayak - Satria, Imanuel, Deni, Brahma, Ayu - SMAK Mgr. Soegijapranata Pa...Suku Dayak - Satria, Imanuel, Deni, Brahma, Ayu - SMAK Mgr. Soegijapranata Pa...
Suku Dayak - Satria, Imanuel, Deni, Brahma, Ayu - SMAK Mgr. Soegijapranata Pa...
 
Menelusuri jejak sejarah kebesaran kerajaan wuna
Menelusuri jejak sejarah kebesaran kerajaan wunaMenelusuri jejak sejarah kebesaran kerajaan wuna
Menelusuri jejak sejarah kebesaran kerajaan wuna
 
Hamka - Tenggelamnya Kapal van der Wijck(2).pdf
Hamka - Tenggelamnya Kapal van der Wijck(2).pdfHamka - Tenggelamnya Kapal van der Wijck(2).pdf
Hamka - Tenggelamnya Kapal van der Wijck(2).pdf
 
Pesisir Selatan
Pesisir SelatanPesisir Selatan
Pesisir Selatan
 
Buku Katalog Pameran Produk Miniatur Kebudayaan Desa Dasun
Buku Katalog Pameran Produk Miniatur Kebudayaan Desa DasunBuku Katalog Pameran Produk Miniatur Kebudayaan Desa Dasun
Buku Katalog Pameran Produk Miniatur Kebudayaan Desa Dasun
 
Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"
Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"
Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"
 
MAKALAH KEBUDAYAAN KAB. MUNA
MAKALAH KEBUDAYAAN KAB. MUNAMAKALAH KEBUDAYAAN KAB. MUNA
MAKALAH KEBUDAYAAN KAB. MUNA
 
Mengintip sejarah dan budaya pulau batu berbunga
Mengintip sejarah dan budaya pulau batu berbungaMengintip sejarah dan budaya pulau batu berbunga
Mengintip sejarah dan budaya pulau batu berbunga
 
Mengintip sejarah dan budaya pulau batu berbunga
Mengintip sejarah dan budaya pulau batu berbungaMengintip sejarah dan budaya pulau batu berbunga
Mengintip sejarah dan budaya pulau batu berbunga
 

Lahirnya suku suku dikecamatan kepenuhan

  • 1. Sejarah Lahirnya Suku-suku di Kepenuhan Bhinneka tunggal ika adalah semboyan pemersatu dari segala suku yang ada dibumi nusantara dari sabang sampai merauke,mereka diikat oleh kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Salah satu kebhinneka tunggal ika itu termasuklah suku yang ada diluhak Kepenuhan Kab.Rokan hulu-Riau. Suku-suku ini hidup saling berdampingan tanpa ada suatu perbedaan yang dapat memisahkan mereka atau sesuatu yang akan memecah belahkan keberadaan kesukuan yang dijunjung didaerah ini, kebhinekaan daerah ini terletak pula pada semboyannya yaitu “Bisik Montok Uwang Koponuhan“. Semboyan ini adalah melambangkan jati dari kesukuan diadat luhak kepenuhan. Karena luhak kepenuhan termasuk dalam kelompok luhak nan-limo yaitu : 1. Luhak Rokan 2. Luhak Kunto Darussalam 3. Luhak Rambah 4. Luhak Tambusai 5. Luhak Kepenuhan Luhak Rokan dan luhak Kunto Darussalam terletak di Rokan Kiri, sedangkan luhak Rambah,tambusai dan Kepenuhan terletak didaerah Rokan Kanan. Lahirnya Suku-Suku Di Kepenuhan. Kepenuhan pada mulanya telah dihuni oleh kelompok masyarakat yang datang dari daerah daratan (diduga dari Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Pagaruyung) dan juga dari daerah lautan (Kerajaan Malaka,Malaysia). Kedatangan masyarakat ini berkelompok dan kedatangan mereka silih berganti satu sama lain. Untuk mengetahui secara mendalam tentang asal-usul masyarakat daerah ini, maka penulis akan memaparkan terlebih dahulu tentang sejarah yang meletarbelakangi dari para pendatang tersebut. Suatu ketika berlayar sebuah perahu kapal dari hindia yang berasal dari gunung himalaya menuju kedaerah malaka, ditengah mengarungi lautan mereka berselisih dengan perahu asal jawa yang tujuan mereka ini adalah pulang kedaerah asal mereka yaitu pulau jawa. Sekelompok orang jawa menyebut dengan Melayu. Melayu disini (diartikan dengan orang yang berlari seperti orang yang dikejar) demikian anggapan orang jawa yang melihat kejadian kapal dari hindia yang berlayar begitu kencang dengan menyebut mlayu ! mlayu !! mlayu !!!. Sesampai diselat malaka, mereka melabuhkan perahu kapalnya ditepian untuk berhenti beberapa saat guna manambah perbekalan dalam melanjutkan perjalanan berikutnya. Dengan kedatangan sekolompok masyarakat ini penduduk setempat juga memilih alibi bahwa rombongan yang datang adalah orang melayu dan ada sebagian lagi beranggapan dengan orang Malaya. Tujuan dari rombongan perahu kapal tersebut adalah kedaerah Rokan Kanan tepatnya didaerah Kepenuhan. Perbekalan yang dibutuhkan sudah mereka dapatkan dan tali yang diikatkan sudah pula dilepas pertanda perahu kapal akan berlayar menuju persinggahan berikutnya yaitu daerah Rokan. Ditengah perjalanan rombongan mengalami suatu hambatan bahwa perahu kapal yang mereka tumpangi kandas ditengah sungai, karena tanpa mereka sadari bahwa mereka terhenti, dengan situasi yang demikian para penumpang dan anggota lainnya membantu untuk mengeluarkan perahu kapal yang kandas supaya perjalanan dapat dilanjutkan kembali. Situasi yang sedemikian ada sebagian mereka menahan air atau menumpu perahu kapal agar perahu kapal tidak lari arah dari yang direncanakan, adapula sebagian
  • 2. mereka yang berdiam diri, adapula sebagian mereka menikmati dan mengikuti apa yang diperbuat oleh rekan-rekannya yang lain, adapula yang menjadi kapten kapal baik dibawah ditengah maupun diatas agar perahu kapal dapat terkendali dengan baik, dan adapula yang mementingkan kepentingannya sendiri. Demikian situasi yang terjadi pada saat itu dan menurut sejarah dengan kejadian tersebut lahirlah suku-suku yang menunjukkan jati diri yang mereka miliki, yaitu : Melayu Posisi mereka pada kejadian itu ada tiga tempat yaitu : “ Posisi ditengah adalah sebagai kapten kapal yang labih dikenal dengan nama Melayu Tongah “ Posisi diatas adalah untuk mengatur layar, yang lebih dikenal dengan nama Melayu Ateh “ Posisi dibawah adalah tugas mekanik, yang lebih dikenal dengan nama Melayu Pasak. Filsafat yang dapat diambil dari peristiwa diatas adalah suku melayu tidak memihak kepada siapapun karena keberadaannya sebagai pemimpin dalam menjalankan tugas selama menempuh perjalanan, tugas yang seperti itu selalu dipegang oleh orang melayu dalam setiap menjalankan tugas yang diamanahkan kepada mereka tanpa memandang darimana serta dengan siapa saja mereka berurusan. Kandang Kopuh Suku kandang kopuh dinamakan demikian adalah tugas yang diembankan ketika itu adalah menahan air atau yang lebih dikenal dalam bahasa kepenuhan “Mongandang“ air agar air dapat terkumpul sehingga air tergenang atau air tersebut terkumpul menjadi pasang kembali. Pungkut Posisi mereka pada saat itu hanya berdiam diri dalam perahu kapal, menunggu hasil pekerjaan dari penumpang lain, suatu ketika mereka mengira kapal akan tenggelam dan mereka berupaya menyelamatkan diri dari bahaya yang menimpa, karena ingin cepatnya anak mereka sendiripun hampir tertinggal. Moniliang Sikap yang diambil suku ini adalah mengelilingi perahu kapal, melihat kesana kemari sebentar kedepan sebentar kebelakang, entah apa yang mereka kerjakan. Moniliang berarti (mengelilingi kapal). Suatu ketika karena mengelilingi kelihatan oleh mereka air pasang akan menimpa perahu kapal hingga mereka berucap “ bono ! bono !! itu bono datang !!! “, bono artinya air kemudian mereka berucap kembali “itulah tadin ku sobuik aie akan datang, kalian onak bokoju yo, lotih awak !“ ( kami sudah berkata,air akan datang namun kalian ingin juga bekerja, capek kerja terus ). “godang kato bang!“ ucapan ini spontan keluar dari penumpang lain atas sikap yang mereka ambil. Ucapan dari penumpang tersebut lengket kepada mereka sehingga menjadi semboyan pula dari suku moniliang yaitu “godang kato uwang moniliang“. Arti dari semboyan tersebut adalah mereka selalu meninggi, selalu ingin lebih, selalu ingin pintar dan itulah orang moniliang. Kuti Suku ini berasal dari kata mengikuti, sehingga menjadi kuti dalam perjalanan sejarah tersebut dari suku ini hanya mengikuti apa yang terbaik untuk perahu kapal yang sedang kandas, pokoknya menguti saja. Ampu Ketika perahu kapal yang kandas, dari suku ini turun kebawah untuk menahan
  • 3. perahu kapal dari tempat kandas agar perahu kapal tidak terpeleset ketempat yang lebih membahayakan, mereka berupaya memberi tumpuan, dalam bahasa daerah kepenuhan “Mengampu“ artinya mencoba untuk menahan sekaligus mengangkat kapal yang kandas karena pekerjaan ini amat berat sehingga mereka cepat marah apabila sesuatu belum sesuai dengan apa yang dikerjakan, dan akan kita jumpai bahwa sifat marah ini masih lengket dalam keseharian mereka. Mais Pada masa itu suku mais merupakan suatu rombongan atau kelompok yang sedikit memiliki harta dan kekayaan serta makanan,menurut sejarah mereka hanya mementingkan untuk urusan mereka sendiri,jika orang tahu akan dimilikinya mereka akan menutupi kelebihan yang mereka miliki. Atas sikap mereka itu timbul pula semboyan untuk suku ini “kodek kandang to-oang“ artinya kikir yang tidak berkesudahan. Lahirnya suku tersebut sebanyak tujuh suku yang lebih dikenal dengan suku nan- tujuh yaitu : suku Melayu, suku Moniliang, suku Kandang Kopuh, suku Pungkuik, suku Kuti, suku Mais, dan suku Ampu. Atas kerjasama dan tingkah polah yang mereka lakukan maka perahu kapal yang kandas dapat terselamatkan,sehingga perahu kapal dapat berlayar kembali sesuai dengan yang direncanakan menuju tanah harapan yaitu Kepenuhan. Mereka memulai kehidupan kesehariannya yaitu : bercocok tanam, berladang, nelayan dan berburu,komunitas ini terus berkembang sesuai dengan perkembangannya sehingga dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat mewadahi suku nan-tujuh ini menjadi satu kasatuan yang utuh. Pada masa itu dipercayakan kepada Datuk Bendahara Sakti dari suku melayu untuk memimpin mereka dengan baik sebagaimana yang mereka harapkan.