SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
MENENTUKAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DALAM
          BENTUK SISTEM KONSISTEN DAN INKONSISTEN

                                        Dwi Narariah1

                                        ABSTRAK
Sistem persamaan linier adalah persamaan dimana peubahnya tidak memuat
eksponensial, trigonometri (seperti sin, cos, dll.), perkalian, pembagian dengan
peubah lain atau dirinya sendiri. Dalam menyelesaikan suatu persamaan linier kita
dapat menemukan bentuk dari sistem persamaan tersebut yaitu sistem persamaan
linier nonhomogen dan sistem persamaan linier homogen perbedaannya yaitu terletak
pada matriks konstanta (G) dari sistem persamaan yang disusun dalam bentuk
matriks, jika pada persamaan linier nonhomogen G bernilai bukan sama dengan nol
(G≠0) sedangkan pada persamaan linier homogen G bernilai sama dengan nol (G=0).
Dari himpunan penyelesaian suatu sistem persamaan maka dapat ditentukan apakah
persamaan tersebut bersifat sistem konsisten atau inkonsisten. Adapun salah salah
satu metode/cara yang digunakan yaitu metode eliminasi Gauss dan Operasi Baris
Elementer (OBE) dalam bentuk sistem persamaan linier atau matriks.
Kata kunci : sistem persamaan linier (SPL), SPL nonhomogen, SPL homogen, sistem
konsisten, sistem inkonsisten.



PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

          Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti oleh
siswa mulai dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat sekolah menengah bahkan
sampai ke perguruan tinggi. Hal ini disebabkan matematika sangat dibutuhkan dan
berguna dalam kehidupan sehari-hari bagi sains, pedagangan, dan industri. Di
samping matematika menyediakan suatu daya, alat komunikasi yang singkat dan



      1
          Mahasiswi Prodi Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang




                                               1
tidak ambigius serta berfungsi sebagai alat untuk mendeskripksikan dan memprediksi
(Jailani dalam Hamzah, 2008: 129).

         Dalam kehidupan sehari-hari, perhitungan matematika telah diterapkan dalam
berbagai hal, seperti menentukan harga suatu barang, pengaturan kuota hasil,
contohnya dalam menentukan kestabilan harga BBM, negara-negara anggota OPEC
berusaha mengatur kuota hasil dari pasokan sunber-sumber minyaknya. Keberhasilan
pengaturan initidak akan dapat lepas dari kemampuan OPEC dalam memahami
persamaan linier.

         Dari ilustrasi contoh di atas, maka sistem persamaan linier dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Suatu sistem persamaan linier tidak melibatkan hasil
kali atau akar peubah, semua peubahnya muncul sekali dengan pangkat satu dan tidak
muncul sebagai peubah bebas dari sebuah fungsi trigonometri, logaritma atau
eksponensial (Anton, 2007).

         Dalam suatu persamaan linier, kita dapat menyelesaikan persamaan tersebut
dalam berbagai cara/solusi, namun jika ditinjau dari bentuk matriksnya sistem
persamaan linier dapat dibedakan lagi menjadi sistem persamaan linier nonhomogen
dan sistem persamaan linier homogen, perbedaannya yaitu terletak pada matriks
konstanta (G) dari sistem persamaan yang telah disusun dalam bentuk SPL atau
Matriks, jika pada persamaan linier nonhomogen G bernilai bukan sama dengan nol
(G≠0) sedangkan pada sistem persamaan linier homogeny G bernilai sama dengan nol
(G=0).

         Adapun cara/metode yang digunakan oleh penulis yaitu dengan metode Gauss
dan Operasi Baris Elementer (OBE) dalam bentuk SPL atau Matriks. Solusi
penyelesaian Gauss yang dipilih dikarenakan melalui eliminasi Gauss lebih mudah
dalam hal jumlah operasi aritmatika yang lebih sedikit (untuk sistem persamaan yang
lebih besar) hitungan dilakukan dengan komputer.



                                          2
Dalam menentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier, tidak
semua sistem persamaan linier mempunyai penyelesaian (Anton, 2007 : 23).
Misalnya : x + y = 5 dan 2x + 2y = 6

       Jika kita mengalikan persamaan kedua dari sistem dengan        akan terbukti

bahwa tidak ada penyelesaian karena sistem ekuivalen yang dihasilkan mempunyai
persamaan yang kontradisi    x+y=4

                             2x + 2y = 6

       Sebuah sistem persamaan yang tidak memiliki penyelesaian disebut dengan
sistem inkonsisten sedangkan jika suatu persamaan memiliki penyelesaian disebut
sistem konsisten. Dalam konsisten ada dua jenis yaitu penyelesaian tunggal (unique)
dan banyak penyelesaian (dependen).

       Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan makalah ini memaparkan sistem
persamaan linier dengan memperhatikan himpunan penyelesaiannya melalui metode
eliminasi Gauss dan Operasi Baris Elementer (OBE), sehingga dapat ditentukan dari
penyelesaian sistem persamaan linier menjadi sistem konsisten atau inkonsisten. Oleh
karena itu dalam makalah ini penulis mengambil judul “MENENTUKAN SISTEM
PERSAMAAN        LINIER     DALAM      BENTUK SISTEM          KONSISTEN DAN
INKONSISTEN”.




RUMUSAN MASALAH

       Masalah yang akan dibahas pada makalah seminar ini adalah bagaimana cara
menentukan sistem persamaan linier apakah bersifat sistem konsisten atau
inkonsisten ?




                                           3
BATASAN MASALAH

       Adapun batasan-batasan masalah yang akan diambil pada pembahasan
terhadap rumusan masalah di atas, yaitu menentukan penyelesaian sistem persamaan
linier apakah bersifat sistem konsisten atau inkonsisten dengan menggunakan metode
eliminasi Gauss dan Operasi Baris Elementer (OBE).

TUJUAN

       Penulisan makalah seminar matematika ini bertujuan menentukan sistem
persamaan linier apakah bersifat sistem konsisten atau inkonsisten.




                                          4
KAJIAN PUSTAKA

SISTEM PERSAMAAN LINIER

       Persamaan linear adalah persamaan dimana peubahnya tidak memuat
eksponensial, trigonometri (seperti sin, cos, dll.), perkalian, pembagian dengan
peubah lain atau dirinya sendiri. Persamaan linier adalah Suatu persamaan linier
dengan n peubah x1, x2, … , xn dapat dinyatakan dalam bentuk :

                  a11x11 + a12x12 + . . . + a1nx1n = b1
                  a21x21 + a22x22 + . . . + a2nx2n = b2
                  .
                  .
                  .
                  am1xm1 + am2xm2 + . . . + amnxmn = bm
                  dimana x1, x2, . . . , xn : bilangan tak diketahui
                  a,b : konstanta.

       Perhatikan contoh sistem persamaan linier berikut :

       2x1 – x2 + 2x3 = 7

       x1 + 3x2 – 5x3 = 0

       - x1               + x3 = 4

       Dengan notasi matriks

              2       1      2       x1            7

              1       3       5      x2            0

              1       0      1       x3            4




                                               5
A                   X   =            G




                          2            1   2       7
                          1        3           5   0
                              1    0       1       4



Contoh 2 :

3x1 – 7x2 + x3 = 0

-2x1 + 3x2 – 4x3 = 0

Dengan notasi matriks :

                          x1
   3      7       1                                0
                          x2
      2   3       4
                          x3                       0




              A                X           =       G



A= matriks koefisien

X= matriks variabel / peubah

G= matriks konstanta.




                                   6
1. Sistem persamaan linier nonhomogen
           Sistem persamaan linier nonhomogen yaitu dimana jika dituliskan
   dalam bentuk contoh persamaan di atas akan berbentuk AX = G dengan G ≠
   0. Sistem persamaan linier nonhomogen mempunyai solusi atau cara untuk
   menyelesaikan suatu persamaan maka akan dibedakan dalam beberapa jenis
   yaitu jika suatu persamaan mempunyai penyelesaian disebut sistem konsisten,
   dalam sistem konsisten dibedakan lagi menjadi sistem penyelesaian jawab
   tunggal (unique) dan sistem dependen (memiliki banyak penyelesaian).
   Kemudian sistem persamaan linier dapat diselesaikan dengan sistem
   inkonsisten (tidak mempunyai penyelesaian).


2. Sistem persamaan linier homogen.
           Sistem persamaan linier homogen yaitu dimana jika dituliskan dalam
   bentuk contoh persmaan di atas berbentuk AX = G dengan G = 0. Tiap-tiap
   sistem persamaan linier homogen adalah sistem yang konsisten, karena G = 0
   selalu merupakan penyelesaian, penyelesaian ini dinamakan penyelesaian
   trivial. Jika ada penyelesaian lain yang memenuhi persamaan homogeny
   tersebut, maka penyelesaian tersebut dinamakan penyelesaian nontrivial (tak
   trivial). Sistem persamaan liner homogen dengan lebih banyak bilangan tak
   diketahui (peubahnya) dari pada banyaknya persamaan, selalu mempunyai tak
   hingga banyak penyelesaian.




                                    7
PEMBAHASAN

STRATEGI PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINIER

           Metode Gauss
    Mengganti SPL lama menjadi SPL baru yang mempunyai penyelesaian sama
    (ekuivalen) tetapi dalam bentuk yang lebih sederhana.
           Operasi Baris Elementer (OBE)
           Tiga operasi yang mempertahankan penyelesaian SPL
           SPL
           1. Mengalikan suatu persamaan dengan konstanta tak nol.
           2. Menukar posisi dua persamaan sebarang.
           3. Menambahkan kelipatan suatu persamaan ke persamaan lainnya.

           MATRIKS

           1. Mengalikan suatu baris dengan konstanta tak nol.
           2. Menukar posisi dua baris sebarang.
           3. Menambahkan kelipatan suatu baris ke baris lainnya.

            Ketiga operasi ini disebut OPERASI BARIS ELEMENTER (OBE)

            SPL atau bentuk matriksnya diolah menjadi bentuk sederhana
    sehingga tercapai 1 elemen tak nol pada suatu baris.

      Contoh penyelesaian dari sistem persamaan linier nonhomogen.

    Contoh 1 : Cari penyelesaian dari sistem :

    x1 – 2x2 + x3 = -5……………... (i)

    3x1 + x2 – 2x3 =11…………….. (ii)

    -2x1 + x2 + x3 = -2…………….. (iii)


                                       8
Penyelesaian :

1) ELIMINASI MAJU

ELIMINASI X1 DALAM (2) DAN (3)




1           2           1        5    Baris (i) dikalikan 3 dikurang baris (ii)
3           1           2    11
    2       1           1        2



 1              2   1        5
                                      Baris (i) dikalikan -2 dikurang baris ke (iii)
 0              7   5        26
    2       1       1        2


ELIMINASI X2 DALAM PERS. (3)

1       2           1        5       Baris (ii) dibagi -7
0       7           5        26
0       3           3       12




1           2       1         5      Baris (ii) dikalikan 3 dikurang baris (iii)
                     5      26
0       1
                    7        7
0       3            3      12




1           2       1         5      Baris (iii) dibagi
                     5      26
0       1
                    7        7
                    6         6
0       0
                    7        7


                                            9
1      2     1        5
              5     26
0      1
             7      7
0      0     1       1


2. SUBSTITUSI BALIK



x3 = -1

x2 +       x3 =

x2 +       (-1) =         X2 =      - =3

x1 – 2 x2 - x3 = -5       x1 – 2 (3) – (1) = -5

                                 x1 – 7     = -5

                                          x1 = 2

r(A) = 3

r(A G) = 3

n=3

Diperoleh penyelesaian x1 = 2, x2 = 3, x3 = -1 , jadi persamaan tersebut termasuk
persamaan nonhomogen dengan sistem konsisten penyelesaian tunggal (unique).

Contoh 2 :

Selesaikan sistem persamaan :

x1 – 2x2 + x3 = 2

-2x1 + 3x2 – 4x3 = 1

-5x1 + 8x2 – 9x3 = 0


                                              10
Penyelesaian :

Lakukan OBE, bahwa (A,G) menjadi bentuk Echelon

             1           2       1    2
                 2   3           4    1
                 5   8           9    0

Kalikan persamaan (i) dengan 2 , kemudian tambahkan ke persamaan (ii).

             1           2       1    2
             0           1       2    5
                 5   8           9    0

Kalikan persamaan (i) dengan 5 , ditambahkan ke persamaan (iii)

             1       2       1       2
             0       1       2       5
             0       2       4       10

Kalikan persamaan (ii) dengan -2 ditambahkan persamaan ke (iii)

             1       2       1       2
             0       1           2   5
             0       0       0       0


       r(A) = 2
       r(A G) = 2
       n=3

Banyaknya variabel bebas = n – r = 3 – 2 = 1

Variabel bebasnya (yg tidak memuat unsur kunci) adalah : x3




                                          11
Persamaan baru menjadi :

           x1 – 2x2 + x3 = 2
             – x2 – 2x3 = 5
                  Berikan nilai parameter tertentu pada variabel bebas, kemudian
                  subtitusikan pada persamaan baru.

           Misalkan x3 = α, dng α bil Real

-x2 – 2x3 = 5           -x2 - 2α = 5

                        x2 = -2α -5

x1 – 2x2 + x3 = 2              x1 – 2(-2α – 5) + α = 2

                           x1 = -5α – 8

Jadi, penyelesaian umum : {(-5a-8, -2a-5, a)}

Jika diambil nilai α = 0, maka salah satu penyelesaian khusus adalah {(-8, -5, 0)}.
Dengan demikian sistem persamaan tersebut disebut SPL nonhomogen dengan
banyak penyelesaian (sistem dependen).

Contoh 3 :

Selesaikan sistem persamaan berikut :

x1 – x2 + 2x3 – 3x4 = - 2

-x1 + x2 – 3x3 + x4 = 1

2x1 – 2x2 + 3x3 – 8x4= - 3

Solusi :
              1     1     2       3     2
(A G) =       1     1      3     1     1
              2     2     3       8     3


                                                 12
Persamaan (i) + persamaan (ii)

           1   1       2           3       2
           0   0       1           2       1
           0   0       1       14          7

Persamaan (i) dikalikan 2 dikurang persamaan (iii)

           1       1   2           3       2
           0   0           1       2       1
           2       2   3           8       3


Persamaan (ii) ditambah persamaan (iii)


           1   1       2       3       2
           0   0           1   2        1
                                       1
           0   0       0       0
                                       2

r(A) = 2

r(A G) = 3

n=4

r(A) ≠ r(A G); tidak punya penyelesaian. Mengapa ?

Persamaan baru yg terakhir dpt dibaca :

0x1 + 0x2 + 0x3 + 0x4 =

Apakah ada nilai x yang memenuhi ?

Sistem tidak punya penyelesaian, berarti sistem persamaan tersebut sistem persamaan
linier nonhomogen yang tidak mempunyai penyelesaian (sistem inkonsisten).




                                               13
Penyelesaian dari sistem persamaan linier homogen.
          Persamaan linier homogen dengan himpunan penyelesaian jawab tunggal
   /trivial / hanya jawab nol.
   Metode solusi : Lakukan OBE terhadap matriks koefisien A, sehingga menjadi
   bentuk echelon.

Contoh 1 :

Selesaikan persamaan :

x1 – 2x2 + x3 = 0

-x1 + 3x2 – 2x3 = 0

2x1 + x2 – 4x3 = 0
                 1           2       1           0
(A 0) =
                 1       3               2       0
                 2       1               4       0


Persamaan (i) ditambah persamaan (ii)

             1           2       1           0
             0       1               1       0
             2       1               4       0

Persamaan (i) dikalikan 2 dikurang persamaan (iii)

             1       2           1           0
             0       1           1           0
             0       5           6           0

Persamaan (ii) dikali -5 ditambah persamaan (iii)

             1           2       1           0
             0       1               1       0
             0       0               1       0


                                                     14
r(A) = 3 ; r(A 0) = 3

n=3

Sistem hanya mempunyai jawab nol, dari persamaan baru dapat dibaca :

x1 – 2x2 + x3 = 0

      x2 – x3 = 0

           – x3 = 0

Dengan subtitusi balik diperoleh :

x3 = 0, x2 = 0, dan x1 = 0

Catatan : saat OBE, perhatikan bahwa bagian kanan dari (A | 0) tidak berubah, Jadi
khusus sistem homogen kita dapat cukup melakukan OBE terhadap          matriks A;
dengan mengingat bahwa bagian ruas kanan selalu bernilai 0 (nol).

    Persamaan linier homogen dengan banyak penyelesaian.

Conoth 2 :

Selesaikan persamaan berikut :

x1 – 2x2 + x3 = 0

-x1 + 3x2 – 2x3 = 0

2x1 + x2 – 3x3 = 0

Solusi :
              1       2   1
               1      3   2
              2       1   3

Persamaan (i) ditambah persamaan (ii)


                                        15
1       2   1
            0       1       1
            2       1       3

Persamaan (i) dikalikan dengan -2 ditambah persmaan (iii)

            1       2   1
            0       1       1
            0       5       5


Persamaan (ii) dikalikan -5 ditambah persamaan (iii)

            1       2   1
            0       1   1
            0       0   0
r(A) = 2

n=3

Banyaknya variabel bebas = n – r = 3 – 2 = 1

Variabel bebasnya (yg tidak memuat unsur kunci) adalah : x3

Dari persamaan baru dapat dibaca :

x1 – 2x2 + x3 = 0

      x2 – x3 = 0

Misalkan x3 = α, dng α bil Real

Dengan subtitusi balik diperoleh :

x2 – x3 = 0             x2 = α


x1 – 2x2 + x3 = 0           x1 = α

Jadi penyelesaian umum : {(α, α , α)}. Misal diambil nilai α = 1, maka salah satu
penyelesaian khusus adalah {(1, 1, 1)}.


                                          16
GRAFIK SISTEM PERSAMAAN LINIER

     Dalam bentuk geometris, karena grafik dalam bentuk garis lurus, dapat
diperlihatkan dalam 3 kemungkinan, seperti gambar berikut :

             y                                      k    l
                    k                                                            k,l
                        l


                             x




           (a)                               (b)                                (c)


    Untuk kasus (a) garis paralel dan tidak berpotongan. Dikatakan bahwa
       persamaan dalam sistem tidak konsisten (inkonsisten) yaitu tidak memiliki
       penyelesaian.
    Untuk kasus (b) garis berpotongan hanya pada satu titik. Dikatakan bahwa
       sistem persamaan konsisten (tunggal / unique).
    Untuk kasus (c) dua garis berimpit. Dikatakan bahwa persamaan dalam sistem
       bergantung (dependen)yaitu mempunyai penyelesaian banyak / tak hingga.




                                        17
KESIMPULAN

       Berdasarkan uraian di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa sistem
persamaan linier itu persamaan dimana peubahnya tidak memuat eksponensial,
trigonometri (seperti sin, cos, dll.), perkalian, pembagian dengan peubah lain atau
dirinya sendiri. Dalam menyelesaikan suatu persamaan linier kita dapat menemukan
bentuk dari sistem persamaan tersebut yaitu sistem persamaan linier nonhomogen dan
sistem persamaan linier homogen.

       Sistem persamaan linier nonhomogen yaitu dimana jika dituliskan dalam
bentuk matriks A X = G, dengan G ≠ 0 maksudnya matriks konstanta (G) bernilai
bukan sma dengan nol. Sedangkan sistem persamaan linier homogen yaitu matriks
konstantanya sama dengan nol (G=0). Adapun berbagai solusi dari sistem persamaan
linier pada makalah ini penulis menggunakkan metode Gauss dan Operasi Bilangan
Elementer (OBE), yang disajikan terlebih dahulu dalam bentuk SPL atau Matriks.
Setelah didapatkan himpunan penyelesaiannya maka dapat kita tentukan juga sistem
dari penyelesaian tersebut yaitu dibedakan menjadi sistem konsisten yang berarti
mempunyai penyelesaian tunggal (Unique) dan penyelesaian banyak (Dependen),
sistem inkonsisten yaitu sistem persamaan yang tidak memiliki penyelesaian. Agar
lebih mudah memahami dari sistem persamaan linier yang termasuk konsisten
(tunggal / dependen), sistem inkonsisten maka dapat disajikan dalam bentuk grafik.




                                         18
DAFTAR PUSTAKA

Aminulhayat. 2005. Matematika SMA Kelas X. Bandung : Regina.

Anton, Howard. 2003. Dasar-dasar Aljabar Linear. Tanggerang : Binarup Angkasa
     Publisher.
Wiley, Jhon. 2004. Dr. Math ‘Menjelaskan Aljabar’. Bandung : Pakar Raya Pustaka.




                                       19

More Related Content

What's hot

Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Charro NieZz
 
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi RekursiRelasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi RekursiOnggo Wiryawan
 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoYadi Pura
 
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )Kelinci Coklat
 
Vektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar LinierVektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar LinierSartiniNuha
 
Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Phe Phe
 
Peubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuPeubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuAnderzend Awuy
 
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabelMateri 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabelradar radius
 
Pengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IPengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IFerry Angriawan
 
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifMatematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifAyuk Wulandari
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulatAcika Karunila
 
Makalah metode posisi palsu
Makalah metode posisi palsuMakalah metode posisi palsu
Makalah metode posisi palsuokti agung
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Arvina Frida Karela
 
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )Kelinci Coklat
 

What's hot (20)

Modul 7 basis dan dimensi
Modul 7 basis dan dimensiModul 7 basis dan dimensi
Modul 7 basis dan dimensi
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2
 
Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensi
 
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi RekursiRelasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
Relasi Rekursi : Definisi, Contoh, Jenis Relasi Rekursi
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
 
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
 
Vektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar LinierVektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar Linier
 
Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )
 
Peubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuPeubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinu
 
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabelMateri 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
Materi 4 penyelesaian spl tiga atau lebih variabel
 
Pengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IPengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_I
 
Ring
RingRing
Ring
 
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifMatematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
 
Makalah metode posisi palsu
Makalah metode posisi palsuMakalah metode posisi palsu
Makalah metode posisi palsu
 
6. interpolasi polynomial newton
6. interpolasi polynomial newton6. interpolasi polynomial newton
6. interpolasi polynomial newton
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
 
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
 
Bilangan kompleks
Bilangan kompleksBilangan kompleks
Bilangan kompleks
 

Similar to Menentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsisten

Topik 1 -_sistem_persamaan_linear
Topik 1 -_sistem_persamaan_linearTopik 1 -_sistem_persamaan_linear
Topik 1 -_sistem_persamaan_linearKanages Rethnam
 
Jurnal Matematika
Jurnal MatematikaJurnal Matematika
Jurnal MatematikaRuth Dian
 
ALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTERALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTERMella Imelda
 
Sistem persamaan linier
Sistem persamaan linierSistem persamaan linier
Sistem persamaan linierBisma Kemal
 
Spldv sudah jadi
Spldv sudah jadiSpldv sudah jadi
Spldv sudah jadieky45
 
Sistem persamaan linier_a
Sistem persamaan linier_aSistem persamaan linier_a
Sistem persamaan linier_aTriana Yusman
 
presentasi skripsi 2014
presentasi skripsi 2014presentasi skripsi 2014
presentasi skripsi 2014Ruth Dian
 
Proposal skripsi solusi sistem persamaan diferensial tak homogen dengan metod...
Proposal skripsi solusi sistem persamaan diferensial tak homogen dengan metod...Proposal skripsi solusi sistem persamaan diferensial tak homogen dengan metod...
Proposal skripsi solusi sistem persamaan diferensial tak homogen dengan metod...Ruth Dian
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linierAcika Karunila
 
sistempersamaanlinearduavariabelspldvpembelajarankreatif.ppt
sistempersamaanlinearduavariabelspldvpembelajarankreatif.pptsistempersamaanlinearduavariabelspldvpembelajarankreatif.ppt
sistempersamaanlinearduavariabelspldvpembelajarankreatif.pptMuhamadImanFajriSPd
 

Similar to Menentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsisten (20)

Topik 1 -_sistem_persamaan_linear
Topik 1 -_sistem_persamaan_linearTopik 1 -_sistem_persamaan_linear
Topik 1 -_sistem_persamaan_linear
 
Jurnal Matematika
Jurnal MatematikaJurnal Matematika
Jurnal Matematika
 
ALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTERALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTER
 
Sistem persamaan linier
Sistem persamaan linierSistem persamaan linier
Sistem persamaan linier
 
Spldv sudah jadi
Spldv sudah jadiSpldv sudah jadi
Spldv sudah jadi
 
Pertemuan3&4
Pertemuan3&4Pertemuan3&4
Pertemuan3&4
 
Sistem persamaan linier_a
Sistem persamaan linier_aSistem persamaan linier_a
Sistem persamaan linier_a
 
presentasi skripsi 2014
presentasi skripsi 2014presentasi skripsi 2014
presentasi skripsi 2014
 
Proposal skripsi solusi sistem persamaan diferensial tak homogen dengan metod...
Proposal skripsi solusi sistem persamaan diferensial tak homogen dengan metod...Proposal skripsi solusi sistem persamaan diferensial tak homogen dengan metod...
Proposal skripsi solusi sistem persamaan diferensial tak homogen dengan metod...
 
Draft 2
Draft 2Draft 2
Draft 2
 
3. sistem persamaan linier
3. sistem persamaan linier3. sistem persamaan linier
3. sistem persamaan linier
 
Gaussjordan
GaussjordanGaussjordan
Gaussjordan
 
Gaussjordan
GaussjordanGaussjordan
Gaussjordan
 
Kelas x bab 5
Kelas x bab 5Kelas x bab 5
Kelas x bab 5
 
Kelas x bab 5
Kelas x bab 5Kelas x bab 5
Kelas x bab 5
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
 
sistempersamaanlinearduavariabelspldvpembelajarankreatif.ppt
sistempersamaanlinearduavariabelspldvpembelajarankreatif.pptsistempersamaanlinearduavariabelspldvpembelajarankreatif.ppt
sistempersamaanlinearduavariabelspldvpembelajarankreatif.ppt
 
Kelas x bab 5
Kelas x bab 5Kelas x bab 5
Kelas x bab 5
 
Kelas x bab 5
Kelas x bab 5Kelas x bab 5
Kelas x bab 5
 
Kelas x bab 1
Kelas x bab 1Kelas x bab 1
Kelas x bab 1
 

More from BAIDILAH Baidilah

Determinan hasil dekomposisi dengan cara crout pada matriks bujur sangkar
Determinan  hasil dekomposisi dengan cara crout pada matriks bujur sangkarDeterminan  hasil dekomposisi dengan cara crout pada matriks bujur sangkar
Determinan hasil dekomposisi dengan cara crout pada matriks bujur sangkarBAIDILAH Baidilah
 
Analisis varian satu jalan krukal wallis
Analisis varian satu jalan krukal wallisAnalisis varian satu jalan krukal wallis
Analisis varian satu jalan krukal wallisBAIDILAH Baidilah
 
Penerapan fuzzy inference system (fis) tsukamoto dalam menganalisa tingkat re...
Penerapan fuzzy inference system (fis) tsukamoto dalam menganalisa tingkat re...Penerapan fuzzy inference system (fis) tsukamoto dalam menganalisa tingkat re...
Penerapan fuzzy inference system (fis) tsukamoto dalam menganalisa tingkat re...BAIDILAH Baidilah
 
Penerapan sifat kelinearan sigma untuk menentukan rumus jumlah bilangan asli ...
Penerapan sifat kelinearan sigma untuk menentukan rumus jumlah bilangan asli ...Penerapan sifat kelinearan sigma untuk menentukan rumus jumlah bilangan asli ...
Penerapan sifat kelinearan sigma untuk menentukan rumus jumlah bilangan asli ...BAIDILAH Baidilah
 
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidel
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidelPenyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidel
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidelBAIDILAH Baidilah
 
Program perhitungan zakat dengan
Program perhitungan zakat denganProgram perhitungan zakat dengan
Program perhitungan zakat denganBAIDILAH Baidilah
 
Keajaiban angka dalam al qur’an
Keajaiban angka dalam al qur’anKeajaiban angka dalam al qur’an
Keajaiban angka dalam al qur’anBAIDILAH Baidilah
 
Determinan matriks hasil dekomposisi
Determinan matriks hasil dekomposisiDeterminan matriks hasil dekomposisi
Determinan matriks hasil dekomposisiBAIDILAH Baidilah
 
Aplikasi algoritma fruend dalam turnamen round robin
Aplikasi algoritma fruend dalam turnamen round robinAplikasi algoritma fruend dalam turnamen round robin
Aplikasi algoritma fruend dalam turnamen round robinBAIDILAH Baidilah
 
Penggunaan skala untuk menentukan waktu tempuh
Penggunaan skala untuk menentukan waktu tempuhPenggunaan skala untuk menentukan waktu tempuh
Penggunaan skala untuk menentukan waktu tempuhBAIDILAH Baidilah
 
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1BAIDILAH Baidilah
 
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1BAIDILAH Baidilah
 
Daftar hadir ujian_seminar_proposal
Daftar hadir ujian_seminar_proposalDaftar hadir ujian_seminar_proposal
Daftar hadir ujian_seminar_proposalBAIDILAH Baidilah
 
Berita acara seminar_proposal_skripsi
Berita acara seminar_proposal_skripsiBerita acara seminar_proposal_skripsi
Berita acara seminar_proposal_skripsiBAIDILAH Baidilah
 
Daftar hadir tim_penguji_proposal
Daftar hadir tim_penguji_proposalDaftar hadir tim_penguji_proposal
Daftar hadir tim_penguji_proposalBAIDILAH Baidilah
 
Penilaian ujian seminar_proposal_skripsi
Penilaian ujian seminar_proposal_skripsiPenilaian ujian seminar_proposal_skripsi
Penilaian ujian seminar_proposal_skripsiBAIDILAH Baidilah
 
Surat undangan tim_penguji_seminar_proposal_skripsi
Surat undangan tim_penguji_seminar_proposal_skripsiSurat undangan tim_penguji_seminar_proposal_skripsi
Surat undangan tim_penguji_seminar_proposal_skripsiBAIDILAH Baidilah
 
Sop ujian seminar proposal tadris mipa iain rf
Sop ujian seminar proposal tadris mipa iain rfSop ujian seminar proposal tadris mipa iain rf
Sop ujian seminar proposal tadris mipa iain rfBAIDILAH Baidilah
 
Cover map-ujian-seminar-proposal
Cover map-ujian-seminar-proposalCover map-ujian-seminar-proposal
Cover map-ujian-seminar-proposalBAIDILAH Baidilah
 

More from BAIDILAH Baidilah (20)

Determinan hasil dekomposisi dengan cara crout pada matriks bujur sangkar
Determinan  hasil dekomposisi dengan cara crout pada matriks bujur sangkarDeterminan  hasil dekomposisi dengan cara crout pada matriks bujur sangkar
Determinan hasil dekomposisi dengan cara crout pada matriks bujur sangkar
 
Analisis varian satu jalan krukal wallis
Analisis varian satu jalan krukal wallisAnalisis varian satu jalan krukal wallis
Analisis varian satu jalan krukal wallis
 
Penerapan fuzzy inference system (fis) tsukamoto dalam menganalisa tingkat re...
Penerapan fuzzy inference system (fis) tsukamoto dalam menganalisa tingkat re...Penerapan fuzzy inference system (fis) tsukamoto dalam menganalisa tingkat re...
Penerapan fuzzy inference system (fis) tsukamoto dalam menganalisa tingkat re...
 
Penerapan sifat kelinearan sigma untuk menentukan rumus jumlah bilangan asli ...
Penerapan sifat kelinearan sigma untuk menentukan rumus jumlah bilangan asli ...Penerapan sifat kelinearan sigma untuk menentukan rumus jumlah bilangan asli ...
Penerapan sifat kelinearan sigma untuk menentukan rumus jumlah bilangan asli ...
 
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidel
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidelPenyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidel
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidel
 
Program perhitungan zakat dengan
Program perhitungan zakat denganProgram perhitungan zakat dengan
Program perhitungan zakat dengan
 
Keajaiban angka dalam al qur’an
Keajaiban angka dalam al qur’anKeajaiban angka dalam al qur’an
Keajaiban angka dalam al qur’an
 
Determinan matriks hasil dekomposisi
Determinan matriks hasil dekomposisiDeterminan matriks hasil dekomposisi
Determinan matriks hasil dekomposisi
 
Aplikasi algoritma fruend dalam turnamen round robin
Aplikasi algoritma fruend dalam turnamen round robinAplikasi algoritma fruend dalam turnamen round robin
Aplikasi algoritma fruend dalam turnamen round robin
 
Penggunaan skala untuk menentukan waktu tempuh
Penggunaan skala untuk menentukan waktu tempuhPenggunaan skala untuk menentukan waktu tempuh
Penggunaan skala untuk menentukan waktu tempuh
 
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
 
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
Menyederhanakan fungsi boolean dengan menggunakan metode quin1
 
Daftar hadir ujian_seminar_proposal
Daftar hadir ujian_seminar_proposalDaftar hadir ujian_seminar_proposal
Daftar hadir ujian_seminar_proposal
 
Berita acara seminar_proposal_skripsi
Berita acara seminar_proposal_skripsiBerita acara seminar_proposal_skripsi
Berita acara seminar_proposal_skripsi
 
Daftar hadir tim_penguji_proposal
Daftar hadir tim_penguji_proposalDaftar hadir tim_penguji_proposal
Daftar hadir tim_penguji_proposal
 
Penilaian ujian seminar_proposal_skripsi
Penilaian ujian seminar_proposal_skripsiPenilaian ujian seminar_proposal_skripsi
Penilaian ujian seminar_proposal_skripsi
 
Surat undangan tim_penguji_seminar_proposal_skripsi
Surat undangan tim_penguji_seminar_proposal_skripsiSurat undangan tim_penguji_seminar_proposal_skripsi
Surat undangan tim_penguji_seminar_proposal_skripsi
 
Sop ujian seminar proposal tadris mipa iain rf
Sop ujian seminar proposal tadris mipa iain rfSop ujian seminar proposal tadris mipa iain rf
Sop ujian seminar proposal tadris mipa iain rf
 
Cover map-ujian-seminar-proposal
Cover map-ujian-seminar-proposalCover map-ujian-seminar-proposal
Cover map-ujian-seminar-proposal
 
Bai
BaiBai
Bai
 

Menentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsisten

  • 1. MENENTUKAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DALAM BENTUK SISTEM KONSISTEN DAN INKONSISTEN Dwi Narariah1 ABSTRAK Sistem persamaan linier adalah persamaan dimana peubahnya tidak memuat eksponensial, trigonometri (seperti sin, cos, dll.), perkalian, pembagian dengan peubah lain atau dirinya sendiri. Dalam menyelesaikan suatu persamaan linier kita dapat menemukan bentuk dari sistem persamaan tersebut yaitu sistem persamaan linier nonhomogen dan sistem persamaan linier homogen perbedaannya yaitu terletak pada matriks konstanta (G) dari sistem persamaan yang disusun dalam bentuk matriks, jika pada persamaan linier nonhomogen G bernilai bukan sama dengan nol (G≠0) sedangkan pada persamaan linier homogen G bernilai sama dengan nol (G=0). Dari himpunan penyelesaian suatu sistem persamaan maka dapat ditentukan apakah persamaan tersebut bersifat sistem konsisten atau inkonsisten. Adapun salah salah satu metode/cara yang digunakan yaitu metode eliminasi Gauss dan Operasi Baris Elementer (OBE) dalam bentuk sistem persamaan linier atau matriks. Kata kunci : sistem persamaan linier (SPL), SPL nonhomogen, SPL homogen, sistem konsisten, sistem inkonsisten. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa mulai dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat sekolah menengah bahkan sampai ke perguruan tinggi. Hal ini disebabkan matematika sangat dibutuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari bagi sains, pedagangan, dan industri. Di samping matematika menyediakan suatu daya, alat komunikasi yang singkat dan 1 Mahasiswi Prodi Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang 1
  • 2. tidak ambigius serta berfungsi sebagai alat untuk mendeskripksikan dan memprediksi (Jailani dalam Hamzah, 2008: 129). Dalam kehidupan sehari-hari, perhitungan matematika telah diterapkan dalam berbagai hal, seperti menentukan harga suatu barang, pengaturan kuota hasil, contohnya dalam menentukan kestabilan harga BBM, negara-negara anggota OPEC berusaha mengatur kuota hasil dari pasokan sunber-sumber minyaknya. Keberhasilan pengaturan initidak akan dapat lepas dari kemampuan OPEC dalam memahami persamaan linier. Dari ilustrasi contoh di atas, maka sistem persamaan linier dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Suatu sistem persamaan linier tidak melibatkan hasil kali atau akar peubah, semua peubahnya muncul sekali dengan pangkat satu dan tidak muncul sebagai peubah bebas dari sebuah fungsi trigonometri, logaritma atau eksponensial (Anton, 2007). Dalam suatu persamaan linier, kita dapat menyelesaikan persamaan tersebut dalam berbagai cara/solusi, namun jika ditinjau dari bentuk matriksnya sistem persamaan linier dapat dibedakan lagi menjadi sistem persamaan linier nonhomogen dan sistem persamaan linier homogen, perbedaannya yaitu terletak pada matriks konstanta (G) dari sistem persamaan yang telah disusun dalam bentuk SPL atau Matriks, jika pada persamaan linier nonhomogen G bernilai bukan sama dengan nol (G≠0) sedangkan pada sistem persamaan linier homogeny G bernilai sama dengan nol (G=0). Adapun cara/metode yang digunakan oleh penulis yaitu dengan metode Gauss dan Operasi Baris Elementer (OBE) dalam bentuk SPL atau Matriks. Solusi penyelesaian Gauss yang dipilih dikarenakan melalui eliminasi Gauss lebih mudah dalam hal jumlah operasi aritmatika yang lebih sedikit (untuk sistem persamaan yang lebih besar) hitungan dilakukan dengan komputer. 2
  • 3. Dalam menentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linier, tidak semua sistem persamaan linier mempunyai penyelesaian (Anton, 2007 : 23). Misalnya : x + y = 5 dan 2x + 2y = 6 Jika kita mengalikan persamaan kedua dari sistem dengan akan terbukti bahwa tidak ada penyelesaian karena sistem ekuivalen yang dihasilkan mempunyai persamaan yang kontradisi x+y=4 2x + 2y = 6 Sebuah sistem persamaan yang tidak memiliki penyelesaian disebut dengan sistem inkonsisten sedangkan jika suatu persamaan memiliki penyelesaian disebut sistem konsisten. Dalam konsisten ada dua jenis yaitu penyelesaian tunggal (unique) dan banyak penyelesaian (dependen). Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan makalah ini memaparkan sistem persamaan linier dengan memperhatikan himpunan penyelesaiannya melalui metode eliminasi Gauss dan Operasi Baris Elementer (OBE), sehingga dapat ditentukan dari penyelesaian sistem persamaan linier menjadi sistem konsisten atau inkonsisten. Oleh karena itu dalam makalah ini penulis mengambil judul “MENENTUKAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DALAM BENTUK SISTEM KONSISTEN DAN INKONSISTEN”. RUMUSAN MASALAH Masalah yang akan dibahas pada makalah seminar ini adalah bagaimana cara menentukan sistem persamaan linier apakah bersifat sistem konsisten atau inkonsisten ? 3
  • 4. BATASAN MASALAH Adapun batasan-batasan masalah yang akan diambil pada pembahasan terhadap rumusan masalah di atas, yaitu menentukan penyelesaian sistem persamaan linier apakah bersifat sistem konsisten atau inkonsisten dengan menggunakan metode eliminasi Gauss dan Operasi Baris Elementer (OBE). TUJUAN Penulisan makalah seminar matematika ini bertujuan menentukan sistem persamaan linier apakah bersifat sistem konsisten atau inkonsisten. 4
  • 5. KAJIAN PUSTAKA SISTEM PERSAMAAN LINIER Persamaan linear adalah persamaan dimana peubahnya tidak memuat eksponensial, trigonometri (seperti sin, cos, dll.), perkalian, pembagian dengan peubah lain atau dirinya sendiri. Persamaan linier adalah Suatu persamaan linier dengan n peubah x1, x2, … , xn dapat dinyatakan dalam bentuk : a11x11 + a12x12 + . . . + a1nx1n = b1 a21x21 + a22x22 + . . . + a2nx2n = b2 . . . am1xm1 + am2xm2 + . . . + amnxmn = bm dimana x1, x2, . . . , xn : bilangan tak diketahui a,b : konstanta. Perhatikan contoh sistem persamaan linier berikut : 2x1 – x2 + 2x3 = 7 x1 + 3x2 – 5x3 = 0 - x1 + x3 = 4 Dengan notasi matriks 2 1 2 x1 7 1 3 5 x2 0 1 0 1 x3 4 5
  • 6. A X = G 2 1 2 7 1 3 5 0 1 0 1 4 Contoh 2 : 3x1 – 7x2 + x3 = 0 -2x1 + 3x2 – 4x3 = 0 Dengan notasi matriks : x1 3 7 1 0 x2 2 3 4 x3 0 A X = G A= matriks koefisien X= matriks variabel / peubah G= matriks konstanta. 6
  • 7. 1. Sistem persamaan linier nonhomogen Sistem persamaan linier nonhomogen yaitu dimana jika dituliskan dalam bentuk contoh persamaan di atas akan berbentuk AX = G dengan G ≠ 0. Sistem persamaan linier nonhomogen mempunyai solusi atau cara untuk menyelesaikan suatu persamaan maka akan dibedakan dalam beberapa jenis yaitu jika suatu persamaan mempunyai penyelesaian disebut sistem konsisten, dalam sistem konsisten dibedakan lagi menjadi sistem penyelesaian jawab tunggal (unique) dan sistem dependen (memiliki banyak penyelesaian). Kemudian sistem persamaan linier dapat diselesaikan dengan sistem inkonsisten (tidak mempunyai penyelesaian). 2. Sistem persamaan linier homogen. Sistem persamaan linier homogen yaitu dimana jika dituliskan dalam bentuk contoh persmaan di atas berbentuk AX = G dengan G = 0. Tiap-tiap sistem persamaan linier homogen adalah sistem yang konsisten, karena G = 0 selalu merupakan penyelesaian, penyelesaian ini dinamakan penyelesaian trivial. Jika ada penyelesaian lain yang memenuhi persamaan homogeny tersebut, maka penyelesaian tersebut dinamakan penyelesaian nontrivial (tak trivial). Sistem persamaan liner homogen dengan lebih banyak bilangan tak diketahui (peubahnya) dari pada banyaknya persamaan, selalu mempunyai tak hingga banyak penyelesaian. 7
  • 8. PEMBAHASAN STRATEGI PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINIER Metode Gauss Mengganti SPL lama menjadi SPL baru yang mempunyai penyelesaian sama (ekuivalen) tetapi dalam bentuk yang lebih sederhana. Operasi Baris Elementer (OBE) Tiga operasi yang mempertahankan penyelesaian SPL SPL 1. Mengalikan suatu persamaan dengan konstanta tak nol. 2. Menukar posisi dua persamaan sebarang. 3. Menambahkan kelipatan suatu persamaan ke persamaan lainnya. MATRIKS 1. Mengalikan suatu baris dengan konstanta tak nol. 2. Menukar posisi dua baris sebarang. 3. Menambahkan kelipatan suatu baris ke baris lainnya. Ketiga operasi ini disebut OPERASI BARIS ELEMENTER (OBE) SPL atau bentuk matriksnya diolah menjadi bentuk sederhana sehingga tercapai 1 elemen tak nol pada suatu baris. Contoh penyelesaian dari sistem persamaan linier nonhomogen. Contoh 1 : Cari penyelesaian dari sistem : x1 – 2x2 + x3 = -5……………... (i) 3x1 + x2 – 2x3 =11…………….. (ii) -2x1 + x2 + x3 = -2…………….. (iii) 8
  • 9. Penyelesaian : 1) ELIMINASI MAJU ELIMINASI X1 DALAM (2) DAN (3) 1 2 1 5 Baris (i) dikalikan 3 dikurang baris (ii) 3 1 2 11 2 1 1 2 1 2 1 5 Baris (i) dikalikan -2 dikurang baris ke (iii) 0 7 5 26 2 1 1 2 ELIMINASI X2 DALAM PERS. (3) 1 2 1 5 Baris (ii) dibagi -7 0 7 5 26 0 3 3 12 1 2 1 5 Baris (ii) dikalikan 3 dikurang baris (iii) 5 26 0 1 7 7 0 3 3 12 1 2 1 5 Baris (iii) dibagi 5 26 0 1 7 7 6 6 0 0 7 7 9
  • 10. 1 2 1 5 5 26 0 1 7 7 0 0 1 1 2. SUBSTITUSI BALIK x3 = -1 x2 + x3 = x2 + (-1) = X2 = - =3 x1 – 2 x2 - x3 = -5 x1 – 2 (3) – (1) = -5 x1 – 7 = -5 x1 = 2 r(A) = 3 r(A G) = 3 n=3 Diperoleh penyelesaian x1 = 2, x2 = 3, x3 = -1 , jadi persamaan tersebut termasuk persamaan nonhomogen dengan sistem konsisten penyelesaian tunggal (unique). Contoh 2 : Selesaikan sistem persamaan : x1 – 2x2 + x3 = 2 -2x1 + 3x2 – 4x3 = 1 -5x1 + 8x2 – 9x3 = 0 10
  • 11. Penyelesaian : Lakukan OBE, bahwa (A,G) menjadi bentuk Echelon 1 2 1 2 2 3 4 1 5 8 9 0 Kalikan persamaan (i) dengan 2 , kemudian tambahkan ke persamaan (ii). 1 2 1 2 0 1 2 5 5 8 9 0 Kalikan persamaan (i) dengan 5 , ditambahkan ke persamaan (iii) 1 2 1 2 0 1 2 5 0 2 4 10 Kalikan persamaan (ii) dengan -2 ditambahkan persamaan ke (iii) 1 2 1 2 0 1 2 5 0 0 0 0 r(A) = 2 r(A G) = 2 n=3 Banyaknya variabel bebas = n – r = 3 – 2 = 1 Variabel bebasnya (yg tidak memuat unsur kunci) adalah : x3 11
  • 12. Persamaan baru menjadi : x1 – 2x2 + x3 = 2 – x2 – 2x3 = 5 Berikan nilai parameter tertentu pada variabel bebas, kemudian subtitusikan pada persamaan baru. Misalkan x3 = α, dng α bil Real -x2 – 2x3 = 5 -x2 - 2α = 5 x2 = -2α -5 x1 – 2x2 + x3 = 2 x1 – 2(-2α – 5) + α = 2 x1 = -5α – 8 Jadi, penyelesaian umum : {(-5a-8, -2a-5, a)} Jika diambil nilai α = 0, maka salah satu penyelesaian khusus adalah {(-8, -5, 0)}. Dengan demikian sistem persamaan tersebut disebut SPL nonhomogen dengan banyak penyelesaian (sistem dependen). Contoh 3 : Selesaikan sistem persamaan berikut : x1 – x2 + 2x3 – 3x4 = - 2 -x1 + x2 – 3x3 + x4 = 1 2x1 – 2x2 + 3x3 – 8x4= - 3 Solusi : 1 1 2 3 2 (A G) = 1 1 3 1 1 2 2 3 8 3 12
  • 13. Persamaan (i) + persamaan (ii) 1 1 2 3 2 0 0 1 2 1 0 0 1 14 7 Persamaan (i) dikalikan 2 dikurang persamaan (iii) 1 1 2 3 2 0 0 1 2 1 2 2 3 8 3 Persamaan (ii) ditambah persamaan (iii) 1 1 2 3 2 0 0 1 2 1 1 0 0 0 0 2 r(A) = 2 r(A G) = 3 n=4 r(A) ≠ r(A G); tidak punya penyelesaian. Mengapa ? Persamaan baru yg terakhir dpt dibaca : 0x1 + 0x2 + 0x3 + 0x4 = Apakah ada nilai x yang memenuhi ? Sistem tidak punya penyelesaian, berarti sistem persamaan tersebut sistem persamaan linier nonhomogen yang tidak mempunyai penyelesaian (sistem inkonsisten). 13
  • 14. Penyelesaian dari sistem persamaan linier homogen. Persamaan linier homogen dengan himpunan penyelesaian jawab tunggal /trivial / hanya jawab nol. Metode solusi : Lakukan OBE terhadap matriks koefisien A, sehingga menjadi bentuk echelon. Contoh 1 : Selesaikan persamaan : x1 – 2x2 + x3 = 0 -x1 + 3x2 – 2x3 = 0 2x1 + x2 – 4x3 = 0 1 2 1 0 (A 0) = 1 3 2 0 2 1 4 0 Persamaan (i) ditambah persamaan (ii) 1 2 1 0 0 1 1 0 2 1 4 0 Persamaan (i) dikalikan 2 dikurang persamaan (iii) 1 2 1 0 0 1 1 0 0 5 6 0 Persamaan (ii) dikali -5 ditambah persamaan (iii) 1 2 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 14
  • 15. r(A) = 3 ; r(A 0) = 3 n=3 Sistem hanya mempunyai jawab nol, dari persamaan baru dapat dibaca : x1 – 2x2 + x3 = 0 x2 – x3 = 0 – x3 = 0 Dengan subtitusi balik diperoleh : x3 = 0, x2 = 0, dan x1 = 0 Catatan : saat OBE, perhatikan bahwa bagian kanan dari (A | 0) tidak berubah, Jadi khusus sistem homogen kita dapat cukup melakukan OBE terhadap matriks A; dengan mengingat bahwa bagian ruas kanan selalu bernilai 0 (nol). Persamaan linier homogen dengan banyak penyelesaian. Conoth 2 : Selesaikan persamaan berikut : x1 – 2x2 + x3 = 0 -x1 + 3x2 – 2x3 = 0 2x1 + x2 – 3x3 = 0 Solusi : 1 2 1 1 3 2 2 1 3 Persamaan (i) ditambah persamaan (ii) 15
  • 16. 1 2 1 0 1 1 2 1 3 Persamaan (i) dikalikan dengan -2 ditambah persmaan (iii) 1 2 1 0 1 1 0 5 5 Persamaan (ii) dikalikan -5 ditambah persamaan (iii) 1 2 1 0 1 1 0 0 0 r(A) = 2 n=3 Banyaknya variabel bebas = n – r = 3 – 2 = 1 Variabel bebasnya (yg tidak memuat unsur kunci) adalah : x3 Dari persamaan baru dapat dibaca : x1 – 2x2 + x3 = 0 x2 – x3 = 0 Misalkan x3 = α, dng α bil Real Dengan subtitusi balik diperoleh : x2 – x3 = 0 x2 = α x1 – 2x2 + x3 = 0 x1 = α Jadi penyelesaian umum : {(α, α , α)}. Misal diambil nilai α = 1, maka salah satu penyelesaian khusus adalah {(1, 1, 1)}. 16
  • 17. GRAFIK SISTEM PERSAMAAN LINIER Dalam bentuk geometris, karena grafik dalam bentuk garis lurus, dapat diperlihatkan dalam 3 kemungkinan, seperti gambar berikut : y k l k k,l l x (a) (b) (c)  Untuk kasus (a) garis paralel dan tidak berpotongan. Dikatakan bahwa persamaan dalam sistem tidak konsisten (inkonsisten) yaitu tidak memiliki penyelesaian.  Untuk kasus (b) garis berpotongan hanya pada satu titik. Dikatakan bahwa sistem persamaan konsisten (tunggal / unique).  Untuk kasus (c) dua garis berimpit. Dikatakan bahwa persamaan dalam sistem bergantung (dependen)yaitu mempunyai penyelesaian banyak / tak hingga. 17
  • 18. KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa sistem persamaan linier itu persamaan dimana peubahnya tidak memuat eksponensial, trigonometri (seperti sin, cos, dll.), perkalian, pembagian dengan peubah lain atau dirinya sendiri. Dalam menyelesaikan suatu persamaan linier kita dapat menemukan bentuk dari sistem persamaan tersebut yaitu sistem persamaan linier nonhomogen dan sistem persamaan linier homogen. Sistem persamaan linier nonhomogen yaitu dimana jika dituliskan dalam bentuk matriks A X = G, dengan G ≠ 0 maksudnya matriks konstanta (G) bernilai bukan sma dengan nol. Sedangkan sistem persamaan linier homogen yaitu matriks konstantanya sama dengan nol (G=0). Adapun berbagai solusi dari sistem persamaan linier pada makalah ini penulis menggunakkan metode Gauss dan Operasi Bilangan Elementer (OBE), yang disajikan terlebih dahulu dalam bentuk SPL atau Matriks. Setelah didapatkan himpunan penyelesaiannya maka dapat kita tentukan juga sistem dari penyelesaian tersebut yaitu dibedakan menjadi sistem konsisten yang berarti mempunyai penyelesaian tunggal (Unique) dan penyelesaian banyak (Dependen), sistem inkonsisten yaitu sistem persamaan yang tidak memiliki penyelesaian. Agar lebih mudah memahami dari sistem persamaan linier yang termasuk konsisten (tunggal / dependen), sistem inkonsisten maka dapat disajikan dalam bentuk grafik. 18
  • 19. DAFTAR PUSTAKA Aminulhayat. 2005. Matematika SMA Kelas X. Bandung : Regina. Anton, Howard. 2003. Dasar-dasar Aljabar Linear. Tanggerang : Binarup Angkasa Publisher. Wiley, Jhon. 2004. Dr. Math ‘Menjelaskan Aljabar’. Bandung : Pakar Raya Pustaka. 19