SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 20
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Kepribadian Ulul Albab dalam Al-Qur’an 
Ulul Albab adalah konsep manusia ideal menurut Al Qur’an. Di dalam Al Qur’an, kata 
ulul albab dapat kita temui di 16 tempat beserta sifat-sifat yang dikonsepkan oleh Allah sebagai 
karakter seorang Ulul Albab. Maka dari itu, untuk mengetahui seperti apa konsep ulul albab 
tersebut, kita awali dengan mengkaji ayat-ayat dalam Al Qur’an yang menerangkan tentang ulul 
albab beserta tafsirnya sebagai berikut: 
1. Surah Al-Baqarah (2): 179 
ولكم في القصاص حياة يا أولى الألباب لعلكم تتقون 
Artinya: Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang 
yang berakal, supaya kamu bertakwa(179) 
Keterangan : 
Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang mempunyai akal. Artinya 
bisa memahami tentang hikmah aturan-aturan dan ketetapan qishos. 
2. Surah Al-Baqarah (2): 197 
الحج أشهر معلومات فمن فرض فيهن الحج فلا رفث ولا فسوق ولا جدال في الحج وما تفعلوا من خير يعلمه الله وتزودوا فإن 
خير الزاد التقوى واتقون يا أولى الألباب 
Artinya : (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi[122], barangsiapa yang 
menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats[123], 
berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu 
kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya 
sebaik-baik bekal adalah takwa[124] dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang 
berakal (197). 
[122] ialah bulan Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah.
[123] Rafats artinya mengeluarkan perkataan yang menimbulkan berahi yang tidak senonoh 
atau bersetubuh. 
[124] maksud bekal takwa di sini ialah bekal yang cukup agar dapat memelihara diri dari 
perbuatan hina atau minta-minta selama perjalanan haji. 
Asbabun nuzul ayat ini : Menurut suatu riwayat, orang-orang Yaman apabila nik haji tidak 
membawa bekal apa-apa, dengan alasan tawakkal kepada Allah. Maka turunlah 
“watazawwadu, fainna khairaz zadit taqwa”. (Diriwayatkan oleh al-Bukhori dan lain-lainnya 
yang bersumber dari Ibnu Abbas). 
Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok yang menetapi kriteria yang terkandung 
dalam ayat diatas yaitu : 
1. Orang-orang yang melakukan ibadah haji pada waktunya. 
2. Orang-orang yang tidak melakukan hubungan seks pada saat haji. 
3. Orang-orang yang meninggalkan segala perbuatan maksiat pada saat haji. 
4. Orang-orang yang meninggalkan pertengkaran pada saat haji. 
5. Orang-orang yang senantiasa mengerjakan perbuatan baik. 
6. Orang-orang yang membawa bekal saat haji sehingga tidak merepotkan orang lain. 
3. Surah Al-Baqarah (2): 269 
يؤتي الحكمة من يشاء ومن يؤت الحكمة فقد أوتي خيرا كثيرا وما يذكر إلا أولوا الألباب 
Artinya : Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As 
Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia 
benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah 
yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)(269). 
Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang dapat mengambil 
pelajaran atas apapun yang diberikan Allah pada mereka yaitu berupa ilmu yang bermanfaat 
sehingga mereka dalam melakukan apapun selalu karena Allah.
4. Surah Ali Imran (3): 7 
هو الذي أنزل عليك الكتاب منه أيات محكمات هن أم الكتاب وأخر متشا بهات فأما الذين في قلوبهم زيغ فيتبعون ما تشابه منه 
ابتغاء الفتنة وابتغاء تأويله ومايعلم تأويله إلا الله والراسخون فى العلم يقولون أمنا به كل من عند ربنا وما يذكر إلا أولوا 
الألباب 
Artinya : Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada 
ayat-ayat yang muhkamaat[183], Itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) 
mutasyaabihaat[184]. adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, 
Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk 
menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui 
ta’wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman 
kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” dan tidak dapat 
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal(7). 
[183] Ayat yang muhkamaat ialah ayat-ayat yang terang dan tegas Maksudnya, dapat dipahami 
dengan mudah. 
[184] termasuk dalam pengertian ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang mengandung 
beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali sesudah 
diselidiki secara mendalam; atau ayat-ayat yang pengertiannya Hanya Allah yang mengetahui 
seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib-ghaib misalnya ayat-ayat yang 
mengenai hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain. 
Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang mengimani Al Qur’an di 
mana telah tertanam dihatinya sebuah kemantapan terhadap isi dan kandungan Al 
Qur’an. Orang yang Ulul Albab tidak akan menafsiri ayat-ayat mutasyabbihat karena hanya 
Allah yang mengetahui artinya. 
5. Surah Ali Imran (3): 190-191 
إن في خلق السموات والأرض واختلاف الليل والنهار لآيات لأولى الألباب. الذين يذكرون الله قياما وقعودا ويتفكرون في خلق 
السموات والأرض ربنا ماخلقت هذا باطلا سبحانك فقنا عذاب النار 
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan 
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal(190). (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri dan duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka 
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) “Ya Tuhan kami tiadalah 
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa 
neraka(191). 
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa orang Quraisy datang kepada orang Yahudi untuk 
bertanya : “Mu’jizat apa yang dibawa Musa kepada kalian?”. Mereka menjawab : “Tongkat dan 
tangannya terlihat putih bercahaya”. Kemudian mereka bertanya kepada kaum nashara : 
“Mu’jizat apa yang dibawa Isa kepada kalian?”. Mereka menjawab : “Ia dapat menyembuhkan 
orang buta sejak lahir hingga dapat melihat, menyembuhkan orang berpenyakit sopak dan 
menghidupkan orang mati”. Kemudian mereka menghadap Nabi Saw. Dan berkata : “Hai 
Muhammad, coba berdo’alah kepada Tuhanmu agar gunung Shafa ini dijadikan mas”. Lalu 
Rasulullah Saw. Berdo’a. maka turunlah ayat tersebut diatas (QS.3 : 190). Sebagai petunjuk 
untuk memperhatikan apa yang telah ada yang akan lebih besar manfaatnya bagi orang yang 
menggunakan akalnya. (Diriwayatkan oleh at-Thabarani dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber 
dari Ibnu Abbas.) 
Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang senantiasa menjadikan 
segala sesuatu yang ada di langit dan bumi sebagai media untuk selalu mengingat Allah 
akan Kebesaran-Nya, sehingga sifat ihsannya telah melekat dalam hatinya 
6. Surah Al-Maidah (5): 100 
قل لا يستوى الخبيث والطيب ولو أعجبك كثرة الخبيث فاتقوا الله يا أولى الألباب لعلكم تفلحون 
Artinya : Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang 
buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar 
kamu mendapat keberuntungan.”(100). 
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika Nabi Saw. Menerangkan haramnya arak, 
berdirilah seorang Badwi dan berkata : “Saya pernah menjadi pedagang arak, dan saya menjadi 
kaya raya karenanya. Apakah kekayaaanku ini bermanfaat apabila saya menggumakannya untuk 
taat kepada Allah?”. Nabi mebjawab : “Sesungguhnya Allah tidak mnerima kecuali yang baik:. 
Maka turunlah ayat ini (QS.5 : 100 ) yang membenarkan ucapan Rasul-Nya.
Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang bisa menahan hawa 
nafsunya dari perbuatan-perbuatan buruk yang melanggar syariat agama walaupun perbuatan 
itu menguntungkan dirinya. 
7. Surah Yusuf (12): 111 
لقد كان في قصصهم عبرة لأولى الألباب ماكان حديثا يفترى ولكن تصديق الذي بين يديه وتفصيل كل شيئ وهدى ورحمة 
لقوم يؤمنون 
Artinya : Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang 
yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi 
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai 
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman(111). 
Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang menjadikan cerita-cerita 
Rasul dalam Al Qur’an sebagai pelajaran dan pengetahuan tentang Kebesaran Allah yang 
diberikan kepada para Rasul sehingga dapat menjadikan mereka selalu ingat Allah. 
8. Surah Al-Ra’d (13): 19 
أفمن يعلم أنما أنزل إليك من ربك الحق كمن هو أعمى إنما يتذكرأولوا الألباب 
Artinya : Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari 
Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? hanyalah orang-orang yang berakal saja 
yang dapat mengambil pelajaran(19). 
Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang mengimani dan percaya 
tentang segala sesuatu yang diturunkan oleh Allah dan mereka dapat mengambil pelajarannya. 
9. Surah Ibrahim (14): 52 
هذا بلاغ للناس ولينذروا به وليعلموا أنما هو إله واحد وليذكر أولوا الألباب 
Artinya : (Al Quran) Ini adalah penjelasan yang Sempurna bagi manusia, dan supaya mereka 
diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya dia adalah Tuhan 
yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran (52)
Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang mengetahui dan 
memahami tentang hujjah yang ada dalam Al Qur’an dan menjadikannya sebagai nasihat 
baginya. 
10. Surah Shad (38): 29 
كتاب أنزلناه إليك مبارك وليدبروا أياته وليتذكر أولوا الألباب 
Artinya : Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya 
mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang 
mempunyai fikiran(29). 
Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang memperhatikan ayat-ayat 
Allah dan mempercayai bahwa kitab yang diturukan dapat memberikan berkah. 
11. Surah Shad (38): 43 
ووهبنا له أهله ومثلهم معهم رحمة منا وذكرى لأولى الألباب 
Artinya : Dan kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami 
tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari kami dan pelajaran 
bagi orang-orang yang mempunyai fikiran. 
Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang mengumpulkan kembali 
keluarganya dalam artian menyambung tali silaturrahim yang mungkin sempat terputus. 
Bahkan mempererat ukhuwah islamiyah antar sesama. 
12. Surah Al-Zumar (39):9 
أمن هو قانت أناء الليل ساجدا وقائما يحذر الأخرة ويرجوا رحمة ربه قل هل يستوى الذين يعلمون والذين لا يعلمون إنما 
يتذكر أولوا الألباب 
Artinya : (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang 
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) 
akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang 
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang 
berakallah yang dapat menerima pelajaran(9).
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “amman huwa qanitun” 
dalam ayat ini (QS.39 : 9) ialah Ustman bin Affan (yang selalu bangun malam sujud kepada 
Allah SWT). 
Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang bangun di tengah malam 
untuk bersujud kepada Allah dengan harapan menggapai ridhoNya. 
13. Surah Al-Zumar (39): 18 
الذين يستمعون القول فيتبعون أحسنه أولئك الذين هديهم الله وأولئك هم أولوا الألباب 
Artinya : Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di 
antaranya[1311]. mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi Allah petunjuk dan mereka 
Itulah orang-orang yang mempunyai akal. 
[1311] maksudnya ialah mereka yang mendengarkan ajaran-ajaran Al Quran dan ajaran-ajaran 
yang lain, tetapi yang diikutinya ialah ajaran-ajaran Al Quran Karena ia adalah yang paling 
baik. 
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa setelah turun ayat “laba sab’atu abwabin” (QS.15 : 
44) datanglah seorang laki-lakiAnshar menghadap kepada Nabi Saw. Dan berkata : “ Ya 
Rasulullah, aku mempunyai tujuh hamba telah aku merdekakan seluruhnya untuk ketujuh pintu 
neraka. Ayat ini (QS. 39 : 17) turun berkenaan dengan peristiwa itu yang menyatakan bahwa 
orang tersebut telah mengikuti petunjuk Allah”. (Diriwayatkan oleh Juwaibir dengan 
menyebutkan sanadnya yang bersumber dari Jabir bin Abdillah). 
Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang mendengarkan perkataan 
yang baik (mengikuti yang paling baik) serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 
14. Surah Al-Zumar (39):21 
ألم تر أن الله أنزل من السماء ماء فسلكه ينابيع فى الأرض ثم يخرج به زرعا مختلفا ألوانه ثم يهيج فتريه مصفرا ثم يجعله 
حطاما إن في ذلك لذكرى لأولى الألباب
Artinya : Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari 
langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi Kemudian ditumbuhkan-Nya 
dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu 
kamu melihatnya kekuning-kuningan, Kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. 
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang 
mempunyai akal(21). 
Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang berfikir bahwa apa-apa 
yang ada bumi serta isinya merupakan karunia yang telah Allah limpahkan kepada 
hambaNya. 
15. Surah Al-Mu’min (40): 53-54 
ولقد أتينا موسى الهدى وأورثنا بنى إسرائيل الكتاب هدى وذكرى لأولى الألباب 
Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa, dan Kami wariskan 
Taurat kepada Bani Israil(53). Untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang 
berfikir(54). 
Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang berfikir bahwa Al qur’an 
merupakan petunjuk dan peringatan. 
16. Surah Al-Thalaq (65): 10 
أعد الله لهم عذابا شديدا فاتقوا الله يا أولى الألباب الذين أمنوا قد أنزل الله إليكم ذكرا 
Artinya : Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, Maka bertakwalah kepada Allah 
Hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya 
Allah Telah menurunkan peringatan kepadamu(10). 
Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang bertakwa serta beriman 
kepadaNya dan Allah menyediakan azab yang pedih bagi orang yang tidak bertakwa
B. Konsep Ulul Albab 
Dalam terminologi tasawuf, mengenal istilah Shadr, Qalb, Fu’ad, Dan Lubb atau ulul 
albab. Keempatnya adalah lingkaran stasiun berlapis bertingkat sebagai suatu kesatuan yang 
utuh, tiap-tiap stasiun mewadahi cahaya sendiri dan dijadikan beberapa tingkat hati . 
Hati yang paling luar adalah shadr (dada), lebih dekat hubungannya dengan otak, 
mewadahai cahaya Islam (praktek ibadah dan amal shaleh). Ia adalah inti dari tindakan yaitu 
mengikuti perintah otak. Sebagai bagian terluar, seperti halnya rumah, tidak terbebas dari aman, 
bersih dan kenyamanan, selalu saja ada gangguan. Melalui tingkatan inilah tempat masuk dan 
keluarnya kebaikan dan keburukan. Ia akan datang dan pergi. Dengan demikian tidaklah cukup 
kalau hanya mengandalkan shadr. 
Kemudian lapisan kedua adalah Qalb, yaitu tempat pengetahuan yang lebih mendalam 
dan keimanan terhadap ajaran spiritual dan keagamaan yang murni. Disinilah letaknya cahaya 
iman, ia juga tempat kesadaran kita akan kehadiran tuhan, sebuah kesaadaran yang 
mengarahkan kita pada transfer pemikiran dan tindakan. Namun keimanan dalam hati (Qalb) 
kadang bisa saja meningkat dan bisa saja melemah. 
Maka disinilah pentingnya Fu’ad sebagai lapisan ketiga. Fu’ad sebagai hati lebih dalam 
mewadahi cahaya makrifat atau pengetahuan akan kebenaran spiritual. Seakan merasakan 
kehadiran tuhan dengan sangat jelas, seakan-akan kita melihat Allah SWT berada dihadapan 
kita. Seperti halnya orang yang khusu dalam shalatnya. Dan inti dari lapisan itu adalah Lubb 
atau ulul albab. 
Ulul albab adalah bagian yang paling dalam, Kata Ulul merupakan bentuk kata untuk 
menunjukan kepunyaan atau kepemilikan. Albab adalah bentuk jamak dari Lubb, yang 
bermakna inti, isi, sari, terpenting. Lubab adalah intisari dari segala sesuatu, murni bersih. 
Definisi ini di rasionalisasikan dengan umpama bahwa ketika kita akan memakan buah kelapa, 
kita membuang, mengeluarkan atau mengupas bagian luarnya, sehingga isi kelapa atau isi 
buahnya terambil. Isi kelapa tersebut dinamakan Lubb. 
Jadi Lubb terkandung makna aktif; mengeluarkan isi, bagian dalam dari sesuatu. Bisa 
juga bermakna dinamis; menyaring atau memiliki dari sesuatu hal. Lubb terkandung makna 
aflikatif progress; membuang sesuatu yang tidak bermanpaat dan mengambil hal yang berfaedah 
sehingga pemikiran kita jernih yang terbebas dari kekeliruan atau kecacatan dalam berpikir. 
Pemikiran jenis inilah yang mampu menyingkap rahasia-rahasia dan hikmah dibalik hukum 
yang diturunkan Allah. Berpikir murni inilah yang melatar belakangi firman Allah [QS. Al-baqarah: 
269] mengaitkan kata hikmah dengan Ulul Albab:
Artinya: “Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan 
As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia 
benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah 
yang dapat mengambil pelajaran. 
Berangkat dari pengertian bahwa Lubb merupakan saripati sesuatu, semisal kacang yang 
memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang dinamai Lubb. Jadi Ulul Albab ialah orang-orang 
yang memiliki akal murni yang tidak di selubungi oleh “kulit”, yakni kabut ide yang 
dapat melahirkan kerancuan dalam berpikir. Keistimewaan-keistimewaan Ulul Albab melingkar 
dalam dan memiliki hikmah, ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. 
Seiring dengan itu, Prof. Wahbah Juhaili memaknai Ulul Albab dengan Ashab al-’Uqul 
[komunitas orang-orang cerdas]. Simpelnya orang yang melakukan perubahan terhadap dirinya 
sehingga dari-individu-individu tersebut memberikan perubahan terhadap lingkungannya [agent 
social of change] dengan bursa gagasan yang cerdas, analitis dan normatif. Jika hidup kita 
dilandasi dengan Ulul Albab insyaAllah akan senantiasa melakukan perubahan di tengah-tengah 
masyarakat; mengembalikan dari kegelapan menuju cahaya [min al-Dzulumat ila al-Nur], dari 
kritis ke normal, dari labil ke stabil, itulah makna perubahan 
Ulul Albab adalah tempat Tauhid dan peng-Esaan. Ia adalah cahaya yang paling 
sempurna dan penguasa yang paling agung. Ia berada diluar kata-kata, teori-teori, dan 
pemikiran-pemikiran. Ia tak terhingga. Dari Lubb inilah terpancar cahaya kebaikan dan 
kebajikan yang kemudian ditransformasikan melaui lapisan-lapisan lain diatasnya. apabila 
sudah sampai Lubb, maka kita akan menemukan sirul asrar rahasia, rahasia dibalik rahasia. 
Oleh karena itu Ulul Albab adalah orang yang perjalanannya sampai kepada hati yang 
paling dalam, yang dapat menangkap cahaya Allah. Lubab adalah cahaya yang bersambung, 
tumbuhan yang tertanam dan akal yang terbentuk. Ia bukan susunan atau organ tubuh yang 
berada di dalam, tetapi ia adalah cahaya yang tersebar seperti sesuatu yang orisinil atau murni. 
Berdasarkan atas ayat-ayat tersebut, para intelektual muslim indonesia memahami, 
memberikan pengertian dan karakteristik yang berbeda-beda. 
 Menurut Quraish Shihab: beliau meyatakan bahwa ditinjau dari etimologis, kata albab 
adalah bentuk plural (jamak) dari kata lubb, yang artinya saripati sesuatu. Misalnya 
kacang, memiliki kulit yamg menutupi isinya. Isi kacang disebut lubb. Berdasarkan 
definisi pengertian etimologi ini, dapat kita ambil pengertian terminologi bahwa ulul 
albab adalah orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi kulit. 
 Menurut AM Saefudin: bahwasannya ulul albab adalah intelektual muslim atau pemikir 
yang memiliki ketajaman analisis atas fenomena dan proses Alamiah, dan menjadikan
kemampuan tersebut untuk membangun dan menciptakan kemaslakhatan bagi 
kehidupan manusia. 
 Menurut Jalaluddin Rahmat beliau mengemukakan lima karakteristik ulul albab dengan 
bahasa yang lebih rinci lagi yakni: 
1. Kesungguhan mencari ilmu dan kecintaannya mensyukuri ni’mat Allah ( QS, Ali Imran: 
190) 
2. Memiliki kemampuan memisahkan sesuatu dari kebaikan dan keburukan, sekaligus 
mengarahkan kemampuannya untuk memilih dan mengikuti kebaikan tersebut. (QS. Al-maidah: 
3) 
3. Bersikap kritis dalam menerima pengetahuan atau mendengar pembicaraan orang lain, 
Memiliki kemampuan menimbang ucapan, teori. Proposisi atau dalil yang dikemukakan 
orang lain. ( QS. Az-zumar: 18 ) 
4. Memiliki kesediaan untuk menyampaikan ilmunya kepada orang lain, memiliki tanggung 
jawab untuk memperbaiki masyarakat serta terpanggil hatinya untuk untuk menjadi 
pelopor terciptanya kemaslakhatan dalam masyarakat. ( QS. Ibrahim: 2 dan Ai-ra’d: 19- 
22) 
5. Merasa takut hanya kepada Allah. ( QS. Albaqoroh: 197 dan Al-thalaq: 10 ) 
Karakteristik ulul albab, item 1-3 dan 5 terkait dengan kemampuan berfikir dan berdzikir, 
dan item ke empat terkait dengan kemampuan berkarya positif dan kemanfaatannya bagi 
kemanusiaan. Dengan demikian, insan ulul albab adalah komunitas yang memiliki keungulan 
tertentu dan berpengaruh besar pada transformasi sosial. Kualitas dimaksud adalah terkait 
dengan kedalaman spiritual ( dzikir ), ketajaman analisis ( fikir ), dan pengaruhnya yang besar 
bagi kehidupan ( amal Sholeh ). 
Dengan Demikian, dapat dinyatakan bahwa karakteristik dan ciri-ciri ulul albab adalah 
memiliki kualitas berupa kekuatan dzikir, fikir, dan amal Sholeh. Atau dalam bahasa lain , 
masyarakat yang mempunyai status ulul albab yang mana mereka mempunyai indikator sbb: 
1. Memiliki ketajaman analisis 
2. Memiliki ketajaman spiritual 
3. Optimisme dalam menghadapi hidup 
4. Memiliki keseimbangan jasmani-ruhani, individu sosial dan keseimbangan dunia 
dan akhirat. 
5. Memiliki kemanfaatan bagi kemanusiaan 
6. Pioneer dan pelopor dalam transformasi sosial 
7. Memiliki kemandirian dan tanggung jawab
8. Berkepribadian kokoh 
C. Iqra’ sebagai Dasar Pembentukan Kepribadian Ulul Albab 
Sebagai sumber dan informasi dari berbagai macam pengetahuan (knowledge) dan ilmu 
pengetahuan (science), al-Qur’an mendorong umat Islam untuk senantiasa memiliki ghirah 
(semangat) tinggi dan motivasi yang kuat dalam mencari dan mengembangkan ilmu 
pengetahuan. Motivasi pengembangan keilmuan yang demikian kuat di antaranya tampak pada 
ayat pertama yang diturunkan Tuhan kepada Rasulullah, yakni perintah iqra (membaca), yang 
terdapat dalam surat al-’Alaq ayat 1 – 5 berikut: 
اقرأ باسم ربك الذي خلق 0 خلق الانسان من علق 0 اقرأ وربك الأكرم 0 الذي علم بالقلم 0 علم 
)5- الانسان مالم يعلم )العلق: 1 
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan (1) Dia telah Menciptakan 
manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah (3)Yang 
mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (4) Dia mengajarkan kepada manusia apa 
yang tidak diketahuinya (5) 
Lima ayat di atas menunjukkan betapa Islam concern terhadap ilmu pengetahuan. 
Bahkan dengan melihat kepada semangat ayat tersebut, keilmuan Islam dibentuk sebagai ilmu 
yang holistik, yaitu ilmu yang tidak membedakan antara ilmu yang bersumber dari ayat-ayat 
Qur’aniyah pada satu sisi, dan ayat-ayat Kauniyah pada sisi lain. Kata “ اقرأ ” (membaca) 
merupakan petunjuk al-Qur’an akan pentingnya penggunaan alat-alat inderawi (mata dan akal) 
sebagai pengumpulan informasi pengetahuan. Untuk itulah, al-Qur’an (Islam) sejak awal tidak 
menafikan adanya ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh pengamatan inderawi terhadap 
sunnatullah. 
Frasa “ باسم ربك ” memberikan pengertian bahwa kegiatan pembacaan terhadap alam, 
seperti yang dijelaskan sebelumnya, harus didasarkan pada sebuah keyakinan teologis. 
Keyakinan tersebut dalam perspektif al-Qur’an menjadi sebuah tolok ukur hadirnya nilai-nilai 
ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh pengamatan inderawi terhadap fenomena-fenomena 
kealaman. 
Sedangkan frase “ خلق الانسان من علق ” mempertegas petunjuk kepada kita bahwa hal yang 
harus diamati oleh manusia pertama kali adalah menyangkut tentang dirinya sendiri, tentang 
bagaimana proses penciptaannya, gejala-gejala biologis yang berada di dalamnya, dan segala hal 
yang berkaitan dengan itu. Disinilah letak motivasi al-Qur’an terhadap berkembangnya ilmu-
ilmu alam, khususnya biologi. Penyelidikan terhadap diri manusia, pada akhirnya akan 
menghadirkan sebuah kesadaran bahwa manusia berada diantara sekian penciptaan yang besar 
(makrokosmik). Untuk mempelajari alam semesta yang lebih luas itu, diperlukan ilmu fisika dn 
kimia agar manusia dapat mempelajari alam luas, sehingga manusia bisa mencapai kepada 
kesadaran Yang Satu ( .(ربك 
Dengan demikian, arti membaca dalam konteks ini tidak sekedar membaca teks tetapi 
juga membaca konteks. Bahkan makna iqra’ dalam arti membaca konteks, yakni situasi dan 
kondisi sosial, dalam konteks makna iqra dalam QS. Al-‘alaq ini lebih relevan jika dikaitkan 
dengan kondisi pribadi Rasulullah berikut setting sosio-kultural pada saat itu. Hal ini terbukti 
dalam beberapa indikasi berikut: 
1) Stategi dakwah yang diskenario oleh Rasulullah pada saat beliau di Makkah, adalah 
didasarkan kepada keberhasilan beliau membaca situasi dan kondisi masyarakat 
kota kelahiran beliau tersebut; 
2) Rasulullah Muhammad tidak memiliki kemampuan membaca dan bahkan menulis 
(teks). Artinya, ketidakmampuan Rasulullah dalam hal membaca dan menulis teks, 
namun tetap diperintahkan untuk membaca bahkan perintah tersebut diulangi 
hingga tiga kali tersebut, semakin memperkuat makna iqra tidak sekedar membaca 
teks tetapi membaca konteks; 
3) Ketidakmampuan Rasulullah dalam hal membaca dan menulis, memiliki blessing 
teologis, sebagai bukti historis tersendiri bagi upaya membantah tuduhan para 
orientalis bahwa Islam adalah agama yang disistematisir oleh Rasulullah, atau al- 
Qur’an sebagai hasil kreasi tangan Rasulullah SAW sendiri. 
Merespons perintah Allah yang diapresaisi oleh Rasulullah tersebut, menuntut kepada 
semua umat Islam untuk meneladani pola kepatuhan Rasulullah terhadap semua amar 
Tuhannya. Salah satu indikator kepatuhan kita kepada Allah dan rasul-Nya adalah dengan 
membekali diri dengan ilmu pengetahuan, yang hanya kita dapatkan melalui iqra’. Jika pada 
masa dahulu iqra sudah berarti membaca kondisi sosial, maka makna iqra dalam konteks 
pengertian sekarang adalah melakukan upaya eksplorasi, meneliti, membaca, menelaah, 
menemukan, dan bahkan mengembangkannya untuk kepentingan seluasnya-luasnya bagi 
kemanusiaan. 
Bukankah ini juga merupakan apresiasi Rasulullah terhadap orang yang memiliki 
kemanfaatan bagi orang lain sebagai sebaik-baik manusia. Bahwa orang yang paling baik adalah 
orang yang memiliki kontribusi besar bagi kemanusiaan, yang ditunjukkan dengan karya-karya 
positifnya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah terntang orang yang
memiliki kontribusi besar bagi kehidupan. Bahwa orang yang memiliki karya-karya positif bagi 
kehidupan diklaim sebagai manusia terbaik. Dalam hadits lain juga dijelaskan bahwa orang 
yang memiliki ilmu pengetahuan dan mengkontribusikannya untuk kepentingan kemaslahatan 
umat manusia, diumpamakan sebagai hujan yang menimpa bumi yang subur di mana bumi 
tersebut menumbuh suburkan tanaman yang sangat bermanfaat bagi manusia. 
Untuk memiliki kemampuan dan profesionalisme yang dapat memberikan kontribusi 
bagi pengembangan pemikiran ini, diperlukan adanya upaya maksimalisasi potensi fikir. 
Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an misalnya, bahwa kata yang serumpun dengan kata 
‘ilm, fikr, faqih dan yang serumpun dengan tiga kata tersebut, disebutkan secara berulang-ulang 
dalam berbagai bentuk atau sebanyak 750 kali. Bahkan kata tersebut, menurut Wan Mohd Daud, 
merupakan kata yang paling banyak disebutkan dalam al-Qur’an, setelah kata allah sebanyak 
2500 kali, kata rabb 950 dan kata ‘ilm sebanyak 750 kali. 
(http://www.islamhadhari.net/v4/wacana/detail.php?nkid=19.) 
Banyaknya kata ‘ilm dalam al-Qur’an tersebut, menjadi petunjuk jelas bahwa ilmu 
merupakan salah satu unsur penting dalam konsepsi Islam. Oleh karena betapa pentingnya ilmu 
itulah, maka logis jika wahyu yang pertama kali diturunkan Allah kepada rasul pilihan-Nya 
adalah iqra. Iqra adalah satu-satunya sarana terpenting bagi lahir dan berkembangnya ilmu 
pengetahuan dan terbentuknya pribadi insan Ulul Albab. 
Dalam hadits Nabi juga dinyatakan bahwa pemahaman terhadap agama, merupakan 
jalan untuk mencapai kebaikan yang dikehendaki Tuhan. Urgensi ilmu pengetahuan sebagai 
sistem Islam ini tampak dalam apresiasi Allah dalam berbagai kesempatan dalam al-Qur’an, 
maupun rasulullah dalam sejumlah teks hadits. Di dalam al-Qur’an misalnya dinyatakan bahwa 
Allah akan memberikan derajat yang tinggi terhadap orang-orang yang berilmu (QS. Al- 
Mujadilah: 11), apresiasi Allah terhadap ulama yang memiliki etos ketaqwaan yang tinggi di 
hadapan Allah (QS. Fathir: 28). 
Berdasarkan penjelasan kedua ayat ini, dapat dinyatakan bahwa sesungguhnya Allah 
hanya akan memberikan penghargaan demikian tinggi terhadap orang yang memiliki kualitas 
keilmuan yang handal namun ditopang dengan basis keimanan yang kokoh pula. Karena itu 
pula, kedua ayat ini ekuivalen dengan perintah ber-iqra yang ditopang dengan bismi rabbik al-ladzi 
khalaq, sebagaimana dalam QS. al-‘Alaq: 1. 
Di dalam hadits juga terdapat sejumlah teks yang menganjurkan umat Islam untuk 
menjadi kelompok yang berilmu, dengan motivasi yang begitu kuat, misalnya adalah apesiasi 
nabi terhadap seorang ulama yang harganya jauh lebih tinggi dari seorang ahli ibadah. Dalam
hadits itu dinyatakan bahwa keutamaan seorang ahli ilmu dibandingkan dengan ahli ibadah 
laksana keutamaan bulan atas sejumlah bintang. 
Makna dari hadits tersebut adalah bahwa orang yang memilki ilmu pegetahuan 
memiliki kontribusi besar dan kemanfaatan bagi masyarakat luas yang diumpamakan seperti 
bulan, yang sinarnya bisa menerangi kegelapan dunia. 
Insan Ulul Albab adalah komunitas yang meyakini bahwa ilmu pengetahuan merupakan 
salah satu dari sekian piranti terpenting untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia mupun di 
akhirat. Bahwa tuntutan untuk mengembangkan keilmuan merupakan sebuah kemestian karena 
hanya derngan ilmulah manusia bisa mendapatkan jalan kemudahan untuk “menaklukkan” dan 
mendapatkan kemudahan di dunia dan mendapatkan kebahagiaan di akhirat kelak. 
Dalam hadits Nabi yang menyatakan bahwa siapapun orang yang mencari ilmu dengan 
niat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mampu memberikan implikasi positif bagi diri 
dan sesamanya, maka Tuhan menjanjkan kepadanya sebuah jalan kemudahan dari sekian 
banyak jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai surga. 
Memang tidak banyak penjelasan dalam kitab-kitab syarah hadits terkait dengan makna 
”jalan menuju surga” sebagaimana disebutkan dalam teks hadits tersebut. Namun hemat penulis 
bahwa orang yang mengkaji ilmu itu berarti mencari cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. 
Orang yang telah mencapai kedekatan diri kepada Allah maka ia dengan mudah akan 
mendapatkan petunjuk-Nya. Berbekal dengan petunjuk Tuhan itulah maka pengkaji ilmu 
tersebut akan senantiasa berupaya melaksanakan seluruh ajaran Allah, sehingga Allah akan 
memenuhi janji-Nya dengan menghadiahkan surga kepadanya. 
Kajian dan pembicaraan mengenai surga Tuhan ini akan lebih menarik jika tidak hanya 
dimaknai sebagai kenikmata ukhrawi, tetapi juga sejumlah kenikmatan duniawi. Sebagaimana 
dinyatakan oleh Imam Khomeini, yang menyitir pendapat Shadr al-Muta’allihin, bahwa melihat 
hal-hal yang menyenangkan itu berarti surga, sebaliknya melihat hal-hal yang tidak 
menyenangkan berarti itu neraka. Bertolak dari pendapat tersebut, maka segala sesuatu yang 
dapat memudahkan dan membahagiakan hidup bisa berarti ”surga”, dan sebalinya segala 
sesuatu yang menghambat serta menyengsarakan hidup maka itulah ”neraka”. 
Dalam konteks hadits tentang motivasi mencari ilmu di atas, maka dapat disimpulkan 
bahwa orang yang melengkapi dirinya dengan ilmu akan mendaparkan kemudahan dalam 
hidupnya, karena ia dapat menguasai beberapa sektor kehidupan yang mendatangkan sejumlah 
kebahagiaan. Dengan bekal kemudahan dan kebahagiaan hidupnya di dunia itulah, ia akan dapat 
berinvestasi demikian banyak yang ”buahnya” akan dipetik dan dinikmatinya di akhirat kelak.
Dengan makna demikian pulalah, maka hadits ini sejalan dengan teks al-Qur’an yang dijadikan 
sebagai doa oleh setiap hamba Tuhan, agar diberikan kebaikan di dunia dan di akhirat kelak. 
Maksimalisasi potensi fikir yang melahirkan ilmu pengetahuan ini, dalam konsepsi 
Islam terintegrasi dengan wahyu. Dalam pengertian bahwa pengembangan potensi fikir 
haruslah didasarkan kepada nilai-nilai ketuhanan. Dalam QS. al-’Alaq, disebutkan bahwa iqra 
yang mendasari ilmu pengetahuan adalah iqra bi ism rabbik iqra, yakni pengembangan 
keilmuan yang didasarkan kepada nilai-nilai ketuhanan. Dengan kata lain, iqra yang 
dikembangkan dalam Islam adalah ilmu pengetahuan yang berbasis pada nilai-nilai ilahi atau 
terikat nilai-nilai ketuhanan (value bound), bukan iqra yang sekuler dan bebas nilai (value free). 
Oleh karena pentingnya ilmu bagi kehidupan manusia inipula, nabi mengajarkan bahwa 
seseortang boleh memiliki sifat dengki kepada dua hal, yakni terhadap orang yang memliki 
keyaan dan mentasarufkannya dalam kebaikan, dan orang yang diberikan oleh Allah hikmah 
dan mengajarkannya kepada orang lain. 
Integrasi antara kekuatan wahyu dan kekuatan akal itulah yang dalam konsepsi Islam 
disebut dengan istilah ulul albab. Insan ulul albab adalah insan yang dalam dirinya terbina di 
atas dasar keimanan yang kukuh dan intelektualitas yang tinggi, sehingga mampu melahirkan 
gagasan-gagasan baru yang kreatif, dinamis dan inovatif, untuk dapat diterjemahkan dalam 
karya praksis yang positif (amal shaleh). Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Allah misalnya 
dalam QS. Ali Imran: 190-191. 
Ketika mengomentari dua ayat tersebut, Ibnu Katsir menyatakan bahwa komunitas ulul 
albab adalah komunitas orang yang memiliki kemampuan pemikiran dan intelektualitas yang 
bersih dan sempurna, sehingga mampu memahami hakikat sesuatu secara benar. Komunitas ini 
mencapai strata tersebut, dilakukan dengan menggunakan dzikir dan tafakkur, melalui 
pengamatan, analisis dan melakukan perenungan secara mendalam ketika menyingkap rahasia 
alam. Predikat ulul albab hanya dicapai oleh orang-orang yang mampu berfikir tentang diri, 
fenomena alam, kejadian dan kehidupan. Pembentukan insan ulul albab yang mampu 
menghadirkan fenomena kehidupan Islam yang kukuh, yang mengintegrasikan unsur ketuhanan 
(wahyu) dan nilai-nilai rasionalitas inilah yang pernah memposisikan Islam sebagai ikon 
supremasi peradaban dunia selama beratus-ratus tahun.
D. Insan Ulul Albab dalam Sejarah Pengetahuan Islam 
Pencapaian generasi ulul albab yang menyatu padukan antara unsur kewahyuan dan 
rasionalitas tersebut menghantarkan Islam mencapai masa keemasan dan kecemerlangan (the 
golden age), justru di saat Barat berada pada titik nadir kegelapan (the dark age). Zaman 
keemasan Islam yang telah diletakkan dasarnya oleh rasulullah dan dikembangkan oleh para 
sahabat dan tabi’in ini melahirkan zaman keemasan pada era abbasiyah dan beberapa waktu 
setelahnya, yakni antara tahun 700-1500 M. 
Masa keemasan yang telah digoreskan Islam dalam perjalanan sejarahnya itu, telah 
melahirkan pakar dan saintis Islam yang mempelopori pengkajian Islam dalam berbagai cabang 
keilmuan yang demikian luas. Ibnu Shina misalnya telah menulis sebanyak 220 karya yang 
salah satunya yang paling terkenal adalah tentang kedokteran, yang dikumpulkan dalam sebuah 
karya masterpeace-nya yang bertitel, al-Shifa’ yang terdiri dari 8 jilid. Al-Kindi juga telah 
melahirkan 242 karya cemerlang bidang filfsafat, ibnu ’Arabi sebanyak 284 buah, Zakaria al- 
Razi 236 buah, dan Abu Hasan al-Asy’ari sebanyak 93 buah. 
Para pakar dan saintis Islam tersebut tidak hanya melakukan pengkajian Islam dari salah 
satu bidang, tetapi mereka mengembangkan kajian Islam secara menyeluruh. Fahruddin al-Razi 
misalnya, yang terkenal sebagai seorang mufassir, juga telah melahirkan dan mengembangkan 
sejumlah disiplin keilmuan di bidang metafisika, teologi, filsafat, fiqih, bahkan astronomi. 
Demikian juga dengan al-Jahiz, yang terkenal sebagai seorang teolog mu’tazilah, juga telah 
melahirkan sejumlah karya di bidang biologi terutama zoologi, yang hingga kini dijadikan 
sebagai referensi tidak saja di universitas-universitas di Timur tetapi juga sejumlah universitas 
di Barat. 
Sejumlah bukti lain tentang lahirnya para saintis muslim, yang memiliki pengaruh besar 
bagi kemajuan ilmu pengetahuan di Barat, juga dapat dilihat misalnya Abu al-Qasim al-Zahrawi 
(936-1013) yang di Barat dikenal dengan nama Abulcasis, sebagai bapak ahli bedah modern. 
Al-Zahrawilah tokoh penemu pertama penyakit keturunan yang dibneri nama hemofilia. Ibnu al- 
Haitsam, adalah sosok lain dari saintis Islam yang juga memiliki pengaruh terhadap Barat, 
karena keahliannya dalam bidang optik. Dialah orang pertama yang memberikan penjelasan 
tentang bagian-bagian mata dan proses penglihatan terjadi, yang dituangkan dalam karyanya, al- 
Manadzir. Selain kedua tokoh tersebut juga dapat disebut misalnya, al-Battani (868-929) yang 
ahli dalam hal matematika dan astronomi, Jabir ibn Hayyan (803) sebagai bapak kimia modern, 
dan al-Khawarizmi sebagai ahli matematika. 
Bayt al-Hikmah yang dipersiapkan oleh khalifah al-Makmun di era abbasiyah yang 
menjadi wadah pengembangan keilmuan tidak saja oleh umat Islam tetapi juga seluruh penjuru
Eropa, menjadi kontributor besar bagi upaya mengantarkan Islam mencapai derajat ketinggian 
tamaddun yang paling disegani. Bahkan karya-karya para sarjana Islam ini pulalah yang 
mendorong lahirnya era renaissance di Eropa, yang merupakan era pembebasan kungkungan 
pemikiran yang dilakukan oleh pihak gereja. Ribuan sarjana Eropa membanjiri sejumlah 
universitas di Baghdad, Spanyol, Mesir, Syiria, dan Persia (Iran sekarang). Karya-karya para 
pakar dan saintis Islam tersebut telah memposisikan Islam sebagai ikon supremasi peradaban 
dunia. 
Ilustrasi kemajuan ilmu pengetahuan yang berbasis pada kewahyuan Islam tersebut, 
menunjukkan hebatnya upaya maksimalisasi potensi akal dan berbasis pada tawhid. Oleh karena 
itu pula, Islam tidak pernah memiliki pengalaman adanya pemisahan antara akal dan wahyu, 
atau antara rasionalitas dan agama sebagaimana terjadi pada pengalaman tradisi gereja di Eropa, 
yang memberikan otoritas kepada rasio vis a vis otoritas agama (gereja), yang keduanya 
seringkali berjalan dalam konflik dan pertentangan. 
Capaian sejarah kegemilangan Islam, menjadi bukti yang tidak terbantahkan betapa 
integrasi keilmuan dengan tuntunan kewahyuan, menjadi niscaya dilakukan jika umat Islam 
menginginkan dapat mencapai kembali kejayaan yang pernah diraih sebelumnya. Oleh sebab 
itu, insan ulul albab, yakni sosok insan yang memiliki kekokohan akidah (dzikir), 
kecemerlangan intelektualitas (fikir) dan senantiasa berkarya positif (amal shaleh), merupakan 
tuntutan normatif sekaligus sebagai suatu keharusan sejarah yang musti diwujudkan. 
Membangun dan mewujudkan insan ulul albab, tidak akan berhasil jika hanya 
dilakukan oleh orang perorang. Keberhasilan hanya akan dicapai manakala urgensitas tarbiyah 
ulul albab telah dipahami, dihayati dan menjadi suatu kesadaran kolektif di antara semua 
elemen, mulai dari pimpinan, dosen, karyawan dan bahkan semua mahasiswa yang menimba 
pengetahuan di kampus Universitas Hasanuddin tercinta. 
Insan ulul albab yang memiliki kedalaman spiritual (dzikir), intelektualitas yang mapan 
(fikir) dan kreativitas dan aktivitas positif (amal shaleh), dapat dikembangkan dengan cara 
maksimalisasi potensi fikir secara komprehensif. Pentingnya akal bagi kehidupan manusia 
adalah sebagai sarana pengembangan potensi fikir, yang dapat dilakukan dengan piranti otak 
manusia. Otak manusia terdiri dari dua bagian, otak kanan dan otak kiri. Otak kanan memiliki 
fungsi untuk mengembangkan potensi-potensi eros, seperti mendengar musik, memanfaatkan 
paduan warna yang menarik, menciptakan simbol-simbol, humor dan memacu kreativitas. 
Sedangkan otak kiri berfungsi untuk mengembangkan potensi logos, berupa kemampuan 
skolastik, seperti membaca, berhitung, melakukan analisa dan penalaran serta kemampuan 
menghafal.
Kedua bagian otak manusia harus dikembangkan secara bersama-sama, sehingga 
melahirkan insan-insan yang memiliki keseimbangan hidup. Rasulullah SAW adalah contoh 
hidup dalam realitas sejarah yang mampu mengintegrasikan kemampuan otak kanan dan kiri 
sekaligus. Ketika mengutus Mu’adz ibn Jabal ke Yaman misalnya, beliau mengajukan sejumlah 
pertanyaan yang membuat Mu’adz berfikir kreatif dan melatih artikulasi psikologisnya ke dalam 
tatanan verbal dan logikanya. Tuntutan Islam tentang adanya keharusan menyeimbangkan 
kehidupan, jasmani-rohani, dunia-akhirat, feminitas-maskulinitas, otak kiri-otak kanan, 
individu-sosial, dan seterusnya, merupakan tuntunan agar setiap manusia hidup dalam 
keharmonisan. Keharmonisan diri akan berimplikasi pada adanya keharmonisan sosial, yang 
dicitakan oleh setiap elemen masyarakat. 
E. Membangun Kepribadian Mahasiswa sebagai Insan Ulul Albab 
Dalam pandangan Islam, mahasiswa merupakan komunitas yang terhormat dan terpuji. 
karena ia merupakan komunitas yang menjadi cikal bakal lahirnya ilmuan (scietist) yang 
diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan memberikan penjelasan pada 
masyarakat dengan pengetahuannya itu. Oleh karenanya, mahasiswa dianggap sebagai 
komunitas yang penting untuk menggerakkan masyarakat Islam khususnya, dan seluruh umat 
manusia pada umumnya, menuju kekhalifahan yang mampu membaca alam nyata sebagai 
sebuah keniscayaan ilahiyah, yakni mampu mengintegralkan diri dan melebur dalam kesadaran 
kemanusiaan dan ketuhanan dalam waktu yang bersamaan. 
Keberhasilan pendidikan mahasiswa diukur dengan standard apabila mereka memiliki 
identitas dan kepribadian sebagai mahasiswa yang mempunyai: (1) ilmu pengetahuan yang luas, 
(2) penglihatan yang tajam, (3) otak yang cerdas, (4) hati yang lembut dan (5) semangat tinggi 
karena Allah.
PEMBAGIAN MATERINYA : 
Andi Annisa : Kepribadian ulul albab dlm al-Quran 
Winni : Konsep ulul Albab 
Ibe’ : Iqra’ sebagai dasar pembentukan kepribadian ulul albab 
Muhasbir : Insan Ulul Albab sepanjang sejarah 
Nisa : Membangun kepribadian Mahasiswa sebagai insane ulul albab 
Musniati : moderator 
St safira : notulen 
Good Luck…

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Makalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun NuzulMakalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun NuzulRisma Amalia
 
Keimanan dan Ketaqwaan
Keimanan dan KetaqwaanKeimanan dan Ketaqwaan
Keimanan dan KetaqwaanAhmad Rudi
 
ppt iman kepada qada dan qadar
ppt iman kepada qada dan qadarppt iman kepada qada dan qadar
ppt iman kepada qada dan qadarUsmawatidewi
 
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islammakalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at IslamKartika Dwi Rachmawati
 
Macam-macam Qaulan
Macam-macam QaulanMacam-macam Qaulan
Macam-macam QaulanRatih Aini
 
Makalah tentang aqidah
Makalah tentang aqidahMakalah tentang aqidah
Makalah tentang aqidahWarnet Raha
 
Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1
Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1
Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1Rakhmi Vegi Arizka
 
Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)
Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)
Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)Khusnul Kotimah
 
ulumul Qur`an Fungsi hadis terhadap al-Qur`an
ulumul Qur`an Fungsi hadis terhadap al-Qur`an ulumul Qur`an Fungsi hadis terhadap al-Qur`an
ulumul Qur`an Fungsi hadis terhadap al-Qur`an Dyra Yunilaili
 
Ppt sumber hukum islam
Ppt sumber hukum islamPpt sumber hukum islam
Ppt sumber hukum islamkhumairoh
 
Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern
Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan ModernImplementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern
Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan ModernSastra Diharlan
 
PPT Iman kepada rasul
PPT Iman kepada rasul PPT Iman kepada rasul
PPT Iman kepada rasul kiatbelajar95
 
PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur
PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur
PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur Adinda917803
 
Kedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an
Kedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’anKedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an
Kedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’anRobet Saputra
 
Powerpoint Akhlak
Powerpoint AkhlakPowerpoint Akhlak
Powerpoint AkhlakDini Audi
 

Was ist angesagt? (20)

Makalah "Konsep Aqidah Islamiyah"
Makalah "Konsep Aqidah Islamiyah"Makalah "Konsep Aqidah Islamiyah"
Makalah "Konsep Aqidah Islamiyah"
 
Makalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun NuzulMakalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun Nuzul
 
Makalah ijaz alquran
Makalah ijaz alquranMakalah ijaz alquran
Makalah ijaz alquran
 
PERKEMBANGAN HADITS
PERKEMBANGAN HADITSPERKEMBANGAN HADITS
PERKEMBANGAN HADITS
 
Keimanan dan Ketaqwaan
Keimanan dan KetaqwaanKeimanan dan Ketaqwaan
Keimanan dan Ketaqwaan
 
ppt iman kepada qada dan qadar
ppt iman kepada qada dan qadarppt iman kepada qada dan qadar
ppt iman kepada qada dan qadar
 
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islammakalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
 
Macam-macam Qaulan
Macam-macam QaulanMacam-macam Qaulan
Macam-macam Qaulan
 
Makalah tentang aqidah
Makalah tentang aqidahMakalah tentang aqidah
Makalah tentang aqidah
 
Tugas makalah agama
Tugas makalah agamaTugas makalah agama
Tugas makalah agama
 
Makalah shalat
Makalah shalatMakalah shalat
Makalah shalat
 
Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1
Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1
Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1
 
Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)
Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)
Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)
 
ulumul Qur`an Fungsi hadis terhadap al-Qur`an
ulumul Qur`an Fungsi hadis terhadap al-Qur`an ulumul Qur`an Fungsi hadis terhadap al-Qur`an
ulumul Qur`an Fungsi hadis terhadap al-Qur`an
 
Ppt sumber hukum islam
Ppt sumber hukum islamPpt sumber hukum islam
Ppt sumber hukum islam
 
Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern
Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan ModernImplementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern
Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern
 
PPT Iman kepada rasul
PPT Iman kepada rasul PPT Iman kepada rasul
PPT Iman kepada rasul
 
PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur
PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur
PPt. Pai menyembah Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur
 
Kedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an
Kedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’anKedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an
Kedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an
 
Powerpoint Akhlak
Powerpoint AkhlakPowerpoint Akhlak
Powerpoint Akhlak
 

Andere mochten auch

Andere mochten auch (10)

Bab 2 ulul albab
Bab 2 ulul albabBab 2 ulul albab
Bab 2 ulul albab
 
Ulul albab
Ulul albabUlul albab
Ulul albab
 
Konsep Ulul Albab
Konsep Ulul AlbabKonsep Ulul Albab
Konsep Ulul Albab
 
eLog_Story_Presentation_EN
eLog_Story_Presentation_ENeLog_Story_Presentation_EN
eLog_Story_Presentation_EN
 
Paper individu pkn
Paper individu pknPaper individu pkn
Paper individu pkn
 
islam disiplin ilmu
islam disiplin ilmuislam disiplin ilmu
islam disiplin ilmu
 
Iptek dan seni dalam islam
Iptek dan seni dalam islamIptek dan seni dalam islam
Iptek dan seni dalam islam
 
Powerpoint Demokrasi (DRDK)
Powerpoint Demokrasi (DRDK)Powerpoint Demokrasi (DRDK)
Powerpoint Demokrasi (DRDK)
 
Presentasi demokrasi Indonesia
Presentasi demokrasi IndonesiaPresentasi demokrasi Indonesia
Presentasi demokrasi Indonesia
 
Ppt Demokrasi Indonesia
Ppt Demokrasi IndonesiaPpt Demokrasi Indonesia
Ppt Demokrasi Indonesia
 

Ähnlich wie Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

E proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutma
E proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutmaE proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutma
E proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutmaFori Suwargono
 
Memelihara dan mengamalkan al quran
Memelihara dan mengamalkan al quranMemelihara dan mengamalkan al quran
Memelihara dan mengamalkan al quranaldianzeta
 
Adab Interaksi dengan Qur'an.ppt
Adab Interaksi dengan Qur'an.pptAdab Interaksi dengan Qur'an.ppt
Adab Interaksi dengan Qur'an.pptMuslimMuslim13
 
Adab al-quran
Adab al-quranAdab al-quran
Adab al-quranmasdalul
 
PPT Materi 1 kelompok 2
PPT Materi 1 kelompok 2PPT Materi 1 kelompok 2
PPT Materi 1 kelompok 2nisawahyu1
 
Aqidah salaf ashhabul hadits
Aqidah salaf ashhabul haditsAqidah salaf ashhabul hadits
Aqidah salaf ashhabul haditsArdian DP
 
Bahrul Ulum- sepuluh prinsip dasar pembelajaran unggul
Bahrul  Ulum- sepuluh prinsip dasar pembelajaran unggulBahrul  Ulum- sepuluh prinsip dasar pembelajaran unggul
Bahrul Ulum- sepuluh prinsip dasar pembelajaran unggulinsan cendekia
 
Ulumul Qur'an (1).
Ulumul Qur'an (1).Ulumul Qur'an (1).
Ulumul Qur'an (1).Ibnu Ahmad
 
MATERI BAB III QURDIST
MATERI BAB III QURDISTMATERI BAB III QURDIST
MATERI BAB III QURDISTRifkamaliaS
 
Rahasia dan Makna Surat As-Sajdah
Rahasia dan Makna Surat As-SajdahRahasia dan Makna Surat As-Sajdah
Rahasia dan Makna Surat As-SajdahMirza Syah
 
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran Hadits
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran HaditsHakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran Hadits
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran HaditsBismaAdinata
 
"Hadith-Hadith Dhaif Bersangkut Haji Yang Dilemahkan Oleh : Al-`Ulwan , Al-Th...
"Hadith-Hadith Dhaif Bersangkut Haji Yang Dilemahkan Oleh : Al-`Ulwan , Al-Th..."Hadith-Hadith Dhaif Bersangkut Haji Yang Dilemahkan Oleh : Al-`Ulwan , Al-Th...
"Hadith-Hadith Dhaif Bersangkut Haji Yang Dilemahkan Oleh : Al-`Ulwan , Al-Th...Kaminorsabir Kamin
 
Pengantar studi keislaman
Pengantar studi keislamanPengantar studi keislaman
Pengantar studi keislamanMahad Alzaytun
 
Tugas qur'an hadits kelompok 2
Tugas qur'an hadits kelompok 2Tugas qur'an hadits kelompok 2
Tugas qur'an hadits kelompok 2ria210
 

Ähnlich wie Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran (20)

E proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutma
E proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutmaE proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutma
E proposal pondok tahfidzul qur'an bakhutma
 
Memelihara dan mengamalkan al quran
Memelihara dan mengamalkan al quranMemelihara dan mengamalkan al quran
Memelihara dan mengamalkan al quran
 
2. shalat
2. shalat2. shalat
2. shalat
 
Adab Interaksi dengan Qur'an.ppt
Adab Interaksi dengan Qur'an.pptAdab Interaksi dengan Qur'an.ppt
Adab Interaksi dengan Qur'an.ppt
 
Studi al-Qur'an Hadis.pdf
Studi al-Qur'an Hadis.pdfStudi al-Qur'an Hadis.pdf
Studi al-Qur'an Hadis.pdf
 
Adab al-quran
Adab al-quranAdab al-quran
Adab al-quran
 
Al qur'an
Al qur'anAl qur'an
Al qur'an
 
PPT Materi 1 kelompok 2
PPT Materi 1 kelompok 2PPT Materi 1 kelompok 2
PPT Materi 1 kelompok 2
 
Aqidah salaf ashhabul hadits
Aqidah salaf ashhabul haditsAqidah salaf ashhabul hadits
Aqidah salaf ashhabul hadits
 
Bahrul Ulum- sepuluh prinsip dasar pembelajaran unggul
Bahrul  Ulum- sepuluh prinsip dasar pembelajaran unggulBahrul  Ulum- sepuluh prinsip dasar pembelajaran unggul
Bahrul Ulum- sepuluh prinsip dasar pembelajaran unggul
 
Bacalah al quran
Bacalah al quranBacalah al quran
Bacalah al quran
 
Ulumul Qur'an (1).
Ulumul Qur'an (1).Ulumul Qur'an (1).
Ulumul Qur'an (1).
 
MATERI BAB III QURDIST
MATERI BAB III QURDISTMATERI BAB III QURDIST
MATERI BAB III QURDIST
 
Rahasia dan Makna Surat As-Sajdah
Rahasia dan Makna Surat As-SajdahRahasia dan Makna Surat As-Sajdah
Rahasia dan Makna Surat As-Sajdah
 
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran Hadits
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran HaditsHakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran Hadits
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran Hadits
 
Ulumul qur'an ii
Ulumul qur'an iiUlumul qur'an ii
Ulumul qur'an ii
 
"Hadith-Hadith Dhaif Bersangkut Haji Yang Dilemahkan Oleh : Al-`Ulwan , Al-Th...
"Hadith-Hadith Dhaif Bersangkut Haji Yang Dilemahkan Oleh : Al-`Ulwan , Al-Th..."Hadith-Hadith Dhaif Bersangkut Haji Yang Dilemahkan Oleh : Al-`Ulwan , Al-Th...
"Hadith-Hadith Dhaif Bersangkut Haji Yang Dilemahkan Oleh : Al-`Ulwan , Al-Th...
 
Pengantar studi keislaman
Pengantar studi keislamanPengantar studi keislaman
Pengantar studi keislaman
 
Tugas qur'an hadits kelompok 2
Tugas qur'an hadits kelompok 2Tugas qur'an hadits kelompok 2
Tugas qur'an hadits kelompok 2
 
Asbabun nuzul
Asbabun nuzulAsbabun nuzul
Asbabun nuzul
 

Kepribadian ulul albab dalam Al-Quran

  • 1. BAB II PEMBAHASAN A. Kepribadian Ulul Albab dalam Al-Qur’an Ulul Albab adalah konsep manusia ideal menurut Al Qur’an. Di dalam Al Qur’an, kata ulul albab dapat kita temui di 16 tempat beserta sifat-sifat yang dikonsepkan oleh Allah sebagai karakter seorang Ulul Albab. Maka dari itu, untuk mengetahui seperti apa konsep ulul albab tersebut, kita awali dengan mengkaji ayat-ayat dalam Al Qur’an yang menerangkan tentang ulul albab beserta tafsirnya sebagai berikut: 1. Surah Al-Baqarah (2): 179 ولكم في القصاص حياة يا أولى الألباب لعلكم تتقون Artinya: Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa(179) Keterangan : Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang mempunyai akal. Artinya bisa memahami tentang hikmah aturan-aturan dan ketetapan qishos. 2. Surah Al-Baqarah (2): 197 الحج أشهر معلومات فمن فرض فيهن الحج فلا رفث ولا فسوق ولا جدال في الحج وما تفعلوا من خير يعلمه الله وتزودوا فإن خير الزاد التقوى واتقون يا أولى الألباب Artinya : (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi[122], barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats[123], berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa[124] dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal (197). [122] ialah bulan Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah.
  • 2. [123] Rafats artinya mengeluarkan perkataan yang menimbulkan berahi yang tidak senonoh atau bersetubuh. [124] maksud bekal takwa di sini ialah bekal yang cukup agar dapat memelihara diri dari perbuatan hina atau minta-minta selama perjalanan haji. Asbabun nuzul ayat ini : Menurut suatu riwayat, orang-orang Yaman apabila nik haji tidak membawa bekal apa-apa, dengan alasan tawakkal kepada Allah. Maka turunlah “watazawwadu, fainna khairaz zadit taqwa”. (Diriwayatkan oleh al-Bukhori dan lain-lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas). Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok yang menetapi kriteria yang terkandung dalam ayat diatas yaitu : 1. Orang-orang yang melakukan ibadah haji pada waktunya. 2. Orang-orang yang tidak melakukan hubungan seks pada saat haji. 3. Orang-orang yang meninggalkan segala perbuatan maksiat pada saat haji. 4. Orang-orang yang meninggalkan pertengkaran pada saat haji. 5. Orang-orang yang senantiasa mengerjakan perbuatan baik. 6. Orang-orang yang membawa bekal saat haji sehingga tidak merepotkan orang lain. 3. Surah Al-Baqarah (2): 269 يؤتي الحكمة من يشاء ومن يؤت الحكمة فقد أوتي خيرا كثيرا وما يذكر إلا أولوا الألباب Artinya : Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)(269). Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang dapat mengambil pelajaran atas apapun yang diberikan Allah pada mereka yaitu berupa ilmu yang bermanfaat sehingga mereka dalam melakukan apapun selalu karena Allah.
  • 3. 4. Surah Ali Imran (3): 7 هو الذي أنزل عليك الكتاب منه أيات محكمات هن أم الكتاب وأخر متشا بهات فأما الذين في قلوبهم زيغ فيتبعون ما تشابه منه ابتغاء الفتنة وابتغاء تأويله ومايعلم تأويله إلا الله والراسخون فى العلم يقولون أمنا به كل من عند ربنا وما يذكر إلا أولوا الألباب Artinya : Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat[183], Itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat[184]. adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal(7). [183] Ayat yang muhkamaat ialah ayat-ayat yang terang dan tegas Maksudnya, dapat dipahami dengan mudah. [184] termasuk dalam pengertian ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali sesudah diselidiki secara mendalam; atau ayat-ayat yang pengertiannya Hanya Allah yang mengetahui seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib-ghaib misalnya ayat-ayat yang mengenai hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain. Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang mengimani Al Qur’an di mana telah tertanam dihatinya sebuah kemantapan terhadap isi dan kandungan Al Qur’an. Orang yang Ulul Albab tidak akan menafsiri ayat-ayat mutasyabbihat karena hanya Allah yang mengetahui artinya. 5. Surah Ali Imran (3): 190-191 إن في خلق السموات والأرض واختلاف الليل والنهار لآيات لأولى الألباب. الذين يذكرون الله قياما وقعودا ويتفكرون في خلق السموات والأرض ربنا ماخلقت هذا باطلا سبحانك فقنا عذاب النار Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal(190). (yaitu) orang-orang yang
  • 4. mengingat Allah sambil berdiri dan duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) “Ya Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka(191). Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa orang Quraisy datang kepada orang Yahudi untuk bertanya : “Mu’jizat apa yang dibawa Musa kepada kalian?”. Mereka menjawab : “Tongkat dan tangannya terlihat putih bercahaya”. Kemudian mereka bertanya kepada kaum nashara : “Mu’jizat apa yang dibawa Isa kepada kalian?”. Mereka menjawab : “Ia dapat menyembuhkan orang buta sejak lahir hingga dapat melihat, menyembuhkan orang berpenyakit sopak dan menghidupkan orang mati”. Kemudian mereka menghadap Nabi Saw. Dan berkata : “Hai Muhammad, coba berdo’alah kepada Tuhanmu agar gunung Shafa ini dijadikan mas”. Lalu Rasulullah Saw. Berdo’a. maka turunlah ayat tersebut diatas (QS.3 : 190). Sebagai petunjuk untuk memperhatikan apa yang telah ada yang akan lebih besar manfaatnya bagi orang yang menggunakan akalnya. (Diriwayatkan oleh at-Thabarani dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas.) Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang senantiasa menjadikan segala sesuatu yang ada di langit dan bumi sebagai media untuk selalu mengingat Allah akan Kebesaran-Nya, sehingga sifat ihsannya telah melekat dalam hatinya 6. Surah Al-Maidah (5): 100 قل لا يستوى الخبيث والطيب ولو أعجبك كثرة الخبيث فاتقوا الله يا أولى الألباب لعلكم تفلحون Artinya : Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.”(100). Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika Nabi Saw. Menerangkan haramnya arak, berdirilah seorang Badwi dan berkata : “Saya pernah menjadi pedagang arak, dan saya menjadi kaya raya karenanya. Apakah kekayaaanku ini bermanfaat apabila saya menggumakannya untuk taat kepada Allah?”. Nabi mebjawab : “Sesungguhnya Allah tidak mnerima kecuali yang baik:. Maka turunlah ayat ini (QS.5 : 100 ) yang membenarkan ucapan Rasul-Nya.
  • 5. Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang bisa menahan hawa nafsunya dari perbuatan-perbuatan buruk yang melanggar syariat agama walaupun perbuatan itu menguntungkan dirinya. 7. Surah Yusuf (12): 111 لقد كان في قصصهم عبرة لأولى الألباب ماكان حديثا يفترى ولكن تصديق الذي بين يديه وتفصيل كل شيئ وهدى ورحمة لقوم يؤمنون Artinya : Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman(111). Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang menjadikan cerita-cerita Rasul dalam Al Qur’an sebagai pelajaran dan pengetahuan tentang Kebesaran Allah yang diberikan kepada para Rasul sehingga dapat menjadikan mereka selalu ingat Allah. 8. Surah Al-Ra’d (13): 19 أفمن يعلم أنما أنزل إليك من ربك الحق كمن هو أعمى إنما يتذكرأولوا الألباب Artinya : Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran(19). Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang mengimani dan percaya tentang segala sesuatu yang diturunkan oleh Allah dan mereka dapat mengambil pelajarannya. 9. Surah Ibrahim (14): 52 هذا بلاغ للناس ولينذروا به وليعلموا أنما هو إله واحد وليذكر أولوا الألباب Artinya : (Al Quran) Ini adalah penjelasan yang Sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran (52)
  • 6. Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang mengetahui dan memahami tentang hujjah yang ada dalam Al Qur’an dan menjadikannya sebagai nasihat baginya. 10. Surah Shad (38): 29 كتاب أنزلناه إليك مبارك وليدبروا أياته وليتذكر أولوا الألباب Artinya : Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran(29). Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang memperhatikan ayat-ayat Allah dan mempercayai bahwa kitab yang diturukan dapat memberikan berkah. 11. Surah Shad (38): 43 ووهبنا له أهله ومثلهم معهم رحمة منا وذكرى لأولى الألباب Artinya : Dan kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran. Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang mengumpulkan kembali keluarganya dalam artian menyambung tali silaturrahim yang mungkin sempat terputus. Bahkan mempererat ukhuwah islamiyah antar sesama. 12. Surah Al-Zumar (39):9 أمن هو قانت أناء الليل ساجدا وقائما يحذر الأخرة ويرجوا رحمة ربه قل هل يستوى الذين يعلمون والذين لا يعلمون إنما يتذكر أولوا الألباب Artinya : (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran(9).
  • 7. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “amman huwa qanitun” dalam ayat ini (QS.39 : 9) ialah Ustman bin Affan (yang selalu bangun malam sujud kepada Allah SWT). Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang bangun di tengah malam untuk bersujud kepada Allah dengan harapan menggapai ridhoNya. 13. Surah Al-Zumar (39): 18 الذين يستمعون القول فيتبعون أحسنه أولئك الذين هديهم الله وأولئك هم أولوا الألباب Artinya : Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya[1311]. mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal. [1311] maksudnya ialah mereka yang mendengarkan ajaran-ajaran Al Quran dan ajaran-ajaran yang lain, tetapi yang diikutinya ialah ajaran-ajaran Al Quran Karena ia adalah yang paling baik. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa setelah turun ayat “laba sab’atu abwabin” (QS.15 : 44) datanglah seorang laki-lakiAnshar menghadap kepada Nabi Saw. Dan berkata : “ Ya Rasulullah, aku mempunyai tujuh hamba telah aku merdekakan seluruhnya untuk ketujuh pintu neraka. Ayat ini (QS. 39 : 17) turun berkenaan dengan peristiwa itu yang menyatakan bahwa orang tersebut telah mengikuti petunjuk Allah”. (Diriwayatkan oleh Juwaibir dengan menyebutkan sanadnya yang bersumber dari Jabir bin Abdillah). Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang mendengarkan perkataan yang baik (mengikuti yang paling baik) serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 14. Surah Al-Zumar (39):21 ألم تر أن الله أنزل من السماء ماء فسلكه ينابيع فى الأرض ثم يخرج به زرعا مختلفا ألوانه ثم يهيج فتريه مصفرا ثم يجعله حطاما إن في ذلك لذكرى لأولى الألباب
  • 8. Artinya : Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi Kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, Kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal(21). Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang berfikir bahwa apa-apa yang ada bumi serta isinya merupakan karunia yang telah Allah limpahkan kepada hambaNya. 15. Surah Al-Mu’min (40): 53-54 ولقد أتينا موسى الهدى وأورثنا بنى إسرائيل الكتاب هدى وذكرى لأولى الألباب Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa, dan Kami wariskan Taurat kepada Bani Israil(53). Untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berfikir(54). Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang berfikir bahwa Al qur’an merupakan petunjuk dan peringatan. 16. Surah Al-Thalaq (65): 10 أعد الله لهم عذابا شديدا فاتقوا الله يا أولى الألباب الذين أمنوا قد أنزل الله إليكم ذكرا Artinya : Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah Telah menurunkan peringatan kepadamu(10). Dalam ayat ini, Ulul Albab dikategorikan sebagai sosok orang yang bertakwa serta beriman kepadaNya dan Allah menyediakan azab yang pedih bagi orang yang tidak bertakwa
  • 9. B. Konsep Ulul Albab Dalam terminologi tasawuf, mengenal istilah Shadr, Qalb, Fu’ad, Dan Lubb atau ulul albab. Keempatnya adalah lingkaran stasiun berlapis bertingkat sebagai suatu kesatuan yang utuh, tiap-tiap stasiun mewadahi cahaya sendiri dan dijadikan beberapa tingkat hati . Hati yang paling luar adalah shadr (dada), lebih dekat hubungannya dengan otak, mewadahai cahaya Islam (praktek ibadah dan amal shaleh). Ia adalah inti dari tindakan yaitu mengikuti perintah otak. Sebagai bagian terluar, seperti halnya rumah, tidak terbebas dari aman, bersih dan kenyamanan, selalu saja ada gangguan. Melalui tingkatan inilah tempat masuk dan keluarnya kebaikan dan keburukan. Ia akan datang dan pergi. Dengan demikian tidaklah cukup kalau hanya mengandalkan shadr. Kemudian lapisan kedua adalah Qalb, yaitu tempat pengetahuan yang lebih mendalam dan keimanan terhadap ajaran spiritual dan keagamaan yang murni. Disinilah letaknya cahaya iman, ia juga tempat kesadaran kita akan kehadiran tuhan, sebuah kesaadaran yang mengarahkan kita pada transfer pemikiran dan tindakan. Namun keimanan dalam hati (Qalb) kadang bisa saja meningkat dan bisa saja melemah. Maka disinilah pentingnya Fu’ad sebagai lapisan ketiga. Fu’ad sebagai hati lebih dalam mewadahi cahaya makrifat atau pengetahuan akan kebenaran spiritual. Seakan merasakan kehadiran tuhan dengan sangat jelas, seakan-akan kita melihat Allah SWT berada dihadapan kita. Seperti halnya orang yang khusu dalam shalatnya. Dan inti dari lapisan itu adalah Lubb atau ulul albab. Ulul albab adalah bagian yang paling dalam, Kata Ulul merupakan bentuk kata untuk menunjukan kepunyaan atau kepemilikan. Albab adalah bentuk jamak dari Lubb, yang bermakna inti, isi, sari, terpenting. Lubab adalah intisari dari segala sesuatu, murni bersih. Definisi ini di rasionalisasikan dengan umpama bahwa ketika kita akan memakan buah kelapa, kita membuang, mengeluarkan atau mengupas bagian luarnya, sehingga isi kelapa atau isi buahnya terambil. Isi kelapa tersebut dinamakan Lubb. Jadi Lubb terkandung makna aktif; mengeluarkan isi, bagian dalam dari sesuatu. Bisa juga bermakna dinamis; menyaring atau memiliki dari sesuatu hal. Lubb terkandung makna aflikatif progress; membuang sesuatu yang tidak bermanpaat dan mengambil hal yang berfaedah sehingga pemikiran kita jernih yang terbebas dari kekeliruan atau kecacatan dalam berpikir. Pemikiran jenis inilah yang mampu menyingkap rahasia-rahasia dan hikmah dibalik hukum yang diturunkan Allah. Berpikir murni inilah yang melatar belakangi firman Allah [QS. Al-baqarah: 269] mengaitkan kata hikmah dengan Ulul Albab:
  • 10. Artinya: “Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran. Berangkat dari pengertian bahwa Lubb merupakan saripati sesuatu, semisal kacang yang memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang dinamai Lubb. Jadi Ulul Albab ialah orang-orang yang memiliki akal murni yang tidak di selubungi oleh “kulit”, yakni kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam berpikir. Keistimewaan-keistimewaan Ulul Albab melingkar dalam dan memiliki hikmah, ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Seiring dengan itu, Prof. Wahbah Juhaili memaknai Ulul Albab dengan Ashab al-’Uqul [komunitas orang-orang cerdas]. Simpelnya orang yang melakukan perubahan terhadap dirinya sehingga dari-individu-individu tersebut memberikan perubahan terhadap lingkungannya [agent social of change] dengan bursa gagasan yang cerdas, analitis dan normatif. Jika hidup kita dilandasi dengan Ulul Albab insyaAllah akan senantiasa melakukan perubahan di tengah-tengah masyarakat; mengembalikan dari kegelapan menuju cahaya [min al-Dzulumat ila al-Nur], dari kritis ke normal, dari labil ke stabil, itulah makna perubahan Ulul Albab adalah tempat Tauhid dan peng-Esaan. Ia adalah cahaya yang paling sempurna dan penguasa yang paling agung. Ia berada diluar kata-kata, teori-teori, dan pemikiran-pemikiran. Ia tak terhingga. Dari Lubb inilah terpancar cahaya kebaikan dan kebajikan yang kemudian ditransformasikan melaui lapisan-lapisan lain diatasnya. apabila sudah sampai Lubb, maka kita akan menemukan sirul asrar rahasia, rahasia dibalik rahasia. Oleh karena itu Ulul Albab adalah orang yang perjalanannya sampai kepada hati yang paling dalam, yang dapat menangkap cahaya Allah. Lubab adalah cahaya yang bersambung, tumbuhan yang tertanam dan akal yang terbentuk. Ia bukan susunan atau organ tubuh yang berada di dalam, tetapi ia adalah cahaya yang tersebar seperti sesuatu yang orisinil atau murni. Berdasarkan atas ayat-ayat tersebut, para intelektual muslim indonesia memahami, memberikan pengertian dan karakteristik yang berbeda-beda.  Menurut Quraish Shihab: beliau meyatakan bahwa ditinjau dari etimologis, kata albab adalah bentuk plural (jamak) dari kata lubb, yang artinya saripati sesuatu. Misalnya kacang, memiliki kulit yamg menutupi isinya. Isi kacang disebut lubb. Berdasarkan definisi pengertian etimologi ini, dapat kita ambil pengertian terminologi bahwa ulul albab adalah orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi kulit.  Menurut AM Saefudin: bahwasannya ulul albab adalah intelektual muslim atau pemikir yang memiliki ketajaman analisis atas fenomena dan proses Alamiah, dan menjadikan
  • 11. kemampuan tersebut untuk membangun dan menciptakan kemaslakhatan bagi kehidupan manusia.  Menurut Jalaluddin Rahmat beliau mengemukakan lima karakteristik ulul albab dengan bahasa yang lebih rinci lagi yakni: 1. Kesungguhan mencari ilmu dan kecintaannya mensyukuri ni’mat Allah ( QS, Ali Imran: 190) 2. Memiliki kemampuan memisahkan sesuatu dari kebaikan dan keburukan, sekaligus mengarahkan kemampuannya untuk memilih dan mengikuti kebaikan tersebut. (QS. Al-maidah: 3) 3. Bersikap kritis dalam menerima pengetahuan atau mendengar pembicaraan orang lain, Memiliki kemampuan menimbang ucapan, teori. Proposisi atau dalil yang dikemukakan orang lain. ( QS. Az-zumar: 18 ) 4. Memiliki kesediaan untuk menyampaikan ilmunya kepada orang lain, memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki masyarakat serta terpanggil hatinya untuk untuk menjadi pelopor terciptanya kemaslakhatan dalam masyarakat. ( QS. Ibrahim: 2 dan Ai-ra’d: 19- 22) 5. Merasa takut hanya kepada Allah. ( QS. Albaqoroh: 197 dan Al-thalaq: 10 ) Karakteristik ulul albab, item 1-3 dan 5 terkait dengan kemampuan berfikir dan berdzikir, dan item ke empat terkait dengan kemampuan berkarya positif dan kemanfaatannya bagi kemanusiaan. Dengan demikian, insan ulul albab adalah komunitas yang memiliki keungulan tertentu dan berpengaruh besar pada transformasi sosial. Kualitas dimaksud adalah terkait dengan kedalaman spiritual ( dzikir ), ketajaman analisis ( fikir ), dan pengaruhnya yang besar bagi kehidupan ( amal Sholeh ). Dengan Demikian, dapat dinyatakan bahwa karakteristik dan ciri-ciri ulul albab adalah memiliki kualitas berupa kekuatan dzikir, fikir, dan amal Sholeh. Atau dalam bahasa lain , masyarakat yang mempunyai status ulul albab yang mana mereka mempunyai indikator sbb: 1. Memiliki ketajaman analisis 2. Memiliki ketajaman spiritual 3. Optimisme dalam menghadapi hidup 4. Memiliki keseimbangan jasmani-ruhani, individu sosial dan keseimbangan dunia dan akhirat. 5. Memiliki kemanfaatan bagi kemanusiaan 6. Pioneer dan pelopor dalam transformasi sosial 7. Memiliki kemandirian dan tanggung jawab
  • 12. 8. Berkepribadian kokoh C. Iqra’ sebagai Dasar Pembentukan Kepribadian Ulul Albab Sebagai sumber dan informasi dari berbagai macam pengetahuan (knowledge) dan ilmu pengetahuan (science), al-Qur’an mendorong umat Islam untuk senantiasa memiliki ghirah (semangat) tinggi dan motivasi yang kuat dalam mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Motivasi pengembangan keilmuan yang demikian kuat di antaranya tampak pada ayat pertama yang diturunkan Tuhan kepada Rasulullah, yakni perintah iqra (membaca), yang terdapat dalam surat al-’Alaq ayat 1 – 5 berikut: اقرأ باسم ربك الذي خلق 0 خلق الانسان من علق 0 اقرأ وربك الأكرم 0 الذي علم بالقلم 0 علم )5- الانسان مالم يعلم )العلق: 1 “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan (1) Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah (3)Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (4) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5) Lima ayat di atas menunjukkan betapa Islam concern terhadap ilmu pengetahuan. Bahkan dengan melihat kepada semangat ayat tersebut, keilmuan Islam dibentuk sebagai ilmu yang holistik, yaitu ilmu yang tidak membedakan antara ilmu yang bersumber dari ayat-ayat Qur’aniyah pada satu sisi, dan ayat-ayat Kauniyah pada sisi lain. Kata “ اقرأ ” (membaca) merupakan petunjuk al-Qur’an akan pentingnya penggunaan alat-alat inderawi (mata dan akal) sebagai pengumpulan informasi pengetahuan. Untuk itulah, al-Qur’an (Islam) sejak awal tidak menafikan adanya ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh pengamatan inderawi terhadap sunnatullah. Frasa “ باسم ربك ” memberikan pengertian bahwa kegiatan pembacaan terhadap alam, seperti yang dijelaskan sebelumnya, harus didasarkan pada sebuah keyakinan teologis. Keyakinan tersebut dalam perspektif al-Qur’an menjadi sebuah tolok ukur hadirnya nilai-nilai ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh pengamatan inderawi terhadap fenomena-fenomena kealaman. Sedangkan frase “ خلق الانسان من علق ” mempertegas petunjuk kepada kita bahwa hal yang harus diamati oleh manusia pertama kali adalah menyangkut tentang dirinya sendiri, tentang bagaimana proses penciptaannya, gejala-gejala biologis yang berada di dalamnya, dan segala hal yang berkaitan dengan itu. Disinilah letak motivasi al-Qur’an terhadap berkembangnya ilmu-
  • 13. ilmu alam, khususnya biologi. Penyelidikan terhadap diri manusia, pada akhirnya akan menghadirkan sebuah kesadaran bahwa manusia berada diantara sekian penciptaan yang besar (makrokosmik). Untuk mempelajari alam semesta yang lebih luas itu, diperlukan ilmu fisika dn kimia agar manusia dapat mempelajari alam luas, sehingga manusia bisa mencapai kepada kesadaran Yang Satu ( .(ربك Dengan demikian, arti membaca dalam konteks ini tidak sekedar membaca teks tetapi juga membaca konteks. Bahkan makna iqra’ dalam arti membaca konteks, yakni situasi dan kondisi sosial, dalam konteks makna iqra dalam QS. Al-‘alaq ini lebih relevan jika dikaitkan dengan kondisi pribadi Rasulullah berikut setting sosio-kultural pada saat itu. Hal ini terbukti dalam beberapa indikasi berikut: 1) Stategi dakwah yang diskenario oleh Rasulullah pada saat beliau di Makkah, adalah didasarkan kepada keberhasilan beliau membaca situasi dan kondisi masyarakat kota kelahiran beliau tersebut; 2) Rasulullah Muhammad tidak memiliki kemampuan membaca dan bahkan menulis (teks). Artinya, ketidakmampuan Rasulullah dalam hal membaca dan menulis teks, namun tetap diperintahkan untuk membaca bahkan perintah tersebut diulangi hingga tiga kali tersebut, semakin memperkuat makna iqra tidak sekedar membaca teks tetapi membaca konteks; 3) Ketidakmampuan Rasulullah dalam hal membaca dan menulis, memiliki blessing teologis, sebagai bukti historis tersendiri bagi upaya membantah tuduhan para orientalis bahwa Islam adalah agama yang disistematisir oleh Rasulullah, atau al- Qur’an sebagai hasil kreasi tangan Rasulullah SAW sendiri. Merespons perintah Allah yang diapresaisi oleh Rasulullah tersebut, menuntut kepada semua umat Islam untuk meneladani pola kepatuhan Rasulullah terhadap semua amar Tuhannya. Salah satu indikator kepatuhan kita kepada Allah dan rasul-Nya adalah dengan membekali diri dengan ilmu pengetahuan, yang hanya kita dapatkan melalui iqra’. Jika pada masa dahulu iqra sudah berarti membaca kondisi sosial, maka makna iqra dalam konteks pengertian sekarang adalah melakukan upaya eksplorasi, meneliti, membaca, menelaah, menemukan, dan bahkan mengembangkannya untuk kepentingan seluasnya-luasnya bagi kemanusiaan. Bukankah ini juga merupakan apresiasi Rasulullah terhadap orang yang memiliki kemanfaatan bagi orang lain sebagai sebaik-baik manusia. Bahwa orang yang paling baik adalah orang yang memiliki kontribusi besar bagi kemanusiaan, yang ditunjukkan dengan karya-karya positifnya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah terntang orang yang
  • 14. memiliki kontribusi besar bagi kehidupan. Bahwa orang yang memiliki karya-karya positif bagi kehidupan diklaim sebagai manusia terbaik. Dalam hadits lain juga dijelaskan bahwa orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan mengkontribusikannya untuk kepentingan kemaslahatan umat manusia, diumpamakan sebagai hujan yang menimpa bumi yang subur di mana bumi tersebut menumbuh suburkan tanaman yang sangat bermanfaat bagi manusia. Untuk memiliki kemampuan dan profesionalisme yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan pemikiran ini, diperlukan adanya upaya maksimalisasi potensi fikir. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an misalnya, bahwa kata yang serumpun dengan kata ‘ilm, fikr, faqih dan yang serumpun dengan tiga kata tersebut, disebutkan secara berulang-ulang dalam berbagai bentuk atau sebanyak 750 kali. Bahkan kata tersebut, menurut Wan Mohd Daud, merupakan kata yang paling banyak disebutkan dalam al-Qur’an, setelah kata allah sebanyak 2500 kali, kata rabb 950 dan kata ‘ilm sebanyak 750 kali. (http://www.islamhadhari.net/v4/wacana/detail.php?nkid=19.) Banyaknya kata ‘ilm dalam al-Qur’an tersebut, menjadi petunjuk jelas bahwa ilmu merupakan salah satu unsur penting dalam konsepsi Islam. Oleh karena betapa pentingnya ilmu itulah, maka logis jika wahyu yang pertama kali diturunkan Allah kepada rasul pilihan-Nya adalah iqra. Iqra adalah satu-satunya sarana terpenting bagi lahir dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan terbentuknya pribadi insan Ulul Albab. Dalam hadits Nabi juga dinyatakan bahwa pemahaman terhadap agama, merupakan jalan untuk mencapai kebaikan yang dikehendaki Tuhan. Urgensi ilmu pengetahuan sebagai sistem Islam ini tampak dalam apresiasi Allah dalam berbagai kesempatan dalam al-Qur’an, maupun rasulullah dalam sejumlah teks hadits. Di dalam al-Qur’an misalnya dinyatakan bahwa Allah akan memberikan derajat yang tinggi terhadap orang-orang yang berilmu (QS. Al- Mujadilah: 11), apresiasi Allah terhadap ulama yang memiliki etos ketaqwaan yang tinggi di hadapan Allah (QS. Fathir: 28). Berdasarkan penjelasan kedua ayat ini, dapat dinyatakan bahwa sesungguhnya Allah hanya akan memberikan penghargaan demikian tinggi terhadap orang yang memiliki kualitas keilmuan yang handal namun ditopang dengan basis keimanan yang kokoh pula. Karena itu pula, kedua ayat ini ekuivalen dengan perintah ber-iqra yang ditopang dengan bismi rabbik al-ladzi khalaq, sebagaimana dalam QS. al-‘Alaq: 1. Di dalam hadits juga terdapat sejumlah teks yang menganjurkan umat Islam untuk menjadi kelompok yang berilmu, dengan motivasi yang begitu kuat, misalnya adalah apesiasi nabi terhadap seorang ulama yang harganya jauh lebih tinggi dari seorang ahli ibadah. Dalam
  • 15. hadits itu dinyatakan bahwa keutamaan seorang ahli ilmu dibandingkan dengan ahli ibadah laksana keutamaan bulan atas sejumlah bintang. Makna dari hadits tersebut adalah bahwa orang yang memilki ilmu pegetahuan memiliki kontribusi besar dan kemanfaatan bagi masyarakat luas yang diumpamakan seperti bulan, yang sinarnya bisa menerangi kegelapan dunia. Insan Ulul Albab adalah komunitas yang meyakini bahwa ilmu pengetahuan merupakan salah satu dari sekian piranti terpenting untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia mupun di akhirat. Bahwa tuntutan untuk mengembangkan keilmuan merupakan sebuah kemestian karena hanya derngan ilmulah manusia bisa mendapatkan jalan kemudahan untuk “menaklukkan” dan mendapatkan kemudahan di dunia dan mendapatkan kebahagiaan di akhirat kelak. Dalam hadits Nabi yang menyatakan bahwa siapapun orang yang mencari ilmu dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mampu memberikan implikasi positif bagi diri dan sesamanya, maka Tuhan menjanjkan kepadanya sebuah jalan kemudahan dari sekian banyak jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai surga. Memang tidak banyak penjelasan dalam kitab-kitab syarah hadits terkait dengan makna ”jalan menuju surga” sebagaimana disebutkan dalam teks hadits tersebut. Namun hemat penulis bahwa orang yang mengkaji ilmu itu berarti mencari cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Orang yang telah mencapai kedekatan diri kepada Allah maka ia dengan mudah akan mendapatkan petunjuk-Nya. Berbekal dengan petunjuk Tuhan itulah maka pengkaji ilmu tersebut akan senantiasa berupaya melaksanakan seluruh ajaran Allah, sehingga Allah akan memenuhi janji-Nya dengan menghadiahkan surga kepadanya. Kajian dan pembicaraan mengenai surga Tuhan ini akan lebih menarik jika tidak hanya dimaknai sebagai kenikmata ukhrawi, tetapi juga sejumlah kenikmatan duniawi. Sebagaimana dinyatakan oleh Imam Khomeini, yang menyitir pendapat Shadr al-Muta’allihin, bahwa melihat hal-hal yang menyenangkan itu berarti surga, sebaliknya melihat hal-hal yang tidak menyenangkan berarti itu neraka. Bertolak dari pendapat tersebut, maka segala sesuatu yang dapat memudahkan dan membahagiakan hidup bisa berarti ”surga”, dan sebalinya segala sesuatu yang menghambat serta menyengsarakan hidup maka itulah ”neraka”. Dalam konteks hadits tentang motivasi mencari ilmu di atas, maka dapat disimpulkan bahwa orang yang melengkapi dirinya dengan ilmu akan mendaparkan kemudahan dalam hidupnya, karena ia dapat menguasai beberapa sektor kehidupan yang mendatangkan sejumlah kebahagiaan. Dengan bekal kemudahan dan kebahagiaan hidupnya di dunia itulah, ia akan dapat berinvestasi demikian banyak yang ”buahnya” akan dipetik dan dinikmatinya di akhirat kelak.
  • 16. Dengan makna demikian pulalah, maka hadits ini sejalan dengan teks al-Qur’an yang dijadikan sebagai doa oleh setiap hamba Tuhan, agar diberikan kebaikan di dunia dan di akhirat kelak. Maksimalisasi potensi fikir yang melahirkan ilmu pengetahuan ini, dalam konsepsi Islam terintegrasi dengan wahyu. Dalam pengertian bahwa pengembangan potensi fikir haruslah didasarkan kepada nilai-nilai ketuhanan. Dalam QS. al-’Alaq, disebutkan bahwa iqra yang mendasari ilmu pengetahuan adalah iqra bi ism rabbik iqra, yakni pengembangan keilmuan yang didasarkan kepada nilai-nilai ketuhanan. Dengan kata lain, iqra yang dikembangkan dalam Islam adalah ilmu pengetahuan yang berbasis pada nilai-nilai ilahi atau terikat nilai-nilai ketuhanan (value bound), bukan iqra yang sekuler dan bebas nilai (value free). Oleh karena pentingnya ilmu bagi kehidupan manusia inipula, nabi mengajarkan bahwa seseortang boleh memiliki sifat dengki kepada dua hal, yakni terhadap orang yang memliki keyaan dan mentasarufkannya dalam kebaikan, dan orang yang diberikan oleh Allah hikmah dan mengajarkannya kepada orang lain. Integrasi antara kekuatan wahyu dan kekuatan akal itulah yang dalam konsepsi Islam disebut dengan istilah ulul albab. Insan ulul albab adalah insan yang dalam dirinya terbina di atas dasar keimanan yang kukuh dan intelektualitas yang tinggi, sehingga mampu melahirkan gagasan-gagasan baru yang kreatif, dinamis dan inovatif, untuk dapat diterjemahkan dalam karya praksis yang positif (amal shaleh). Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Allah misalnya dalam QS. Ali Imran: 190-191. Ketika mengomentari dua ayat tersebut, Ibnu Katsir menyatakan bahwa komunitas ulul albab adalah komunitas orang yang memiliki kemampuan pemikiran dan intelektualitas yang bersih dan sempurna, sehingga mampu memahami hakikat sesuatu secara benar. Komunitas ini mencapai strata tersebut, dilakukan dengan menggunakan dzikir dan tafakkur, melalui pengamatan, analisis dan melakukan perenungan secara mendalam ketika menyingkap rahasia alam. Predikat ulul albab hanya dicapai oleh orang-orang yang mampu berfikir tentang diri, fenomena alam, kejadian dan kehidupan. Pembentukan insan ulul albab yang mampu menghadirkan fenomena kehidupan Islam yang kukuh, yang mengintegrasikan unsur ketuhanan (wahyu) dan nilai-nilai rasionalitas inilah yang pernah memposisikan Islam sebagai ikon supremasi peradaban dunia selama beratus-ratus tahun.
  • 17. D. Insan Ulul Albab dalam Sejarah Pengetahuan Islam Pencapaian generasi ulul albab yang menyatu padukan antara unsur kewahyuan dan rasionalitas tersebut menghantarkan Islam mencapai masa keemasan dan kecemerlangan (the golden age), justru di saat Barat berada pada titik nadir kegelapan (the dark age). Zaman keemasan Islam yang telah diletakkan dasarnya oleh rasulullah dan dikembangkan oleh para sahabat dan tabi’in ini melahirkan zaman keemasan pada era abbasiyah dan beberapa waktu setelahnya, yakni antara tahun 700-1500 M. Masa keemasan yang telah digoreskan Islam dalam perjalanan sejarahnya itu, telah melahirkan pakar dan saintis Islam yang mempelopori pengkajian Islam dalam berbagai cabang keilmuan yang demikian luas. Ibnu Shina misalnya telah menulis sebanyak 220 karya yang salah satunya yang paling terkenal adalah tentang kedokteran, yang dikumpulkan dalam sebuah karya masterpeace-nya yang bertitel, al-Shifa’ yang terdiri dari 8 jilid. Al-Kindi juga telah melahirkan 242 karya cemerlang bidang filfsafat, ibnu ’Arabi sebanyak 284 buah, Zakaria al- Razi 236 buah, dan Abu Hasan al-Asy’ari sebanyak 93 buah. Para pakar dan saintis Islam tersebut tidak hanya melakukan pengkajian Islam dari salah satu bidang, tetapi mereka mengembangkan kajian Islam secara menyeluruh. Fahruddin al-Razi misalnya, yang terkenal sebagai seorang mufassir, juga telah melahirkan dan mengembangkan sejumlah disiplin keilmuan di bidang metafisika, teologi, filsafat, fiqih, bahkan astronomi. Demikian juga dengan al-Jahiz, yang terkenal sebagai seorang teolog mu’tazilah, juga telah melahirkan sejumlah karya di bidang biologi terutama zoologi, yang hingga kini dijadikan sebagai referensi tidak saja di universitas-universitas di Timur tetapi juga sejumlah universitas di Barat. Sejumlah bukti lain tentang lahirnya para saintis muslim, yang memiliki pengaruh besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan di Barat, juga dapat dilihat misalnya Abu al-Qasim al-Zahrawi (936-1013) yang di Barat dikenal dengan nama Abulcasis, sebagai bapak ahli bedah modern. Al-Zahrawilah tokoh penemu pertama penyakit keturunan yang dibneri nama hemofilia. Ibnu al- Haitsam, adalah sosok lain dari saintis Islam yang juga memiliki pengaruh terhadap Barat, karena keahliannya dalam bidang optik. Dialah orang pertama yang memberikan penjelasan tentang bagian-bagian mata dan proses penglihatan terjadi, yang dituangkan dalam karyanya, al- Manadzir. Selain kedua tokoh tersebut juga dapat disebut misalnya, al-Battani (868-929) yang ahli dalam hal matematika dan astronomi, Jabir ibn Hayyan (803) sebagai bapak kimia modern, dan al-Khawarizmi sebagai ahli matematika. Bayt al-Hikmah yang dipersiapkan oleh khalifah al-Makmun di era abbasiyah yang menjadi wadah pengembangan keilmuan tidak saja oleh umat Islam tetapi juga seluruh penjuru
  • 18. Eropa, menjadi kontributor besar bagi upaya mengantarkan Islam mencapai derajat ketinggian tamaddun yang paling disegani. Bahkan karya-karya para sarjana Islam ini pulalah yang mendorong lahirnya era renaissance di Eropa, yang merupakan era pembebasan kungkungan pemikiran yang dilakukan oleh pihak gereja. Ribuan sarjana Eropa membanjiri sejumlah universitas di Baghdad, Spanyol, Mesir, Syiria, dan Persia (Iran sekarang). Karya-karya para pakar dan saintis Islam tersebut telah memposisikan Islam sebagai ikon supremasi peradaban dunia. Ilustrasi kemajuan ilmu pengetahuan yang berbasis pada kewahyuan Islam tersebut, menunjukkan hebatnya upaya maksimalisasi potensi akal dan berbasis pada tawhid. Oleh karena itu pula, Islam tidak pernah memiliki pengalaman adanya pemisahan antara akal dan wahyu, atau antara rasionalitas dan agama sebagaimana terjadi pada pengalaman tradisi gereja di Eropa, yang memberikan otoritas kepada rasio vis a vis otoritas agama (gereja), yang keduanya seringkali berjalan dalam konflik dan pertentangan. Capaian sejarah kegemilangan Islam, menjadi bukti yang tidak terbantahkan betapa integrasi keilmuan dengan tuntunan kewahyuan, menjadi niscaya dilakukan jika umat Islam menginginkan dapat mencapai kembali kejayaan yang pernah diraih sebelumnya. Oleh sebab itu, insan ulul albab, yakni sosok insan yang memiliki kekokohan akidah (dzikir), kecemerlangan intelektualitas (fikir) dan senantiasa berkarya positif (amal shaleh), merupakan tuntutan normatif sekaligus sebagai suatu keharusan sejarah yang musti diwujudkan. Membangun dan mewujudkan insan ulul albab, tidak akan berhasil jika hanya dilakukan oleh orang perorang. Keberhasilan hanya akan dicapai manakala urgensitas tarbiyah ulul albab telah dipahami, dihayati dan menjadi suatu kesadaran kolektif di antara semua elemen, mulai dari pimpinan, dosen, karyawan dan bahkan semua mahasiswa yang menimba pengetahuan di kampus Universitas Hasanuddin tercinta. Insan ulul albab yang memiliki kedalaman spiritual (dzikir), intelektualitas yang mapan (fikir) dan kreativitas dan aktivitas positif (amal shaleh), dapat dikembangkan dengan cara maksimalisasi potensi fikir secara komprehensif. Pentingnya akal bagi kehidupan manusia adalah sebagai sarana pengembangan potensi fikir, yang dapat dilakukan dengan piranti otak manusia. Otak manusia terdiri dari dua bagian, otak kanan dan otak kiri. Otak kanan memiliki fungsi untuk mengembangkan potensi-potensi eros, seperti mendengar musik, memanfaatkan paduan warna yang menarik, menciptakan simbol-simbol, humor dan memacu kreativitas. Sedangkan otak kiri berfungsi untuk mengembangkan potensi logos, berupa kemampuan skolastik, seperti membaca, berhitung, melakukan analisa dan penalaran serta kemampuan menghafal.
  • 19. Kedua bagian otak manusia harus dikembangkan secara bersama-sama, sehingga melahirkan insan-insan yang memiliki keseimbangan hidup. Rasulullah SAW adalah contoh hidup dalam realitas sejarah yang mampu mengintegrasikan kemampuan otak kanan dan kiri sekaligus. Ketika mengutus Mu’adz ibn Jabal ke Yaman misalnya, beliau mengajukan sejumlah pertanyaan yang membuat Mu’adz berfikir kreatif dan melatih artikulasi psikologisnya ke dalam tatanan verbal dan logikanya. Tuntutan Islam tentang adanya keharusan menyeimbangkan kehidupan, jasmani-rohani, dunia-akhirat, feminitas-maskulinitas, otak kiri-otak kanan, individu-sosial, dan seterusnya, merupakan tuntunan agar setiap manusia hidup dalam keharmonisan. Keharmonisan diri akan berimplikasi pada adanya keharmonisan sosial, yang dicitakan oleh setiap elemen masyarakat. E. Membangun Kepribadian Mahasiswa sebagai Insan Ulul Albab Dalam pandangan Islam, mahasiswa merupakan komunitas yang terhormat dan terpuji. karena ia merupakan komunitas yang menjadi cikal bakal lahirnya ilmuan (scietist) yang diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan memberikan penjelasan pada masyarakat dengan pengetahuannya itu. Oleh karenanya, mahasiswa dianggap sebagai komunitas yang penting untuk menggerakkan masyarakat Islam khususnya, dan seluruh umat manusia pada umumnya, menuju kekhalifahan yang mampu membaca alam nyata sebagai sebuah keniscayaan ilahiyah, yakni mampu mengintegralkan diri dan melebur dalam kesadaran kemanusiaan dan ketuhanan dalam waktu yang bersamaan. Keberhasilan pendidikan mahasiswa diukur dengan standard apabila mereka memiliki identitas dan kepribadian sebagai mahasiswa yang mempunyai: (1) ilmu pengetahuan yang luas, (2) penglihatan yang tajam, (3) otak yang cerdas, (4) hati yang lembut dan (5) semangat tinggi karena Allah.
  • 20. PEMBAGIAN MATERINYA : Andi Annisa : Kepribadian ulul albab dlm al-Quran Winni : Konsep ulul Albab Ibe’ : Iqra’ sebagai dasar pembentukan kepribadian ulul albab Muhasbir : Insan Ulul Albab sepanjang sejarah Nisa : Membangun kepribadian Mahasiswa sebagai insane ulul albab Musniati : moderator St safira : notulen Good Luck…