1. BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang
didalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan-keterampilan, di dalam dan di luar sekolah yang
berlangsung sepanjang hayat dari generasi ke generasi. Pendidikan
sebagai gejala manusiawi dan sekaligus usaha sadar, didalamnya
tidak lepas dari keterbatasan-keterbatasan yang dapat melekat pada
peserta didik, pendidik, interaksi pendidik, serta pada lingkungan dan
sarana pendidikan.
Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan teknologi, terutama
teknologi informasi menyebabkan arus komunikasi menjadi cepat dan
tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada bidang Norma
kehidupan dan ekonomi, seperti tersingkirnya tenaga kerja yang
kurang berpendidikan dan kurang terampil, terkikisnya budaya lokal
karena cepatnya arus informasi dan budaya global, serta menurunnya
norma-norma masyarakat kita yang bersifat pluralistik sehingga
rawan terhadap timbulnya gejolak sosial. Adanya pasar bebas,
kemampuan bersaing, penguasaan pengetahuan dan teknologi,
menjadi semakin penting untuk kemajuan suatu bangsa. Ukuran
kesejahteraan suatu bangsa telah bergeser dari modal fisik atau
sumber daya alam ke modal intelektual, pengetahuan, sosial, dan
kepercayaan.
Hal ini membutuhkan pendidikan yang memberikan kecakapan
hidup (Life Skill), yaitu yang memberikan keterampilan, kemahiran,
dan keahlian dengan kompetensi tinggi pada peserta didik sehingga
selalu mampu bertahan dalam suasana yang selalu berubah, tidak
pasti dan kompetitif dalam kehidupannya. Kecakapan ini sebenarnya
telah diperoleh siswa sejak dini mulai pendidikan formal di sekolah
maupun yang bersifat informal yang akan membuatnya menjadi
masyarakat berpengetahuan yang belajar sepanjang hayat (Long Life
Education). pendidikan secara formal maupun informal harus
memiliki landasan-landasan pendidikan agar pendidikan tersebut
sejalan dengan tujuan yang ada pada pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis selalu bertolak dari
sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas
tertentu.Landasan Pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan
khususnya di negara kita Indonesia,agar pendidikan yang sedang
berlangsung dinegara kita ini mempunyai pondasi atau pijakan yang
sangat kuat karena pendidikan di setiap negara tidak sama.Untuk
Landasan-Landasan Pendidikan 1
2. negara kita diperlukan landasan pendidikan berupa landasan
hukum,landasan filsafat,landasan sejarah,landasan sosial
budaya,landasan psikologi,dan landasan ekonomi. Selain landasan
pendidikan adapun beberapa asas pendidikan sebagai pokok
pelaksanaan pendidikan, antara lain; asas tut wuri handayani, asas
belajar sepanjang hayat, asas demokrasi, dan asas kegunaan dan
manfaat.
2. Rumusan Masalah
a) Apakah yang dimaksud dengan landasan pendidikan?
b) Apa saja macam-macam landasan pendidikan?
c) Apakah yang dimaksud dengan asas-asas pendidikan?
d) Apakah yang dimaksud pendidikan seumur hidup?
3. Tujuan makalah
a) untuk mengetahui pengertian landasan pendidikan.
b) untuk mengetahui macam-macam landasan pendidikan.
c) untuk mengetahui pengertian asas-asas pendidikan.
d) untuk mengetahui macam-macam asas pendidikan.
e) untuk menggambarkan pendidikan seumur hidup.
4. Manfaat makalah
untuk mengetahui guna menambah wawasan kita tentang
pendidikan dan landasan-landasan pendidikan di Indonesia
dan asas-asas pendidikan yang digunakan di Indonesia agar
kita dapat melaksanakan landasan pendidikan berdasarkan
kepada pancasila dan UUD 1945.
Landasan-Landasan Pendidikan 2
3. BAB II
PEMBAHASAN
1. Landasan Pendidikan
Pendidikan dapat berjalan dengan bagus apabila ditegakkan
dengan beberapa landasan dan asas-asas pendidikan. Landasan dan
asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar
utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa
tertentu
Fungsi Landasan Pendidikan dalam tenaga kependidikan tidak
tertuju kepada pengembangan aspek keterampilan khusus mengenai
pendidikan sesuai spesialisasi jurusan atau program pendidikan, melainkan
tertuju kepada pengembangan wawasan kependidikan, yaitu berkenaan
dengan berbagai asumsi yang bersifat umum tentang pendidikan yang
harus dipilih dan diadopsi oleh tenaga kependidikan sehingga menjadi cara
pandang dan bersikap dalam rangka melaksanakan tugasnya.
Berbagai asumsi pendidikan yang telah dipilih dan diadopsi oleh
seseorang tenaga kependidikan akan berfungsi memberikan dasar rujukan
konseptual dalam rangka praktek pendidikan atau studi pendidikan yang
dilaksanakannya. Dengan kata lain, fungsi landasan pendidikan adalah
sebagai dasar pijakan atau titik tolak praktek pendidikan atau studi
pendidikan.
Landasan pendidikan dapat diibaratkan seperti, kita
membangun sebuah bangunan katakanlah rumah, yang diperhatikan
pertama-tama adalah Pondasinya.
Apabila pondasinya kuat dan bagus maka akan sangat
berpengaruh sekali terhadap kualitas rumah tadi. Begitu juga
sebaliknya apabila pondasinya kurang bahkan tidak kuat bisa kita
tebak bagaimana jadinya? Dalam perjalanan dunia pendidikan pun
demikian, walaupun benda mati dapat dijadikan iktibar atau gambaran
dalam pendidikan. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah
landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang
peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya
landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk
mnjemput masa depan.
Landasan pendidikan merupakan norma dasar pendidikan
yang bersifat imperatif; artinya mengikat dan mengharuskan semua
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan untuk setia
melaksanakan dan mengembangkan berdasarkan landasan pendidikan
yang dianut.
Landasan-Landasan Pendidikan 3
4. 2. Macam-macam Landasan-Landasan Pendidikan
a) Landasan filosofis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam
filsafat pendidikan, meyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia,
keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang
kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal
sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme,
Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme, dan Ekstensialisme.
Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan
pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial.
Perenialisme
Perenialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan
bahan ajaran konstan (perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta
kepada kebaikan universal.
Pragmatisme dan Progresifme
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala
sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini
melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.
Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang
menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor
perubahan masyarakat.
Landasan filosofis pendidikan menjadi arah kemana
pendidikan itu akan dibawa, atau gambaran manusia yang bagaimana
yang dicita-citakan. Jika pendidikan telah memiliki landasan filosofis,
maka gambaran manusia yang dicita-citakan pun akan jelas, dan
gambaran manusia yang demikian merupakan tujuan pendidikan.
Pancasila sebagai pandangan dan cara hidup bangsa Indonesia,
karena pancasila merupakan realitas sosial budaya dan tata nilai dasar
masyarakat bangsa Indonesia.
implikasi filsafat Pancasila dalam pendidikan.
1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menyediakan program
pendidikan agama sebagai mata pelajaran. melalui program ini
sekolah membantu muridnya sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya dan diyakininya. disamping itu sekolah juga
mengembangkan sikap saling menghormati, kebebasan menjalankan
ibadah diantara sesama siswa sesuai dengan agamanya serta tidak
memaksakan sesuatu agama kepada orang lain.
2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Sekolah bertanggungjawab menanamkan sikap ini kepada para
muridnya, melalui kegiatan belajar-mengajar seperti: (a) sikap guru
Landasan-Landasan Pendidikan 4
5. yang menghargai, adil, dan memperlakukan murid secara wajar dan
manusiawi dengan memperhatikan kelebihan dan keterbatasan
muridnya. (b) guru mengembangkan sikap afektif siswa sebagai salah
satu aspek kepribadian melalui pembelajaran tertentu seperti
pendidikan moral pancasila, agama, pelajaran yang berhubungan
dengan hubungan internasional, serta kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler.
3) Persatuan Indonesia
Sekolah perlu menanamkan rasa kebangsaan kepada para muridnya.
Sila ini dapat dikembangkan melalui berbagai cara antara lain:
- guru mengaitkan pelajaran dengan sikap rasa cinta terhadap
persatuan.
- menyadarkan murid akan kekayaan bangsa dengan perbedaan-perbedaan
yang dimiliki.
- aktif memperingati hari-hari besar bansa Indonesia melalui
upacara bndera disekolah.
4) Kemanusiaan Yang dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/perwakilan.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di sekolah, guru
hendaknya memberi kesempatan kepada para murid-murid untuk
mengemukakan pendapat, misalnya dalam menetapkan peraturan dan
disiplin sekolah, serta perencanaan kegiatan yang berhubungan
dengan pelajaran disekolah. Disamping itu dalam kehidupan sekolah
perlu dibiasakan sistem perwakilan didalam pengambilan keputusan
tanpa menghilangkan hak individualitas masing-masing murid.
5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Para peserta didik di sekolah ditanamkan sikap keadilan, sikap
kebersamaandalam melakukan berbagai kegiatan untuk kepentingan
bersama pula dalam kehidupan/aktivitas kelompok.
b) Landasan Sosial Budaya
Sebagai salah satu institusi pendidikan, sekolah juga
merupakan institusi sosial karena sekolah merupakan masyarakat
kecil diantara soSial lainnya. Sekolah sebagai masyarakat kecil juga
mempunyai kebudayaan (kultural) tertentu yang akan melahirkan
suasana/iklim sosial yang mempengaruhi proses belajar-mengajar.
Program-program pendidikan sekolah akan mencerminkan
kehidupan dan kondisi-kondisi suatu masyarakat sosial yang tidak
dapat dipisahkan dari kekuatan-kekuatan sosial budaya
Kebudayaan merupakan hasil cipta, karsa, dan rasa manusia
berupa norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan dan tingkah laku yang
dipelajari dan dimiliki oleh semua individu anggota masyarakat
tertentu.
Landasan-Landasan Pendidikan 5
6. lembaga pendidikan dibentuk atau didirikan oleh dan untuk
kepentingan masyarakat, khususnya untuk mendidik anak-anak warga
masyarakat. Mereka memberi kepercayaan kepada para guru untuk
mendidik anak-anak melengkapi pendidikan yang telah terlaksana
dalam keluarga.
c) Landasan Hukum/konstitusional
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari
atau titik tolak.Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai
aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan oleh
pemerintah ini , bila dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai
dengan aturan yang berlaku pula. Landasan hukum dapat diartikan
peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam
melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan
pendidikan.
Pendidikan menurut Undang-Undang 1945
Undang – Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi
di Indonesia. Pasal – pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam
Undang – Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan Pasal
32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan dan yang satu
menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap –
tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Dan ayat 2 pasal
ini berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pengajar Pasal 32 pada Undang – Undang Dasar berbunyi :
Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia yang diatur
dengan Undang – Undang.
Adapun ketentuan-ketentuan hokum yang bersifat yuridis formal
tentang sistem pendidikan nasional berkenaan dengan dasar dan
tujuan pendidikan dapat kita cermati pada ketetapan dibawah ini:
I. Undang-Undang Dasar 1945 Bab XIII: Tentang Pendidikan
Pasal 31:
1. Tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang.
Landasan-Landasan Pendidikan 6
7. Artinya: Pemerintah memberikan perlindungan terhadap hak asasi
manusia bagi tiap warga negara. Pendidikan harus diselenggarakan
untuk seluruh lapisan masyarakat yang dikendalikan dan diawasi
pemerintah. Untuk itu pemerintah berkewajiban menetapkan undang-undang
tentang pokok-pokok pendidikan. penyelenggaraan
pendidikan harus bertolak dari dan untuk masyarakat, masyarakat,
nasional, dan kebudayaan bangsa sendiri.
Pasal 32: Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.
Artinya: penyelenggaraan pendidikan harus bertolak dari dan untuk
memajukan kebudayaan nasional atau kebudayaan bangsa sendiri. Hal
itu lebih memperjelas bahwa pendidikan berakar dari kebudayaan
yang harus dipertahankan dan dikembangkan melalui proses
pendidikan. dengan dmikian pendidikan berfungsi untuk mewariskan
kebudayaan kepada generasi berikutnya, tenaga kependidikan/guru
sebagai pengelola proses pendidikan dan pengajaran merupakan
ujung tombak yang bertanggungjawab melestarikan kebudayaan
tersebut.
II. Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah (No. 12
Tahun 1945) dan Dasar-Dasar dan Tujuan pengajaran di sekolah
(No. 4 Tahun 1950).
Bab II pasal 3:
menyatakan bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran adalah
membentuk manusia susila dan warga Negara yang demokratis serta
bertanggungjawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
Bab II pasal 4:
menyatakan bahwa dasar-dasar pendidikan dan pengajaran adalah
berdasarkan atas asas-asas yang termasuk dalam pancasila, Undang-
Undang Dasar, dan atas kebudayaan bangsa Indonesia.
III. TAP MPRS No. XXVII Tahun 1966 Bab II pasal 3
Tentang dasar pendidikan: Dasar pendidikan falsafah Negara
Pancasila.
Tentang tujuan pendidikan: Membentuk manusia pancasila sejati
berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh
pembukaan dan isi UUD 1945.
Landasan-Landasan Pendidikan 7
8. IV. TAP MPRS No. IV Tahun 1978:
Pendidikan nasional bertujuan meningkatkan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi
pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat
kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggungjawab atas pembangunan bangsa.
V. TAP MPR No. II Tahun 1988
pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin,
bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan
terampil serta sehat jasmani dan rohani.
VI. UU RI No.2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Bab 2 tentang Dasar, Fungsi, dan Tujuan.
Pasal 2:
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pasal 3:
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia
dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional.
Pasal 4:
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur pekerti,
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mantap dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
d) Landasan Psikologis
Pemahaman peserta didik merupakan kunci keberhasilan
pendidikan. Oleh karena itu hasil kajian dan penemuan psikologis
sangat diperlukan penerapannya dalam pendidikan terutama yang
berkaitan dengan:
a. Perbedaan individual
b. Kurikulum perlu disusun berdasarkan pengalaman belajar anak.
Landasan-Landasan Pendidikan 8
9. c. Guru perlu memahami perkembangan kepribadian anak.
d. Pendidikan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan anak.
e. Perlu diciptakan kondisi lingkungan yang dapat membantu peserta
didik untuk mengembangkan potensi, kecerdasan, emosi, dan
keterampilan dalam pendidikan.
e) Landasan Ilmiah dan Teknologi
Landasan ilmiah dan teknologi pendidikan mengandung
makna norma dasar yang bersumber dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mengikat dan mengharuskan
pelaksana pendidikan untuk menerapkannya dalam usaha pendidikan.
Norma dasarnya yang bersumber dari ilmu pengetahuan dan teknologi
itu harus mengandung ciri-ciri keilmuan yang hakiki.
Ontologis, yakni adanya objek penalaran yang mencakup seluruh
aspek kehidupan yang dapat diamati dan diuji.
Epistomologis, yakni adanya cara untuk menelaah objek tersebut
dengan metode ilmiah, dan
Aksiologis, yakni adanya nilai kegunaan bagi kepentingan dan
kesejahteraan lahir batin.
Bagi pendidikan di Indonesia yang menjadi objek penalaran
seluruh aspek kehidupan diklasifikasikan ke dalam bidang ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta
agama. Yang dalam pengembangannya senantiasa harus dipedomi
nilai- nilai Pancasila.
Demikian pula cara telaah objek penalaran aspek kehidupan
tersebut selain memperhatikan segi ilmiahnya tidak boleh
bertentangan dengan nilai- nilai Pancasila.
Nilai kegunaan ilmu pengetahuan dan teknologi hendaknya
terkait dengan peningkatan kesejahteraan lahir batin, kemajuan
peradaban, serta ketangguhan dan daya saing sebagai bangsa, serta
tidak bertentangan dengan nilai agama dan budaya bangsa.
Manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi yang melandasi
pendidikan harus mampu (1) memberikan kesejahteraan lahir dan
batin setinggi-tingginya, (2) mendorong pemanfaatan pengembangan
sesuai tuntutan zaman, (3) menjamin penggunaannya secara
bertanggung jawab, (4) memberi dukungan nilai- nilai agama dan nilai
luhur budaya bangsa, (5) mencerdaskan kehidupan bangsa, dan (6)
meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas sumber daya
manusia.
3. Asas pendidikan
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi
dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun
pelaksanaan pendidikan. Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas
pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu. Asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas
Belajar Sepanjang Hayat, dan asas demokrasi, dan asas kegunaan dan
manfaat.
Landasan-Landasan Pendidikan 9
10. 4. Macam-macam Asas-Asas Pendidikan
a. asas Tut Wuri Handayani
Makna Tut Wuri Handayani adalah:
- Tut Wuri : Mengikuti perkembangan sang anak dengan penuh
perhatian berdasarkan cinta kasih tanpa pamrih.
- Handayani : mempengaruhi dalam arti merangsang, memupuk,
membimbing, memotivasi agar sang anak mengembangkan pribadi
masing-masing melalui disiplin pribadi.
Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara ini
kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan
menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung
Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso. Kini ketiga semboyan
tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan
dan semangat)
Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan).
Dalam asas ini, guru tidak diperkenankan memaksa anak untuk
belajar sesuatu yang tidak disukai dan diinginkannya. meskipun
menurut guru, sesuatu itu perlu dipelajari oleh anak didik, guru harus
mengetahui penyebab kenapa anak tidak suka atau tidak ingin
mempelajarinya.ketidaksiapan anak mempelajari sesuatu boleh saja
menjadi penyebabnya, maka guru perlu menunggu kesiapan
(kematangan) anak.
b. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat bahwa pendidikan merupakan proses
budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia,
dilaksanakan dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pada
hakekatnya pendidikan seumur hidup menurut John Dewey tidak
dapat dipisahkan dari belajar seumur hidup.
Landasan-Landasan Pendidikan 10
11. Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut
pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long
education).
Belajar tidak mengenal batas usia manusia, istilah tamat belajar
hanya dikenal dalam jenjang pendidikan/belajar tertentu. para guru
hendaknya selalu berpikir dan bertanya pada dirinya sendiriapakah
perlakuan belajar yang dilakukannya, pelajaran yang diberikannya
kepada anak didik mendukung dalam menghadapi pelajaran/
masalah/tantangan pada masa-masa yang akan dating sesuai dengan
proses perkembangan dan perjalanan hidup anak didiknya.
c. Asas Demokrasi
Dalam asas ini, pendidikan sebagai hak setiap anak didik
memperoleh kesempatan untuk mendapat pelayanan pendidikan.
setiap anak memiliki karakteristik dan latar belakang kehidupan yang
satu dengan yang lain adalah berbeda, ada anak yang berasal dari
kalangan keluarga miskin, kaya, pintar, bodoh dan lain sebagainya.
pemerintah telah melakukan program wajib belajar Sembilan tahun,
hal ini merupakan wujud atau realisasi dari asas pendidikan yang
sifatnya horizontal. sedangkan hak warga untuk mendapatkan
pendidikan yang lebih tinggi sesuai dengan kapasitas pribadi anak
merupakan wujud dari asas pendidikan yang sifatnya vertical.
d. Asas Kegunaan dan Manfaat
Para guru harus memahami dan menyadari bahwa semua
perlakuan pendidikan dan pembelajaran kepada para peserta didik
haruslah memiliki daya guna dan manfaat bagi perkembangan pribadi
anak. Apapun program pendidikan yang dilaksanakan setiap sekolah
harus membantu perkembangan sikap maupun mental didik. seperti;
melaksakan kegiatan ekstrakurikuler, perlakuan tata tertib/disiplin.
Landasan-Landasan Pendidikan 11
12. 5. Pendidikan Seumur Hidup (Long Life Education)
Pendidikan Seumur Hidup “long life education” adalah makna
yang seharusnya benar-benar terkonsepsikan secara jelas serta
komprehensif dan dibuktikan dalam pengertian, dalam sikap, perilaku
dan dalam penerapan terutama bagi para pendidik di negeri kita.
Menurut Carl Rogers, pendidikan bukanlah proses pembentukan
(process of being shaped) tetapi sesuatu proses menjadi (process of
becoming) yaitu proses menjadi manusia yang berpribadi dan
berkarakter. Long Life education cenderung melihat pendidikan
sebagai kegiatan kehidupan dalam masyarakat untuk mencapai
perwujudan manusia secara penuh yang berjalan terus menerus
seolah-olah tidak ada batasannya sampai meninggal.
Pendidikan seumur hidup ini bersifat holistik, sedangkan
pengajaran bersifat spesialistik, terutama pengajaran yang terpilih dan
terinferensikan dalam berbagai bentuk kelembagaan belajar. Holistik
memiliki arti lebih mengarah kepada pengutuhan atau
penyempurnaan. Karena manusia selalu berusaha untuk mencapai
titik kesempurnaan dalam segala hal.
Hubungan antara manusia dan pendidikan sangatlah erat. Setiap
orang dikenai dan terpanggil untuk melaksanakan pendidikan. Anak-anak
menerima pendidikan dari orang tuanya dan jika mereka telah
dewasa dan berkeluarga maka, mereka pun akan mendidik anak-anaknya.
Pada dasarnya realisasi pendidikan di Indonesia melalui
beberapa jalur diantaranya, pendidikan melalui jalur keluarga yang
disebut pendidikan informal dan pendidikan yang dilaksanakan oleh
para pendidik melalui jalur lembaga pendidkan yang disebut
pendidikan formal.
Pendidikan membuat manusia lebih sempurna (berkualitas) atau
lebih utuh dalam meningkatkan dan membangun hidupnya dari taraf
kehidupan alamiah ke taraf kehidupan berbudaya. Ada semboyan
yang terkenal “Makin tinggi kualitas SDM makin besar jaminan
bahwa pembangunan akan berhasil”. Semakin banyak pendidikan
yang diperoleh seseorang, semakin berbudaya orang itu. Budaya
Landasan-Landasan Pendidikan 12
13. adalah segala hasil pikiran , kemauan dan karya manusia baik secara
individual maupun kelompok yang berguna bagi peningkatan kualitas
hidup manusia. Semakin tinggi budaya suatu bangsa berarti semakin
tinggi pendidikannya.Semakin tinggi budaya suatu bangsa berarti
semakin tinggi harkat kemanusiaannya.
Dalam agama sering kita dengar kalimat ”Tuntutlah ilmu dari
ayunan sampai ke liang lahat”. Belajar merupakan tugas semua
manusia, tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin semua mempunyai tugas
tersebut. Kita belajar mengetahui apapun yang ada di dunia ini untuk
kemajuan individu atau universal. Belajar memberi, belajar
menerima, belajar bersabar, belajar menghargai, belajar menghormati
dan belajar semua hal. Belajar adalah belajar sendiri (self directed),
sebab yang tahu manfaat dan seberapa jauh dia mencapai
keberhasilannya belajarnya adalah dirinya sendiri. Hanya dirinya
sendirilah yang menggerakan perubahan ke arah mana yang ia
inginkan dan harapkan. Ini berarti bahwa manusia tidak dapat begitu
saja dibentuk dan diubah oleh orang lain menurut kehendaknya baik
melalui pengendalian, pengontrolan manipulasi, dan hukuman.
Belajar harus mampu membuat manusia menggunakan informasi
yang telah dimiliki sebagai dasar untuk pengembaraannya sendiri
dalam rangka pengembangan yang lebih jauh.
Pendidikan merupakan mekanisme yang memberikan peluang
bagi setiap orang untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui pembelajaran seumur hidup. Kemunculan paradigma
pendidikan dipicu oleh arus besar modernisasi yang menghendaki
terciptanya demokratisasi dalam segala dimensi kehidupan manusia,
termasuk di bidang pendidikan. Mau tak mau pendidikan harus
dikelola secara desentralisasi dengan memberikan tempat seluas-luasnya
bagi partisipasi masyarakat. Partisipasi pada konteks ini
berupa kerjasama antara warga dengan pemerintah dalam
merencanakan, melaksanakan, menjaga dan mengembangkan
aktivitas pendidikan.
Landasan-Landasan Pendidikan 13
14. BAB III
PENUTUP
Demikianlah landasan-landasan pendidikan sebagai dasar pijakan atau titik tolak
praktek pendidikan atau studi pendidikan, memiliki kelebihan dan kelemahan. kelebihan
utama landasan-landasan pendidikan adalah mampu mengarahkan pendidikan menjadi lebih
baik dengan berpedoman pada pancasila dan menjadikan pendidikan menjadi hal yang utama
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun kelemahan utama
landasan-landasan pendidikan adalah bahwa masih adanya perilaku menyimpang bagi
pelaksana pendidikan. misalnya, saat anak didik sulit menerima pengajaran dari seorang guru,
guru menggunakan cara kekerasan pada anak didik dengan memukul. Cara guru
memperlakukan anak didik akan berpengaruh pada mental anak, sehingga mental anak
menjadi penakut. Dikaitkan dengan penjelasan diatas, menurut kami landasan-landasan
pendidikan sangat penting untuk mewujudkan pendidikan agar lebih maju dan baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Landasan-Landasan Pendidikan 14
15. DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Nasution, M.A.1993. Pengembangan kurikulum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti
Acmadi, Asmoro. 1994. Filsafat umum. Semarang: PT Raja Grafindo Persada.
Saputra, hendra. 2007. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Balatin Pratama.
Meilanie,Sri Martini.2009.Pengantar Ilmu Pendidikan.Jakarta : Universitas Negeri Jakarta.
http://www.indonesia-admin.blogspot.com/.../konsep-pendidikan-seumur- hidup/
www.kompas.com
http://www. pendidikanuntuksemua.wordpress.com/.../pendidikan-seumur-hidup/
http://imadiklus.com/merubah-konsep-pandangan-pendidikan-non-formal
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Hartoto.2008. landasan dan asas-asas pendidikan serta penerapannya. [serial on line].
http://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/12/bab-iii- landasan-dan-asas-asas-pendidikan-serta-
penerapannya.[07 Oktober 2010]
Munir Yusuf.2010. Beberapa Landasan Pendidikan.[serial on line].
http://www.muniryusuf.com/beberapa-landasan-pendidikan-2.html.[07 Oktober 2010].
Sucipto.2010.Landasan dan Asas-Asas Pendidikan.[serial on line].
http://sucipto.guru.fkip.uns.ac.id/2010/01/06/landasan-dan-asas-asas-pendidikan.[07 Oktober
2010].
Landasan-Landasan Pendidikan 15