Dokumen tersebut membahas tentang hipertensi dan obat-obat antihipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas normal, yaitu sistolik di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Ada beberapa jenis obat antihipertensi seperti diuretik, beta bloker, ACE inhibitor, dan lainnya. Obat-obat seperti metildopa dan labetalol dianggap aman untuk ibu hamil.
1. ANTI
Fajrianisa Sholihah l Hayati Fadhilatul Haq l Nabilah Yasmin Fitriani l Rafie Kalamah Syahro
HIPERTENSI
2. HIPERTENSI
• Hipertensi adalah suatu keadaan medis
di mana terjadi peningkatan tekanan
darah melebihi normal.
• Hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah sehingga tekanan sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan diastolik
lebih besar dari 90 mmHg.
3. Next...
• Untuk mempermudah pembelajaran dan
penanganan, hipertensi dapat diklasifikasikan
berdasarkan tingginya tekanan darah dan
etiologinya
Klasifikasi Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-90
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-100
>160 >100
Hipertensi tingkat 2
• (Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih berdasarkan JNC VII, 2003)
4. Next...
• Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat dibagi
menjadi hipertensi esensial dan hipertensi
sekunder:
– Hipertensi esensial/hipertensi primer/hipertensi idiopatik adalah
hipertensi tanpa kelainan dasar patologi yang jelas, lebih dari 90%
kasus merupakan hipertensi esensial. Penyebabnya meliputi faktor
genetik (kepekaan terhadap natrium, stress, dll) dan faktor
lingkungan (gaya hidup, stress emosi, dll)
– Hipertensi sekunder meliputi 5-10% kasus. Dapat berupa hipertensi
kardiovaskuler (peningkatan resistensi perifer akibat aterosklerosis),
hipertensi ginjal (oklusi arteri renalis atau penyakit jaringan ginjal),
hipertensi endokrin (feokromositoma dan sindrom Conn) dan
hipertensi neurogenik (akibat lesi saraf, menyebabkan gangguan di
pusat kontrol, baroreseptor atau penurunan aliran darah ke otak).
5. OBAT ANTI HIPERTENSI
a. Diuretik
b. Penghambat Simpatetik
c. Betabloker
d. Vasodilator
e. ACE inhibitor
f. Penghambat Reseptor Angiotensin II
g. Antagonis kalsium
6. a. Diuretik
• Obat-obatan jenis diuretik bekerja
dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
(lewat kencing) sehingga volume cairan
ditubuh berkurang yang mengakibatkan
daya pompa jantung menjadi lebih
ringan.
• Contoh obatannya adalah
Hidroklorotiazid.
7. b. Penghambat Simpatetik
• Golongan obat ini bekerja dengan
menghambat aktivitas saraf
simpatis (saraf yang bekerja pada
saat kita beraktivitas ).
• Contoh obatnya adalah : Metildopa,
Klonidin dan Reserpin.
8. c. Betabloker
• Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui
penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak
dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap
gangguan pernapasan seperti asma bronkial.
• Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan
Atenolol.
• Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena
dapat menutupi gejala hipoglikemia
• Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme
(penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian
obat harus hati-hati.
9. d. Vasodilator
• Obat golongan ini bekerja langsung pada
pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos (otot pembuluh darah).
• Yang termasuk dalam golongan ini
adalah: Prasosin, Hidralasin.
• Efek samping yang kemungkinan akan
terjadi dari pemberian obat ini adalah :
sakit kepala dan pusing.
10. e. ACE inhibitor
• Cara kerja obat golongan ini adalah
menghambat pembentukan zat Angiotensin
II (zat yang dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah).
• Contoh obat yang termasuk golongan ini
adalah Kaptopril.
• Efek samping yang mungkin timbul adalah :
batuk kering, pusing, sakit kepala dan
lemas.
11. f. Penghambat Reseptor Angiotensin II
• Cara kerja obat ini adalah dengan
menghalangi penempelan zat Angiotensin
II pada reseptornya yang mengakibatkan
ringannya daya pompa jantung.
• Obat-obatan yang termasuk dalam
golongan ini adalah Valsartan (Diovan).
• Efek samping yang mungkin timbul adalah
: sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
12. g. Antagonis kalsium
• Golongan obat ini menurunkan daya pompa
jantung dengan cara menghambat kontraksi
jantung (kontraktilitas).
• Yang termasuk golongan obat ini adalah :
Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil.
• Efek samping yang mungkin timbul adalah :
sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
• Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur,
serta menghindari faktor resiko terjadinya
hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit
ini bisa ditekan.
14. α-Metildopa
• Metildopa merupakan obat pilihan utama untuk hipertensi
kronik parah pada kehamilan (tekanan diastolik lebih dari 110
mmHg) yang dapat menstabilkan aliran darah uteroplasenta
dan hemodinamik janin.
• Obat ini termasuk golongan α2-agonis sentral yang
mempunyai mekanisme kerja dengan menstimulasi reseptor
α2-adrenergik di otak.
• Stimulasi ini akan mengurangi aliran simpatik dari pusat
vasomotor di otak.
• Pengurangan aktivitas simpatik dengan perubahan
parasimpatik akan menurunkan denyut jantung, cardiac
output, resistensi perifer, aktivitas renin plasma, dan
refleks baroreseptor.
15. Next...
• Metildopa aman bagi ibu dan anak,
dimana telah digunakan dalam jangka
waktu yang lama dan belum ada laporan
efek samping pada pertumbuhan dan
perkembangan anak.
• Metildopa memiliki faktor resiko B pada
kehamilan.
17. Next...
• Kontraindikasi : Depresi, penyakit hati
aktif, feokromositoma, porfiria, dan
hipersensitifitas
• Efek samping : mulut kering, sedasi,
depresi, mengantuk, diare, retensi
cairan, kerusakan hati, anemia
hemolitika, sindrom mirip lupus
eritematosus, parkinsonismus, ruam
kulit, dan hidung tersumbat
18. Next...
• Peringatan : mempengaruhi hasil uji
laboratorium, menurunkan dosis awal pada
gagal ginjal, disarqankan untuk melaksanakan
hitung darah dan uji fungsi hati, riwayat
depresi
• Dosis dan aturan pakai : oral 250mg 2 kali
sehari setelah makan, dosis maksimal
4g/hari, infus intravena 250-500 mg diulangi
setelah enam jam jika diperlukan.
19. Labetalol
• Labetalol merupakan antihipertensi non kardioselektif yang
memiliki kerja penghambat beta lebih dominan dibandingkan
antagonis alfa.
• Melalui penggunaan labetalol, tekanan darah dapat diturunkan
dengan pengurangan tahanan sistemik vaskular tanpa
perubahan curah jantung maupun frekuensi jantung yang nyata
sehingga hipotensi yang terjadi kurang disertai efek takikardia.
• Selain itu, labetalol juga dapat melakukan blokade terhadap
efek takikardia neonates yang disebabkan oleh terapi beta
bloker pada ibu .
• Sehingga labetalol dapat dikatakan sebagai obat alternative
yang lebih aman dan efektif diberikan pada kehamilan.
20. Next...
• Pemberian labetalol dapat secara oral maupun injeksi
bolus intravena.
• Dosis oral harian labetalol berkisar dari 200-2400
mg/hari dengan dosis awal 2 x 100 mg. Dosis
pemeliharaan biasanya 2 x 200-400 mg/hari.
• Akan tetapi pada pasien dengan hipertensi gawat,
dosis dapat mencapai 1,2 hingga 2,4 gram/hari.
• Labetalol sebagai suntikan bolus intravena secara
berulang-ulang 20-80 mg untuk mengobati hipertensi
gawat. Mabie, dkk (1987) memberikan labetalol 10 mg
IV sebagai dosis awal.
21. Next...
• Apabila tekanan darah tidak berkurang dalam waktu 10 menit,
pasien diberi 20 mg. Dalam 10 menit berikutnya adalah 40 mg
yang diikuti 40 mg dan kemudian 80 mg apabila belum tercapai
respon yang bermanfaat. Sedangkan The Working Group
(2000)merekomendasikan bolus 20 mg IV sebagai dosis awal.
• Apabila tidak efektif dalam 10 menit, dosis dilanjutkan dengan
40 mg, kemudian 80 mg setiap 10 menit, hingga dosis total
sebanyak 220 mg.
• Efek samping yang sering timbul adalah kelelahan, lemah, sakit
kepala, diare, edema, mata kering, gatal pada kulit kepala dan
seluruh tubuh serta susah tidur. Hipotensi postural juga dapat
terjadi akan tetapi sangat jarang.