Dokumen tersebut membahas mengenai pengawasan kesehatan kerja yang mencakup pengertian, dasar hukum, ruang lingkup, pelayanan kesehatan kerja, pemeriksaan kesehatan tenaga kerja, dan penyakit akibat kerja. Secara ringkas, dokumen tersebut membahas tentang upaya jaminan dan perlindungan kesehatan bagi pekerja dalam rangka menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat.
1. • Pengertian
• Dasar Hukum
• Ruang Lingkup
• Pelayanan Kesehatan Kerja
• Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
• Penyakit Akibat Kerja
Pengawasan Kesehatan Kerja
2. Pengertian
Pengawasan Kesehatan Kerja:
Serangkaian kegiatan pengawasan dan semua tindakan
yang dilakukan pegawai pengawas ketenagakerjaan
untuk pemenuhan pelaksanaan perundang-undangan
atas objek pengawasan kesehatan kerja
Kesehatan Kerja:
Promosi dan pemeliharaan derajat setinggi-tingginya
kesehatan fisik, mental, dan sosial pekerja pada semua
pekerjaan, pencegahan gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi kerja, perlindungan pekerja dari
risiko akibat faktor yang mengganggu kesehatan,
penempatan dan pemeliharaan pekerja pada lingkungan
kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan
psikologisnya penyesuaian pekerjaan pada manusia
dan setiap manusia pada pekerjaannya
3. Objek Pengawasan Kesehatan Kerja
A. Pelayanan kesehatan kerja
B. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
C. Pertolongan pertama pada kecelakaan
D. Gizi kerja dan penyelenggaraan makanan
E. Ergonomi
4. Dasar Hukum
Undang – undang
1. Undang – undang No 1 th 1970 tentang Keselamatan
Kerja
Pasal 2: ruang lingkup
Pasal 3: syarat keselamatan kerja, antara lain:
Memberi pertolongan pada kecelakaan
Memberi alat pelindung diri
Mencegah dan mengendalikan timbul atau
menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap,
uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara
dan getaran
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat
kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi, dan
penularan
5. Dasar Hukum
Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan kerja, dan proses kerjanya
Pasal 5: pengawasan
Pasal 8: pengawasan
Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental, dan
kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya
maupun yang akan dipindahkan sesuai dengan sifat
pekerjaan yang akan diberikan kepadanya
Memeriksakan kesehatan dari semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya secara berkala pada dokter
yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur
6. Dasar Hukum
Pasal 9: pembinaan
Pasal 11: kecelakaan
Pasal 12: kewajiban dan hak tenaga kerja
Pasal 14: kewajiban pengurus
2. Undang – undang No 3 th 1992 tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja
Pasal 6 ayat 1, ruang lingkup programnya:
A. Jaminan kecelakaan kerja
B. Jaminan kematian
C. Jaminan hari tua
D. Jaminan pemeliharaan kesehatan
7. Dasar Hukum
Peraturan Pemerintah dan Keppres
1. PP No 14 th 1993 tentang Jamsostek
2. Keppres RI No 22 th 1993 tentang Penyakit yang
timbul karena hubungan kerja
Peraturan Menteri
1. Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No 7 th
1964 tentang Syarat kesehatan, kebersihan, serta
penerangan dalam tempat kerja
Memuat ketentuan tentang:
Menghindarkan bahaya keracunan
Penularan penyakit atau timbulnya penyakit
8. Dasar Hukum
Memajukan kebersihan dan ketertiban
Mendapat suhu yang layak dan peredaran udara yang
cukup
Menghindarkan gangguan debu, gas, uap, dan bauan yang
tidak menyenangkan
Penanggulangan sampah
Persyaratan kakus
Kebutuhan tempat penyimpanan pakaian
dll
9. Dasar Hukum
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Koperasi No Per 01/Men/1976 tentang Kewajiban Latihan
Hyperkes bagi Dokter Perusahaan
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No
Per 01/Men/1979 tentang Kewajiban Latihan Higiene
Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi
Tenaga Paramedis Perusahaan
4. Permenaker No 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja
5. Permenakertrans No Per 01/Men/1981 tentang
Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja harus dilaporkan secara tertulis
Paling lama 2 x 24 jam
Melakukan usaha – usaha preventif
Menyediakan alat pelindung diri
10. Dasar Hukum
6. Permenakertrans No Per 03/Men/1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Kerja
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per
01/Men/1998 tentang Penyelenggaraan
Pemeliharaan Kesehatan bagi Tenaga Kerja dengan
Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Keputusan Menteri
1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 333 th 1989
tentang Diagnosa dan pelaporan penyakit akibat kerja
11. Dasar Hukum
Surat Edaran dan Instruksi Dirjen
1. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No SE
01/Men/1979 tentang Pengadaan kantin dan
ruang makan
2. Surat Edaran Dirjen Binawas No SE
07/BW/1997 tentang Pengujian Hepatitis B dalam
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
3. Surat Edaran Dirjen Binawas No SE
86/BW/1989 tentang Perusahaan Katering yang
Mengelola Makanan bagi Tenaga Kerja
12. Ruang Lingkup Pengawasan
Kesehatan Kerja
Meliputi:
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja:
sarana, tenaga, organisasi
Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan tenaga
kerja (awal, berkala, khusus, dan purnabakti)
Pelaksanaan P3K
Pelaksanaan gizi kerja (pemeriksaan gizi dan
makanan bagi tenaga kerja, kantin, dan katering)
Pelaksanaan pemeriksaan, syarat ergonomi
Pelaksanaan pelaporan
14. PELAYANAN KESEHATAN KERJA
UPAYA KESEHATAN YANG BERTUJUAN :
1. MEMBANTU TENAGA KERJA DALAM PENYESUAIAN FISIK, MENTAL,
TERUTAMA PADA PEKERJAAN
2. MELINDUNGI TENAGA KERJA DARI GANGGUAN KESEHATAN AKIBAT
PEKERJAAN / LINGKUNGAN KERJA
3. MENINGKATKAN KESEHATAN, KONDISI MENTAL DAN KEMAMPUAN
FISIK TENAGA KERJA
4. MEMBERI PENGOBATAN DAN REHABILITASI PADA TENAGA KERJA
YANG SAKIT
15. TUGAS POKOK
PELAYANAN KESEHATAN KERJA
1. PEMERIKSAAN KESEHATAN
• SEBELUM / PRA KERJA
• BERKALA
• KHUSUS
2. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
• PENYESUAIAN PEKERJAAN TERHADAP TENAGA KERJA
• LINGKUNGAN KERJA
• PERLENGKAPAN SANITASI
• PERLENGKAPAN UNTUK KESEHATAN KERJA
• TENAGA KERJA YANG MEMPUNYAI KELAINAN TERTENTU
3. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
• PENYAKIT UMUM
• PENYAKIT AKIBAT KERJA (PENCEGAHAN)
16. TUGAS POKOK PELAYANAN KESEHATAN KERJA
4. PERTOLONGAN PERTAMA PADA
KECELAKAAN
5. - PENDIDIKAN KESEHATAN BAGI
TENAGA KERJA
- LATIHAN PETUGAS P3K
6. MEMBERI NASEHAT
• PERENCANAAN, PEMBUATAN TEMPAT KERJA
• PEMILIHAN APD
• GIZI, PENYELENGGARAAN MAKANAN
7. MEMBANTU REHABILITASI
8. PELAPORAN PADA PENGURUS
17. BEBERAPA PENGERTIAN
PENGURUS : Orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu
tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
DIREKTUR : Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
melaksanakan Undang-undang ini.
PEGAWAI PENGAWAS : Pegawai teknis berkeahlian khusus dari
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja.
(UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja)
18. PENYELENGGARA PELAYANAN KESEHATAN KERJA
Diselenggarakan oleh:
PENGURUS
PENGURUS dan DOKTER / PELAYANAN KESEHATAN
PENGURUS beberapa PERUSAHAAN bergabung
POLIKLINIK (Pusat Kesehatan Kerja) di perusahaan, rumah sakit
perusahaan, pelayanan kesehatan lainnya di luar perusahaan baik
pemilik pemerintah atau swasta yang mendapat tugas dari
perusahaan untuk melakukan pelayanan kesehatan kerja
PELAKSANAAN:
Dipimpin dan dijalankan oleh dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja,
dibantu oleh paramedis yang telah mengikuti training Hiperkes DOKTER
YANG DISETUJUI DIREKTUR
KUALIFIKASI DOKTER
• PELATIHAN HIPERKES
• PENGUJI / PEMERIKSA KESEHATAN TENAGA KERJA
SARANA DAN PRASARANA, antara lain:
Ruang tunggu, ruang periksa, ruang obat, laboratorium, dll
20. PEMBENTUKAN DAN CARA PENYELENGGARAAN
PELAYANAN KESEHATAN
TERGANTUNG : • JUMLAH TENAGA KERJA
• TINGKAT BAHAYA
Jumlah Tenaga
Kerja
Tingkat Bahaya
Rendah Tinggi
> 500 orang Klinik
Paramedik tiap hari
Dokter tiap hari
Klinik
Paramedik tiap hari
Dokter tiap hari
200 – 500 orang Klinik
Paramedik tiap hari
Dokter tiap 2 hari
Klinik
Paramedik tiap hari
Dokter tiap hari
100 – 200 orang Klinik
Paramedik tiap hari
Dokter tiap 3 hari
Klinik
Paramedik tiap hari
Dokter tiap 2 hari
< 100 orang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja
bergabung dengan Pengurus Perusahaan Lain
22. PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA
DASAR HUKUM :
1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Permen TK Transkop No. 01/Men/1976 tentang Kewajiban Latihan
Hyperkes bagi Dokter Perusahaan.
3. Permen TK Trans No. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan TK
dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
4. Permen TK Trans No. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
23. PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA
TUJUAN :
MENENTUKAN TINGKAT KESEHATAN YANG SESUAI DENGAN
PEKERJAAN
MENILAI KONDISI KESEHATAN TENAGA KERJA
MENDETEKSI PENGARUH PEKERJAAN / LINGKUNGAN KERJA
DATA DASAR KESEHATAN TENAGA KERJA
JENIS :
PEMERIKSAAN KESEHATAN AWAL / PRA KERJA
PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA / PERIODIK
PEMERIKSAAN KESEHATAN KHUSUS
PEMERIKSAAN KESEHATAN PURNABAKTI
24. PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA
PEMERIKSAAN KESEHATAN AWAL
SEBELUM BEKERJA
KONDISI KESEHATAN OPTIMAL
TIDAK BERPENYAKIT MENULAR
COCOK UNTUK PEKERJAAN
UNTUK PEKERJAAN TERTENTU RISIKO
PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA
MEMPERTAHANKAN KONDISI KESEHATAN
MENILAI PENGARUH PEKERJAAN / LINGKUNGAN KERJA
1 TAHUN SEKALI
25. PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA
PEMERIKSAAN KESEHATAN KHUSUS
MENILAI PENGARUH PEKERJAAN / LINGKUNGAN KERJA
TENAGA KERJA TERTENTU Kecacatan / Sakit – 2 minggu
Wanita / Cacat
> 40 tahun
KELUHAN / OBSERVASI
ASURANSI
PEMERIKSAAN KESEHATAN PURNABAKTI
DILAKUKAN 3 BULAN SEBELUM PENSIUN
UNTUK MENILAI PENGARUH PEKERJAAN TERHADAP TENAGA
KERJA
Pemeriksaan kesehatan tersebut untuk memenuhi kebutuhan:
1. Mendiagnosis dan memberikan terapi untuk tenaga kerja yang
menderita penyakit umum
2. Untuk pencegahan dan diagnosis penyakit akibat kerja dan
penentuan derajat kecacatan
26. PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA
HASIL PEMERIKSAAN
KESEHATAN AWAL
SEHAT BOLEH BEKERJA TANPA SYARAT:
BOLEH BEKERJA BERAT
BOLEH BEKERJA RINGAN
BOLEH BEKERJA DI BERBAGAI BAGIAN
MENDERITA SAKIT ATAU ADA KELAINAN
BOLEH BEKERJA PADA KONDISI KERJA TERTENTU
DITOLAK UNTUK BEKERJA, PERMANEN ATAU SEMENTARA
KESEHATAN PERIODIK/BERKALA KHUSUS DAN
PURNABAKTI
SEHAT
SAKIT
PENYAKIT UMUM
PENYAKIT AKIBAT KERJA
DIDUGA PENYAKIT AKIBAT KERJA
DOKTER • PROFESIONAL
• KOMPETEN
27. Pemeriksaan Kesehatan
Skrining kesehatan
Mengetahui potensi fungsi kesehatan organ tubuh secara
umum dengan alat deteksi yang praktis, a.l:
Health Code Analyzer
Pemeriksaan laboratorium
Spesimen darah, urin, dll
Umum/khusus:
Darah, urin rutin
Faal hati (GOT, GPT, dll)
Profil lemak
Faal ginjal (ureum, kreatinin)
Kadar gula
Penanda tumor
Khusus:
Pemeriksaan biomedik
Audiometri, spirometri
28. Skrining Kesehatan
ANALISIS POTENSI KESEHATAN ORGAN
PRAKTIS, SINGKAT, TANPA SAMPEL DARAH/URIN,
EKONOMIS
MENGGAMBARKAN MASALAH KESEHATAN “YANG
TERSEMBUNYI” (HIDDEN PROBLEMS) DAN KONDISI
YANG BERPOTENSI MENJADI MASALAH KESEHATAN
(SUB-HEALTH PROBLEMS)
AKURASI 90%
HEALTH CODE ANALYZER
29. Potensi masalah kesehatan yang dapat dibaca adalah:
Sistem Peredaran Darah Jantung dan Otak
Fungsi Pencernaan
Fungsi Hati
Fungsi Kantung Empedu
Fungsi Pankreas
Fungsi Ginjal
Fungsi Paru
Fungsi Otak
Fungsi Tulang
Potensi Penyakit Rematik
Pertumbuhan Tulang
Gula Darah
Kecukupan Mineral
Kecukupan Vitamin
Asam Amino
Koenzim
Sistem Endokrin/Hormonal
Sistem Kekebalan Tubuh
Kandungan Toksin/Racun
Kandungan Logam Berat
Kestabilan Emosi
Alergi
Kesehatan Kulit
Kesehatan Mata
Prostat (M)
Reproduksi Wanita (F)
Reproduksi Pria (M)
Payudara (F)
31. Pengertian
Penyakit akibat kerja (Occupational Disease) =
PAK, adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja
Penyakit akibat hubungan kerja (Work Related
Disease) = PAHK, yaitu penyakit yang
dicetuskan, dipermudah atau diperberat oleh
pekerjaan. Penyakit ini disebabkan secara tidak
langsung oleh pekerjaan dan biasanya
penyebabnya berbagai jenis atau multifaktor
32. Dasar Hukum
1. UU No 1 th 1970
2. Permenakertrans No Per 01/Men/1981
3. Keppres RI No 22 th 1993
Terdapat 31 jenis penyakit akibat kerja.
Tiap jenis adalah kelompok penyakit.
33. Faktor Penyebab
1. Golongan fisik: suara/bising, iklim kerja,
radiasi, tekanan udara, penerangan, getaran, dll
2. Golongan kimia: gas, uap, cairan, pelarut
organik, dll
3. Golongan biologi: virus, bakteri, parasit,
cacing, jamur, dll
4. Golongan fisiologi/ergonomi: sikap cara kerja,
konstruksi mesin/alat
5. Golongan mental psikologi: monoton,
hubungan kerja yang kurang baik, kejemuan
34. Deteksi Penyakit Akibat Kerja
1. Monitoring kesehatan tenaga kerja, melalui
pemeriksaan kesehatan yang teratur
2. Monitoring lingkungan kerja terhadap faktor
yang mempengaruhi kesehatan
35. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
1. Anamnesis/wawancara
2. Riwayat pekerjaan
3. Pemeriksaan fisik
4. Pemeriksaan laboratorium/biologik
5. Pengujian lingkungan kerja
6. Informasi/data pemeriksaan
kesehatan/pengujian lingkungan kerja
7. Konsultasi ahli/spesialis
36. Oleh:
dr A.M Sugeng Budiono, MHSc (OM), SpOk
Pengawasan Kesehatan Kerja
• Gizi Kerja
• Ergonomi
• Toksikologi Industri
• P3K
37. Gizi Kerja
Nutrisi yang diperlukan tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai jenis pekerjaannya
Tujuan:
Memperoleh tingkat kesehatan tenaga kerja dan
produktivitas kerja yang setinggi-tingginya
38. Gizi Kerja
Komposisi menu makanan yang seimbang
memenuhi:
1. Zat tenaga (karbohidrat)
2. Zat pembangun (protein)
3. Zat pengatur (lemak)
4. Vitamin
5. Mineral
6. Air
39. Komposisi Zat Gizi
Lemak: 20% dari total kalori
Protein: 10 - 15% dari total kalori
Karbohidrat: 65 – 70% dari total kalori
Faktor penyebab kekurangan kalori, protein, dan vitamin
A. Faktor ekonomi
B. Ketidaktahuan
C. Kebiasaan kurang baik
D. Percaya tahayul/mitos
E. Penyakit parasit dan infeksi
Kalori untuk pekerjaan
Energi makanan unit kilogram kalori = kalori (Kal/Cal)
Yakni jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu
satu kilogram air sebanyak satu derajat
40. Tolok Ukur Tingkat Gizi Kerja
Input – output kalori
Status gizi: Kadar Hb
BMI (Body Mass Index)
Derajat kesehatan: Angka absensi
Kunjungan poliklinik
Kecelakaan kerja
41. Tolok Ukur Tingkat Gizi Kerja
Body Mass Index / Index Massa Tubuh
Adalah rasio antara berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan
(m2)
Patokan BMI tidak dapat digunakan untuk:
Anak dalam masa pertumbuhan
Wanita hamil
Orang yang berotot/atlet
BMI = BB (kg)
TB (m2)
Kategori BMI (kg/m2) BMI (kg/m2)
untuk orang
Asia
Kekurangan berat badan/underweight < 18,5 < 18,5
Berat badan normal 18,5 – 24,9 18,5 – 22,9
Kelebihan berat badan/overweight 25,0 – 29,9 23,0 – 24,9
Obesitas > 30 > 25,0
42. Faktor yang Mempengaruhi Gizi
Tenaga Kerja
1. Jenis kegiatan:
Ringan
Sedang
Berat
2. Faktor tenaga kerja:
Ketidaktahuan
Jenis kelamin
Umur
Hamil, menyusui
Kebiasaan makan yang
kurang baik
Tingkat kesehatan
Kesejahteraan
Disiplin, motivasi dan
dedikasi
3. Faktor lingkungan kerja:
Iklim kerja
Pekerjaan-pekerjaan dengan
bahaya lingkungan
43. Menu untuk berbagai jenis pekerjaan dengan
lingkungan kerja berbeda
Lingkungan kerja terpajan panas
Contoh: menu + mineral
Ringan 1,9 L
Berat 2,8 L
Lingkungan kerja terpajan dingin
Contoh: menu + energi + 250 Kal
44. • Lingkungan kerja terpajan bahan kimia berbahaya
Contoh: menu + zat gizi, vit C + protein
Lingkungan kerja terpajan biologi (misal karena
parasit)
Contoh: menu + zat gizi Fe
Lingkungan psikologi yang kurang baik
Contoh: menu dengan penampilan yang menarik,
suasana tempat makan yang menyenangkan
45. Kebutuhan Kalori Tenaga Kerja
(Dilihat dari Jenis Pekerjaan)
(Sumber: Suma’mur)
Jenis
Pekerjaan
Jenis
Kelamin
Kebutuhan
Kalori
Ringan Laki-laki
Perempuan
2400 Kalori
2000 Kalori
Sedang Laki-laki
Perempuan
2600 Kalori
2400 Kalori
Berat Laki-laki
Perempuan
3000 Kalori
2600 Kalori
46. Kebutuhan Kalori Tenaga Kerja
(Dilihat dari Jenis Pekerjaan)
(Sumber: Widyakarya Nasional Pangan & Gizi,
1993)
Jenis
Pekerjaan
Jenis
Kelamin
Kebutuhan
Kalori
Ringan Laki-laki
Perempuan
2800 Kalori
2050 Kalori
Sedang Laki-laki
Perempuan
3000 Kalori
2250 Kalori
Berat Laki-laki
Perempuan
3600 Kalori
2600 Kalori
47. Penyelenggaraan Makanan di Tempat
Kerja
Pengadaan kantin/ruang makan (SE Men TK & Trans No
SE 01/MEN/1979):
Perusahaan mempekerjakan 50 – 200 orang harus
menyediakan ruang/tempat makan
Perusahaan mempekerjakan > 200 orang harus
menyediakan kantin
Ruang makan
Sarana untuk makan tenaga kerja berupa ruangan dan
perabotan.
Persyaratan a.l.:
- Luas 25 m2 untuk setiap 50 orang
- Pengaturan jadwal penggunaan/bergiliran
- Memenuhi syarat higiene, ventilasi, penerangan
- Perhatikan lokasi/posisi bangunan
48. Penyelenggaraan Makanan di Tempat
Kerja
Kantin
Sarana untuk makan tenaga kerja berupa
ruangan dan saran penunjang lainnya, seperti:
dapur, perlengkapan masak, tempat
penyimpanan makanan
Persyaratan a.l.:
Syarat kesehatan petugas kanting
Pengetahuan keterampilan petugas
Sanitasi lingkungan, higiene, ventilasi, penerangan
49. Dasar Hukum
PMP No.07 tahun 1964 tentang “Syarat Kesehatan,
Kebersihan serta penerangan di tempat kerja”
S.E. Mennakertrans No. 01/Men/1979 tentang
“Pengadaan Kantin dan ruang makan”
S.E Dirjen Binawas No. 86/BW/1989 tentang
“Perusahaan Catering yang mengelola makan bagi
tenaga kerja”
Instruksi Menaker No. Ins. 03/Men/1999 tentang
peningkatan pengawasan dan penertiban terhadap
pengadaan kantin dan toilet di perusahaan
51. Ergonomi
Human Factor Engineering
Interaksi Manusia-mesin-alat-lingkungan kerja
Pengertian ergonomi:
Ilmu dan penerapannya yang berusaha
menserasikan pekerjaan dan lingkungan
terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan
tercapainya produktivitas dan efisiensi yang
setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia
seoptimal mungkin
52. Ergonomi
Tujuan
Meningkatkan kesehatan pekerja
Meningkatkan efisiensi kerja
Kenyamanan
Kecelakaan ↓
Ruang lingkup ergonomi
1. Antropometri dan sikap tubuh dalam bekerja
2. Efisiensi kerja
3. Organisasi kerja dan desain kerja
4. Faktor manusia dalam ergonomi
5. Mengangkat dan mengangkut
6. Kelelahan
7. Pengendalian lingkungan kerja
53. Penerapan ergonomi
A. Antropometri
Pengukuran tubuh manusia dan bagiannya yang
disesuaikan dengan desain alat, ruang kerja
B. Sikap tubuh dalam bekerja
Tidak perlu energi tambahan
Optimasi gerak maksimal
Tidak ada rasa sakit/cepat lelah
Beban statis minimal
Terdiri dari berbagai sikap kerja duduk, duduk-
berdiri
54. Penerapan ergonomi
C. Angkat – angkut
Prinsip kinetis
Beban pada tungkai
Momentum gerak badan
D. Sistem man – machine
Kemampuan dan toleransi
Akseptabilitas dan kepuasan
Informasi – komunikatif
Sikap paksa/tidak alami
Display baik: warna, ukuran huruf
55. Penerapan ergonomi
E. Kalori - energi
Kualitas, frekuensi
Beban kerja
F. Pengorganisasian kerja
Waktu kerja/istirahat
Kerja gilir, lembur
Team work
repetitive
Pria Wanita
Ringan 2400 2000
Kal/hariSedang 2600 2400
Berat 3000 2600
56. Penerapan ergonomi
G. Lingkungan kerja
Kebisingan, getaran, cuaca kerja, ventilasi,
penerangan, humidity
H. Olah raga – kesegaran jasmani
Rekreasi – kesehatan
I. Musik - dekorasi
Jenis, lama, saat, intensitas, sifat
Warna: jarak, suhu, kejiwaan
57.
58.
59.
60. Kelelahan
Perhatian/konsentrasi ↓
Perlambatan/hambatan persepsi
Dorongan/gairah kerja ↓
Keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan
ketahanan kerja, berupa:
Kelelahan visual/mata
Kelelahan fisik umum
Kelelahan mental
Kelelahan saraf
Kelelahan oleh lingkungan: monoton, menahun
61. Kelelahan
Mekanisme agar tubuh terhindar dari kerusakan
lebih lanjut dengan terjadinya proses pemulihan
Penyebab kelelahan secara umum
1. Monotoni
2. Beban fisik/mental
3. Lingkungan kerja
4. Kondisi kesehatan
63. Pengertian
Toksikologi
Ilmu yang mempelajari tentang racun, efek racun
terhadap manusia/makhluk hidup, cara mendeteksi
keracunan dan mempelajari zat penawarnya
Racun
Bahan / senyawa yang dalam jumlah relatif sedikit dapat
membahayakan kesehatan jiwa manusia dan
menimbulkan gejala keracunan
Toksisitas
Kemampuan suatu zat untuk menimbulkan kerusakan
pada organisme hidup
LD50 (Little Dose 50)
Ialah dosis (mg/kg) zat tersebut yang dapat
menyebabkan kematian 50% binatang percobaan dari
spesies yang sama
64. Pengertian
LC50 (Lethal Concentration 50)
Yakni kadar/konsentrasi zat yang dapat
menyebabkan kematian 50% binatang percobaan
setelah binatang tersebut terpapar oleh zat kimia
tersebut dalam waktu tertentu
BDS (Bagian Dalam Sejuta) = ppm
Yakni satuan bahan kimia satu bagian volume zat
dalam satu juta bagian volume udara
NAB (Nilai Ambang Batas)
Yakni kadar yang pekerja masih dapat
menghadapinya dengan tidak mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan
sehari-hari untuk waktu 8 jam sehari dan 40 jam
seminggu
65. Jenis Bahan Beracun
1. Biological Toxicant
Misalnya: racun serangga, ular, anjing gila
2. Bacterial Toxicant
3. Botanixal Toxicant
4. Chemical Toxicant
Misalnya: pestisida, logam berat, pelarut organik
66. Faktor yang Mempengaruhi
Toksisitas
a. Sifat-sifat fisik: gas, debu, uap, fume, kabut
b. Sifat-sifat kimia: daya larut, konsentrasi, berat
molekul
c. Lama pemajanan
d. Port D’entre (jalan masuk ke dalam tubuh):
oral, inhalasi, dermal
e. Kerentanan individu: usia, jenis kelamin,
kebiasaan, gizi, status kesehatan
f. Dosis/konsentrasi
67. Klasifikasi Bahan Beracun
Menurut perubahan jaringan:
Zat dengan toksisitas rendah, sedang, dan berat
Berdasarkan LD50
Tingkat I (Super toxic) : dosis (mg/kg) < 1
Tingkat II (Extremely toxic) : 1 – 5 mg/kg
Tingkat III (Highly toxic) : 5 – 50 mg/kg
Tingkat IV (Moderately toxic) : 50 – 500 mg/kg
Tingkat V (Slightly toxic) : 500 – 5000
mg/kg
Tingkat VI (Practically non-toxic) : 5000 – 15000
mg/kg
68. Proses Fisiologis
A. Penyebaran racun dalam badan
Bahan toxic masuk ke dalam tubuh kemudian dialirkan
ke dalam darah, berkontak dengan sel-sel organ tubuh,
sehingga dapat menimbulkan efek lokal maupun sistemik
B. Cara kerja racun
a. mempengaruhi kerja enzim/hormon
b. bereaksi ke dalam sel menghambat kerja sel
c. merusak jaringan sel, menimbulkan histamin dan
serotonin, terjadi reaksi alergi atau reaksi yang lebih
lanjut
C. Fungsi detoksikasi
Terjadi di dalam hati oleh fungsi hati, dilakukan secara
reaksi oksidasi, reduksi, hidrolisa,
sintesa/konjugasi/metilisasi
69. Proses Fisiologis
D. Pengeluaran racun dari tubuh
Melalui paru-paru/udara ekspirasi
Saliva dan keringat
Hati lewat saluran empedu, feses
Ginjal bersama urine
E. Pengaruh bahan kimia di udara
a. yang berupa partikel menyebabkan:
Perangsangan: kapas, sabun, bubuk, kertas
Toksik (beracun): Pb, As, Mn, dll
Fibrosis paru: debu kuarsa, asbes
Alergi: tepung sari, kapas, wol, bulu kucing
Menimbulkan demam: fume/uap logam Zn
Inert (tidak menimbulkan reaksi jaringan, hanya
mengganggu kenyamanan kerja): kayu, aluminium, kapur
70. Proses Fisiologis
b. yang berupa gas/uap (bukan partikel)
menyebabkan:
Perangsangan/iritasi: H2S, NH3
Asfiksian (sesak nafas): metan, nitrogen, karbon
dioksida
Toksik (beracun): senyawa organik-anorganik
Merusak jaringan tubuh
Anestesi
Merusak alat dalam, contoh: CCl4
Merusak susunan darah, contoh: bensin
Merusak susunan saraf: paration
71. Monitoring Biologik
Keracunan dapat diketahui melalui gejala umum
(non-spesifik) dan gejala yang spesifik
Contoh gejala non-spesifik: pusing, mual,
muntah, lemah badan, sukar tidur, nafsu makan
berkurang, dll
Contoh gejala spesifik: kejang, air liur berlebihan,
kulit merah, dan gangguan lain tergantung organ
yang mengalami kerusakan
Untuk pemantauan terjadinya keracunan dalam
tubuh dilakukan pemeriksaan monitoring biologik
dari urine, feses, darah, kuku, dan rambut
73. P3K adalah pertolongan pertama yang harus diberikan
pada tenaga kerja yang mengalami kecelakaan atau
penyakit mendadak di tempat kerja dengan cepat dan
tepat sebelum korban dibawa ke tempat rujukan (dokter /
puskesmas / rumah sakit)
Petugas P3K adalah seseorang yang bertugas untuk
memberikan pertolongan pertama kepada korban yang
ditunjuk oleh pengusaha dan telah mendapat pelatihan
P3K dari petugas yang berwenang
Tujuan P3K:
Memberikan perawatan darurat kepada korban sebelum
pertolongan yang lebih lengkap dilakukan
Menyelamatkan jiwa korban
Meringankan penderitaan korban
Mencegah cedera/penyakit lebih parah
Mempertahankan daya tahan korban
Mencarikan pertolongan lebih lanjut
74. Prinsip Dasar P3K
1. Penolong harus memahami dan terampil
mengamankan dirinya sendiri sebelum bertindak
menolong korban, menggunakan pengaman yang tepat
dan cocok serta prosedur yang benar
2. Mengamankan dengan segera si korban dari satu
gangguan lain di sekitar tempat kejadian
3. Melakukan tindakan pertolongan dengan urutan yang
tepat melalui deteksi kondisi fisiologis si korban
(pernafasan, denyut nadi, tekanan darah, kesadaran,
elastisitas kulit, refleks)
4. Usahakan secepat mungkin menghubungi dokter,
ambulans, rumah sakit atau yang berwenang sambil
melakukan pertolongan pertama
5. Mengamankan tempat kejadian kecelakaan dari yang
pihak yang tidak berkepentingan
75. Gangguan yang dapat Terjadi
1. Gangguan umum
Gangguan pernafasan karena sumbatan jalan
nafas, menghisap gas beracun,
kelemahan/kekejangan otot pernafasan
Gangguan kesadaran karena benturan/pukulan
kepala, sengatan matahari langsung, kekurangan
oksigen
Gangguan peredaran darah karena perdarahan
yang hebat, luka bakar luas, rasa nyeri hebat,
kekurangan cairan tubuh
76. Gangguan yang dapat Terjadi
2. Gangguan lokal
1. Perdarahan/luka karena ada pembuluh darah
yang terputus/robek
2. Patah tulang karena benturan/pukulan
3. Luka bakar karena panas tinggi, kontak
dengan aliran listrik, api, asam dan basa kuat
77. Pelaksanaan P3K
Tergantung dari gangguan yang terjadi, secara teknis
perlu dipelajari lebih lanjut cara-cara pertolongan
pada:
Gangguan sirkulasi
Gangguan pernafasan
Perdarahan karena luka
Pertolongan pada patah tulang
Pertolongan pada luka bakar
Pertolongan pada korban yang kontak dengan bahan
kimia
Disertai dengan praktek pelaksanaan melalui alat
bantu (bidai, pembalut, manekin, dll) secara bertahap
dan berulang