SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 59
KATA PENGANTAR


         Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya lah kami dapat meyusun laporan tutorial
ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
         Laporan ini merupakan tugas hasil kegiatan tutorial pertama dalam blok 6 Pendidikan
Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya tahun 2013. Di sini kami
membahas sebuah kasus kemudian dipecahkan secara kelompok berdasarkan sistematikanya
mulai dari klarifikasi istilah, identifikasi masalah, menganalisis, meninjau ulang dan
menyusun keterkaitan antar masalah, serta mengidentifikasi topik pembelajaran.
         Bahan laporan ini kami dapatkan dari hasil diskusi antar anggota kelompok dan bahan
ajar dari dosen-dosen pembimbing.
         Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, orang tua, tutor dr. Dwi Handayani, M.Kes., dan para anggota kelompok yang
telah mendukung baik moril maupun materil dalam pembuatan laporan ini. Kami mengakui
dalam penulisan laporan ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon
maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan kami di
kesempatan mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima
kasih.




                                                     Palembang, Januari 2013




                                                     Penulis




                                                 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................. 1
Daftar ................................................................................................................................ 2


        I.       Petugas Kelompok .......................................................................................... 3
        II.      Skenario .......................................................................................................... 3
        III.     Klarifikasi Istilah ............................................................................................ 3
        IV. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 5
        V.       Analisis Masalah ............................................................................................ 5




                                                                       2
TUTORIAL BLOK 6 SKENARIO A


I.   Petugas Kelompok
     Tutor           : dr. Dwi Handayani, M.Kes.
     Moderator       : Imanuel
     Sekretaris      : 1. Eddy Yuristo
                       2. Syarifa Aisyah
     Anggota         : 1. Abdul Aziz Siregar
                       2. Amanda Putri Utami
                       3. Dalila
                       4. Devuandre Naziat
                       5. Laksmita Chandra D.
                       6. Najmi Ilal Hayati
                       7. Nelvin Raesandra
                       8. Shabrina Yunita A.
                       9. Suci Indah Sari
                       10. Trie Vany Putri


II. Skenario
     Tn. Budi , seorang laki-laki yang pernah bekerja di cafetaria. Ia gemar minum-minuman
berakohol. Sekitar 20 tahun yang lalu, ia pernah menderita hepatitis B. Saat ini, Tn. Budi telah
berusia 50 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan BAB berwarna hitam sejak dua hari
yang lalu. Ia juga mengalami nausea dan anorexia.
     Pada pemeriksaan kepala dijumpai sklera ikterik dan konjunctiva pucat. Pada
pemeriksaan dada ditemukan spider naevi. Pada pemeriksaan abdomen terlihat perutnya
membesar, adanya caput Medusae, hepar tak teraba, dan splenomegali (Schuffner 2), shifting
dullness (+), disertai kaki yang membengkak dan palmar eritema. Dokter menyatakan bahwa
Tn. Budi menderita cirrhosis hepatis.


III. Klarifikasi Istilah
1.    Minuman berakohol            :   minuman yang mengandung senyawa organik dengan
                                       gugus OH pada atom karbon jenuh.
2.    Hepatitis B                  :   penyakit viral akut yang terutama disebabkan secara
                                       parenteral atau terkadang peroral, melalui kontak personal

                                                 3
yang erat, atau dari ibu ke neonatus, dengan gejala berupa
                                  demam, malaise, anorexia, mual, dan muntah seiring
                                  dengan timbulnya gejala klinis ikterus, angiodema, lesi
                                  kulit urtikarial, dan arthritis.
3.    Nausea                  :   sensasi tidak menyenangkan yang samar pada epigastrium
                                  dan abdomen dengan kecenderungan untuk muntah.
4.    Anorexia                :   tidak adanya atau hilangnya selera makan
5.    Sklera ikterik          :   sklera yang berwarmna kekuningan dan ekskresi akibat
                                  hiperbilirubimenia dan pengendapan batu empedu.
6.    Konjunctiva             :   membran halus yang melapisi kelopak mata, dan
                                  menutupi bola mata
7.    Spider naevi            :   taleangiektasis yang    disebabkan    oleh    dilatasi   dan
                                  percabangan arteri kutaneous superfisial, tampak sebagai
                                  area sentral berwarna merah terang dengan percabangan
                                  yang menyerupai kaki seekor laba-laba; dapat timbul
                                  spontan atau akibat kehamilan dan penyakit hati
8.    Caput medusae           :   pelebaran vena cutaneous di sekitar umbilicus terutama
                                  terlihat pada bayi yang baru lahir dan pasien cirrhosis
                                  hepatis
9.    Splenomegali            :   pembesaran limfa dengan ukuran schuffner 2
      (schuffner 2)
10.   Shifting dullness       :   Suatu gejala pekak alih yang didapat melalui perkusi
                                  sebagai pertanda adanya cairan peritoneal yang bebas.
11.   Palmar eritema          :   kemerahan pada kulit tangan yang dihasilkan oleh
                                  kongesti pembuluh kapiler
12.   Cirrhosis hepatis       :   sekelompok penyakit hati yang ditandai oleh peradangan
                                  interstisial hati, hilangnya arsitektur hati yang normal,
                                  fibrosis, dan degenerasi nodula.

IV. Identifikasi Masalah

      No                           Masalah                                     Concern
      1    Tn. Budi yang gemar minum alkohol pernah menderita hepatitis
                                                                                 vv
           B dua puluh tahun lalu.
      2    Tn Budi, 50 tahun, datang ke puskesmas dengan nausea,
                                                                                  v
           anorexia, dan BAB berwarna hitam sejak dua hari yang lalu.
      3    Hasil pemeriksaan fisik menujukkan dijumpainya sklera ikterik,        vv
           konjunctiva pucat, spider naevi pada pemeriksaan dada,
           ppembesaran perut, adanya caput Medusae, hepar tak teraba,
           dan splenomegali (Schuffner 2), shifting dullness (+), disertai

                                             4
kaki yang membengkak dan palmar eritema.
      4.      Dokter menyatakan bahwa Tn. Budi menderita cirrhosis hepatis.          vvv



V. Analisis Masalah
1.   Tn. Budi yang gemar minum alkohol pernah menderita hepatitis B dua puluh tahun
     lalu.
     a. Apa hubungan kebiasaan konsumsi minuman alkohol dengan hepatitis B?
                  Penyakit hati akibat mengkonsumsi alkohol yang berlebih dapat memicu
           timbulnya lemak pada organ hati (disebut perlemakan hati). Selain itu, mengkonsumsi
           alkohol berlebih dapat menyebabkan seseorang terserang penyakit hepatitis dan
           munculnya peradangan hati lainnya. Dalam beberapa kasus, perlemakan hati tidak
           menimbulkan gejala dan sering tidak terdiagnosis. Namun, beberapa penderita akan
           mengalami pembesaran hati yang menimbulkan rasa tidak nyaman di bagian atas
           perut.


     b. Bagaimana patofisiologi dari penyakit hepatitis B?
                  Infeksi HBV merupakan penyebab utama hepatitis B. virus hepatitis berupa
           partikel dua lapis berukuran 42 nm yang disebut dengan partikel dane. Lapisan luar
           terdiri atas lapisan HBsAg yang membungkus partikel inti (core). Pada inti terdapat
           DNA VHB Polimerase. Pada partikel inti terdapat Hepatitis B core antigen HBcAg
           dan hepatitis B “e” antigen (HBeAg).cara penularan virus hepatitis B melaui dibagi
           menjadi parenteral dan non parenteral. Parenteral adalah dimana terjadi penembusan
           kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk jarum atau benda yang sudah tercemar
           virus hepatitis B dan pembuatan tato. Sedangkan non parenteral adalah penularan
           yang terjadi karena persentuhan yang erat denagn benda yang tercemar virus hepatitis
           B.
                  Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis B.hepatis. Virus
           hepatitis B (VHB) mula-mula melekat pada reseptor spesifik dimembran sel hepar
           kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam sitoplasma
           hepatosit VHB melepaskan mantelnya, sehingga melepaskan nukleokapsid.
           Selanjutnya nukleokapsid akan menembus dinding sel hati. Di dalam hepatosit ini
           asam nukeat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA
           hospes dan berintegrasi pada DNA tersebut. Selanjutnya DNA VHB memerintahkan
           sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru dan kemudian terjadi pembentukan
           virus baru. Virus-virus ini akan dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme terjadinya
           kerusakan hati yang kronik disebabakan karena respon imunologik penderita
           terhadap infeksi. Apabila reaksi imunologik tidak ada atau minimal maka akan
           terjadi keadaan karier sehat.
                  Gambaran patologis hepatitis akut tipe B dengan tipe lainnya pada umumnya
           sama, yaitu terjadi peradangan akut diseluruh bagian hati dengan nekrosis sel hati
           disertai infiltrasi sel-sel hati dengan histiosit. Bila nekrosis meluas (masif) terjadi

                                                 5
hepatitis akut fulminan.bila penyakit menjadi kronik dengann peradangandan fibrosis
    meluas didaerah portal dan batas antara lobules masih utuh, maka akan terjadi
    hepatitis kronik persisten. Sedangkan bila daerah portal melebar, tidak teratur dengan
    nekrosis diantar daerah portal yang berdekatan dan pembentukan septa fibrosis yang
    meluas maka akan terjadi hepatitis kronik


c. Bagaimana komplikasi yang diderita orang hepatitis B?
   Memiliki infeksi Hepatitis B kronis dapat mengakibatkan komplikasi serius, seperti :
   − Jaringan parut hati (sirosis). Infeksi hepatitis B dapat menyebabkan peradangan
      yang menyebabkan jaringan parut yang luas dari hati (sirosis). Jaringan parut di
      hati dapat mengganggu kemampuan hati untuk berfungsi.
   − Kanker hati. Orang dengan infeksi hepatitis B kronis memiliki peningkatan risiko
      kanker hati.
   − Gagal hati. Kegagalan hati akut adalah suatu kondisi di mana fungsi-fungsi vital
      dari hati ditutup. Ketika itu terjadi, transplantasi hati diperlukan untuk
      mempertahankan kehidupan.
   − Infeksi hepatitis D. Siapapun yang terinfeksi HBV kronis juga rentan terhadap
      infeksi dengan yang lain strain virus hepatitis - hepatitis D. Anda tidak dapat
      terinfeksi dengan hepatitis D kecuali Anda sudah terinfeksi dengan HBV. Setelah
      kedua hepatitis B dan hepatitis D membuatnya lebih besar kemungkinan Anda
      akan mengembangkan komplikasi hepatitis.
   − Masalah ginjal. Infeksi hepatitis B dapat menyebabkan masalah ginjal yang pada
      akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal. Anak-anak lebih mungkin untuk pulih
      dari masalah ginjal dibandingkan orang dewasa, yang mungkin mengalami gagal
      ginjal.


d. Bagaimana perbandingan struktur anatomis-histologis hepar orang sehat dan
   penderita hepatitis B?
        Perubahan struktur hati yang ditunjukkan oleh penderita hepatitis B meliputi
   perubahan morfologi. Pada kasus yang klasik, hati tampaknya berukuran dan berwarna
   normal , namun kadang-kadang terlihat agak edema, memebesar dan pada palpasi
   “teraba nyeri ditepian”. Secara histologi, terjadi kekacauan susunan hepatoseluler ,
   cedera dan nekrosis sel hati dalam berbagai derajat dan peradangan periportal.
   Perubahan ini bersifat reversibel bila fase akut pada penyakit mereda.
   Struktur hati normal
   Hati terbagi atas menjadi dua lapisan utama :
   1. permukaan atas berbentuk cembung terletak dibawah diaphragm
   2. permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan fissura transversus
        Hati dipisahkan menjadi 2 bagian yaitu bagian kanan dan kiri oleh fissure
   longitudinal dan dibagi menjadi empat lobus : lobus kanan, lobus kiri, lobus caudatus,
   lobus quadratus.
        Pembuluh darah hati ada dua peredaran darah yaitu :
        a. arteri hepatica, keluar dari aorta 1/5 darah dan keluar sebagai vena hepatica
        b. vena porta, terbentuk dari lienalis dan vena mesentrica posterior
                                         6
Struktur hati yang terkena hepatitis B
            Pada hepar orang yang terkena hepatitis akan terjadi inflamasi dan cedera akibat
       reaksi hepar terhadap virus. Inflamasi yang menyebar pada hati akan menyebabkan
       unit fungsional dasar terganggu. Gangguan suplai darah normal pada sel-sel hati ini
       menyebabkan nekrosis.




                 Gambar 1. Perbandingan Morfologi Hati Pada Berbagai Kasus Klinik



2.   Tn Budi, 50 tahun, datang ke puskesmas dengan nausea, anorexia, dan BAB
     berwarna hitam sejak dua hari yang lalu.
     a. Bagaimana proses pewarnaan feses?
             Billirubin, konstituen utama empedu, sama sekali tidak berperan dalam
       pencernaan, tetapi merupakan salah satu dari beberapa produk sisa yang diekskresikan
       dalam empedu. Billirubin adalah pigmen empedu utama yang berasal dari penguraian
       sel darah merah yang usang. Masa hidup sel darah merah dalam system sirkulasi rata-
       rata adalah 120 hari. Sel darah merah yang usang dikeluarkan dari darah oleh
       makrofag yang melapisi sinusoid hati dan yang terletak dibagian tubuh lain. Billirubin
       adalah produk lain yang dihasilkan oleh penguraian bagian heme dari hemoglobin
       yang terkandung didalam sel-sel darah merah tersebut. Billirubin ini diekstraksi dari
       darah oleh hepatosit dan secara aktif diekskresikan kedalam empedu.




                                                7
Gambar 2. Metabolisme Bilirubin

         Billirubin adalah pigmen kuning yang menyebabkan empedu berwarna kuning.
  Didalam saluran pencernaan, pigmen ini mengalami modifikasi oleh enzim-enzim
  bakteri usus menjadi serangkaian senyawa yang disebut sterkobilin dan urobilinogen
  yang kemudian menyebabkan tinja berwarna coklat khas. Jika tidak terjadi sekresi
  billirubin, misalnya apabila duktus billiiaris tarsumbat secara total oleh batu empedu,
  feses akan berwarna putih keabu-abuan. Dalam keadaan normal, sejumlah kecil
  billirubin direabsorpsi oleh usus untuk kembali kedarah, dan sewaktu akhirnya
  dikeluarkan melalui urine, billirubin tersebut merupakan penentu warna kuning pada
  air kemih. Ginjal baru mampu mengekresikan billirubin apabila zat ini telah
  dimodifikasi sewaktu melalui hati dan usus.


b. Pada skenario, apa yang menyebabkan BAB berwarna hitam?
        Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal dan
  menimbulkan bau yang khas yang menunjukan pendarahan saluran cerna bagian atas
  serta di cernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari
  konversi hemoglobin menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Pada melena,
  dalam perjalannya melalui usus, darah menjadi berwarna merah gelap bahkan hitam.
  Perubahan warna ini disebabkan oleh HCL lambung, pepsin, dan warna hitam ini
  diduga karena adanya pigmen porfirin. Diperkirakan darah yang muncul dari
  duodenum dan jejunum akan tertahan pada saluran cerna sekitar 6-8 jam untuk
  merubahwarna feses menjadi hitam. Paling sedikit perdarahan sebanyak 50-100 cc
  baru dijumpai keadaan melena. Feses tetap berwarna hitam seperti ter selama 48-72
  jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukan berarti keluarnya feses yang berwarna
  hitam tersebut menandakan perdarahan masih berlangsung. Darah yang tersembunyi
  terdapat pada feses selama 7-10 hari setelah episode perdarahan tunggal.


                                         8
Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran
cerna. Hematemesis adalah muntah darah, sedangkan melena adalah warna feses
menjadi hitam pekat. Perdarahan ini dapat disebabkan karena sirosis hepatis (dengan
pecahnya varises esofagus) dan gastritis. Walaupun perdarahan ini akan berhenti
sendiri, tetapi hal ini dianggap sebagai suatu yang serius yang setiap saat dapat
membahayakan pasien. Perdarahan akibat sirosis hati disebabkan oleh gangguan
fungsi hati penderita, alkohol, obat-obatan, virus hepatitis dan penyakit bilier.
       Konsumsi alkohol dan adanya riwayat penyakit hepatitis B menyebabkan sel
Hepatosit meradang sehingga terjadi koligenasi pada sel Stellata pada keadaan lanjut
menyebabkan penderita mengalami Fibrosis hepar atau sirosis hepatis. Salah satu
akibat dari sirosis adalah terjadinya peningkatan tekanan darah atau hipertensi pada
Vena porta hepatis. Pada keadaan normal darah vena portae hepatis menyeberangi
hepar dan mengalir ke dalam vena cava inferior dari sirkulasi vena sistemik melalui
vena hepatica dan disebut jalur langsung. Tetapi ada hubungan yang lebih kecil antara
sistem porta dan sistemik, dan menjadi berperanan penting jika jalur langsung
mengalami hambatan.
       Hubungan ini dijumpai pada ⅓ bawah oesophagus, r. oesophagealis v. gastrica
sinistra (cabang porta) beranastomosis dengan vv. oesophagealis yang mengalirkan
darah dari ⅓ bagian tengah oesophagus ke v. azygos (cabang sistemik). Sehingga
apabila terjadi hipertensi pada vena porta hepatis akan menimbulkan tekanan darah
pada pembuluh sistemik ikut naik ,yang dapat mengakibatkan varises esofagus dan
juga gastritis karena kerusakan pada v. gastrica sinistra.
        Sirosis hati dapat menyebabkan pecahnya varises esofagus yang akan
menimbulkan hematemesis melena. Varises esofagus ini disebabkan oleh hipertensi
portal yang terjadi karena penekanan sistem sekunder vena porta sehingga
meningkatnya aliran karena kerusakan hati. Terjadi hipertensi ini akan menimbulkan
enselofati hepatic, dimana akan terjadinya :
a. Akumulasi nitrogen didalam sel pada GI. Nitrogen ini berperan serta terhadap
     patogenensis portal sistemik enselofati. Akumulasi nitrogen ini belum diketahui
     faktor penyebabnya namun dapat diperkirakan terjadinya perubahan metabolisme
     GABA dan neurotransmiter octopamin.
b. Gangguan kesadaran yang lanjut, ditandai dengan gangguan kesadaran yang
     berlanjut sampai koma yang dalam (koma hepatikum), berbagai saraf, perubahan
     psiatrik, tremor telapak tangan dan fetor heptikus




                                      9
Gambar 3. Aliran Darah pada Viscera Abdomen




Gambar 4.                                                 Vaskularisasi
                             Esofagus


                                10
Gambar 5. Histologi Esofagus

       Karena terjadi varises pada pembuluh darah esofagus hingga menimbulkan
  pendarahan hal tersebut berarti terjadi kerusakan pembuluh darah yang ada pada (4)
  lamina mucularis mucosa dan (8) tunica adventitia.


c. Apa saja faktor yang dapat menyebabkan nausea dan anorexia?
        Nausea adalah sensasi tidak menyenangkan yang samar pada epigastrium dan
  abdomen, dengan kecenderungan untuk muntah. Nausea merupakan gejala awal dari
  vomit (muntah). Nausea adalah pengenalan sadar pada daerah medulla yang secara
  erat berhubungan dengan atau merupakan bagian dari pusat muntah. Nausea dapat
  disebabkan oleh (1) impuls iritatif yang datang dari traktus gastrointestinal (2) impuls
  yang berasal dari otak bawah yang berhubungan dengan motion sickness (3) impuls
  dari korteks serebri untuk mencetuskan muntah.
        Sinyal sensoris yang mencetuskan rasa mual dan muntah terutama berasal dari
  faring, esofagus, lambung, dan bagian atas usus halus. Impuls saraf kemudian di
  transmisikan, baik oleh serabut saraf aferen vagal maupun oleh saraf simpatis ke
  berbagai nukleus yang tersebar di batang otak yang semuanya disebut “pusat muntah”.
  Dari sini, impuls motorik yang menyebabkan muntah sesungguhnya ditransmisikan
  dari pusat muntah melalui jalur saraf kranialis V, VII, IX, X, dan XII ke traktus
  gastrointestinal bagian atas, melalui saraf vagus dan simpatis ke traktus yang lebih
  bawah, dan melalui saraf spinalis ke diafragma dan abdomen.
        Anoreksia adalah penurunan nafsu makan atau hilangnya nafsu makan dalam
  waktu yang lama. Anoreksia dapat disertai dengan penurunan berat badan atau tidak.
  Keadaan ini hampir mempunyai satu penyebab yang mendasari atau lebih.
        Secara patofisiologi anoreksia dapat dijelaskan sebagai berikut; hipotalamus
  dinilai dapat mengatur baik rasa kenyang maupun lapar, dengan menghasilkan
  homeostasis berat badan dalam keadaan yang ideal. Hipotalamus mengintepretasikan
  dan mengintegrasikan sejumlah besar masukan neural dan humoral untuk


                                         11
mengkoordinasikan tahapan lapar dengan pengeluaran energi sebagai respon terhadap
keadaan perubahan keseimbangan energi.
      Sinyal jangka panjang yang menghubungkan informasi tentang simpanan energi
badan, status endokrin, dan kesehatan umum terutama merupakan masukan humoral.
Sinyal jangka pendek, termasuk hormon usus dan sinyal neuran dari pusat otak lebih
tinggi dan usus, meregulasi tahapan awal dan akhir proses makan. Hormon-hormon
yang terlibat dalam proses inimencakup leptin, insulin, kolesitokinin, grelin,
polipeptida YY, polipeptida pankreas, peptida-1 yang mirip glukagon, dan
oxytomodulin. Perubahan setiap proses humoral atau neuronal ini dapat menimbulkan
anoreksia.
      Hubungan sirosis hepatis dengan nausea dan anoreksia adalah terjadinya ikterus
hepatoseluler dan meningkatnya produksi bilirubin atau hiperbilirubinemia sehingga
sekresi sekretin dan kolesistokitinin meningkat yang menyebabkan penurunan tekanan
sfinger esofagus bagian bawah, peningkatan motilitas duodenum dan sekresi, dan
motilitas lambung berkurang.




          Gambar 6. Inervasi Sistem Saraf Vegetatif Pars Parasympathica

     Efek dari hal tersebut adalah refluks isi lambung yang asam melewati esofagus
padahal epitel dari esofagus tidak dipersiapkan untuk menahan asam sehingga terjadi
                                       12
iritasi dari lapisan mukosa esofasgus. Refluks dari isi lambung ke esofagus mentrigger
       pusat mual muntah di bagian otak belakang bagian bawah untuk memberikan respons
       mual atau nausea.
              Ketika refluks sampai ke mulut dan akhirnya dikeluarkan (refluks esofagus) juga
       merangsang nervus vagus di sepanjang esofagus untuk terksitasi dan terjadilah
       vomitting. Maka dari itu umumnya pada penderita sirosis terkena gangguan nafsu
       makan atau anoreksia.



3.   Hasil pemeriksaan fisik menujukkan dijumpainya sklera ikterik, konjunctiva pucat,
     sipder naevi pada pemeriksaan dada, ppembesaran perut, adanya caput Medusae,
     hepar tak teraba, dan splenomegali (Schuffner 2), shifting dullness (+), disertai kaki
     yang membengkak dan palmar eritema.
     a. Bagaimana struktur anatomi dan histologi mata normal?
       Struktur Anatomi
       Lapisan-lapisan mata

       •   Sklera            : Lapisan terluar mata mirip duramater.
       •   Konjungtiva       : untuk melindungi kornea dan sklera.
       •   Kornea            : struktur transparan yang seperti kubah, merupakan
           pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan
           cahaya.
       •   Pupil             : daerah hitam ditengah-tengah iris. Tempat masuknya cahaya.
       •   Iris              : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di
           belakang kornea dan di depan lensa. Fungsinya adalah untuk mengatur jumlah
           cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
       •   Lensa             : struktur cembung ganda yang tergantung di antara Humor
           Aqueous dan Humor Vitreus. Fungsinya adalah untuk memfokuskan cahaya ke
           retina.
       •   Humor Aqueous : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan
           kornea. Fungsinya untuk memberi nutrisi (makanan) untuk lensa dan kornea.
       •   Humor Vitreus: gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina.
       •   Retina            : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang
           bola mata. Fungsinya adalah untuk menerima rangsangan cahaya, mengolah dan
           mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus ke otak.




                                             13
Gambar 7. Bagian-bagian Mata
Os pembentuk rongga mata :
   1. superior : os. frontal
   2. inferior : os. Zygomaticum, os. maxillaries ,os.palatina
   3. lateral : os. frontal, os. zygomaticum, ala magna os sphenoid
   4. medial : os. maxillaris, os. lakrimal, os. Etmoid
                        Tabel 1. Otot-Otot Bola Mata dan Kelopak Mata
Nama Otot         Origo                Insersio         Persarafan         Fungsi
Otot-otot Ekstrinsik Bola Mata ( Otot Lurik )
M. rectus Annulus tendineus Permukaan                   N. oculomotorius   Mengangkat cornea
superior     communis          pada superior       bola ( N.III )          ke atas dan medial
             dinding posterior mata               tepat
             orbita                  posterior
                                     terhadap      taut
                                     corneo-scleral
M. rectus Annulus tendineus Permukaan                   N. oculomotorius   Menurunkan
inferior     communis          pada inferior       bola ( N. III )         cornea ke bawah
             dinding posterior mata               tepat                    dan medial
             orbita                  posterior
                                     terhadap      taut
                                     corneo-scleral
M. rectus Annulus tendineus Permukaan                   N. oculomotorius   Memutar bola mata
medialis     communis          pada medial bola mata ( N. III )            sehingga   kornea
             dinding posterior tepat posterior                             menghadap      ke
             orbita                  terhadap      taut                    medial
                                     corneo-scleral
M. rectus Annulus tendineus Permukaan                   N. abducens        Memutar bola mata
lateralis    communis          pada lateral bola mata ( N. VI )            sehingga   cornea

                                             14
dinding   posterior tepat posterior                             menghadap          ke
              orbita              terhadap       taut                         lateral
                                  corneo-scleral
M.           Dinding posterior    Melalui trochlear     N. trochlearis        Memutar bola mata
obliquus                          dan dilekatkan        ( N. IV )             sehingga   cornea
superior                          pada permukaan                              menghadap      ke
                                  superior       bola                         bagian bawah dan
                                  mata, di bawah                              lateral
                                  m.          rectus
                                  superior
M.           Dasar orbita         Permukaan             N. occulomotorius Memutar bola mata
obliquus                          lateral bola mata,    ( N. III )        sehingga    cornea
inferior                          profunda                                menghadap ke atas
                                  terhadap         m.                     dan lateral
                                  rectus lateralis
Otot-otot Intrinsik Bola Mata ( Otot Polos )
M. sphincter                                            Parasimpatis          Konstriksi pupil
puppilae                                                melalui          n.
                                                        oculomotorius
M.       dilator                                        Simpatis              Dilatasi pupil
pupillae
M. ciliaris                                             Parasimpatis        Mengatur bentuk
                                                        melalui          n. lensa,        pada
                                                        oculomotorius       akomodasi
                                                                            membuat      lensa
                                                                            lebih bulat.
Otot-otot Palpebra
M. orbicularis
oculi
M.     levator Belakang orbita       Permukaan          Otot lurik oleh n. Mengangkat
palpebrae                            anterior    dan    oculomootorius,    palpebra superior
superior                             pinggir     atas   otot polos oleh
                                     tarsus superior    saraf simpatis
Vaskularisasi mata:
Arteri:                                           Vena:
   • Arteri Oftalmika                                   •   Vena Oftalmika
   • A. Conjunctiva                                     •   V. Centralis Retina
   • A. Ciliaris                                        •   V. Cilliaris
   • A. Episcleralis                                    •   V. Conjunctiva
   • A. Centralis Retina                                •   V. Episcleralis
   • Arteri Retinalis                                   •   V. Vorticosa
                                                        •   Vena Retinalis

Innervasi pada orbita
   1. Nervus opticus
   2. Nervus lacrimalis

                                             15
3.   Nervus frontalis
4.   Nervus trochealis
5.   Nervus oculomotorius
6.   Nervus nasocilaris
7.   Nervus abducens
Struktur Histologi
   Pada Bola mata terdapat 3 lapisan
1. Tunica Fibrosa
      o Berfungsi melindungi struktur halus dalam mata
      o Mempertahankan tekanan cairan intra okuler
      o Mempertahankan bentuk dan tekanan bola mata
         Ada beberapa bagian mata dalam lapisan ini yaitu
      1. Kornea, memiliki lapisan-lapisan:
               Epitel Kornea
               Membran Bowman
               Substansia Propia/Stroma
               Membran Descement
               Endotel Kornea
      2. Sklera memiliki jaringan fibrosa padat dan mempertahankan bentuk ukuran
         bola mata, terdiri dari tiga lapisan:
         • Episklera terdiri dari jaringan fibroelastis
         • Stroma Sklera terdiri dari serat kolagen
         • Lamina Fusca terdiri dari melanosit dan fibroblast
2. Tunica Vaskuola berfungsi:
      o Memberi nutrisi pada bola mata
      o Akomodasi penglihatan
      o Mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata
   Ada beberapa bagian mata dalam T. Vaskuola yaitu:
      1. Choroid, memiliki empat lapisan:
               Lapisan Suprakoroid
               Lapisan Vaskuola
               Lapisan Koriokapilaris
               Lamina Elastika atau Membran Brunch
      2. Corpus Cilliaris terdiri epitel siliaris, lamina elastica
      3. Iris terdiri membrane sellular dan membentuk lapisan yang tidak utuh




                                     16
Gambar 8. Potongan Coronal Mata Tampak Posterior

3. Tunica Nervosa terdiri dari:
     o Pars Seka Retina terdiri dari:
              Pars Siliaris Retina
              Pars Iridka Retina
     o Pars Optica Retina
     Retina terdiri dari 10 lapisan
     o Retinal pigment epithelium (RPE)
     o Lapisan fotoreseptor (Rods/Cones)
     o Membran pembatas eksternal - Lapisan yang membatasi bagian dalam
         fotoreseptor dari inti selnya
     o Lapisan luar inti
     o Lapisan luar plexiform - Pada bagian makular, ini dikenal sebagi "Lapisan
         serat Henle" (Fiber layer of Henle).
     o Lapisan dalam inti
     o Lapisan dalam plexiform
     o Lapisan sel ganglion - Lapisan yang terdiri dari inti sel ganglion dan
         merupakan asal dari serat syaraf optik.
     o Lapisan serat syaraf
     o Membran pembatas dalam - Tempat sel-sel Műller berpijak




                                     17
Gambar 9. Diagram Struktur Retina


b. Apa penyebab sklera ikterik dan konjunctiva pucat?
  Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya
  (membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin
  yang meningkat konsentrasinya dalam sirkulasi darah. Ikterus biasanya baru dapat
  dilihat di sclera, kulit dan urin kalau kadar bilirubin serum mencapai 2-3
  mg/dl. Normalnya kadar bilirubin dalam darah adalah 0,3-1 mg/dl. Ada tiga jenis
  ikterus berdasarkan penyebabnya, yaitu :
   1.) Ikterus Hemolitik
       Ikterus hemolitik disebabkan oleh hemolisis sel darah merah berlebihan yang
       merupakan penyebab ikterus prehepatik sehingga hati tidak dapat
       mengkonjugasikan semua bilirubin yang dihasilkan. Ikterus ini dapat dijumpai
       pada reaksi transfuse atau lisis sel darah merah akibat gangguan hemoglobin,
       misalnya pada anemia sel sabit dan thalasemia..
   2.) Ikterus Hepatoseluler
       Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi karena disfungsi
       hepatosit. Disfungsi hepatosit terjadi apabila hati terinfeksi oleh virus pada
       hepatitis atau apabila sel hati rusak akibat kanker atau sirosis.
   3.) Ikterus Obstruktif
       Ikterus Obstruktif disebabkan oleh obstruksi duktus biliaris (yang
       sering terjadi bila sebuah batu empedu atau kanker menutupi duktus
       choleocus) atau kerusakan sel hati (yang terjadi pada hepatitis).
       Kecepatan pembentukan bilirubinnya normal , tetapi bilirubin yang dibentuk
       tidak dapat lewat dari darah kedalam usus dan dikonjugasi dengan cara
       yang biasa. Bilirubin terkonjugasi ini kemudian kembali ke dalam
       darah, mungkin karena pecahnya kanalikuli biliaris yang terbendung dan
       pengosongan langsung ke saluran limfe yang meninggalkan hati. Jadi, kebanyakan
       bilirubin dalam plasma menjadi bilirubin terkonjugasi dan bukan bilirubin bebas.
       Sumbatan terhadap aliran empedu keluar hati atau melalui duktus
                                       18
biliaris, hal ini dianggap berasal dari intrahepatik apabila sumbatan
       disebabkan oleh sumbatan aliran empedu keluar hati. Disebut
       ekstrahepatik apabila disebabkan oleh sumbatan aliran empedu melintasi
       duktus biliaris. Keduanya dapat terjadi karena ada batu atau tumor.

   Konjungtiva pucat merupakan tanda anemia. Anemia adalah suatu kondisi dimana
   kadar sel darah merah dalam tubuh berkurang atau jumlah hemoglobin yang berkurang
   dalam darah. Tiga penyebab utama anemia adalah perdarahan yang berlebihan seperti
   perdarahan akut/kronik, hemolisis yang berlebihan, atau hematopoiesis yang tidak
   efektif. Dalam kasus ini, Tn. Budi mengalami perbesaran pada limfanya
   (splenomegaly). Akibat dari splenomegaly ini adalah jumlah sel darah merah yang
   akan dilisis meningkat sehingga jumlah sel darah merah yang berada dalam pembuluh
   darah menurun dan menyebabkan anemia.


c. Bagaimana dampak dari sklera ikterik dan konjunctiva pucat terhadap proses
   penglihatan?
   Derajat serum bilirubin paling baik dilihat pada sklera, sklera memiliki afinitas
   terhadap bilirubin karena memiliki elastin yang banyak. Adanya sklera ikterik
   mengindikasikan kadar bilirubin setidaknya 3.0 mg/dl (normal <1 mg/dl). Kelainan
   pada sklera dan konjungtiva tidak membawa pengaruh terhadap sistem penglihatan
   karena keduanya tidak termasuk dalam bagian jalur masuknya cahaya menuju
   reseptor cahaya.

d. Bagaimana proses terjadinya sklera ikterik dan konjunctiva pucat?
   Mekanisme sklera ikterik
         Bilirubin berasal dari hasil pemecahan hemoglobin oleh sel retikuloendotelial,
   cincin heme setelah dibebaskan dari besi dan globin diubah menjadi biliverdin yang
   berwarna hijau. Biliverdin berubah menjadi bilirubin yang berwarna kuning. Bilirubin
   ini dikombinasikan dengan albumin membentuk kompleks protein-pigmen dan
   ditransportasikan ke dalam sel hati. Bentuk bilirubin ini sebagai bilirubin yang belum
   dikonjugasi atau bilirubin indirek berdasar reaksi diazo dari Van den Berg, tidak larut
   dalam air dan tidak dikeluarkan melalui urin. Didalam sel inti hati albumin dipisahkan,
   bilirubin dikonjugasikan dengan asam glukoronik yang larut dalam air dan dikeluarkan
   ke saluran empedu. Pada reaksi diazo Van den Berg memberikan reaksi langsung
   sehingga disebut bilirubin direk. Bilirubin indirek yang berlebihan akibat pemecahan
   sel darah merah yang terlalu banyak, kekurangmampuan sel hati untuk melakukan
   konjugasi akibat penyakit hati, terjadinya refluks bilirubin direk dari saluran empedu
   ke dalam darah karena adanya hambatan aliran empedu menyebabkan tingginya kadar
   bilirubin didalam darah. Keadaan ini disebut hiperbilirubinemia dengan manifestasi
   klinis berupa ikterus. Warna dari kulit dan sklera bervariasi tergantung pada kadar
   bilirubin. Ketika kadar bilirubin sedikit meningkat, kulit dan sklera terlihat menguning.
   Ketika kadar bilirubin tinggi, warnanya cenderung menjadi lebih kecoklatan.

   Mekanisme konjungtiva pucat

                                          19
Dalam kasus ini, Tn. Budi menderita sirosis hati yang menyebabkan hipertensi
  porta. Hipertensi porta ini juga mengakibatkan beberapa hal, seperti splenomegaly.
  Dalam hal ini, fungsi hati sebagai tempat destruksi eritrosit diambil alih oleh spleen
  (lien). Pembesaran pada ukuran lien ini menyebabkan daya tampung lien meningkat.
  Karena adanya peningkatan jumlah eritrosit yang mengalami destruksi, jumlah eritrosit
  dalam pembuluh darah menurun dan mengakibatkan anemia. Anemia akibat hemolisis
  yang berlebihan memberika gejala-gejala tertentu, salah satunya warna konjungtiva
  yang terlihat pucat.



e. Bagaimana struktur vaskularisasi cutaneous pada regio thoraks?
       Vaskularisasi cutaneous regio thorax berasal dari arteri thoracica interna (cabang
  dari arteri subclavia) yang memperdarahi dinding anterior tubuh dari clavicula sampai
  ke umbilicus. Arteri thoracica interna dicabangkan oleh arteri subclavia dekat dengan
  percabangan awalnya. Arteri ini berjalan turun dari dalam rangkaian costae sekitar 1
  cm dari tepi sternum, medial dari papilla mammae. Kemudian arteri thoracica interna
  akan bercabang menjadi arteri intercostalis anterior sampai ke intercostal ke VI. Arteri
  ini akan bercabang lagi menjadi 5:
   1. A. Perforans
   2. A. pericardiacophrenica
   3. A. mediastinalis (mediastinalis ant:timus)
   4. A. epigastrica sup (rectus abdominis)
   5. A. musculophrenica (diafragma)


f. Bagaimana mekanisme terbentuknya spider naevi?
          Spider naevi adalah taleangiektasis yang disebabkan oleh dilatasi dan
  percabangan arteri kutaneous superfisial, tampak sebagai area sentral berwarna merah
  terang dengan percabangan yang menyerupai kaki seekor laba-laba. Hal ini dapat
  disebabkan oleh hiperestrogenemia. Hati merupakan organ yang salah satu fungsinya
  adalah detoksifikasi estrogen menjadi estradiol dan estron menjadi estriol. Estradiol,
  estron dan estriol merupakan substrat untuk enzim hepatik, dimana hati
  mengkonjugasi estrogen untuk membentuk glukuronida dan sulfat. Aktifitas enzim
  yang melaksanakan reaksi konjugasi ini bervariasi antara berbagai spesies. Hormon
  steroid yang terkonjugasi bersifat dapat larut dalam air dan tidak terikat dengan protein
  pengangkut, karena itu hormon estrogen ini mudah disekresikan ke dalam getah
  empedu, feses dan urin.
          “Weak androgen” (Androstrenidonine dan dehiydroepiandrosterone) secara
  normal dimetabolisme menjadi estrogen pada jaringan perifer. Gangguan fungsi hati
  menyebabkan penurunan katabolisme estrogen. Hipertensi portal yang disebabkan
  oleh sirosis juga menyebabkan hormon-hormon ini lewat begitu saja di hati.
          Estrogen berfungsi sebagai vasodilatator dan mempengaruhi sirkulasi darah
  pada kulit dengan cara menyebabkan kulit menjadi lebih vaskular. Hiperesterogenemia
  menyebabkan pelebaran pembuluh darah yang termanifestasi secara kilinis sebagai
  spider naevi dan palmar aritema.
                                         20
g. Bagaimana struktur anatomi traktus digestivus dan kelenjar aksesorius?
Traktus Digestivus
Traktus digestivus terdiri dari:
   1. Cavum Oris
                Merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan juga sistem pernafasan.
       Cavum oris dibatasi oleh m. Mylohyoideus pada bagian inferior, palatum durum dan
       palatum molle pada bagian superior, pipi pada lateral, dan labium oris pada anterior.
       Cavum oris dibagi dalam vestibulum oris (bagian antara bibir dan pipi di sebelah luar
       dengan gusi dan gigi geligi di sebelah dalam) dan cavitas oris propria yang terletak di
       dalam arcus alveolaris, gusi, dan gigi-geligi (incivus medial, incivus lateral, caninus,
       premolar pertama, premolar kedua, molar pertama, dan molar kedua). Selain itu, di
       bagian dasar dari cavum oris terdapat lidah yang ditutupi oleh membran mukosa
       dimana 2/3 bagian anteriornya terletak di dalam mulut dan 1/3 bagian posteriornya
       terletak di pharynx. Pada permukaan atas 2/3 bagian anterior lidah terdapat 3 jenis
       papilla yakni filiformis, fungiformis, dan circumvalata.
                Bagian atap cavum oris dipersarafi oleh n. palatina major dan n. nasopalatinus
       yang serabut serabut sarafnya berjalan di dalam n. maxillaris. Bagian dasar di persarafi
       oleh n. lingualis yang merupakan cabang dari n. mandibularis. Sedangkan bagian
       lateral (pipi) di persarafi oleh n. buccalis yang merupakan cabang dari n. mandibularis.
       Vaskularisasi cavum oris
       Vaskularisasi gigi
       Arteri alveolaris superior dan arteri alveolaris inferior yang merupakan
       cabang arteri maxillaries. Vena yang sesuai dengan nama arteri mengikuti peredaran
       arteri tersebut
       Vaskularisasi palatum
       Arteria palatina major yang merupakan cabang arteria palatina descendens.
       Arteria palatina minor mengadakan anastomosis dengan arteri palatina ascendens.
       Vena pada palatum di beri nama sesuai nama arteri dan mengiringi cabang-cabang
       arteri maxillaries anak cabang plexus pterygoideus.

      Vaskularisasi Lingua
      Lidah mendapat darah dari a. Lingualis, ramus tonsilaris a. Facialis, dan a. Pharyngea
      ascendens. Sedangkan vena-venanya bermuara ke dalam v. Jugularis interna
   2. Pharynx
              Pharynx terletak di belakang cavum nasi, mulut, dan larynx. Bentuknya mirip
      corong dengan bagian atasnya yang lebar terletak di bawah cranium dan bagian
      bawahnya yang sempit dilanjutkan sebagai oesophagus. Secara garis besar, pharynx
      dibagi menjadi 3 bagian yakni nasopharynx, oropharynx, dan laryngopharynx.
              Vaskularisasi pharynx berasal dari cabang-cabang a. Pharyngea ascendens, a.
      Palatina ascendens, a. Facialis, a. Maxillaris, dan a. Lingualis. Venanya bermuara ke
      plexus venosus pharyngeus yang kemudian bermuara ke v. Jugularis interna.
              Inervasi pharynx berasal dari plexus pharyngeus yang dibentuk oleh cabang-
      cabang n. glossopharyngeus, n. vagus, dan n. symphaticus. Persarafan pharynx ini
      dibagi menjadi 2 yakni persarafan motorik yang berasal dari pars cranialis n.
                                              21
acessorius yang berjalan melalui cabang n. vagus menuju plexus pharyngeus dan
   persarafan sensorik yang berasal dari n. maxillaris (nasopharynx), n. glossopharyngeus
   (oropharynx) dan n. ramus laryngeus internus n. vagus (laryngopharynx).
3. Oesophagus
           Oesophagus merupakan struktur berbentuk tabung yang berjalan melalui
   diafragma setinggi vertebra thoracica X untuk bersatu dengan gaster. Di dalam leher,
   oesophagus terletak di depan columna vertebralis; di lateral dibatasi oleh lobus
   glandula thyroidea; di anterior berhubungan dengan trachea dan nervus laryngeus
   recurrens. Di dalam thorax, oesophagus berjalan ke bawah dan kiri melalui
   mediastinum superior dan kemudian mediastinum posterior. Pada setinggi angulus
   sterni, arcus aorta mendorong oesophagus ke arah garis tengah. Pada bagian distal
   oesophagus terdapat sphincter gastrooesophagea yang merupakan lapisan sirkular otot
   polos yang berperan untuk mencegah isi lambung mengalami regurgitasi ke dalam
   oesophagus.
           Sepertiga atas oesophagus diperdarahi oleh arteria thyroidea inferior, sepertiga
   tengahnya oleh cabang aorta thoracica, sepertiga bawahnya oleh cabang arteria
   gastrica sinistra. Vena-vena dari sepertiga bagian atas mengalir ke vena thyroidea
   inferior dan sepertiga bagian tengah ke vena azygos, dan sepertiga bagian bawah ke
   vena gastrica sinistra (cabang vena porta).
           Oesophagus dipersarafi oleh serabut eferen dan aferen parasimpatis dan
   simpatis melalui nervus vagus dan truncus symphaticus. Pada bagian bawah dalam
   perjalanannya di rongga thorax oesophagus dikelilingi oleh plexus oesophagus.
4. Gaster
           Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah
   arcus costalis sinistra sampai regio epigastrica dan umbicalis. Secara kasar, gaster
   berbentuk huruf J dan mempunyai dua lubang (ostium cardiacum dan ostium
   pyloricum); dua curvatura (curvatura major dan curvatura minor); dua dinding (paries
   anterior dan paries posterior). Gaster dibagi menjadi bagian-bagian berikut yakni:
   a. Fundus gastricum, berbentuk kubah, menonjol ke atas dan terletak di sebalh kiri
       ostium cardiacum dan biasanya berisi udara.
   b. Corpus gastricum, terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura angularis,
       suatu lekukan yang selalu ada pada bagian bawah curvatura minor.
   c. Anthrum pyloricum, terbentang dari incisura angularis sampai pylorus.
   d. Pylorus, bagian gaster yang berbentuk tubular.
       Vaskularisasi gaster berasal dari cabang truncus coeliacus:
   a. Arteri gastrica sinistra, berjalan ke atas dan ke kiri untuk mencapai oesophagus
       kemudian turun sepanjang curvatura minor gaster. Arteri ini memperdarahi
       sepertiga bawah oesophagus dan bagian kanan gaster.
   b. Arteri gastrica dextra, cabang dari a. Hepatica communis. Arteri ini berjalan ke kiri
       sepanjang curvatura minor. Arteri ini mendarahi bagian kana bawah gaster.
   c. Arteri gastricae breves, berasal dari a. Lienalis. Arteri ini berjalan ke depan di
       dalam ligamentum gastrosplenicum untuk mendarahi fundus.
   d. Arteri gastroomentalis sinistra, berasal dari a. Splenica. Arteri ini berjalan ke
       depan di dalam ligamentum gastrolienale untuk mendarahi gaster sepanjang bagian
       atas curvatura major.

                                          22
e. Arteri gastroomentalis dextra, berasal dari arteria gastroduodenalis yang
       merupakan cabang arteri hepatica communis. Arteri ini berjalan ke kiri dan
       mendarahi gaster sepanjang bagian bawah curvatura major.
   f. Vena gastrica sinistra dan dextra bermuara ke vena partae hepatis
   g. Venae gastricae breves dan vena gastroomentalis sinistra bermuara ke vena
       lienalis.
   h. Vena gastroomentalis dextra bermuara ke vena mesenterica superior.
           Inervasi simpatis gaster berasal dari plexus coeliacus dan parasimpatisnya
       berasal dari serabut-serbaut nervus vagus dextra dan sinistra. Truncus vagalis
       anterior yang berasal dari nervus vagus sinistra, memasuki abdomen pada
       permukaan anterior oesophagus. Truncus ini mempersarafi bagian anterior gaster.
       Truncus vagalis posterior berasal dari nervus vagus dextra memasuki abdomen
       pada permukaan posterior oesophagus. Serabut motoris dari sistem simpatis da
       serabut inhibitor dari nervus vagus mempersarafi m. Sphincter pyloricus.
5. Duodenum
       Duodenum merupakan saluran berbentuk huruf C yang menghubungkan gaster
   dengan jejunum. Duodenum adalah organ penting karena merupakan tempat muara
   dari ductus choledochus dan ductus pancreaticus. Duodenum dibagi menjadi 4 bagian
   utama yakni:
   a. Pars superior duodenum
       Pars superior duodenum ini berjalan mulai dari pylorus terus ke atas dan belakang
       pada sisi kanan vertebra lumbalis I. Jadi bagian ini terletak pada planum
       transpyloricum.
   b. Pars descendens duodenum
       Pars descendens berjalan vertikal ke bawah di depan hilum renale dextra, disebelah
       kanan vertebrae lumbales II dan III. Kira-kira pertengahan arah ke bawah pada
       margo medialis, ductus choledochus dan ductus pancreaticus menembus dinding
       duodenum. Kedua ductus ini bergabung membentuk ampula hepatopancreatica
       yang akan bermuara pada papilla duodeni major. Sedangkan ductus pancreaticus
       acessorius akan bermuara ke dalam duodenum sedikit lebih tinggi yakni pada
       papilla duodeni minor.
   c. Pars horizontalis duodenum
       Pars horizontalis ini berjalan horizontal ke kiri pada planum subcostale, berjalan di
       depan columna vertebralis dan mengikuti pinggir bawah caput pancreatis.
   d. Pars ascendens duodenum
       Pars ascendens duodenum ini berjalan ke atas dan ke kiri flexura duodenojejunalis.
       Flexura ini difiksasi oleh lipatan peritoneum, ligamentum Treitz yang melekat
       pada crus dextrum diaphragma.
           Setengah bagian atas duodenum diperdarahi arteri pancreaticoduodenalis
   superior (cabang arteri gastroduodenalis). Setengah bagian bawah diperdarahi oleh
   arteri pancreaticoduodenalis inferior (cabang dari arteri mesenterica superior).




                                          23
Gambar 10. Duodenum




6. Jejunum dan Ileum
          Jejunum dimulai dari duodenojejunalis dan ileum berakhir pada junctura
   ileocaecalis. Lengkung jejunum dan ileum dapat bergerak dengan bebas dan melekat
   pada dinding posterior abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang
   berbentuk kipas yang dikenal sebagai mesenterium. Radix mesenterii ini
   memungkinkan keluar masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesenterica superior,
   pembuluh limf, serta saraf-saraf ke dalam ruangan di antara kedua lapisan peritoneum
   yang membentuk mesenterium. Berikut perbedaan antara jejunum dan ileum:




                                                     Tabel 2. Perbedaan Jejenum dan
                                                                  Ileum



                                        24
Gambar 11. Perbedaan Jejenum dan Ileum

           Jejunum dan ileum diperdarahi oleh cabang-cabang arteri mesenterica superior.
   Cabang-cabang intestinal berasal dari sisi kiri arteri dan berjalan di dalam
   mesenterium untuk mencapai usus. Pembuluh ini beranastomosis satu dengan yang
   lainnya untuk membentuk arcade. Bagian paling bawah ileum diperdarahi oleh arteri
   ileocolica. Venae yang memperdarahi jejunum dan ileum berasal dari cabang-cabang
   vena mesenterica superior. Keduanya dipersarafi oleh saraf-saraf yang berasal dari
   saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) plexus mesentericus superior.
7. Intestinum crassum
   a. Caecum
       Caecum terletak di perbatasan ileum dan intestinum crassum. Caecum terletak
       pada fossa iliaca dextra. Arteri caecalis anterior dan posterior membentuk arteri
       ileocolica (cabang arteri mesenterica superior) memperdarahi caecum. Caecum
       dipersarafi oleh n. vagus yang membentuk plexus mesentericus superior.
   b. Appendix vermiformis
       Appendix vermiformis mengandung banyak jaringan limfoid. Appendix ini
       melekat pada permukaan posteromedial caecum. Arteri caecalis posterior
       memberikan cabangnya kepada arteri appendicularis yang memperdarahi appendix
       vermiformis. Inervasinya dari cabang n. vagus dari plexus mesentericus superior.
   c. Colon ascendens
       Colon ascendens membentang ke atas dari caecum sampai permukaan inferior
       lobus hepatis dexter lalu membelok ke kiri membentuk flexura coli dextra dan
       melanjutkan diri sebagai colon transversum. Colon ascendens mendapat suplai
       darah dari arteri ileocolica dan arteri colica dextra (cabang-cabang arteri
       mesenterica superior). Colon ini dipersarafi oleh n. vagus dari plexus mesentericus
       superior.
   d. Colon transversum
       Colon ini berjalan menyilang abdomen, menempati regio umbicalis. Colon
       transversum mulai dari flexura coli dextra dan tergantung ke bawah oleh
       mesocolon transversum dari pancreas. Kemudian berjalan ke atas sampai flexura
       coli sinistra di bawah lien. Dua pertiga bagian proksimal colon ini diperdarahi oleh
       arteri colica media (cabang arteri mesenterica superior). Sepertiga distalnya
       diperdarahi oleh arteri colica sinistra (cabang arteri mesenterica inferior). Colon
       transversum dipersarafi oleh saraf simpatis dan nervus vagus melalui plexus
       mesentericus superior pada bagian dua pertiga proksimal. Sedangkan sepertiga
       distalnya oleh saraf simpatis dan parasimpatis nervi splanchnici pelvici melalui
       plexus mesentericus inferior.
   e. Colon descendens
       Colon ini terletak di kuadran kiri atas dan bawah dan berjalan ke bawah dari
       flexura coli sinistra sampai pinggir pelvis, disini ia melanjutkan diri sebagai colon
       sigmoideum. Arteri colica sinistra dan arteriae sigmoideae yang merupakan cabang
       arteri mesenterica inferior memperdarahi colon ini. Sedangkan inervasinya dari
       saraf simpatis dan parasimpatis nervi splanchinici pelvici melalui plexus
       mesentericus inferior.
   f. Colon sigmoideum
                                          25
Colon ini terletak di depan apertura pelvis superior. Colon ini mudah bergerak dan
          tergantung ke bawah masuk ke dalam cavitas pelvis dalam bentuk
          lengkungan.arteri sigmoideae yang merupakan cabang dari arteri mesenterica
          inferior memperdarahi colon ini. Sedangkan saraf simpatis dan parasimpatis dari
          plexus hypogastricus inferior mempersarafi colon ini.
   8. Rectum
      Rectum berawal di depan vertebra sacralis III sebagai lanjutan colon sigmoideum dan
      berjalan ke bawah mengikuti lengkung os sacrum dan coccygis serta berakhir di depan
      ujung coccygis dengan menembus diafragma pelvis dan melanjutkan diri jadi canalis
      analis. Bagian bawah rectum yang melebar membentuk ampulla recti. rectum di
      vaskularisasi oleh a. Rectalis superior, a. Rectalis media, a. Rectalis inferior serta
      dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari plexus hypogastricus
      inferior.


Organ accessorius
   1. Hepar




                            Gambar 12. Hepar Aspek Anterior




                                            26
Gambar 13. Hepar Aspek Posterior

           Organ terbesar ini terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah
   diafragma. Hepar dibagi menjadi menjadi lobus hepatis dexter dan lobus hepatis
   sinister. Lobus hepatis dexter dibagi lagi menjadi lobus quadratus dan lobus caudatus
   oleh adanya vesica biliaris, fissura ligamenti teretis, vena cava inferior, dan fissura
   ligamenti venosi. Pada facies visceralisnya terdapat porta hepatis yang terletak di
   antara lobus caudatus dan lobus quadratus.
           Hepar divaskularisasi oleh arteri hepatica propia (cabang arteri truncus
   coeliacus). Vena porta hepatis bercabang menjadi 2 cabang terminal yakni ramus
   dexter dan sinister. Venae hepaticae muncul dari pars posterior hepatis dan bermuara
   ke dalam vena cava inferior. Hepar diinervasi oleh saraf simpatis dan parasimpatis
   yang membentuk plexus coeliacus. Truncus vagalis anterior mempercabangkan
   banyak rami hepatici yang berjalan langsung ke hepar.
           Hepar erat kaitannya dengan vesica biliaris. Empedu yang disekresikan oleh
   sel-sel hepar akan disimpan dan di pekatkan di dalam vesica biliaris kemudian
   dialirkan ke duodenum melalui ductus-ductus.
   a. Ductus biliaris hepatis
       Ductus ini terbagi menjadi ductus hepaticus dexter dan sinister. Keduanya
       bergabung menjadi ductus hepaticus communis. Sedangkan ductus oada vesica
       biliaris adalah ductus cysticus. Kedua ductus tersebut (ductus hepaticus communis
       dan cysticus) akan bergabung membentuk ductus choledochus.




                 Gambar 14. Ductus yang bermuara pada Duodenum

2. Vesica biliaris
      Vesica biliaris adalah sebuah kantong berbentuk buah pir yang terletak pada
   permukaan bawah (facies visceralis) hepar. Vesica biliaris ini dibagi menjadi 3 bagian
   utama:
   a. Fundus vesicae biliaris, berbentuk bulat dan biasanya menonjol di bawah margo
      inferior hepar, penonjolan ini merupakan tempat fundus bersentuhan dengan
      dinding anterior abdomen (setinggi ujing kartilago costalis IX dextra).
   b. Corpus vesicae biliaris, terletak dan berhubungan dengan facies visceralis hepar
      dan arahnya ke atas, belakang dan kiri.


                                         27
c. Collum vesicae biliaris melanjutkan diri sebagai ductus cysticus yang berbeluk ke
       dalam omentum minus dan bergabung dengan siis kanan ductus hepaticus
       communis membentuk ductus choledochus.
   Vesica biliaris divaskularisasi oleh arteri cystica (cabang arteri hepatica dextra) dan
   vena cystica yang mengalirkan darah langsung ke vena porta. Sedangkan inervasinya
   oleh plexus coeliacus.
3. Pancreas




                                      Gambar 15. Pankreas

       Pancreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin
   menghasilkan sekret yang mengandung enzim-enzim. Bagian endokrinnya (pulau
   Langerhans) menghasilkan hormon insulin dan glukagon. Pancreas berbentuk
   memanjang yang terletak pada epigastrium dan kuadran kiri atas. Strukturnya lunak,
   berlobulus, dan terletak pada dinding posterior abdomen di balekang peritoneum.
   Pancreas divaskularisasi oleh arteri lienalis serta arteri pancreaticoduodenalis superior
   dan inferior; diinervasi oleh serabut simpatis dan parasimpatis n. vagus. Pancreas
   dibagi menjadi beberapa bagian:
   a. Caput pancreatis, berbentuk cakram dan terletak dalam bagian cekung duodenum.
   b. Collum pancreatis, bagian pancreas yang mengecil yang terletak di depan pangkal
       vena portae hepatis.
   c. Corpus pancreatis, berjalan ke atas dan kiri menyilang garis tengah.
   d. Cauda pancreatis, berjalan ke depan menuju ligamen lienorenale dan berhubungan
       dengan hilum lienale.
4. Lien




                                                      Gambar 16. Lien


                                          28
Lien merupakan sebuah massa limfoid terbesar di dalam tubuh. Lien berbentuk
  lonjong dan memiliki incisura di extremitas anteriornya yang terletak tepat di bawah
  pertengahan kiri diafragma, dekat dengan costae IX< XI, dan XI.
  Vaskularisasi
  Arteri lienalis adalah arteri yang besar dan merupakan cabang terbesar dari truncus
  coeliacus. Arteri ini akan bercabang menjadi 6 pembuluh arteri yang masuk ke lien
  melalui hilum lienale. Sedangkan, vena lienalis keluar dari hilum lienale dan berjalan
  di belakang cauda dan corpus pancreatis kemudian bergabung dengan vena
  mesenterica superior membentuk vena porta hepatis.


h. Bagaimana struktur histologi hepar?




                             Gambar 17. Histologi Hepar
          Hepar terdiri dari unit-unit heksagonal yaitu lobulus hepaticus. Di bagian
  tengah setiap lobulus terdapat sebuah vena sentralis yang dikelilingi secara radial oleh
  lempeng sel hati (hepatosit) dan sinusoid ke arah perifer. Disini, jaringan ikat
  membentuk canalis porta (spatium portale).
          Semua nutrien dan cairan yang diserap di usus masuk ke hati melalui vena
  porta hepatis, kecuali lemak yang diangkut oleh pembuluh limfe.produk yang
  diabsorbsi mula-mula mengalir melalui kapiler-kapiler hati yaitu sinusoid. Sinusoid
  adalah saluran darah yang lebar dan berliku dilapisi oleh lapisan tidak utuh dari
  endotel fenestrated. Sinusoid dipisahkan dari hepatosit oleh spatium perisinusoideum
  subendothelial. Akibatnya, zat makanan yang mengalir di dalam sinusoid memiliki
  akses langsung melalui dinding endotel yang tidak utuh dengan hepatosit. Struktur dan
  jalur sinusoid yang berliku di hati memungkinka pertukaran zat yang efisien antara
  hepatosit dengan darah.
          Selain itu, sinusoid hati juga mengandung makrofag yang disebut sebagai sel
  Kupffer yang terletak disisi luminal sel endotel. Hepatosit mengeluarkan empedu ke
  dalam saluran halus disebut kanalikulis biliaris yang terletak di antara hepatosit.
  Kanalikulus menyatu di tepi lobulus hati di daerah porta sebagai duktus biliaris.
  Duktus biliaris kemudian mengalir ke dalam duktus hepatikus yang lebih besar yang
  embawa empedu keluar dari hati.




i. Struktur apa saja yang dapat dipalpasi pada regio abdomen?
                                         29
Pada keadaan normal, viscera abdomen tidak bisa dipalpasi. Jika organ-organ
pada abdomen dapat dipalpasi, maka terdapat gangguan atau pembesaran pada organ
tersebut.
Struktur yang bisa dipalpasi di regio abdomen dan cara memalpasinya
     Palpasi superficial berguna untuk mengidentifikasi adanya tahanan otot (muscular
resistance), nyeri tekan dinding abdomen, dan beberapa organ dan masa yang
superficial. Dengan tangan dan lengan dalam posisi horizontal, mempergunakan ujung
– ujung jari cobalah gerakan yang enteng dan gentle. Hindari gerakan yang tiba tiba
dan tidak diharapkan. Secara pelan gerakkan dan rasakan seluruh kwadran. Identifikasi
setiap organ atau massa, area yang nyeri tekan, atau tahanan otot yang meningkat
(spasme). Gunakanlah kedua telapak tangan, satu diatas yang lain pada tempat yang
susah dipalpasi. ( contoh, pada orang gemuk).
     Palpasi dalam dibutuhkan untuk mencari massa dalam abdomen. Dengan
menggunakan permukaan palmaris dari jari-jari anda, lakukanlah palpasi diseluruh
kwadran untuk mengetahui adanya massa, lokasi, ukuran, bentuk, mobilitas terhadap
jaringan sekitarnya dan nyeri tekan.
1. Penilaian adanya iritasi peritoneum
     Nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen, terutama bila disertai dengan spasme
otot dinding perut akan menyokong adanya inflamasi dari peritoneum parietal.
Tentukan lokasinya secara akurat dan tepat. Sebelum melakukan palpasi, suruh pasien
batuk dan menunjukkan dengan satu jari lokasi nyeri tersebut, kemudian palpasi
tempat tersebut secara jentel. Dan carilah adanya nyeri tekan lepas. Caranya dengan
menekankan jari-jari secara lambat pada dinding perut, kemudian tiba- tiba dilepaskan.
Bila waktu jari tangan dilepaskan menyebabkan nyeri yang tidak hanya nyeri tekan,
maka disebut nyeri lepas positif.
2. Palpasi Hepar / Hati
     Letakkan tangan kiri anda dibawah dan dorong setinggi iga 11 dan 12 pada posisi
pasien tidur telentang. Suruh pasien relak. Dengan cara menekan tangan kiri kearah
depan maka hepar akan mudah diraba dengan tangan kanan dianterior. Letakkan
tangan kanan pada perut sebelah kanan, lateral dari muskulus rektus dengan ujung jari
dibawah dari batas pekak hepar. Posisikan jari-jari ke arah cranial atau obliq, tekanlah
ke bawah dan ke atas. Suruh pasien mengambil nafas dalam. Usahakan meraba hepar
pada ujung jari karena hepar akan bergerak ke caudal. Jika kamu telah merabanya,
lepaskan tekanan palpasi sehingga hepar dapat bergeser dibawah jari-jari anda dan
anda akan dapat meraba permukaan anterior dari hepar ( gambar 7). Pinggir hepar
normal teraba lunak, tajam, dan rata. Hitunglah pembesaran hepar dengan
menggunakan jari-jari pemeriksa:
• jarak antara arkus kostarum dengan pinggir hepar terbawah
• antara prosesus xyphoideus dengan pinggir hepar terbawah
Cara lain meraba hepar dengan metode “Teknik hooking” (gambar 7).
     Caranya berdiri pada sebelah kanan pasien. Letakkan kedua tangan pada perut
sebelah kanan, dibawah dari pinggir pekak hepar. Tekankan dengan jari-jari mengarah
ke atas dan pinggir costa. Suruh pasien bernafas abdomen dalam, akan teraba hati.
3. Palpasi limpa


                                       30
Dalam menentukan pembesaran limpa secara palpasi, teknik pemeriksaannya
tidak banyak berbeda dengan palpasi hati. Pada keadaan normal limpa tidak teraba.
Limpa membesar mulai dari lengkung iga kiri, melewati umbilikus sampai regio iliaka
kanan. Seperti halnya hati, limpa juga bergerak sesuai dengan gerakan pernapasan.
Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilikus di garis tengah abdomen,
menuju ke lengkung iga kiri. Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan garis
Schuffner (disingkat dengan ’S’), yaitu garis yang dimulai dari titik lengkung iga kiri
menuju ke umbilikus dan diteruskan sampai ke spina iliaka anterior superior (SIAS)
kanan. Garis tersebut dibagi menjadi 8 bagian yang sama yaitu S1 sampai dengan S8.
Palpasi limpa dapat dipermudah dengan cara memiringkan penderita 450 ke arah
kanan (ke arah pemeriksa). Setelah tepi bawah limpa teraba, kemudian dilakukan
deskripsi pembesarannya. Untuk meyakinkan bahwa yang teraba tersebut adalah
limpa, maka harus diusahakan meraba insisuranya.
     Letakkan tangan kiri anda dibawah dari arkus kostarum kiri pasien, dorong dan
tekan kearah depan. Dengan tangan kanan dibawah pinggir costa, tekan kearah limpa.
Mulailah palpasi pada posisi limpa yang membesar. Suruh pasien nafas dalam
kemudian usahakan meraba puncak atau pinggir dari limpa karena limpa turun
mengenai ujung jari. Catatlah adanya nyeri tekan, nilai contour dari limpa dan ukur
jarak antara titik terendah dari limpa dengan pinggir costa kiri.




      Gambar 18. Palpasi Hepar teknik mengkait ( Hooking technic )




                                      31
Gambar 19. Gambar Palpasi limpa




                       Gambar 20. Pemeriksaan Bimanual Ginjal
4. Palpasi Ginjal
a. Ginjal kanan
Letakkan tangan kanan dibawah dan paralel dengan iga 12 dengan ujung jari menyentuh sudut
costovertebral. Angkat dan dorong ginjal kanan kearah anterior. Letakkan tangan kanan secara
gentle di kwadrant kanan atas sebelah lateral dan paralel dengan muskulus rektus. Suruh
pasien bernafas dalam. Saat pasien dipuncak inspirasi, tekan tangan kanan cepat dan dalam ke
kwadrant kanan atas dibawah pinggir arcus costarum dan ginjal kanan akan teraba diantara-
antara tangan.


                                            32
Suruh pasien menahan nafas. Lepaskan tekanan tangan kanan secara pelan-pelan dan rasakan
bagaimana ginjal kanan kembali ke posisi semula dalam ekpirasi. Jika ginjal kanan teraba
tentukan ukuran, contour, dan adanya nyeri tekan.
b. Ginjal kiri
Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah ke sebelah kiri pasien. Gunakan tangan kanan untuk
mendorong dan mengangkat dari bawah, kemudian gunakan tangan kiri menekan kwadrant
kiri atas. Lakukan seperti sebelumnya. Pada keadaan normal ginjal kiri jarang teraba.
c. Nyeri tekan ginjal
Nyeri tekan ginjal mungkin ditemui saat palpasi abdomen, tetapi juga dapat dilakukan pada
sudut costovertebrae. Kadang- kadang penekanan pada ujung jari pada tempat tersebut cukup
membuat nyeri, dan dapat pula ditinju dengan permukaan ulnar kepalan tangan kanan dengan
beralaskan volar tangan kiri ( fish percussion).




                              Gambar 21. Nyeri ketok ginjal


    a. Proccessus xiphoideus
       Proccessus xiphoideus mudah diraba pada lekukan dimana arcus costalis bertemu
       dangan bagian atas dinding anterior abdomen.
    b. Arcus costalis
       Merupakan pinggir bawah dinding thorax yang melengkung dan dibentuk di depan
       oleh cartilago costalis XII, VIII, IX, dan X.
    c. Crista iliaca
        Crista iliaca dapat diraba seluruh panjangnya dan berakhir di depan pada spina iliaca
        anterior superior dan dibelakang pada spina iliaca posterior superior.
                                             33
d. Symphysis pubicum
      Symphysis pubicum dirasakan sebagai struktur padat di bawah kulit di garis tengah
      pada bagian bawah dinding anterior abdomen.
   e. Hepar
      Pada orang dewasa yang kurus, pinggir bawah hepar mungkin teraba satu jari di
      bawah arcus costalis. Hepar mudah diraba jika pasien inspirasi dalam dan diaphragma
      berkontraksi dan menekan hepar kebawah.
   f. Lien
      Pada bayi, kutub bawah lien sedikit teraba
   g. Ginjal
      Kutub bawah ginjal mungkin teraba di regio lumbalis kanan pada akhir respirasi dalam
      dari orang dengan otot-otot abdomen yang tidak berkembang dengan baik.
   h. Colon ascendens dan descendens
      Dapat dipalpasi melalui dinding anterior abdomen.


j. Bagaimana mekanisme perut membesar, splenomegali (schuffner 2), caput medussae,
   shifting dullness, kaki yang membengkak, dan palmar eritema pada pasien sirosis hati?
   a.   Kondisi perut yang membesar pada penderita sirosis hati biasa dikenal dengan
        sebutan asites. Asites merupakan penimbunan cairan di dalam peritoneum akibat
        hipertensi portal, hipoalbuminea, meningkatnya pembentukan dan aliran limfe hati,
        retensi natrium, dan gangguan ekskresi air. Tertimbunnya cairan ini merupakan
        manifestasi dari kelebihan garam/natrium dan air secara total dalam tubuh. Ada
        beberapa teori yang menerangkan patofisiologi asites transudasi, yaitu underfilling,
        overfilling, dan peripheral vasodilatation. Di antara teori tersebut, dua di antaranya
        masih dianggap tidak valid dikarenakan tidak ada penjelasan mendetail, tetapi teori
        vasodilatasi perifer dianggap benar. Menurut teori ini, faktor pathogenesis
        pembentukan asites yang amat penting adalah hipertensi porta yang disebut sebagai
        factor lokal dan gangguan fungsi ginjal yang sering disebut factor sistemik yang
        diakibatkan oleh vasokontriksi dan fibrotisasi sinusoid terjadi peningkatan resistansi
        sistem porta. Peningkatan resistensi ini diimbangi vasodilatasi splanchnic bed
        menyebabkan     hipertensi   porta   menetap.   Hipertensi   porta   kemudian    akan
        meningkatkan tekanan transudasi terutama di sinusoid dan selanjutnya di kapiler
        usus. Transudat terkumpul di rongga peritoneum, vasodilator endogen yang dicurigai
        berperan adalah glucagon, nitric oxide, calcitonic gene related peptide, endotelin,
        prostaglandin, substansi A, factor natriuretik atrial, enkefalin, dan tumor necrosis
        factor. Vasodilator endogen pada saatnya akan memengaruhi sirkulasi arterial
        sistemik. Tubuh akan meningkatkan aktifitas system saraf simpatis, system rennin



                                             34
angiotensin aldosteron, dan arginin vasopressin. Akibat selanjutnya adalah
     peningkatan reabsorbsi air dan garam oleh ginjal dan peningkatan indeks jantung.

b.   Splenomegali(schuffner 2), Pada sirosis hati, aliran darah pada vena porta mengalami
     obstruksi, karena terjadi fibrosis hati. Keadaan seperti ini menyebabkan peningkatan
     tekanan hidrostatik vena porta dan vena splenik, sehingga menyebabkan pembesaran
     limpa. Pembesaran limpa akibat sirosis hati disertai penebalan local pada kapsula.
     Splenomegali pada sirosis dapat dijelaskan berdasarkan kongesti pasif kronis akibat
     aliran balik dan tekanan darah yang lebih tinggi pada vena lienalis (hampir sama
     pada penjelasan hipertensi portal). Tekanan balik inilah yang mendasari
     splenomegali.   Limpa membesar jika diminta untuk melakukan pekerjaan yang
     berlebihan dalam menyaring atau manufaktur sel darah, jika ada aliran darah yang
     abnormal, atau jika diserang dengan sel abnormal. Tekanan vena limpa /
     penyumbatan: Darah memasuki limpa melalui arteri lienalis dan mengalir keluar
     melalui vena lienalis. Jika tekanan di dalam vena meningkat atau jika vena lienalis
     terblokir, darah tidak bisa meninggalkan limpa dan mungkin akan membengkak.
     Karena hubungannya ke aliran darah hati, sirosis dan obstruksi vena portal dapat
     menyebabkan komplikasi dengan aliran darah vena dari limpa.

c.   Caput Medussae. Caput medussae juga bisa terjadi akibat hipertensi portae. Pada
     sitem anastomosis vena sistemik dan porta, ditemukan anastomosis di dekat
     umbilikus yang dikenal sebagai vena paraumbilicales. Peningkatan tekanan darah
     pada ramus sinister vena portae hepatis, menyebabkan peningkatan tekanan darah
     pada vena superfisialis pada dinding anterior abdomen yang keduanya saling
     dihubungkan oleh vena paraumbilicales. Peningkatan tekanan darah yang terjadi
     kronis, menyebabkan pelebaran pembuluh darah pada veba superfisialis pada dinding
     abdomen anterior di sekitar umbilicus yang dikenal sebaai caput medussae.

d.   Shifting dullness mendeskripsikan suara pekak yang berpindah-pindah saat perkusi
     akibat adanya cairan bebas di dalam rongga abdomen. Cairan tersebut disebut asites
     yang disebabkan oleh hipertensi portal dan/atau hipoalbuminea.

e.   Kaki membengkak (Edema tungkai)
     Akibat dari sirosis hati yang cukup parah, sinyal dikirim ke ginjal untuk menahan
     garam dan air dalam tubuh. Kelebihan garam dan air terakumulasi dalam jaringan di
     bawah kulit pergelangan kaki karena efek gravitasi ketika kaki berdiri atau duduk.
     Akumulasi cairan ini disebut edema.

                                           35
f.    Palmar Eritema, Thenar dan hipothenar telapak tangan berwarna merah karena
           perubahan metabolism hormone estrogen. Oleh karena dapat dijumpai pada wanita
           hamil, hipertiroidisme, dan keganasan hematologi, maka tanda ini dianggap kurang
           spesifik.



4.   Dokter menyatakan bahwa Tn. Budi menderita cirrhosis hepatis.
     a. Bagaimana fisiologi hepar?
          Hati/ hepar adalah organ terbesar dalam tubuh, unit fungsional hati adalah lobules hati
          dimana hati manusia mengandung 50.000-100.000 lobulus. Lobules ini terbentuk
          mengelilingi sebuah vena sentralis dan dibentuk oleh banyak lempeng sel. Hati
          memiliki berbagai fungsi, yang pertama yaitu sebagai penyimpanan darah. Sejumlah
          besar darah dapat disimpan di dalam pembuluh darah hati. Volume darah normal pada
          hati, baik di vena ataupun jaringannya sekitar 450 ml. Bila tekanan tinggi di dalam
          atrium kanan menyebabkan tekanan balik dalam hati, hati meluas dan oleh karena itu
          0,5 sampai 1 liter cadangan darah terkadang disimpan di dalam vena dan sinus
          hepatica. Bisa kita simpulkan bahwa hati adalah organ terbesar yang mampu bekerja
          sebagai tempat penampungan darah di saat volume darah berlebih dan mampu bekerja
          ekstra menyuplai darah di saat kekurangan volume darah.
                  Fungsi berikutnya dari hati yaitu metabolisme, yaitu karbohidrat, protein, dan
          lemak. Mekanisme dari metabolism karbohidrat yaitu penyimpanan glikogen
          memungkinkan hati mengambil kelebihan glukosa dari darah, menyimpannya, dan
          mengembalikannya lagi ke darah bila darah membutuhkan glukosa di saat konsentrasi
          glukosa di darah menurun. Kemudian pada metabolisme lemak, hati juga mampu
          memberikan fungsi oksidasi asam lemak untuk menyuplai energy di mana lemak akan
          dipecah menjadi gliserol kemudian bekerja dengan pengaruh asetil-KoA. Fungsi yang
          lain yaitu sintesis, sekitar 80 % kolesterol yang disintesis dalam hati diubah menjadi
          garam empedu yang akan disekresikan lagi ke empedu. Sisa dari hasil tersebut akan
          diangkut dalam lipoprotein dan dibawa oleh darah ke semua sel jaringan tubuh.
          Begitupun dengan fosfolipid yang disintesis oleh hati sama halnya seperti kolesterol.
          Metabolisme selanjutnya yaitu protein yang pada dasarnya semua protein plasma
          kecuali bagian dari gammaglobulin akan dibentuk oleh sel hati yang kira-kira bias
          menghasilkan 90% dari semua protein plasma. Sisa gamma globulin adalah antibody
          yang dibentuk terutama oleh sel plasma dalam jaringan limfe tubuh. Fungsi hati yang
          lain yaitu untuk deaminasi asam amino dan pembentukan ureum untuk mengeluarkan
          ammonia dari cairan tubuh.
                  Fungsi hati yang juga penting adalah sekresi empedu, yang berhubungan
          dengan system digestif. Empedu penting untuk absorbs lemak dan mengeluarkan
          beberapa produk buangan yang penting dari darah, meliputi bilirubin, suatu produk
          akhir dari penghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol. Empedu disekresikan
          melalui dua tahap, yaitu bagian awal disekresikan oleh sel hepatocyte yang kemudian
          disekresikan ke dalam kanalikuli biliaris kecil yang letaknya di antara sel-sel hati.
          Tahap kedua adalah empedu dari kanalikuli mengalir menuju septa interlobularis ke
          duktus biliaris termina kemudian secara progresif ke duktus yang lebih besar yang
                                                36
pada akhirnya mencapai duktus hepatikus dan duktus biliaris komunis. Selain semua
   fungsi diatas, hati juga memiliki fungsi lain seperti penimbunan vitamin, besi, dan
   tembaga serta detoksifikasi sejumlah zat endogen dan eksogen.


b. Bagaimana patofisiologi cirrhosis hepatis?
          Hati/ hepar adalah organ terbesar dalam tubuh, unit fungsional hati adalah
  lobules hati dimana hati manusia mengandung 50.000-100.000 lobulus. Lobules ini
  terbentuk mengelilingi sebuah vena sentralis dan dibentuk oleh banyak lempeng sel.
  Hati memiliki berbagai fungsi, yang pertama yaitu sebagai penyimpanan darah.
  Sejumlah besar darah dapat disimpan di dalam pembuluh darah hati. Volume darah
  normal pada hati, baik di vena ataupun jaringannya sekitar 450 ml. Bila tekanan tinggi
  di dalam atrium kanan menyebabkan tekanan balik dalam hati, hati meluas dan oleh
  karena itu 0,5 sampai 1 liter cadangan darah terkadang disimpan di dalam vena dan
  sinus hepatica. Bisa kita simpulkan bahwa hati adalah organ terbesar yang mampu
  bekerja sebagai tempat penampungan darah di saat volume darah berlebih dan mampu
  bekerja ekstra menyuplai darah di saat kekurangan volume darah.
          Fungsi berikutnya dari hati yaitu metabolisme, yaitu karbohidrat, protein, dan
  lemak. Mekanisme dari metabolism karbohidrat yaitu penyimpanan glikogen
  memungkinkan hati mengambil kelebihan glukosa dari darah, menyimpannya, dan
  mengembalikannya lagi ke darah bila darah membutuhkan glukosa di saat konsentrasi
  glukosa di darah menurun. Kemudian pada metabolisme lemak, hati juga mampu
  memberikan fungsi oksidasi asam lemak untuk menyuplai energy di mana lemak akan
  dipecah menjadi gliserol kemudian bekerja dengan pengaruh asetil-KoA. Fungsi yang
  lain yaitu sintesis, sekitar 80 % kolesterol yang disintesis dalam hati diubah menjadi
  garam empedu yang akan disekresikan lagi ke empedu. Sisa dari hasil tersebut akan
  diangkut dalam lipoprotein dan dibawa oleh darah ke semua sel jaringan tubuh.
  Begitupun dengan fosfolipid yang disintesis oleh hati sama halnya seperti kolesterol.
  Metabolisme selanjutnya yaitu protein yang pada dasarnya semua protein plasma
  kecuali bagian dari gammaglobulin akan dibentuk oleh sel hati yang kira-kira bias
  menghasilkan 90% dari semua protein plasma. Sisa gamma globulin adalah antibody
  yang dibentuk terutama oleh sel plasma dalam jaringan limfe tubuh. Fungsi hati yang
  lain yaitu untuk deaminasi asam amino dan pembentukan ureum untuk mengeluarkan
  ammonia dari cairan tubuh.
          Fungsi hati yang juga penting adalah sekresi empedu, yang berhubungan
  dengan system digestif. Empedu penting untuk absorbs lemak dan mengeluarkan
  beberapa produk buangan yang penting dari darah, meliputi bilirubin, suatu produk
  akhir dari penghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol. Empedu disekresikan
  melalui dua tahap, yaitu bagian awal disekresikan oleh sel hepatocyte yang kemudian
  disekresikan ke dalam kanalikuli biliaris kecil yang letaknya di antara sel-sel hati.
  Tahap kedua adalah empedu dari kanalikuli mengalir menuju septa interlobularis ke
  duktus biliaris termina kemudian secara progresif ke duktus yang lebih besar yang
  pada akhirnya mencapai duktus hepatikus dan duktus biliaris komunis. Selain semua
  fungsi diatas, hati juga memiliki fungsi lain seperti penimbunan vitamin, besi, dan
  tembaga serta detoksifikasi sejumlah zat endogen dan eksogen.
  6B. Bagaimana patofisiologi cirrhosis hepatis?
                                         37
Berdasarkan skenario A tuan Budi, jenis sirosis yang diderita adalah Laennec
Cirrhosis/Sirosis Laennec, dilihat dari riwayat kebiasaan Budi yang mengkonsumsi
alcohol. Perubahan pertama pada hati yang ditmbulkan alcohol adalah akumulasi
lemak secara bertahap di dalam sel hati (infiltrasi lemak). Para ahli setuju bahwa
minuman beralkohol menimbulkan efek toksik langsung terhadap hati. Akumulasi
lemak mencerminkan adanya sejumlah gangguan metabolic yang mencakup
pembentukan trigliserida secara berlebih pada tubuh, menurunnya jumlah pengeluaran
trigliserid dari hati, serta menurunnya oksidasi asam lemak pada hati. Secara
makroskopis hati membesar, rapuh, tampak berlemak, dan mengalami gangguan
fungsional akibat dari akumulasi lemak tersebut. Selain itu, pasien juga dapat
mengalami malnutrisi termasuk vitamin A, asam folat, dan sebagainya.
         Sebenarnya mekanisme cedera hati alkoholik ini masih belum
pasti,diperkirakan mekanisme yang terjadi adalah :
1. Hipoksia sentrilobular, metabolism asetaldehid etanol meningkatkan konsumsi
    oksigen lobular, menyebabkan terjadi hipoksemia relative dan cedera pada sel
    yang jauh dari aliran darah yang teroksigenasi.
2. Infiltrasi/ aktivitas neutrofil, terjadi pelepasan chemoattractans neutrofil oleh
    hepatosit yang memetabolisme etanol, cedera jaringan dapat terjadi dari neutrofil
    dan hepatosit yang melepaskan intermediet oksigen reaktif, protease, dan sitokin.
3. Formasi acetal-dehyde protein adducts mengambil peran sebagai neoantigen dan
    menghasilkan limfosit yang tersensitiasi juga antibody spesifik yang menyerang
    hepatosit pembawa antigen tersebut.
4. Pembentukan radikal bebas oleh jalur alternative metabolisme etanol atau bias
    disebut system yang mengoksidasi enzim mikrosomal.




                                     38
VI. Keterkaitan Antarmasalah




VII. Learning Issue
                 What I                                     What I have     How I
No LI                         What I don’t know
                 know                                       to prove        Learn
1.   Struktur    Organ-       1. Struktur Anatomi Hepar                    Internet,
    Anatomi      organ        2. Struktur Anatomi Traktus                 jurnal, text
    Traktus      traktus      Digestivus                                  book, pakar
    Digestivus   digestivus   3. Struktur Anatomi
    dan          dan          Kelenjar Aksesorius Selain
    Kelenjar     kelenjar     Hepar
    Aksesorius   aksesorius
2   Struktur                  1. Struktur Histologi Hepar
    Histologi                 2. Struktur Histologi Umum
    Traktus                   Traktus Digestivus
    Digestivus                3. Struktur Histologi
    dan                       Kelenjar Aksesorius Selain
                                           39
Kelenjar                      Hepar
     Aksesorius
3    Cirrhosis                     1. Patologi Cirrhosis Hepatis 1. Gejala klinis
     Hepatis                       2. Patohistologi Cirrhosis     cirrhosis
                                   Hepatis                        hepatis
                                   3. Patofisiologi Cirrhosis     2. Hubungan
                                   Hepatis                        riwayat
                                                                  penyakit
                                                                  hepatitis B
                                                                  terhadap
                                                                  cirrhosis
                                                                  hepatis

VIII. Sintesis Masalah
1. Anatomi dan Histologi Traktus Digestivus dan Kelenjar Aksesorius
Traktus Digestivus
Traktus digestivus terdiri dari:
       Cavum Oris
                Merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan juga sistem pernafasan.
       Cavum oris dibatasi oleh m. Mylohyoideus pada bagian inferior, palatum durum dan
       palatum molle pada bagian superior, pipi pada lateral, dan labium oris pada anterior.
       Cavum oris dibagi dalam vestibulum oris (bagian antara bibir dan pipi di sebelah luar
       dengan gusi dan gigi geligi di sebelah dalam) dan cavitas oris propria yang terletak di
       dalam arcus alveolaris, gusi, dan gigi-geligi (incivus medial, incivus lateral, caninus,
       premolar pertama, premolar kedua, molar pertama, dan molar kedua). Selain itu, di
       bagian dasar dari cavum oris terdapat lidah yang ditutupi oleh membran mukosa
       dimana 2/3 bagian anteriornya terletak di dalam mulut dan 1/3 bagian posteriornya
       terletak di pharynx. Pada permukaan atas 2/3 bagian anterior lidah terdapat 3 jenis
       papilla yakni filiformis, fungiformis, dan circumvalata.
                Bagian atap cavum oris dipersarafi oleh n. palatina major dan n. nasopalatinus
       yang serabut serabut sarafnya berjalan di dalam n. maxillaris. Bagian dasar di persarafi
       oleh n. lingualis yang merupakan cabang dari n. mandibularis. Sedangkan bagian
       lateral (pipi) di persarafi oleh n. buccalis yang merupakan cabang dari n. mandibularis.
       Vaskularisasi cavum oris
       Vaskularisasi gigi


                                                40
Arteri    alveolaris     superior   dan   arteri   alveolaris   inferior   yang   merupakan
cabang arteri maxillaries. Vena yang sesuai dengan nama arteri mengikuti peredaran
arteri tersebut
Vaskularisasi palatum
Arteria palatina       major   yang   merupakan       cabang arteria palatina     descendens.
Arteria palatina minor mengadakan anastomosis dengan arteri palatina ascendens.
Vena pada palatum di beri nama sesuai nama arteri dan mengiringi cabang-cabang
arteri maxillaries anak cabang plexus pterygoideus.
Vaskularisasi Lingua
Lidah mendapat darah dari a. Lingualis, ramus tonsilaris a. Facialis, dan a. Pharyngea
ascendens. Sedangkan vena-venanya bermuara ke dalam v. Jugularis interna
Pharynx
         Pharynx terletak di belakang cavum nasi, mulut, dan larynx. Bentuknya mirip
corong dengan bagian atasnya yang lebar terletak di bawah cranium dan bagian
bawahnya yang sempit dilanjutkan sebagai oesophagus. Secara garis besar, pharynx
dibagi menjadi 3 bagian yakni nasopharynx, oropharynx, dan laryngopharynx.
         Vaskularisasi pharynx berasal dari cabang-cabang a. Pharyngea ascendens, a.
Palatina ascendens, a. Facialis, a. Maxillaris, dan a. Lingualis. Venanya bermuara ke
plexus venosus pharyngeus yang kemudian bermuara ke v. Jugularis interna.
         Inervasi pharynx berasal dari plexus pharyngeus yang dibentuk oleh cabang-
cabang n. glossopharyngeus, n. vagus, dan n. symphaticus. Persarafan pharynx ini
dibagi menjadi 2 yakni persarafan motorik yang berasal dari pars cranialis n.
acessorius yang berjalan melalui cabang n. vagus menuju plexus pharyngeus dan
persarafan sensorik yang berasal dari n. maxillaris (nasopharynx), n. glossopharyngeus
(oropharynx) dan n. ramus laryngeus internus n. vagus (laryngopharynx).
Oesophagus
         Oesophagus merupakan struktur berbentuk tabung yang berjalan melalui
diafragma setinggi vertebra thoracica X untuk bersatu dengan gaster. Di dalam leher,
oesophagus terletak di depan columna vertebralis; di lateral dibatasi oleh lobus
glandula thyroidea; di anterior berhubungan dengan trachea dan nervus laryngeus
recurrens. Di dalam thorax, oesophagus berjalan ke bawah dan kiri melalui
mediastinum superior dan kemudian mediastinum posterior. Pada setinggi angulus
sterni, arcus aorta mendorong oesophagus ke arah garis tengah. Pada bagian distal
oesophagus terdapat sphincter gastrooesophagea yang merupakan lapisan sirkular otot


                                          41
polos yang berperan untuk mencegah isi lambung mengalami regurgitasi ke dalam
oesophagus.
         Sepertiga atas oesophagus diperdarahi oleh arteria thyroidea inferior, sepertiga
tengahnya oleh cabang aorta thoracica, sepertiga bawahnya oleh cabang arteria
gastrica sinistra. Vena-vena dari sepertiga bagian atas mengalir ke vena thyroidea
inferior dan sepertiga bagian tengah ke vena azygos, dan sepertiga bagian bawah ke
vena gastrica sinistra (cabang vena porta).
         Oesophagus dipersarafi oleh serabut eferen dan aferen parasimpatis dan
simpatis melalui nervus vagus dan truncus symphaticus. Pada bagian bawah dalam
perjalanannya di rongga thorax oesophagus dikelilingi oleh plexus oesophagus.
Gaster
         Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah
arcus costalis sinistra sampai regio epigastrica dan umbicalis. Secara kasar, gaster
berbentuk huruf J dan mempunyai dua lubang (ostium cardiacum dan ostium
pyloricum); dua curvatura (curvatura major dan curvatura minor); dua dinding (paries
anterior dan paries posterior). Gaster dibagi menjadi bagian-bagian berikut yakni:
a. Fundus gastricum, berbentuk kubah, menonjol ke atas dan terletak di sebalh kiri
    ostium cardiacum dan biasanya berisi udara.
b. Corpus gastricum, terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura angularis,
    suatu lekukan yang selalu ada pada bagian bawah curvatura minor.
c. Anthrum pyloricum, terbentang dari incisura angularis sampai pylorus.
d. Pylorus, bagian gaster yang berbentuk tubular.
   Vaskularisasi gaster berasal dari cabang truncus coeliacus:
   a. Arteri gastrica sinistra, berjalan ke atas dan ke kiri untuk mencapai oesophagus
         kemudian turun sepanjang curvatura minor gaster. Arteri ini memperdarahi
         sepertiga bawah oesophagus dan bagian kanan gaster.
   b. Arteri gastrica dextra, cabang dari a. Hepatica communis. Arteri ini berjalan ke
         kiri sepanjang curvatura minor. Arteri ini mendarahi bagian kana bawah gaster.
   c. Arteri gastricae breves, berasal dari a. Lienalis. Arteri ini berjalan ke depan di
         dalam ligamentum gastrosplenicum untuk mendarahi fundus.
   d. Arteri gastroomentalis sinistra, berasal dari a. Splenica. Arteri ini berjalan ke
         depan di dalam ligamentum gastrolienale untuk mendarahi gaster sepanjang
         bagian atas curvatura major.




                                        42
e. Arteri gastroomentalis dextra, berasal dari arteria gastroduodenalis yang
      merupakan cabang arteri hepatica communis. Arteri ini berjalan ke kiri dan
      mendarahi gaster sepanjang bagian bawah curvatura major.
   f. Vena gastrica sinistra dan dextra bermuara ke vena partae hepatis
   g. Venae gastricae breves dan vena gastroomentalis sinistra bermuara ke vena
      lienalis.
   h. Vena gastroomentalis dextra bermuara ke vena mesenterica superior.
      Inervasi simpatis gaster berasal dari plexus coeliacus dan parasimpatisnya
   berasal dari serabut-serbaut nervus vagus dextra dan sinistra. Truncus vagalis
   anterior yang berasal dari nervus vagus sinistra, memasuki abdomen pada
   permukaan anterior oesophagus. Truncus ini mempersarafi bagian anterior gaster.
   Truncus vagalis posterior berasal dari nervus vagus dextra memasuki abdomen
   pada permukaan posterior oesophagus. Serabut motoris dari sistem simpatis da
   serabut inhibitor dari nervus vagus mempersarafi m. Sphincter pyloricus.
Duodenum
   Duodenum merupakan saluran berbentuk huruf C yang menghubungkan gaster
dengan jejunum. Duodenum adalah organ penting karena merupakan tempat muara
dari ductus choledochus dan ductus pancreaticus. Duodenum dibagi menjadi 4 bagian
utama yakni:
   Pars superior duodenum
   Pars superior duodenum ini berjalan mulai dari pylorus terus ke atas dan belakang
   pada sisi kanan vertebra lumbalis I. Jadi bagian ini terletak pada planum
   transpyloricum.
   Pars descendens duodenum
   Pars descendens berjalan vertikal ke bawah di depan hilum renale dextra, disebelah
   kanan vertebrae lumbales II dan III. Kira-kira pertengahan arah ke bawah pada
   margo medialis, ductus choledochus dan ductus pancreaticus menembus dinding
   duodenum. Kedua ductus ini bergabung membentuk ampula hepatopancreatica
   yang akan bermuara pada papilla duodeni major. Sedangkan ductus pancreaticus
   acessorius akan bermuara ke dalam duodenum sedikit lebih tinggi yakni pada
   papilla duodeni minor.
   Pars horizontalis duodenum
   Pars horizontalis ini berjalan horizontal ke kiri pada planum subcostale, berjalan di
   depan columna vertebralis dan mengikuti pinggir bawah caput pancreatis.
   Pars ascendens duodenum

                                      43
Pars ascendens duodenum ini berjalan ke atas dan ke kiri flexura duodenojejunalis.
   Flexura ini difiksasi oleh lipatan peritoneum, ligamentum Treitz yang melekat
   pada crus dextrum diaphragma.
       Setengah bagian atas duodenum diperdarahi arteri pancreaticoduodenalis
superior (cabang arteri gastroduodenalis). Setengah bagian bawah diperdarahi oleh
arteri pancreaticoduodenalis inferior (cabang dari arteri mesenterica superior).
Jejunum dan Ileum
       Jejunum dimulai dari duodenojejunalis dan ileum berakhir pada junctura
ileocaecalis. Lengkung jejunum dan ileum dapat bergerak dengan bebas dan melekat
pada dinding posterior abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang
berbentuk kipas yang dikenal sebagai mesenterium. Radix mesenterii ini
memungkinkan keluar masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesenterica superior,
pembuluh limf, serta saraf-saraf ke dalam ruangan di antara kedua lapisan peritoneum
yang membentuk mesenterium. Berikut perbedaan antara jejunum dan ileum:




                                       44
Tabel 3. Perbedaan Jejenum dan Ileum




          Jejunum dan ileum diperdarahi oleh cabang-cabang arteri mesenterica superior.
   Cabang-cabang intestinal berasal dari sisi kiri arteri dan berjalan di dalam
   mesenterium untuk mencapai usus. Pembuluh ini beranastomosis satu dengan yang
   lainnya untuk membentuk arcade. Bagian paling bawah ileum diperdarahi oleh arteri
   ileocolica. Venae yang memperdarahi jejunum dan ileum berasal dari cabang-cabang
   vena mesenterica superior. Keduanya dipersarafi oleh saraf-saraf yang berasal dari
   saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) plexus mesentericus superior.
4. Intestinum crassum
      Caecum
      Caecum terletak di perbatasan ileum dan intestinum crassum. Caecum terletak
      pada fossa iliaca dextra. Arteri caecalis anterior dan posterior membentuk arteri
      ileocolica (cabang arteri mesenterica superior) memperdarahi caecum. Caecum
      dipersarafi oleh n. vagus yang membentuk plexus mesentericus superior.
      Appendix vermiformis
      Appendix vermiformis mengandung banyak jaringan limfoid. Appendix ini
      melekat pada permukaan posteromedial caecum. Arteri caecalis posterior
      memberikan cabangnya kepada arteri appendicularis yang memperdarahi appendix
      vermiformis. Inervasinya dari cabang n. vagus dari plexus mesentericus superior.
      Colon ascendens
      Colon ascendens membentang ke atas dari caecum sampai permukaan inferior
      lobus hepatis dexter lalu membelok ke kiri membentuk flexura coli dextra dan
      melanjutkan diri sebagai colon transversum. Colon ascendens mendapat suplai
      darah dari arteri ileocolica dan arteri colica dextra (cabang-cabang arteri
      mesenterica superior). Colon ini dipersarafi oleh n. vagus dari plexus mesentericus
      superior.

                                         45
Colon transversum
          Colon ini berjalan menyilang abdomen, menempati regio umbicalis. Colon
          transversum mulai dari flexura coli dextra dan tergantung ke bawah oleh
          mesocolon transversum dari pancreas. Kemudian berjalan ke atas sampai flexura
          coli sinistra di bawah lien. Dua pertiga bagian proksimal colon ini diperdarahi oleh
          arteri colica media (cabang arteri mesenterica superior). Sepertiga distalnya
          diperdarahi oleh arteri colica sinistra (cabang arteri mesenterica inferior). Colon
          transversum dipersarafi oleh saraf simpatis dan nervus vagus melalui plexus
          mesentericus superior pada bagian dua pertiga proksimal. Sedangkan sepertiga
          distalnya oleh saraf simpatis dan parasimpatis nervi splanchnici pelvici melalui
          plexus mesentericus inferior.
          Colon descendens
          Colon ini terletak di kuadran kiri atas dan bawah dan berjalan ke bawah dari
          flexura coli sinistra sampai pinggir pelvis, disini ia melanjutkan diri sebagai colon
          sigmoideum. Arteri colica sinistra dan arteriae sigmoideae yang merupakan cabang
          arteri mesenterica inferior memperdarahi colon ini. Sedangkan inervasinya dari
          saraf simpatis dan parasimpatis nervi splanchinici pelvici melalui plexus
          mesentericus inferior.
          Colon sigmoideum
          Colon ini terletak di depan apertura pelvis superior. Colon ini mudah bergerak dan
          tergantung   ke    bawah   masuk     ke   dalam   cavitas   pelvis   dalam    bentuk
          lengkungan.arteri sigmoideae yang merupakan cabang dari arteri mesenterica
          inferior memperdarahi colon ini. Sedangkan saraf simpatis dan parasimpatis dari
          plexus hypogastricus inferior mempersarafi colon ini.
   5. Rectum
      Rectum berawal di depan vertebra sacralis III sebagai lanjutan colon sigmoideum dan
      berjalan ke bawah mengikuti lengkung os sacrum dan coccygis serta berakhir di depan
      ujung coccygis dengan menembus diafragma pelvis dan melanjutkan diri jadi canalis
      analis. Bagian bawah rectum yang melebar membentuk ampulla recti. rectum di
      vaskularisasi oleh a. Rectalis superior, a. Rectalis media, a. Rectalis inferior serta
      dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari plexus hypogastricus
      inferior.
Anastomosis Portal – Sistemik Vena Portae Hepatis
Dalam keadaan normal, darah di dalam vena portae hepatis melewati hati dan masuk ke vena
cava inferior, yang merupakan sirkulasi vena sistemik melalui venae hepaticae. Rute ini

                                             46
Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)
Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)
Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)
Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)
Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)
Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)
Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)
Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)
Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)
Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)
Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)
Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)
Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Was ist angesagt? (20)

Lupus eritematosus sistemik d&t gunadi
Lupus eritematosus sistemik d&t gunadiLupus eritematosus sistemik d&t gunadi
Lupus eritematosus sistemik d&t gunadi
 
Laporan pkpa resep
Laporan pkpa resepLaporan pkpa resep
Laporan pkpa resep
 
Mi 1 5. pendistribusian obat di puskesmas
Mi 1   5. pendistribusian obat di puskesmasMi 1   5. pendistribusian obat di puskesmas
Mi 1 5. pendistribusian obat di puskesmas
 
TETRALOGI OF FALLOT
TETRALOGI OF FALLOTTETRALOGI OF FALLOT
TETRALOGI OF FALLOT
 
Morbus hansen ppt
Morbus hansen pptMorbus hansen ppt
Morbus hansen ppt
 
Critical appraisal
Critical appraisalCritical appraisal
Critical appraisal
 
Patofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensiPatofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensi
 
Referat Syok Anafilaktik
Referat Syok AnafilaktikReferat Syok Anafilaktik
Referat Syok Anafilaktik
 
Makalah tentang obat obatan
Makalah tentang obat obatanMakalah tentang obat obatan
Makalah tentang obat obatan
 
POWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARUPOWERPOINT TB PARU
POWERPOINT TB PARU
 
Farmakokinetik Teofilin
Farmakokinetik TeofilinFarmakokinetik Teofilin
Farmakokinetik Teofilin
 
Fisiologi batuk
Fisiologi batukFisiologi batuk
Fisiologi batuk
 
Inflamasi
InflamasiInflamasi
Inflamasi
 
Ppt gout
Ppt goutPpt gout
Ppt gout
 
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
 
Makalah ulkus peptikum
Makalah ulkus peptikumMakalah ulkus peptikum
Makalah ulkus peptikum
 
Meningitis
Meningitis Meningitis
Meningitis
 
Obat obat anti jamur
Obat obat anti jamurObat obat anti jamur
Obat obat anti jamur
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
12 nervus cranial
12 nervus cranial 12 nervus cranial
12 nervus cranial
 

Ähnlich wie Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)

Ähnlich wie Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis) (20)

Hepatitis
HepatitisHepatitis
Hepatitis
 
Hepatitis AKPER PEMKAB MUNA
Hepatitis AKPER PEMKAB MUNA Hepatitis AKPER PEMKAB MUNA
Hepatitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep batu empedu
Askep batu empeduAskep batu empedu
Askep batu empedu
 
Makalah sirosis hepatis
Makalah sirosis hepatisMakalah sirosis hepatis
Makalah sirosis hepatis
 
Sirosis hepatis
Sirosis hepatisSirosis hepatis
Sirosis hepatis
 
Nic noc 2007
Nic noc 2007Nic noc 2007
Nic noc 2007
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Sistem ekresi
Sistem ekresiSistem ekresi
Sistem ekresi
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
tine versikolor
tine versikolortine versikolor
tine versikolor
 
Qqqqqooooooooytre
QqqqqooooooooytreQqqqqooooooooytre
Qqqqqooooooooytre
 
Asuhan keperawatan pada difteri
Asuhan keperawatan pada difteriAsuhan keperawatan pada difteri
Asuhan keperawatan pada difteri
 
bph dan vesiclithiasis
bph dan vesiclithiasis bph dan vesiclithiasis
bph dan vesiclithiasis
 
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
 
Kelainan pada respirasi & ekskresi kel iv
Kelainan pada respirasi & ekskresi kel ivKelainan pada respirasi & ekskresi kel iv
Kelainan pada respirasi & ekskresi kel iv
 
Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep tonsilitis dan laringitis
Askep tonsilitis dan laringitisAskep tonsilitis dan laringitis
Askep tonsilitis dan laringitis
 
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
 
asuhan keperawatan gangguan sistem pencernaan
asuhan keperawatan gangguan sistem pencernaan asuhan keperawatan gangguan sistem pencernaan
asuhan keperawatan gangguan sistem pencernaan
 
Hemintiasis
Hemintiasis Hemintiasis
Hemintiasis
 

Mehr von Amanda Putri Utami

Skenario B blok 12 tahun 2013 (Decompensatio cordis)
Skenario B blok 12 tahun 2013 (Decompensatio cordis)Skenario B blok 12 tahun 2013 (Decompensatio cordis)
Skenario B blok 12 tahun 2013 (Decompensatio cordis)Amanda Putri Utami
 
Laporan tutorial skenario A (Malaria Falciparum)
Laporan tutorial skenario A (Malaria Falciparum)Laporan tutorial skenario A (Malaria Falciparum)
Laporan tutorial skenario A (Malaria Falciparum)Amanda Putri Utami
 
Skenario A blok 12 th 2013 (Infark miokard)
Skenario A blok 12 th 2013 (Infark miokard)Skenario A blok 12 th 2013 (Infark miokard)
Skenario A blok 12 th 2013 (Infark miokard)Amanda Putri Utami
 
Laporan tutorial A blok 8 (Anemia mikrositik hipokromik)
Laporan tutorial A blok 8 (Anemia mikrositik hipokromik)Laporan tutorial A blok 8 (Anemia mikrositik hipokromik)
Laporan tutorial A blok 8 (Anemia mikrositik hipokromik)Amanda Putri Utami
 
Laporan Tutorial Skenario D Blok 7 ( Lethargis - Cairan tubuh)
Laporan Tutorial Skenario D Blok 7 ( Lethargis - Cairan tubuh)Laporan Tutorial Skenario D Blok 7 ( Lethargis - Cairan tubuh)
Laporan Tutorial Skenario D Blok 7 ( Lethargis - Cairan tubuh)Amanda Putri Utami
 
Laporan skenario E blok 6 (Bell's palsy)
Laporan skenario E blok 6 (Bell's palsy)Laporan skenario E blok 6 (Bell's palsy)
Laporan skenario E blok 6 (Bell's palsy)Amanda Putri Utami
 
Laporan skenario b blok 7 (Hipoksia)
Laporan skenario b blok 7 (Hipoksia)Laporan skenario b blok 7 (Hipoksia)
Laporan skenario b blok 7 (Hipoksia)Amanda Putri Utami
 
Laporan Tutorial Skenario A Blok 4 (Sindrom Turner)
Laporan Tutorial Skenario A Blok 4 (Sindrom Turner)Laporan Tutorial Skenario A Blok 4 (Sindrom Turner)
Laporan Tutorial Skenario A Blok 4 (Sindrom Turner)Amanda Putri Utami
 
Tutorial Skenario b (Fraktur Clavicula)
Tutorial Skenario b (Fraktur Clavicula)Tutorial Skenario b (Fraktur Clavicula)
Tutorial Skenario b (Fraktur Clavicula)Amanda Putri Utami
 
Tutorial skenario c (Pneumothorax)
Tutorial skenario c (Pneumothorax)Tutorial skenario c (Pneumothorax)
Tutorial skenario c (Pneumothorax)Amanda Putri Utami
 

Mehr von Amanda Putri Utami (12)

Skenario B blok 12 tahun 2013 (Decompensatio cordis)
Skenario B blok 12 tahun 2013 (Decompensatio cordis)Skenario B blok 12 tahun 2013 (Decompensatio cordis)
Skenario B blok 12 tahun 2013 (Decompensatio cordis)
 
Laporan tutorial skenario A (Malaria Falciparum)
Laporan tutorial skenario A (Malaria Falciparum)Laporan tutorial skenario A (Malaria Falciparum)
Laporan tutorial skenario A (Malaria Falciparum)
 
Skenario A blok 12 th 2013 (Infark miokard)
Skenario A blok 12 th 2013 (Infark miokard)Skenario A blok 12 th 2013 (Infark miokard)
Skenario A blok 12 th 2013 (Infark miokard)
 
Laporan tutorial A blok 8 (Anemia mikrositik hipokromik)
Laporan tutorial A blok 8 (Anemia mikrositik hipokromik)Laporan tutorial A blok 8 (Anemia mikrositik hipokromik)
Laporan tutorial A blok 8 (Anemia mikrositik hipokromik)
 
Laporan Tutorial Skenario D Blok 7 ( Lethargis - Cairan tubuh)
Laporan Tutorial Skenario D Blok 7 ( Lethargis - Cairan tubuh)Laporan Tutorial Skenario D Blok 7 ( Lethargis - Cairan tubuh)
Laporan Tutorial Skenario D Blok 7 ( Lethargis - Cairan tubuh)
 
Laporan skenario E blok 6 (Bell's palsy)
Laporan skenario E blok 6 (Bell's palsy)Laporan skenario E blok 6 (Bell's palsy)
Laporan skenario E blok 6 (Bell's palsy)
 
Bell's palsy
Bell's palsyBell's palsy
Bell's palsy
 
Laporan skenario c (2)
Laporan skenario c (2)Laporan skenario c (2)
Laporan skenario c (2)
 
Laporan skenario b blok 7 (Hipoksia)
Laporan skenario b blok 7 (Hipoksia)Laporan skenario b blok 7 (Hipoksia)
Laporan skenario b blok 7 (Hipoksia)
 
Laporan Tutorial Skenario A Blok 4 (Sindrom Turner)
Laporan Tutorial Skenario A Blok 4 (Sindrom Turner)Laporan Tutorial Skenario A Blok 4 (Sindrom Turner)
Laporan Tutorial Skenario A Blok 4 (Sindrom Turner)
 
Tutorial Skenario b (Fraktur Clavicula)
Tutorial Skenario b (Fraktur Clavicula)Tutorial Skenario b (Fraktur Clavicula)
Tutorial Skenario b (Fraktur Clavicula)
 
Tutorial skenario c (Pneumothorax)
Tutorial skenario c (Pneumothorax)Tutorial skenario c (Pneumothorax)
Tutorial skenario c (Pneumothorax)
 

Kürzlich hochgeladen

rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x BintanVenyHandayani2
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxINyomanAgusSeputraSP
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxdanangpamungkas11
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxnataliadwiasty
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 

Kürzlich hochgeladen (20)

rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 

Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)

  • 1. KATA PENGANTAR Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya lah kami dapat meyusun laporan tutorial ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan ini merupakan tugas hasil kegiatan tutorial pertama dalam blok 6 Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya tahun 2013. Di sini kami membahas sebuah kasus kemudian dipecahkan secara kelompok berdasarkan sistematikanya mulai dari klarifikasi istilah, identifikasi masalah, menganalisis, meninjau ulang dan menyusun keterkaitan antar masalah, serta mengidentifikasi topik pembelajaran. Bahan laporan ini kami dapatkan dari hasil diskusi antar anggota kelompok dan bahan ajar dari dosen-dosen pembimbing. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, orang tua, tutor dr. Dwi Handayani, M.Kes., dan para anggota kelompok yang telah mendukung baik moril maupun materil dalam pembuatan laporan ini. Kami mengakui dalam penulisan laporan ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan kami di kesempatan mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih. Palembang, Januari 2013 Penulis 1
  • 2. DAFTAR ISI Kata Pengantar ................................................................................................................. 1 Daftar ................................................................................................................................ 2 I. Petugas Kelompok .......................................................................................... 3 II. Skenario .......................................................................................................... 3 III. Klarifikasi Istilah ............................................................................................ 3 IV. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 5 V. Analisis Masalah ............................................................................................ 5 2
  • 3. TUTORIAL BLOK 6 SKENARIO A I. Petugas Kelompok Tutor : dr. Dwi Handayani, M.Kes. Moderator : Imanuel Sekretaris : 1. Eddy Yuristo 2. Syarifa Aisyah Anggota : 1. Abdul Aziz Siregar 2. Amanda Putri Utami 3. Dalila 4. Devuandre Naziat 5. Laksmita Chandra D. 6. Najmi Ilal Hayati 7. Nelvin Raesandra 8. Shabrina Yunita A. 9. Suci Indah Sari 10. Trie Vany Putri II. Skenario Tn. Budi , seorang laki-laki yang pernah bekerja di cafetaria. Ia gemar minum-minuman berakohol. Sekitar 20 tahun yang lalu, ia pernah menderita hepatitis B. Saat ini, Tn. Budi telah berusia 50 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan BAB berwarna hitam sejak dua hari yang lalu. Ia juga mengalami nausea dan anorexia. Pada pemeriksaan kepala dijumpai sklera ikterik dan konjunctiva pucat. Pada pemeriksaan dada ditemukan spider naevi. Pada pemeriksaan abdomen terlihat perutnya membesar, adanya caput Medusae, hepar tak teraba, dan splenomegali (Schuffner 2), shifting dullness (+), disertai kaki yang membengkak dan palmar eritema. Dokter menyatakan bahwa Tn. Budi menderita cirrhosis hepatis. III. Klarifikasi Istilah 1. Minuman berakohol : minuman yang mengandung senyawa organik dengan gugus OH pada atom karbon jenuh. 2. Hepatitis B : penyakit viral akut yang terutama disebabkan secara parenteral atau terkadang peroral, melalui kontak personal 3
  • 4. yang erat, atau dari ibu ke neonatus, dengan gejala berupa demam, malaise, anorexia, mual, dan muntah seiring dengan timbulnya gejala klinis ikterus, angiodema, lesi kulit urtikarial, dan arthritis. 3. Nausea : sensasi tidak menyenangkan yang samar pada epigastrium dan abdomen dengan kecenderungan untuk muntah. 4. Anorexia : tidak adanya atau hilangnya selera makan 5. Sklera ikterik : sklera yang berwarmna kekuningan dan ekskresi akibat hiperbilirubimenia dan pengendapan batu empedu. 6. Konjunctiva : membran halus yang melapisi kelopak mata, dan menutupi bola mata 7. Spider naevi : taleangiektasis yang disebabkan oleh dilatasi dan percabangan arteri kutaneous superfisial, tampak sebagai area sentral berwarna merah terang dengan percabangan yang menyerupai kaki seekor laba-laba; dapat timbul spontan atau akibat kehamilan dan penyakit hati 8. Caput medusae : pelebaran vena cutaneous di sekitar umbilicus terutama terlihat pada bayi yang baru lahir dan pasien cirrhosis hepatis 9. Splenomegali : pembesaran limfa dengan ukuran schuffner 2 (schuffner 2) 10. Shifting dullness : Suatu gejala pekak alih yang didapat melalui perkusi sebagai pertanda adanya cairan peritoneal yang bebas. 11. Palmar eritema : kemerahan pada kulit tangan yang dihasilkan oleh kongesti pembuluh kapiler 12. Cirrhosis hepatis : sekelompok penyakit hati yang ditandai oleh peradangan interstisial hati, hilangnya arsitektur hati yang normal, fibrosis, dan degenerasi nodula. IV. Identifikasi Masalah No Masalah Concern 1 Tn. Budi yang gemar minum alkohol pernah menderita hepatitis vv B dua puluh tahun lalu. 2 Tn Budi, 50 tahun, datang ke puskesmas dengan nausea, v anorexia, dan BAB berwarna hitam sejak dua hari yang lalu. 3 Hasil pemeriksaan fisik menujukkan dijumpainya sklera ikterik, vv konjunctiva pucat, spider naevi pada pemeriksaan dada, ppembesaran perut, adanya caput Medusae, hepar tak teraba, dan splenomegali (Schuffner 2), shifting dullness (+), disertai 4
  • 5. kaki yang membengkak dan palmar eritema. 4. Dokter menyatakan bahwa Tn. Budi menderita cirrhosis hepatis. vvv V. Analisis Masalah 1. Tn. Budi yang gemar minum alkohol pernah menderita hepatitis B dua puluh tahun lalu. a. Apa hubungan kebiasaan konsumsi minuman alkohol dengan hepatitis B? Penyakit hati akibat mengkonsumsi alkohol yang berlebih dapat memicu timbulnya lemak pada organ hati (disebut perlemakan hati). Selain itu, mengkonsumsi alkohol berlebih dapat menyebabkan seseorang terserang penyakit hepatitis dan munculnya peradangan hati lainnya. Dalam beberapa kasus, perlemakan hati tidak menimbulkan gejala dan sering tidak terdiagnosis. Namun, beberapa penderita akan mengalami pembesaran hati yang menimbulkan rasa tidak nyaman di bagian atas perut. b. Bagaimana patofisiologi dari penyakit hepatitis B? Infeksi HBV merupakan penyebab utama hepatitis B. virus hepatitis berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yang disebut dengan partikel dane. Lapisan luar terdiri atas lapisan HBsAg yang membungkus partikel inti (core). Pada inti terdapat DNA VHB Polimerase. Pada partikel inti terdapat Hepatitis B core antigen HBcAg dan hepatitis B “e” antigen (HBeAg).cara penularan virus hepatitis B melaui dibagi menjadi parenteral dan non parenteral. Parenteral adalah dimana terjadi penembusan kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk jarum atau benda yang sudah tercemar virus hepatitis B dan pembuatan tato. Sedangkan non parenteral adalah penularan yang terjadi karena persentuhan yang erat denagn benda yang tercemar virus hepatitis B. Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis B.hepatis. Virus hepatitis B (VHB) mula-mula melekat pada reseptor spesifik dimembran sel hepar kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam sitoplasma hepatosit VHB melepaskan mantelnya, sehingga melepaskan nukleokapsid. Selanjutnya nukleokapsid akan menembus dinding sel hati. Di dalam hepatosit ini asam nukeat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes dan berintegrasi pada DNA tersebut. Selanjutnya DNA VHB memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru dan kemudian terjadi pembentukan virus baru. Virus-virus ini akan dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme terjadinya kerusakan hati yang kronik disebabakan karena respon imunologik penderita terhadap infeksi. Apabila reaksi imunologik tidak ada atau minimal maka akan terjadi keadaan karier sehat. Gambaran patologis hepatitis akut tipe B dengan tipe lainnya pada umumnya sama, yaitu terjadi peradangan akut diseluruh bagian hati dengan nekrosis sel hati disertai infiltrasi sel-sel hati dengan histiosit. Bila nekrosis meluas (masif) terjadi 5
  • 6. hepatitis akut fulminan.bila penyakit menjadi kronik dengann peradangandan fibrosis meluas didaerah portal dan batas antara lobules masih utuh, maka akan terjadi hepatitis kronik persisten. Sedangkan bila daerah portal melebar, tidak teratur dengan nekrosis diantar daerah portal yang berdekatan dan pembentukan septa fibrosis yang meluas maka akan terjadi hepatitis kronik c. Bagaimana komplikasi yang diderita orang hepatitis B? Memiliki infeksi Hepatitis B kronis dapat mengakibatkan komplikasi serius, seperti : − Jaringan parut hati (sirosis). Infeksi hepatitis B dapat menyebabkan peradangan yang menyebabkan jaringan parut yang luas dari hati (sirosis). Jaringan parut di hati dapat mengganggu kemampuan hati untuk berfungsi. − Kanker hati. Orang dengan infeksi hepatitis B kronis memiliki peningkatan risiko kanker hati. − Gagal hati. Kegagalan hati akut adalah suatu kondisi di mana fungsi-fungsi vital dari hati ditutup. Ketika itu terjadi, transplantasi hati diperlukan untuk mempertahankan kehidupan. − Infeksi hepatitis D. Siapapun yang terinfeksi HBV kronis juga rentan terhadap infeksi dengan yang lain strain virus hepatitis - hepatitis D. Anda tidak dapat terinfeksi dengan hepatitis D kecuali Anda sudah terinfeksi dengan HBV. Setelah kedua hepatitis B dan hepatitis D membuatnya lebih besar kemungkinan Anda akan mengembangkan komplikasi hepatitis. − Masalah ginjal. Infeksi hepatitis B dapat menyebabkan masalah ginjal yang pada akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal. Anak-anak lebih mungkin untuk pulih dari masalah ginjal dibandingkan orang dewasa, yang mungkin mengalami gagal ginjal. d. Bagaimana perbandingan struktur anatomis-histologis hepar orang sehat dan penderita hepatitis B? Perubahan struktur hati yang ditunjukkan oleh penderita hepatitis B meliputi perubahan morfologi. Pada kasus yang klasik, hati tampaknya berukuran dan berwarna normal , namun kadang-kadang terlihat agak edema, memebesar dan pada palpasi “teraba nyeri ditepian”. Secara histologi, terjadi kekacauan susunan hepatoseluler , cedera dan nekrosis sel hati dalam berbagai derajat dan peradangan periportal. Perubahan ini bersifat reversibel bila fase akut pada penyakit mereda. Struktur hati normal Hati terbagi atas menjadi dua lapisan utama : 1. permukaan atas berbentuk cembung terletak dibawah diaphragm 2. permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan fissura transversus Hati dipisahkan menjadi 2 bagian yaitu bagian kanan dan kiri oleh fissure longitudinal dan dibagi menjadi empat lobus : lobus kanan, lobus kiri, lobus caudatus, lobus quadratus. Pembuluh darah hati ada dua peredaran darah yaitu : a. arteri hepatica, keluar dari aorta 1/5 darah dan keluar sebagai vena hepatica b. vena porta, terbentuk dari lienalis dan vena mesentrica posterior 6
  • 7. Struktur hati yang terkena hepatitis B Pada hepar orang yang terkena hepatitis akan terjadi inflamasi dan cedera akibat reaksi hepar terhadap virus. Inflamasi yang menyebar pada hati akan menyebabkan unit fungsional dasar terganggu. Gangguan suplai darah normal pada sel-sel hati ini menyebabkan nekrosis. Gambar 1. Perbandingan Morfologi Hati Pada Berbagai Kasus Klinik 2. Tn Budi, 50 tahun, datang ke puskesmas dengan nausea, anorexia, dan BAB berwarna hitam sejak dua hari yang lalu. a. Bagaimana proses pewarnaan feses? Billirubin, konstituen utama empedu, sama sekali tidak berperan dalam pencernaan, tetapi merupakan salah satu dari beberapa produk sisa yang diekskresikan dalam empedu. Billirubin adalah pigmen empedu utama yang berasal dari penguraian sel darah merah yang usang. Masa hidup sel darah merah dalam system sirkulasi rata- rata adalah 120 hari. Sel darah merah yang usang dikeluarkan dari darah oleh makrofag yang melapisi sinusoid hati dan yang terletak dibagian tubuh lain. Billirubin adalah produk lain yang dihasilkan oleh penguraian bagian heme dari hemoglobin yang terkandung didalam sel-sel darah merah tersebut. Billirubin ini diekstraksi dari darah oleh hepatosit dan secara aktif diekskresikan kedalam empedu. 7
  • 8. Gambar 2. Metabolisme Bilirubin Billirubin adalah pigmen kuning yang menyebabkan empedu berwarna kuning. Didalam saluran pencernaan, pigmen ini mengalami modifikasi oleh enzim-enzim bakteri usus menjadi serangkaian senyawa yang disebut sterkobilin dan urobilinogen yang kemudian menyebabkan tinja berwarna coklat khas. Jika tidak terjadi sekresi billirubin, misalnya apabila duktus billiiaris tarsumbat secara total oleh batu empedu, feses akan berwarna putih keabu-abuan. Dalam keadaan normal, sejumlah kecil billirubin direabsorpsi oleh usus untuk kembali kedarah, dan sewaktu akhirnya dikeluarkan melalui urine, billirubin tersebut merupakan penentu warna kuning pada air kemih. Ginjal baru mampu mengekresikan billirubin apabila zat ini telah dimodifikasi sewaktu melalui hati dan usus. b. Pada skenario, apa yang menyebabkan BAB berwarna hitam? Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal dan menimbulkan bau yang khas yang menunjukan pendarahan saluran cerna bagian atas serta di cernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi hemoglobin menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Pada melena, dalam perjalannya melalui usus, darah menjadi berwarna merah gelap bahkan hitam. Perubahan warna ini disebabkan oleh HCL lambung, pepsin, dan warna hitam ini diduga karena adanya pigmen porfirin. Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan pada saluran cerna sekitar 6-8 jam untuk merubahwarna feses menjadi hitam. Paling sedikit perdarahan sebanyak 50-100 cc baru dijumpai keadaan melena. Feses tetap berwarna hitam seperti ter selama 48-72 jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukan berarti keluarnya feses yang berwarna hitam tersebut menandakan perdarahan masih berlangsung. Darah yang tersembunyi terdapat pada feses selama 7-10 hari setelah episode perdarahan tunggal. 8
  • 9. Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran cerna. Hematemesis adalah muntah darah, sedangkan melena adalah warna feses menjadi hitam pekat. Perdarahan ini dapat disebabkan karena sirosis hepatis (dengan pecahnya varises esofagus) dan gastritis. Walaupun perdarahan ini akan berhenti sendiri, tetapi hal ini dianggap sebagai suatu yang serius yang setiap saat dapat membahayakan pasien. Perdarahan akibat sirosis hati disebabkan oleh gangguan fungsi hati penderita, alkohol, obat-obatan, virus hepatitis dan penyakit bilier. Konsumsi alkohol dan adanya riwayat penyakit hepatitis B menyebabkan sel Hepatosit meradang sehingga terjadi koligenasi pada sel Stellata pada keadaan lanjut menyebabkan penderita mengalami Fibrosis hepar atau sirosis hepatis. Salah satu akibat dari sirosis adalah terjadinya peningkatan tekanan darah atau hipertensi pada Vena porta hepatis. Pada keadaan normal darah vena portae hepatis menyeberangi hepar dan mengalir ke dalam vena cava inferior dari sirkulasi vena sistemik melalui vena hepatica dan disebut jalur langsung. Tetapi ada hubungan yang lebih kecil antara sistem porta dan sistemik, dan menjadi berperanan penting jika jalur langsung mengalami hambatan. Hubungan ini dijumpai pada ⅓ bawah oesophagus, r. oesophagealis v. gastrica sinistra (cabang porta) beranastomosis dengan vv. oesophagealis yang mengalirkan darah dari ⅓ bagian tengah oesophagus ke v. azygos (cabang sistemik). Sehingga apabila terjadi hipertensi pada vena porta hepatis akan menimbulkan tekanan darah pada pembuluh sistemik ikut naik ,yang dapat mengakibatkan varises esofagus dan juga gastritis karena kerusakan pada v. gastrica sinistra. Sirosis hati dapat menyebabkan pecahnya varises esofagus yang akan menimbulkan hematemesis melena. Varises esofagus ini disebabkan oleh hipertensi portal yang terjadi karena penekanan sistem sekunder vena porta sehingga meningkatnya aliran karena kerusakan hati. Terjadi hipertensi ini akan menimbulkan enselofati hepatic, dimana akan terjadinya : a. Akumulasi nitrogen didalam sel pada GI. Nitrogen ini berperan serta terhadap patogenensis portal sistemik enselofati. Akumulasi nitrogen ini belum diketahui faktor penyebabnya namun dapat diperkirakan terjadinya perubahan metabolisme GABA dan neurotransmiter octopamin. b. Gangguan kesadaran yang lanjut, ditandai dengan gangguan kesadaran yang berlanjut sampai koma yang dalam (koma hepatikum), berbagai saraf, perubahan psiatrik, tremor telapak tangan dan fetor heptikus 9
  • 10. Gambar 3. Aliran Darah pada Viscera Abdomen Gambar 4. Vaskularisasi Esofagus 10
  • 11. Gambar 5. Histologi Esofagus Karena terjadi varises pada pembuluh darah esofagus hingga menimbulkan pendarahan hal tersebut berarti terjadi kerusakan pembuluh darah yang ada pada (4) lamina mucularis mucosa dan (8) tunica adventitia. c. Apa saja faktor yang dapat menyebabkan nausea dan anorexia? Nausea adalah sensasi tidak menyenangkan yang samar pada epigastrium dan abdomen, dengan kecenderungan untuk muntah. Nausea merupakan gejala awal dari vomit (muntah). Nausea adalah pengenalan sadar pada daerah medulla yang secara erat berhubungan dengan atau merupakan bagian dari pusat muntah. Nausea dapat disebabkan oleh (1) impuls iritatif yang datang dari traktus gastrointestinal (2) impuls yang berasal dari otak bawah yang berhubungan dengan motion sickness (3) impuls dari korteks serebri untuk mencetuskan muntah. Sinyal sensoris yang mencetuskan rasa mual dan muntah terutama berasal dari faring, esofagus, lambung, dan bagian atas usus halus. Impuls saraf kemudian di transmisikan, baik oleh serabut saraf aferen vagal maupun oleh saraf simpatis ke berbagai nukleus yang tersebar di batang otak yang semuanya disebut “pusat muntah”. Dari sini, impuls motorik yang menyebabkan muntah sesungguhnya ditransmisikan dari pusat muntah melalui jalur saraf kranialis V, VII, IX, X, dan XII ke traktus gastrointestinal bagian atas, melalui saraf vagus dan simpatis ke traktus yang lebih bawah, dan melalui saraf spinalis ke diafragma dan abdomen. Anoreksia adalah penurunan nafsu makan atau hilangnya nafsu makan dalam waktu yang lama. Anoreksia dapat disertai dengan penurunan berat badan atau tidak. Keadaan ini hampir mempunyai satu penyebab yang mendasari atau lebih. Secara patofisiologi anoreksia dapat dijelaskan sebagai berikut; hipotalamus dinilai dapat mengatur baik rasa kenyang maupun lapar, dengan menghasilkan homeostasis berat badan dalam keadaan yang ideal. Hipotalamus mengintepretasikan dan mengintegrasikan sejumlah besar masukan neural dan humoral untuk 11
  • 12. mengkoordinasikan tahapan lapar dengan pengeluaran energi sebagai respon terhadap keadaan perubahan keseimbangan energi. Sinyal jangka panjang yang menghubungkan informasi tentang simpanan energi badan, status endokrin, dan kesehatan umum terutama merupakan masukan humoral. Sinyal jangka pendek, termasuk hormon usus dan sinyal neuran dari pusat otak lebih tinggi dan usus, meregulasi tahapan awal dan akhir proses makan. Hormon-hormon yang terlibat dalam proses inimencakup leptin, insulin, kolesitokinin, grelin, polipeptida YY, polipeptida pankreas, peptida-1 yang mirip glukagon, dan oxytomodulin. Perubahan setiap proses humoral atau neuronal ini dapat menimbulkan anoreksia. Hubungan sirosis hepatis dengan nausea dan anoreksia adalah terjadinya ikterus hepatoseluler dan meningkatnya produksi bilirubin atau hiperbilirubinemia sehingga sekresi sekretin dan kolesistokitinin meningkat yang menyebabkan penurunan tekanan sfinger esofagus bagian bawah, peningkatan motilitas duodenum dan sekresi, dan motilitas lambung berkurang. Gambar 6. Inervasi Sistem Saraf Vegetatif Pars Parasympathica Efek dari hal tersebut adalah refluks isi lambung yang asam melewati esofagus padahal epitel dari esofagus tidak dipersiapkan untuk menahan asam sehingga terjadi 12
  • 13. iritasi dari lapisan mukosa esofasgus. Refluks dari isi lambung ke esofagus mentrigger pusat mual muntah di bagian otak belakang bagian bawah untuk memberikan respons mual atau nausea. Ketika refluks sampai ke mulut dan akhirnya dikeluarkan (refluks esofagus) juga merangsang nervus vagus di sepanjang esofagus untuk terksitasi dan terjadilah vomitting. Maka dari itu umumnya pada penderita sirosis terkena gangguan nafsu makan atau anoreksia. 3. Hasil pemeriksaan fisik menujukkan dijumpainya sklera ikterik, konjunctiva pucat, sipder naevi pada pemeriksaan dada, ppembesaran perut, adanya caput Medusae, hepar tak teraba, dan splenomegali (Schuffner 2), shifting dullness (+), disertai kaki yang membengkak dan palmar eritema. a. Bagaimana struktur anatomi dan histologi mata normal? Struktur Anatomi Lapisan-lapisan mata • Sklera : Lapisan terluar mata mirip duramater. • Konjungtiva : untuk melindungi kornea dan sklera. • Kornea : struktur transparan yang seperti kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya. • Pupil : daerah hitam ditengah-tengah iris. Tempat masuknya cahaya. • Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa. Fungsinya adalah untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil. • Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung di antara Humor Aqueous dan Humor Vitreus. Fungsinya adalah untuk memfokuskan cahaya ke retina. • Humor Aqueous : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea. Fungsinya untuk memberi nutrisi (makanan) untuk lensa dan kornea. • Humor Vitreus: gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina. • Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata. Fungsinya adalah untuk menerima rangsangan cahaya, mengolah dan mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus ke otak. 13
  • 14. Gambar 7. Bagian-bagian Mata Os pembentuk rongga mata : 1. superior : os. frontal 2. inferior : os. Zygomaticum, os. maxillaries ,os.palatina 3. lateral : os. frontal, os. zygomaticum, ala magna os sphenoid 4. medial : os. maxillaris, os. lakrimal, os. Etmoid Tabel 1. Otot-Otot Bola Mata dan Kelopak Mata Nama Otot Origo Insersio Persarafan Fungsi Otot-otot Ekstrinsik Bola Mata ( Otot Lurik ) M. rectus Annulus tendineus Permukaan N. oculomotorius Mengangkat cornea superior communis pada superior bola ( N.III ) ke atas dan medial dinding posterior mata tepat orbita posterior terhadap taut corneo-scleral M. rectus Annulus tendineus Permukaan N. oculomotorius Menurunkan inferior communis pada inferior bola ( N. III ) cornea ke bawah dinding posterior mata tepat dan medial orbita posterior terhadap taut corneo-scleral M. rectus Annulus tendineus Permukaan N. oculomotorius Memutar bola mata medialis communis pada medial bola mata ( N. III ) sehingga kornea dinding posterior tepat posterior menghadap ke orbita terhadap taut medial corneo-scleral M. rectus Annulus tendineus Permukaan N. abducens Memutar bola mata lateralis communis pada lateral bola mata ( N. VI ) sehingga cornea 14
  • 15. dinding posterior tepat posterior menghadap ke orbita terhadap taut lateral corneo-scleral M. Dinding posterior Melalui trochlear N. trochlearis Memutar bola mata obliquus dan dilekatkan ( N. IV ) sehingga cornea superior pada permukaan menghadap ke superior bola bagian bawah dan mata, di bawah lateral m. rectus superior M. Dasar orbita Permukaan N. occulomotorius Memutar bola mata obliquus lateral bola mata, ( N. III ) sehingga cornea inferior profunda menghadap ke atas terhadap m. dan lateral rectus lateralis Otot-otot Intrinsik Bola Mata ( Otot Polos ) M. sphincter Parasimpatis Konstriksi pupil puppilae melalui n. oculomotorius M. dilator Simpatis Dilatasi pupil pupillae M. ciliaris Parasimpatis Mengatur bentuk melalui n. lensa, pada oculomotorius akomodasi membuat lensa lebih bulat. Otot-otot Palpebra M. orbicularis oculi M. levator Belakang orbita Permukaan Otot lurik oleh n. Mengangkat palpebrae anterior dan oculomootorius, palpebra superior superior pinggir atas otot polos oleh tarsus superior saraf simpatis Vaskularisasi mata: Arteri: Vena: • Arteri Oftalmika • Vena Oftalmika • A. Conjunctiva • V. Centralis Retina • A. Ciliaris • V. Cilliaris • A. Episcleralis • V. Conjunctiva • A. Centralis Retina • V. Episcleralis • Arteri Retinalis • V. Vorticosa • Vena Retinalis Innervasi pada orbita 1. Nervus opticus 2. Nervus lacrimalis 15
  • 16. 3. Nervus frontalis 4. Nervus trochealis 5. Nervus oculomotorius 6. Nervus nasocilaris 7. Nervus abducens Struktur Histologi Pada Bola mata terdapat 3 lapisan 1. Tunica Fibrosa o Berfungsi melindungi struktur halus dalam mata o Mempertahankan tekanan cairan intra okuler o Mempertahankan bentuk dan tekanan bola mata Ada beberapa bagian mata dalam lapisan ini yaitu 1. Kornea, memiliki lapisan-lapisan:  Epitel Kornea  Membran Bowman  Substansia Propia/Stroma  Membran Descement  Endotel Kornea 2. Sklera memiliki jaringan fibrosa padat dan mempertahankan bentuk ukuran bola mata, terdiri dari tiga lapisan: • Episklera terdiri dari jaringan fibroelastis • Stroma Sklera terdiri dari serat kolagen • Lamina Fusca terdiri dari melanosit dan fibroblast 2. Tunica Vaskuola berfungsi: o Memberi nutrisi pada bola mata o Akomodasi penglihatan o Mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata Ada beberapa bagian mata dalam T. Vaskuola yaitu: 1. Choroid, memiliki empat lapisan:  Lapisan Suprakoroid  Lapisan Vaskuola  Lapisan Koriokapilaris  Lamina Elastika atau Membran Brunch 2. Corpus Cilliaris terdiri epitel siliaris, lamina elastica 3. Iris terdiri membrane sellular dan membentuk lapisan yang tidak utuh 16
  • 17. Gambar 8. Potongan Coronal Mata Tampak Posterior 3. Tunica Nervosa terdiri dari: o Pars Seka Retina terdiri dari:  Pars Siliaris Retina  Pars Iridka Retina o Pars Optica Retina Retina terdiri dari 10 lapisan o Retinal pigment epithelium (RPE) o Lapisan fotoreseptor (Rods/Cones) o Membran pembatas eksternal - Lapisan yang membatasi bagian dalam fotoreseptor dari inti selnya o Lapisan luar inti o Lapisan luar plexiform - Pada bagian makular, ini dikenal sebagi "Lapisan serat Henle" (Fiber layer of Henle). o Lapisan dalam inti o Lapisan dalam plexiform o Lapisan sel ganglion - Lapisan yang terdiri dari inti sel ganglion dan merupakan asal dari serat syaraf optik. o Lapisan serat syaraf o Membran pembatas dalam - Tempat sel-sel Műller berpijak 17
  • 18. Gambar 9. Diagram Struktur Retina b. Apa penyebab sklera ikterik dan konjunctiva pucat? Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat konsentrasinya dalam sirkulasi darah. Ikterus biasanya baru dapat dilihat di sclera, kulit dan urin kalau kadar bilirubin serum mencapai 2-3 mg/dl. Normalnya kadar bilirubin dalam darah adalah 0,3-1 mg/dl. Ada tiga jenis ikterus berdasarkan penyebabnya, yaitu : 1.) Ikterus Hemolitik Ikterus hemolitik disebabkan oleh hemolisis sel darah merah berlebihan yang merupakan penyebab ikterus prehepatik sehingga hati tidak dapat mengkonjugasikan semua bilirubin yang dihasilkan. Ikterus ini dapat dijumpai pada reaksi transfuse atau lisis sel darah merah akibat gangguan hemoglobin, misalnya pada anemia sel sabit dan thalasemia.. 2.) Ikterus Hepatoseluler Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi karena disfungsi hepatosit. Disfungsi hepatosit terjadi apabila hati terinfeksi oleh virus pada hepatitis atau apabila sel hati rusak akibat kanker atau sirosis. 3.) Ikterus Obstruktif Ikterus Obstruktif disebabkan oleh obstruksi duktus biliaris (yang sering terjadi bila sebuah batu empedu atau kanker menutupi duktus choleocus) atau kerusakan sel hati (yang terjadi pada hepatitis). Kecepatan pembentukan bilirubinnya normal , tetapi bilirubin yang dibentuk tidak dapat lewat dari darah kedalam usus dan dikonjugasi dengan cara yang biasa. Bilirubin terkonjugasi ini kemudian kembali ke dalam darah, mungkin karena pecahnya kanalikuli biliaris yang terbendung dan pengosongan langsung ke saluran limfe yang meninggalkan hati. Jadi, kebanyakan bilirubin dalam plasma menjadi bilirubin terkonjugasi dan bukan bilirubin bebas. Sumbatan terhadap aliran empedu keluar hati atau melalui duktus 18
  • 19. biliaris, hal ini dianggap berasal dari intrahepatik apabila sumbatan disebabkan oleh sumbatan aliran empedu keluar hati. Disebut ekstrahepatik apabila disebabkan oleh sumbatan aliran empedu melintasi duktus biliaris. Keduanya dapat terjadi karena ada batu atau tumor. Konjungtiva pucat merupakan tanda anemia. Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar sel darah merah dalam tubuh berkurang atau jumlah hemoglobin yang berkurang dalam darah. Tiga penyebab utama anemia adalah perdarahan yang berlebihan seperti perdarahan akut/kronik, hemolisis yang berlebihan, atau hematopoiesis yang tidak efektif. Dalam kasus ini, Tn. Budi mengalami perbesaran pada limfanya (splenomegaly). Akibat dari splenomegaly ini adalah jumlah sel darah merah yang akan dilisis meningkat sehingga jumlah sel darah merah yang berada dalam pembuluh darah menurun dan menyebabkan anemia. c. Bagaimana dampak dari sklera ikterik dan konjunctiva pucat terhadap proses penglihatan? Derajat serum bilirubin paling baik dilihat pada sklera, sklera memiliki afinitas terhadap bilirubin karena memiliki elastin yang banyak. Adanya sklera ikterik mengindikasikan kadar bilirubin setidaknya 3.0 mg/dl (normal <1 mg/dl). Kelainan pada sklera dan konjungtiva tidak membawa pengaruh terhadap sistem penglihatan karena keduanya tidak termasuk dalam bagian jalur masuknya cahaya menuju reseptor cahaya. d. Bagaimana proses terjadinya sklera ikterik dan konjunctiva pucat? Mekanisme sklera ikterik Bilirubin berasal dari hasil pemecahan hemoglobin oleh sel retikuloendotelial, cincin heme setelah dibebaskan dari besi dan globin diubah menjadi biliverdin yang berwarna hijau. Biliverdin berubah menjadi bilirubin yang berwarna kuning. Bilirubin ini dikombinasikan dengan albumin membentuk kompleks protein-pigmen dan ditransportasikan ke dalam sel hati. Bentuk bilirubin ini sebagai bilirubin yang belum dikonjugasi atau bilirubin indirek berdasar reaksi diazo dari Van den Berg, tidak larut dalam air dan tidak dikeluarkan melalui urin. Didalam sel inti hati albumin dipisahkan, bilirubin dikonjugasikan dengan asam glukoronik yang larut dalam air dan dikeluarkan ke saluran empedu. Pada reaksi diazo Van den Berg memberikan reaksi langsung sehingga disebut bilirubin direk. Bilirubin indirek yang berlebihan akibat pemecahan sel darah merah yang terlalu banyak, kekurangmampuan sel hati untuk melakukan konjugasi akibat penyakit hati, terjadinya refluks bilirubin direk dari saluran empedu ke dalam darah karena adanya hambatan aliran empedu menyebabkan tingginya kadar bilirubin didalam darah. Keadaan ini disebut hiperbilirubinemia dengan manifestasi klinis berupa ikterus. Warna dari kulit dan sklera bervariasi tergantung pada kadar bilirubin. Ketika kadar bilirubin sedikit meningkat, kulit dan sklera terlihat menguning. Ketika kadar bilirubin tinggi, warnanya cenderung menjadi lebih kecoklatan. Mekanisme konjungtiva pucat 19
  • 20. Dalam kasus ini, Tn. Budi menderita sirosis hati yang menyebabkan hipertensi porta. Hipertensi porta ini juga mengakibatkan beberapa hal, seperti splenomegaly. Dalam hal ini, fungsi hati sebagai tempat destruksi eritrosit diambil alih oleh spleen (lien). Pembesaran pada ukuran lien ini menyebabkan daya tampung lien meningkat. Karena adanya peningkatan jumlah eritrosit yang mengalami destruksi, jumlah eritrosit dalam pembuluh darah menurun dan mengakibatkan anemia. Anemia akibat hemolisis yang berlebihan memberika gejala-gejala tertentu, salah satunya warna konjungtiva yang terlihat pucat. e. Bagaimana struktur vaskularisasi cutaneous pada regio thoraks? Vaskularisasi cutaneous regio thorax berasal dari arteri thoracica interna (cabang dari arteri subclavia) yang memperdarahi dinding anterior tubuh dari clavicula sampai ke umbilicus. Arteri thoracica interna dicabangkan oleh arteri subclavia dekat dengan percabangan awalnya. Arteri ini berjalan turun dari dalam rangkaian costae sekitar 1 cm dari tepi sternum, medial dari papilla mammae. Kemudian arteri thoracica interna akan bercabang menjadi arteri intercostalis anterior sampai ke intercostal ke VI. Arteri ini akan bercabang lagi menjadi 5: 1. A. Perforans 2. A. pericardiacophrenica 3. A. mediastinalis (mediastinalis ant:timus) 4. A. epigastrica sup (rectus abdominis) 5. A. musculophrenica (diafragma) f. Bagaimana mekanisme terbentuknya spider naevi? Spider naevi adalah taleangiektasis yang disebabkan oleh dilatasi dan percabangan arteri kutaneous superfisial, tampak sebagai area sentral berwarna merah terang dengan percabangan yang menyerupai kaki seekor laba-laba. Hal ini dapat disebabkan oleh hiperestrogenemia. Hati merupakan organ yang salah satu fungsinya adalah detoksifikasi estrogen menjadi estradiol dan estron menjadi estriol. Estradiol, estron dan estriol merupakan substrat untuk enzim hepatik, dimana hati mengkonjugasi estrogen untuk membentuk glukuronida dan sulfat. Aktifitas enzim yang melaksanakan reaksi konjugasi ini bervariasi antara berbagai spesies. Hormon steroid yang terkonjugasi bersifat dapat larut dalam air dan tidak terikat dengan protein pengangkut, karena itu hormon estrogen ini mudah disekresikan ke dalam getah empedu, feses dan urin. “Weak androgen” (Androstrenidonine dan dehiydroepiandrosterone) secara normal dimetabolisme menjadi estrogen pada jaringan perifer. Gangguan fungsi hati menyebabkan penurunan katabolisme estrogen. Hipertensi portal yang disebabkan oleh sirosis juga menyebabkan hormon-hormon ini lewat begitu saja di hati. Estrogen berfungsi sebagai vasodilatator dan mempengaruhi sirkulasi darah pada kulit dengan cara menyebabkan kulit menjadi lebih vaskular. Hiperesterogenemia menyebabkan pelebaran pembuluh darah yang termanifestasi secara kilinis sebagai spider naevi dan palmar aritema. 20
  • 21. g. Bagaimana struktur anatomi traktus digestivus dan kelenjar aksesorius? Traktus Digestivus Traktus digestivus terdiri dari: 1. Cavum Oris Merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan juga sistem pernafasan. Cavum oris dibatasi oleh m. Mylohyoideus pada bagian inferior, palatum durum dan palatum molle pada bagian superior, pipi pada lateral, dan labium oris pada anterior. Cavum oris dibagi dalam vestibulum oris (bagian antara bibir dan pipi di sebelah luar dengan gusi dan gigi geligi di sebelah dalam) dan cavitas oris propria yang terletak di dalam arcus alveolaris, gusi, dan gigi-geligi (incivus medial, incivus lateral, caninus, premolar pertama, premolar kedua, molar pertama, dan molar kedua). Selain itu, di bagian dasar dari cavum oris terdapat lidah yang ditutupi oleh membran mukosa dimana 2/3 bagian anteriornya terletak di dalam mulut dan 1/3 bagian posteriornya terletak di pharynx. Pada permukaan atas 2/3 bagian anterior lidah terdapat 3 jenis papilla yakni filiformis, fungiformis, dan circumvalata. Bagian atap cavum oris dipersarafi oleh n. palatina major dan n. nasopalatinus yang serabut serabut sarafnya berjalan di dalam n. maxillaris. Bagian dasar di persarafi oleh n. lingualis yang merupakan cabang dari n. mandibularis. Sedangkan bagian lateral (pipi) di persarafi oleh n. buccalis yang merupakan cabang dari n. mandibularis. Vaskularisasi cavum oris Vaskularisasi gigi Arteri alveolaris superior dan arteri alveolaris inferior yang merupakan cabang arteri maxillaries. Vena yang sesuai dengan nama arteri mengikuti peredaran arteri tersebut Vaskularisasi palatum Arteria palatina major yang merupakan cabang arteria palatina descendens. Arteria palatina minor mengadakan anastomosis dengan arteri palatina ascendens. Vena pada palatum di beri nama sesuai nama arteri dan mengiringi cabang-cabang arteri maxillaries anak cabang plexus pterygoideus. Vaskularisasi Lingua Lidah mendapat darah dari a. Lingualis, ramus tonsilaris a. Facialis, dan a. Pharyngea ascendens. Sedangkan vena-venanya bermuara ke dalam v. Jugularis interna 2. Pharynx Pharynx terletak di belakang cavum nasi, mulut, dan larynx. Bentuknya mirip corong dengan bagian atasnya yang lebar terletak di bawah cranium dan bagian bawahnya yang sempit dilanjutkan sebagai oesophagus. Secara garis besar, pharynx dibagi menjadi 3 bagian yakni nasopharynx, oropharynx, dan laryngopharynx. Vaskularisasi pharynx berasal dari cabang-cabang a. Pharyngea ascendens, a. Palatina ascendens, a. Facialis, a. Maxillaris, dan a. Lingualis. Venanya bermuara ke plexus venosus pharyngeus yang kemudian bermuara ke v. Jugularis interna. Inervasi pharynx berasal dari plexus pharyngeus yang dibentuk oleh cabang- cabang n. glossopharyngeus, n. vagus, dan n. symphaticus. Persarafan pharynx ini dibagi menjadi 2 yakni persarafan motorik yang berasal dari pars cranialis n. 21
  • 22. acessorius yang berjalan melalui cabang n. vagus menuju plexus pharyngeus dan persarafan sensorik yang berasal dari n. maxillaris (nasopharynx), n. glossopharyngeus (oropharynx) dan n. ramus laryngeus internus n. vagus (laryngopharynx). 3. Oesophagus Oesophagus merupakan struktur berbentuk tabung yang berjalan melalui diafragma setinggi vertebra thoracica X untuk bersatu dengan gaster. Di dalam leher, oesophagus terletak di depan columna vertebralis; di lateral dibatasi oleh lobus glandula thyroidea; di anterior berhubungan dengan trachea dan nervus laryngeus recurrens. Di dalam thorax, oesophagus berjalan ke bawah dan kiri melalui mediastinum superior dan kemudian mediastinum posterior. Pada setinggi angulus sterni, arcus aorta mendorong oesophagus ke arah garis tengah. Pada bagian distal oesophagus terdapat sphincter gastrooesophagea yang merupakan lapisan sirkular otot polos yang berperan untuk mencegah isi lambung mengalami regurgitasi ke dalam oesophagus. Sepertiga atas oesophagus diperdarahi oleh arteria thyroidea inferior, sepertiga tengahnya oleh cabang aorta thoracica, sepertiga bawahnya oleh cabang arteria gastrica sinistra. Vena-vena dari sepertiga bagian atas mengalir ke vena thyroidea inferior dan sepertiga bagian tengah ke vena azygos, dan sepertiga bagian bawah ke vena gastrica sinistra (cabang vena porta). Oesophagus dipersarafi oleh serabut eferen dan aferen parasimpatis dan simpatis melalui nervus vagus dan truncus symphaticus. Pada bagian bawah dalam perjalanannya di rongga thorax oesophagus dikelilingi oleh plexus oesophagus. 4. Gaster Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah arcus costalis sinistra sampai regio epigastrica dan umbicalis. Secara kasar, gaster berbentuk huruf J dan mempunyai dua lubang (ostium cardiacum dan ostium pyloricum); dua curvatura (curvatura major dan curvatura minor); dua dinding (paries anterior dan paries posterior). Gaster dibagi menjadi bagian-bagian berikut yakni: a. Fundus gastricum, berbentuk kubah, menonjol ke atas dan terletak di sebalh kiri ostium cardiacum dan biasanya berisi udara. b. Corpus gastricum, terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura angularis, suatu lekukan yang selalu ada pada bagian bawah curvatura minor. c. Anthrum pyloricum, terbentang dari incisura angularis sampai pylorus. d. Pylorus, bagian gaster yang berbentuk tubular. Vaskularisasi gaster berasal dari cabang truncus coeliacus: a. Arteri gastrica sinistra, berjalan ke atas dan ke kiri untuk mencapai oesophagus kemudian turun sepanjang curvatura minor gaster. Arteri ini memperdarahi sepertiga bawah oesophagus dan bagian kanan gaster. b. Arteri gastrica dextra, cabang dari a. Hepatica communis. Arteri ini berjalan ke kiri sepanjang curvatura minor. Arteri ini mendarahi bagian kana bawah gaster. c. Arteri gastricae breves, berasal dari a. Lienalis. Arteri ini berjalan ke depan di dalam ligamentum gastrosplenicum untuk mendarahi fundus. d. Arteri gastroomentalis sinistra, berasal dari a. Splenica. Arteri ini berjalan ke depan di dalam ligamentum gastrolienale untuk mendarahi gaster sepanjang bagian atas curvatura major. 22
  • 23. e. Arteri gastroomentalis dextra, berasal dari arteria gastroduodenalis yang merupakan cabang arteri hepatica communis. Arteri ini berjalan ke kiri dan mendarahi gaster sepanjang bagian bawah curvatura major. f. Vena gastrica sinistra dan dextra bermuara ke vena partae hepatis g. Venae gastricae breves dan vena gastroomentalis sinistra bermuara ke vena lienalis. h. Vena gastroomentalis dextra bermuara ke vena mesenterica superior. Inervasi simpatis gaster berasal dari plexus coeliacus dan parasimpatisnya berasal dari serabut-serbaut nervus vagus dextra dan sinistra. Truncus vagalis anterior yang berasal dari nervus vagus sinistra, memasuki abdomen pada permukaan anterior oesophagus. Truncus ini mempersarafi bagian anterior gaster. Truncus vagalis posterior berasal dari nervus vagus dextra memasuki abdomen pada permukaan posterior oesophagus. Serabut motoris dari sistem simpatis da serabut inhibitor dari nervus vagus mempersarafi m. Sphincter pyloricus. 5. Duodenum Duodenum merupakan saluran berbentuk huruf C yang menghubungkan gaster dengan jejunum. Duodenum adalah organ penting karena merupakan tempat muara dari ductus choledochus dan ductus pancreaticus. Duodenum dibagi menjadi 4 bagian utama yakni: a. Pars superior duodenum Pars superior duodenum ini berjalan mulai dari pylorus terus ke atas dan belakang pada sisi kanan vertebra lumbalis I. Jadi bagian ini terletak pada planum transpyloricum. b. Pars descendens duodenum Pars descendens berjalan vertikal ke bawah di depan hilum renale dextra, disebelah kanan vertebrae lumbales II dan III. Kira-kira pertengahan arah ke bawah pada margo medialis, ductus choledochus dan ductus pancreaticus menembus dinding duodenum. Kedua ductus ini bergabung membentuk ampula hepatopancreatica yang akan bermuara pada papilla duodeni major. Sedangkan ductus pancreaticus acessorius akan bermuara ke dalam duodenum sedikit lebih tinggi yakni pada papilla duodeni minor. c. Pars horizontalis duodenum Pars horizontalis ini berjalan horizontal ke kiri pada planum subcostale, berjalan di depan columna vertebralis dan mengikuti pinggir bawah caput pancreatis. d. Pars ascendens duodenum Pars ascendens duodenum ini berjalan ke atas dan ke kiri flexura duodenojejunalis. Flexura ini difiksasi oleh lipatan peritoneum, ligamentum Treitz yang melekat pada crus dextrum diaphragma. Setengah bagian atas duodenum diperdarahi arteri pancreaticoduodenalis superior (cabang arteri gastroduodenalis). Setengah bagian bawah diperdarahi oleh arteri pancreaticoduodenalis inferior (cabang dari arteri mesenterica superior). 23
  • 24. Gambar 10. Duodenum 6. Jejunum dan Ileum Jejunum dimulai dari duodenojejunalis dan ileum berakhir pada junctura ileocaecalis. Lengkung jejunum dan ileum dapat bergerak dengan bebas dan melekat pada dinding posterior abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang dikenal sebagai mesenterium. Radix mesenterii ini memungkinkan keluar masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesenterica superior, pembuluh limf, serta saraf-saraf ke dalam ruangan di antara kedua lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium. Berikut perbedaan antara jejunum dan ileum: Tabel 2. Perbedaan Jejenum dan Ileum 24
  • 25. Gambar 11. Perbedaan Jejenum dan Ileum Jejunum dan ileum diperdarahi oleh cabang-cabang arteri mesenterica superior. Cabang-cabang intestinal berasal dari sisi kiri arteri dan berjalan di dalam mesenterium untuk mencapai usus. Pembuluh ini beranastomosis satu dengan yang lainnya untuk membentuk arcade. Bagian paling bawah ileum diperdarahi oleh arteri ileocolica. Venae yang memperdarahi jejunum dan ileum berasal dari cabang-cabang vena mesenterica superior. Keduanya dipersarafi oleh saraf-saraf yang berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) plexus mesentericus superior. 7. Intestinum crassum a. Caecum Caecum terletak di perbatasan ileum dan intestinum crassum. Caecum terletak pada fossa iliaca dextra. Arteri caecalis anterior dan posterior membentuk arteri ileocolica (cabang arteri mesenterica superior) memperdarahi caecum. Caecum dipersarafi oleh n. vagus yang membentuk plexus mesentericus superior. b. Appendix vermiformis Appendix vermiformis mengandung banyak jaringan limfoid. Appendix ini melekat pada permukaan posteromedial caecum. Arteri caecalis posterior memberikan cabangnya kepada arteri appendicularis yang memperdarahi appendix vermiformis. Inervasinya dari cabang n. vagus dari plexus mesentericus superior. c. Colon ascendens Colon ascendens membentang ke atas dari caecum sampai permukaan inferior lobus hepatis dexter lalu membelok ke kiri membentuk flexura coli dextra dan melanjutkan diri sebagai colon transversum. Colon ascendens mendapat suplai darah dari arteri ileocolica dan arteri colica dextra (cabang-cabang arteri mesenterica superior). Colon ini dipersarafi oleh n. vagus dari plexus mesentericus superior. d. Colon transversum Colon ini berjalan menyilang abdomen, menempati regio umbicalis. Colon transversum mulai dari flexura coli dextra dan tergantung ke bawah oleh mesocolon transversum dari pancreas. Kemudian berjalan ke atas sampai flexura coli sinistra di bawah lien. Dua pertiga bagian proksimal colon ini diperdarahi oleh arteri colica media (cabang arteri mesenterica superior). Sepertiga distalnya diperdarahi oleh arteri colica sinistra (cabang arteri mesenterica inferior). Colon transversum dipersarafi oleh saraf simpatis dan nervus vagus melalui plexus mesentericus superior pada bagian dua pertiga proksimal. Sedangkan sepertiga distalnya oleh saraf simpatis dan parasimpatis nervi splanchnici pelvici melalui plexus mesentericus inferior. e. Colon descendens Colon ini terletak di kuadran kiri atas dan bawah dan berjalan ke bawah dari flexura coli sinistra sampai pinggir pelvis, disini ia melanjutkan diri sebagai colon sigmoideum. Arteri colica sinistra dan arteriae sigmoideae yang merupakan cabang arteri mesenterica inferior memperdarahi colon ini. Sedangkan inervasinya dari saraf simpatis dan parasimpatis nervi splanchinici pelvici melalui plexus mesentericus inferior. f. Colon sigmoideum 25
  • 26. Colon ini terletak di depan apertura pelvis superior. Colon ini mudah bergerak dan tergantung ke bawah masuk ke dalam cavitas pelvis dalam bentuk lengkungan.arteri sigmoideae yang merupakan cabang dari arteri mesenterica inferior memperdarahi colon ini. Sedangkan saraf simpatis dan parasimpatis dari plexus hypogastricus inferior mempersarafi colon ini. 8. Rectum Rectum berawal di depan vertebra sacralis III sebagai lanjutan colon sigmoideum dan berjalan ke bawah mengikuti lengkung os sacrum dan coccygis serta berakhir di depan ujung coccygis dengan menembus diafragma pelvis dan melanjutkan diri jadi canalis analis. Bagian bawah rectum yang melebar membentuk ampulla recti. rectum di vaskularisasi oleh a. Rectalis superior, a. Rectalis media, a. Rectalis inferior serta dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari plexus hypogastricus inferior. Organ accessorius 1. Hepar Gambar 12. Hepar Aspek Anterior 26
  • 27. Gambar 13. Hepar Aspek Posterior Organ terbesar ini terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah diafragma. Hepar dibagi menjadi menjadi lobus hepatis dexter dan lobus hepatis sinister. Lobus hepatis dexter dibagi lagi menjadi lobus quadratus dan lobus caudatus oleh adanya vesica biliaris, fissura ligamenti teretis, vena cava inferior, dan fissura ligamenti venosi. Pada facies visceralisnya terdapat porta hepatis yang terletak di antara lobus caudatus dan lobus quadratus. Hepar divaskularisasi oleh arteri hepatica propia (cabang arteri truncus coeliacus). Vena porta hepatis bercabang menjadi 2 cabang terminal yakni ramus dexter dan sinister. Venae hepaticae muncul dari pars posterior hepatis dan bermuara ke dalam vena cava inferior. Hepar diinervasi oleh saraf simpatis dan parasimpatis yang membentuk plexus coeliacus. Truncus vagalis anterior mempercabangkan banyak rami hepatici yang berjalan langsung ke hepar. Hepar erat kaitannya dengan vesica biliaris. Empedu yang disekresikan oleh sel-sel hepar akan disimpan dan di pekatkan di dalam vesica biliaris kemudian dialirkan ke duodenum melalui ductus-ductus. a. Ductus biliaris hepatis Ductus ini terbagi menjadi ductus hepaticus dexter dan sinister. Keduanya bergabung menjadi ductus hepaticus communis. Sedangkan ductus oada vesica biliaris adalah ductus cysticus. Kedua ductus tersebut (ductus hepaticus communis dan cysticus) akan bergabung membentuk ductus choledochus. Gambar 14. Ductus yang bermuara pada Duodenum 2. Vesica biliaris Vesica biliaris adalah sebuah kantong berbentuk buah pir yang terletak pada permukaan bawah (facies visceralis) hepar. Vesica biliaris ini dibagi menjadi 3 bagian utama: a. Fundus vesicae biliaris, berbentuk bulat dan biasanya menonjol di bawah margo inferior hepar, penonjolan ini merupakan tempat fundus bersentuhan dengan dinding anterior abdomen (setinggi ujing kartilago costalis IX dextra). b. Corpus vesicae biliaris, terletak dan berhubungan dengan facies visceralis hepar dan arahnya ke atas, belakang dan kiri. 27
  • 28. c. Collum vesicae biliaris melanjutkan diri sebagai ductus cysticus yang berbeluk ke dalam omentum minus dan bergabung dengan siis kanan ductus hepaticus communis membentuk ductus choledochus. Vesica biliaris divaskularisasi oleh arteri cystica (cabang arteri hepatica dextra) dan vena cystica yang mengalirkan darah langsung ke vena porta. Sedangkan inervasinya oleh plexus coeliacus. 3. Pancreas Gambar 15. Pankreas Pancreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin menghasilkan sekret yang mengandung enzim-enzim. Bagian endokrinnya (pulau Langerhans) menghasilkan hormon insulin dan glukagon. Pancreas berbentuk memanjang yang terletak pada epigastrium dan kuadran kiri atas. Strukturnya lunak, berlobulus, dan terletak pada dinding posterior abdomen di balekang peritoneum. Pancreas divaskularisasi oleh arteri lienalis serta arteri pancreaticoduodenalis superior dan inferior; diinervasi oleh serabut simpatis dan parasimpatis n. vagus. Pancreas dibagi menjadi beberapa bagian: a. Caput pancreatis, berbentuk cakram dan terletak dalam bagian cekung duodenum. b. Collum pancreatis, bagian pancreas yang mengecil yang terletak di depan pangkal vena portae hepatis. c. Corpus pancreatis, berjalan ke atas dan kiri menyilang garis tengah. d. Cauda pancreatis, berjalan ke depan menuju ligamen lienorenale dan berhubungan dengan hilum lienale. 4. Lien Gambar 16. Lien 28
  • 29. Lien merupakan sebuah massa limfoid terbesar di dalam tubuh. Lien berbentuk lonjong dan memiliki incisura di extremitas anteriornya yang terletak tepat di bawah pertengahan kiri diafragma, dekat dengan costae IX< XI, dan XI. Vaskularisasi Arteri lienalis adalah arteri yang besar dan merupakan cabang terbesar dari truncus coeliacus. Arteri ini akan bercabang menjadi 6 pembuluh arteri yang masuk ke lien melalui hilum lienale. Sedangkan, vena lienalis keluar dari hilum lienale dan berjalan di belakang cauda dan corpus pancreatis kemudian bergabung dengan vena mesenterica superior membentuk vena porta hepatis. h. Bagaimana struktur histologi hepar? Gambar 17. Histologi Hepar Hepar terdiri dari unit-unit heksagonal yaitu lobulus hepaticus. Di bagian tengah setiap lobulus terdapat sebuah vena sentralis yang dikelilingi secara radial oleh lempeng sel hati (hepatosit) dan sinusoid ke arah perifer. Disini, jaringan ikat membentuk canalis porta (spatium portale). Semua nutrien dan cairan yang diserap di usus masuk ke hati melalui vena porta hepatis, kecuali lemak yang diangkut oleh pembuluh limfe.produk yang diabsorbsi mula-mula mengalir melalui kapiler-kapiler hati yaitu sinusoid. Sinusoid adalah saluran darah yang lebar dan berliku dilapisi oleh lapisan tidak utuh dari endotel fenestrated. Sinusoid dipisahkan dari hepatosit oleh spatium perisinusoideum subendothelial. Akibatnya, zat makanan yang mengalir di dalam sinusoid memiliki akses langsung melalui dinding endotel yang tidak utuh dengan hepatosit. Struktur dan jalur sinusoid yang berliku di hati memungkinka pertukaran zat yang efisien antara hepatosit dengan darah. Selain itu, sinusoid hati juga mengandung makrofag yang disebut sebagai sel Kupffer yang terletak disisi luminal sel endotel. Hepatosit mengeluarkan empedu ke dalam saluran halus disebut kanalikulis biliaris yang terletak di antara hepatosit. Kanalikulus menyatu di tepi lobulus hati di daerah porta sebagai duktus biliaris. Duktus biliaris kemudian mengalir ke dalam duktus hepatikus yang lebih besar yang embawa empedu keluar dari hati. i. Struktur apa saja yang dapat dipalpasi pada regio abdomen? 29
  • 30. Pada keadaan normal, viscera abdomen tidak bisa dipalpasi. Jika organ-organ pada abdomen dapat dipalpasi, maka terdapat gangguan atau pembesaran pada organ tersebut. Struktur yang bisa dipalpasi di regio abdomen dan cara memalpasinya Palpasi superficial berguna untuk mengidentifikasi adanya tahanan otot (muscular resistance), nyeri tekan dinding abdomen, dan beberapa organ dan masa yang superficial. Dengan tangan dan lengan dalam posisi horizontal, mempergunakan ujung – ujung jari cobalah gerakan yang enteng dan gentle. Hindari gerakan yang tiba tiba dan tidak diharapkan. Secara pelan gerakkan dan rasakan seluruh kwadran. Identifikasi setiap organ atau massa, area yang nyeri tekan, atau tahanan otot yang meningkat (spasme). Gunakanlah kedua telapak tangan, satu diatas yang lain pada tempat yang susah dipalpasi. ( contoh, pada orang gemuk). Palpasi dalam dibutuhkan untuk mencari massa dalam abdomen. Dengan menggunakan permukaan palmaris dari jari-jari anda, lakukanlah palpasi diseluruh kwadran untuk mengetahui adanya massa, lokasi, ukuran, bentuk, mobilitas terhadap jaringan sekitarnya dan nyeri tekan. 1. Penilaian adanya iritasi peritoneum Nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen, terutama bila disertai dengan spasme otot dinding perut akan menyokong adanya inflamasi dari peritoneum parietal. Tentukan lokasinya secara akurat dan tepat. Sebelum melakukan palpasi, suruh pasien batuk dan menunjukkan dengan satu jari lokasi nyeri tersebut, kemudian palpasi tempat tersebut secara jentel. Dan carilah adanya nyeri tekan lepas. Caranya dengan menekankan jari-jari secara lambat pada dinding perut, kemudian tiba- tiba dilepaskan. Bila waktu jari tangan dilepaskan menyebabkan nyeri yang tidak hanya nyeri tekan, maka disebut nyeri lepas positif. 2. Palpasi Hepar / Hati Letakkan tangan kiri anda dibawah dan dorong setinggi iga 11 dan 12 pada posisi pasien tidur telentang. Suruh pasien relak. Dengan cara menekan tangan kiri kearah depan maka hepar akan mudah diraba dengan tangan kanan dianterior. Letakkan tangan kanan pada perut sebelah kanan, lateral dari muskulus rektus dengan ujung jari dibawah dari batas pekak hepar. Posisikan jari-jari ke arah cranial atau obliq, tekanlah ke bawah dan ke atas. Suruh pasien mengambil nafas dalam. Usahakan meraba hepar pada ujung jari karena hepar akan bergerak ke caudal. Jika kamu telah merabanya, lepaskan tekanan palpasi sehingga hepar dapat bergeser dibawah jari-jari anda dan anda akan dapat meraba permukaan anterior dari hepar ( gambar 7). Pinggir hepar normal teraba lunak, tajam, dan rata. Hitunglah pembesaran hepar dengan menggunakan jari-jari pemeriksa: • jarak antara arkus kostarum dengan pinggir hepar terbawah • antara prosesus xyphoideus dengan pinggir hepar terbawah Cara lain meraba hepar dengan metode “Teknik hooking” (gambar 7). Caranya berdiri pada sebelah kanan pasien. Letakkan kedua tangan pada perut sebelah kanan, dibawah dari pinggir pekak hepar. Tekankan dengan jari-jari mengarah ke atas dan pinggir costa. Suruh pasien bernafas abdomen dalam, akan teraba hati. 3. Palpasi limpa 30
  • 31. Dalam menentukan pembesaran limpa secara palpasi, teknik pemeriksaannya tidak banyak berbeda dengan palpasi hati. Pada keadaan normal limpa tidak teraba. Limpa membesar mulai dari lengkung iga kiri, melewati umbilikus sampai regio iliaka kanan. Seperti halnya hati, limpa juga bergerak sesuai dengan gerakan pernapasan. Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilikus di garis tengah abdomen, menuju ke lengkung iga kiri. Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan garis Schuffner (disingkat dengan ’S’), yaitu garis yang dimulai dari titik lengkung iga kiri menuju ke umbilikus dan diteruskan sampai ke spina iliaka anterior superior (SIAS) kanan. Garis tersebut dibagi menjadi 8 bagian yang sama yaitu S1 sampai dengan S8. Palpasi limpa dapat dipermudah dengan cara memiringkan penderita 450 ke arah kanan (ke arah pemeriksa). Setelah tepi bawah limpa teraba, kemudian dilakukan deskripsi pembesarannya. Untuk meyakinkan bahwa yang teraba tersebut adalah limpa, maka harus diusahakan meraba insisuranya. Letakkan tangan kiri anda dibawah dari arkus kostarum kiri pasien, dorong dan tekan kearah depan. Dengan tangan kanan dibawah pinggir costa, tekan kearah limpa. Mulailah palpasi pada posisi limpa yang membesar. Suruh pasien nafas dalam kemudian usahakan meraba puncak atau pinggir dari limpa karena limpa turun mengenai ujung jari. Catatlah adanya nyeri tekan, nilai contour dari limpa dan ukur jarak antara titik terendah dari limpa dengan pinggir costa kiri. Gambar 18. Palpasi Hepar teknik mengkait ( Hooking technic ) 31
  • 32. Gambar 19. Gambar Palpasi limpa Gambar 20. Pemeriksaan Bimanual Ginjal 4. Palpasi Ginjal a. Ginjal kanan Letakkan tangan kanan dibawah dan paralel dengan iga 12 dengan ujung jari menyentuh sudut costovertebral. Angkat dan dorong ginjal kanan kearah anterior. Letakkan tangan kanan secara gentle di kwadrant kanan atas sebelah lateral dan paralel dengan muskulus rektus. Suruh pasien bernafas dalam. Saat pasien dipuncak inspirasi, tekan tangan kanan cepat dan dalam ke kwadrant kanan atas dibawah pinggir arcus costarum dan ginjal kanan akan teraba diantara- antara tangan. 32
  • 33. Suruh pasien menahan nafas. Lepaskan tekanan tangan kanan secara pelan-pelan dan rasakan bagaimana ginjal kanan kembali ke posisi semula dalam ekpirasi. Jika ginjal kanan teraba tentukan ukuran, contour, dan adanya nyeri tekan. b. Ginjal kiri Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah ke sebelah kiri pasien. Gunakan tangan kanan untuk mendorong dan mengangkat dari bawah, kemudian gunakan tangan kiri menekan kwadrant kiri atas. Lakukan seperti sebelumnya. Pada keadaan normal ginjal kiri jarang teraba. c. Nyeri tekan ginjal Nyeri tekan ginjal mungkin ditemui saat palpasi abdomen, tetapi juga dapat dilakukan pada sudut costovertebrae. Kadang- kadang penekanan pada ujung jari pada tempat tersebut cukup membuat nyeri, dan dapat pula ditinju dengan permukaan ulnar kepalan tangan kanan dengan beralaskan volar tangan kiri ( fish percussion). Gambar 21. Nyeri ketok ginjal a. Proccessus xiphoideus Proccessus xiphoideus mudah diraba pada lekukan dimana arcus costalis bertemu dangan bagian atas dinding anterior abdomen. b. Arcus costalis Merupakan pinggir bawah dinding thorax yang melengkung dan dibentuk di depan oleh cartilago costalis XII, VIII, IX, dan X. c. Crista iliaca Crista iliaca dapat diraba seluruh panjangnya dan berakhir di depan pada spina iliaca anterior superior dan dibelakang pada spina iliaca posterior superior. 33
  • 34. d. Symphysis pubicum Symphysis pubicum dirasakan sebagai struktur padat di bawah kulit di garis tengah pada bagian bawah dinding anterior abdomen. e. Hepar Pada orang dewasa yang kurus, pinggir bawah hepar mungkin teraba satu jari di bawah arcus costalis. Hepar mudah diraba jika pasien inspirasi dalam dan diaphragma berkontraksi dan menekan hepar kebawah. f. Lien Pada bayi, kutub bawah lien sedikit teraba g. Ginjal Kutub bawah ginjal mungkin teraba di regio lumbalis kanan pada akhir respirasi dalam dari orang dengan otot-otot abdomen yang tidak berkembang dengan baik. h. Colon ascendens dan descendens Dapat dipalpasi melalui dinding anterior abdomen. j. Bagaimana mekanisme perut membesar, splenomegali (schuffner 2), caput medussae, shifting dullness, kaki yang membengkak, dan palmar eritema pada pasien sirosis hati? a. Kondisi perut yang membesar pada penderita sirosis hati biasa dikenal dengan sebutan asites. Asites merupakan penimbunan cairan di dalam peritoneum akibat hipertensi portal, hipoalbuminea, meningkatnya pembentukan dan aliran limfe hati, retensi natrium, dan gangguan ekskresi air. Tertimbunnya cairan ini merupakan manifestasi dari kelebihan garam/natrium dan air secara total dalam tubuh. Ada beberapa teori yang menerangkan patofisiologi asites transudasi, yaitu underfilling, overfilling, dan peripheral vasodilatation. Di antara teori tersebut, dua di antaranya masih dianggap tidak valid dikarenakan tidak ada penjelasan mendetail, tetapi teori vasodilatasi perifer dianggap benar. Menurut teori ini, faktor pathogenesis pembentukan asites yang amat penting adalah hipertensi porta yang disebut sebagai factor lokal dan gangguan fungsi ginjal yang sering disebut factor sistemik yang diakibatkan oleh vasokontriksi dan fibrotisasi sinusoid terjadi peningkatan resistansi sistem porta. Peningkatan resistensi ini diimbangi vasodilatasi splanchnic bed menyebabkan hipertensi porta menetap. Hipertensi porta kemudian akan meningkatkan tekanan transudasi terutama di sinusoid dan selanjutnya di kapiler usus. Transudat terkumpul di rongga peritoneum, vasodilator endogen yang dicurigai berperan adalah glucagon, nitric oxide, calcitonic gene related peptide, endotelin, prostaglandin, substansi A, factor natriuretik atrial, enkefalin, dan tumor necrosis factor. Vasodilator endogen pada saatnya akan memengaruhi sirkulasi arterial sistemik. Tubuh akan meningkatkan aktifitas system saraf simpatis, system rennin 34
  • 35. angiotensin aldosteron, dan arginin vasopressin. Akibat selanjutnya adalah peningkatan reabsorbsi air dan garam oleh ginjal dan peningkatan indeks jantung. b. Splenomegali(schuffner 2), Pada sirosis hati, aliran darah pada vena porta mengalami obstruksi, karena terjadi fibrosis hati. Keadaan seperti ini menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik vena porta dan vena splenik, sehingga menyebabkan pembesaran limpa. Pembesaran limpa akibat sirosis hati disertai penebalan local pada kapsula. Splenomegali pada sirosis dapat dijelaskan berdasarkan kongesti pasif kronis akibat aliran balik dan tekanan darah yang lebih tinggi pada vena lienalis (hampir sama pada penjelasan hipertensi portal). Tekanan balik inilah yang mendasari splenomegali. Limpa membesar jika diminta untuk melakukan pekerjaan yang berlebihan dalam menyaring atau manufaktur sel darah, jika ada aliran darah yang abnormal, atau jika diserang dengan sel abnormal. Tekanan vena limpa / penyumbatan: Darah memasuki limpa melalui arteri lienalis dan mengalir keluar melalui vena lienalis. Jika tekanan di dalam vena meningkat atau jika vena lienalis terblokir, darah tidak bisa meninggalkan limpa dan mungkin akan membengkak. Karena hubungannya ke aliran darah hati, sirosis dan obstruksi vena portal dapat menyebabkan komplikasi dengan aliran darah vena dari limpa. c. Caput Medussae. Caput medussae juga bisa terjadi akibat hipertensi portae. Pada sitem anastomosis vena sistemik dan porta, ditemukan anastomosis di dekat umbilikus yang dikenal sebagai vena paraumbilicales. Peningkatan tekanan darah pada ramus sinister vena portae hepatis, menyebabkan peningkatan tekanan darah pada vena superfisialis pada dinding anterior abdomen yang keduanya saling dihubungkan oleh vena paraumbilicales. Peningkatan tekanan darah yang terjadi kronis, menyebabkan pelebaran pembuluh darah pada veba superfisialis pada dinding abdomen anterior di sekitar umbilicus yang dikenal sebaai caput medussae. d. Shifting dullness mendeskripsikan suara pekak yang berpindah-pindah saat perkusi akibat adanya cairan bebas di dalam rongga abdomen. Cairan tersebut disebut asites yang disebabkan oleh hipertensi portal dan/atau hipoalbuminea. e. Kaki membengkak (Edema tungkai) Akibat dari sirosis hati yang cukup parah, sinyal dikirim ke ginjal untuk menahan garam dan air dalam tubuh. Kelebihan garam dan air terakumulasi dalam jaringan di bawah kulit pergelangan kaki karena efek gravitasi ketika kaki berdiri atau duduk. Akumulasi cairan ini disebut edema. 35
  • 36. f. Palmar Eritema, Thenar dan hipothenar telapak tangan berwarna merah karena perubahan metabolism hormone estrogen. Oleh karena dapat dijumpai pada wanita hamil, hipertiroidisme, dan keganasan hematologi, maka tanda ini dianggap kurang spesifik. 4. Dokter menyatakan bahwa Tn. Budi menderita cirrhosis hepatis. a. Bagaimana fisiologi hepar? Hati/ hepar adalah organ terbesar dalam tubuh, unit fungsional hati adalah lobules hati dimana hati manusia mengandung 50.000-100.000 lobulus. Lobules ini terbentuk mengelilingi sebuah vena sentralis dan dibentuk oleh banyak lempeng sel. Hati memiliki berbagai fungsi, yang pertama yaitu sebagai penyimpanan darah. Sejumlah besar darah dapat disimpan di dalam pembuluh darah hati. Volume darah normal pada hati, baik di vena ataupun jaringannya sekitar 450 ml. Bila tekanan tinggi di dalam atrium kanan menyebabkan tekanan balik dalam hati, hati meluas dan oleh karena itu 0,5 sampai 1 liter cadangan darah terkadang disimpan di dalam vena dan sinus hepatica. Bisa kita simpulkan bahwa hati adalah organ terbesar yang mampu bekerja sebagai tempat penampungan darah di saat volume darah berlebih dan mampu bekerja ekstra menyuplai darah di saat kekurangan volume darah. Fungsi berikutnya dari hati yaitu metabolisme, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Mekanisme dari metabolism karbohidrat yaitu penyimpanan glikogen memungkinkan hati mengambil kelebihan glukosa dari darah, menyimpannya, dan mengembalikannya lagi ke darah bila darah membutuhkan glukosa di saat konsentrasi glukosa di darah menurun. Kemudian pada metabolisme lemak, hati juga mampu memberikan fungsi oksidasi asam lemak untuk menyuplai energy di mana lemak akan dipecah menjadi gliserol kemudian bekerja dengan pengaruh asetil-KoA. Fungsi yang lain yaitu sintesis, sekitar 80 % kolesterol yang disintesis dalam hati diubah menjadi garam empedu yang akan disekresikan lagi ke empedu. Sisa dari hasil tersebut akan diangkut dalam lipoprotein dan dibawa oleh darah ke semua sel jaringan tubuh. Begitupun dengan fosfolipid yang disintesis oleh hati sama halnya seperti kolesterol. Metabolisme selanjutnya yaitu protein yang pada dasarnya semua protein plasma kecuali bagian dari gammaglobulin akan dibentuk oleh sel hati yang kira-kira bias menghasilkan 90% dari semua protein plasma. Sisa gamma globulin adalah antibody yang dibentuk terutama oleh sel plasma dalam jaringan limfe tubuh. Fungsi hati yang lain yaitu untuk deaminasi asam amino dan pembentukan ureum untuk mengeluarkan ammonia dari cairan tubuh. Fungsi hati yang juga penting adalah sekresi empedu, yang berhubungan dengan system digestif. Empedu penting untuk absorbs lemak dan mengeluarkan beberapa produk buangan yang penting dari darah, meliputi bilirubin, suatu produk akhir dari penghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol. Empedu disekresikan melalui dua tahap, yaitu bagian awal disekresikan oleh sel hepatocyte yang kemudian disekresikan ke dalam kanalikuli biliaris kecil yang letaknya di antara sel-sel hati. Tahap kedua adalah empedu dari kanalikuli mengalir menuju septa interlobularis ke duktus biliaris termina kemudian secara progresif ke duktus yang lebih besar yang 36
  • 37. pada akhirnya mencapai duktus hepatikus dan duktus biliaris komunis. Selain semua fungsi diatas, hati juga memiliki fungsi lain seperti penimbunan vitamin, besi, dan tembaga serta detoksifikasi sejumlah zat endogen dan eksogen. b. Bagaimana patofisiologi cirrhosis hepatis? Hati/ hepar adalah organ terbesar dalam tubuh, unit fungsional hati adalah lobules hati dimana hati manusia mengandung 50.000-100.000 lobulus. Lobules ini terbentuk mengelilingi sebuah vena sentralis dan dibentuk oleh banyak lempeng sel. Hati memiliki berbagai fungsi, yang pertama yaitu sebagai penyimpanan darah. Sejumlah besar darah dapat disimpan di dalam pembuluh darah hati. Volume darah normal pada hati, baik di vena ataupun jaringannya sekitar 450 ml. Bila tekanan tinggi di dalam atrium kanan menyebabkan tekanan balik dalam hati, hati meluas dan oleh karena itu 0,5 sampai 1 liter cadangan darah terkadang disimpan di dalam vena dan sinus hepatica. Bisa kita simpulkan bahwa hati adalah organ terbesar yang mampu bekerja sebagai tempat penampungan darah di saat volume darah berlebih dan mampu bekerja ekstra menyuplai darah di saat kekurangan volume darah. Fungsi berikutnya dari hati yaitu metabolisme, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Mekanisme dari metabolism karbohidrat yaitu penyimpanan glikogen memungkinkan hati mengambil kelebihan glukosa dari darah, menyimpannya, dan mengembalikannya lagi ke darah bila darah membutuhkan glukosa di saat konsentrasi glukosa di darah menurun. Kemudian pada metabolisme lemak, hati juga mampu memberikan fungsi oksidasi asam lemak untuk menyuplai energy di mana lemak akan dipecah menjadi gliserol kemudian bekerja dengan pengaruh asetil-KoA. Fungsi yang lain yaitu sintesis, sekitar 80 % kolesterol yang disintesis dalam hati diubah menjadi garam empedu yang akan disekresikan lagi ke empedu. Sisa dari hasil tersebut akan diangkut dalam lipoprotein dan dibawa oleh darah ke semua sel jaringan tubuh. Begitupun dengan fosfolipid yang disintesis oleh hati sama halnya seperti kolesterol. Metabolisme selanjutnya yaitu protein yang pada dasarnya semua protein plasma kecuali bagian dari gammaglobulin akan dibentuk oleh sel hati yang kira-kira bias menghasilkan 90% dari semua protein plasma. Sisa gamma globulin adalah antibody yang dibentuk terutama oleh sel plasma dalam jaringan limfe tubuh. Fungsi hati yang lain yaitu untuk deaminasi asam amino dan pembentukan ureum untuk mengeluarkan ammonia dari cairan tubuh. Fungsi hati yang juga penting adalah sekresi empedu, yang berhubungan dengan system digestif. Empedu penting untuk absorbs lemak dan mengeluarkan beberapa produk buangan yang penting dari darah, meliputi bilirubin, suatu produk akhir dari penghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol. Empedu disekresikan melalui dua tahap, yaitu bagian awal disekresikan oleh sel hepatocyte yang kemudian disekresikan ke dalam kanalikuli biliaris kecil yang letaknya di antara sel-sel hati. Tahap kedua adalah empedu dari kanalikuli mengalir menuju septa interlobularis ke duktus biliaris termina kemudian secara progresif ke duktus yang lebih besar yang pada akhirnya mencapai duktus hepatikus dan duktus biliaris komunis. Selain semua fungsi diatas, hati juga memiliki fungsi lain seperti penimbunan vitamin, besi, dan tembaga serta detoksifikasi sejumlah zat endogen dan eksogen. 6B. Bagaimana patofisiologi cirrhosis hepatis? 37
  • 38. Berdasarkan skenario A tuan Budi, jenis sirosis yang diderita adalah Laennec Cirrhosis/Sirosis Laennec, dilihat dari riwayat kebiasaan Budi yang mengkonsumsi alcohol. Perubahan pertama pada hati yang ditmbulkan alcohol adalah akumulasi lemak secara bertahap di dalam sel hati (infiltrasi lemak). Para ahli setuju bahwa minuman beralkohol menimbulkan efek toksik langsung terhadap hati. Akumulasi lemak mencerminkan adanya sejumlah gangguan metabolic yang mencakup pembentukan trigliserida secara berlebih pada tubuh, menurunnya jumlah pengeluaran trigliserid dari hati, serta menurunnya oksidasi asam lemak pada hati. Secara makroskopis hati membesar, rapuh, tampak berlemak, dan mengalami gangguan fungsional akibat dari akumulasi lemak tersebut. Selain itu, pasien juga dapat mengalami malnutrisi termasuk vitamin A, asam folat, dan sebagainya. Sebenarnya mekanisme cedera hati alkoholik ini masih belum pasti,diperkirakan mekanisme yang terjadi adalah : 1. Hipoksia sentrilobular, metabolism asetaldehid etanol meningkatkan konsumsi oksigen lobular, menyebabkan terjadi hipoksemia relative dan cedera pada sel yang jauh dari aliran darah yang teroksigenasi. 2. Infiltrasi/ aktivitas neutrofil, terjadi pelepasan chemoattractans neutrofil oleh hepatosit yang memetabolisme etanol, cedera jaringan dapat terjadi dari neutrofil dan hepatosit yang melepaskan intermediet oksigen reaktif, protease, dan sitokin. 3. Formasi acetal-dehyde protein adducts mengambil peran sebagai neoantigen dan menghasilkan limfosit yang tersensitiasi juga antibody spesifik yang menyerang hepatosit pembawa antigen tersebut. 4. Pembentukan radikal bebas oleh jalur alternative metabolisme etanol atau bias disebut system yang mengoksidasi enzim mikrosomal. 38
  • 39. VI. Keterkaitan Antarmasalah VII. Learning Issue What I What I have How I No LI What I don’t know know to prove Learn 1. Struktur Organ- 1. Struktur Anatomi Hepar Internet, Anatomi organ 2. Struktur Anatomi Traktus jurnal, text Traktus traktus Digestivus book, pakar Digestivus digestivus 3. Struktur Anatomi dan dan Kelenjar Aksesorius Selain Kelenjar kelenjar Hepar Aksesorius aksesorius 2 Struktur 1. Struktur Histologi Hepar Histologi 2. Struktur Histologi Umum Traktus Traktus Digestivus Digestivus 3. Struktur Histologi dan Kelenjar Aksesorius Selain 39
  • 40. Kelenjar Hepar Aksesorius 3 Cirrhosis 1. Patologi Cirrhosis Hepatis 1. Gejala klinis Hepatis 2. Patohistologi Cirrhosis cirrhosis Hepatis hepatis 3. Patofisiologi Cirrhosis 2. Hubungan Hepatis riwayat penyakit hepatitis B terhadap cirrhosis hepatis VIII. Sintesis Masalah 1. Anatomi dan Histologi Traktus Digestivus dan Kelenjar Aksesorius Traktus Digestivus Traktus digestivus terdiri dari: Cavum Oris Merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan juga sistem pernafasan. Cavum oris dibatasi oleh m. Mylohyoideus pada bagian inferior, palatum durum dan palatum molle pada bagian superior, pipi pada lateral, dan labium oris pada anterior. Cavum oris dibagi dalam vestibulum oris (bagian antara bibir dan pipi di sebelah luar dengan gusi dan gigi geligi di sebelah dalam) dan cavitas oris propria yang terletak di dalam arcus alveolaris, gusi, dan gigi-geligi (incivus medial, incivus lateral, caninus, premolar pertama, premolar kedua, molar pertama, dan molar kedua). Selain itu, di bagian dasar dari cavum oris terdapat lidah yang ditutupi oleh membran mukosa dimana 2/3 bagian anteriornya terletak di dalam mulut dan 1/3 bagian posteriornya terletak di pharynx. Pada permukaan atas 2/3 bagian anterior lidah terdapat 3 jenis papilla yakni filiformis, fungiformis, dan circumvalata. Bagian atap cavum oris dipersarafi oleh n. palatina major dan n. nasopalatinus yang serabut serabut sarafnya berjalan di dalam n. maxillaris. Bagian dasar di persarafi oleh n. lingualis yang merupakan cabang dari n. mandibularis. Sedangkan bagian lateral (pipi) di persarafi oleh n. buccalis yang merupakan cabang dari n. mandibularis. Vaskularisasi cavum oris Vaskularisasi gigi 40
  • 41. Arteri alveolaris superior dan arteri alveolaris inferior yang merupakan cabang arteri maxillaries. Vena yang sesuai dengan nama arteri mengikuti peredaran arteri tersebut Vaskularisasi palatum Arteria palatina major yang merupakan cabang arteria palatina descendens. Arteria palatina minor mengadakan anastomosis dengan arteri palatina ascendens. Vena pada palatum di beri nama sesuai nama arteri dan mengiringi cabang-cabang arteri maxillaries anak cabang plexus pterygoideus. Vaskularisasi Lingua Lidah mendapat darah dari a. Lingualis, ramus tonsilaris a. Facialis, dan a. Pharyngea ascendens. Sedangkan vena-venanya bermuara ke dalam v. Jugularis interna Pharynx Pharynx terletak di belakang cavum nasi, mulut, dan larynx. Bentuknya mirip corong dengan bagian atasnya yang lebar terletak di bawah cranium dan bagian bawahnya yang sempit dilanjutkan sebagai oesophagus. Secara garis besar, pharynx dibagi menjadi 3 bagian yakni nasopharynx, oropharynx, dan laryngopharynx. Vaskularisasi pharynx berasal dari cabang-cabang a. Pharyngea ascendens, a. Palatina ascendens, a. Facialis, a. Maxillaris, dan a. Lingualis. Venanya bermuara ke plexus venosus pharyngeus yang kemudian bermuara ke v. Jugularis interna. Inervasi pharynx berasal dari plexus pharyngeus yang dibentuk oleh cabang- cabang n. glossopharyngeus, n. vagus, dan n. symphaticus. Persarafan pharynx ini dibagi menjadi 2 yakni persarafan motorik yang berasal dari pars cranialis n. acessorius yang berjalan melalui cabang n. vagus menuju plexus pharyngeus dan persarafan sensorik yang berasal dari n. maxillaris (nasopharynx), n. glossopharyngeus (oropharynx) dan n. ramus laryngeus internus n. vagus (laryngopharynx). Oesophagus Oesophagus merupakan struktur berbentuk tabung yang berjalan melalui diafragma setinggi vertebra thoracica X untuk bersatu dengan gaster. Di dalam leher, oesophagus terletak di depan columna vertebralis; di lateral dibatasi oleh lobus glandula thyroidea; di anterior berhubungan dengan trachea dan nervus laryngeus recurrens. Di dalam thorax, oesophagus berjalan ke bawah dan kiri melalui mediastinum superior dan kemudian mediastinum posterior. Pada setinggi angulus sterni, arcus aorta mendorong oesophagus ke arah garis tengah. Pada bagian distal oesophagus terdapat sphincter gastrooesophagea yang merupakan lapisan sirkular otot 41
  • 42. polos yang berperan untuk mencegah isi lambung mengalami regurgitasi ke dalam oesophagus. Sepertiga atas oesophagus diperdarahi oleh arteria thyroidea inferior, sepertiga tengahnya oleh cabang aorta thoracica, sepertiga bawahnya oleh cabang arteria gastrica sinistra. Vena-vena dari sepertiga bagian atas mengalir ke vena thyroidea inferior dan sepertiga bagian tengah ke vena azygos, dan sepertiga bagian bawah ke vena gastrica sinistra (cabang vena porta). Oesophagus dipersarafi oleh serabut eferen dan aferen parasimpatis dan simpatis melalui nervus vagus dan truncus symphaticus. Pada bagian bawah dalam perjalanannya di rongga thorax oesophagus dikelilingi oleh plexus oesophagus. Gaster Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah arcus costalis sinistra sampai regio epigastrica dan umbicalis. Secara kasar, gaster berbentuk huruf J dan mempunyai dua lubang (ostium cardiacum dan ostium pyloricum); dua curvatura (curvatura major dan curvatura minor); dua dinding (paries anterior dan paries posterior). Gaster dibagi menjadi bagian-bagian berikut yakni: a. Fundus gastricum, berbentuk kubah, menonjol ke atas dan terletak di sebalh kiri ostium cardiacum dan biasanya berisi udara. b. Corpus gastricum, terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura angularis, suatu lekukan yang selalu ada pada bagian bawah curvatura minor. c. Anthrum pyloricum, terbentang dari incisura angularis sampai pylorus. d. Pylorus, bagian gaster yang berbentuk tubular. Vaskularisasi gaster berasal dari cabang truncus coeliacus: a. Arteri gastrica sinistra, berjalan ke atas dan ke kiri untuk mencapai oesophagus kemudian turun sepanjang curvatura minor gaster. Arteri ini memperdarahi sepertiga bawah oesophagus dan bagian kanan gaster. b. Arteri gastrica dextra, cabang dari a. Hepatica communis. Arteri ini berjalan ke kiri sepanjang curvatura minor. Arteri ini mendarahi bagian kana bawah gaster. c. Arteri gastricae breves, berasal dari a. Lienalis. Arteri ini berjalan ke depan di dalam ligamentum gastrosplenicum untuk mendarahi fundus. d. Arteri gastroomentalis sinistra, berasal dari a. Splenica. Arteri ini berjalan ke depan di dalam ligamentum gastrolienale untuk mendarahi gaster sepanjang bagian atas curvatura major. 42
  • 43. e. Arteri gastroomentalis dextra, berasal dari arteria gastroduodenalis yang merupakan cabang arteri hepatica communis. Arteri ini berjalan ke kiri dan mendarahi gaster sepanjang bagian bawah curvatura major. f. Vena gastrica sinistra dan dextra bermuara ke vena partae hepatis g. Venae gastricae breves dan vena gastroomentalis sinistra bermuara ke vena lienalis. h. Vena gastroomentalis dextra bermuara ke vena mesenterica superior. Inervasi simpatis gaster berasal dari plexus coeliacus dan parasimpatisnya berasal dari serabut-serbaut nervus vagus dextra dan sinistra. Truncus vagalis anterior yang berasal dari nervus vagus sinistra, memasuki abdomen pada permukaan anterior oesophagus. Truncus ini mempersarafi bagian anterior gaster. Truncus vagalis posterior berasal dari nervus vagus dextra memasuki abdomen pada permukaan posterior oesophagus. Serabut motoris dari sistem simpatis da serabut inhibitor dari nervus vagus mempersarafi m. Sphincter pyloricus. Duodenum Duodenum merupakan saluran berbentuk huruf C yang menghubungkan gaster dengan jejunum. Duodenum adalah organ penting karena merupakan tempat muara dari ductus choledochus dan ductus pancreaticus. Duodenum dibagi menjadi 4 bagian utama yakni: Pars superior duodenum Pars superior duodenum ini berjalan mulai dari pylorus terus ke atas dan belakang pada sisi kanan vertebra lumbalis I. Jadi bagian ini terletak pada planum transpyloricum. Pars descendens duodenum Pars descendens berjalan vertikal ke bawah di depan hilum renale dextra, disebelah kanan vertebrae lumbales II dan III. Kira-kira pertengahan arah ke bawah pada margo medialis, ductus choledochus dan ductus pancreaticus menembus dinding duodenum. Kedua ductus ini bergabung membentuk ampula hepatopancreatica yang akan bermuara pada papilla duodeni major. Sedangkan ductus pancreaticus acessorius akan bermuara ke dalam duodenum sedikit lebih tinggi yakni pada papilla duodeni minor. Pars horizontalis duodenum Pars horizontalis ini berjalan horizontal ke kiri pada planum subcostale, berjalan di depan columna vertebralis dan mengikuti pinggir bawah caput pancreatis. Pars ascendens duodenum 43
  • 44. Pars ascendens duodenum ini berjalan ke atas dan ke kiri flexura duodenojejunalis. Flexura ini difiksasi oleh lipatan peritoneum, ligamentum Treitz yang melekat pada crus dextrum diaphragma. Setengah bagian atas duodenum diperdarahi arteri pancreaticoduodenalis superior (cabang arteri gastroduodenalis). Setengah bagian bawah diperdarahi oleh arteri pancreaticoduodenalis inferior (cabang dari arteri mesenterica superior). Jejunum dan Ileum Jejunum dimulai dari duodenojejunalis dan ileum berakhir pada junctura ileocaecalis. Lengkung jejunum dan ileum dapat bergerak dengan bebas dan melekat pada dinding posterior abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang dikenal sebagai mesenterium. Radix mesenterii ini memungkinkan keluar masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesenterica superior, pembuluh limf, serta saraf-saraf ke dalam ruangan di antara kedua lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium. Berikut perbedaan antara jejunum dan ileum: 44
  • 45. Tabel 3. Perbedaan Jejenum dan Ileum Jejunum dan ileum diperdarahi oleh cabang-cabang arteri mesenterica superior. Cabang-cabang intestinal berasal dari sisi kiri arteri dan berjalan di dalam mesenterium untuk mencapai usus. Pembuluh ini beranastomosis satu dengan yang lainnya untuk membentuk arcade. Bagian paling bawah ileum diperdarahi oleh arteri ileocolica. Venae yang memperdarahi jejunum dan ileum berasal dari cabang-cabang vena mesenterica superior. Keduanya dipersarafi oleh saraf-saraf yang berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) plexus mesentericus superior. 4. Intestinum crassum Caecum Caecum terletak di perbatasan ileum dan intestinum crassum. Caecum terletak pada fossa iliaca dextra. Arteri caecalis anterior dan posterior membentuk arteri ileocolica (cabang arteri mesenterica superior) memperdarahi caecum. Caecum dipersarafi oleh n. vagus yang membentuk plexus mesentericus superior. Appendix vermiformis Appendix vermiformis mengandung banyak jaringan limfoid. Appendix ini melekat pada permukaan posteromedial caecum. Arteri caecalis posterior memberikan cabangnya kepada arteri appendicularis yang memperdarahi appendix vermiformis. Inervasinya dari cabang n. vagus dari plexus mesentericus superior. Colon ascendens Colon ascendens membentang ke atas dari caecum sampai permukaan inferior lobus hepatis dexter lalu membelok ke kiri membentuk flexura coli dextra dan melanjutkan diri sebagai colon transversum. Colon ascendens mendapat suplai darah dari arteri ileocolica dan arteri colica dextra (cabang-cabang arteri mesenterica superior). Colon ini dipersarafi oleh n. vagus dari plexus mesentericus superior. 45
  • 46. Colon transversum Colon ini berjalan menyilang abdomen, menempati regio umbicalis. Colon transversum mulai dari flexura coli dextra dan tergantung ke bawah oleh mesocolon transversum dari pancreas. Kemudian berjalan ke atas sampai flexura coli sinistra di bawah lien. Dua pertiga bagian proksimal colon ini diperdarahi oleh arteri colica media (cabang arteri mesenterica superior). Sepertiga distalnya diperdarahi oleh arteri colica sinistra (cabang arteri mesenterica inferior). Colon transversum dipersarafi oleh saraf simpatis dan nervus vagus melalui plexus mesentericus superior pada bagian dua pertiga proksimal. Sedangkan sepertiga distalnya oleh saraf simpatis dan parasimpatis nervi splanchnici pelvici melalui plexus mesentericus inferior. Colon descendens Colon ini terletak di kuadran kiri atas dan bawah dan berjalan ke bawah dari flexura coli sinistra sampai pinggir pelvis, disini ia melanjutkan diri sebagai colon sigmoideum. Arteri colica sinistra dan arteriae sigmoideae yang merupakan cabang arteri mesenterica inferior memperdarahi colon ini. Sedangkan inervasinya dari saraf simpatis dan parasimpatis nervi splanchinici pelvici melalui plexus mesentericus inferior. Colon sigmoideum Colon ini terletak di depan apertura pelvis superior. Colon ini mudah bergerak dan tergantung ke bawah masuk ke dalam cavitas pelvis dalam bentuk lengkungan.arteri sigmoideae yang merupakan cabang dari arteri mesenterica inferior memperdarahi colon ini. Sedangkan saraf simpatis dan parasimpatis dari plexus hypogastricus inferior mempersarafi colon ini. 5. Rectum Rectum berawal di depan vertebra sacralis III sebagai lanjutan colon sigmoideum dan berjalan ke bawah mengikuti lengkung os sacrum dan coccygis serta berakhir di depan ujung coccygis dengan menembus diafragma pelvis dan melanjutkan diri jadi canalis analis. Bagian bawah rectum yang melebar membentuk ampulla recti. rectum di vaskularisasi oleh a. Rectalis superior, a. Rectalis media, a. Rectalis inferior serta dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari plexus hypogastricus inferior. Anastomosis Portal – Sistemik Vena Portae Hepatis Dalam keadaan normal, darah di dalam vena portae hepatis melewati hati dan masuk ke vena cava inferior, yang merupakan sirkulasi vena sistemik melalui venae hepaticae. Rute ini 46