Pelaksanaan atau pemberian pinjam meminjam dari satu pihak kepada pihak lain merupakan suatu usaha Taqarrub kepada Allah SWT. Dan merupakan hablun Minannas atau bentuk kasih sayang kepada manusia. Karena bagaimanapun kita tidak bisa hidup sendiri diatas bumi Allah. Dalam pinjaman itu memberikan banyak kemudahan dan keringanan kepada yang membutuhkannya.
Penamaan qiradh mempunyai 2 interpretasi. Menurut ahli Basrah dinamakan itu karena pemilik modal memotong hartanya dan potongan harta tersebut adalah dinamakan qiradh. Interpretasi kedua menurut penduduk baghdad adalah karena kedua belah pihak adalah son’an (pembuat / pengusaha), pemilik modal bertugas mengusahakan modal dan pekerja berusaha memberdayakan modal tersebut.
Dari jaman kenabian Qiradh tersebut berkembang seiring perkembangan jaman yang modern sampai sekarang ini. Para kalangan pengusaha seperti pemberian kredit dan pembiayaan seperti yang ada pada perbankkan syariah dan finance yang berdiri dan berkembang di indonesia.
Dari uraian singkat tersebut Qiradh sangatlah penting untuk kita pahami dan kaji secara mendalam dan terperinci, hingga penulis mengangkat judul makalah “Qirat” tersebut sebagai representatif untuk pendalam pengetahuan kita.
Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut di atas, penulis merumuskan beberapa masalah antara lain:
1. apa yang di maksud dengan Qiradh.
2. Apakah Dasar Hukum Qiradh.
3. Bagaimana rukun dan syarat terlaksananya qiradh.
4. Bagaimanakah jenis-jenis usaha yang tergolong Qiradh di Indonesia.
5. Apakah hikmah dari Qiradh.
6. Apa peringatan dan hukuman bagi orang-orang yang melanggar dari Qiradh.
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Makalah Pinjam Meminjam (Qiradh)
1. 1
1
Published : 07.21 Author : Bima Ridwan
MAKALAH
PINJAM MEMINJAM (QIRADH)
Di susun oleh:
Ridwan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
2. 2
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan atau pemberian pinjam meminjam dari satu pihak kepada pihak lain
merupakan suatu usaha Taqarrub kepada Allah SWT. Dan merupakan hablun Minannas atau
bentuk kasih sayang kepada manusia. Karena bagaimanapun kita tidak bisa hidup sendiri
diatas bumi Allah. Dalam pinjaman itu memberikan banyak kemudahan dan keringanan
kepada yang membutuhkannya.
Penamaan qiradh mempunyai 2 interpretasi. Menurut ahli Basrah dinamakan itu
karena pemilik modal memotong hartanya dan potongan harta tersebut adalah dinamakan
qiradh. Interpretasi kedua menurut penduduk baghdad adalah karena kedua belah pihak
adalah son‟an (pembuat / pengusaha), pemilik modal bertugas mengusahakan modal dan
pekerja berusaha memberdayakan modal tersebut.
Dari jaman kenabian Qiradh tersebut berkembang seiring perkembangan jaman yang
modern sampai sekarang ini. Para kalangan pengusaha seperti pemberian kredit dan
pembiayaan seperti yang ada pada perbankkan syariah dan finance yang berdiri dan
berkembang di indonesia.
Dari uraian singkat tersebut Qiradh sangatlah penting untuk kita pahami dan kaji
secara mendalam dan terperinci, hingga penulis mengangkat judul makalah “Qirat” tersebut
sebagai representatif untuk pendalam pengetahuan kita.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut di atas, penulis merumuskan beberapa
masalah antara lain:
1. apa yang di maksud dengan Qiradh.
2. Apakah Dasar Hukum Qiradh.
3. Bagaimana rukun dan syarat terlaksananya qiradh.
4. Bagaimanakah jenis-jenis usaha yang tergolong Qiradh di Indonesia.
5. Apakah hikmah dari Qiradh.
6. Apa peringatan dan hukuman bagi orang-orang yang melanggar dari Qiradh.
3. 3
3
II. PEMBAHASAN
PINJAM MEMINJAM (QIRADH)
A. Pengertian Pinjam Meminjam (QIRADH)
Dalam pengertian asal kata Qiradh sama dengan al-Qith'u yang berarti cabang atau
potongan. Sedangkan menurut syara' Yang dimaksud dengan Qiradh adalah harta yang
diberikan seorang pemberi Qiradh kepada orang yang diQiradhkan untuk kemudian dia
memberikannya setelah mampu.
Penyerahan harta kepada orang yang akan mengambil manfaatnya, untuk kemudian
dikembalikan lagi. Sebagai contoh, seseorang yang membutuhkan mengatakan kepada orang
yang memang sah untuk melakukan kebaikan (memberi pinjaman): "pinjamilah aku atau
berilah aku pinjaman harta sejumlah demikian, atau barang atau binatang untuk jangka waktu
tertentu. Aku akan mengembalikannya kepadamu.
Jadi Qiradh adalah bentuk pinjaman yang diberikan oleh orang yang mampu kepada
orang yang akan mengambil manfa'atnya dalam rangka meringankan beban orang tersebut
untuk kemudian akan dikembalikan oleh sipeminjam setelah ia mempunyai kesanggupan
untuk membayar.
B. Dasar Hukum Qiradh
Pihak yang meminjami mempunyai pahala Sunat, sedangkan dilihat dari pihak yang
peminjam maka hukumnya, boleh (mubah).
a. Firman Allah SWT:
Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah
akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan Dia akan memperoleh pahala
yang banyak. (AL-Hadid:11)
b. Nabi saw. Bersabda:
Barang siapa yang memudahkan kesulitan dunia saudaranya, maka Allah akan
memudahkan kesulitan yang dihadapinya pada hari kiamat. (HR. Muslim).
4. 4
4
c. Dari Ibnu Mas'ud, bahwa nabi saw bersabda:
Tidak seorang muslim yang mengQiradhkan hartanya kepada orang muslim sebanyak
dua kali, kecuali perbuatannya seperti sedekah satu kali. (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
d. Dari Anas, bahwa nabi saw bersabda:
"Pada malam diisra'kan aku melihat tulisan di pintu surga, tertulis: 'sedekah mendapat
balasan sepuluh kali lipat dan Qiradh mendapat balasan delapan balasan kali lipat'. Aku
katakan: ' mengapa Qiradh itu dapat lebih afdhal daripada sedekah'? Jibril menjawab:
'karena (biasanya) orang yang meminta waktu ia (sedekah) ia sendiri punya, sedangkan
orang yang minta diQiradhkan ia tidak akan minta diQiradhkan kecuali ia butuh.
C. Rukun dan Syarat Qiradh
Rukun dan Syarat-syarat terlaksananya Qiradh, yaitu:
Rukun Syarat
a. meminjami dan peminjam Dewasa, sehat akal dan sama-sama rela.
Pinjaman itu hendaknya dari orang yang
memang sah memberikan pinjaman.
b. obyek pinjaman (barang/uang) Harus diketahui secara jelas (jumlahnya)/kadar
ukuran baik oleh pemilik maupun penerima.
Jika barang pinjaman itu berupa binatang,
maka harus diketahui sifat dan umurnya.
Pemanfaatan/penggunaannya Pemberi pinjaman harus mengetahui
penggunaan pinjaman dari peminjam tersebut,
jika pinjaman tersebut dipergunakan sebagai
modal kerja, maka Pemilik modal perlu
5. 5
5
mengetahui jenis pekerjaan tersebut.
d. Keuntungan Besar atau kecilnya bagian keuntungan
hendaknya dibicarakan saat mengadakan
perjanjian. misalnya, pemilik modal
memperoleh 40%, sedangkan penerima modal
60%.
D. Cara Pelaksanaan Qiradh
Dalam pinjaman, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Pinjaman harus dimiliki melalui penerimaan (Ijab Qabul), Jika dipandang perlu,
dicarikan saksi yang disetujui oleh kedua belah pihak sehingga ketika pihak
peminjam menerima pinjamannya, maka ia menjadi penanggung jawab.
b. Pinjaman boleh ditentukan batas waktunya dan pihak yang meminjami tidak
berhak menagih sebelum habis masa perjanjian.
Firman Allah SWT :
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar. (al-Baqarah:282)
"Orang-orang islam itu berada pada syrat-syarat mereka".(HR. Abu Daud, Ahmad,
at Tirmizidan Ad Daruquthni)
c. Jika barang pinjaman itu masih tetap seperti sewaktu dipinjamkan maka harus
dikembalikan dalam keadaan itu. Sedangkan jika berubah pengembaliannya
dengan barang yang serupa, kalau tidak ada cukup seharga barang yang
dipinjam.
HR Ahmad dan Muslim serta Ashhabus sunan dar Rafi', berkata: "rasulullah saw
pernah meminjam unta muda kepada seseorang. Kemudian datanglah unta zakat. Kemudian
beliau memerintahkanku agar membayar piutang orang tersebut yang diambil dari unta
sedekah itu. Lalu katakanlah: aku tidak mendapatkan unta mudah didalamnya kecuali unta
pilihan yang sudah berumur enam tahun masuk ketujuh'." Lalu nabi saw bersabda:
6. 6
6
Berikanlah kepadanya sesunggunya orang yang paling baik diantaramu adalah
orang yang paling baik membayar hutang.
d. Bila pengangkutan uang (barang) untuk pembayaran uang itu tidak terjamin
keamanannya., maka pombayaran boleh dilaksanakkan diluar ketentuan
semula, sesuai dengan kehendak yang meminjamkan.
e. Pihak yang meminjamkan diharamkan mengambil riba dalam pinjaman
tersebut.
E. Macam Macam Qiradh.
Qiradh dapat dilakukan oleh perorangan, dapat pula dilakukan oleh organisasi atau
lembaga lain dengan nasabahnya. Dalam kehidupan modern, qiradh dapat berupa kredit
candak kulak, KPR, dan KMKP.
a. Kredit Candak Kulak
Kredit candak kulak ialah pinjaman modal yang diberikan kepada para
pedagang kecil dengan sistem pengembalian sekali dalam seminggu dan tanpa
tanggungan atau jaminan. Biasanya kredit candak kulak dilakukan oleh KUD
(koperasi unit daerah). Kredit jenis itu bertujuan untuk membantu masyarakat kecil
agar dapat memiliki jenis usaha tertentu, misalnya berjualan makanan ringan,
membuat tempe kedelai, atau usaha lain yang memerlukan biaya relatif ringan.
Dengan cara seperti ini, diharapkan mereka pada saatnya nanti dapat terangkat dari
masyarakat prasejahtera menjadi sejahtera dan tidak menggantungkan nasibnya
kepada orang lain.
b. KPR
KPR (kredit pemilikan rumah) bertujuan membantu masyarakat yang belum
memiliki rumah. Bank menydiakan fasilitas berupa perumahan, dari yang bertipe
sederhana hingga mewah. Masyarakat yang berniat untuk memiliki rumah terssebut
diwajibkan membayar uang muka yang besarnya bervariasi, sesuai dengan tipe rumah
yang diinginkan. Selanjutnya, pada jangka waktu tertentu orang itu membayar
angsuran sesuai dengan perjanjian yang dibuat kedua belah pihak. Dengan demikian,
diharapkan masyarakat tidak terlalu berat untuk memiliki rumah.
c. KMKP
KMKP (kredit modal karya permanen) dilaksanakan baik oleh negara maupun
bank swasta. Pada saat ini, kredit jenis ini sudah tidak ada, yang ada sekarang adalah
KUK (kredit usaha kecil). Kredit ini hanya melayani masyarakat yang sudah mampu
7. 7
7
sehingga lebih bersifat pengembangan usaha yang sudah ada. Oleh karena, itu sasaran
yang dibina juga terbatas.
F. Hikmah Qiradh
1. Membantu kaum yang lemah yang tiada modal namun mampu menggunakan modal
untuk suatu usaha yang hasilnya bisa dipetik oleh kedua belah pihak.
2. menyenangkan kedua belah pihak, pihak pemilik modal bias mendapat keuntungan
dari modalnya, pihak yang menjalankan modal mampu mengembangkan usahanya
lebih maju.
3. Menjunjung nilai tolong-menolong yang sangat dianjurka oleh islam.
4. Mengurangi pengangguran, karena dengan dibukanya usaha secara otomatis
membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak.
G. Peringatan dalam Qiradh
a. Peringatan Keras Tentang Hutang
Dari Tsauban, mantan budak Rasulullah, dari Rasulullah saw, bahwa Beliau bersabda,
“Barangsiapa yang rohnya berpisah dari jasadnya dalam keadaan terbebas dari tiga hal,
niscaya masuk surga: (pertama) bebas dari sombong, (kedua) dari khianat, dan (ketiga) dari
tanggungan hutang.” (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 1956, Ibnu Majah II: 806 no: 2412,
Tirmidzi III: 68 no: 1621).
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Jiwa orang mukmin
bergantung pada hutangnya hingga dilunasi.” (Shahih: Shahihul Jami‟ no: 6779 al-Misykah
no: 2915 dan Tirmidzi II: 270 no: 1084).
Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa meninggal dunia dalam
keadaan menanggung hutang satu Dinar atau satu Dirham, maka dibayarilah (dengan
diambilkan) dari kebaikannya; karena di sana tidak ada lagi Dinar dan tidak (pula)
Dirham.” (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 1985, Ibnu Majah II: 807 no: 2414).
Dari Abu Qatadah ra bahwasannya Rasulullah pernah berdiri di tengah-tengah para
sahabat, lalu Beliau mengingatkan mereka bahwa jihad di jalan Allah dan iman kepada-Nya
adalah amalan yang paling afdhal. Kemudian berdirilah seorang sahabat, lalu bertanya, “Ya
8. 8
8
Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku gugur di jalan Allah, apakah dosa-dosaku akan
terhapus dariku?” Maka jawab Rasulullah saw kepadanya “Ya, jika engkau gugur di jalan
Allah dalam keadaan sabar mengharapkan pahala, maju pantang melarikan diri.”
Kemudian Rasulullah bersabda: “Melainkan hutang, karena sesungguhnya Jibril
’alaihissalam menyampaikan hal itu kepadaku.” (Shahih: Irwa-ul Ghalil no: 1197, Muslim
III; 1501 no: 1885, Tirmidzi III: 127 no: 1765 dan Nasa‟i VI: 34).
b. Orang Yang Mengambil Harta Orang Lain Dengan Niat Hendak Dibayar Atau
Dirusaknya.
Dari Abi Hurairah ra dari Nabi saw, Beliau bersabda, “Barangsiapa
mengambil harta orang lain dengan niat hendak menunaikannya, niscaya Allah akan
menunaikannya, dan barang siapa yang mengambilnya dengan niat hendak
merusaknya, niscaya Allah akan merusakkan dirinya.” (Shahih: Shahihul Jami‟ no:
598 dan Fathul Bari V: 53 no: 2387).
Dari Syu‟aib bin Amr, ia berkata: Shuhaibul Khair ra telah bercerita kepada
kami, dari Rasulullah saw, bahwasannya Beliau bersabda, “Setiap orang yang
menerima pinjaman dan ia bertekad untuk tidak membayarnya, niscaya ia bertemu
Allah (kelak) sebagai pencuri.” (Hasan Shahih: Shahihul Ibnu Majah no: 1954 dan
Ibnu Majah II: 805 no: 2410)
d. Perintah Melunasi Hutang
Allah swt berfirman :
“Sesunguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (QS An-Nisaa‟: 58).
e. Membayar Dengan Baik.
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Adalah Nabi saw pernah mempunyai
tanggungan berupa unta yang berumur satu tahun kepada seorang laki-laki. Kemudian
ia datang menemui Nabi saw lalu menagihnya. Maka Beliau bersabda kepada para
Shahabat, “Bayar (hutangku) kepadanya.” Kemudian mereka mencari unta yang
berusia setahun, ternyata tidak mendapatkannya, melainkan yang lebih tua. Kemudian
Beliau bersabda, “Bayarkanlah kepadanya.” Lalu jawab laki-laki itu, “Engkau
membayar (hutangmu) kepadaku (dengan lebih sempurna), niscaya Allah
9. 9
9
menyempurnakan karunia-Nya kepadamu.” Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya
orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang terbaik di antara kamu dalam
membayar hutang.” (Shahih: Irwa-ul Ghalil V: 225, Fathul Bari IV: 58 no: 2393,
Muslim III: 1225 no: 1601, Nasa‟i VII: 291 dan Tirmidzi II: 389 no: 1330 secara
ringkas).
Dari Jabir bin Abdullah ra, ia berkata, “Saya pernah menemui Nabi saw di
dalam masjid Mis‟ar berkata, “Saya berpendapat dia (Jabir) berkata: Di waktu shalat
dhuha, kemudian Rasulullah bersabda, “Shalatlah dua raka‟at.” Dan Rasulullah
pernah mempunyai tanggungan hutang kepadaku, lalu Rasulullah membayar lebih
kepadaku.” (Shahih: Fathul Bari V: 59 no: 2394, „Aunul Manusia‟bud IX: 197 no:
3331 kalimat terakhir saja).
Dari Isma‟il bin Ibrahim bin Abdullah bin Abi Rabi‟ah al-Makhzumi dari
bapaknya dari datuknya, bahwa Nabi saw pernah meminjam uang kepadanya pada
waktu perang Hunain sebesar tiga puluh atau empat puluh ribu. Tatkala Beliau tiba (di
Madinah), Beliau membayarnya kepadanya. Kemudian Nabi saw bersabda
kepadanya, “Mudah-mudahan Allah memberi barakah kepadamu pada keluarga dan
harta kekayaanmu; karena sesungguhnya pembayaran hutang itu hanyalah pelunasan
dan ucapan syukur alhamdulillah.” (Hasan: Shahih Ibnu Majah no: 1968 dan Ibnu
Majah II: 809 no: 2424, dan Nasa‟i VII: 314).
f. Menagih Hutang Dengan Sopan
Dari Ibnu Umar dan Aisyah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa
menuntut haknya, maka tuntutlah dengan cara yang baik, baik ia membayar ataupun
tidak bayar.” (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 1965 dan Ibnu Majah II: 809 no: 2421).
g. Memberi Tangguh Kepada Orang Yang Kesulitan
Allah swt berfirman:
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan. Dan, menshadaqahkan (sebagian atau semua hutang) itu,
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS al-Baqarah: 280)
Dari Hudzaifah ra, ia berkata: Saya pernah mendengar Nabi saw bersabda,
“Telah meninggal dunia seorang laki-laki.” Kemudian ia ditanya, “Apakah yang
pernah engkau katakan (perbuat) dahulu?” Jawab Beliau, “Saya pernah berjual beli
10. 10
10
dengan orang-orang, lalu saya menagih hutang kepada orang yang berkelapangan dan
memberi kelonggaran kepada orang berada dalam kesempitan, maka diampunilah
dosa-dosanya.” (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 1963 dan Fathul Bari V: 58 no: 2391).
Dari Abul Yusri, sahabat Nabi saw, bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Barangsiapa yang ingin dinaungi Allah dalam naungan-Nya (pada hari kiamat),
maka hendaklah memberi tangguh kepada orang yang berada dalam kesempitan atau
bebaskan darinya.” (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 1963 dan Ibnu Majah II: 808 no:
2419).
h. Penundaan Orang Mampu Adalah Zhalim
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Penundaan orang
yang mampu adalah suatu kezhaliman.” (Muttfaaqun ‟alaih: Fathul Bari V: 61 no:
2400, Muslim III: 1197 no: 1564 „Aunul Ma‟bud IX: 195 no: 3329, Tirmidzi II: 386
no: 1323, Nasa‟I VII: 317 dan Ibnu Majah II: 803 no: 2403).
i. Boleh Memenjarakan Orang Yang Enggan Melunasi Hutang Padahal Mampu.
Dari Amr bin asy-Syuraid dari bapaknya Rasulullah saw bersabda,
“Penundaan orang yang mampu (membayar) dapat menghalalkan kehormatannya
dan pemberian sanksi kepadanya.” (Hasan: Shahih Nasa‟i no: 4373, Nasa‟i VII: 317,
Ibnu Majah II: 811 no: 2427, „Aunul Ma‟bud X: 56 no: 3611 dan Bukhari secara
mu‟allaq lihat Fathul Bari V: 62).
j. Setiap Pinjaman Yang Mendatangkan Manfa‟at Adalah Riba
Dari Abu Buraidah (bin Abi Musa), ia bercerita, “Saya pernah datang di
Madinah, lalu bertemu dengan Abdullah bin Salam. Kemudian ia berkata kepadaku,
“Marilah pergi bersamaku ke rumahku, saya akan memberimu minum dengan sebuah
gelas yang pernah dipakai minum Rasulullah saw dan kamu bisa shalat di sebuah
masjid yang Beliau pernah shalat padanya.” Kemudian aku pergi bersamanya (ke
rumahnya), lalu (di sana) ia memberiku minum dengan minuman yang dicampur
tepung gandum dan memberiku makan dengan tamar, dan aku shalat di masjidnya.
Kemudian ia menyatakan kepadaku, “Sesungguhnya engkau berada di tempat di mana
praktik riba merajalela, dan di antara pintu-pintu riba adalah seorang di antara kamu
yang memberi pinjaman (kepada orang lain) sampai batas waktu (tertentu), kemudian
apabila batas waktunya sudah tiba, orang yang menerima pinjaman itu datang
kepadanya dengan membawa sekeranjang (makanan) sebagai hadiah, maka hendaklah
11. 11
11
engkau menghindar dari sekeranjang (makanan) itu dan apa yang ada di dalamnya.”
(Shahih: Irwa-ul Ghalil V: 235 dan Baihaqi V: 349).
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari materi yang penulis sampaikan dalam makalah, maka penulis dapat
menyimpulkan, yaitu:
a. Qiradh adalah bentuk pinjaman yang diberikan oleh orang yang mampu kepada
orang yang akan mengambil manfa'atnya dalam rangka meringankan beban orang
tersebut untuk kemudian akan dikembalikan oleh sipeminjam setelah ia mempunyai
kesanggupan untuk membayar.
b. Pelaksanaan Qiradh tidak dilarang dalam Islam. Bahkan dinjurkan karena dapat
meringankan beban saudaranya dan merupakan salah satu bentuk hubungan kita
sesama manusia (Hablum minannas)
c. Dalam pelaksanaan Qiradh harus ada kesepakatan antara kedua belah pihak dan tidak
adanya unsur pemaksaan..
d. Qiradh memiliki nilai Hikmah, salin tolong menolong, mengurangi beban sesama,
serta saling membahagiakan.
e. Orang yang melanggar dari hukum dan syarat-syarat Qiradh akan mendapat hukum
dari Allah berupa ancaman, baik itu akan berkuranya kepercayaan orang lain dan
hukuman-hukuman di akhirat.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahan. Hal ini disebabkan bidang keilmuan penulis yang masih terbatas dan sedikitnya
buku-buku yang penulis jadikan bahan referensi. Berdasarkan hal tersebut penulis
mengharapkan nasehat serta kritikan yang membangun dari sahabat-sahabat mahasiswa.
Supaya kedepannya penulisan makalah bagi penulis dan kita semua memberi kualitas yang
lebih baik lagi.
12. 12
12
DAFTAR ISI
Amrul Muzan. 2005. Perbandingan Mazhab Terhadap Qiradh/ Mudhorobah.
Artikel. Hukum Islam. Vol. IV No. 2.
http://adib.web.id/2010/07/08/qiradh-atau-pinjam-meminjam/. Qiradh atau pinjam
meminjam. Di akses pada tanggal 19 april 2012 pukul 12:00 wita.
http://www.buyayahya.org/artikel-dakwah/153-keindahan-islam-dalam-pinjam-
meminjam.html. keindahan islam dalam pinjam meminjam. Di akses pada tanggal 20 april
2012 pukul 10:30 wita.
http://repository.binus.ac.id/content/J0044/J004493377.doc. ketentuan pinjam
meminjam. Di akses pada tanggal 20 april 2012 pukul 10:30 wita.
http://alislamu.com/muamalah/11-jual-beli/280-bab-qiradh-pinjam-meminjam.html.
Qiradh dalam islam. Di akses pada tanggal 20 april 2012 pukul 10:30 wita.
Haroen, Dr.H.Nasrun, 2000, Fikih Mu,amalah, Jakarta: Gaya Media Pratama
Sabiq, Sayyid, 1987, Fikih Sunnah 13dan14, Bandung: Al Ma'arif