SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
Model Simulasi Implementasi Multi Usaha Kehutanan dalam kelola kluster
“Agroforestry Estate” di BKPH Parung Panjang, Perum Perhutani KPH Bogor
Oleh : Arsis Sulistyono (E01601211014)
Pembimbing : Dr Budi Kuncahyo
Abstrak : Pemodelan suatu sistem dapat diartikan sebagai aktivitas pembuatan model
dari beberapa sistem dengan tujuan untuk membantu dalam melakukan analisis untuk
menyelesaikan permasalahan yang komplek, dinamis dan memiliki ketidakpastian yang
tinggi. Dalam penyusunan model dipergunakan Software Stella yang akan memudahkan
dalam menyusun model dengan merangkaikan bentuk-bentuk geometris seperti bujur
sangkar, lingkaran dan panah yang dikenal sebagai Building Blocks. Multi usaha
kehutanan diterapkan dalam rangka meningkatkan nilai keekonomian lahan dengan
mengembangkan beberapa jenis tanaman hortikultura disamping tanaman pokok
kehutanan yang dikembangkan dengan pola agroforestry.
I. Pendahuluan
Pemodelan sistem dapat didefinisikan sebagai aktivitas pembuatan model dari suatu
sistem. Sedangkan sistem dapat didefinisikan sebagai suatu himpunan atau kumpulan
dari komponen-komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya, membentuk
suatu wadah atau kesatuan guna mencapai tujuan atau gugus tujuan tertentu
(Kuncahyo, 2015).
Dalam rangka meningkatkan peran dunia usaha sektor kehutanan dalam optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya hutan yang diamanatkan dalam UU no 11 tahun 2020
tentang Cipta Kerja, Pemerintah menerbitkan PP 23 tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Kehutanan. Selanjutnya Kementerian LHK menerbitkan Permen LHK
nomor 8 tahun 2021, dimana dalam permen tersebut, Multiusaha Kehutanan diartikan
penerapan beberapa kegiatan usaha Kehutanan berupa usaha Pemanfaatan
Kawasan, usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu, dan/atau usaha
Pemanfaatan Jasa
II.Metodologi Penelitian
• Alat yang digunakan pada pembuatan Tulisan ini menggunakan software Stella.
• Data yang dipergunakan adalah data analisa biaya pengembangan tanaman JPP
dan komoditas hortikultura dari beberap sumber.
III.Tujuan
Tujuan dari tulisan ini adalah menggambarkan model simulasi implementasi Multi
Usaha Kehutanan dalam kelola kluster “Agroforestry Estate” di BKPH Parung Panjang,
Perum Perhutani KPH Bogor dan membandingkan model Kelola JPP (satu komoditas)
dengan model Multi Usaha Kehutanan (multi jenis komoditas)
IV. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan data dari BPS, kontribusi sektor kehutanan terhadap PDB cukup rendah
yaitu hanya berkisar 0,6% dari PDB apabila dibandingkan dengan keluasan hutan
sebesar 125 juta ha (66%) dari 190 juta ha total luas daratan Indonesia. Rata-rata
produktivitas hanya berkisar Rp. 4.000.000,-/Ha per tahun, cukup jauh apabila
dibandingkan dengan komoditas kelapa sawit yang dapat mencapai Rp. 35.000.000,-
/Ha per tahun.
Nilai tersebut secara umum tidak jauh berbeda dengan pengelolaan lahan oleh
Perhutani, yang selama ini mengelola hutan di pulau jawa dengan luas kurang lebih
2,4 Juta Ha. Selama ini pendapatan perusahaan kurang lebih 80% ditopang dari
produksi kayu terutama kayu Jati dan produksi non kayu yaitu getah pinus.
Adanya Multi Usaha Kehutanan merupakan peluang bagi perusahaan untuk
mengembangkan berbagai komoditas baru yang akan menjadi portofolio bisnis
perusahaan dalam jangka pendek dan menengah. Berbagai jenis komoditas
hortikultura seperti porang, tebu, jagung, buah-buahan dan sayuran dapat
diikembangkan pada kawasan hutan dengan skema tertentu dengan tetap
mempertimbangkan faktor sosial, ekologi dan ekonomi.
Dalam tulisan ini memodelkan pengelolaan Multi Usaha Kehutanan berbasis kluster
atau agroforestry estate dengan luas kurang lebih 10 Ha untuk satu unit kluster pada
kawasan hutan BKPH Parung Panjang, KPH Bogor. Komoditas yang akan
dikembangkan adalah tanaman/komoditas :
• Porang (short term)
• Durian (middle term)
• Jati Plus Perhutai/JPP (long term)
Model Kelola kluster merupakan model Kelola unit bisnis untuk meningkatkan intensitas
manajemen sejalan dengan komoditas hortikultura yang dikembangkan yang secara
umum membutuhkan intensitas pengelolaan yang lebih intensif dibandingkan dengan
kelola tanaman kehutanan selama ini. Dengan model Kelola tersebut diharapkan
produktivitas kawasan akan meningkat dan akan menjadi unit bisnis produktif dalam
suatu Kelola Pemangkuan Hutan (KPH).
Asumsi
Asumsi yang dipergunakan dalam analisa biaya untuk penyusunan model adalah
sebagai berikut :
• Luas Kluster 10 Ha
• Daur untuk kluster 20 tahun
• Suku bunga (discount factor) 10%
• Asumsi luas JPP : 5 Ha; Durian : 4 Ha; Porang 1 Ha.
• Penulisan dalam model : x 1000
• Asumsi per Komoditas per Ha sebagai berikut :
a. Komoditas Porang
b. Komoditas Durian
Komoditas Porang
Asumsi :
Total Luas Project Ha 1 Ha
Suku Bunga % 10 %
Jumlah bibit 1600 plc
Produksi MT I MT II
- Katak 11 26 Kg
- Umbi 1,829 Kg
Harga Produksi
- Katak 100,000 Rp/Kg
- Umbi 7,000 Rp/Kg
Komoditas Durian Montong
Asumsi :
Total Luas Project Ha 1 Ha
Suku Bunga % 10 %
Jarak tanam 8 x 8
Sarpra (Plang, Gubug dll)/5 Ha 15,000,000
Pemeliharaan 1,875,000 per thn
SDM Ha
- Insentif Pengawas 1 orang/5 Ha 4,000,000 per bulan
- Sarpra (Plang, Gubug dll) 1 paket/10 Ha 15,000,000
Biaya Sarpra
- Biaya angkut bibit 120 1,000
Panen
- Harga Jual 20,000 per kg
- Produksi Th ke 6 40 kg/phn
Th ke 7 50 kg/phn
Th ke 8 dst 60 kg/phn
c. Jati Plus Perhutani (JPP)
Komoditas JPP
Asumsi :
Total Luas Project Ha 1 Ha
Suku Bunga % 10 %
Jarak tanam 3 3
Sarpra (Plang, Gubug dll)/10 Ha 5,000,000
SDM Ha Rp
- Gaji Asper (Project Manager) 5000 10,000,000 per bulan
- Gaji KRPH (Sub Project Manager) 500 7,000,000 per bulan
- Gaji Mandor (Supervisor) 50 5,000,000 per bulan
Biaya umum 5000 2,000,000 per bulan
Biaya Sarpra
- Pemeliharaan jalan 10 2,000,000 per tahun
- Pemeliharaan Kantor dll 5000 6,000,000 per tahun
- Sewa Kendaraan 100 1,000,000 per bulan
Biaya Perlindungan Hutan
- Gaji Polter 100 5,000,000 per bulan
- Patroli pengamanan 100 500,000 per bulan
- Komsos 100 1,000,000 per bulan
Biaya Pemanenan
- Persiapan Rp/m3 10,000
- Tebang dan sarad Rp/m3 200,000
- Angkutan Rp/m3 300,000
PSDH
- A I Rp/m3 25,000
- A II Rp/m3 75,000
- A III Rp/m3 100,000
Pemasaran Rp/m3 100,000
Panen
m3 Harga (Rp)
- Penjarangan I (AI) 3 - per ha
- Penjarangan II 5 per ha
AI 4.0 800,000
AII 1.0 1,225,000
- Penjarangan III 15 per ha
A I 9.0 800,000
A II 4.5 1,225,000
A III 1.5 1,225,000
- Panen 110
A I 22.0 800,000
A II 33.0 1,225,000
A III 55.0 2,000,000
Spesifikasi model Multi Usaha Kehutanan
Spesifikasi model implementasi Multi Usaha Kehutanan dalam suatu kluster
“Agroforestry Estate”disampaikan dalam gambar berikut ini :
Gambar 1 : Model Kelola Kluster MUK
Berdasarkan model tersebut diatas dapat digambarkan grafik LR sampai dengan akhir
daur kluster yaitu 20 tahun sebagai berikut :
Grafik 1 : Grafik LR Selama Daur
Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa pengembangan tanaman JPP akan
menghasilkan pendapatan yang cukup besar pada tebang habis di akhir daur yaitu di
tahun ke 20, sementara untuk tanaman Durian akan mulai memberikan hasil pada
tahun ke 6 dan akan meningkat sampai akhir daur produktif yaitu pada tahun ke 15.
Untuk tanaman porang karna siklus tanaman hanya 2 tahun, maka akan diperoleh
pendapatan di tahun ke 2.
Secara kluster, LR Sebagian besar ditopang oleh komoditas tanaman Durian, untuk
tanaman JPP akan memberikan kontribusi sesuai dengan tata waktu produksi yang
berasal dari penjarangan maupun tebang habis. Akumulasi LR sebesar Rp.
27.888.810.000,- dalam kurun 20 tahun dan bunga (tingkat diskonto) sebesar 10%.
Untuk komoditas tanaman durian memiliki LR yang tinggi dikarenakan biaya yang
besar hanya dikeluarkan di awal tahun ketika melakukan persiapan lahan, pembibitan
dan penanaman, selanjutnya hanya dilakukan kegiatan pemeliharaan. LR kluster
secara umum disampaikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 2. LR Multi Usaha Kehutanan
Perbandingan Dengan Model Kelola JPP
Selama ini Perhutani hanya mengembangkan komoditas kehutanan yang memiki daur
yang cukup panjang, untuk Jati/JPP daur berkisar 20 sd 60 tahun. Dalam
pengembangan komoditas kehutanan tersebut hanya mengembangkan satu jenis
komoditas yaitu Jati/JPP, adanya tanaman jenis lain seperti Kesambi, Mahoni dll dalam
suatu petak hanya untuk heterogenitas kawasan. Untuk model kelola JPP sebagai
berikut :
Gambar 2. Model Kelola JPP
Berdasarmodel Kelola tersebut diatas dapat digambarkan grafik model sebagai berikut
:
Grafik 2. Grafik Kelola JPP
Dalam grafik tersebut pendapatan/LR kluster hanya ditopang oleh pengembangan
tanaman JPP sehingga pendapatan yang diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan
kluster MUK. Besaran pendapatan kluster JPP disampaikan dalam tabel berikut ini
Tabel 3. LR Kelola JPP
Berdasatkan tabel tersebut diatas, LR yang diperoleh selama daur yaitu 20 tahun
dengan komoditas hanya JPP seluas 10 Ha diperoleh pendapatan bersih (revenue)
sebesar Rp. 5.548.780.000,- yang didominasi oleh pendapatan JPP di akhir daur pada
saat dilakukan tebang habis. Apabila dibandingkan dengan Kelola Multi Usaha
Kehutanan maka, LR yang diperoleh hanya berkisar 20%, sehingga pengembangan
Multi Usaha Kehutanan dengan pengembangan berbagai komoditas jangka pendek,
menengah dan panjang dapat meningkatkan nilai keekonomian lahan 5 kali lipat
apabila hanya mengembangankan satu jenis tanaman berdaur panjang yaitu Jati/JPP.
V. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan tulisan tersebut disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengembangan Multi Usaha Kehutanan dengan Kelola kluster agroforestry estate
mempunyai peluang yang cukup besar untuk dikembangkan dalam rangka
peningkatan nilai keekonomian suatu kawasan hutan.
2. Kelola kluster dengan keluasan yang optimal akan meningkatkan keefektifan
Kelola kawasan dan intensitas manajemen sehingga diharapkan pendapatan dari
kluster tersebut dapat dioptimalkan.
3. Perlu dibangun manajemen kluster yang efektif dengan luas yang optimal dengan
mempertimbangkan skala usaha komoditas yang dikembangkan sehingga tujuan
optimalisasi nilai keekonomian kawasan dapat tercapai.
Sumber Bacaan :
John D. W. Morecroft, Strategic Modelling and Business Dynamics, A Feedback Systems
Approach, John Wiley & Sons Ltd, 2015
Kementerian PPN, Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran Paradigma Menuju
Ekonomi Hijau di Indonesia, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) – 2019
Kuncahyo, Budi. Pemodelan Sistem Terapan, Materi Penunjang Mata Kuliah Biometrika
Hutan dan Permodelan Sistem, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor, 2015.
Tabah Arif Rahmani, Dodik Ridho Nurrochmat, Yulius Hero, Mi Sun Park, Rizaldi Boer, Arif
Satria. Evaluating thefeasibility of oil palm agroforestry in Harapan Rainforest, Jambi,
Indonesia, Forest and Society. Reguler Research Article Forest and Society, 2021
Widya Rachmadani Pradana, Model Simulasi Pengelolaan Hutan Rakyat Kelompok Tani
Hutan Halaman Kuyang Lestari Kab. Kampar Provinsi Riau (Tugas Pemodelan untuk
Kehutanan dan Lingkungan, Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan, Sekolah
Pascasarjana, IPB University, 2021
Lampiran
Equation Model MUK
Equation Model JPP

More Related Content

Similar to Tugas Pemodelan MNH746.pdf

#60 palm oil study
#60 palm oil study#60 palm oil study
#60 palm oil studydikacakep
 
Buku kawasan tekno agro
Buku kawasan tekno agroBuku kawasan tekno agro
Buku kawasan tekno agroSiti Mariyam
 
APLIKASI MANAJEMEN USAHA TANI WORTEL.pptx
APLIKASI MANAJEMEN USAHA TANI WORTEL.pptxAPLIKASI MANAJEMEN USAHA TANI WORTEL.pptx
APLIKASI MANAJEMEN USAHA TANI WORTEL.pptxssuser7380c4
 
PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNGPROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNGWelly Febrianto
 
Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon
Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujonAnalisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon
Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujonBBPP_Batu
 
Makalah kewirausahaan terbaru
Makalah kewirausahaan terbaruMakalah kewirausahaan terbaru
Makalah kewirausahaan terbaruVespa Koe
 
Pipib untuk-emisi-karbon
Pipib untuk-emisi-karbonPipib untuk-emisi-karbon
Pipib untuk-emisi-karbonDaud Sutrisno
 
Slide update 17 april 2013
Slide update 17 april 2013Slide update 17 april 2013
Slide update 17 april 2013adiewishes
 
INTEGRATED FARMING SYSTEM: PROSPEK DAN POTENSI
INTEGRATED FARMING SYSTEM: PROSPEK DAN POTENSIINTEGRATED FARMING SYSTEM: PROSPEK DAN POTENSI
INTEGRATED FARMING SYSTEM: PROSPEK DAN POTENSIArdi Novra
 
Rencana usaha budidaya sengon
Rencana usaha budidaya sengonRencana usaha budidaya sengon
Rencana usaha budidaya sengonSurya Atmaja
 
Ekonomi Sumber daya Hutan Universitas Haluoleo 2014
Ekonomi Sumber daya Hutan Universitas Haluoleo 2014Ekonomi Sumber daya Hutan Universitas Haluoleo 2014
Ekonomi Sumber daya Hutan Universitas Haluoleo 2014EDIS BLOG
 
analisis ppotensi dan prospek nilam di aceh utara 281019.pptx
analisis ppotensi dan prospek nilam di aceh utara 281019.pptxanalisis ppotensi dan prospek nilam di aceh utara 281019.pptx
analisis ppotensi dan prospek nilam di aceh utara 281019.pptxnuruliadimitha1
 
Analisis usaha tani kc panjang
Analisis usaha tani kc panjangAnalisis usaha tani kc panjang
Analisis usaha tani kc panjangKabayan Baduy
 
Laporan magang smk negeri 1 belimbing hulu
Laporan magang smk negeri 1 belimbing huluLaporan magang smk negeri 1 belimbing hulu
Laporan magang smk negeri 1 belimbing hulusapri yanto
 
MENDULANG LABA DI KEBUN KARET DENGAN REKAYASA TEKNIK AGRONOMI
MENDULANG LABA DI KEBUN KARET DENGAN REKAYASA TEKNIK AGRONOMIMENDULANG LABA DI KEBUN KARET DENGAN REKAYASA TEKNIK AGRONOMI
MENDULANG LABA DI KEBUN KARET DENGAN REKAYASA TEKNIK AGRONOMIMemet Hakim
 
Konsep Program Pertanian Terpadu Dompet Dhuafa
Konsep Program Pertanian Terpadu Dompet DhuafaKonsep Program Pertanian Terpadu Dompet Dhuafa
Konsep Program Pertanian Terpadu Dompet DhuafaDompet Dhuafa
 

Similar to Tugas Pemodelan MNH746.pdf (20)

#60 palm oil study
#60 palm oil study#60 palm oil study
#60 palm oil study
 
Buku kawasan tekno agro
Buku kawasan tekno agroBuku kawasan tekno agro
Buku kawasan tekno agro
 
22 35-1-sm
22 35-1-sm22 35-1-sm
22 35-1-sm
 
APLIKASI MANAJEMEN USAHA TANI WORTEL.pptx
APLIKASI MANAJEMEN USAHA TANI WORTEL.pptxAPLIKASI MANAJEMEN USAHA TANI WORTEL.pptx
APLIKASI MANAJEMEN USAHA TANI WORTEL.pptx
 
PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNGPROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
PROPOSAL "PEMBUATAN PABRIK GULA DEXTROSE di LAMPUNG
 
Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon
Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujonAnalisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon
Analisis faktor pendapatan pembibitan cabe di kec pujon
 
Makalah kewirausahaan terbaru
Makalah kewirausahaan terbaruMakalah kewirausahaan terbaru
Makalah kewirausahaan terbaru
 
Pipib untuk-emisi-karbon
Pipib untuk-emisi-karbonPipib untuk-emisi-karbon
Pipib untuk-emisi-karbon
 
Slide update 17 april 2013
Slide update 17 april 2013Slide update 17 april 2013
Slide update 17 april 2013
 
Pertemuan 3 & 4.pptx
Pertemuan 3 & 4.pptxPertemuan 3 & 4.pptx
Pertemuan 3 & 4.pptx
 
INTEGRATED FARMING SYSTEM: PROSPEK DAN POTENSI
INTEGRATED FARMING SYSTEM: PROSPEK DAN POTENSIINTEGRATED FARMING SYSTEM: PROSPEK DAN POTENSI
INTEGRATED FARMING SYSTEM: PROSPEK DAN POTENSI
 
Rencana usaha budidaya sengon
Rencana usaha budidaya sengonRencana usaha budidaya sengon
Rencana usaha budidaya sengon
 
Ekonomi Sumber daya Hutan Universitas Haluoleo 2014
Ekonomi Sumber daya Hutan Universitas Haluoleo 2014Ekonomi Sumber daya Hutan Universitas Haluoleo 2014
Ekonomi Sumber daya Hutan Universitas Haluoleo 2014
 
analisis ppotensi dan prospek nilam di aceh utara 281019.pptx
analisis ppotensi dan prospek nilam di aceh utara 281019.pptxanalisis ppotensi dan prospek nilam di aceh utara 281019.pptx
analisis ppotensi dan prospek nilam di aceh utara 281019.pptx
 
Analisis usaha tani kc panjang
Analisis usaha tani kc panjangAnalisis usaha tani kc panjang
Analisis usaha tani kc panjang
 
Laporan magang smk negeri 1 belimbing hulu
Laporan magang smk negeri 1 belimbing huluLaporan magang smk negeri 1 belimbing hulu
Laporan magang smk negeri 1 belimbing hulu
 
MENDULANG LABA DI KEBUN KARET DENGAN REKAYASA TEKNIK AGRONOMI
MENDULANG LABA DI KEBUN KARET DENGAN REKAYASA TEKNIK AGRONOMIMENDULANG LABA DI KEBUN KARET DENGAN REKAYASA TEKNIK AGRONOMI
MENDULANG LABA DI KEBUN KARET DENGAN REKAYASA TEKNIK AGRONOMI
 
Konsep Program Pertanian Terpadu Dompet Dhuafa
Konsep Program Pertanian Terpadu Dompet DhuafaKonsep Program Pertanian Terpadu Dompet Dhuafa
Konsep Program Pertanian Terpadu Dompet Dhuafa
 
125 225-1-sm
125 225-1-sm125 225-1-sm
125 225-1-sm
 
Kamojang
KamojangKamojang
Kamojang
 

Tugas Pemodelan MNH746.pdf

  • 1. Model Simulasi Implementasi Multi Usaha Kehutanan dalam kelola kluster “Agroforestry Estate” di BKPH Parung Panjang, Perum Perhutani KPH Bogor Oleh : Arsis Sulistyono (E01601211014) Pembimbing : Dr Budi Kuncahyo Abstrak : Pemodelan suatu sistem dapat diartikan sebagai aktivitas pembuatan model dari beberapa sistem dengan tujuan untuk membantu dalam melakukan analisis untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek, dinamis dan memiliki ketidakpastian yang tinggi. Dalam penyusunan model dipergunakan Software Stella yang akan memudahkan dalam menyusun model dengan merangkaikan bentuk-bentuk geometris seperti bujur sangkar, lingkaran dan panah yang dikenal sebagai Building Blocks. Multi usaha kehutanan diterapkan dalam rangka meningkatkan nilai keekonomian lahan dengan mengembangkan beberapa jenis tanaman hortikultura disamping tanaman pokok kehutanan yang dikembangkan dengan pola agroforestry. I. Pendahuluan Pemodelan sistem dapat didefinisikan sebagai aktivitas pembuatan model dari suatu sistem. Sedangkan sistem dapat didefinisikan sebagai suatu himpunan atau kumpulan dari komponen-komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya, membentuk suatu wadah atau kesatuan guna mencapai tujuan atau gugus tujuan tertentu (Kuncahyo, 2015). Dalam rangka meningkatkan peran dunia usaha sektor kehutanan dalam optimalisasi pemanfaatan sumberdaya hutan yang diamanatkan dalam UU no 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja, Pemerintah menerbitkan PP 23 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan. Selanjutnya Kementerian LHK menerbitkan Permen LHK nomor 8 tahun 2021, dimana dalam permen tersebut, Multiusaha Kehutanan diartikan penerapan beberapa kegiatan usaha Kehutanan berupa usaha Pemanfaatan Kawasan, usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu, dan/atau usaha Pemanfaatan Jasa II.Metodologi Penelitian • Alat yang digunakan pada pembuatan Tulisan ini menggunakan software Stella. • Data yang dipergunakan adalah data analisa biaya pengembangan tanaman JPP dan komoditas hortikultura dari beberap sumber. III.Tujuan Tujuan dari tulisan ini adalah menggambarkan model simulasi implementasi Multi Usaha Kehutanan dalam kelola kluster “Agroforestry Estate” di BKPH Parung Panjang,
  • 2. Perum Perhutani KPH Bogor dan membandingkan model Kelola JPP (satu komoditas) dengan model Multi Usaha Kehutanan (multi jenis komoditas) IV. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan data dari BPS, kontribusi sektor kehutanan terhadap PDB cukup rendah yaitu hanya berkisar 0,6% dari PDB apabila dibandingkan dengan keluasan hutan sebesar 125 juta ha (66%) dari 190 juta ha total luas daratan Indonesia. Rata-rata produktivitas hanya berkisar Rp. 4.000.000,-/Ha per tahun, cukup jauh apabila dibandingkan dengan komoditas kelapa sawit yang dapat mencapai Rp. 35.000.000,- /Ha per tahun. Nilai tersebut secara umum tidak jauh berbeda dengan pengelolaan lahan oleh Perhutani, yang selama ini mengelola hutan di pulau jawa dengan luas kurang lebih 2,4 Juta Ha. Selama ini pendapatan perusahaan kurang lebih 80% ditopang dari produksi kayu terutama kayu Jati dan produksi non kayu yaitu getah pinus. Adanya Multi Usaha Kehutanan merupakan peluang bagi perusahaan untuk mengembangkan berbagai komoditas baru yang akan menjadi portofolio bisnis perusahaan dalam jangka pendek dan menengah. Berbagai jenis komoditas hortikultura seperti porang, tebu, jagung, buah-buahan dan sayuran dapat diikembangkan pada kawasan hutan dengan skema tertentu dengan tetap mempertimbangkan faktor sosial, ekologi dan ekonomi. Dalam tulisan ini memodelkan pengelolaan Multi Usaha Kehutanan berbasis kluster atau agroforestry estate dengan luas kurang lebih 10 Ha untuk satu unit kluster pada kawasan hutan BKPH Parung Panjang, KPH Bogor. Komoditas yang akan dikembangkan adalah tanaman/komoditas : • Porang (short term) • Durian (middle term) • Jati Plus Perhutai/JPP (long term) Model Kelola kluster merupakan model Kelola unit bisnis untuk meningkatkan intensitas manajemen sejalan dengan komoditas hortikultura yang dikembangkan yang secara umum membutuhkan intensitas pengelolaan yang lebih intensif dibandingkan dengan kelola tanaman kehutanan selama ini. Dengan model Kelola tersebut diharapkan produktivitas kawasan akan meningkat dan akan menjadi unit bisnis produktif dalam suatu Kelola Pemangkuan Hutan (KPH). Asumsi Asumsi yang dipergunakan dalam analisa biaya untuk penyusunan model adalah sebagai berikut : • Luas Kluster 10 Ha • Daur untuk kluster 20 tahun
  • 3. • Suku bunga (discount factor) 10% • Asumsi luas JPP : 5 Ha; Durian : 4 Ha; Porang 1 Ha. • Penulisan dalam model : x 1000 • Asumsi per Komoditas per Ha sebagai berikut : a. Komoditas Porang b. Komoditas Durian Komoditas Porang Asumsi : Total Luas Project Ha 1 Ha Suku Bunga % 10 % Jumlah bibit 1600 plc Produksi MT I MT II - Katak 11 26 Kg - Umbi 1,829 Kg Harga Produksi - Katak 100,000 Rp/Kg - Umbi 7,000 Rp/Kg Komoditas Durian Montong Asumsi : Total Luas Project Ha 1 Ha Suku Bunga % 10 % Jarak tanam 8 x 8 Sarpra (Plang, Gubug dll)/5 Ha 15,000,000 Pemeliharaan 1,875,000 per thn SDM Ha - Insentif Pengawas 1 orang/5 Ha 4,000,000 per bulan - Sarpra (Plang, Gubug dll) 1 paket/10 Ha 15,000,000 Biaya Sarpra - Biaya angkut bibit 120 1,000 Panen - Harga Jual 20,000 per kg - Produksi Th ke 6 40 kg/phn Th ke 7 50 kg/phn Th ke 8 dst 60 kg/phn
  • 4. c. Jati Plus Perhutani (JPP) Komoditas JPP Asumsi : Total Luas Project Ha 1 Ha Suku Bunga % 10 % Jarak tanam 3 3 Sarpra (Plang, Gubug dll)/10 Ha 5,000,000 SDM Ha Rp - Gaji Asper (Project Manager) 5000 10,000,000 per bulan - Gaji KRPH (Sub Project Manager) 500 7,000,000 per bulan - Gaji Mandor (Supervisor) 50 5,000,000 per bulan Biaya umum 5000 2,000,000 per bulan Biaya Sarpra - Pemeliharaan jalan 10 2,000,000 per tahun - Pemeliharaan Kantor dll 5000 6,000,000 per tahun - Sewa Kendaraan 100 1,000,000 per bulan Biaya Perlindungan Hutan - Gaji Polter 100 5,000,000 per bulan - Patroli pengamanan 100 500,000 per bulan - Komsos 100 1,000,000 per bulan Biaya Pemanenan - Persiapan Rp/m3 10,000 - Tebang dan sarad Rp/m3 200,000 - Angkutan Rp/m3 300,000 PSDH - A I Rp/m3 25,000 - A II Rp/m3 75,000 - A III Rp/m3 100,000 Pemasaran Rp/m3 100,000 Panen m3 Harga (Rp) - Penjarangan I (AI) 3 - per ha - Penjarangan II 5 per ha AI 4.0 800,000 AII 1.0 1,225,000 - Penjarangan III 15 per ha A I 9.0 800,000 A II 4.5 1,225,000 A III 1.5 1,225,000 - Panen 110 A I 22.0 800,000 A II 33.0 1,225,000 A III 55.0 2,000,000
  • 5. Spesifikasi model Multi Usaha Kehutanan Spesifikasi model implementasi Multi Usaha Kehutanan dalam suatu kluster “Agroforestry Estate”disampaikan dalam gambar berikut ini : Gambar 1 : Model Kelola Kluster MUK Berdasarkan model tersebut diatas dapat digambarkan grafik LR sampai dengan akhir daur kluster yaitu 20 tahun sebagai berikut : Grafik 1 : Grafik LR Selama Daur
  • 6. Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa pengembangan tanaman JPP akan menghasilkan pendapatan yang cukup besar pada tebang habis di akhir daur yaitu di tahun ke 20, sementara untuk tanaman Durian akan mulai memberikan hasil pada tahun ke 6 dan akan meningkat sampai akhir daur produktif yaitu pada tahun ke 15. Untuk tanaman porang karna siklus tanaman hanya 2 tahun, maka akan diperoleh pendapatan di tahun ke 2. Secara kluster, LR Sebagian besar ditopang oleh komoditas tanaman Durian, untuk tanaman JPP akan memberikan kontribusi sesuai dengan tata waktu produksi yang berasal dari penjarangan maupun tebang habis. Akumulasi LR sebesar Rp. 27.888.810.000,- dalam kurun 20 tahun dan bunga (tingkat diskonto) sebesar 10%. Untuk komoditas tanaman durian memiliki LR yang tinggi dikarenakan biaya yang besar hanya dikeluarkan di awal tahun ketika melakukan persiapan lahan, pembibitan dan penanaman, selanjutnya hanya dilakukan kegiatan pemeliharaan. LR kluster secara umum disampaikan dalam tabel berikut ini : Tabel 2. LR Multi Usaha Kehutanan Perbandingan Dengan Model Kelola JPP Selama ini Perhutani hanya mengembangkan komoditas kehutanan yang memiki daur yang cukup panjang, untuk Jati/JPP daur berkisar 20 sd 60 tahun. Dalam pengembangan komoditas kehutanan tersebut hanya mengembangkan satu jenis komoditas yaitu Jati/JPP, adanya tanaman jenis lain seperti Kesambi, Mahoni dll dalam suatu petak hanya untuk heterogenitas kawasan. Untuk model kelola JPP sebagai berikut :
  • 7. Gambar 2. Model Kelola JPP Berdasarmodel Kelola tersebut diatas dapat digambarkan grafik model sebagai berikut : Grafik 2. Grafik Kelola JPP Dalam grafik tersebut pendapatan/LR kluster hanya ditopang oleh pengembangan tanaman JPP sehingga pendapatan yang diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan kluster MUK. Besaran pendapatan kluster JPP disampaikan dalam tabel berikut ini
  • 8. Tabel 3. LR Kelola JPP Berdasatkan tabel tersebut diatas, LR yang diperoleh selama daur yaitu 20 tahun dengan komoditas hanya JPP seluas 10 Ha diperoleh pendapatan bersih (revenue) sebesar Rp. 5.548.780.000,- yang didominasi oleh pendapatan JPP di akhir daur pada saat dilakukan tebang habis. Apabila dibandingkan dengan Kelola Multi Usaha Kehutanan maka, LR yang diperoleh hanya berkisar 20%, sehingga pengembangan Multi Usaha Kehutanan dengan pengembangan berbagai komoditas jangka pendek, menengah dan panjang dapat meningkatkan nilai keekonomian lahan 5 kali lipat apabila hanya mengembangankan satu jenis tanaman berdaur panjang yaitu Jati/JPP. V. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan tulisan tersebut disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengembangan Multi Usaha Kehutanan dengan Kelola kluster agroforestry estate mempunyai peluang yang cukup besar untuk dikembangkan dalam rangka peningkatan nilai keekonomian suatu kawasan hutan. 2. Kelola kluster dengan keluasan yang optimal akan meningkatkan keefektifan Kelola kawasan dan intensitas manajemen sehingga diharapkan pendapatan dari kluster tersebut dapat dioptimalkan. 3. Perlu dibangun manajemen kluster yang efektif dengan luas yang optimal dengan mempertimbangkan skala usaha komoditas yang dikembangkan sehingga tujuan optimalisasi nilai keekonomian kawasan dapat tercapai.
  • 9. Sumber Bacaan : John D. W. Morecroft, Strategic Modelling and Business Dynamics, A Feedback Systems Approach, John Wiley & Sons Ltd, 2015 Kementerian PPN, Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) – 2019 Kuncahyo, Budi. Pemodelan Sistem Terapan, Materi Penunjang Mata Kuliah Biometrika Hutan dan Permodelan Sistem, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, 2015. Tabah Arif Rahmani, Dodik Ridho Nurrochmat, Yulius Hero, Mi Sun Park, Rizaldi Boer, Arif Satria. Evaluating thefeasibility of oil palm agroforestry in Harapan Rainforest, Jambi, Indonesia, Forest and Society. Reguler Research Article Forest and Society, 2021 Widya Rachmadani Pradana, Model Simulasi Pengelolaan Hutan Rakyat Kelompok Tani Hutan Halaman Kuyang Lestari Kab. Kampar Provinsi Riau (Tugas Pemodelan untuk Kehutanan dan Lingkungan, Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan, Sekolah Pascasarjana, IPB University, 2021
  • 11.