Ringkasan:
1. Polling Kepala Desa dilakukan untuk mengetahui pandangan mereka terhadap mudik di tengah pandemi Covid-19.
2. Hampir 90% kepala desa tidak setuju mudik karena alasan kesehatan.
3. Terdapat pendapat berimbang antara himbauan dan larangan untuk mencegah mudik, dengan alasan utama kesehatan.
2. LATAR BELAKANG
• Dorongan yang kuat untuk mudik, jika merujuk
kebiasaan dari tahun ke tahun
– Sosial-budaya: berkumpul bersama keluarga besar
– Ekonomi: jika 23 juta warga desa
di kota mudik, akan membawa
THR minimal Rp 3,4 triliun
• Namun ada kondisi pandemi Covid-19
• Bagaimana sudut pandang kepala desa sebagai
opinion leader penting di desa terhadap mudik
tahun 2020 ?
• Maksud: agar dipahami peluang kesiapan desa
menghadapi migrasi warga 1-2 bulan mendatang
3. METODE
• Metode kuantitatif berupa survai, dengan sampel diambil
secara acak terstratifikasi
• Teknik pengambilan sampel
– Populasi didefinisikan sebagai desa dengan penduduk
mayoritas beragama Islam, berjumlah 53.808 desa (Sumber: Kor
Podes 2019)
– Pada tiap provinsi diambil sampel desa secara random
– Jumlah sampel desa per provinsi disesuaikan dengan proporsi
jumlah PDP Covid-19 per 9 April 2020 pukul 15.00 WIB
(sehari sebelum data lapangan diambil)
– Sampel terambil ialah 3.931 kepala desa pada di 31 provinsi di
Indonesia
– Margin error 1,31%
3
4. Dalam situasi negara saat ini, bagaimana pandangan
Kepala Desa terhadap mudik ke desa ?
10.25
89.75
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Setuju Mudik Tidak Setuju Mudik
%
• Diperoleh nilai hampir mutlak, yaitu
89,75% kepala desa tidak setuju
warganya mudik pada saat ini
• Aspirasi kepala desa perlu didengar
oleh warga yang sedang berada di
kota: Tidak mudik ke desa pada
lebaran 2020
4
5. Alasannya ?
70.72%
45.41%
43.18%
22.58%
2.73%
12.66%
88.38%
25.57%
21.00%
17.40%
2.41%
5.27%
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%
Kesehatan
Sosial
Ekonomi
Keamanan
Politik
Lainnya
Tidak Setuju Mudik Setuju Mudik
• Kesehatan adalah alasan utama bagi opini Kades
untuk mudik atau tidak mudik. Alasan kesehatan
hampir mutlak pada Kades yang tidak setuju
mudik (88,38%). Kemungkinan berperilaku rasional
• Alasan sosial (45,51%) dan ekonomi (43,18%)
menjadi prioritas kedua yang penting bagi kades
yang setuju mudik. Kemungkinan terpengaruh
kebiasaan mudik
• Keamanan, apalagi politik, tidak dilirik untuk
beropini mudik atau tidak mudik
• Konsekuensi bagi kebijakan:
1. Berbagai aspek kesehatan harus menjadi
argumen utama, terutama untuk menunjang
kebijakan tidak mudik sebagai opini mayoritas
2. jika “kebijakan tidak-mudik” hendak dikuatkan,
perlu ada kontra argumen sosial (adat
mudik) dan ekonomi (pendapatan menurun
di kota), 5
6. Bagi Kades yang Tidak Setuju Mudik:
Apakah kebijakan yang tepat
agar tidak mudik ?
49.86% 50.14%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
Himbauan tidak
mudik
Larangan mudik
%
• Terdapat pendapat yang berimbang
terhadap kebijakan himbauan tidak mudik
atau larangan mudik
• Ini mengindikasikan masih ada keraguan
Kades, yang membutuhkan keputusan
lebih tegas dari pimpinan
• Alternatif format kebijakan yang
mengandung larangan dan himbauan:
1. Mudik dilarang, dan kehidupan migran
di kota didukung pemerintah kota
2. Yang terpaksa mudik harus memiliki
alasan kuat, lalu melapor ke Relawan
Desa Lawan Covid-19
6
7. Alasannya ?
86.24%
33.54%
19.95%
21.32%
2.44%
4.78%
88.92%
16.28%
24.59%
16.79%
1.92%
5.31%
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%
Kesehatan
Ekonomi
Sosial
Keamanan
Politik
Lainnya
Larangan mudik Himbauan tidak mudik
• Kesehatan menjadi alasan hampir mutlak bagi
seluruh kades
• Pendukung himbauan untuk mudik selanjutnya
mengemukakan alasan ekonomi, kemudian
diikuti sosial dan keamanan
• Pendukung larangan mudik selain didasarkan
alasan kesehatan, juga alasan sosial, lalu diikuti
ekonomi dan keamanan
• Alternatif argumentasi kebijakan:
• Alasan kesehatan perlu ditautkan dengan
alasan sosial, ekonomi, dan keamanan
• Contohnya: tidak mudik untuk mencegah
penyebaran Covid-19, sebagai rasa sayang
kepada anggota keluarga agar tidak
terkena wabah, lagipula pemerintah
menjamin kebutuhan dasar dan keamanan
di kota 7
8. KONDISI DESA TIDAK MEMPENGARUHI
OPINI KEPALA DESA
• Desa-desa dengan kepala desa yang beropini setuju mudik, dan sebaliknya tidak setuju mudik,
ternyata berdomisili pada kondisi desa yang serupa, yaitu pada aspek:
• Proporsi status perkembangan desa menurut Indeks Desa Membangun (IDM) 2019
• Demografi: rata-rata KK per desa, rata-rata KK Miskin per desa
• Kesehatan: rata-rata ketersediaan Puskesmas dan kesulitan aksesnya
• Pendidikan: rata-rata ketersediaan SMU/SMK/ MA dan kesulitan aksesnya
• Telematika: rata-rata ketersediaan sinyal telepon seluler dan kebiasaan memakainya
• Logistik: rata-rata ketersediaan pos dan jasa logistik swasta
• Finansial: rata-rata ketersediaan lembaga keuangan dan perbankan
• Mata pencaharian utama
• Keragaman agama di desa
• Keragaman etnis di desa
• Keberadaan lembaga adat dan kearifan lokal
• Artinya, opini mudik atau tidak mudik lebih dipengaruhi rasionalitas atas pandemi Covid-19
8
9. Tim Polling Kepala Desa
• Ditjen Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa
– Direktur Pemberdayaan Masyarakat Desa: M Fahri
– Koordinator pendamping nasional: Sukoyo
– Korprov dari 33 provinsi, dan para pendamping
desa
• Badan Penelitian dan Pengembangan,
Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi
– Kepala Pusat Data dan informasi: Dr. Ivanovich
Agusta
– Aulia Putri Andana
– Cindy Dantie Ladya
– Haris Susilo Effendi 9