SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 20
Downloaden Sie, um offline zu lesen
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM
PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
Semester Genap 2013/2014
Laboratorium Sistem Manufaktur
Fakultas Teknik
Universitas Trunojoyo Madura
Jl. Raya Telang, Kamal, Bangkalan, 69162
PBT
2014
PBT 02
LAJU KOROSI
DISUSUN OLEH :
Dwi Andriyanto 130421100011
M. Khoiruz Zam Zami 130421100100
KELOMPOK 22
Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 17
RINGKASAN
Andriyanto Dwi, Khoiruz Zam Zami Muhammad. Program Studi Teknik
Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura, PBT 02 Laju
Korosi, Juni 2014
Besi merupakan bahan yang banyak digunakan untuk keperluan pembuatan
perlengkapan baik dalam ukuran kecil sampai ukuran yang besar karena logam
mempunyai sifat yang menguntungkan. Tetapi semua besi termasuk baja akan
mengalami korosi karena berada dalam lingkungan yang korosif dan akan terlarut.
Hal itu karena baja bereaksi dengan lingkungan. Pada praktikum ini laju korosi
menggunakan metode weightlost yaitu hilangnya massa benda yang disebabkan
oleh korosi. Pertama baja ss-400 direndam dalam cairan HCl dalam waktu 1 hari
dan 7 hari, dan setiap selesai dan sebelum perendaman dilakukan penimbangan
benda uji agar diketahui hilangnya massa benda.
Dalam praktikum pengujian laju korosi ini bertujuan untuk mengetahui proses
terjadinya korosi dan bagaimana cara pencegahannya. Hasil dari praktikum ini yaitu
semakin lama perendaman akan menyebabkan laju korosi semakin menurun, hal ini
dikarenakan lapisan pada baja akan memiliki waktu untuk memperbaikinya pada
waktu yang semakin lama.
Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 18
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang teknik, terutama di teknik industri sangat penting mempelajari
secara baik tentang bahan-bahan karena bahan tersebut digunakan untuk berbagai
keperluan, salah satunya bahan yang terbuat dari besi atau baja yang merupakan
bahan logam. Dengan penggunaan bahan tersebut maka dalam menggunakan bahan
tersebut diharapkan untuk menjaga ketahanan suatu bahan dari korosi.
Korosi dalam istilah sehari-hari kita kenal sebagai peristiwa perkaratan. Korosi
ini sebenarnya merupakan peristiwa oksidasi logam oleh oksigen yang ada di udara
dan bereaksi membentuk oksidanya. Baja adalah salah satu dari banyak jenis logam
yang penggunaannya sangat luas dalam kehidupan sehari-hari. Namun kekurangan
dari besi ini adalah sifatnya yang sangat mudah mengalami korosi. Seperti halnya
besi, baja pun bisa mengalami korosi. Padahal baja yang telah mengalami korosi
akan kehilangan nilai jual, fungsi, dan kekuatannya. Ini tentu saja akan merugikan
sekaligus membahayakan.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk tetap mempertahankan ketahanan suatu
bahan dari perkaratan, tergantung seperti apa bahan tersebut. Maka dari itu, dalam
praktikum ini akan menguji laju korosi baja SS-400 dengan merendam baja tersebut
ke larutan HCl dalam jangka waktu 1 minggu serta massa baja tersebut diukur
dengan menggunakan penimbangan menggunakan neraca analitik.dan akan dapat
diketahui tingkat laju korosi pada baja tersebut.
1.2 Tujuan Praktikum
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengetahui proses pengujian laju korosi
2. Mengetahui klasifikasi korosi dan bentuknya
3. Mengetahui klasifikasi korosi dan jenis reaksinya
4. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi korosi
5. Mengetahui cara menghambat terjadinya laju korosi
Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Korosi
Korosi merupakan penurunan mutu logam oleh reaksi elektrokimia dengan
lingkungannya. Korosi yang terjadi pada logam tidak dapat dihindari, tetapi hanya
dapat dicegah dan dikendalikan sehingga struktur atau komponen mempunyai masa
pakai/guna yang lebih lama (Fajar Sidiq, M, 2013).
2.2 Mekanisme Laju Korosi
Pada umumnya korosi pada logam merupakan reaksi elektrokimia. Reaksi
elektrokimia adalah suatu reaksi yang melibatkan perpindahan. Reaksi ini meliputi
reaksi oksidasi dan reaksi reduksi.
Contoh reaksi oksidasi dan reaksi reduksi sebahai berikut:
Zn → Zn2+
+ 2e –
(reaksi oksidasi)
2H+
+ 2e –
→ H2 ↑ (reaksi reduksi)
Korosi yang terjadi pada suatu reaksi oksidasi disebut reaksi anodik (terjadi
penambahan muatan positif), sedangkan korosi yang terjadi pada suatu reaksi
reduksi disebut reaksi katodik (terjadi pengurangan muatan positif). Jadi proses
korosi memerlukan sepasang reaksi elektrokimia anodik-katodik (Yusuf, Sofyan,
2008).
2.3 Klasifikasi Korosi
Secara umum dilihat dari klasifikasinya korosi dibagi menjadi dua, yaitu:
2.3.1 Klasifikasi Korosi Dilihat Dari Bentuknya
Dilihat dari bentuknya klasifikasi korosi dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Korosi Merata (Uniform Attack)
Korosi merata merupakan korosi dengan serangan merata pada seluruh
permukaan logam. Korosi terjadi pada permukaan logam yang terkena
lingkungan korosif.
Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 20
b. Korosi Logam Tak Sejenis (Galvanic Corossion)
Korosi galvanik terjadi jika dua logam yang berbeda tersambung melalui
elektrolit sehingga salah satu dari logam tersebut akan terserang korosi
sedangkan logam yang lainnya terlindung dari korosi.
c. Korosi Erosi (Erosion Corossion)
Korosi erosi disebabkan kombinasi fluida korosif dan kecepatan aliran yang
tinggi. Bagian fluida yang kecepatan alirannya rendah akan mengalami laju
korosi rendah, sedangkan fluida kecepatan tinggi menyebabkan terjadinya erosi
dan dapat menggerus lapisan pelindung sehingga mempercepat korosi.
d. Korosi Sumuran (Pitting Corossion)
Korosi sumuran terjadi karena adanya serangan korosi local pada permukaan
logam sehingga membentuk cekungan atau lubang pada permukaan logam.
e. Korosi Batas Butir (Intergranular Corossion)
Korosi menyerang pada batas butir akibat adanya segregasi dari unsur pasif
seperti krom meninggalkan batas butir sehingga pada batas butir bersifat anodik.
f. Retak Pengaruh Lingkungan (Environmentally Induced Cracking)
Merupakan patah getas dari logam paduan ulet yang beroperasi di lingkungan
yang menyebabkan terjadinya korosi seragam.
g. Korosi Celah (Crevice Corossion)
Mirip dengan korosi galvanik, dengan pengecualian pada perbedaan konsentrasi
media korosifnya. Celah atau ketidakteraturan permukaan lainnya seperti celah
paku keling (rivet), baut, washer, gasket, deposit dan sebagainya, yang
bersentuhan dengan media korosif dapat menyebabkan korosi terlokalisasi.
h. Kerusakan Akibat Hidrogen (Hydrogen Damage)
Kerusakan ini disebabkan karena serangan hydrogen yaitu reaksi antara
hidrogen dengan karbida pada baja dan membentuk metana sehingga
menyebabkan terjadinya dekarburasi, rongga, atau retak pada permukaan logam.
i. Dealloying
Dealloying adalah lepasnya unsur-unsur paduan yang lebih aktif (anodik) dari
logam paduan.
Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 21
j. Korosi Aliran (Flow induced Corrosion)
Korosi aliran adalah peningkatan laju korosi yang disebabkan oleh turbulensi
fluida dan perpindahan massa akibat dari aliran fluida diatas permukaan logam.
2.3.2 Klasifikasi Korosi Dilihat Dari Jenis Reaksinya
Dilihat dari jenis reaksinya klasifikassi korosi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Reaksi Kimia Secara Langsung
Korosi ini disebabkan karena terjadi reaksi kimia secara langsung dengan
lingkungannya. Dalam hal ini yang dimaksud dengan lingkungannya dapat
berupa udara dengan sinar matahari, temperature tinggi, tekanan tinggi, embun,
air tawar, air laut, air danau, air sungai, dan tanah yang berupa tanah pertanian,
tanah rawa, tanah kapur, dan tanah pasir berbatu-batu (Yusuf, Sofyan, 2008).
b. Reaksi Elektrokimia
Korosi yang didasarkan proses elektrokimia (Electrochemical Process) terdiri
dari 4 komponen utama, yaitu: Anoda (Anode) biasanya terkorosi dengan
melepaskan elektron-elektron dari atom-atom logam netral untuk membentuk
ion-ion yang bersangkutan. Katoda (Chatode) biasanya tidak mengalami korosi,
walaupun mungkin menderita kerusakan dalam kondisi-kondisi tertentu.
Elektrolit adalah larutan yang menghantarkan listrik. Antara anoda dan katoda
harus ada hubungan listrik agar arus dalam sel korosi dapat mengalir.
2.4 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Laju Korosi
Umumnya masalah korosi disebabkan oleh air, tetapi ada beberapa faktor
selain air yang mempengaruhi korosi, diantaranya:
a. Faktor Gas Terlarut
Oksigen (O2), adanya oksigen yang terlarut akan menyebabkan korosi pada
metal seperti laju korosi pada mild stell alloys akan bertambah dengan
meningkatnya kandungan oksigen.
Karbondioksida (CO2), jika karbon dioksida dilarutkan dalam air maka akan
terbentuk asam karbonat (H2CO3) yang dapat menurunkan pH air dan
meningkatkan korosifitas.
Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 22
b. Faktor Temperatur
Penambahan temperatur umumnya menambah laju korosi walaupun
kenyataannya kelarutan oksigen berkurang dengan meningkatnya temperatur.
c. Faktor pH
pH netral adalah 7, sedangkan ph < 7 bersifat asam dan korosif, sedangkan untuk
pH > 7 bersifat basa juga korosif. Tetapi untuk besi, laju korosi rendah pada pH
antara 7 sampai 13. Laju korosi akan meningkat pada pH < 7 dan pada pH > 13.
d. Faktor Bakteri Pereduksi atau Sulfat Reducing Bacteria (SRB)
Adanya bakteri pereduksi sulfat akan mereduksi ion sulfat menjadi gas H2S,
yang mana jika gas tersebut kontak dengan besi akan menyebabkan terjadinya
korosi.
e. Faktor Padatan Terlarut
Klorida (Cl), klorida menyerang lapisan mild steel dan lapisan stainless steel.
Karbonat (CO3), kalsium karbonat sering digunakan sebagai pengontrol korosi
dimana film karbonat diendapkan sebagai lapisan pelindung permukaan metal,
tetapi dalam produksi minyak hal ini cenderung menimbulkan masalah scale.
Sulfat (SO4), ion sulafat ini biasanya terdapat dalam minyak. Dalam air, ion
sulfat juga ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi dan bersifat
kontaminan, dan oleh bakteri SRB sulfat diubah menjadi sulfide yang korosif.
2.5 Cara Mencegah Dan Menghambat Laju Korosi
Korosi yang terjadi pada logam tidak dapat dihindari, tetapi hanya dapat
dicegah dan dihambat. Berikut cara-cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan
menghambat laju korosi.
2.5.1 Cara Mencegah Laju Korosi
Pencegahan korosi didasarkan pada dua prinsip berikut:
a. Mencegah kontak dengan oksigen atau air
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka
peristiwa korosi tidak dapat terjadi.
Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 23
b. Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)
Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif akan
membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Di sini, besi berfungsi
hanya sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai
anoda, dan mengalami reaksi oksidasi. Dalam hal ini besi, sebagai katoda,
terlindungi oleh logam lain (sebagai anoda, dikorbankan). Besi akan aman
terlindungi selama logam pelindungnya masih ada / belum habis. Untuk
perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan
logam magnesium, Mg. Logam ini secara berkala harus dikontrol dan diganti.
2.5.2 Cara Menghambat Laju Korosi
Dalam penghambatan laju korosi dapat menggunakan beberapa cara seperti:
a. Pengubahan Media
Korosi merupakan interaksi antara logam dengan media sekitarnya, maka
pengubahan media sekitarnya akan dapat mengubah laju korosi.
b. Seleksi Material
Metode umum yang sering digunakan dalam pencegahan korosi yaitu pemilihan
logam atau paduan dalam suatu lingkungan korosif tertentu untuk mengurangi
resiko terjadinya korosi.
c. Proteksi Katodik (Cathodic Protection)
Proteksi katodik adalah jenis perlindungan korosi dengan menghubungkan
logam yang mempunyai potensial lebih tinggi ke struktur logam sehingga
tercipta suatu sel elektrokimia dengan logam berpotensial rendah bersifat
katodik dan terproteksi
d. Proteksi Anodik (Anodic Protection)
Adanya arus anodik akan meningkatkan laju ketidak-larutan logam dan
menurunkan laju pembentukan hidrogen.
e. Inhibitor Korosi
Secara umum suatu inhibitor adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat
atau memperlambat suatu reaksi kimia. Sedangkan inhibitor korosi adalah suatu
zat kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu lingkungan, dapat menurunkan
laju penyerangan korosi lingkungan itu terhadap suatu logam.
Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 24
f. Pengubahan Media/Lingkungan Kerja (Environment Change)
Korosi merupakan interaksi antara logam dengan media sekitarnya, maka
pengubahan media sekitarnya akan dapat mengubah laju korosi.
g. Pelapisan (Coatings)
Prinsip umum dari pelapisan yaitu melapiskan logam induk dengan suatu bahan
atau material pelindung (Fajar Sidiq, M, 2013).
2.6 Laju Korosi
Laju korosi pada umumnya dapat diukur dengan menggunakan dua metode
yaitu: metode kehilangan berat dan metode elektrokimia. Metode kehilangan berat
adalah menghitung kehilangan berat yang terjadi setelah beberapa waktu
pencelupan. Pada penelitian ini, digunakan metode kehilangan berat dimana
dilakukan perhitungan selisih antara berat awal dan berat akhir. Satuan laju korosi:
1. Pengurangan berat = g atau mg
2. Berat/satuan luas permukan logam = mg/mm2
3. Berat perluas perwaktu = mg/dm2
day (mdd), g/dm2
.day.g/cm2
.hour, g/m2
.h,
moles/cm2
.h
4. Dalam penetrasi per waktu : inch/year, inch/mounth, mm/year,
miles/year (mpy), 1 milli = 0,001inch
Satuan mpy (miles/year) biasa dihitung dengan rumus:
Mpy = 534W/DAT .......................(1)
dimana:
W = berat yang hilang (mg)
D = density benda uji korosi (g/cm3
)
A = luas permukaan (in2
)
T = waktu, hour (jam)
(J. Pattireuw, Kevin, 2013)
2.7 Unsur Kimia Logam (Baja/Besi tipe-SS 400)
Baja/besi tipe-SS 400 merupakan golongan karbon baja rendah. Pada baja
karbon rendah mempunyai kandungan karbon % C < 0,3 %. Sifat kekerasannya
relatif rendah, lunak dan keuletannya tinggi. Baja karbon rendah biasanya
Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 25
digunakan dalam bentuk pelat, profil, sekrap, ulir dan baut. Berikut unsur kimia
logam baja SS 400.
Tabel 2.2.1 Data Komposisi Material Baja SS-400
(Masyrukan, 2006)
Komposisi Kimia (%)
C Si Mn P S Al
0,12 0,186 0,623 0,011 0,006 0,0043
Sifat Fisik
Density 7,87g/cc
Uji Kekerasan
SS 400 125 BHN
Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bahan
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pratikum laju korosi adalah sebagai
berikut:
a. Benda uji Baja SS-400.
b. Larutan HCl.
3.2 Alat
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pratikum laju korosi adalah sebagai
berikut:
a. Neraca analitik.
b. Pinset (penjepit).
c. Jangka sorong.
d. Amplas.
e. Wadah (gelas aqua).
f. Karet gelang 1 buah.
g. Plastik 1 kg 1 buah.
h. Kain lap.
3.3 Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Prosedur praktikum laju korosi adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebelum melakukan
praktikum.
b. Mengukur baja SS-400 yang berbentuk tabung menggunakan jangka sorong.
c. Mencatat massa awal dan dimensi awal specimen sebelum direndam larutan HCl
pada lembar data (check sheet) sebagai pengukuran pertama.
d. Membersihkan bagian karat pada permukaan benda uji dengan kertas gosok.
e. Membersihkan bagian permukaan benda menggunakan kain lap.
f. Merendam spesimen yang diuji ke dalam larutan HCl yang telah disediakan.
Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 27
g. Mengangkat dan mengeringkan specimen yang telah direndam selama kurang
lebih 24 jam dan membersihkannya menggunakan amplas.
h. Kemudain timbang massa ke-2 setelah mengalami perendaman selama 24 jam,
catat pada lembar data.
i. Setelah itu rendam kembalu specimen pada larutan HCl dan biarkan selama 7
hari/ 1 minggu.
j. Pada hari ke-7 ambil spesimen pada larutan HCl, lihat apakah spesimennya
mengalami korosi secara total atau tidak? Jika spesimennya tidak mengalami
korosi total yakni masih terdapat sisanya, kemudian keringkan dan timbang
massa ke-3 setelah mengalami perendaman selama 7x 24 jam.
Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 28
3.4 Flowchart Pelaksanaan Praktikum
Berikut prosedur yang dilakukan pada praktikum ini dalam bentuk flowchart.
Gambar 2.3.1 Flowchart Pelaksanaan Praktikum
Persiapan alat dan bahan
Mengukur dimensi baja SS-400 menggunakan jangka
sorong
Membersihkan permukaan benda dengan kertas gosok
mulai
Menulis massa dan dimensi ke dalam lembar data
Memasukkan spesimen ke dalam larutan HCl dan
ditunggu selama 1 hari
Mengambil dan membersihkan spesimen yang telah
direndam kemudian ditimbang.
Memasukkam spesimen kembali ke larutan HCl dan
tunggu selama 7 hari
Mengambil dan membersihkan spesimen yang telah
direndam kemudian ditimbang
Mengamati hasil pengujian
Hasil korosi pada baja SS-400
selesai
Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 29
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Rekapan Data Hasil Pengukuran
Setelah melakukan percobaan laju korosi, telah dianalisa dalam bentuk rekapan
data dan table, dimana data tersebut adalah hasil penguuran dimensi, berat dan
perhitungan laju korosi sesuai lama perendaman, rekapan data tersebut adalah
sebagai berikut:
4.1.1 Rekapan Data Hasil Pengukuran Dimensi
Berikut bentuk rekapan data dan perhitungan dimensi dari benda uji baja SS-
400:
Tabel 2.4.2 Data Pengukuran Dimensi Spesimen
Diameter
(cm)
Tinggi
(cm)
Luas Alas
(cm2)
Luas Selimut
(cm2)
Luas Permukaan
(cm2)
1,98 1,36 3,077514 8,455392 14,61042
Perhitungan Manual
Berdasarkan data di atas, dapat dihitung secara manual sebagai berikut:
Luas alas = π x r2
= 3,14 x 0,99
= 3.077514 cm2
Luas alas total = Luas alas atas + Luas alas bawah
= 3,077514 + 3,077514
= 6,155028 cm2
Luas selimut = Luas keliling alas x t
= 2 x π x r x t
= 2 x 3,14 x 0,99 x 1,36
= 8,455392 cm2
Luas permukaan tabung = 2 x Luas alas + Luas selimut
= 2 x 3,077514 + 8,455392
= 14,61042 cm2
Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 30
4.1.2 Rekapan Data Hasil Pengukuran Berat
Berikut bentuk rekapan data dan perhitungan massa dari benda uji baja SS-
400:
Tabel 2.4.3 Data Pengukuran Berat Spesimen
Waktu
Perendaman
(jam)
Massa
Awal
(gr)
Massa
Akhir
(gr)
Kehilangan
Massa (gr)
Laju Korosi
(ipm)
0 27,6229 27,6229 0 0
23 27,6229 26,4376 1,1853 0,12662
166,5 27,6229 24,4656 3,1573 0,046235
Analisa:
Benda uji baja SS-400 memiliki massa awal sebesar 27,6229 gr. Selama
mengalami proses perendaman 23 jam di dalam larutan HCl massa benda uji baja
SS-400 menjadi 26,4376 gr. Mengalami kehilangan massa sebesar 1,1853 gr.
Terjadi laju korosi sebesar 0,12662 ipm. Sedangkan selama mengalami proses
perendaman 166,5 jam di dalam larutan HCl massa benda uji baja SS-400 menjadi
24,4656 gr. Mengalami kehilangan massa sebesar 3,1573 gr. Dan terjadi laju korosi
sebesar 0,046235 ipm.
4.1.3 Kandungan Kimia Baja SS 400
Kandungan kimia dalam baja tipe SS 400 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4.4 Data Komposisi Material Baja SS 400
Komposisi Kimia (%)
C Si Mn P S Al
0,12 0,186 0,623 0,011 0,006 0,0043
Sifat Fisik
Density 7,87g/cc
Uji Kekerasan
SS 400 125 BHN
Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 31
4.2 Perhitungan Laju Korosi Metode Weight Loss
Pada perhitungan laju korosi metode weight loss dapat digunakan untuk mencari
selisih massa dari sebuah sepesimen/benda uji. Dalam pengujian ini massa awal
spesimen yaitu massa benda uji coba sebelum mengalami proses perendaman dalam
larutan HCl. Dan massa akhir spesimen yaitu massa benda uji coba setelah
mengalami proses perendaman dalam larutan HCl. Rumus yang digunakan sebagai
berikut:
W = W0 – W1
Keterangan:
W = Selisih massa spesimen (gr)
W0 = Massa awal spesimen sebelum diuji (gr)
W1 = Massa akhir spesimen setelah diuji (gr)
Pada perhitungan laju korosi dari suatu pengujian yang telah dilakukan. Dapat
diketahuii besar laju korosi yang terjadi. Dalam pengujian ini nilai K yang
digunakan tergantung dari unit satuan yang akan digunakan. Setiap unit satuan
mempunyai nilai K yang berbeda-beda. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Laju korosi =
𝐾 𝑥 𝑊
𝐷 𝑥 𝐴 𝑥 𝑇
Keterangan:
K = Konsatanta
W = Selisih massa spesimen (gr)
D = Massa jenis benda (g/cm3
)
A = Luas permukaan benda yang diuji (cm2
)
T = Waktu perendaman (jam)
4.2.1 Perhitungan Laju Korosi 23 Jam
Perhitungan laju korosi ini dilakukan pada hari kedua setelah pencelupan
pertama. Namun, di dalam praktikum ini benda yang direndam kurang dari 24 jam,
karena pada pencelupan pukul 16.45 dan diambil saat 15.45, jadi benda hanya
direndam selama 23 jam, berikut perhitungan laju korosinya:
Diketahui:
W0 = 27,6229 gr
W1 = 26,4376 gr
K = 2,87 x 102
Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 32
D = 7,86 g/cm3
A = 14,61042 cm2
T = 23 jam
W = W0 – W1
= 27,6229 - 26,4376
= 1,1853 gr
Laju korosi =
𝐾 𝑥 𝑊
𝐷 𝑥 𝐴 𝑥 𝑇
=
2,87 x 102 𝑥 1,1853
7,86 𝑥 14,61042 𝑥 23
=
331,884
2621,109348
= 0,12662 ipm
Jadi, laju korosi benda yang direndam selama 23 jam adalah 0,12662 ipm
4.2.2 Perhitungan laju korosi 166,5 jam
Perhitungan laju korosi ini dilakukan pada hari ketujuh setelah pencelupan
pertama. Namun, di dalam praktikum ini benda yang direndam kurang dari 168 jam
(7 hari), karena pada pencelupan pukul 16.45 dan diambil saat 16.15, serta pada
saat pengambilan data pertama, setelah 24 jam ada waktu yang terbuang karena
menimbang benda, jadi setelah dihitung, waktu perendaman adalah 166,5, berikut
perhitungan laju korosinya:
Diketahui:
W0 = 27,6229 gr
W1 = 24,4656 gr
K = 2,87 x 102
D = 7,86 g/cm3
A = 14,61042 cm2
T = 166,5 jam
W = W0 – W1
= 27,6229 - 24,4656
= 3,1573 gr
Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 33
Laju korosi =
𝐾 𝑥 𝑊
𝐷 𝑥 𝐴 𝑥 𝑇
=
2,87 x 102 𝑥 3,1573
7,86 𝑥 14,61042 𝑥 166,5
=
884,004
19120,5205498
= 0,046235 ipm
Jadi, laju korosi benda yang direndam selama 166,5 jam adalah 0,046235 ipm
4.2.3 Analisa Data
Berdasarkan hasil perhitungan dari data yang diperoleh, dapat dianalisa
bahwa laju korosi yang semakin lama waktu perendamannya maka laju korosi juga
semakin turun karena semakin banyak waktu bagi logam untuk memperbaiki
lapisan pasif logam yang kemungkinan telah rusak oleh ion-ion korosif klorida
sehingga dapat menurunkan laju korosinya.
Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum pengujian laju korosi, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a. Dengan melakukan proses pengujian laju korosi kami telah mengetahui langkah
kerja dan prosedur dalam melakukan proses tersebut dengan baik dan benar.
Dalam pengujian ini menghasilkan bahwa laju korosi yang semakin lama waktu
perendamannya maka laju korosi juga semakin turun karena semakin banyak
waktu bagi logam untuk memperbaiki lapisan pasif logam yang kemungkinan
telah rusak oleh ion-ion korosif klorida sehingga dapat menurunkan laju
korosinya.
b. Dilihat dari benntuk klasifikasinya laju korosi dibagi menjadi berbagai macam.
Seperti korosi merata, korosi logam tak sejenis, korosi erosi, korosi sumuran,
korosi batas butir, retak pengaruh lingkungan, korosi celah, kerusakan akibat
hidrogen, dealloying, dan korosi aliran,
c. Klasifikasi korosi dilihat dari jenis reaksinya dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: reaksi
kimia secara langsung dan reaksi elektrokimia.
d. Pada umumnya korosi disebabkan oleh air. Tetapi banyak hal lain yang
menyebabkan terjadinya korosi. Hal itu diantaranya faktor gas terlarut, faktor
temperatur, faktor pH, dan faktor padatan terlarut.
e. Untuk menghambat laju korosi yang terjadi pada suatu benda logam. Dapat
menggunakan beberapa cara. Seperti menggunakan cara pengubahan media,
seleksi material, proteksi katodik, proteksi anodic, inhibitor korosi, pengubahan
media, dan pelapisan.
5.2 Saran
Diharapkan pada praktikum selanjutnya semua hal yang dibutuhkan dalam
praktikum dapat dilaksanakan dengan lebih baik,yaitu:
1. Dari segi peralatan, karena keterbatasan peralatan akan sulit dalam melakukan
pengukuran suatu benda uji dengan cepat.
Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 35
DAFTAR PUSTAKA
Fajar Sidiq, M. (2013). Analisa Korosi Dan Pengendaliannya. Journal Foundry
Vol. 3 No. 1. ISSN, 2087-2259.
Masyrukan. (2006). Penelitian Sifat Fisis Dan Mekanis Baja Karbon Rendah
Akibat Pengaruh Proses Pengarbonan Dari Arang Kayu Jati. Universitas
Muhamadiyah Surakarta.
Pattireuw, Kevin J, dan Lumintang, Romels, (2013). Analisis Laju Korosi Pada
Baja Karbon Dengan Menggunakan Air Lau Dan H2SO4
, Universitas Sam
Ratulangi Manado.
Yusuf, Sofyan. (2008). Laju Korosi Pipa Baja Karbon A106 Sebagai Fungsi
Temperatur Dan Konsentrasi NaCl Pada Fluida Yang Tersaturasi Gas CO2.
Thesis Magister Ilmu Material Universitas Indonesia.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

"peralatan pemisahan" Ayakan
"peralatan pemisahan" Ayakan"peralatan pemisahan" Ayakan
"peralatan pemisahan" AyakanHilya Fithri
 
Hukum termodinamika kedua
Hukum termodinamika keduaHukum termodinamika kedua
Hukum termodinamika keduaEdi B Mulyana
 
Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1
Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1
Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1wahyuddin S.T
 
Laporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanaLaporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanawd_amaliah
 
3 termodinamika gas ideal dan gas nyata - copy
3 termodinamika  gas ideal  dan gas nyata - copy3 termodinamika  gas ideal  dan gas nyata - copy
3 termodinamika gas ideal dan gas nyata - copyMahammad Khadafi
 
kekentalan zat cair
kekentalan zat cair kekentalan zat cair
kekentalan zat cair Widya arsy
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan TawasLaporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan TawasDila Adila
 
Kurva standar dan larutan standar
Kurva standar dan larutan standarKurva standar dan larutan standar
Kurva standar dan larutan standarRestu Frodo
 
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorModul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorAli Hasimi Pane
 
Kesetimbangan uap cair
Kesetimbangan uap cairKesetimbangan uap cair
Kesetimbangan uap cairRyan Tito
 
Falling film evaporator
Falling film evaporatorFalling film evaporator
Falling film evaporatorIffa M.Nisa
 
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panas
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panasPenerapan hukum fourier pada perpindahan panas
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panasiwandra doank
 

Was ist angesagt? (20)

"peralatan pemisahan" Ayakan
"peralatan pemisahan" Ayakan"peralatan pemisahan" Ayakan
"peralatan pemisahan" Ayakan
 
Leaching
LeachingLeaching
Leaching
 
Hukum termodinamika kedua
Hukum termodinamika keduaHukum termodinamika kedua
Hukum termodinamika kedua
 
Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1
Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1
Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1
 
Metode pengujian korosi
Metode pengujian korosiMetode pengujian korosi
Metode pengujian korosi
 
Laporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanaLaporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhana
 
3 termodinamika gas ideal dan gas nyata - copy
3 termodinamika  gas ideal  dan gas nyata - copy3 termodinamika  gas ideal  dan gas nyata - copy
3 termodinamika gas ideal dan gas nyata - copy
 
kekentalan zat cair
kekentalan zat cair kekentalan zat cair
kekentalan zat cair
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan TawasLaporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
 
Kurva standar dan larutan standar
Kurva standar dan larutan standarKurva standar dan larutan standar
Kurva standar dan larutan standar
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNGLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
 
Laporan Praktikum Timbal Balik Fenol-Air
Laporan Praktikum Timbal Balik Fenol-AirLaporan Praktikum Timbal Balik Fenol-Air
Laporan Praktikum Timbal Balik Fenol-Air
 
Kimia fisika
Kimia fisikaKimia fisika
Kimia fisika
 
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorModul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
 
Kesetimbangan uap cair
Kesetimbangan uap cairKesetimbangan uap cair
Kesetimbangan uap cair
 
Process flow diagram pg
Process flow diagram pgProcess flow diagram pg
Process flow diagram pg
 
Falling film evaporator
Falling film evaporatorFalling film evaporator
Falling film evaporator
 
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panas
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panasPenerapan hukum fourier pada perpindahan panas
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panas
 
7 energi bebas gibbs
7 energi bebas gibbs7 energi bebas gibbs
7 energi bebas gibbs
 
[Presentasi] Logam Besi (Fe)
[Presentasi] Logam Besi (Fe)[Presentasi] Logam Besi (Fe)
[Presentasi] Logam Besi (Fe)
 

Ähnlich wie Laju korosi

Ähnlich wie Laju korosi (20)

Modul2_Korosi
Modul2_KorosiModul2_Korosi
Modul2_Korosi
 
Praktikum Kimia - Laporan Korosi
Praktikum Kimia - Laporan KorosiPraktikum Kimia - Laporan Korosi
Praktikum Kimia - Laporan Korosi
 
Pertemuan 12_KOROSI.pptx
Pertemuan 12_KOROSI.pptxPertemuan 12_KOROSI.pptx
Pertemuan 12_KOROSI.pptx
 
Makalah korosi alim abror (13504241062)
Makalah korosi alim abror (13504241062)Makalah korosi alim abror (13504241062)
Makalah korosi alim abror (13504241062)
 
makalah macam-macam korosi
makalah macam-macam korosimakalah macam-macam korosi
makalah macam-macam korosi
 
Analisa korosi
Analisa korosiAnalisa korosi
Analisa korosi
 
Makalah korosi
Makalah korosiMakalah korosi
Makalah korosi
 
Makalah korosi
Makalah korosiMakalah korosi
Makalah korosi
 
120327262 makalah-korosi
120327262 makalah-korosi120327262 makalah-korosi
120327262 makalah-korosi
 
Rangkuman tugas kimia
Rangkuman tugas kimiaRangkuman tugas kimia
Rangkuman tugas kimia
 
Rangkuman tugas kimia
Rangkuman tugas kimiaRangkuman tugas kimia
Rangkuman tugas kimia
 
Material Teknik - Korosi
Material Teknik - KorosiMaterial Teknik - Korosi
Material Teknik - Korosi
 
Korosi 212
Korosi 212Korosi 212
Korosi 212
 
macam-macam korosi
macam-macam korosimacam-macam korosi
macam-macam korosi
 
korosi
korosikorosi
korosi
 
jenis-jenis korosi by rafi dwi rachmani
jenis-jenis korosi by rafi dwi rachmanijenis-jenis korosi by rafi dwi rachmani
jenis-jenis korosi by rafi dwi rachmani
 
Korosi ms 21
Korosi ms 21Korosi ms 21
Korosi ms 21
 
3 korosi
3 korosi3 korosi
3 korosi
 
Pencegahan korosi
Pencegahan korosiPencegahan korosi
Pencegahan korosi
 
K o r o s i
K o r o s iK o r o s i
K o r o s i
 

Mehr von Dwi Andriyanto

Modul 4 Design And Redesign Product
Modul 4 Design And Redesign ProductModul 4 Design And Redesign Product
Modul 4 Design And Redesign ProductDwi Andriyanto
 
Modul 3 Biomechanic And Manual Material Handling
Modul 3 Biomechanic And Manual Material HandlingModul 3 Biomechanic And Manual Material Handling
Modul 3 Biomechanic And Manual Material HandlingDwi Andriyanto
 
Modul 2 Physiological Performance
Modul 2 Physiological PerformanceModul 2 Physiological Performance
Modul 2 Physiological PerformanceDwi Andriyanto
 
Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)Dwi Andriyanto
 
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorMakalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorDwi Andriyanto
 
Keseimbangan empat sektor
Keseimbangan empat sektorKeseimbangan empat sektor
Keseimbangan empat sektorDwi Andriyanto
 

Mehr von Dwi Andriyanto (9)

Modul 4 Design And Redesign Product
Modul 4 Design And Redesign ProductModul 4 Design And Redesign Product
Modul 4 Design And Redesign Product
 
Modul 3 Biomechanic And Manual Material Handling
Modul 3 Biomechanic And Manual Material HandlingModul 3 Biomechanic And Manual Material Handling
Modul 3 Biomechanic And Manual Material Handling
 
Modul 2 Physiological Performance
Modul 2 Physiological PerformanceModul 2 Physiological Performance
Modul 2 Physiological Performance
 
Modul 1 Anthropometry
Modul 1 AnthropometryModul 1 Anthropometry
Modul 1 Anthropometry
 
Uji kekerasan
Uji kekerasanUji kekerasan
Uji kekerasan
 
Fiberglass
FiberglassFiberglass
Fiberglass
 
Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)
 
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorMakalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
 
Keseimbangan empat sektor
Keseimbangan empat sektorKeseimbangan empat sektor
Keseimbangan empat sektor
 

Kürzlich hochgeladen

Teori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .pptTeori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .pptEndarto Yudo
 
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555zannialzur
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxdjam11
 
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptxMinggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptxRahmiAulia20
 
Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan Komponen
Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan KomponenTeknik Tenaga Listrik, Sejarah dan Komponen
Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan KomponenRatihPuspitaSiwi
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxHamidNurMukhlis
 
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergy
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergyThermodynamics analysis of energy, entropy and exergy
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergyEndarto Yudo
 
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxPPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxdpcaskonasoki
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxYehezkielAkwila3
 
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanyaKlasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanyafaizalabdillah10
 
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1RifkiIntipeNerakajah
 
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptxstruktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptxAgusTriyono78
 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx185TsabitSujud
 
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdfAnalisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdfAgusTriyono78
 
Normalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian databaseNormalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian databasethinkplusx1
 
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIKMEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIKFerdinandus9
 

Kürzlich hochgeladen (16)

Teori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .pptTeori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
 
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
 
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptxMinggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
 
Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan Komponen
Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan KomponenTeknik Tenaga Listrik, Sejarah dan Komponen
Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan Komponen
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
 
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergy
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergyThermodynamics analysis of energy, entropy and exergy
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergy
 
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxPPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
 
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanyaKlasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
 
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1
 
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptxstruktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
 
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdfAnalisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
 
Normalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian databaseNormalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian database
 
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIKMEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
 

Laju korosi

  • 1. LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK Semester Genap 2013/2014 Laboratorium Sistem Manufaktur Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang, Kamal, Bangkalan, 69162 PBT 2014 PBT 02 LAJU KOROSI DISUSUN OLEH : Dwi Andriyanto 130421100011 M. Khoiruz Zam Zami 130421100100 KELOMPOK 22
  • 2. Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 17 RINGKASAN Andriyanto Dwi, Khoiruz Zam Zami Muhammad. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura, PBT 02 Laju Korosi, Juni 2014 Besi merupakan bahan yang banyak digunakan untuk keperluan pembuatan perlengkapan baik dalam ukuran kecil sampai ukuran yang besar karena logam mempunyai sifat yang menguntungkan. Tetapi semua besi termasuk baja akan mengalami korosi karena berada dalam lingkungan yang korosif dan akan terlarut. Hal itu karena baja bereaksi dengan lingkungan. Pada praktikum ini laju korosi menggunakan metode weightlost yaitu hilangnya massa benda yang disebabkan oleh korosi. Pertama baja ss-400 direndam dalam cairan HCl dalam waktu 1 hari dan 7 hari, dan setiap selesai dan sebelum perendaman dilakukan penimbangan benda uji agar diketahui hilangnya massa benda. Dalam praktikum pengujian laju korosi ini bertujuan untuk mengetahui proses terjadinya korosi dan bagaimana cara pencegahannya. Hasil dari praktikum ini yaitu semakin lama perendaman akan menyebabkan laju korosi semakin menurun, hal ini dikarenakan lapisan pada baja akan memiliki waktu untuk memperbaikinya pada waktu yang semakin lama.
  • 3. Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang teknik, terutama di teknik industri sangat penting mempelajari secara baik tentang bahan-bahan karena bahan tersebut digunakan untuk berbagai keperluan, salah satunya bahan yang terbuat dari besi atau baja yang merupakan bahan logam. Dengan penggunaan bahan tersebut maka dalam menggunakan bahan tersebut diharapkan untuk menjaga ketahanan suatu bahan dari korosi. Korosi dalam istilah sehari-hari kita kenal sebagai peristiwa perkaratan. Korosi ini sebenarnya merupakan peristiwa oksidasi logam oleh oksigen yang ada di udara dan bereaksi membentuk oksidanya. Baja adalah salah satu dari banyak jenis logam yang penggunaannya sangat luas dalam kehidupan sehari-hari. Namun kekurangan dari besi ini adalah sifatnya yang sangat mudah mengalami korosi. Seperti halnya besi, baja pun bisa mengalami korosi. Padahal baja yang telah mengalami korosi akan kehilangan nilai jual, fungsi, dan kekuatannya. Ini tentu saja akan merugikan sekaligus membahayakan. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk tetap mempertahankan ketahanan suatu bahan dari perkaratan, tergantung seperti apa bahan tersebut. Maka dari itu, dalam praktikum ini akan menguji laju korosi baja SS-400 dengan merendam baja tersebut ke larutan HCl dalam jangka waktu 1 minggu serta massa baja tersebut diukur dengan menggunakan penimbangan menggunakan neraca analitik.dan akan dapat diketahui tingkat laju korosi pada baja tersebut. 1.2 Tujuan Praktikum Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mengetahui proses pengujian laju korosi 2. Mengetahui klasifikasi korosi dan bentuknya 3. Mengetahui klasifikasi korosi dan jenis reaksinya 4. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi korosi 5. Mengetahui cara menghambat terjadinya laju korosi
  • 4. Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Korosi Korosi merupakan penurunan mutu logam oleh reaksi elektrokimia dengan lingkungannya. Korosi yang terjadi pada logam tidak dapat dihindari, tetapi hanya dapat dicegah dan dikendalikan sehingga struktur atau komponen mempunyai masa pakai/guna yang lebih lama (Fajar Sidiq, M, 2013). 2.2 Mekanisme Laju Korosi Pada umumnya korosi pada logam merupakan reaksi elektrokimia. Reaksi elektrokimia adalah suatu reaksi yang melibatkan perpindahan. Reaksi ini meliputi reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Contoh reaksi oksidasi dan reaksi reduksi sebahai berikut: Zn → Zn2+ + 2e – (reaksi oksidasi) 2H+ + 2e – → H2 ↑ (reaksi reduksi) Korosi yang terjadi pada suatu reaksi oksidasi disebut reaksi anodik (terjadi penambahan muatan positif), sedangkan korosi yang terjadi pada suatu reaksi reduksi disebut reaksi katodik (terjadi pengurangan muatan positif). Jadi proses korosi memerlukan sepasang reaksi elektrokimia anodik-katodik (Yusuf, Sofyan, 2008). 2.3 Klasifikasi Korosi Secara umum dilihat dari klasifikasinya korosi dibagi menjadi dua, yaitu: 2.3.1 Klasifikasi Korosi Dilihat Dari Bentuknya Dilihat dari bentuknya klasifikasi korosi dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: a. Korosi Merata (Uniform Attack) Korosi merata merupakan korosi dengan serangan merata pada seluruh permukaan logam. Korosi terjadi pada permukaan logam yang terkena lingkungan korosif.
  • 5. Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 20 b. Korosi Logam Tak Sejenis (Galvanic Corossion) Korosi galvanik terjadi jika dua logam yang berbeda tersambung melalui elektrolit sehingga salah satu dari logam tersebut akan terserang korosi sedangkan logam yang lainnya terlindung dari korosi. c. Korosi Erosi (Erosion Corossion) Korosi erosi disebabkan kombinasi fluida korosif dan kecepatan aliran yang tinggi. Bagian fluida yang kecepatan alirannya rendah akan mengalami laju korosi rendah, sedangkan fluida kecepatan tinggi menyebabkan terjadinya erosi dan dapat menggerus lapisan pelindung sehingga mempercepat korosi. d. Korosi Sumuran (Pitting Corossion) Korosi sumuran terjadi karena adanya serangan korosi local pada permukaan logam sehingga membentuk cekungan atau lubang pada permukaan logam. e. Korosi Batas Butir (Intergranular Corossion) Korosi menyerang pada batas butir akibat adanya segregasi dari unsur pasif seperti krom meninggalkan batas butir sehingga pada batas butir bersifat anodik. f. Retak Pengaruh Lingkungan (Environmentally Induced Cracking) Merupakan patah getas dari logam paduan ulet yang beroperasi di lingkungan yang menyebabkan terjadinya korosi seragam. g. Korosi Celah (Crevice Corossion) Mirip dengan korosi galvanik, dengan pengecualian pada perbedaan konsentrasi media korosifnya. Celah atau ketidakteraturan permukaan lainnya seperti celah paku keling (rivet), baut, washer, gasket, deposit dan sebagainya, yang bersentuhan dengan media korosif dapat menyebabkan korosi terlokalisasi. h. Kerusakan Akibat Hidrogen (Hydrogen Damage) Kerusakan ini disebabkan karena serangan hydrogen yaitu reaksi antara hidrogen dengan karbida pada baja dan membentuk metana sehingga menyebabkan terjadinya dekarburasi, rongga, atau retak pada permukaan logam. i. Dealloying Dealloying adalah lepasnya unsur-unsur paduan yang lebih aktif (anodik) dari logam paduan.
  • 6. Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 21 j. Korosi Aliran (Flow induced Corrosion) Korosi aliran adalah peningkatan laju korosi yang disebabkan oleh turbulensi fluida dan perpindahan massa akibat dari aliran fluida diatas permukaan logam. 2.3.2 Klasifikasi Korosi Dilihat Dari Jenis Reaksinya Dilihat dari jenis reaksinya klasifikassi korosi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: a. Reaksi Kimia Secara Langsung Korosi ini disebabkan karena terjadi reaksi kimia secara langsung dengan lingkungannya. Dalam hal ini yang dimaksud dengan lingkungannya dapat berupa udara dengan sinar matahari, temperature tinggi, tekanan tinggi, embun, air tawar, air laut, air danau, air sungai, dan tanah yang berupa tanah pertanian, tanah rawa, tanah kapur, dan tanah pasir berbatu-batu (Yusuf, Sofyan, 2008). b. Reaksi Elektrokimia Korosi yang didasarkan proses elektrokimia (Electrochemical Process) terdiri dari 4 komponen utama, yaitu: Anoda (Anode) biasanya terkorosi dengan melepaskan elektron-elektron dari atom-atom logam netral untuk membentuk ion-ion yang bersangkutan. Katoda (Chatode) biasanya tidak mengalami korosi, walaupun mungkin menderita kerusakan dalam kondisi-kondisi tertentu. Elektrolit adalah larutan yang menghantarkan listrik. Antara anoda dan katoda harus ada hubungan listrik agar arus dalam sel korosi dapat mengalir. 2.4 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Laju Korosi Umumnya masalah korosi disebabkan oleh air, tetapi ada beberapa faktor selain air yang mempengaruhi korosi, diantaranya: a. Faktor Gas Terlarut Oksigen (O2), adanya oksigen yang terlarut akan menyebabkan korosi pada metal seperti laju korosi pada mild stell alloys akan bertambah dengan meningkatnya kandungan oksigen. Karbondioksida (CO2), jika karbon dioksida dilarutkan dalam air maka akan terbentuk asam karbonat (H2CO3) yang dapat menurunkan pH air dan meningkatkan korosifitas.
  • 7. Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 22 b. Faktor Temperatur Penambahan temperatur umumnya menambah laju korosi walaupun kenyataannya kelarutan oksigen berkurang dengan meningkatnya temperatur. c. Faktor pH pH netral adalah 7, sedangkan ph < 7 bersifat asam dan korosif, sedangkan untuk pH > 7 bersifat basa juga korosif. Tetapi untuk besi, laju korosi rendah pada pH antara 7 sampai 13. Laju korosi akan meningkat pada pH < 7 dan pada pH > 13. d. Faktor Bakteri Pereduksi atau Sulfat Reducing Bacteria (SRB) Adanya bakteri pereduksi sulfat akan mereduksi ion sulfat menjadi gas H2S, yang mana jika gas tersebut kontak dengan besi akan menyebabkan terjadinya korosi. e. Faktor Padatan Terlarut Klorida (Cl), klorida menyerang lapisan mild steel dan lapisan stainless steel. Karbonat (CO3), kalsium karbonat sering digunakan sebagai pengontrol korosi dimana film karbonat diendapkan sebagai lapisan pelindung permukaan metal, tetapi dalam produksi minyak hal ini cenderung menimbulkan masalah scale. Sulfat (SO4), ion sulafat ini biasanya terdapat dalam minyak. Dalam air, ion sulfat juga ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi dan bersifat kontaminan, dan oleh bakteri SRB sulfat diubah menjadi sulfide yang korosif. 2.5 Cara Mencegah Dan Menghambat Laju Korosi Korosi yang terjadi pada logam tidak dapat dihindari, tetapi hanya dapat dicegah dan dihambat. Berikut cara-cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menghambat laju korosi. 2.5.1 Cara Mencegah Laju Korosi Pencegahan korosi didasarkan pada dua prinsip berikut: a. Mencegah kontak dengan oksigen atau air Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa korosi tidak dapat terjadi.
  • 8. Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 23 b. Perlindungan katoda (pengorbanan anoda) Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Di sini, besi berfungsi hanya sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai anoda, dan mengalami reaksi oksidasi. Dalam hal ini besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam lain (sebagai anoda, dikorbankan). Besi akan aman terlindungi selama logam pelindungnya masih ada / belum habis. Untuk perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan logam magnesium, Mg. Logam ini secara berkala harus dikontrol dan diganti. 2.5.2 Cara Menghambat Laju Korosi Dalam penghambatan laju korosi dapat menggunakan beberapa cara seperti: a. Pengubahan Media Korosi merupakan interaksi antara logam dengan media sekitarnya, maka pengubahan media sekitarnya akan dapat mengubah laju korosi. b. Seleksi Material Metode umum yang sering digunakan dalam pencegahan korosi yaitu pemilihan logam atau paduan dalam suatu lingkungan korosif tertentu untuk mengurangi resiko terjadinya korosi. c. Proteksi Katodik (Cathodic Protection) Proteksi katodik adalah jenis perlindungan korosi dengan menghubungkan logam yang mempunyai potensial lebih tinggi ke struktur logam sehingga tercipta suatu sel elektrokimia dengan logam berpotensial rendah bersifat katodik dan terproteksi d. Proteksi Anodik (Anodic Protection) Adanya arus anodik akan meningkatkan laju ketidak-larutan logam dan menurunkan laju pembentukan hidrogen. e. Inhibitor Korosi Secara umum suatu inhibitor adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat suatu reaksi kimia. Sedangkan inhibitor korosi adalah suatu zat kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu lingkungan, dapat menurunkan laju penyerangan korosi lingkungan itu terhadap suatu logam.
  • 9. Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 24 f. Pengubahan Media/Lingkungan Kerja (Environment Change) Korosi merupakan interaksi antara logam dengan media sekitarnya, maka pengubahan media sekitarnya akan dapat mengubah laju korosi. g. Pelapisan (Coatings) Prinsip umum dari pelapisan yaitu melapiskan logam induk dengan suatu bahan atau material pelindung (Fajar Sidiq, M, 2013). 2.6 Laju Korosi Laju korosi pada umumnya dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu: metode kehilangan berat dan metode elektrokimia. Metode kehilangan berat adalah menghitung kehilangan berat yang terjadi setelah beberapa waktu pencelupan. Pada penelitian ini, digunakan metode kehilangan berat dimana dilakukan perhitungan selisih antara berat awal dan berat akhir. Satuan laju korosi: 1. Pengurangan berat = g atau mg 2. Berat/satuan luas permukan logam = mg/mm2 3. Berat perluas perwaktu = mg/dm2 day (mdd), g/dm2 .day.g/cm2 .hour, g/m2 .h, moles/cm2 .h 4. Dalam penetrasi per waktu : inch/year, inch/mounth, mm/year, miles/year (mpy), 1 milli = 0,001inch Satuan mpy (miles/year) biasa dihitung dengan rumus: Mpy = 534W/DAT .......................(1) dimana: W = berat yang hilang (mg) D = density benda uji korosi (g/cm3 ) A = luas permukaan (in2 ) T = waktu, hour (jam) (J. Pattireuw, Kevin, 2013) 2.7 Unsur Kimia Logam (Baja/Besi tipe-SS 400) Baja/besi tipe-SS 400 merupakan golongan karbon baja rendah. Pada baja karbon rendah mempunyai kandungan karbon % C < 0,3 %. Sifat kekerasannya relatif rendah, lunak dan keuletannya tinggi. Baja karbon rendah biasanya
  • 10. Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 25 digunakan dalam bentuk pelat, profil, sekrap, ulir dan baut. Berikut unsur kimia logam baja SS 400. Tabel 2.2.1 Data Komposisi Material Baja SS-400 (Masyrukan, 2006) Komposisi Kimia (%) C Si Mn P S Al 0,12 0,186 0,623 0,011 0,006 0,0043 Sifat Fisik Density 7,87g/cc Uji Kekerasan SS 400 125 BHN
  • 11. Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pratikum laju korosi adalah sebagai berikut: a. Benda uji Baja SS-400. b. Larutan HCl. 3.2 Alat Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pratikum laju korosi adalah sebagai berikut: a. Neraca analitik. b. Pinset (penjepit). c. Jangka sorong. d. Amplas. e. Wadah (gelas aqua). f. Karet gelang 1 buah. g. Plastik 1 kg 1 buah. h. Kain lap. 3.3 Prosedur Pelaksanaan Praktikum Prosedur praktikum laju korosi adalah sebagai berikut: a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebelum melakukan praktikum. b. Mengukur baja SS-400 yang berbentuk tabung menggunakan jangka sorong. c. Mencatat massa awal dan dimensi awal specimen sebelum direndam larutan HCl pada lembar data (check sheet) sebagai pengukuran pertama. d. Membersihkan bagian karat pada permukaan benda uji dengan kertas gosok. e. Membersihkan bagian permukaan benda menggunakan kain lap. f. Merendam spesimen yang diuji ke dalam larutan HCl yang telah disediakan.
  • 12. Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 27 g. Mengangkat dan mengeringkan specimen yang telah direndam selama kurang lebih 24 jam dan membersihkannya menggunakan amplas. h. Kemudain timbang massa ke-2 setelah mengalami perendaman selama 24 jam, catat pada lembar data. i. Setelah itu rendam kembalu specimen pada larutan HCl dan biarkan selama 7 hari/ 1 minggu. j. Pada hari ke-7 ambil spesimen pada larutan HCl, lihat apakah spesimennya mengalami korosi secara total atau tidak? Jika spesimennya tidak mengalami korosi total yakni masih terdapat sisanya, kemudian keringkan dan timbang massa ke-3 setelah mengalami perendaman selama 7x 24 jam.
  • 13. Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 28 3.4 Flowchart Pelaksanaan Praktikum Berikut prosedur yang dilakukan pada praktikum ini dalam bentuk flowchart. Gambar 2.3.1 Flowchart Pelaksanaan Praktikum Persiapan alat dan bahan Mengukur dimensi baja SS-400 menggunakan jangka sorong Membersihkan permukaan benda dengan kertas gosok mulai Menulis massa dan dimensi ke dalam lembar data Memasukkan spesimen ke dalam larutan HCl dan ditunggu selama 1 hari Mengambil dan membersihkan spesimen yang telah direndam kemudian ditimbang. Memasukkam spesimen kembali ke larutan HCl dan tunggu selama 7 hari Mengambil dan membersihkan spesimen yang telah direndam kemudian ditimbang Mengamati hasil pengujian Hasil korosi pada baja SS-400 selesai
  • 14. Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 29 BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Rekapan Data Hasil Pengukuran Setelah melakukan percobaan laju korosi, telah dianalisa dalam bentuk rekapan data dan table, dimana data tersebut adalah hasil penguuran dimensi, berat dan perhitungan laju korosi sesuai lama perendaman, rekapan data tersebut adalah sebagai berikut: 4.1.1 Rekapan Data Hasil Pengukuran Dimensi Berikut bentuk rekapan data dan perhitungan dimensi dari benda uji baja SS- 400: Tabel 2.4.2 Data Pengukuran Dimensi Spesimen Diameter (cm) Tinggi (cm) Luas Alas (cm2) Luas Selimut (cm2) Luas Permukaan (cm2) 1,98 1,36 3,077514 8,455392 14,61042 Perhitungan Manual Berdasarkan data di atas, dapat dihitung secara manual sebagai berikut: Luas alas = π x r2 = 3,14 x 0,99 = 3.077514 cm2 Luas alas total = Luas alas atas + Luas alas bawah = 3,077514 + 3,077514 = 6,155028 cm2 Luas selimut = Luas keliling alas x t = 2 x π x r x t = 2 x 3,14 x 0,99 x 1,36 = 8,455392 cm2 Luas permukaan tabung = 2 x Luas alas + Luas selimut = 2 x 3,077514 + 8,455392 = 14,61042 cm2
  • 15. Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 30 4.1.2 Rekapan Data Hasil Pengukuran Berat Berikut bentuk rekapan data dan perhitungan massa dari benda uji baja SS- 400: Tabel 2.4.3 Data Pengukuran Berat Spesimen Waktu Perendaman (jam) Massa Awal (gr) Massa Akhir (gr) Kehilangan Massa (gr) Laju Korosi (ipm) 0 27,6229 27,6229 0 0 23 27,6229 26,4376 1,1853 0,12662 166,5 27,6229 24,4656 3,1573 0,046235 Analisa: Benda uji baja SS-400 memiliki massa awal sebesar 27,6229 gr. Selama mengalami proses perendaman 23 jam di dalam larutan HCl massa benda uji baja SS-400 menjadi 26,4376 gr. Mengalami kehilangan massa sebesar 1,1853 gr. Terjadi laju korosi sebesar 0,12662 ipm. Sedangkan selama mengalami proses perendaman 166,5 jam di dalam larutan HCl massa benda uji baja SS-400 menjadi 24,4656 gr. Mengalami kehilangan massa sebesar 3,1573 gr. Dan terjadi laju korosi sebesar 0,046235 ipm. 4.1.3 Kandungan Kimia Baja SS 400 Kandungan kimia dalam baja tipe SS 400 adalah sebagai berikut: Tabel 2.4.4 Data Komposisi Material Baja SS 400 Komposisi Kimia (%) C Si Mn P S Al 0,12 0,186 0,623 0,011 0,006 0,0043 Sifat Fisik Density 7,87g/cc Uji Kekerasan SS 400 125 BHN
  • 16. Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 31 4.2 Perhitungan Laju Korosi Metode Weight Loss Pada perhitungan laju korosi metode weight loss dapat digunakan untuk mencari selisih massa dari sebuah sepesimen/benda uji. Dalam pengujian ini massa awal spesimen yaitu massa benda uji coba sebelum mengalami proses perendaman dalam larutan HCl. Dan massa akhir spesimen yaitu massa benda uji coba setelah mengalami proses perendaman dalam larutan HCl. Rumus yang digunakan sebagai berikut: W = W0 – W1 Keterangan: W = Selisih massa spesimen (gr) W0 = Massa awal spesimen sebelum diuji (gr) W1 = Massa akhir spesimen setelah diuji (gr) Pada perhitungan laju korosi dari suatu pengujian yang telah dilakukan. Dapat diketahuii besar laju korosi yang terjadi. Dalam pengujian ini nilai K yang digunakan tergantung dari unit satuan yang akan digunakan. Setiap unit satuan mempunyai nilai K yang berbeda-beda. Rumus yang digunakan sebagai berikut: Laju korosi = 𝐾 𝑥 𝑊 𝐷 𝑥 𝐴 𝑥 𝑇 Keterangan: K = Konsatanta W = Selisih massa spesimen (gr) D = Massa jenis benda (g/cm3 ) A = Luas permukaan benda yang diuji (cm2 ) T = Waktu perendaman (jam) 4.2.1 Perhitungan Laju Korosi 23 Jam Perhitungan laju korosi ini dilakukan pada hari kedua setelah pencelupan pertama. Namun, di dalam praktikum ini benda yang direndam kurang dari 24 jam, karena pada pencelupan pukul 16.45 dan diambil saat 15.45, jadi benda hanya direndam selama 23 jam, berikut perhitungan laju korosinya: Diketahui: W0 = 27,6229 gr W1 = 26,4376 gr K = 2,87 x 102
  • 17. Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 32 D = 7,86 g/cm3 A = 14,61042 cm2 T = 23 jam W = W0 – W1 = 27,6229 - 26,4376 = 1,1853 gr Laju korosi = 𝐾 𝑥 𝑊 𝐷 𝑥 𝐴 𝑥 𝑇 = 2,87 x 102 𝑥 1,1853 7,86 𝑥 14,61042 𝑥 23 = 331,884 2621,109348 = 0,12662 ipm Jadi, laju korosi benda yang direndam selama 23 jam adalah 0,12662 ipm 4.2.2 Perhitungan laju korosi 166,5 jam Perhitungan laju korosi ini dilakukan pada hari ketujuh setelah pencelupan pertama. Namun, di dalam praktikum ini benda yang direndam kurang dari 168 jam (7 hari), karena pada pencelupan pukul 16.45 dan diambil saat 16.15, serta pada saat pengambilan data pertama, setelah 24 jam ada waktu yang terbuang karena menimbang benda, jadi setelah dihitung, waktu perendaman adalah 166,5, berikut perhitungan laju korosinya: Diketahui: W0 = 27,6229 gr W1 = 24,4656 gr K = 2,87 x 102 D = 7,86 g/cm3 A = 14,61042 cm2 T = 166,5 jam W = W0 – W1 = 27,6229 - 24,4656 = 3,1573 gr
  • 18. Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 33 Laju korosi = 𝐾 𝑥 𝑊 𝐷 𝑥 𝐴 𝑥 𝑇 = 2,87 x 102 𝑥 3,1573 7,86 𝑥 14,61042 𝑥 166,5 = 884,004 19120,5205498 = 0,046235 ipm Jadi, laju korosi benda yang direndam selama 166,5 jam adalah 0,046235 ipm 4.2.3 Analisa Data Berdasarkan hasil perhitungan dari data yang diperoleh, dapat dianalisa bahwa laju korosi yang semakin lama waktu perendamannya maka laju korosi juga semakin turun karena semakin banyak waktu bagi logam untuk memperbaiki lapisan pasif logam yang kemungkinan telah rusak oleh ion-ion korosif klorida sehingga dapat menurunkan laju korosinya.
  • 19. Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 34 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan praktikum pengujian laju korosi, dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Dengan melakukan proses pengujian laju korosi kami telah mengetahui langkah kerja dan prosedur dalam melakukan proses tersebut dengan baik dan benar. Dalam pengujian ini menghasilkan bahwa laju korosi yang semakin lama waktu perendamannya maka laju korosi juga semakin turun karena semakin banyak waktu bagi logam untuk memperbaiki lapisan pasif logam yang kemungkinan telah rusak oleh ion-ion korosif klorida sehingga dapat menurunkan laju korosinya. b. Dilihat dari benntuk klasifikasinya laju korosi dibagi menjadi berbagai macam. Seperti korosi merata, korosi logam tak sejenis, korosi erosi, korosi sumuran, korosi batas butir, retak pengaruh lingkungan, korosi celah, kerusakan akibat hidrogen, dealloying, dan korosi aliran, c. Klasifikasi korosi dilihat dari jenis reaksinya dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: reaksi kimia secara langsung dan reaksi elektrokimia. d. Pada umumnya korosi disebabkan oleh air. Tetapi banyak hal lain yang menyebabkan terjadinya korosi. Hal itu diantaranya faktor gas terlarut, faktor temperatur, faktor pH, dan faktor padatan terlarut. e. Untuk menghambat laju korosi yang terjadi pada suatu benda logam. Dapat menggunakan beberapa cara. Seperti menggunakan cara pengubahan media, seleksi material, proteksi katodik, proteksi anodic, inhibitor korosi, pengubahan media, dan pelapisan. 5.2 Saran Diharapkan pada praktikum selanjutnya semua hal yang dibutuhkan dalam praktikum dapat dilaksanakan dengan lebih baik,yaitu: 1. Dari segi peralatan, karena keterbatasan peralatan akan sulit dalam melakukan pengukuran suatu benda uji dengan cepat.
  • 20. Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik- Modul 2-Laju Korosi LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR 35 DAFTAR PUSTAKA Fajar Sidiq, M. (2013). Analisa Korosi Dan Pengendaliannya. Journal Foundry Vol. 3 No. 1. ISSN, 2087-2259. Masyrukan. (2006). Penelitian Sifat Fisis Dan Mekanis Baja Karbon Rendah Akibat Pengaruh Proses Pengarbonan Dari Arang Kayu Jati. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Pattireuw, Kevin J, dan Lumintang, Romels, (2013). Analisis Laju Korosi Pada Baja Karbon Dengan Menggunakan Air Lau Dan H2SO4 , Universitas Sam Ratulangi Manado. Yusuf, Sofyan. (2008). Laju Korosi Pipa Baja Karbon A106 Sebagai Fungsi Temperatur Dan Konsentrasi NaCl Pada Fluida Yang Tersaturasi Gas CO2. Thesis Magister Ilmu Material Universitas Indonesia.