SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 42
BAB I
                 INKUBASI TETUA TELUR ULAT SUTRA

1.1. Tujuan Inkubasi
         Tujuan utama inkubasi tetua telur ulat sutra adalah untuk
pembentukan embrio yang seragam, oleh karena itu penetasan yang seragam
tercapai melalui pemeliharaan kondisi lingkungan yang baik.       Hal ini
dilakukan pada saat predeterminasi yaitu manakala telur tetua dikeluarkan
dari diapause atau penetasan buatan menurut kebutuhan fisiologis dan
voltinisme untuk perkembangan embrio. Secara spesifik tujuan inkubasi
adalah :
•   memastikan bahwa telur-telur dari varietas yang berbeda menetas pada
    hari yang direncanakan dan kupu-kupu dari varietas yang berbeda saling
    menyilang satu sama lain pada waktu yang tepat untuk menghasilkan
    telur-telur F1 hibrida.
•   memaksakan penetasan yang seragam untuk menghasilkan ulat sutra
    tetasan baru yang sehat.
•   menstabilkan karakter hibernasi telur-telur bivoltin, sehingga mencegah
    telur menetas abnormal atau tanpa hibernasi.


1.2. Metode Inkubasi
         Pada usaha produksi telur ulat sutra yang besar, ruangan (chamber)
inkubasi dengan ukuran memadai harus dibuat menurut jumlah dan
banyaknya telur yang diinkubasi. Ruangan inkubasi harus mempunyai suhu,
kelembaban, proteksi panas, sirkulasi udara yang baik, cahaya yang mudah
diatur, dan pelaksana/pekerja dapat dengan mudah bekerja di dalamnya.
Suhu dan kelembaban yang seragam harus dijaga pada tiap ruangan. Telur-
telur tetua untuk inkubasi dibawa ke dalam ruangan dalam jumlah banyak,
disesuaikan dengan suhu dan kelembaban yang sesuai dengan tahap
perkembangan embrio.
        Tempat inkubasi biasanya diletakkan di tengah ruangan, dengan
peralatan pemanas pada keempat sudutnya, dan sumber panas ditempatkan
pada sedikitnya satu meter dari tempat beradanya telur-telur ulat sutra.
Sumber cahaya sebaiknya diletakkan pada ketinggian di atas atau di bawah
tempat inkubasi.
        Inkubasi telur-telur tetua bivoltin pada musim semi : Tetua ulat
sutra bivoltin yang ada sekarang dikawinkan dengan tujuan untuk
menghasilkan telur-telur hibernasi. Dengan adanya cahaya, telur diinkubasi
pada suhu tinggi atau suhu yang meningkat secara gradual sehingga dapat
tumbuh. Jika embrio tumbuh hingga tahap tertentu, ekspos cahaya harus
diperpanjang dan kelembaban ditingkatkan.
        Inkubasi telur-telur tetua bivoltin pada musim gugur: Kebutuhan
lingkungan untuk inkubasi telur-telur tetua bivoltin pada musim gugur adalah
hampir sama dengan telur-telur tetua pada musim semi. Namun demikian,




                                     1
suhu natural pada musim gugur secara komparatif adalah tinggi dan udaranya
kering. Inkubasi pada kondisi demikian akan menyebabkan embrio untuk
tumbuh dengan cepat dan mengkonsumsi banyak zat nutrisi. Jumlah telur
mati selama inkubasi akan meningkat dan konstitusi larva yang baru menetas
akan lemah. Oleh karena itu disarankan bila akan menginkubasi telur-telur
tetua ulat sutra pada musim gugur sebaiknya dilakukan menurut kriteria
seperti pada Tabel berikut.
Tabel Kriteria inkubasi untuk telur-telur tetua bivoltin pada musim gugur.
________________________________________________________________
                             Tahap Awal             Tahap Akhir
________________________________________________________________
Hari                         4                      5-6
Embrio                       Sebelum E3             E3-F5
Suhu (ºC)                    25                     26-27
Kelembaban                   70-80                  80-85
Cahaya                       Natural                        Eksposur     cahaya
meningkat
                                                    6 jam sehari


         Inkubasi telur-telur tetua multivoltin : Suhu dan cahaya tidak
mempunyai pengaruh yang banyak pada voltinisme telur-telur multivoltin
non-diapausing selama inkubasi.       Oleh karena itu disarankan untuk
menginkubasi telur-telur pada suhu rataan 26ºC. Selama tahap “titik-mata”
(eye-spot), suhu untuk inkubasi sebaiknya diatur pada paling sedikit 26,7ºC
tetapi tidak lebih tinggi dari 29ºC, dan kelembaban udara sekitar 80-90
persen.
        Pengukuran untuk penyeragaman penetasan telur ulat sutra :
Penetasan telur-telur ulat sutra tetua bivoltin selama inkubasi sering kali
tidak seragam pada musim semi. Hal ini menyebabkan masalah pada
pemeliharaan ulat sutra dan mempengaruhi kopulasi kupu-kupu jantan dan
betina untuk tujuan produksi telur. Untuk memastikan penetasan yang
seragam, telur-telur harus disimpan pada suhu pertengahan (intermediet)
14-16ºC sebelum dikeluarkan dari tempat pendingin (cold storage). Inkubasi
dimulai bila embrio telah tumbuh ke tahap C1-C2. Seleksi telur disusun
berdasarkan perkembangan titik-matanya. Inkubasi berlanjut dalam gelap
hingga pada hari penetasan, ketika lampu dinyalakan satu atau dua jam
sebelum terbit matahari untuk memastikan penetasan yang seragam.
       Menyimpan telur-telur dalam gelap pada tahap akhir inkubasi
mencegah embrio yang dewasa-dini untuk menetas, dan memberikan waktu
kepada embrio yang dewasa-lambat untuk terus tumbuh. Setelah disimpan
dalam gelap selama periode tertentu dan tiba-tiba diekspos cahaya, kedua
macam telur ini akan menetas secara simultan.
        Inhibisi (hambatan) dingin dari pertumbuhan embrio untuk telur-telur
selama inkubasi atau preservasi dingin dari larva yang baru menetas. Jika
untuk suatu alasan tertentu, penyisiran larva yang baru menetas harus
ditunda, telur-telur ulat sutra yang diinkubasi atau ulat sutra yang baru
menetas harus disimpan pada suhu rendah. Sebelum embrio tumbuh ke tahap




                                       2
E3 (tahap pemendekan), suhu harus dijaga pada suhu obyektif selama
inkubasi. Namun demikian, jika embrio telah mencapai tahap E3, suhu harus
dinaikkan menurut kebutuhan inkubasi. Penyimpanan beku dilakukan jika
semua telur berubah menjadi biru dan larva yang menetas dini sudah
ditemukan. Larva yang baru menetas dapat juga disimpan beku untuk
mencegah pertumbuhan selanjutnya.
         Telur-telur yang berubah biru dapat disimpan pada suhu 5ºC selama
3-5 hari. Untuk varietas yang akan menghasilkan telur non-hibernasi dapat
disimpan pada suhu 2-5ºC selama 1-3 hari. Larva yang baru menetas dapat
disimpan pada suhu 10ºC selama 2-3 hari.
          Penghambatan pertumbuhan telur lebih lanjut dan penyimpanan
beku larva yang baru menetas mempunyai efek yang kurang baik pada
fisiologis ulat sutra. Oleh karena itu, makin pendek masa inhibisi maka akan
makin aman bagi kesehatan ulat sutra. Selanjutnya, jika telur atau larva
akan dimasukkan atau dikeluarkan dari ruang penyimpanan maka harus
melalui suhu pertengahan (intermediet) selama dua jam.


1.3. Efek Lingkungan Inkubasi Pada Voltinisme
         Secara luas ulat sutra diklasifikasikan sebagai univoltin, bivoltin dan
multivoltin. Ulat sutra multivoltin dapat di sub divisikan menjadi diapausing
dan non-diapausing.      Voltinisme adalah jumlah generasi insekta yang
diproduksi dalam setahun pada kondisi alami. Insekta yang memproduksi
hanya satu generasi dalam setahun dan kemudian mengalami diapause
disebut univoltin. Sedangkan yang memproduksi dua generasi dalam setahun
sebelum menjadi diapause disebut bivoltin, sedangkan yang memproduksi
lebih dari dua generasi dalam setahun disebut multivoltin.
         Ulat sutra dengan voltinisme yang berbeda, nampak jelas perbedaan
pada durasi pertumbuhan, konstitusi dan pada kualitas sutranya. Secara
umum, bivoltin mempunyai durasi pertumbuhan yang lebih pendek dan
konstitusi yang lebih kuat dari pada univoltin, tetapi panjang sutranya lebih
pendek dan kualitasnya lebih rendah.          Multivoltin mempunyai durasi
pertumbuhan paling pendek, sutranya pendek dan kualitasnya rendah, tetapi
konstitusinya paling kuat.
         Univoltin hanya meletakkan telur-telur hibernasi, non-diapausing
multivoltin meletakkan hanya telur-telur non-hibernasi. Tetapi bivoltin dan
diapausing multivoltin akan memproduksi keduanya, baik telur hibernasi atau
non-hibernasi, menurut kondisi lingkungan yang berbeda di mana mereka
tumbuh. Diapause telur-telur ulat sutra ditentukan oleh hormon diapause,
yang disekresikan oleh ganglia suboesophageal dan ditransmisikan melalui
cairan tubuh ke ovari kupu-kupu induk, di mana hormon tersebut menjadi
fungsional dan memungkin embrio menjadi diapause pada tahapan tertentu
dari pertumbuhannya.
         Ganglia suboesophagial pada varietas manapun dengan voltinisme
berbeda mempunyai fungsi mensekresikan hormon diapausing, tetapi sekresi
hormon tersebut dikontrol oleh otak. Pada kondisi normal, otak ulat sutra
univoltin mempunyai fungsi mengakselerasi sekresi hormon diapause oleh
ganglia suboesophagial. Otak ulat sutra multivoltin berfungsi menghambat
sekresi hormon diapause oleh ganglia suboesophagial, sedangkan otak bivoltin




                                       3
pada kondisi eksposur suhu dan cahaya tinggi selama inkubasi, dapat
mengakselerasi sekresi hormon ganglia suboesophagial, menyebabkan
produksi telur hibernasi. Pada suhu rendah dan kondisi gelap selama
inkubasi, hal ini dapat menghambat sekresi dan menyebabkan produksi telur
non-hibernasi.
        Faktor-faktor prinsip yang mempengaruhi voltinisme adalah suhu,
cahaya dan kelembaban.
         Suhu: Jika telur-telur tetua dari ras ulat sutra bivoltin diinkubasi
pada suhu tinggi (25ºC), kupu-kupunya akan meletakkan telur hibernasi, dan
jika diinkubasi pada suhu rendah (15ºC), maka akan meletakkan telur non-
hibernasi. Suhu pertengahan (intermediet) (20ºC) selama inkubasi, akan
menghasilkan suatu campuran antara telur hibernasi dan non-hibernasi.
Karena beberapa ras ulat sutra bivoltin komersial mempunyai hubungan darah
dengan multivoltin, maka voltinismenya sedikit berbeda dari yang murni
bivoltin, sehingga kondisi lingkungan mempunyai pengaruh yang kecil pada
voltinisme.
         Perlu ditekankan di sini bahwa suhu selama inkubasi mempunyai
pengaruh terbesar pada voltinisme. Dengan kata lain, suhu pada masa
inkubasi adalah faktor penentu apakah ulat sutra bivoltin akan meletakkan
telur hibernasi atau non-hibernasi, bagaimanapun kondisi lingkungan selama
tahap larval dan pupal (Table 1-3).
         Cahaya:     Cahaya selama inkubasi telur juga mempengaruhi
voltinisme. Tetapi efek tersebut tidak terbukti pada suhu di atas 25ºC atau di
bawah 15ºC. Inkubasi pada suhu intermediet dengan cahaya menghasilkan
telur hibernasi dengan kecepatan lebih tinggi; tanpa cahaya maka kecepatan
telur hibernasi adalah lebih rendah. Adalah nyata bahwa efek cahaya pada
voltinisme adalah kedua sesudah suhu.
         Kelembaban: Efek kelembaban pada voltinisme selama inkubasi
adalah berikutnya setelah cahaya. Efek tersebut tidak nyata pada suhu
inkubasi di atas 25ºC dan di bawah 15ºC. Pada suhu intermediet, kelembaban
tinggi adalah disukai untuk meletakkan telur hibernasi, sedangkan
kelembaban rendah disukai untuk telur non –hibernasi.
         Voltinisme telur progeny dipengaruhi oleh suhu selama beberapa
tahapan tetua bivoltin. Suhu, cahaya dan kelembaban mempengaruhi
voltinisme ulat sutra pada tahapan antara yaitu bila embrio mulai membentuk
kaki thorakis dan bila kepalanya mulai berwarna. Kebutuhan dasar univoltin
untuk meletakkan telur hibernasi adalah suhu di atas 20ºC untuk inkubasi
pada tahapan ini, dan untuk bivoltin di atas 25ºC. Jika diinkubasikan pada
suhu di bawah 15ºC dan disimpan dalam gelap dan kondisi agak kering,
sebagian besar ras bivoltin akan menghasilkan, terutama atau seluruhnya
telur non-hibernasi.     Ras univoltin juga akan menghasilkan telur non-
hibernasi, tetapi pada tahap perkembangan embrio antara A dan C2, pada
dasarnya suhu tidak mempunyai pengaruh pada voltinisme




                                      4
BAB II
                 PEMELIHARAAN TETUA ULAT SUTRA

2.1. Pentingnya Pemeliharaan Tetua Ulat Sutra
        Baik untuk usaha produksi telur ulat sutra komersial atau untuk
pembibitan telur, tetua ulat sutra adalah ulat sutra yang telur-telurnya
diambil untuk tujuan produksi telur berikutnya. Oleh karena itu kokon yang
dipanen disebut kokon benih, yang akan menghasilkan telur hibrid F1.
          Sebagian besar strain tetua adalah galur murni, hanya sedikit yang
merupakan hibrid galur-galur inbred yang berbeda. Karena strain tetua
mempunyai konstitusi yang agak lemah, maka perlu untuk memberi pakan,
kondisi lingkungan pemeliharaan dan penanganan teknis yang lebih baik.
        Pemeliharaan tetua ulat sutra membutuhkan pertumbuhan yang baik,
fisik kuat dan kualitas kokon yang baik dari generasi sekarang untuk
menghasilkan telur ulat sutra komersial dalam kuantitas besar dan kualitas
baik.


2.2. Tehnik-tehnik Prinsip Untuk Pemeliharaan Tetua Ulat Sutra
         Disinfeksi ruang dan peralatan pemeliharaan : Pembersihan dan
disinfeksi ruang dan peralatan pemeliharaan harus dilakukan sebagai
prasyarat sebelum pemeliharaan tetua ulat sutra. Ruangan harus dikeringkan
setelah disinfektasi dan disiapkan untuk penyikatan larva yang baru menetas.
        Penyikatan larva yang baru menetas: Untuk bivoltin, waktu yang
tepat untuk penyikatan larva yang baru menetas adalah sekitar pukul 08:00-
09:00, atau lebih awal untuk multivoltin. Metode penyikatan adalah sebagai
berikut : larva yang baru menetas dibawa dengan kertas tisu tipis atau
dipindahkan ke tempat pemeliharaaan. Kedua metode tersebut berpegang
pada prinsip yaitu tidak melukai larva, penimbangan larva yang akurat dan
penanganan (handling) yang nyaman. Dalam penyikatan, satu kartu telur
dinyatakan sebagai satu kelompok (batch) dan setiap kelompok terdiri dari 4-
5 gram larva yang baru menetas. Setelah penyikatan, kartu telur harus
disimpan untuk inspeksi pathogen pebrin pada sheel telur.
         Pakan :      Kualitas daun mulberi mempengaruhi sifat ekonomis
generasi ulat sutra yang ada, misalnya fisik ulat sutra, kualitas kokon,
kualitas telur,voltinisme dan moltinisme. Selanjutnya, kualitas daun juga
mempengaruhi hasil pemeliharaan generasi berikutnya.
         Periode instar pertama sampai ke tiga adalah periode pertumbuhan
badan di saat mana pertumbuhan larva berlangsung cepat. Jika pakannya
tidak baik, larva akan menderita kekurangan suplai nutrisi dan akan sangat
berpengaruh pada pertumbuhannya.         Pada kasus tersebut akan sulit
mendapatkan panenan yang berhasil walaupun suplai daun yang baik
diberikan pada periode berikutnya. Dan sulfur dioksida yang diemisikan oleh
pembakaran bahan bakar, dapat mengganggu fungsi fisiologis ulat sutra pada
saat telah mencapai level tertentu.




                                     5
Kecepatan respirasi larva bayi adalah rendah. Larva bayi tersebut
tahan terhadap karbon dioksida, tetapi tidak tahan terhadap gas-gas beracun
seperti karbon monoksida dan sulfur dioksida. Namun demikian, hal yang
sebaliknya untuk periode tumbuh. Pada periode menaiki (mounting), jika
larva dewasa kontak terlalu banyak dengan karbondioksida maka jumlah yang
larva tidak menjadi kokon (non-cocooning larvae) akan meningkat.
         Larva instar pertama sampai ke tiga tidak mempunyai persyaratan
sirkulasi udara yang khusus. Ventilasi yang periodik adalah mencukupi.
Namun demikian, pada masa tumbuh di mana kecepatan respirasi adalah
tinggi dan daun mulberi yang dikonsumsi dalam jumlah banyak, menyebabkan
kelembaban ruangan meningkat dan udara menjadi mudah terpolusi. Oleh
karena itu harus dijaga agar terdapat sebanyak mungkin sirkulasi bebas udara
segar untuk mengakselarasi metabolisme ulat dan mendukung kesehatannya.
Namun demikian, pada pengusahaan ventilasi adalah penting untuk mencegah
daun-daun mulberi menjadi layu.
         Cahaya : Cahaya tidak terbukti mempunyai efek pada kesehatan ulat
sutra, kualitas kokon dan jumlah telur diletakkan. Cukup baik untuk
memelihara tetua ulat sutra pada kondisi alami, misalnya terang pada siang
hari dan gelap pada malam hari. Namun demikian, untuk ras yang mudah
menghasilkan telur non-hibernasi, pada masa tumbuh, kegelapan secara
efektif dapat menurunkan produksi telur non-hibernating.
         Pengujian larva yang lambat tumbuh : Untuk memastikan bahwa
telur ulat sutra yang dihasilkan adalah bebas dari penyakit pebrin maka larva
yang lambat tumbuh, larva yang sakit, atau larva yang mati serta larva yang
jatuh ke tanah dari tempat naiknya (mountages), dari kelompok yang berbeda
dan pada instar yang berbeda, harus dilakukan pengujian mikroskopis. Jika
terdapat spora pebrin pada larva yang lambat tumbuh sebelum moulting yang
ketiga, maka seluruh kelompok (batch) harus ditolak. Jika infeksinya serius,
seluruh kelompok harus ditolak. Jika ringan, kelompok tersebut harus
dipisahkan dan digunakan untuk pemeliharaan kokon cadangan (reeling
cocoon). Ruangan dan peralatan yang digunakan untuk pemeliharaan
kelompok yang terinfeksi harus didisinfektan menyeluruh.
         Mengatur pemunculan kupu-kupu untuk kawin : Pada pemeliharaan
tetua ulat sutra, adalah penting untuk selalu mengamati dan membandingkan
pertumbuhan larva tetua untuk dikawinkan. Jika terjadi suatu penyimpangan
pada durasi pertumbuhan dari yang diharapkan, maka harus dilakukan
pengaturan dengan meningkatkan atau menurunkan suhu pemeliharaan, atau
dengan menaikkan atau menunda waktu pemberian pakan. Secara umum,
untuk varietas yang lambat-tumbuh, suhu pemeliharaan dapat ditingkatkan
1ºC lebih tinggi dari yang dirancangkan, dan untuk yang cepat-tumbuh dapat
diturunkan 1ºC. Pada saat mounting, lebih baik menaruh larva yang cepat-
tumbuh pada ruang mounting yang lebih dingin dan yang lambat-tumbuh pada
ruang yang lebih hangat. Namun demikian, pada saat pengaturan harus
berhati-hati terhadap dampaknya pada kesehatan dan voltinisme ulat.


2.3. Penaikan (mounting) dan Pemanenan
        Penaikan tetua ulat sutra harus berpegang pada prinsip kedewasaan
yang cukup dan tidak berdesakan. Kedewasaan ulat sutra ditandai dengan
pemunculan beningnya bagian anterior larva; menaikkan kepalanya tinggi-




                                     6
tinggi, bergerak dan mencari posisi untuk berkokon. Tetua ulat sutra
biasanya naik pada periode ketika menjadi sedikit lewat dewasa (over
mature), tetapi tidak pernah pada saat belum dewasa (immature). Ulat sutra
belum dewasa, karena pemberian pakannya kurang baik, tidak hanya
menunda pemintalan sutra untuk berkokon, tetapi juga akan menjadi lemah
dan meletakkan telur lebih sedikit. Namun demikian, ulat sutra tersebut
tidak harus lewat dewasa. Dewasa yang berlebih akan menyebabkan produksi
kokon ganda dan cacat.
         Pada prakteknya, saat naik pada malam hari atau bila hanya sedikit
ulat yang menjadi dewasa, maka ulat akan menjadi sedikit lewat dewasa;
tetapi jika naik pada puncak periode dewasa atau siang hari, maka lebih baik
sedikit kurang dewasa.
         Mengoleksi ulat sutra dewasa dan menaikkannya pada mountages
adalah pekerjaan yang melelahkan. Distribusi tenaga kerja harus diorganisir.
Larva harus dinaikkan pada saat dikoleksi dan tidak meningkat jumlahnya.
Hati-hati terhadap identifikasi varietas dan waktu naik. Kekeliruan harus
dihindari.
        Tetua ulat sutra yang naik, kepadatannya harus lebih rendah dari
pada ulat sutra yang dipelihara sebagai kokon cadangan. Ruang pemeliharaan
harus berventilasi baik dan cukup hangat untuk memindahkan kelebihan uap
air.
         Suhu protektif pada periode penaikan untuk bivoltin berpusat sekitar
24,5ºC dan untuk multivoltin sekitar 26,5ºC. Selisih antara bola kering dan
bola basah higrometer adalah 3ºC. Ruangan penaikan harus tidak terlalu
terang; sebaiknya sedikit gelap dan kondisi sunyi.
         Waktu pemanenan kokon bervariasi dengan varietas dan suhu
protektif ulat sutra pada masa penaikan. Secara umum, pemanenan kokon
untuk bivoltin dimulai 6 hari setelah ulat-ulat tersebut naik, dan untuk
bivoltin tiga hingga empat hari. Sambil dipanen, kokon harus diletakkan
secara terpisah menurut varietasnya dan tanggal penaikan; kokon ganda,
kokon yang diparasit nyamuk dan kokon yang cacat harus dikeluarkan. Pupa
ulat sutra harus diperlakukan dengan lembut untuk menghindari kerusakan.
         Pemanenan kokon pada periode awal terjadi di China Timur.
Dikatakan bahwa kokon dipanen bila ulat sutra telah menyelesaikan
pemintalan sutra dan mendekati pupa. Dengan suhu protektif 25ºC dan
periode penaikan 60-70 jam, pemanenan kokon pada masa awal mencapai
hasil yang efektf dalam hal memacu produksi telur bivoltin, yang mana badan
pupa relatif lebih besar.


2.4. Efek Lingkungan Pemeliharaan Pada Voltinisme
         Selama periode pemeliharaan, suhu, cahaya dan nutrisi juga
mempunyai pengaruh tertentu pada voltinisme, tetapi pengaruh tersebut
lebih kecil pada masa inkubasi.
         Hasil investigasi seperti yang terlihat pada Tabel 1-3 adalah status
tipikal untuk bivoltin. Karena beberapa ras bivoltin yang ada mempunyai
hubungan darah dengan multivoltin, maka voltinismenya tidak stabil. Dalam
rangka menstabilkan hibernasi bivoltin, masih perlu memberi perhatian pada




                                     7
kontrol suhu pada periode pemeliharaan, meskipun suhu tinggi dan cahaya
diperlukan selama inkubasi. Hanya dengan mempertahankan suhu tinggi
(26ºC) untuk larva bayi dan suhu rendah (di bawah 24ºC) untuk larva tumbuh,
akan didapatkan telur hibernasi.
        Cahaya juga mempunyai beberapa efek pada voltinisme ulat sutra
selama periode pemeliharaan.       Bila pada periode bayi terang, ulat
menghasilan sebagian besar telur hibernasi, dan pada periode tumbuh telur
non-hibernasi. Jika dipelihara pada kondisi gelap, ulat cenderung untuk
meletakkan telur non-hibernasi.
         Lebih jauh, kualitas pakan dapat juga berpengaruh pada voltinisme.
Pemberian pakan dengan daun-daun yang bergizi membantu menghasilkan
telur hibernasi, sementara pakan atau pemberian pakan yang jelek dengan
daun-daun yang kurus cenderung untuk menghasilkan telur-telur non-
hibernasi.




                                    8
BAB III
             INVESTIGASI DAN PRESERVASI KOKON BENIH

        Kokon benih adalah sumber material yang digunakan untuk
menghasilkan telur ulat sutra. Kualitas kokon benih adalah berhubungan
dengan kualitas telur ulat sutra dan keberhasilan memelihara ulat sutra F1
hibrid. Oleh karena itu kokon benih yang dipanen harus diuji dengan ketat.
Hanya kokon yang memenuhi standar yang dapat digunakan untuk
menghasilkan telur. Kokon dengan kualitas demikian harus disimpan untuk
mendukung perkembangan morfologis agar menghasilkan telur dengan jumlah
banyak dan kualitas tinggi.


3.1. Investigasi Kualitas Kokon Benih
         Kriteria kualitas kokon benih : Karena kondisi klimatis dan geografis
sangat bervariasi pada berbagai belahan dunia, maka varietas ulat sutra
adalah berbeda, dan demikian pula halnya kualitas kokon. Bahkan pada
varietas ulat sutra yang sama yang dipelihara pada daerah yang berbeda akan
mempunyai karakteristik yang bervariasi. Oleh karena itu standar untuk
inspeksi kualitas kokon benih bervariasi dengan tempat yang berbeda.


Metode inspeksi kualitas kokon benih
         Hal-hal dan waktu inspeksi:       Inspeksi kualitas kokon benih
menyangkut empat hal berikut ini: Jumlah kokon yang dipanen, bobot kulit
kokon, rasio kulit kokon dan rasio kokon mati. Kelompok pemeliharan
(rearing batch) adalah unit untuk keempat hal di atas.
         Waktu inspeksi adalah sebagai berikut: Untuk pemanenan musim
semi dan akhir musim gugur adalah 7-10 hari setelah penaikan penuh; untuk
pemanenan awal musim gugur dan pertengahan musim gugur, 6-8 hari setelah
penaikan penuh. Untuk varietas dengan durasi periode pupa yang lebih
pendek, seperti Dong 34, inspeksi dapat dilakukan sehari sebelumnya. Jika
interval di antara penaikan terlalu lama, inspeksi dapat dilakukan per seksi,
hasilnya kemudian berdasarkan rataan.

Metode inspeksi
        Inspeksi jumlah kokon yang dipanen: Kokon reproduktif, kokon dobel
dan kokon rusak harus ditimbang terpisah dan diambil bobot totalnya.
Rataan hasil kokon dari 10 g ants harus dihitung dan kemudian 1 kg dari
setiap macam kokon diambil dan jumlahnya dihitung.
        Metode sampling : 5-6 kg kokon harus diambil secara acak untuk
sampling. Kokon floss harus dipindahkan. Kokon tersebut harus dicampur
merata dan diletakkan mendatar. Kokon dibagi menjadi empat bagian oleh
dua garis diagonal. Setiap dua bagian pada sudut diagonal harus diambil dan
ditimbang 2 kg untuk berbagai pengujian. Dua bagian lainnya diambil untuk
sampel investigasi kecepatan kokon terseleksi.




                                       9
Cek analitis kokon yang mati : Inspeksi kokon mati pada kokon
reproduktif – jika bobot ant dari kelompok pemeliharaan adalah di atas 80 g,
maka 1 000 kokon harus dicek, dan jika di bawah 80 g, 500 kokon harus dicek.
         Inspeksi kokon mati di antara kokon dobel dan kokon rusak : Jika
bobot dari kelompok pemeliharaan adalah di atas 80 g, maka 500 dobel kokon
harus dicek, 0,6 kg kokon rusak ; jika di bawah 80 g, 250 kokon dobel, 0,5 kg
kokon rusak.
         Kokon harus dipotong buka untuk menginspeksi kokon mati oleh
karena berbagai penyebab. Kecepatan kematian dari keseluruhan lot harus
ditotal. Jika c diambil sebagai bobot berbagai jenis kokon, n adalah
jumlah/kg jenis kokon yang berbeda, dan d adalah kecepatan kematian kokon
yang berbeda, maka D atau kecepatan kokon mati dari seluruh lot dapat
dikalkulasi dengan formula berikut :
        cnd
D = ----------- x 100
        cn
        Yang termasuk kokon mati adalah setiap bentuk ulat mati, pupa
mati, ulat dan pupa yang terinfeksi, pupa yang moult-sebagian (menutup
thorax atau lebih dari dua segmen pada bagian anterior), pupa yang tidak
moulting atau pupa dengan tiga segmen abdomen berubah menjadi hitam,
dan ulat kaki-berambut (larva tidak menjadi pupa) setelah 6 hari penaikan
pada kokon.
        Pupa berdarah, pupa yang di parasit larva serangga (uget-uget), pupa
yang diinfeksi muscardine tidak perlu diuji. Tetapi pada batch tetua ulat
sutra, pencatatan ketiga macam pupa ini harus dilakukan sebagai indeks
grading penjualan kokon benih.
        Inspeksi kualitas kokon : 120 kokon diambil dari sampel secara acak.
Kokon tersebut dibuka secara individual, jenis kelaminnya diidentifikasi, dan
50 kokon jantan dan 50 kokon betina diseleksi. Kokon keseluruhan dan kulit
kokon ditimbang sehingga kecepatan pengulitan kokon dapat dikalkulasi.


                       Bobot kulit       + Bobot kulit
                         Kokon                   Kokon
% Kecepatan pengulitan = ------------------------------------------ x 100
                       Bobot kokon            Bobot kokon
                        Keseluruhan            Keseluruhan

         Investigasi kecepatan pelepasan kokon (the casting cocoon rate) :
Pindahkan 2-2,5 kg kokon dari separuh sampel lainnya, dan cast kokon yang
defektif. Hitung kecepatan pelepasan kokon sebagai kriteria kecepatan
pelepasan kokon untuk keseluruhan lot. Kecepatannya tidak boleh lebih kecil
dari 3 persen untuk panenan musim semi dan tidak lebih kecil dari 4 persen
untuk pemanenan musim gugur.
        Jika hasil pengujian-pengujian ini tidak memenuhi standar, maka
perlu dua pengujian lagi yang diambil dari sampel lainnya. Jika hasil rataan
tiga pengujian tetap tidak memenuhi standar maka seluruh lot kokon ditolak.




                                         10
3.2. Seleksi Kokon Benih
          Setelah inspeksi kualitas, lot pemeliharaan kokon benih harus melalui
seleksi individual, dan kokon yang tidak memenuhi karakteristik rasial dari ras
tetuanya harus dibuang.         Hal ini akan mempertahankan karakteristik
ekonomis yang seragam dari varietas dan meningkatkan kualitas kokon.


Kokon cacat adalah :
•   Kokon tipis – Kulitnya sangat tipis dan dapat dengan mudah di remukkan.
•   Kokon salah bentuk (malformed) – Bentuknya tidak teratur, tidak
    memenuhi karakteristik rasial dari varietas aslinya.
•   Kokon kapas (fluffy cocoons) – Kokon kehilangan kulit, tetapi tidak
    mengkerut; lembut dan lepas seperti kapas jika disentuh.
•   Kokon berwarna – Kuning muda, hijau kekuningan atau warna lain.
•   Kokon cacat lainnya – Kokon berujung lancip, kokon patah (broken-end),
    kokon kecil, kokon bee-waist dll.
        Kokon menjadi cacat karena faktor genetis atau lingkungan. Cacat
yang disebabkan oleh faktor genetis, seperti kokon berwarna, kokon kapas,
kokon bee-waist dan kokon berujung lancip harus dibuang. Kokon salah
bentuk, kokon tipis, kokon patah dll secara umum disebabkan oleh faktor
lingkungan. Lebih baik membuang kokon cacat tersebut untuk menjaga
keseragaman bentuk ras.


3.3. Preservasi Kokon Benih
         Suhu : Adalah sangat penting kokon benih disimpan pada suhu yang
sesuai. Pada bivoltin, suhu optimum untuk preservasi adalah 24ºC, di mana
kecepatan eclosion adalah tertinggi, jumlah telur yang diletakkan oleh kupu
induk mencapai maksimum, kecepatan telur tidak fertil dan telur mati adalah
rendah. Pada multivoltin, sebaiknya kokon disimpan pada suhu 26ºC. Jika
kokon benih disimpan pada suhu 30ºC, tidak hanya jumlah pupa dengan
penyakit flacherie akan meningkat dan kecepatan munculnya kupu-kupu
menurun; tetapi jumlah telur tidak fertil, telur mati dan telur non-hibernasi
akan meningkat secara signifikan. Efek suhu tinggi sangat jelas pada periode
penaikan (mounting) dan pupasi (pupation). Yang paling menderita adalah
pupa jantan. Jika suhu lebih rendah dari 20ºC, maka kecepatan munculnya
kupu akan menurun, jumlah telur yang dihasilkan akan menurun tajam, telur
tidak fertil akan meningkat dan pupa betinalah yang paling menderita.
         Kelembaban: Kelembaban optimum untuk preservasi kokon benih
adalah 75-80 persen. Secara umum, pada kisaran 65-90 persen, kelembaban
tidak berpengaruh nyata pada kesehatan kupu, pada jumlah telur yang
dihasilkan, jumlah telur tidak fertil atau generasi ulat sutra berikutnya. Pada
prakteknya, jika telur dihasilkan pada musim gugur, udara sering terlalu
kering. Jika kelembaban lebih rendah dari 60 persen, pupa akan tumbuh
lambat, persentase eclosion ( muncul) akan menurun, dan jumlah kupu-kupu
yang gagal kawin akan meningkat. Mereka menjadi terlalu mudah berpisah,
bahkan ketika mereka mempunyai kesempatan untuk berkopulasi. Jika




                                      11
terlalu kering pada periode akhir preservasi kokon benih, efeknya akan lebih
serius. Oleh karena itu, di sekitar waktu munculnya kupu awal, kelembaban
harus disesuaikan menurut kondisi aktual.
        Cahaya : Pada periode preservasi kokon benih, hati-hati untuk
mempertahankan penerangan pada siang dan kegelapan pada malam. Adalah
penting bahwa malam menjadi gelap total dan bahwa kokon dikenai cahaya
sebelum terbit matahari pada hari eclosion, dengan demikian membuat kupu
muncul lebih awal dan seragam.
         Udara : Dengan tumbuhnya pupa, kecepatan respirasinya secara
gradual meningkat. Sejumlah besar karbon dioksida dilepaskan ketika mata
majemuknya berwarna. Pada saat seperti itu, ventilasi diperlukan. Udara
harus tetap segar di ruang pemeliharaan.


3.4. Observasi Pertumbuhan Pupa dan Regulasi Perkawinan
        Untuk mengatur perkawinan kupu, adalah penting untu mengamati
perkembangan pupa. Suhu harus diatur menurut derajat pigmentasi mata
majemuk, antena dan badannya. Oleh karena itu kupu-kupu dua varietas
untuk kawin akan muncul secara simultan.


Korelasi antara pigmentasi dan perkembangan pupa :
Secara umum, pigmentasi dan perkembangan pupa berkorelasi sebagai berikut :

•   Mulainya pigmentasi mata majemuk menandai titik paruh antara penaikan
    (mounting) dan pemunculan (emergence).
•   Mata majemuk menjadi hitam pada titik dua pertiga.
•   Jika antena berubah menjadi hitam gelap, kupu akan muncul pada dua
    atau tiga hari.
•   Bila badan pupa menjadi kendur dan lunak, lustre lepas dan jadi
    mengkerut, kupu akan muncul pada hari berikutnya pada kasus ras Cina
    dan dua hari kemudian untuk ras Jepang (Gambar 3-2).

        Pengaturan pemunculan kupu : Secara umum, suhu preservasi pupa
dari penaikan ke munculnya kupu, berada pada kisaran 21-27ºC. Jika suhu
meningkat atau turun 1ºC, pemunculan kupu akan lebih cepat atau tertunda
sehari. Jika suhu meningkat atau turun 2ºC, maka akan lebih cepat atau
tertunda dua hari. Suhu yang lebih rendah harus lebih sering digunakan untuk
pupa yang berkembang lebih cepat dan demikian pula sebaliknya. Harus hati-
hati dalam melakukan pengamatan perkembangan pupa secara teratur dan
untuk mengatur suhu agar kupu dari dua varietas untuk kawin akan muncul
pada hari yang sama dan dalam kuantitas seragam.
        Penyimpanan dingin kokon benih (pupa) : Terdapat dua periode
untuk inhibisi dingin pupa ulat sutra : (a) dua hingga tiga hari setelah pupasi
bila mata majemuk mulai berpigmen, dan (b) sehari sebelum munculnya
kupu. Penyimpanan dingin harus dilakukan pada malam hari. Batasan waktu




                                      12
penyimpanan dingin untuk jantan adalah 4-5 hari, dan untuk betinan 2-3 hari.
Kisaran suhu dari 2,5 hingga 7,5ºC, dengan 5ºC sebagai median.
       Penyimpanan dingin kokon benih mungkin menurunkan persentase
munculnya kupu, jumlah kupu yang tidak bertelur meningkat, dan jumlah
telur yang dihasilkan akan menurun; persentase telur tidak fertil mungkin
juga akan meningkat. Oleh karena itu, kokon benih tidak boleh disimpan
dingin kecuali benar-benar diperlukan.




                                    13
BAB IV
                   DISKRIMAINASI KELAMIN (SEXING)

        Diskriminasi sex atau sexing, adalah suatu ukuran tehnis penting
pada produksi telur F1 ulat sutra hybrid. Sexing adalah pemisahan betina dari
jantan di dalam varietas yang sama. Terdapat tiga metode : (1) sexing
melalui karakteristik eksternal larva, (2) sexing melalui karakteristik
eksternal pupa dan (3) sexing melalui karakteristik eksternal kokon.
4.1. Diskriminasi Kelamin Larva
         Pada sisi ventral abdomen larva betina, pada segmen ke delapan
dan ke sembilan, terdapat sepasang noktah melingkar kecil pada kedua sisi
kiri dan kanan. Noktah tersebut dinamakan kelenjar depan (foregland)
Ishiwata. Pada larva jantan, terdapat badan folikuler berwarna putih susu
yang disebut kelenjar Herold di pusat sisi ventral pada persambungan segmen
ke delapan dan ke sembilan.        Melalui observasi karakteristik kelenjar
reproduktif yang berbeda antara larva jantan dan betina, maka diskriminasi
kelamin larva dapat dilakukan dengan mata telanjang dari instar keempat
akhir hingga instar kelima.


4.2. Diskriminasi Kelamin Pupa
         Pupa ulat sutra betina lebih besar dari pada pupa jantan; warna kulit
pupalnya (cuticle) adalah lebih terang, dan segmen abdominal posterior
bentuknya lebih bulat. Secara ventral, pada pusat segmen abdominal ke
delapan, terdapat tanda berbentuk X yang memanjang dari marjin segmen
anterior ke posterior.
        Pupa ulat sutra jantan adalah lebih kecil dari pada yang betina,
segmen abdominal terakhir agak lancip, dan pada pusat segmen ventral ke
sembilan terdapat noktah kecil coklat, kelenjar Herold.
        Menurut sifat eksternal – bentuk badan dan tanda jelas kelenjar
reproduktif - adalah mungkin untuk membedakan kelamin pupa ulat sutra
4.3. Diskriminasi Kelamin Kokon Benih Ulat Sutera
         Karena kokon betina biasanya lebih besar dan lebih berat dari pada
jantan dari ras yang sama, khususnya di antara ras-ras multivoltin, maka
perbedaan ini dapat digunakan untuk memisahkan kokon betina dari kokon
jantan dengan penimbangan. Mesin sexing popular digunakan untuk tujuan
ini pada farm produksi telur ulat sutra di Propinsi Guangdong, China. Mesin
sexing dapat membuat pekerjaan lebih efisien, dan kupu dapat keluar dari
kokonnya sendiri tanpa digunting. Jika kupu muncul dari kokon tanpa
gunting, rataan kecepatan produksi telur dapat mendekati 20 persen lebih
tinggi dari pada jika kokon digunting buka, karena resiko pupa terluka akan
berkurang.
         Sebelum sexing mekanis digunakan, beberapa contoh kokon diambil
secara acak dari batch kokon benih yang sama hari penaikannya. Bobot kokon
kriteria dideterminasi berdasarkan kisaran bobot antara kokon betina dan
jantan. Bobot ini akan digunakan sebagai bobot diferensiasi untuk separasi




                                     14
kelamin kokon benih: kokon yang lebih berat dari kriteria masuk ke kelompok
betina, yang lebih ringan adalah jantan. Kokon dengan berat yang sama
dengan kokon kriteria termasuk kelompok campuran dari kedua kelamin.
        Evaluasi tepat kokon kriteria mempunyai efek pada kerja
keseluruhan. Bobot kriteria harus mempertahankan kecepatan sexing 90
persen atau lebih tinggi. Pada waktu yang sama, kecepatan sexing kelompok
campuran harus terkontrol 10 persen atau kurang. Jika persyaratan di atas
tidak dapat dipenuhi, maka aplikasi separasi sex mekanis menjadi tidak
nyata.
         Mesin sexing kokon terdiri dari sumbu putar utama, bagian atas yang
melekat pada piringan berpeforasi. Melekat pada bagian ini lengan baja kecil
tipe-lever, menggantung dengan interval regular/teratur.
         Jika mesin dioperasikan, motor listrik kecil mengatur piring berongga
berotasi dan lempengan baja kecil berputar bersama-sama. Menurut prinsip
lever, lempeng baja yang berputar dapat mengukur bobot kokon secara
otomatis.
         Efisiensi mesin pemisah jenis kelamin kokon : Mesin pemisah jenis
kelamin kokon ini berputar pada kecepatan14,5 putaran per menit. Bila ras
ulat sutra tertentu mempunyai rataan 740 kokon per kilogram, maka efisiensi
mesin pemisah jenis kelamin dapat dihitung sebagai berikut :
   •   Jumlah siklus rotasi piringan berputar per jam : 60 X 14,5 = 870 siklus
   •   Jumlah kokon melintas melalui mesin per jam : 870 x16 = 13 920
       kokon
   •   Jumlah kokon benih terpisah per hari kerja ; 13 920 x8 = 111 360
       kokon


          Sekarang, pada praktek produksi, efisiensi kerja mesin pemisah jenis
kelamin berbeda agak banyak dari efisiensi teoritis, karena mesin harus
dijustifikasi sebelumnya ke operasi pemisahan setiap jenis kelamin kokon.
Lebih jauh, pekerja yang menjatuhkan kokon ke dalam pan secara manual
adalah lebih lambat dari pada kecepatan mesin yang berotasi. Jika mesin
dapat diperbaiki dengan sejenis peralatan kombinasi (termasuk pelayanan
kokon otomatis), maka efisiensi separasi jenis kelamin kokon secara mekanis
akan meningkat pesat.
         Pemisahan jenis kelamin dengan penimbangan kokon individual :
Timbangan kokon tunggal dapat pula digunakan untuk separasi jenis kelamin.
Hal ini juga dirancang dengan prinsip keseimbangan. Meskipun kecepatan
efisiensinya jauh lebih rendah, tetapi mudah dilakukan dan sangat akurat.




                                      15
BAB V
                                BERTELUR

5.1. Metode Bertelur
         Terdapat dua metode dasar bertelur: bertelur terpisah dan bertelur
campuran. Bertelur terpisah dapat di sub – divisikan menjadi metode
Pasteur, yang dilakukan di China dan Jepang; dan metode kantong seluler,
yang biasanya dilakukan di negara-negara Eropa. Metode bertelur campuran
dapat disub-divisikan menjadi bertelur kartu datar dan bertelur bentuk lepas.
Metode yang dipilih mempunyai hubungan dengan grade produksi telur ulat
sutra., karakteristik ras, kondisi serangan penyakit ulat sutra dll. Misalnya,
produksi telur grandparent hybrid F1 dan dari tetua ras setiap imago (kupu)
harus menjalani tes Pebrine, sehingga metode bertelur terpisah lebih
dipreferensikan. Tetapi untuk telur komersial atau telur untuk produksi ulat
sutra, di mana tidak semua kupu diharuskan menjalani test Pebrine, maka
metode bertelur campuran diadopsi. Ambil contoh, beberapa ras ulat sutra
di Eropa. Dikarenakan degradasi kelenjar Filippi atau Lyonnet maka telur
yang dihasilkan viskositasnya kurang. Hal ini menyebabkan metode bertelur
kantong seluler menjadi sangat penting.
         Metode kartu datar: Metode bertelur campuran ini di mana sejumlah
kupu betina tertentu dibolehkan bertelur pada luasan tertentu pada selembar
kraft. Metode ini sederhana, nyaman dan menghemat tenaga, kecuali bahwa
metode ini tidak mengijinkan adanya seleksi individual atau eliminasi telur
ulat sutra. Metode kartu datar modern adalah salah satu praktek bertelur
komersial yang mempersyaratkan bahwa seluruh telur harus bebas dari
penyakit pebrine. Spesifikasinya adalah bahwa setiap kartu telur mempunyai
luasan bertelur 21 cm x 16 cm = 336 cm2. Lebih jauh lagi, terdapat
perbedaan antara kartu telur datar tunggal dan dobel (Gambar 5-1).
Standard kuantitas telur pada setiap kartu telur adalah kuantitas yang
dibutuhkan telur untuk menempati sepenuhnya kartu telur pada satu lapisan
bijian. Jumlah kupu induk yang diletakkan pada setiap kartu telur bervariasi
menurut ras, daerah, musim dan kualitas kokon benih. Misalnya, di Provinsi
Guangdong setiap kartu telur mengakomodasi 60-70 kupu induk dari ras
bivoltin umum, dan 75-85 kupu induk ras multivoltin.
         Metode bentuk lepas: Untuk telur ulat sutra komersial, metode
bentuk lepas adalah metode yang lebih maju. Di Eropa, metode ini
diwajibkan karena karakteristik varietal. Di Jepang, semua telur ulat sutra
untuk pemeliharaan kokon diproduksi dengan menggunakan metode ini, dan
metode ini juga umum digunakan di Provinsi-provinsi timur China. Telur
lepas terdapat dalam kotak, masing-masing berisi 12 gram.
         Telur lepas kualitasnya superior terhadap telur pada kartu karena
metode ini memfasilitasi seleksi telur individual dan mengeliminasi telur
defektif.    Lebih jauh,      disinfeksi permukaan yang seksama adalah
memungkinkan dan kualitas ras ulat sutra oleh karenanya dapat meningkat.
Pada waktu yang sama, kuantitas telur yang diproduksi per unit adalah tepat
dan seragam, yang mana hal ini menguntungkan untuk produksi yang
terproyeksi. Metode bentuk lepas adalah lebih baik untuk preservasi dan
transport. Namun demikian, kendala metode ini adalah bahwa telur-telur




                                     16
menjadi berguncang terlalu keras selama transport dan dalam proses inkubasi
telur harus diaduk, dan pemanenan larva yang baru menetas sangat sulit
dilakukan.
        Metode Pasteur: Metode ini diadopsi untuk produksi strain ulat sutra
original parent/tetua dan grandparent F1 hybrid. Dikarenakan kemudahan
melakukan inspeksi mikroskopik kupu individual dan eliminasi batches
berpenyakit, metode ini digunakan untuk menghasilkan strain tetua dan
grandparent F1 hybrid ulat sutra yang benar-benar bebas penyakit. Luasan
setiap kartu telur untuk strain tetua adalah 32 x 18 cm2, dibagi menjadi 28
bagian/partisi, di mana pada setiap bagian diletakkan atau ditempati kupu
induk tunggal. Setelah oviposisi, kupu-kupu dimasukkan ke dalam kotak
berlabel nomor serialnya untuk menunggu inspeksi mikroskopik. Untuk
bertelurnya ulat sutra grandparent, setiap kartu telur terdiri dari 14 tempat
kupu. Sebagai tambahan untuk membuat inspeksi mikroskopis yang ketat
terhadap kupu-kupu, maka perlu menyelidiki lama hidup kupu betina sebagai
referensi dalam prosedur seleksi dan eliminasi.
         Metode kantong seluler: Metode kantong seluler juga termasuk
dalam tipe bertelur terpisah. Kantong seluler kecil yang terbuat dari kain
katun tipis atau kraft berpori-pori di mana kupu betina ditempatkan untuk
bertelur. Tipe bertelur kantong seluler ini khususnya cocok untuk ras-ras ulat
sutra tertentu—kupu induk yang menghasilkan telur non-gluey. Sistem ini
diadopsi di Rusia. Mengenai jumlah kupu pada kantong seluler, umumnya
untuk strain tetua, satu kupu dalam satu kantong, tetapi untuk telur ulat
sutra komersial, dua kupu menempati satu kantong.
5.2. Persiapan Bertelur
         Bertelur adalah pekerjaan yang intens dan melelahkan, yang
memerlukan waktu tepat untuk beberapa tahapannya. Segala sesuatunya
harus disiapkan sebelumnya untuk menghindari kekeliruan, eror atau hal-hal
lain yang tidak diinginkan.
        Kandang/tempat bertelur secara umum terdiri dari ruang emergence
(ruang preservasi kokon benih), ruang perkawinan, ruang bertelur, ruang
bersuhu rendah dan ruang preservasi telur ulat sutra. Pada farm produksi
telur komersial di mana ulat sutra tetua dipelihara sendiri, ruang-ruang
tersebut dapat juga digunakan sebagai ruang pemeliharaan/pembesaran atau
ruang penyimpanan mulbery.        Tetapi ruang untuk pemeliharaan dan
bertelurnya ulat sutra tetua harus digunakan secara eksklusif untuk tujuan
tersebut.
         Ruangan pemunculan, perkawinan, bertelur dan preservasi telur ulat
sutra harus dilengkapi dengan peralatan AC untuk mengatur suhu,
kelembaban dan ventilasi. Ruangan harus terang dan gelap secara seragam
pada siang dan malam hari; cahaya yang terlalu kuat dan terang harus
dihindari. Untuk ruang perkawinan dan bertelur dipreferensikan atmosfere
yang tenang. Ruang bertelur harus mempunyai pencahayaan yang mudah
dikontrol dan harus dilengkapi dengan fasilitas ventilasi.
          Pada prinsipnya, suhu ruang dingin dipertahankan pada 10ºC.
Insulasi thermal harus dicek dan dites sebelumnya.
        Kain katun berperforasi untuk menutupi kokon, nampan bambu untuk
perkawinan, papan dan frame bambu untuk bertelur harus dibersihkan dan




                                     17
disterilkan sebelum digunakan. Semua peralatan yang dipergunakan harus
disiapkan dalam hubungannya dengan kecepatan pemunculan harian yang
tertinggi, atau sekitar 50-60 persen kecepatan bertelur keseluruhan batch.
Peralatan lain adalah lembar draft, kotak kupu betina, kotak/tempat kupu
jantan, dan stand berkawat untuk menaruh kartu telur ulat sutra.
5.3. Teknik Bertelur
         Eclosion atau pemunculan: Selama preservasi kokon benih, pupa
berkembang dan metamorfosis secara gradual hingga akhirnya muncul sebagai
kupu ulat sutra. Pada saat mendekati pemunculannya, kupu di dalam kokon
mengeluarkan cairan yang melarutkan sericin dan melembabkan serta
melembutkan filamen sutra kulit kokon. Kemudian mendorong kulit kokon
dengan kepalanya, kupu-kupu keluar dari kokon.         Rambut sisik pada
permukaan tubuh kupu-kupu yang baru muncul adalah lembab, badannya
fleksibel, sayapnya kecil dan menggulung. Kupu-kupu tampak tak bergerak.
Segera setelah itu, rambut bersisik secara gradual mengering, cairan tubuh
memasuki vena-vena sayap, dan sayap mulai terpisah. Kupu-kupu terus
mengepakkan sayapnya dan merangkak dalam keadaan sangat aktif sambil
mencari kupu betina untuk dikawini.
         Sesaat sebelum kemunculannya, pupa sesekali menggerakkan
badannya dengan suara perlahan. Apabila metamorfosis sudah selesai, badan
kupu dan kulit pupa secara gradual saling memisahkan diri. Pupa kehilangan
kecerahannya dan menjadi gelap kecoklatan dengan tiada kerutan elastis
pada permukaan tubuhnya. Sebelum kemunculannya, badan pupa adalah
ringkih dan lembut terhadap sentuhan. Keadaaan ini adalah karakteristik
utama tahap perkembangan ini.
         Ras univoltin mempunyai periode pupal yang lebih lama dari pada
bivoltin, dan multivoltin mempunyai periode pupal terpendek. Berkaitan
dengan kondisi lingkungan preservasi, di dalam kisaran suhu optimum, makin
tinggi suhu maka akan makin cepat dan seragam pemunculan. Dengan makin
rendahnya suhu maka eclosion akan makin lambat dan iregular/tidak teratur.
Tetapi suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan perpanjangan periode
pupal. Pada kondisi lingkungan optimum, durasi pupal ras univoltin China
adalah 14 hari, univoltin Jepang adalah 17 hari.         Ras bivoltin China
memerlukan 12 hari, ras bivoltin Jepang mendekati 14 hari. Namun demikian
ras multivoltin China dari propinsi Guangdong hanya membutuhkan sekitar 10
hari.
         Pada kondisi preservasi normal, pengenaan cahaya dimulai pada saat
matahari terbit sekitar jam 04.00, dan pemunculan pada dasarnya berhenti
pada jam 8.00 di hari yang sama untuk ras bivoltin dan jam 6.30 untuk
multivoltin.
        Pemunculan berlangsung lebih lama pada ras multivoltin; urutan
durasi berikutnya adalah ras bivoltin, dan ras multivoltin adalah yang
terpendek. Jumlah kupu yang muncul perharinya juga tidak seragam, tetapi
mempunyai pola tertentu. Pengetahuan yang baik tentang pola pemunculan
adalah sangat penting untuk membuat proyeksi produksi telur. Tehnisi
produksi telur harus memperhatikan pola ini.
       Untuk memudahkan pemilihan kupu dan mencegah urin kupu
mengkontaminasi badannya, maka sebaiknya digunakan selembar kain katun
untuk menutupi kokon sebelum pemunculannya. Dalam rangka membuat




                                    18
perencanaan yang sesuai untuk bertelur harian, maka disarankan untuk
menginduksi pemunculan yang seragam. Dengan alasan ini, pengenaan
cahaya harus dimulai pada jam 4.00, dan pekerja harus secara khusus
ditugaskan untuk mengeluarkan jantan secepatnya. Oleh karena itu, pekerja
harus mengeluarkan dengan segera kupu jantan yang bercampur dengan kupu
betina secepatnya dikarenakan kesalahan diskriminasi jenis kelamin. Apabila
dideteksi terjadi kopulasi, maka kupu betina yang kopulasi harus dibuang.
        Pengoleksian kupu: Setelah cahaya dinyalakan dan photosensitivitas
telah dimulai untuk dua hingga tiga jam dan rambut sisik kupu yang muncul
menjadi kering dan sayap-sayap terbentang penuh, maka pengoleksian kupu
dimulai. Kupu jantan menjadi sangat aktif, mengepakkan sayapnya dan
merangkak berkeliling, dan inilah yang dikoleksi pertama kali dan ditempeli
dengan label yang mengindikasikan nama ras, jumlah batch dan tanggal.
Kupu-kupu jantan tersebut disimpan sementara pada tempat yang dingin dan
gelap untuk menghambat aktivitasnya dan mengurangi konsumsi enerjinya.
Kemudian dilakukan pengoleksian kupu betina dan disebarkan merata pada
nampan, dengan menyisakan sedikit ruang di antaranya untuk distribusi kupu
jantan untuk kawin.
        Bila kupu jantan mencium bau kelenjar alluring kupu betina, maka
kupu jantan menjadi sangat terangsang dan sangat aktif. Hal ini tidak hanya
menyebabkan kupu jantan membuang banyak enerji, tetapi juga membuat
mereka jatuh dari nampan ke lantai, yang akan menimbulkan kesulitan
dalam pekerjan pemilihan. Oleh karena itu, sebelum pemunculan kupu,
kedua jenis kelamin kokon ulat sutra harus disimpan dalam ruang terpisah.
Selanjutnya, tempat untuk menyimpan kupu betina dan nampan untuk
menaruh kupu betina harus tetap.
        Pada kondisi normal, pekerjaan mengoleksi kupu secara umum
berlangsung dari jam 6.00 hingga jam 7.00.
         Seleksi kupu: Seleksi kupu adalah penting untuk memperbaiki
kualitas telur ulat sutra. Pada setiap tahapan proses produksi telur, kupu
yang defektif/cacat harus dieliminasi. Sebelum kupu kawin, diperlukan
penyortiran dan mengeliminasi kupu betina yang cacat.         Karakteristik
morfologis kupu cacat adalah sebagai berikut :
   1. Segmen badan terlalu panjang, badan kompak, badan bulky atau
      kerdil dibandingkan dengan kupu normal.
   2. Bentuk badan abnormal, gelap atau berbintik hitam pada segmen
      ventral dan sayap.
   3. Sayap abnormal atau kurang berkembang.
   4. Rambut sisik berjatuhan, inert.
   5. Inaktif, tidak mampu kopulasi


        Di dalam batch kokon, sejumlah kecil kupu yang muncul terlalu awal
atau terlalu lambat harus dieliminasi dan tidak dimasukkan untuk deposisi
telur.
        Kopulasi: Dengan berakhirnya pekerjaan mengoleksi kupu, maka
persiapan untuk perkawinan seharusnya dimulai pada jam 8.00. Pertama,




                                      19
kupu betina didistribusikan merata pada nampan dan kupu jantan dilepaskan
di antara mereka sehingga terjadi perkawinan alami. Jumlah jantan harus 20
persen lebih banyak dari pada betina. Setelah sekitar 10 atau 20 menit,
berpasangan dimulai secara alami. Kupu yang tidak mendapat pasangan
dikeluarkan dan dikumpulkan pada nampan terpisah. Kupu berpasangan yang
dalam proses kopulasi harus disusun merata dengan ruang memadai di
antaranya untuk menghindari interupsi dan decoupling/tidak berpasangan.
         Harus diberikan waktu yang cukup untuk kopulasi. Jika terlalu
singkat, bertelur akan lambat, telur yang dihasilkan lebih sedikit, dan lebih
banyak yang tidak difertilisasi. Sebaliknya, jika waktu kopulasi terlalu lama,
decoupling akan menyebabkan ovulasi dini dan kerugian. Berkaitan dengan
durasi kopulasi, dari sisi fertilisasi, dua jam adalah memadai. Pada produksi
prakteknya, biasanya berlangsung empat hingga lima jam. Selain itu, durasi
perkawinan sedikit bervariasi dengan perbedaan suhu ruang oviposisi, ras ulat
sutra, dan jumlah perkawinan yang dapat dilakukan oleh kupu jantan.
Perkawinan sedikit lebih singkat pada suhu tinggi. Tetapi untuk ras ulat sutra
yang mempunyai banyak telur tidak fertil atau kupu jantan untuk kawin lagi,
waktunya harus sedikit diperpanjang. Yang terbaik adalah jantan kawin satu
kali sehari. Jika perkawinan kupu jantan yang kedua diinginkan pada hari
yang sama, durasi perkawinan yang pertama harus dikurangi hingga tiga jam
dan yang kedua ditingkatkan hingga lima jam. Pada deposisi telur massa,
biasanya penggunaan kupu jantan diduplikasi. Jika perkawinan diulang pada
hari yang sama, kupu jantan harus ditempatkan pada ruang dingin untuk
beristirahat selama setengah jam di antara perkawinan pertama dan kedua.
         Suhu selama perkawinan seharusnya di atur pada 24-25ºC untuk ulat
sutra bivoltin, pada 27-28ºC untuk multivoltin. Kelembaban relatif pada
kedua macam ras tadi harus dipertahankan pada 75-85 persen. Pada suhu
tinggi sekitar 30ºC dan kondisi kering, kupu-kupu nampaknya akan decouple.
Selanjutnya, ruang perkawinan harus tenang, pencahayaan seragam, bebas
dari draft, dan terkena sinar matahari langsung. Bila perkawinan dalam
kemajuan pekerja yang ditugasi harus melakukan inspeksi keliling. Apabila
ditemukan kupu decoupling, maka harus diatur di tempat lain dan dilakukan
perkawinan yang baru.


         Decoupling dan penyebaran kupu : Jika waktu yang disediakan untuk
perkawinan berakhir, maka harus dimulai decoupling. Untuk mendecouple
pasangan kawin, maka harus hati-hati untuk tidak terlalu keras dalam
memisahkan kupu-kupu tersebut karena organ reproduksinya bisa rusak.
Setelah decoupling, kupu induk harus digoyang untuk mempercepat urinasi.
Kupu induk yang tidak berurinasi atau urinasinya belum tuntas bukan hanya
oviposisinya terlambat, tetapi juga akan mengkontaminasi telur-telurnya bila
urinasinya pada saat oviposisi.
        Disarankan untuk mengkoleksi kupu betina decouple pada selembar
kain lunak persegi dengan panjang sisi 50 cm, atau pada selembar kain
melingkar dengan diameter 50 cm. Mereka harus disebarkan secara merata
sehingga tidak bergerombol. Kemudian dengan menggunakan dua tangan,
lembaran kain dengan kupu di dalamnya diangkat perlahan dan digoyangkan
perlahan-lahan agar urinasinya tuntas. Bila tidak demikian kupu-kupu akan
terlambat dalam bertelur dan urin akan mengotori kraft dan
mengkontaminasi telur.




                                     20
Metode penyebaran kupu berbeda sangat dengan metode bertelur
yang digunakan. Pada metode bentuk lepas, jumlah kupu betina yang
disebarkan berkorelasi dengan luasan kain ovulasi atau kraft. Kupu-kupu
harus disebarkan secara merata dan dibiarkan oviposisi tanpa memperdulikan
bagaimana telur-telur diletakkan atau dilekatkan. Tetapi sebaliknya, untuk
deposisi telur kartu datar, keseragaman dalam oviposisi dan pelekatan adalah
diharapkan. Kerapihan dan penampilan yang baik adalah aspek lain yang
disukai. Untuk alasan ini, jumlah kupu betina yang disebarkan pada setiap
lembar adalah konsisten, untuk ketepatan dan kemudahan, berat total adalah
lebih umum digunakan dari pada jumlah.


         Oviposisi dan inspeksi keliling : Keragaman kondisi oviposisi kupu
ulat sutra erat hubungannya dengan perbedaan ras, waktu perkawinan, suhu
selama oviposisi dan kekuatan cahaya. Bila dibandingkan kecepatan oviposisi
ras yang berbeda, ras China adalah yang tercepat (secara umum, oviposisi
berakhir pada jam 21.00-22.00 hari yang sama), ras Jepang kedua, ras Eropa
agak lambat. Telur awal pada semua strain adalah lebih besar dari pada telur
akhir. Juga, bertelur akan lebih cepat bila perkawinan berlangsung lebih
lama dan akan lebih lambat bila waktu perkawinan pendek.
        Oviposisi dapat dipercepat jika suhu ruang oviposisi tinggi dan akan
diperlambat bila suhu rendah. Suhu juga mempengaruhi kualitas telur ulat
sutra.
        Pada 24ºC, lebih sedikit telur infertil yang dihasilkan, dan pada 26ºC
dan 30ºC terjadi hal yang sebaliknya. Hal ini jelas terlihat pada strain
Jepang.
        Berkenaan dengan kecepatan oviposisi, di luar yang ditentukan
adalah sedikit lebih cepat pada 26,5ºC dan 30ºC dan akan melambat empat
jam kemudian. Delapan jam kemudian, kecepatan bertelur melebihi 95
persen. Biasanya kecepatan oviposisi mencapai sekitar 95 persen delapan
jam seteleh decoupling.
         Sekitar dua jam setelah oviposisi, inti telur menyatu dengan bahan
yang ada dalam sel sperma untuk membentuk zygot, dan fertilisasi terjadi.
Selanjutnya, zygot mengalami divisi sel. Pada tahapan inilah telur ulat sutra
mempunyai resistensi terendah terhadap lingkungan yang buruk. Jika suhu
meningkat hingga 30ºC atau lebih, nampaknya akan dihasilkan telur infertil
atau telur mati.
         Ruang bertelur harus dipertahankan kelembaban optimumnya 75
persen. Lebih jauh, chamber gelap adalah lebih baik untuk oviposisi cepat,
sedangkan chamber terang mempunyai efek sebaliknya. Pintu dan jendela
chambers harus dibayangi dengan kelambu hitam. Cahaya merah lebih
disukai untuk inspeksi keliling. Inspeksi keliling sebaiknya dilakukan sekali
tiap dua jam, khususnya pada jam 16.00-17.00 saat mana oviposisi paling
gencar.
         Manajemen penyimpanan dan perkawinan ulang kupu jantan : Pada
pengamatan pola pemunculan, diketahui bahwa pemunculan jantan dan
betina tidak seimbang. Pada ras komersial umum, pemunculan pada tahap
awal menghasilkan lebih banyak jantan dari pada betina dan sebaliknya pada
pemunculan akhir (terkecuali pada beberapa ras langka). Oleh karena itu




                                     21
jantan ekstra pada tahap awal harus disimpan dalam jumlah memadai untuk
digunakan bila jantan yang ada tidak cukup untuk dipasangkan. Juga,
biasanya ada penyimpanan jantan setelah perkawinan pertamanya dengan
tujuan mengawinkannya kembali jika diperlukan.


        Manajamen penyimpanan kupu jantan : Adalah penting untuk
mempertahankan kebugaran kupu jantan selama penyimpanan.            Secara
umum, kupu jantan dapat disimpan pada suhu renda 5-7,5ºC untuk selama
empat atau lima hari, tetapi penyimpanan lebih lama lagi akan menyebabkan
kemampuan kawin berkurang dan jumlah telur tidak terfertilisasi meningkat.
Kupu jantan jangan ditumpuk dalam kotak penyimpanan, tetapi diletakkan
dalam satu barisan. Untuk menghindari kerancuan, kupu jantan diindeks
menurut nama ras, nomor serial batch, tanggal pemunculan dan jumlah
perkawinan.
          Perkawinan ulang kupu jantan : Perkawinan ulang kupu jantan
adalah umum dilakukan dalam produksi. Berdasarkan investigasi kemampuan
kawin, seekor kupu jantan mampu mengawini delapan betina pada kondisi
utilisasi dan preservasi optimum. Tetapi dengan meningkatnya jumlah
perkawinan, maka jumlah telur tidak terfertilisasi juga meningkat. Hal ini
terlihat nyata bila kupu jantan telah kawin tiga atau empat kali. Oleh karena
itu perlu untuk menghindari lebih dari tiga perkawinan dalam produksi.
        Penyimpanan dingin kupu betina : Pembekuan kupu betina selama
produksi harus dihindari sedapat mungkin. Berdasarkan percobaan, fungsi
oviposisi akan terhambat total pada 2,5ºC. Bahkan bila suhu dinaikkan hingga
sekitar 5ºC, masih terdapat bahaya oviposisi selama pembekuan. Oleh karena
itu, penyimpanan dingin pada 5ºC adalah mendekati optimum. Tetapi hal ini
terbatas hingga tiga hari saja, dan telur tidak terfertilisasi dihasilkan setelah
hari ke empat. Pembekuan kupu betina seharusnya dilakukan segera setelah
pemunculan ketika badannya menjadi kering dan segar dan sayap-sayapnya
berkembang penuh, bila tidak maka oviposisi akan terjadi selama
pembekuan. Kemungkinan untuk menghasilkan telur selama pembekuan
berhubungan dengan perbedaan karakteristik ras, ras ulat sutra China adalah
yang paling besar peluangnya, ras Jepang yang berikutnya dan ras Eropa yang
paling kecil.
          Pengoleksian kupu dan preservasi kupu indukan : Sebagian besar
telur ulat sutra dihasilkan pada malam yang sama sebelum jam 22.00, tetapi
proses tersebut akan berlanjut hingga tengah malam, ketika oviposisi
berhenti dan kupu harus dikumpulkan. Namun demikian, karena telur
diharapkan menetas pada waktu yang berbeda, pengoleksian kupu dapat
diproses atau ditunda oleh karenanya. Jika telur ulat sutra digunakan untuk
perlakuan penetasan buatan, kupu indukan harus dikoleksi pada jam 21.00-
22.00 pada malam yang sama. Namun demikian, jika telur ulat sutra
dimaksudkan untuk telur hibernasi, tidak ada salahnya untuk menunda
pengoleksian kupu hingga pagi berikutnya. Namun demikian, harus diingat
bahwa makin akhir telur dihasilkan maka makin banyak telur tidak
terfertilisasi yang dihasilkan.
         Selama pengoleksian kupu untuk produksi telur hibrid F1, 10 persen
kupu indukan dikeluarkan dan disimpan dalam kotak, yang mengindikasikan
ras, tanggal, batch dan nomor serial.




                                       22
Setelah pengoleksian kupu selesai, kotak diikat menurut ras, tanggal,
nomor batch dan nomor serial dan disimpan di tempat kering dan ventilasinya
baik. Hati-hati untuk tidak menumpuk kotak, untuk menghindari pelepasan
panas dan rusak oleh jamur. Pengeringan dilakukan setelah kupu mati secara
alami untuk memungkinkan spora pebrin berkembang biak maksimum; hal ini
membutuhkan inspeksi mikroskopis. Suhu untuk pengeringan kupu indukan
harus dipertahankan pada 60-65ºC untuk empat hingga lima jam. Jika suhu
meningkat hingga 90ºC, spora pebrin akan nampak kehilangan bentuk dan
mempengaruhi inspeksi mikroskopis. Kupu perlu terjaga dengan baik dari
serangan serangga, tikus atau jamur.
        Pemanenan telur ulat sutra : Pemanenan telur ulat sutra dilakukan
setelah pengoleksian kupu.       Kupu harus dikoleksi secara sistematis
berdasarkan konformasinya terhadap ras, nomor batch dan nomor serial.
Kartu telur diselipkan ke dalam frame berkawat atau digantung pada kawat
dengan tanpa tumpukan untuk menghindari gangguan suara fisiologis telur.
Untuk telur-telur yang dimaksudkan untuk penetasan buatan, persiapan baik
untuk perlakuan asam atau untuk penyimpanan harus dipersiapkan
sebelumnya. Telur yang ditransportasikan harus diselipkan ke dalam frame
berkawat dan ditransportasikan pada waktu menjelang fajar atau setelah
matahari terbenam.




                                     23
BAB VI.
      PEMERIKSAAN UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT PEBRINE

6.1. Pentingnya Pemeriksaan untuk Pencegahan Penyakit Pebrine
         Penyakit Pebrine pada ulat sutra disebabkan oleh spora parasitik
Nosema bombycis family Nosematidae dan ditransmisikan melalui oral atau
infeksi maternal ke anak. Penyakit ini menyebabkan kerusakan yang sangat
besar pada industri sutra.    Epidemik pebrine hampir menyapu bersih
sericulture di Perancis dan negara lainnya. Hanya setelah Louis Pasteur,
seorang ilmuwan Perancis, menemukan jalur infeksi pebrine dan menciptakan
metode pemeriksaan kupu induk untuk tanda-tanda pebrine, maka penyakit
ini dapat dikontrol.
        Yang disebut telur bebas-penyakit adalah telur ulat sutra yang tidak
membawa spora Nosema bombycis. Untuk tujuan pengamanan telur bebas-
penyakit dan menghindari kerugian pada produksi, ukuran-ukuran untuk
mengecek kualitas breeding telur dan multiplikasi telah dilakukan di banyak
negara serikultur. Inspeksi prediktif untuk pebrine dan standard kualifikasi
untuk pemeriksaan kupu induk diuraikan dalam Bab ini. Sebagai contoh, di
Cina Timur standart untuk laju pebrine yang diijinkan di keseluruhan lot telur
tetua adalah di bawah 0,1 persen dan untuk hybrid F1 di bawah 0,2 persen.


6.2. Metode Pemeriksaan Penyakit Febrine
       Pemeriksaan suplementer :        Pemeriksaan suplementer biasanya
dilakukan untuk memastikan bahwa ulat sutra tetua, ulat sutra grandparent,
dan ulat sutra yang baru diintroduksikan adalah bebas dari pebrine. Kadang-
kadang, biasanya digunakan untuk mengoreksi kesalahan pada pemeriksaan
kupu induk terhadap penyakit pebrine. Prosesnya adalah sebagai berikut :
        Papankartu dipersiapkan untuk dilekati material tes (sekitar separuh
ukuran kartu telur). 20-50 telur defektif dikeluarkan dari setiap batch telur
sebelum inkubasi. Telur-telur tersebut dilekatkan ke papankartu untuk
pemeriksaan suplementer, mengidentifikasi jumlah tercatat, dan dibiarkan
kelaparan hingga mati secara alami pada kondisi lingkungan 30ºC yang
diperlakukan pada inkubasi sebelumnya. Setelah menetas, larva yang baru
menetas dan kelembaban 85 persen. Larva yang sudah mati ditumbuk
bersama-sama dengan kulit telurnya (terus menyimpan catatan nomor
korespondingnya) dan kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopis. Jika
ditemukan batch telur berpenyakit, maka batch tersebut harus dibakar.
         Pemeriksaan ulat lambat-moulting pada instar yang berbeda : Pada
pemeliharaan ulat sutra tetua, maka harus diperhatikan untuk memeriksa
ulat sutra pada instar yang berbeda. Ulat yang lambat moulting dan ulat
kurang pertumbuhannya harus ditaruh pada kantong yang berbeda menurut
batches telur yang berbeda, nomor batch yang tercatat dan kemudian
disimpan di regulator panas. Setelah penyimpanan pada 29-30º C dan
kelembaban 90-95 persen selama dua hari, larva harus diperiksa di bawah
mikroskop.




                                     24
Jika spora pebrin terdeteksi maka batch pemeliharaan harus
dibuang. Karena ukuran tubuh larva yang sedang tumbuh adalah besar maka
akan lebih mudah memeriksa kanal alimentarinya.        Jika spora pebrin
terdeteksi pada instar ke lima ulat sutra tersebut dapat digunakan untuk
pemeriksaan kokon yang dipelihara menurut derajat infeksinya. Namun
demikian ulat sutra tersebut harus dipisahkan dan didisinfeksi dengan
seksama.


        Akselerasi pemunculan kupu untuk pemeriksaan : Pathogen penyakit
pebrin pada ulat sutra mudah diperiksa pada periode kupu karena sudah
berkembang penuh menjadi spora. Hasilnya selalu memuaskan. Prosesnya
adalah sebagai berikut :
         Seratus larva dewasa dini dipilih dari batches yang berbeda
ditempatkan pada tempat terpisah untuk memutar kokon dan disimpan pada
30ºC dan kelembaban 80-85 persen agar mengakselerasi pupasinya. Kupu
yang muncul dini kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Jika persentase
infeksi pebrin lebih tinggi dari yang diijinkan maka keseluruhan lot kokon
benih dikeringkan dan dimusnahkan. Namun demikian kokon masih dapat
dijual.


        Pemeriksaan kupu indukan : Pemeriksaan kupu indukan adalah
ukuran tehnis penting untuk pencegahan transmisi penyakit pebrin dari tubuh
kupu induk kepada anaknya.          Untuk memastikan kualitas pemeriksaan
persiapan yang teliti harus dilakukan sebagaimana berikut ini.


        Pengaturan pengotakan kupu indukan : Semua kupu indukan harus
dikotakan menurut nomor serialnya dan jumlah kartu telur. Lima hingga
sepuluh persen hybrid F1 diambil sebagai sampel dan dikotakan menurut
jumlah kartu telur. Kupu yang bertelur terakhir disebut kupu lambat; kupu-
kupu tersebut semuanya harus dikotakkan.


         Pengaturan pemeriksaan mikroskopis kupu indukan : Untuk strain
asli ras resmi dan ras grandparent setiap kupu indukan harus diperiksa dua
kali oleh dua orang. Untuk kupu indukan tetua 20 persen dari setiap batch
harus diperiksa dua kali oleh dua orang pada awalnya. Bila spora pebrin tidak
ditemukan maka kupu sisanya dapat diperiksa oleh hanya satu orang. Untuk
hybrid F1 separuh kotak kupu dapat diperiksa lebih dulu. Jika pebrin tidak
ditemukan maka sisanya dapat dibiarkan tanpa pemeriksaan. Jika spora
pebrin ditemukan maka sisanya harus dicek dengan teliti. Jika kecepatan
infeksi melebihi dari yang diijinkan maka keseluruhan lot telur ulat sutra
harus dibakar.


        Organisasi tenaga kerja : Personal dibagi menjadi dua grup grup
pertama untuk manajemen inspeksi dan lainnya untuk pemeriksaan
mikroskopis.




                                     25
Tugas khusus untuk grup manajemen adalah : sampling distribusi
regisrasi material untuk pemeriksaan mikroskopis dan pengisian dan
pengecekan formulir pemeriksaan. Jumlah orang yang dilibatkan untuk grup
ini ditentukan menurut beban kerjanya.


        Pada grup pemeriksaan mikroskopis lima hingga tujuh orang
diperlukan untuk melakukan pemeriksaan awal dan satu orang untuk
pemeriksaan ulang, empat hingga lima orang untuk penggerusan kupu dan
pencelupan cairan kupu pada slide, dua orang untuk mencuci slide, pestle
(lumpang) dan mortar.


        Proses pemeriksaan
         Pengambilan kupu dari kotak : Hal ini dilakukan menurut nomor
serial kotak. Label yang ditandai dengan nomor lot kupu dilepaskan dan
ditaruh di ujung mortar; kotak kemudian dibuka dengan menggunakan forcep
kupu diletakkan dalam mortar.
        Penggerusan kupu : Pada saat penggerusan kupu 1 ml larutan KOH 2
persen dituangkan kepada setiap kupu. Satu lumpang dipakai untuk satu
kupu. Kupu digerus hingga halus dan menjadi pecahan.
         Pencelupan cairan kupu ke dalam slide : Pada setiap penyangga
slide diberi label dan slide-slide tersebut disusun dalam penyangga. Cairan
kupu diteteskan pada slide menurut nomor yang sesuai.             Sementara
menetaskan lumpang harus menyentuh cairan di bawah. Ukuran optimum
tetesan adalah diameter 0,6-0,7 cm. Cairan tersebut mempunyai kepadatan
sedang dan tidak mengandung bahan asing lain. Setelah diteteskan maka
kemudian ditutup dengan cover slip dan disampaikan kepada pemeriksa
pertama.
        Jika spora pebrin atau dugaan lain ditemukan pada pemeriksaan
pertama, maka kemudian disampaikan kepada pemeriksa kedua. Jika spora
pebrin ditemukan, maka slide harus digabung dengan cairan bebas pebrin dan
kemudian disampaikan kepada pemeriksa kedua.
        Pemeriksaan mikroskopis : Pada pemeriksaan pertama digunakan
mikroskop dengan pembesaran 600-800. Tiga-lima pengamatan mikroskop
dilakukan untuk setiap sampel dan hasil pemeriksaan dicatat pada form
pemeriksaan. Jika spora pebrin terdeteksi, maka slide harus dicelupkan
dalam larutan disinfektan.
         Dalam pemeriksaan ulang, pemeriksa harus mengecek semua sampel
dan kemudian mencampurnya. Satu atau dua sampel diteteskan pada slide
dan lebih dari lima pengamatan mikroskop harus dilakukan untuk setiap
sampel. Jika spora pebrin terdeteksi, maka pemeriksa pertama harus
diinformasikan. Dia harus menetaskan cairan setiap kupu ke slide dan
diperiksa ulang setiap slide secara individual. Jika spora tidak ditemukan,
maka slide harus dicuci.
        Pencucian : Lumpang, mortar, slide dan cover slide harus dicuci
terpisah dalam air bersih. Peralatan yang terkontaminasi dengan kupu
berpenyakit harus dicelupkan dalam asam hidrokhlorida kuat, didisinfeksi
selama 15 menit dan kemudian dicuci dalam air bersih.




                                    26
Memperkuat laboratorium : Pada setiap akhir hari kerja, kotak kupu
yang tersisa dan kotak yang telah diperiksa harus dicek dan form catatan
harian dilengkapi. Semua kotak yang dikeluarkan harus dibakar dan semua
peralatan didisinfeksi dengan seksama dan disusun berurutan.
        Menghitung persentase penyakit pebrin :         Setelah pemeriksaan
mikroskopis setiap lot telur ulat sutra, persentase kupu berpenyakit dihitung
sebagaimana berikut ini :


                                          Jumlah kupu terinfeksi
        Persentase penyakit kupu (%) =    --------------------------------   X 100
                                          Jumlah kupu diperiksa




                                     27
BAB VII
                 PENYIMPANAN TELUR ULAT SUTERA

7.1. Pentingnya Penyimpanan Telur Ulat Sutera
         Penyimpanan menunjuk pada manajemen dan proteksi telur selama
periode dari bertelur hingga menetasnya telur-telur hibernasi. Tidak hanya
waktu yang lama dari bertelur hingga menetas, tetapi juga telur hibernasi
yang dihasilkan pada musim semi harus melalui musim panas dan musim
dingin. Meskipun telur hibernasi sebagian besar berada pada diapause, tetapi
aktivitas fisiologisnya seperti respirasi dan metabolisme adalah masih
berlangsung. Perubahan kondisi eksternal berpengaruh langsung pada proses
dediapausing telur. Kondisi penyimpanan yang baik harus dipertahankan
menurut kebutuhan fisiologis dan pertumbuhan telur ulat sutra, dan
pemeliharaan khusus harus dilakukan oleh orang yang bertanggung jawab.
Jika penyimpanan tidak dilakukan sebagaimana seharusnya, akan lebih
banyak telur yang mati, penetasan tidak seragam, larva generasi berikutnya
akan menjadi lemah dan produksi serikultural akan terpengaruh, atau dalam
kasus yang ekstrim, kehilangan nilai keselurahannya.
         Musim panas biasanya berlangsung lama di daerah tropis dan sub-
tropis, sedangkan kelembaban dan suhu keduanya adalah tinggi. Tetapi pada
musim dingin, periode suhu rendah adalah pendek, dan kondisi alam tidak
memadai untuk membangunkan telur hibernasi dari diapause. Oleh karena
itu perlu penanganan khusus untuk menyimpan telur di daerah ini.
Pengetahuan yang luas tentang tahap-tahap perkembangan embryo menjadi
penting untuk kontrol penyimpanan.



7.2. Pertumbuhan Embrio
         Pembelahan nukleus zygote : Spermatozoa menembus ovum untuk
membentuk pronukleus jantan, kemudian melebur dengan pronukleus betina
untuk membentuk zygot, sehingga fertilisasi tuntas. Nukleus zygot kemudian
mengalami pembelahan sel, terbagi menjadi dua nuklei cleavage. Kedua
nuklei cleavage terus membelah dan menghasilkan banyak nuklei anakan (
disebut energid cleavage). Tersebar pada bagian kuning telur, nuklei-nuklei
tersebut secara bertahap berpindah ke periferi telur.
        Pembentukan blastoderm :        Energid cleavage di periferi telur
mengelompok di bawah periplasma dan membentuk lapisan sel dengan
ketebalan yang seragam. Lapisan sel ini disebut blastoderm.


         Pembentukan pita germ dan serosa :         Bila blastoderm telah
terbentuk, lapisan sel blastoderm pada sisi mikropyle memadat dan secara
bertahap menebal. Lapisan sel yang menebal ini disebut pita germ. Namun
demikian, lapisan sel pada sisi berlawanan dari mikropyle berekspansi dan
menjadi tipis secara bertahap, sehingga membentuk membran tipis yang
disebut serosa.




                                    28
Pembentukan amnion : Setelah pita germ terbentuk, periferinya
tenggelam ke dalam telur. Serosa yang bersambung dengan periferi pita
germ menaik dan nampak melipat-lipat. Lipatan ini, yang disebut dengan
lipatan amniotik merentang sepanjang sisi germ dan akhirnya melebur satu
sama lain. Tepi-tepi lipatan menghilang dan menjadi dua lapisan membran
yang terpisah. Membran luar, serosa, melekat dekat permukaan membran
vitellin yang lebih rendah. Membran dalam adalah amnion yang menutupi sisi
ventral pita germ. Di antara amnion dan pita germ terdapat ruang kosong
yang disebut rongga amniotik; yang diisi dengan cairan untuk melindungi pita
germ. Setelah memisahkan diri dari serosa, pita germ tumbuh menjadi
embryo independen. Embryo berhubungan dengan amnion dan terus tumbuh
di dalam kuning telur.
         Tahapan prinsip pertumbuhan embrionik : Pertumbuhan embrionik
dapat dibagi menjadi 15 tahap, yang diketahui penting untuk penyimpanan
telur ulat sutra, penyimpanan dingin, penetesan buatan dan inkubasi, dan
juga untuk kontrol voltinisme (Gambar 7-1).



7.3. Metode Penyimpanan Telur Ulat Sutera
        Penyimpanan telur yang dihasilkan di musim semi hingga musim semi
berikutnya : Telur-telur ini dihasilkan di musim semi dan disimpan untuk …..
musim semi berikutnya. Pada daerah sub tropis, produksi telur dilakukan
pada awal atau pertengahan April, dan telur-telur tersebut harus disimpan
untuk pertengahan atau akhir Februari tahun berikutnya. Penyimpanan
berlangsung selama sepuluh bulan. Hal ini sulit tercapai, namun demikian
karena pada daerah sub tropis kondisi suhu rendah dibutuhkan untuk
membangunkan embryo dari diapause adalah kurang atau tidak memadai.
Namun demikian, pengetahuan dan tehnologi modern memungkinkan untuk
mengontrol kondisi lingkungan secara buatan.
         Penyimpanan telur tahap awal (sekitar sepuluh hari setelah
ditelurkan): Setelah ditelurkan, nuklei jantan dan betina melebur untuk
membentuk zygot, yang pada gilirannya mulai membelah dan secara bertahap
tumbuh menjadi embryo. Dalam waktu seminggu, embryo memasuki tahap
diapause. Telur berwarna kuning muda saat ditelurkan, secara bertahap
berubah menjadi coklat kemerah-merahan setelah satu setengah hingga dua
hari, dan warna terus bertambah gelap. Pada hari ke lima, telur mencapai
warna akhir. Selama periode ini, respirasi adalah kuat sebagai akibat
pertumbuhan telur yang cepat. Untuk menghindari agar bau tidak kontak
dengan telur, kartu telur harus digantung pada ruang yang ventilasinya baik,
bersih pada suhu konstan 24ºC dan kelembaban relatif 75 persen. Suhu tinggi
dan kelembaban tinggi harus dihindari, karena hal itu tidak hanya akan
menghambat aktivitas fisiologis telur tetapi juga mengakibatkan telur
abnormal.


         Penyimpanan pada musim panas (summer) : Suhu tinggi di musim
panas, yang mana telur-telur yang dihasilkan di musim semi (spring) untuk
dipelihara pada musim semi berikutnya harus melaluinya, adalah syarat untuk
menstabilkan diapause telur hibernasi. Namun demikian, suhu harus cukup
tinggi agar aestivasi terjadi; pengalaman menunjukkan bahwa 25ºC adalah




                                    29
yang paling aman. Suhu di atas 30ºC adalah sangat mengganggu aktivitas
fisiologis telur dan makin lama telur dikenai suhu tinggi, maka telur-telur
tersebut akan makin menderita. Suhu di bawah 25ºC akan mengganggu
diapause telur, dan membuat telur hibernasi tidak tahan terhadap
penyimpanan dingin, dan akan mengganggu keseragaman pertumbuhan
embrionik.
         Sebagaimana (?) durasi penyimpanan, tidak ada hambatan diapause
yang terjadi jika telur disimpan pada suhu 25ºC selama 90 hari. Makin lama
penyimpanan, maka makin dalam derajat diapause. Diapause ini akan
dipecah lebih lambat dan telur akan bertahan dengan penyimpanan dingin
lebih lama. Jika penyimpanan berlangsung lebih lama dari 90 hari, maka
waktu telur dapat bertahan di penyimpanan dingin akan lebih pendek, dan
telur-telur yang menetas akan kurang memuaskan. Untuk amannya produksi,
disarankan untuk menyimpan telur tidak lebih dari 60 hari pada 25ºC di
musim panas.
          Periode penyimpanan untuk ras univoltin, Jepang, dan ras Eropa
dapat sedikit lebih lama, tetapi untuk ras bivoltin dan ras Cina, maka harus
sedikit lebih pendek.
         Kelembaban optimum untuk penyimpanan musim panas adalah 75-80
persen. Jika udara terlalu kering, maka air telur akan banyak hilang dan
aktivitas fisiologisnya akan terpengaruh. Jika terlalu basah, jamur akan
segera tumbuh pada telur. Lebih lanjut, udara harus segar di dalam ruangan
penyimpanan. Ventilasi yang teratur diperlukan menurut kondisi cuaca.
        Pada daerah tropis dan sub-tropis, kebutuhan tersebut dapat
dipenuhi hanya jika ruang penyimpanan telur ulat sutra dilengkapi dengan air
conditioned.
         Penyimpanan di musim gugur (autumn): Telur hibernasi yang
dihasilkan di musim semi (spring), setelah melalui penyimpanan musim panas
pada suhu tinggi, maka harus disimpan pada suhu yang lebih rendah untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis pertumbuhan telur. Kisaran optimum adalah
22 –20ºC, dengan suhu yang lebih tinggi pada periode awal dan lebih rendah
pada periode akhir. Kelembaban relatif harus sekitar 80 persen. Dengan
kondisi lingkungan demikian, penyimpanan dapat berlangsung selama dua
hingga tiga bulan. Pada beberapa daerah, ketika cuaca di musim gugur
adalah kering, maka perlu untuk meningkatkan kelembaban.            Namun
demikian harus hati-hati untuk memberi ventilasi pada ruangan untuk
mencegah telur menjadi berjamur.
        Penyimpanan di musim dingin (winter) : Subyek ini akan berkaitan
dengan penyimpanan dingin telur hibernasi.
         Penyimpanan telur musim gugur hingga musim semi berikutnya :
Telur ulat sutra yang dihasilkan di musim gugur untuk pemeliharaan di musim
semi berikutnya disebut “telur dihasilkan di musim gugur dan ditetaskan pada
musim semi berikutnya”. Karena penyimpanan berlangsung lebih singkat,
maka zat nutrisi dalam telur lebih sedikit terkonsumsi dan mudah untuk
mempertahankan kualitas telur. Untuk produksi telur hibernasi di daerah
tropis dan sub-tropis khususnya, yang terbaik adalah diproduksi di musim
gugur (autumn). Kecuali bila benar-benar diperlukan, disarankan untuk tidak
memproduksi telur pada musim semi untuk pemeliharaan di musim semi
berikutnya.




                                    30
Penyimpanan telur musim gugur untuk musim semi berikutnya adalah
sama dengan telur musim semi untuk musim semi berikutnya pada tahap
awal (sekitar sepuluh hari setelah ditelurkan).
          Aestivasi buatan untuk telur hibernasi diproduksi di musim gugur. Di
beberapa daerah, setelah produksi telur di musim gugur, suhu natural adalah
relatif rendah. Jika suhu ruangan di bawah 20ºC, telur akan berada pada
derajat diapause yang rendah, embryo akan bangun terlalu cepat dan telur
akan tidak tahan penyimpanan dingin. Oleh karena itu perlu dilakukan
aestivasi buatan. Hal ini untuk menyimpan telur yang dihasilkan di musim
gugur pada suhu 25ºC dan kelembaban relatif 80 persen untuk sekitar sepuluh
hari jika telur mencapai warna inherennya. Ventilasi teratur diperlukan, dan
posisi telur harus diubah dari waktu ke waktu untuk memastikan keseragaman
sensitivitas-suhu.
        Di beberapa daerah, setelah produksi telur di musim gugur, jika suhu
natural tetap tinggi, harus berhati-hati untuk melindungi telur dengan
menurunkan suhu 24-25ºC, hindari suhu lebih tinggi dari 27ºC dan
mempertahankan kelembaban relatif 80 persen. Bila tidak, telur mati putih
akan banyak terjadi.
         Berapa lama telur musim gugur dapat disimpan pada suhu tinggi ?
Hal ini tergantung pada kapan telur tersebut digunakan di musim semi
berikutnya. Jika telur tersebut dikeluarkan lebih awal untuk inkubasi, maka
suhu direndahkan lebih dini, dan telur dipindahkan ke penyimpanan dingin
lebih awal. Jika telur dikeluarkan lambat, maka suhu direndahkan sedikit
lebih lambat, dan telur dipindahkan ke penyimpanan dingin lebih lambat.
        Hal ini disebabkan sekali telur ulat sutra memasuki diapause, telur-
telur tersebut harus disimpan pada suhu rendah selama 120 hari untuk
memecah/memutus diapause. Ini adalah karakteristik konservatif telur
hibernasi yang terbentuk dalam hal (?) pertumbuhan sistematik.
         Oleh karena itu, sambil mempertimbangkan waktu penyimpanan
telur musim gugur untuk suhu tinggi, adalah perlu mempertimbangkan waktu
yang diperlukan untuk diapause telur dan kapan telur akan digunakan pada
tahun yang akan datang. Misalnya, jika telur dipersiapkan di awal Oktober
dan digunakan di awal Maret tahun berikutnya, maka waktu untuk penyimpan
suhu tinggi dapat ditentukan sebagaimana berikut ini :
         Waktu dari produksi telur hingga inkubasi adalah lima bulan (Oktober
hingga Maret). Waktu untuk penyimpanan suhu rendah hingga memutus
diapause adalah empat bulan. Oleh karena itu, masih ada satu bulan dari
ditelurkan untuk memindahkan telur ke dalam penyimpanan dingin. Selama
bulan tersebut, telur dapat diperlakukan sebagaimana berikut :
       •   Penyimpanan pada 25ºC selama 20 hari setelah ditelurkan.
       •   Suhu diturunkan secara bertahap pada sepuluh hari berikutnya.
       •   Untuk lima hari pertama disimpan pada 20ºC dan 15ºC untuk lima
           hari berikutnya.
       •   Setelah penyimpanan dengan cara ini selama sebulan, kemudian
           telur disimpan dalam penyimpanan dingin untuk hibernasi.




                                     31
Pencucian telur ulat sutra dan disinfeksi permukaan telur : Untuk
membersihkan dari rambut yang mengotori, urin dan mikro-organisme
pathogenik yang melekat pada permukaan telur ulat sutra, telur harus dicuci
dan didisinfeksi. Prosedur ini dapat dilakukan dua minggu setelah oviposisi
atau segera sebelum memindahkan telur kedalam cold storage. Metode
praktis adalah dengan mencelupkan telur ulat sutra dalam larutan
formaldehid 2,5 persen pada suhu ruangan normal selama 40 menit, memutar
kartu telur ke atas dan ke bawah sekali selama pencelupan. Setelah
disinfeksi, telur ditransfer ke dalam air bersih. Selama pencucian, sikat lebar
yang berisi sederet sikat pen Cina digunakan untuk menyikat permukaan kartu
telur satu per satu. Pekerjaan tersebut harus selesai dalam waktu satu jam,
dan kartu telur harus di gantung secara individual agar mengering.



7.4. Cold Storage Telur Ulat Sutra Hibernasi
         Tujuan pembekuan telur ulat sutra hibernasi : Telur ulat sutra
hibernasi harus mengalami (?) suhu rendah sebelum mulai untuk berkembang
dan tumbuh. Ini adalah karakter genetis yang terbentuk selama
perkembangan sistematik. Di daerah temperate, suhu musim dingin natural
adalah cukup rendah untuk memutus diapause telur hibernasi. Jika musim
dingin berubah menjadi musim semi, perubahan suhu adalah sangat besar dan
perkembangan embrionik telur ulat sutra dediapause adalah tidak seragam.
Beberapa telur bahkan menetas terlalu dini sedangkan pohon mulberi masih
belum produksi. Agar dapat mengatur tanggal yang akurat untuk inkubasi dan
koleksi larva yang baru menetas sebagaimana direncanakan, telur harus
ditransfer ke dalam cold storage pada musim dingin akhir untuk
penyimpanan. Telur dapat dikeluarkan dari cold storage untuk inkubasi
sesuai rencana. Di daerah sub-tropis dan khususnya daerah tropis, adalah
perlu untuk mentransfer telur ulat sutra ke dalam cold storage lebih dini
untuk menstimulasi hibernasi untuk tujuan membangunkan embryo dari
diapause.
         Oleh karena itu dapat dilihat bahwa cold storage telur ulat sutra
pada tahap awal berfungsi memutus diapause, dan pada tahap akhir,
berperan menghambat perkembangan embryonik telur ulat sutra. Tujuan
cold storage telur ulat sutra adalah untuk menghindari perkembangan embryo
yang tidak seragam dan telur menetas terlalu dini dan untuk mengontrol
tanggal pencucian larva yang baru menetas.
         Embryo telur hibernasi dan suhu optimum cold storage : Waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan dediapause embryo untuk berkembang dari
tahap A ke tahap C2 bervariasi, tergantung pada ras dan musim deposisi telur.
Ras bivoltin Cina dan Jepang secara komparatif berkembang lebih cepat;
univoltin Cina dan Jepang kedua dan univoltin Eropa adalah paling lambat.
        Embryo dari tahap A ke tahap C2 mempunyai resistensi kuat terhadap
suhu dingin. Ternyata, makin muda embryo maka makin kuat ketahanannya
terhadap suhu dingin. Suhu optimum untuk cold storage embryo pada tahap
yang berbeda setelah hibernasi adalah sebagai berikut :
        Embryo A –2,5ºC; embryo B1-C1 0ºC; embryo C2 0-2,5ºC. Setelah
tahap C2, resistensi terhadap suhu rendah menurun dengan tajam. Hingga




                                      32
saat ini, suhu yang diadopsi untuk cold storage telur hibernasi adalah :
embryo 0-2,5ºC; embryo C1-C2 2,5ºC.
         Metode pembekuan telur ulat sutra :       Terdapat dua metode
pembekuan telur ulat sutra hibernasi: cold-storage satu langkah dan cold
strorage dua langkah.
         Cold-storage satu langkah (single step) : Ini adalah metode yang
umum digunakan, dapat bervariasi menurut kondisi klimat di daerah yang
berbeda-beda. Di daerah temperate suhu natural di musim dingin adalah
sesuai dengan kebutuhan fisiologis telur ulat sutra untuk hibernasi. Oleh
karena itu, telur ulat sutra dapat disimpan dalam suhu ruang. Kemudian,
dipertengahan atau akhir Januari, dari periode C1 sebelum tahap embryo
terpanjang (C2), telur ulat sutra harus dipindahkan ke dan disimpan dalam
cold storage pada suhu 2,5ºC hingga pertengahan April. Tanggal untuk
melepaskan telur dari cold storage untuk inkubasi akan tergantung pada
kondisi pemotongan (leaf shooting) daun pohon mulberi.
         Di daerah tropis dan sub-tropis, bukan hanya suhu di musim dingin
terlalu panas untuk memutus diapause, tetapi inkubasi dimulai awal di
musim semi. Oleh karena itu, cold storage harus dimulai pada tanggal lebih
awal.    Telur harus disimpan pada 2,5ºC selama 120 hari.             Apabila
penyimpanan berlangsung kurang dari 120 hari tetapi tidak lebih dari 100
hari, maka telur dapat dikeluarkan dari cold storage dan diberi perlakuan
asam, dan penetasan yang baik masih dapat dicapai. Jika pembekuan
melebihi 120 hari tetapi kurang dari 150 hari, tidak ada efek nyata pada daya
tetas telur ulat sutra. Tetapi jika periode cold storage diperpanjang lagi
maka daya tetas secara berangsur akan menurun.
        Cold storage dua-langkah : Kadang-kadang telur ulat sutra harus
mengalami periode cold storage yang agak lebih lama, yang mana
membutuhkan prosedur cold storage dua-langkah. Hal ini berarti bahwa telur
ulat sutra melalui cold storage dua kali dalam dua tahap pertumbuhan
embryonik yang berbeda, dan cold storage dapat diperpanjang. Metode cold
storage dua-langkah adalah sebagai berikut :
         Langkah pertama adalah pengiriman telur ke cold storage pada tahap
embryo A. Suhu cold storage di daerah temperate adalah 2,5ºC, di daerah
tropis dan sub-tropis 5ºC. Batasan waktu untuk cold storage adalah 90-100
hari.
         Langkah kedua adalah pengeluaran telur ulat sutra dari cold storage
jika sudah mencapai batas waktu untuk tahap pertama dan penyimpanan
selanjutnya selama lima hari pada suhu 15ºC dan kelembaban relatif 85
persen. Pertumbuhan ulat sutra harus dipantau melalui diseksi (dissecting).
Bila telur ulat sutra telah mencapai tahap pertumbuhan embryonik C1-C2,
maka telur tersebut harus dikembalikan ke cold storage;          suhu yang
dibutuhkan adalah 2,5ºC. Meskipun batasan untuk tahap kedua bisa mencapai
100 hari, adalah lebih aman untuk tidak melebihi 80 hari.




                                     33
7.5. Instalasi Cold Storage
         Struktur cold storage : Terdapat dua tipe cold storage: pendinginan
langsung dan pendinginan tak langsung. Pada pendinginan langsung, pipa
refrigeran meregang ke dalam cold storage dan mendinginkan udara di situ
secara langsung. Pada pendinginan tak langsung, larutan garam didinginkan
pertama oleh refrigeran, dan kemudian larutan garam yang sudah direfrigeran
dialirkan lewat pipa ke dalam cold storage untuk mendinginkan udara di
dalamnya. Larutan garam tersebut dapat berupa sodium khlorida atau
kalsium khlorida dengan konsentrasi 20 persen. Titik beku larutan sodium
khlorida adalah –17ºC dan untuk larutan kalsium khlorida adalah –23ºC.
Pendinginan tak langsung lebih aman untuk telur ulat sutra.
         Bagian dalam cold storage, dinding, atap rata, lantai dan pintu harus
mempunyai lapisan material insulasi dengan ketebalan sekitar 15 cm. Lapisan
insulasi ruang penyimpanan utama mempunyai ketebalan sekitar 10 cm. Di
antara bermacam-macam material insulasi, maka papan cork adalah yang
dianjurkan, dan ketebalannya harus ditingkatkan jika sawdust atau kulit
gabah digunakan lebih dulu. Bagian luar material insulasi harus ditutup
dengan aspal dan kawat dan diplester/ ditutup dengan semen setebal kurang
lebih 2 cm. Strip karet di lubang /celah pintu untuk mencegah udara dingin
keluar.
         Peralatan utama cold storage termasuk kompresor, motor, mesin
diesel, menara kondensasi, tabung larutan garam dan pompa, silinder amonia
cair dan peralatan kontrol otomatis.
         Konstruksi instalasi cold storage mempunyai bagian-bagian sebagai
berikut : ruang cold storage telur, ruang vestibule, ruang suhu-rendah, ruang
penyusunan kartu dan ruang mesin.



7.6. Bahan-bahan Yang Berbahaya Bagi Telur Ulat Sutera
        Terdapat beberapa bahan yang membahayakan telur ulat sutra.
Yang harus diatasi terutama dalam penanganan dan penyimpanan telur ulat
sutra adalah : tembakau, bahan-bahan kimia pertanian, minyak, air raksa,
pasta, bahan asam dan basa, dan bau tajam.
        Lebih jauh lagi, terdapat musuh-musuh alami seperti tikus liar, hama
serangga dan jamur, dan kontak dengan makhluk tersebut harus dicegah.




                                     34
BAB VIII
                 PENETASAN BUATAN TELUR ULAT SUTERA

         Pada kondisi normal, telur ulat sutra hibernasi akan tetap diapause
hingga setahun setelah ditelurkan dan tidak akan menetas berapapun
suhunya. Hanya setelah melewati musim dingin dan terkena suhu rendah
untuk waktu yang cukup maka telur tersebut dapat tumbuh dan menetas pada
musim semi yang hangat berikutnya. Oleh karena itu produksi sutra akan
terbatas pada beberapa derajat. Pada awal abad ke sembilan belas, China
dan beberapa negara Eropa telah ahli dalam seni penetasan buatan telur ulat
sutra. Dapat dikatakan bahwa mereka berhasil memutus diapause telur ulat
sutra hibernasi dengan menerapkan stimulan fisik atau kimiawi buatan pada
tahap tertentu pertumbuhan embryonik, sehingga telur dapat menetas dalam
tahun tersebut. Hal ini dapat diulangi beberapa kali dalam setahun.



8.1. Metode Penetasan Buatan
        Metode penetasan buatan dapat dibagi menjadi dua grup utama, fisik
dan kimiawi.
Metode fisik :
       •   pengakhiran musim dingin buatan
       •   perlakuan air-hangat
       •   stimulasi dengan friksi
       •   stimulasi dengan suhu tinggi
       •   stimulasi dengan suhu rendah
       •   stimulasi dengan tekanan atmosfir tinggi
       •   pengenaan (ekspos) ke sinar matahari
       •   induksi listrik
Metode kimiawi :
       •   perlakuan     asam hidrokhlorida (perlakuan   asam   umum    dan
           perlakuan   asam setelah cold storage
       •   perlakuan   asam nitrat
       •   perlakuan   asam sulfurida
       •   perlakuan   regia aqua
       •   perlakuan   larutan sodium khlorida


Metode penetasan buatan harus mempunyai/menjadi :
       •   kecepatan penetasan tinggi
       •   kecepatan penetasan seragam
       •   peralatan sederhana/simpel
       •   manipulasi mudah
       •   efisiensi kerja tinggi
       •   tenaga kerja dan biaya yang ekonomis




                                     35
8.2. Asam HCl Digunakan Pada Penetasan Buatan
         Asam hidrokhlorida murni akan aman, tetapi cukup mahal. Asam
hidrokhlorida hasil industri digunakan dalam penetasan buatan, tetapi harus
diuji dulu sebelum digunakan. Larutan asam hidrokhlorida murni jenuh
mengandung 42,09 persen hidrogen khlorida pada suhu 15ºC; gravitas
spesifiknya adalah 1,212; tidak berwarna dan transparan, mudah larut dalam
air, menguap dengan cepat menjadi ‘kabut’ putih tebal jika kontak dengan
udara; merupakan stimulan yang kuat dan bersifat korosif.               Asam
hidrokhlorida hasil industri mengandung hidrogen khlorida 30 persen; gravitas
spesifiknya 1,160 dan berwarna coklat muda atau kuning. Asam hidrokhlorida
mempunyai aktivitas disinfeksi yang kuat. Oleh karena itu perlakuan asam
mempunyai efek tambahan disinfeksi permukaan telur. Dengan asam yang
dipanaskan, spora muskardin telur ulat sutra dapat mati dalam waktu tiga
detik.
         Gravitas spesifik asam hidrokhlorida adalah berasio langsung dengan
konsentrasinya. Makin besar gravitas spesifiknya, makin tinggi konsentrasinya
(Tabel 8-1). Gravitas spesifik asam hidrokhlorida bervariasi dengan suhu
larutan asam. Makin tinggi suhu larutan asam, maka makin ringan gravitas
spesifiknya. Di atas 15ºC, bila suhu meningkat atau menurun 1ºC, koefisien
gravitas spesifik asam khlorida bervariasi sebagai berikut :


           Kisaran gravitas spesifik                Variasi koefisien gravitas
spesifik
       ____________________
___________________________
           1,065-1,075                                   0,0003
           1,080-1,100                                   0,0004
           1,105-1,120                                   0,0005


        Pendekatan gravitas spesifik asam hidrokhlorida dapat diperkirakan
sebagai perubahan suhu oleh variabel koefisien gravitas spesifik asam
hidrokhlorida. Misalnya, pada suhu 24ºC, gravitas spesifik asam hidrokhlorida
adalah 1,075. Bila suhu meningkat ke 46ºC, gravitas spesifiknya adalah :
           1,075 - (46-24) x 0,0003 = 1,0684


        Contoh lain : pada suhu 47,8ºC, gravitas spesifik asam hidrokhlorida
adalah 1,092. Bila suhu menurun hingga 24ºC, maka gravitas spesifiknya
adalah:
           1,092 + (47,8-24) x 0,0004 = 1,1015




                                       36
Pengenceran asam hidrokhlorida :        Terdapat dua metode
pengenceran larutan asam hidrokhlorida asli menjadi konsentrasi obyektif
untuk perlakuan asam telur ulat sutra.




       (1) Pengenceran berdasarkan gravitas spesifik:


       Jumlah larutan asal dalam       =   A–1
       bulk asam terlarut (%)              ------------ x 100
                                                   B –1


       Perkalian air yang ditambahkan =      (B – 1) – (A – 1)
                                                   ------------------------------ x
100
                                                          A–1
              A = gravitas spesifik obyektif
              B = gravitas spesifik larutan asal




       (2) Pengenceran berdasarkan konsentrasi


       Perkalian air yang ditambahkan = a (%) – b (%)
                                                   ----------------------
                                                   b (%)
              a = konsentrasi larutan awal
              b = konsentrasi obyektif



8.3. Penetasan Buatan Dengan Perlakuan Asam Umum
        Penetasan buatan dengan perlakuan asam umum membutuhkan
stimulan asam hidrokhlorida segera setelah telur dihasilkan, dan sebelum
muncul karakter hibernasi. Hal ini akan memblok tendensi hibernasi dan
kemampuan embryo melanjutkan pertumbuhan hingga menetas dari pada
memasuki diapause. Terdapat dua metode yang mungkin: perlakuan asam
dipanaskan dan perlakuan asam pada suhu ruang.


Perlakuan asam dipanaskan
        Waktu yang tepat untuk perlakuan asam : Adalah sangat penting
untuk melakukan perlakuan asam pada waktu yang tepat. Waktu terbaik
adalah antara fusi lipatan amnion dan pembentukan embryo independen.




                                     37
Inkubasi Telur Ulat Sutra
Inkubasi Telur Ulat Sutra
Inkubasi Telur Ulat Sutra
Inkubasi Telur Ulat Sutra
Inkubasi Telur Ulat Sutra

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...Tata Naipospos
 
Generasi Milenial Di Era Revoluasi Industri Pertanian 4.0
Generasi Milenial Di Era Revoluasi Industri Pertanian 4.0Generasi Milenial Di Era Revoluasi Industri Pertanian 4.0
Generasi Milenial Di Era Revoluasi Industri Pertanian 4.0Mukhrizal Effendi
 
Kb 1 komunikasi kebidanan modul 1
Kb 1 komunikasi kebidanan modul 1Kb 1 komunikasi kebidanan modul 1
Kb 1 komunikasi kebidanan modul 1Uwes Chaeruman
 
Peternakan ayam pedaging
Peternakan ayam pedagingPeternakan ayam pedaging
Peternakan ayam pedagingAlfin Nur
 
Key performance indicators in hatchery shemon lv
Key performance indicators in  hatchery  shemon lvKey performance indicators in  hatchery  shemon lv
Key performance indicators in hatchery shemon lvStephane HEMON
 
How to Start Poultry Processing Business (Chicken Processing, Broiler Industry)
How to Start Poultry Processing Business (Chicken Processing, Broiler Industry)How to Start Poultry Processing Business (Chicken Processing, Broiler Industry)
How to Start Poultry Processing Business (Chicken Processing, Broiler Industry)Ajjay Kumar Gupta
 
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapikutarni
 
Inseminasi buatan pada sapi
Inseminasi buatan pada sapiInseminasi buatan pada sapi
Inseminasi buatan pada sapiudayana
 
Hatchery management in Poultry (Fumigation)
Hatchery management in Poultry (Fumigation)Hatchery management in Poultry (Fumigation)
Hatchery management in Poultry (Fumigation)DrRajwardhan L Kamble
 
UJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELURUJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELURMuhammad Eko
 
Kuliah dasar teknologi hasil ternak
Kuliah dasar teknologi hasil ternakKuliah dasar teknologi hasil ternak
Kuliah dasar teknologi hasil ternakradenhilmiaja
 
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternakSni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternakDediKusmana2
 
GIZI Diet pasien ibu hamil dengan anemia by Pangestu Chaesar
GIZI Diet pasien ibu hamil dengan anemia by Pangestu ChaesarGIZI Diet pasien ibu hamil dengan anemia by Pangestu Chaesar
GIZI Diet pasien ibu hamil dengan anemia by Pangestu ChaesarPangestu S
 
Powerpoint rosihatull HATCHERY
Powerpoint rosihatull HATCHERYPowerpoint rosihatull HATCHERY
Powerpoint rosihatull HATCHERYDediKusmana2
 
Kepmenkes 320 tahun 2020 tentang standar profesi bidan
Kepmenkes 320 tahun 2020 tentang standar profesi bidanKepmenkes 320 tahun 2020 tentang standar profesi bidan
Kepmenkes 320 tahun 2020 tentang standar profesi bidansri emilda
 
bahan ajar dasar dasar pengolahan daging
bahan ajar dasar dasar pengolahan dagingbahan ajar dasar dasar pengolahan daging
bahan ajar dasar dasar pengolahan dagingBBPP_Batu
 

Was ist angesagt? (20)

Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...
 
Generasi Milenial Di Era Revoluasi Industri Pertanian 4.0
Generasi Milenial Di Era Revoluasi Industri Pertanian 4.0Generasi Milenial Di Era Revoluasi Industri Pertanian 4.0
Generasi Milenial Di Era Revoluasi Industri Pertanian 4.0
 
Kb 1 komunikasi kebidanan modul 1
Kb 1 komunikasi kebidanan modul 1Kb 1 komunikasi kebidanan modul 1
Kb 1 komunikasi kebidanan modul 1
 
Peternakan ayam pedaging
Peternakan ayam pedagingPeternakan ayam pedaging
Peternakan ayam pedaging
 
Key performance indicators in hatchery shemon lv
Key performance indicators in  hatchery  shemon lvKey performance indicators in  hatchery  shemon lv
Key performance indicators in hatchery shemon lv
 
How to Start Poultry Processing Business (Chicken Processing, Broiler Industry)
How to Start Poultry Processing Business (Chicken Processing, Broiler Industry)How to Start Poultry Processing Business (Chicken Processing, Broiler Industry)
How to Start Poultry Processing Business (Chicken Processing, Broiler Industry)
 
Sistem integrasi sapi kelapa sawit (siska)
Sistem integrasi sapi kelapa sawit (siska)Sistem integrasi sapi kelapa sawit (siska)
Sistem integrasi sapi kelapa sawit (siska)
 
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
27705 sni 3141.1-2011-susu-segar-bag.1-sapi
 
Inseminasi buatan pada sapi
Inseminasi buatan pada sapiInseminasi buatan pada sapi
Inseminasi buatan pada sapi
 
04. bbl resti
04. bbl resti04. bbl resti
04. bbl resti
 
Hatchery management in Poultry (Fumigation)
Hatchery management in Poultry (Fumigation)Hatchery management in Poultry (Fumigation)
Hatchery management in Poultry (Fumigation)
 
UJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELURUJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELUR
 
Kuliah dasar teknologi hasil ternak
Kuliah dasar teknologi hasil ternakKuliah dasar teknologi hasil ternak
Kuliah dasar teknologi hasil ternak
 
LINGKUNGAN TERNAK 1.pptx
LINGKUNGAN TERNAK 1.pptxLINGKUNGAN TERNAK 1.pptx
LINGKUNGAN TERNAK 1.pptx
 
Peralatan Kandang Sapi Potong
Peralatan Kandang Sapi PotongPeralatan Kandang Sapi Potong
Peralatan Kandang Sapi Potong
 
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternakSni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
 
GIZI Diet pasien ibu hamil dengan anemia by Pangestu Chaesar
GIZI Diet pasien ibu hamil dengan anemia by Pangestu ChaesarGIZI Diet pasien ibu hamil dengan anemia by Pangestu Chaesar
GIZI Diet pasien ibu hamil dengan anemia by Pangestu Chaesar
 
Powerpoint rosihatull HATCHERY
Powerpoint rosihatull HATCHERYPowerpoint rosihatull HATCHERY
Powerpoint rosihatull HATCHERY
 
Kepmenkes 320 tahun 2020 tentang standar profesi bidan
Kepmenkes 320 tahun 2020 tentang standar profesi bidanKepmenkes 320 tahun 2020 tentang standar profesi bidan
Kepmenkes 320 tahun 2020 tentang standar profesi bidan
 
bahan ajar dasar dasar pengolahan daging
bahan ajar dasar dasar pengolahan dagingbahan ajar dasar dasar pengolahan daging
bahan ajar dasar dasar pengolahan daging
 

Ähnlich wie Inkubasi Telur Ulat Sutra

Bab iii sistim dan cara pemeliharaan
Bab iii sistim dan cara pemeliharaanBab iii sistim dan cara pemeliharaan
Bab iii sistim dan cara pemeliharaanRMontong
 
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budi
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budiLaporan akhir praktikum penetasan 1 budi
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budifernandasyahputra1
 
Laporan teknelogi benih
Laporan teknelogi benihLaporan teknelogi benih
Laporan teknelogi benihfahmiganteng
 
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021DediKusmana2
 
Kegiatan Penetasan Telur
Kegiatan Penetasan TelurKegiatan Penetasan Telur
Kegiatan Penetasan TelurSIlfani Sabila
 
perkembangbiakan nyamuk
perkembangbiakan nyamukperkembangbiakan nyamuk
perkembangbiakan nyamukDini_febriani
 
Juknis penanganan telur f1
Juknis penanganan telur f1Juknis penanganan telur f1
Juknis penanganan telur f1BPA_ADMIN
 
ILMU NUTRISI SATWA HARAPAN_Magot.pptx
ILMU NUTRISI SATWA HARAPAN_Magot.pptxILMU NUTRISI SATWA HARAPAN_Magot.pptx
ILMU NUTRISI SATWA HARAPAN_Magot.pptxRobiAmizarSikumbang
 
Budidaya jamur tiram (e)
Budidaya jamur tiram (e)Budidaya jamur tiram (e)
Budidaya jamur tiram (e)Syayida Anna
 
Penerapan pewarisan sifat dalam teknik reproduksi
Penerapan pewarisan sifat dalam teknik reproduksiPenerapan pewarisan sifat dalam teknik reproduksi
Penerapan pewarisan sifat dalam teknik reproduksiEuis Nurilaini
 
Manajemen penetasan telur
Manajemen  penetasan telurManajemen  penetasan telur
Manajemen penetasan telurudayana
 
Laporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hptLaporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hptfahmiganteng
 
Sistem reproduksi pada ikan
Sistem reproduksi pada ikanSistem reproduksi pada ikan
Sistem reproduksi pada ikanAsep Warsono
 
Pengenalan Maggot Black Soldier Fly sebagai Sumber Protein Alternatif untuk I...
Pengenalan Maggot Black Soldier Fly sebagai Sumber Protein Alternatif untuk I...Pengenalan Maggot Black Soldier Fly sebagai Sumber Protein Alternatif untuk I...
Pengenalan Maggot Black Soldier Fly sebagai Sumber Protein Alternatif untuk I...marrychristiyanto
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikumputrisagut
 
KULTUR JARINGAN EKOSARI[Compatibility Mode].pdf
KULTUR JARINGAN EKOSARI[Compatibility Mode].pdfKULTUR JARINGAN EKOSARI[Compatibility Mode].pdf
KULTUR JARINGAN EKOSARI[Compatibility Mode].pdfDebbyUstari1
 

Ähnlich wie Inkubasi Telur Ulat Sutra (20)

Bab iii sistim dan cara pemeliharaan
Bab iii sistim dan cara pemeliharaanBab iii sistim dan cara pemeliharaan
Bab iii sistim dan cara pemeliharaan
 
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budi
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budiLaporan akhir praktikum penetasan 1 budi
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budi
 
Laporan teknelogi benih
Laporan teknelogi benihLaporan teknelogi benih
Laporan teknelogi benih
 
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
 
Kegiatan Penetasan Telur
Kegiatan Penetasan TelurKegiatan Penetasan Telur
Kegiatan Penetasan Telur
 
perkembangbiakan nyamuk
perkembangbiakan nyamukperkembangbiakan nyamuk
perkembangbiakan nyamuk
 
Juknis penanganan telur f1
Juknis penanganan telur f1Juknis penanganan telur f1
Juknis penanganan telur f1
 
Biologi xi. d
Biologi xi. dBiologi xi. d
Biologi xi. d
 
ILMU NUTRISI SATWA HARAPAN_Magot.pptx
ILMU NUTRISI SATWA HARAPAN_Magot.pptxILMU NUTRISI SATWA HARAPAN_Magot.pptx
ILMU NUTRISI SATWA HARAPAN_Magot.pptx
 
Bab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanBab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluan
 
Budidaya jamur tiram (e)
Budidaya jamur tiram (e)Budidaya jamur tiram (e)
Budidaya jamur tiram (e)
 
Perkembangan hewan
Perkembangan hewanPerkembangan hewan
Perkembangan hewan
 
Penerapan pewarisan sifat dalam teknik reproduksi
Penerapan pewarisan sifat dalam teknik reproduksiPenerapan pewarisan sifat dalam teknik reproduksi
Penerapan pewarisan sifat dalam teknik reproduksi
 
Manajemen penetasan telur
Manajemen  penetasan telurManajemen  penetasan telur
Manajemen penetasan telur
 
Laporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hptLaporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hpt
 
Sistem reproduksi pada ikan
Sistem reproduksi pada ikanSistem reproduksi pada ikan
Sistem reproduksi pada ikan
 
Pengenalan Maggot Black Soldier Fly sebagai Sumber Protein Alternatif untuk I...
Pengenalan Maggot Black Soldier Fly sebagai Sumber Protein Alternatif untuk I...Pengenalan Maggot Black Soldier Fly sebagai Sumber Protein Alternatif untuk I...
Pengenalan Maggot Black Soldier Fly sebagai Sumber Protein Alternatif untuk I...
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikum
 
kajian penetasan telur walet
kajian penetasan telur waletkajian penetasan telur walet
kajian penetasan telur walet
 
KULTUR JARINGAN EKOSARI[Compatibility Mode].pdf
KULTUR JARINGAN EKOSARI[Compatibility Mode].pdfKULTUR JARINGAN EKOSARI[Compatibility Mode].pdf
KULTUR JARINGAN EKOSARI[Compatibility Mode].pdf
 

Inkubasi Telur Ulat Sutra

  • 1. BAB I INKUBASI TETUA TELUR ULAT SUTRA 1.1. Tujuan Inkubasi Tujuan utama inkubasi tetua telur ulat sutra adalah untuk pembentukan embrio yang seragam, oleh karena itu penetasan yang seragam tercapai melalui pemeliharaan kondisi lingkungan yang baik. Hal ini dilakukan pada saat predeterminasi yaitu manakala telur tetua dikeluarkan dari diapause atau penetasan buatan menurut kebutuhan fisiologis dan voltinisme untuk perkembangan embrio. Secara spesifik tujuan inkubasi adalah : • memastikan bahwa telur-telur dari varietas yang berbeda menetas pada hari yang direncanakan dan kupu-kupu dari varietas yang berbeda saling menyilang satu sama lain pada waktu yang tepat untuk menghasilkan telur-telur F1 hibrida. • memaksakan penetasan yang seragam untuk menghasilkan ulat sutra tetasan baru yang sehat. • menstabilkan karakter hibernasi telur-telur bivoltin, sehingga mencegah telur menetas abnormal atau tanpa hibernasi. 1.2. Metode Inkubasi Pada usaha produksi telur ulat sutra yang besar, ruangan (chamber) inkubasi dengan ukuran memadai harus dibuat menurut jumlah dan banyaknya telur yang diinkubasi. Ruangan inkubasi harus mempunyai suhu, kelembaban, proteksi panas, sirkulasi udara yang baik, cahaya yang mudah diatur, dan pelaksana/pekerja dapat dengan mudah bekerja di dalamnya. Suhu dan kelembaban yang seragam harus dijaga pada tiap ruangan. Telur- telur tetua untuk inkubasi dibawa ke dalam ruangan dalam jumlah banyak, disesuaikan dengan suhu dan kelembaban yang sesuai dengan tahap perkembangan embrio. Tempat inkubasi biasanya diletakkan di tengah ruangan, dengan peralatan pemanas pada keempat sudutnya, dan sumber panas ditempatkan pada sedikitnya satu meter dari tempat beradanya telur-telur ulat sutra. Sumber cahaya sebaiknya diletakkan pada ketinggian di atas atau di bawah tempat inkubasi. Inkubasi telur-telur tetua bivoltin pada musim semi : Tetua ulat sutra bivoltin yang ada sekarang dikawinkan dengan tujuan untuk menghasilkan telur-telur hibernasi. Dengan adanya cahaya, telur diinkubasi pada suhu tinggi atau suhu yang meningkat secara gradual sehingga dapat tumbuh. Jika embrio tumbuh hingga tahap tertentu, ekspos cahaya harus diperpanjang dan kelembaban ditingkatkan. Inkubasi telur-telur tetua bivoltin pada musim gugur: Kebutuhan lingkungan untuk inkubasi telur-telur tetua bivoltin pada musim gugur adalah hampir sama dengan telur-telur tetua pada musim semi. Namun demikian, 1
  • 2. suhu natural pada musim gugur secara komparatif adalah tinggi dan udaranya kering. Inkubasi pada kondisi demikian akan menyebabkan embrio untuk tumbuh dengan cepat dan mengkonsumsi banyak zat nutrisi. Jumlah telur mati selama inkubasi akan meningkat dan konstitusi larva yang baru menetas akan lemah. Oleh karena itu disarankan bila akan menginkubasi telur-telur tetua ulat sutra pada musim gugur sebaiknya dilakukan menurut kriteria seperti pada Tabel berikut. Tabel Kriteria inkubasi untuk telur-telur tetua bivoltin pada musim gugur. ________________________________________________________________ Tahap Awal Tahap Akhir ________________________________________________________________ Hari 4 5-6 Embrio Sebelum E3 E3-F5 Suhu (ºC) 25 26-27 Kelembaban 70-80 80-85 Cahaya Natural Eksposur cahaya meningkat 6 jam sehari Inkubasi telur-telur tetua multivoltin : Suhu dan cahaya tidak mempunyai pengaruh yang banyak pada voltinisme telur-telur multivoltin non-diapausing selama inkubasi. Oleh karena itu disarankan untuk menginkubasi telur-telur pada suhu rataan 26ºC. Selama tahap “titik-mata” (eye-spot), suhu untuk inkubasi sebaiknya diatur pada paling sedikit 26,7ºC tetapi tidak lebih tinggi dari 29ºC, dan kelembaban udara sekitar 80-90 persen. Pengukuran untuk penyeragaman penetasan telur ulat sutra : Penetasan telur-telur ulat sutra tetua bivoltin selama inkubasi sering kali tidak seragam pada musim semi. Hal ini menyebabkan masalah pada pemeliharaan ulat sutra dan mempengaruhi kopulasi kupu-kupu jantan dan betina untuk tujuan produksi telur. Untuk memastikan penetasan yang seragam, telur-telur harus disimpan pada suhu pertengahan (intermediet) 14-16ºC sebelum dikeluarkan dari tempat pendingin (cold storage). Inkubasi dimulai bila embrio telah tumbuh ke tahap C1-C2. Seleksi telur disusun berdasarkan perkembangan titik-matanya. Inkubasi berlanjut dalam gelap hingga pada hari penetasan, ketika lampu dinyalakan satu atau dua jam sebelum terbit matahari untuk memastikan penetasan yang seragam. Menyimpan telur-telur dalam gelap pada tahap akhir inkubasi mencegah embrio yang dewasa-dini untuk menetas, dan memberikan waktu kepada embrio yang dewasa-lambat untuk terus tumbuh. Setelah disimpan dalam gelap selama periode tertentu dan tiba-tiba diekspos cahaya, kedua macam telur ini akan menetas secara simultan. Inhibisi (hambatan) dingin dari pertumbuhan embrio untuk telur-telur selama inkubasi atau preservasi dingin dari larva yang baru menetas. Jika untuk suatu alasan tertentu, penyisiran larva yang baru menetas harus ditunda, telur-telur ulat sutra yang diinkubasi atau ulat sutra yang baru menetas harus disimpan pada suhu rendah. Sebelum embrio tumbuh ke tahap 2
  • 3. E3 (tahap pemendekan), suhu harus dijaga pada suhu obyektif selama inkubasi. Namun demikian, jika embrio telah mencapai tahap E3, suhu harus dinaikkan menurut kebutuhan inkubasi. Penyimpanan beku dilakukan jika semua telur berubah menjadi biru dan larva yang menetas dini sudah ditemukan. Larva yang baru menetas dapat juga disimpan beku untuk mencegah pertumbuhan selanjutnya. Telur-telur yang berubah biru dapat disimpan pada suhu 5ºC selama 3-5 hari. Untuk varietas yang akan menghasilkan telur non-hibernasi dapat disimpan pada suhu 2-5ºC selama 1-3 hari. Larva yang baru menetas dapat disimpan pada suhu 10ºC selama 2-3 hari. Penghambatan pertumbuhan telur lebih lanjut dan penyimpanan beku larva yang baru menetas mempunyai efek yang kurang baik pada fisiologis ulat sutra. Oleh karena itu, makin pendek masa inhibisi maka akan makin aman bagi kesehatan ulat sutra. Selanjutnya, jika telur atau larva akan dimasukkan atau dikeluarkan dari ruang penyimpanan maka harus melalui suhu pertengahan (intermediet) selama dua jam. 1.3. Efek Lingkungan Inkubasi Pada Voltinisme Secara luas ulat sutra diklasifikasikan sebagai univoltin, bivoltin dan multivoltin. Ulat sutra multivoltin dapat di sub divisikan menjadi diapausing dan non-diapausing. Voltinisme adalah jumlah generasi insekta yang diproduksi dalam setahun pada kondisi alami. Insekta yang memproduksi hanya satu generasi dalam setahun dan kemudian mengalami diapause disebut univoltin. Sedangkan yang memproduksi dua generasi dalam setahun sebelum menjadi diapause disebut bivoltin, sedangkan yang memproduksi lebih dari dua generasi dalam setahun disebut multivoltin. Ulat sutra dengan voltinisme yang berbeda, nampak jelas perbedaan pada durasi pertumbuhan, konstitusi dan pada kualitas sutranya. Secara umum, bivoltin mempunyai durasi pertumbuhan yang lebih pendek dan konstitusi yang lebih kuat dari pada univoltin, tetapi panjang sutranya lebih pendek dan kualitasnya lebih rendah. Multivoltin mempunyai durasi pertumbuhan paling pendek, sutranya pendek dan kualitasnya rendah, tetapi konstitusinya paling kuat. Univoltin hanya meletakkan telur-telur hibernasi, non-diapausing multivoltin meletakkan hanya telur-telur non-hibernasi. Tetapi bivoltin dan diapausing multivoltin akan memproduksi keduanya, baik telur hibernasi atau non-hibernasi, menurut kondisi lingkungan yang berbeda di mana mereka tumbuh. Diapause telur-telur ulat sutra ditentukan oleh hormon diapause, yang disekresikan oleh ganglia suboesophageal dan ditransmisikan melalui cairan tubuh ke ovari kupu-kupu induk, di mana hormon tersebut menjadi fungsional dan memungkin embrio menjadi diapause pada tahapan tertentu dari pertumbuhannya. Ganglia suboesophagial pada varietas manapun dengan voltinisme berbeda mempunyai fungsi mensekresikan hormon diapausing, tetapi sekresi hormon tersebut dikontrol oleh otak. Pada kondisi normal, otak ulat sutra univoltin mempunyai fungsi mengakselerasi sekresi hormon diapause oleh ganglia suboesophagial. Otak ulat sutra multivoltin berfungsi menghambat sekresi hormon diapause oleh ganglia suboesophagial, sedangkan otak bivoltin 3
  • 4. pada kondisi eksposur suhu dan cahaya tinggi selama inkubasi, dapat mengakselerasi sekresi hormon ganglia suboesophagial, menyebabkan produksi telur hibernasi. Pada suhu rendah dan kondisi gelap selama inkubasi, hal ini dapat menghambat sekresi dan menyebabkan produksi telur non-hibernasi. Faktor-faktor prinsip yang mempengaruhi voltinisme adalah suhu, cahaya dan kelembaban. Suhu: Jika telur-telur tetua dari ras ulat sutra bivoltin diinkubasi pada suhu tinggi (25ºC), kupu-kupunya akan meletakkan telur hibernasi, dan jika diinkubasi pada suhu rendah (15ºC), maka akan meletakkan telur non- hibernasi. Suhu pertengahan (intermediet) (20ºC) selama inkubasi, akan menghasilkan suatu campuran antara telur hibernasi dan non-hibernasi. Karena beberapa ras ulat sutra bivoltin komersial mempunyai hubungan darah dengan multivoltin, maka voltinismenya sedikit berbeda dari yang murni bivoltin, sehingga kondisi lingkungan mempunyai pengaruh yang kecil pada voltinisme. Perlu ditekankan di sini bahwa suhu selama inkubasi mempunyai pengaruh terbesar pada voltinisme. Dengan kata lain, suhu pada masa inkubasi adalah faktor penentu apakah ulat sutra bivoltin akan meletakkan telur hibernasi atau non-hibernasi, bagaimanapun kondisi lingkungan selama tahap larval dan pupal (Table 1-3). Cahaya: Cahaya selama inkubasi telur juga mempengaruhi voltinisme. Tetapi efek tersebut tidak terbukti pada suhu di atas 25ºC atau di bawah 15ºC. Inkubasi pada suhu intermediet dengan cahaya menghasilkan telur hibernasi dengan kecepatan lebih tinggi; tanpa cahaya maka kecepatan telur hibernasi adalah lebih rendah. Adalah nyata bahwa efek cahaya pada voltinisme adalah kedua sesudah suhu. Kelembaban: Efek kelembaban pada voltinisme selama inkubasi adalah berikutnya setelah cahaya. Efek tersebut tidak nyata pada suhu inkubasi di atas 25ºC dan di bawah 15ºC. Pada suhu intermediet, kelembaban tinggi adalah disukai untuk meletakkan telur hibernasi, sedangkan kelembaban rendah disukai untuk telur non –hibernasi. Voltinisme telur progeny dipengaruhi oleh suhu selama beberapa tahapan tetua bivoltin. Suhu, cahaya dan kelembaban mempengaruhi voltinisme ulat sutra pada tahapan antara yaitu bila embrio mulai membentuk kaki thorakis dan bila kepalanya mulai berwarna. Kebutuhan dasar univoltin untuk meletakkan telur hibernasi adalah suhu di atas 20ºC untuk inkubasi pada tahapan ini, dan untuk bivoltin di atas 25ºC. Jika diinkubasikan pada suhu di bawah 15ºC dan disimpan dalam gelap dan kondisi agak kering, sebagian besar ras bivoltin akan menghasilkan, terutama atau seluruhnya telur non-hibernasi. Ras univoltin juga akan menghasilkan telur non- hibernasi, tetapi pada tahap perkembangan embrio antara A dan C2, pada dasarnya suhu tidak mempunyai pengaruh pada voltinisme 4
  • 5. BAB II PEMELIHARAAN TETUA ULAT SUTRA 2.1. Pentingnya Pemeliharaan Tetua Ulat Sutra Baik untuk usaha produksi telur ulat sutra komersial atau untuk pembibitan telur, tetua ulat sutra adalah ulat sutra yang telur-telurnya diambil untuk tujuan produksi telur berikutnya. Oleh karena itu kokon yang dipanen disebut kokon benih, yang akan menghasilkan telur hibrid F1. Sebagian besar strain tetua adalah galur murni, hanya sedikit yang merupakan hibrid galur-galur inbred yang berbeda. Karena strain tetua mempunyai konstitusi yang agak lemah, maka perlu untuk memberi pakan, kondisi lingkungan pemeliharaan dan penanganan teknis yang lebih baik. Pemeliharaan tetua ulat sutra membutuhkan pertumbuhan yang baik, fisik kuat dan kualitas kokon yang baik dari generasi sekarang untuk menghasilkan telur ulat sutra komersial dalam kuantitas besar dan kualitas baik. 2.2. Tehnik-tehnik Prinsip Untuk Pemeliharaan Tetua Ulat Sutra Disinfeksi ruang dan peralatan pemeliharaan : Pembersihan dan disinfeksi ruang dan peralatan pemeliharaan harus dilakukan sebagai prasyarat sebelum pemeliharaan tetua ulat sutra. Ruangan harus dikeringkan setelah disinfektasi dan disiapkan untuk penyikatan larva yang baru menetas. Penyikatan larva yang baru menetas: Untuk bivoltin, waktu yang tepat untuk penyikatan larva yang baru menetas adalah sekitar pukul 08:00- 09:00, atau lebih awal untuk multivoltin. Metode penyikatan adalah sebagai berikut : larva yang baru menetas dibawa dengan kertas tisu tipis atau dipindahkan ke tempat pemeliharaaan. Kedua metode tersebut berpegang pada prinsip yaitu tidak melukai larva, penimbangan larva yang akurat dan penanganan (handling) yang nyaman. Dalam penyikatan, satu kartu telur dinyatakan sebagai satu kelompok (batch) dan setiap kelompok terdiri dari 4- 5 gram larva yang baru menetas. Setelah penyikatan, kartu telur harus disimpan untuk inspeksi pathogen pebrin pada sheel telur. Pakan : Kualitas daun mulberi mempengaruhi sifat ekonomis generasi ulat sutra yang ada, misalnya fisik ulat sutra, kualitas kokon, kualitas telur,voltinisme dan moltinisme. Selanjutnya, kualitas daun juga mempengaruhi hasil pemeliharaan generasi berikutnya. Periode instar pertama sampai ke tiga adalah periode pertumbuhan badan di saat mana pertumbuhan larva berlangsung cepat. Jika pakannya tidak baik, larva akan menderita kekurangan suplai nutrisi dan akan sangat berpengaruh pada pertumbuhannya. Pada kasus tersebut akan sulit mendapatkan panenan yang berhasil walaupun suplai daun yang baik diberikan pada periode berikutnya. Dan sulfur dioksida yang diemisikan oleh pembakaran bahan bakar, dapat mengganggu fungsi fisiologis ulat sutra pada saat telah mencapai level tertentu. 5
  • 6. Kecepatan respirasi larva bayi adalah rendah. Larva bayi tersebut tahan terhadap karbon dioksida, tetapi tidak tahan terhadap gas-gas beracun seperti karbon monoksida dan sulfur dioksida. Namun demikian, hal yang sebaliknya untuk periode tumbuh. Pada periode menaiki (mounting), jika larva dewasa kontak terlalu banyak dengan karbondioksida maka jumlah yang larva tidak menjadi kokon (non-cocooning larvae) akan meningkat. Larva instar pertama sampai ke tiga tidak mempunyai persyaratan sirkulasi udara yang khusus. Ventilasi yang periodik adalah mencukupi. Namun demikian, pada masa tumbuh di mana kecepatan respirasi adalah tinggi dan daun mulberi yang dikonsumsi dalam jumlah banyak, menyebabkan kelembaban ruangan meningkat dan udara menjadi mudah terpolusi. Oleh karena itu harus dijaga agar terdapat sebanyak mungkin sirkulasi bebas udara segar untuk mengakselarasi metabolisme ulat dan mendukung kesehatannya. Namun demikian, pada pengusahaan ventilasi adalah penting untuk mencegah daun-daun mulberi menjadi layu. Cahaya : Cahaya tidak terbukti mempunyai efek pada kesehatan ulat sutra, kualitas kokon dan jumlah telur diletakkan. Cukup baik untuk memelihara tetua ulat sutra pada kondisi alami, misalnya terang pada siang hari dan gelap pada malam hari. Namun demikian, untuk ras yang mudah menghasilkan telur non-hibernasi, pada masa tumbuh, kegelapan secara efektif dapat menurunkan produksi telur non-hibernating. Pengujian larva yang lambat tumbuh : Untuk memastikan bahwa telur ulat sutra yang dihasilkan adalah bebas dari penyakit pebrin maka larva yang lambat tumbuh, larva yang sakit, atau larva yang mati serta larva yang jatuh ke tanah dari tempat naiknya (mountages), dari kelompok yang berbeda dan pada instar yang berbeda, harus dilakukan pengujian mikroskopis. Jika terdapat spora pebrin pada larva yang lambat tumbuh sebelum moulting yang ketiga, maka seluruh kelompok (batch) harus ditolak. Jika infeksinya serius, seluruh kelompok harus ditolak. Jika ringan, kelompok tersebut harus dipisahkan dan digunakan untuk pemeliharaan kokon cadangan (reeling cocoon). Ruangan dan peralatan yang digunakan untuk pemeliharaan kelompok yang terinfeksi harus didisinfektan menyeluruh. Mengatur pemunculan kupu-kupu untuk kawin : Pada pemeliharaan tetua ulat sutra, adalah penting untuk selalu mengamati dan membandingkan pertumbuhan larva tetua untuk dikawinkan. Jika terjadi suatu penyimpangan pada durasi pertumbuhan dari yang diharapkan, maka harus dilakukan pengaturan dengan meningkatkan atau menurunkan suhu pemeliharaan, atau dengan menaikkan atau menunda waktu pemberian pakan. Secara umum, untuk varietas yang lambat-tumbuh, suhu pemeliharaan dapat ditingkatkan 1ºC lebih tinggi dari yang dirancangkan, dan untuk yang cepat-tumbuh dapat diturunkan 1ºC. Pada saat mounting, lebih baik menaruh larva yang cepat- tumbuh pada ruang mounting yang lebih dingin dan yang lambat-tumbuh pada ruang yang lebih hangat. Namun demikian, pada saat pengaturan harus berhati-hati terhadap dampaknya pada kesehatan dan voltinisme ulat. 2.3. Penaikan (mounting) dan Pemanenan Penaikan tetua ulat sutra harus berpegang pada prinsip kedewasaan yang cukup dan tidak berdesakan. Kedewasaan ulat sutra ditandai dengan pemunculan beningnya bagian anterior larva; menaikkan kepalanya tinggi- 6
  • 7. tinggi, bergerak dan mencari posisi untuk berkokon. Tetua ulat sutra biasanya naik pada periode ketika menjadi sedikit lewat dewasa (over mature), tetapi tidak pernah pada saat belum dewasa (immature). Ulat sutra belum dewasa, karena pemberian pakannya kurang baik, tidak hanya menunda pemintalan sutra untuk berkokon, tetapi juga akan menjadi lemah dan meletakkan telur lebih sedikit. Namun demikian, ulat sutra tersebut tidak harus lewat dewasa. Dewasa yang berlebih akan menyebabkan produksi kokon ganda dan cacat. Pada prakteknya, saat naik pada malam hari atau bila hanya sedikit ulat yang menjadi dewasa, maka ulat akan menjadi sedikit lewat dewasa; tetapi jika naik pada puncak periode dewasa atau siang hari, maka lebih baik sedikit kurang dewasa. Mengoleksi ulat sutra dewasa dan menaikkannya pada mountages adalah pekerjaan yang melelahkan. Distribusi tenaga kerja harus diorganisir. Larva harus dinaikkan pada saat dikoleksi dan tidak meningkat jumlahnya. Hati-hati terhadap identifikasi varietas dan waktu naik. Kekeliruan harus dihindari. Tetua ulat sutra yang naik, kepadatannya harus lebih rendah dari pada ulat sutra yang dipelihara sebagai kokon cadangan. Ruang pemeliharaan harus berventilasi baik dan cukup hangat untuk memindahkan kelebihan uap air. Suhu protektif pada periode penaikan untuk bivoltin berpusat sekitar 24,5ºC dan untuk multivoltin sekitar 26,5ºC. Selisih antara bola kering dan bola basah higrometer adalah 3ºC. Ruangan penaikan harus tidak terlalu terang; sebaiknya sedikit gelap dan kondisi sunyi. Waktu pemanenan kokon bervariasi dengan varietas dan suhu protektif ulat sutra pada masa penaikan. Secara umum, pemanenan kokon untuk bivoltin dimulai 6 hari setelah ulat-ulat tersebut naik, dan untuk bivoltin tiga hingga empat hari. Sambil dipanen, kokon harus diletakkan secara terpisah menurut varietasnya dan tanggal penaikan; kokon ganda, kokon yang diparasit nyamuk dan kokon yang cacat harus dikeluarkan. Pupa ulat sutra harus diperlakukan dengan lembut untuk menghindari kerusakan. Pemanenan kokon pada periode awal terjadi di China Timur. Dikatakan bahwa kokon dipanen bila ulat sutra telah menyelesaikan pemintalan sutra dan mendekati pupa. Dengan suhu protektif 25ºC dan periode penaikan 60-70 jam, pemanenan kokon pada masa awal mencapai hasil yang efektf dalam hal memacu produksi telur bivoltin, yang mana badan pupa relatif lebih besar. 2.4. Efek Lingkungan Pemeliharaan Pada Voltinisme Selama periode pemeliharaan, suhu, cahaya dan nutrisi juga mempunyai pengaruh tertentu pada voltinisme, tetapi pengaruh tersebut lebih kecil pada masa inkubasi. Hasil investigasi seperti yang terlihat pada Tabel 1-3 adalah status tipikal untuk bivoltin. Karena beberapa ras bivoltin yang ada mempunyai hubungan darah dengan multivoltin, maka voltinismenya tidak stabil. Dalam rangka menstabilkan hibernasi bivoltin, masih perlu memberi perhatian pada 7
  • 8. kontrol suhu pada periode pemeliharaan, meskipun suhu tinggi dan cahaya diperlukan selama inkubasi. Hanya dengan mempertahankan suhu tinggi (26ºC) untuk larva bayi dan suhu rendah (di bawah 24ºC) untuk larva tumbuh, akan didapatkan telur hibernasi. Cahaya juga mempunyai beberapa efek pada voltinisme ulat sutra selama periode pemeliharaan. Bila pada periode bayi terang, ulat menghasilan sebagian besar telur hibernasi, dan pada periode tumbuh telur non-hibernasi. Jika dipelihara pada kondisi gelap, ulat cenderung untuk meletakkan telur non-hibernasi. Lebih jauh, kualitas pakan dapat juga berpengaruh pada voltinisme. Pemberian pakan dengan daun-daun yang bergizi membantu menghasilkan telur hibernasi, sementara pakan atau pemberian pakan yang jelek dengan daun-daun yang kurus cenderung untuk menghasilkan telur-telur non- hibernasi. 8
  • 9. BAB III INVESTIGASI DAN PRESERVASI KOKON BENIH Kokon benih adalah sumber material yang digunakan untuk menghasilkan telur ulat sutra. Kualitas kokon benih adalah berhubungan dengan kualitas telur ulat sutra dan keberhasilan memelihara ulat sutra F1 hibrid. Oleh karena itu kokon benih yang dipanen harus diuji dengan ketat. Hanya kokon yang memenuhi standar yang dapat digunakan untuk menghasilkan telur. Kokon dengan kualitas demikian harus disimpan untuk mendukung perkembangan morfologis agar menghasilkan telur dengan jumlah banyak dan kualitas tinggi. 3.1. Investigasi Kualitas Kokon Benih Kriteria kualitas kokon benih : Karena kondisi klimatis dan geografis sangat bervariasi pada berbagai belahan dunia, maka varietas ulat sutra adalah berbeda, dan demikian pula halnya kualitas kokon. Bahkan pada varietas ulat sutra yang sama yang dipelihara pada daerah yang berbeda akan mempunyai karakteristik yang bervariasi. Oleh karena itu standar untuk inspeksi kualitas kokon benih bervariasi dengan tempat yang berbeda. Metode inspeksi kualitas kokon benih Hal-hal dan waktu inspeksi: Inspeksi kualitas kokon benih menyangkut empat hal berikut ini: Jumlah kokon yang dipanen, bobot kulit kokon, rasio kulit kokon dan rasio kokon mati. Kelompok pemeliharan (rearing batch) adalah unit untuk keempat hal di atas. Waktu inspeksi adalah sebagai berikut: Untuk pemanenan musim semi dan akhir musim gugur adalah 7-10 hari setelah penaikan penuh; untuk pemanenan awal musim gugur dan pertengahan musim gugur, 6-8 hari setelah penaikan penuh. Untuk varietas dengan durasi periode pupa yang lebih pendek, seperti Dong 34, inspeksi dapat dilakukan sehari sebelumnya. Jika interval di antara penaikan terlalu lama, inspeksi dapat dilakukan per seksi, hasilnya kemudian berdasarkan rataan. Metode inspeksi Inspeksi jumlah kokon yang dipanen: Kokon reproduktif, kokon dobel dan kokon rusak harus ditimbang terpisah dan diambil bobot totalnya. Rataan hasil kokon dari 10 g ants harus dihitung dan kemudian 1 kg dari setiap macam kokon diambil dan jumlahnya dihitung. Metode sampling : 5-6 kg kokon harus diambil secara acak untuk sampling. Kokon floss harus dipindahkan. Kokon tersebut harus dicampur merata dan diletakkan mendatar. Kokon dibagi menjadi empat bagian oleh dua garis diagonal. Setiap dua bagian pada sudut diagonal harus diambil dan ditimbang 2 kg untuk berbagai pengujian. Dua bagian lainnya diambil untuk sampel investigasi kecepatan kokon terseleksi. 9
  • 10. Cek analitis kokon yang mati : Inspeksi kokon mati pada kokon reproduktif – jika bobot ant dari kelompok pemeliharaan adalah di atas 80 g, maka 1 000 kokon harus dicek, dan jika di bawah 80 g, 500 kokon harus dicek. Inspeksi kokon mati di antara kokon dobel dan kokon rusak : Jika bobot dari kelompok pemeliharaan adalah di atas 80 g, maka 500 dobel kokon harus dicek, 0,6 kg kokon rusak ; jika di bawah 80 g, 250 kokon dobel, 0,5 kg kokon rusak. Kokon harus dipotong buka untuk menginspeksi kokon mati oleh karena berbagai penyebab. Kecepatan kematian dari keseluruhan lot harus ditotal. Jika c diambil sebagai bobot berbagai jenis kokon, n adalah jumlah/kg jenis kokon yang berbeda, dan d adalah kecepatan kematian kokon yang berbeda, maka D atau kecepatan kokon mati dari seluruh lot dapat dikalkulasi dengan formula berikut : cnd D = ----------- x 100 cn Yang termasuk kokon mati adalah setiap bentuk ulat mati, pupa mati, ulat dan pupa yang terinfeksi, pupa yang moult-sebagian (menutup thorax atau lebih dari dua segmen pada bagian anterior), pupa yang tidak moulting atau pupa dengan tiga segmen abdomen berubah menjadi hitam, dan ulat kaki-berambut (larva tidak menjadi pupa) setelah 6 hari penaikan pada kokon. Pupa berdarah, pupa yang di parasit larva serangga (uget-uget), pupa yang diinfeksi muscardine tidak perlu diuji. Tetapi pada batch tetua ulat sutra, pencatatan ketiga macam pupa ini harus dilakukan sebagai indeks grading penjualan kokon benih. Inspeksi kualitas kokon : 120 kokon diambil dari sampel secara acak. Kokon tersebut dibuka secara individual, jenis kelaminnya diidentifikasi, dan 50 kokon jantan dan 50 kokon betina diseleksi. Kokon keseluruhan dan kulit kokon ditimbang sehingga kecepatan pengulitan kokon dapat dikalkulasi. Bobot kulit + Bobot kulit Kokon Kokon % Kecepatan pengulitan = ------------------------------------------ x 100 Bobot kokon Bobot kokon Keseluruhan Keseluruhan Investigasi kecepatan pelepasan kokon (the casting cocoon rate) : Pindahkan 2-2,5 kg kokon dari separuh sampel lainnya, dan cast kokon yang defektif. Hitung kecepatan pelepasan kokon sebagai kriteria kecepatan pelepasan kokon untuk keseluruhan lot. Kecepatannya tidak boleh lebih kecil dari 3 persen untuk panenan musim semi dan tidak lebih kecil dari 4 persen untuk pemanenan musim gugur. Jika hasil pengujian-pengujian ini tidak memenuhi standar, maka perlu dua pengujian lagi yang diambil dari sampel lainnya. Jika hasil rataan tiga pengujian tetap tidak memenuhi standar maka seluruh lot kokon ditolak. 10
  • 11. 3.2. Seleksi Kokon Benih Setelah inspeksi kualitas, lot pemeliharaan kokon benih harus melalui seleksi individual, dan kokon yang tidak memenuhi karakteristik rasial dari ras tetuanya harus dibuang. Hal ini akan mempertahankan karakteristik ekonomis yang seragam dari varietas dan meningkatkan kualitas kokon. Kokon cacat adalah : • Kokon tipis – Kulitnya sangat tipis dan dapat dengan mudah di remukkan. • Kokon salah bentuk (malformed) – Bentuknya tidak teratur, tidak memenuhi karakteristik rasial dari varietas aslinya. • Kokon kapas (fluffy cocoons) – Kokon kehilangan kulit, tetapi tidak mengkerut; lembut dan lepas seperti kapas jika disentuh. • Kokon berwarna – Kuning muda, hijau kekuningan atau warna lain. • Kokon cacat lainnya – Kokon berujung lancip, kokon patah (broken-end), kokon kecil, kokon bee-waist dll. Kokon menjadi cacat karena faktor genetis atau lingkungan. Cacat yang disebabkan oleh faktor genetis, seperti kokon berwarna, kokon kapas, kokon bee-waist dan kokon berujung lancip harus dibuang. Kokon salah bentuk, kokon tipis, kokon patah dll secara umum disebabkan oleh faktor lingkungan. Lebih baik membuang kokon cacat tersebut untuk menjaga keseragaman bentuk ras. 3.3. Preservasi Kokon Benih Suhu : Adalah sangat penting kokon benih disimpan pada suhu yang sesuai. Pada bivoltin, suhu optimum untuk preservasi adalah 24ºC, di mana kecepatan eclosion adalah tertinggi, jumlah telur yang diletakkan oleh kupu induk mencapai maksimum, kecepatan telur tidak fertil dan telur mati adalah rendah. Pada multivoltin, sebaiknya kokon disimpan pada suhu 26ºC. Jika kokon benih disimpan pada suhu 30ºC, tidak hanya jumlah pupa dengan penyakit flacherie akan meningkat dan kecepatan munculnya kupu-kupu menurun; tetapi jumlah telur tidak fertil, telur mati dan telur non-hibernasi akan meningkat secara signifikan. Efek suhu tinggi sangat jelas pada periode penaikan (mounting) dan pupasi (pupation). Yang paling menderita adalah pupa jantan. Jika suhu lebih rendah dari 20ºC, maka kecepatan munculnya kupu akan menurun, jumlah telur yang dihasilkan akan menurun tajam, telur tidak fertil akan meningkat dan pupa betinalah yang paling menderita. Kelembaban: Kelembaban optimum untuk preservasi kokon benih adalah 75-80 persen. Secara umum, pada kisaran 65-90 persen, kelembaban tidak berpengaruh nyata pada kesehatan kupu, pada jumlah telur yang dihasilkan, jumlah telur tidak fertil atau generasi ulat sutra berikutnya. Pada prakteknya, jika telur dihasilkan pada musim gugur, udara sering terlalu kering. Jika kelembaban lebih rendah dari 60 persen, pupa akan tumbuh lambat, persentase eclosion ( muncul) akan menurun, dan jumlah kupu-kupu yang gagal kawin akan meningkat. Mereka menjadi terlalu mudah berpisah, bahkan ketika mereka mempunyai kesempatan untuk berkopulasi. Jika 11
  • 12. terlalu kering pada periode akhir preservasi kokon benih, efeknya akan lebih serius. Oleh karena itu, di sekitar waktu munculnya kupu awal, kelembaban harus disesuaikan menurut kondisi aktual. Cahaya : Pada periode preservasi kokon benih, hati-hati untuk mempertahankan penerangan pada siang dan kegelapan pada malam. Adalah penting bahwa malam menjadi gelap total dan bahwa kokon dikenai cahaya sebelum terbit matahari pada hari eclosion, dengan demikian membuat kupu muncul lebih awal dan seragam. Udara : Dengan tumbuhnya pupa, kecepatan respirasinya secara gradual meningkat. Sejumlah besar karbon dioksida dilepaskan ketika mata majemuknya berwarna. Pada saat seperti itu, ventilasi diperlukan. Udara harus tetap segar di ruang pemeliharaan. 3.4. Observasi Pertumbuhan Pupa dan Regulasi Perkawinan Untuk mengatur perkawinan kupu, adalah penting untu mengamati perkembangan pupa. Suhu harus diatur menurut derajat pigmentasi mata majemuk, antena dan badannya. Oleh karena itu kupu-kupu dua varietas untuk kawin akan muncul secara simultan. Korelasi antara pigmentasi dan perkembangan pupa : Secara umum, pigmentasi dan perkembangan pupa berkorelasi sebagai berikut : • Mulainya pigmentasi mata majemuk menandai titik paruh antara penaikan (mounting) dan pemunculan (emergence). • Mata majemuk menjadi hitam pada titik dua pertiga. • Jika antena berubah menjadi hitam gelap, kupu akan muncul pada dua atau tiga hari. • Bila badan pupa menjadi kendur dan lunak, lustre lepas dan jadi mengkerut, kupu akan muncul pada hari berikutnya pada kasus ras Cina dan dua hari kemudian untuk ras Jepang (Gambar 3-2). Pengaturan pemunculan kupu : Secara umum, suhu preservasi pupa dari penaikan ke munculnya kupu, berada pada kisaran 21-27ºC. Jika suhu meningkat atau turun 1ºC, pemunculan kupu akan lebih cepat atau tertunda sehari. Jika suhu meningkat atau turun 2ºC, maka akan lebih cepat atau tertunda dua hari. Suhu yang lebih rendah harus lebih sering digunakan untuk pupa yang berkembang lebih cepat dan demikian pula sebaliknya. Harus hati- hati dalam melakukan pengamatan perkembangan pupa secara teratur dan untuk mengatur suhu agar kupu dari dua varietas untuk kawin akan muncul pada hari yang sama dan dalam kuantitas seragam. Penyimpanan dingin kokon benih (pupa) : Terdapat dua periode untuk inhibisi dingin pupa ulat sutra : (a) dua hingga tiga hari setelah pupasi bila mata majemuk mulai berpigmen, dan (b) sehari sebelum munculnya kupu. Penyimpanan dingin harus dilakukan pada malam hari. Batasan waktu 12
  • 13. penyimpanan dingin untuk jantan adalah 4-5 hari, dan untuk betinan 2-3 hari. Kisaran suhu dari 2,5 hingga 7,5ºC, dengan 5ºC sebagai median. Penyimpanan dingin kokon benih mungkin menurunkan persentase munculnya kupu, jumlah kupu yang tidak bertelur meningkat, dan jumlah telur yang dihasilkan akan menurun; persentase telur tidak fertil mungkin juga akan meningkat. Oleh karena itu, kokon benih tidak boleh disimpan dingin kecuali benar-benar diperlukan. 13
  • 14. BAB IV DISKRIMAINASI KELAMIN (SEXING) Diskriminasi sex atau sexing, adalah suatu ukuran tehnis penting pada produksi telur F1 ulat sutra hybrid. Sexing adalah pemisahan betina dari jantan di dalam varietas yang sama. Terdapat tiga metode : (1) sexing melalui karakteristik eksternal larva, (2) sexing melalui karakteristik eksternal pupa dan (3) sexing melalui karakteristik eksternal kokon. 4.1. Diskriminasi Kelamin Larva Pada sisi ventral abdomen larva betina, pada segmen ke delapan dan ke sembilan, terdapat sepasang noktah melingkar kecil pada kedua sisi kiri dan kanan. Noktah tersebut dinamakan kelenjar depan (foregland) Ishiwata. Pada larva jantan, terdapat badan folikuler berwarna putih susu yang disebut kelenjar Herold di pusat sisi ventral pada persambungan segmen ke delapan dan ke sembilan. Melalui observasi karakteristik kelenjar reproduktif yang berbeda antara larva jantan dan betina, maka diskriminasi kelamin larva dapat dilakukan dengan mata telanjang dari instar keempat akhir hingga instar kelima. 4.2. Diskriminasi Kelamin Pupa Pupa ulat sutra betina lebih besar dari pada pupa jantan; warna kulit pupalnya (cuticle) adalah lebih terang, dan segmen abdominal posterior bentuknya lebih bulat. Secara ventral, pada pusat segmen abdominal ke delapan, terdapat tanda berbentuk X yang memanjang dari marjin segmen anterior ke posterior. Pupa ulat sutra jantan adalah lebih kecil dari pada yang betina, segmen abdominal terakhir agak lancip, dan pada pusat segmen ventral ke sembilan terdapat noktah kecil coklat, kelenjar Herold. Menurut sifat eksternal – bentuk badan dan tanda jelas kelenjar reproduktif - adalah mungkin untuk membedakan kelamin pupa ulat sutra 4.3. Diskriminasi Kelamin Kokon Benih Ulat Sutera Karena kokon betina biasanya lebih besar dan lebih berat dari pada jantan dari ras yang sama, khususnya di antara ras-ras multivoltin, maka perbedaan ini dapat digunakan untuk memisahkan kokon betina dari kokon jantan dengan penimbangan. Mesin sexing popular digunakan untuk tujuan ini pada farm produksi telur ulat sutra di Propinsi Guangdong, China. Mesin sexing dapat membuat pekerjaan lebih efisien, dan kupu dapat keluar dari kokonnya sendiri tanpa digunting. Jika kupu muncul dari kokon tanpa gunting, rataan kecepatan produksi telur dapat mendekati 20 persen lebih tinggi dari pada jika kokon digunting buka, karena resiko pupa terluka akan berkurang. Sebelum sexing mekanis digunakan, beberapa contoh kokon diambil secara acak dari batch kokon benih yang sama hari penaikannya. Bobot kokon kriteria dideterminasi berdasarkan kisaran bobot antara kokon betina dan jantan. Bobot ini akan digunakan sebagai bobot diferensiasi untuk separasi 14
  • 15. kelamin kokon benih: kokon yang lebih berat dari kriteria masuk ke kelompok betina, yang lebih ringan adalah jantan. Kokon dengan berat yang sama dengan kokon kriteria termasuk kelompok campuran dari kedua kelamin. Evaluasi tepat kokon kriteria mempunyai efek pada kerja keseluruhan. Bobot kriteria harus mempertahankan kecepatan sexing 90 persen atau lebih tinggi. Pada waktu yang sama, kecepatan sexing kelompok campuran harus terkontrol 10 persen atau kurang. Jika persyaratan di atas tidak dapat dipenuhi, maka aplikasi separasi sex mekanis menjadi tidak nyata. Mesin sexing kokon terdiri dari sumbu putar utama, bagian atas yang melekat pada piringan berpeforasi. Melekat pada bagian ini lengan baja kecil tipe-lever, menggantung dengan interval regular/teratur. Jika mesin dioperasikan, motor listrik kecil mengatur piring berongga berotasi dan lempengan baja kecil berputar bersama-sama. Menurut prinsip lever, lempeng baja yang berputar dapat mengukur bobot kokon secara otomatis. Efisiensi mesin pemisah jenis kelamin kokon : Mesin pemisah jenis kelamin kokon ini berputar pada kecepatan14,5 putaran per menit. Bila ras ulat sutra tertentu mempunyai rataan 740 kokon per kilogram, maka efisiensi mesin pemisah jenis kelamin dapat dihitung sebagai berikut : • Jumlah siklus rotasi piringan berputar per jam : 60 X 14,5 = 870 siklus • Jumlah kokon melintas melalui mesin per jam : 870 x16 = 13 920 kokon • Jumlah kokon benih terpisah per hari kerja ; 13 920 x8 = 111 360 kokon Sekarang, pada praktek produksi, efisiensi kerja mesin pemisah jenis kelamin berbeda agak banyak dari efisiensi teoritis, karena mesin harus dijustifikasi sebelumnya ke operasi pemisahan setiap jenis kelamin kokon. Lebih jauh, pekerja yang menjatuhkan kokon ke dalam pan secara manual adalah lebih lambat dari pada kecepatan mesin yang berotasi. Jika mesin dapat diperbaiki dengan sejenis peralatan kombinasi (termasuk pelayanan kokon otomatis), maka efisiensi separasi jenis kelamin kokon secara mekanis akan meningkat pesat. Pemisahan jenis kelamin dengan penimbangan kokon individual : Timbangan kokon tunggal dapat pula digunakan untuk separasi jenis kelamin. Hal ini juga dirancang dengan prinsip keseimbangan. Meskipun kecepatan efisiensinya jauh lebih rendah, tetapi mudah dilakukan dan sangat akurat. 15
  • 16. BAB V BERTELUR 5.1. Metode Bertelur Terdapat dua metode dasar bertelur: bertelur terpisah dan bertelur campuran. Bertelur terpisah dapat di sub – divisikan menjadi metode Pasteur, yang dilakukan di China dan Jepang; dan metode kantong seluler, yang biasanya dilakukan di negara-negara Eropa. Metode bertelur campuran dapat disub-divisikan menjadi bertelur kartu datar dan bertelur bentuk lepas. Metode yang dipilih mempunyai hubungan dengan grade produksi telur ulat sutra., karakteristik ras, kondisi serangan penyakit ulat sutra dll. Misalnya, produksi telur grandparent hybrid F1 dan dari tetua ras setiap imago (kupu) harus menjalani tes Pebrine, sehingga metode bertelur terpisah lebih dipreferensikan. Tetapi untuk telur komersial atau telur untuk produksi ulat sutra, di mana tidak semua kupu diharuskan menjalani test Pebrine, maka metode bertelur campuran diadopsi. Ambil contoh, beberapa ras ulat sutra di Eropa. Dikarenakan degradasi kelenjar Filippi atau Lyonnet maka telur yang dihasilkan viskositasnya kurang. Hal ini menyebabkan metode bertelur kantong seluler menjadi sangat penting. Metode kartu datar: Metode bertelur campuran ini di mana sejumlah kupu betina tertentu dibolehkan bertelur pada luasan tertentu pada selembar kraft. Metode ini sederhana, nyaman dan menghemat tenaga, kecuali bahwa metode ini tidak mengijinkan adanya seleksi individual atau eliminasi telur ulat sutra. Metode kartu datar modern adalah salah satu praktek bertelur komersial yang mempersyaratkan bahwa seluruh telur harus bebas dari penyakit pebrine. Spesifikasinya adalah bahwa setiap kartu telur mempunyai luasan bertelur 21 cm x 16 cm = 336 cm2. Lebih jauh lagi, terdapat perbedaan antara kartu telur datar tunggal dan dobel (Gambar 5-1). Standard kuantitas telur pada setiap kartu telur adalah kuantitas yang dibutuhkan telur untuk menempati sepenuhnya kartu telur pada satu lapisan bijian. Jumlah kupu induk yang diletakkan pada setiap kartu telur bervariasi menurut ras, daerah, musim dan kualitas kokon benih. Misalnya, di Provinsi Guangdong setiap kartu telur mengakomodasi 60-70 kupu induk dari ras bivoltin umum, dan 75-85 kupu induk ras multivoltin. Metode bentuk lepas: Untuk telur ulat sutra komersial, metode bentuk lepas adalah metode yang lebih maju. Di Eropa, metode ini diwajibkan karena karakteristik varietal. Di Jepang, semua telur ulat sutra untuk pemeliharaan kokon diproduksi dengan menggunakan metode ini, dan metode ini juga umum digunakan di Provinsi-provinsi timur China. Telur lepas terdapat dalam kotak, masing-masing berisi 12 gram. Telur lepas kualitasnya superior terhadap telur pada kartu karena metode ini memfasilitasi seleksi telur individual dan mengeliminasi telur defektif. Lebih jauh, disinfeksi permukaan yang seksama adalah memungkinkan dan kualitas ras ulat sutra oleh karenanya dapat meningkat. Pada waktu yang sama, kuantitas telur yang diproduksi per unit adalah tepat dan seragam, yang mana hal ini menguntungkan untuk produksi yang terproyeksi. Metode bentuk lepas adalah lebih baik untuk preservasi dan transport. Namun demikian, kendala metode ini adalah bahwa telur-telur 16
  • 17. menjadi berguncang terlalu keras selama transport dan dalam proses inkubasi telur harus diaduk, dan pemanenan larva yang baru menetas sangat sulit dilakukan. Metode Pasteur: Metode ini diadopsi untuk produksi strain ulat sutra original parent/tetua dan grandparent F1 hybrid. Dikarenakan kemudahan melakukan inspeksi mikroskopik kupu individual dan eliminasi batches berpenyakit, metode ini digunakan untuk menghasilkan strain tetua dan grandparent F1 hybrid ulat sutra yang benar-benar bebas penyakit. Luasan setiap kartu telur untuk strain tetua adalah 32 x 18 cm2, dibagi menjadi 28 bagian/partisi, di mana pada setiap bagian diletakkan atau ditempati kupu induk tunggal. Setelah oviposisi, kupu-kupu dimasukkan ke dalam kotak berlabel nomor serialnya untuk menunggu inspeksi mikroskopik. Untuk bertelurnya ulat sutra grandparent, setiap kartu telur terdiri dari 14 tempat kupu. Sebagai tambahan untuk membuat inspeksi mikroskopis yang ketat terhadap kupu-kupu, maka perlu menyelidiki lama hidup kupu betina sebagai referensi dalam prosedur seleksi dan eliminasi. Metode kantong seluler: Metode kantong seluler juga termasuk dalam tipe bertelur terpisah. Kantong seluler kecil yang terbuat dari kain katun tipis atau kraft berpori-pori di mana kupu betina ditempatkan untuk bertelur. Tipe bertelur kantong seluler ini khususnya cocok untuk ras-ras ulat sutra tertentu—kupu induk yang menghasilkan telur non-gluey. Sistem ini diadopsi di Rusia. Mengenai jumlah kupu pada kantong seluler, umumnya untuk strain tetua, satu kupu dalam satu kantong, tetapi untuk telur ulat sutra komersial, dua kupu menempati satu kantong. 5.2. Persiapan Bertelur Bertelur adalah pekerjaan yang intens dan melelahkan, yang memerlukan waktu tepat untuk beberapa tahapannya. Segala sesuatunya harus disiapkan sebelumnya untuk menghindari kekeliruan, eror atau hal-hal lain yang tidak diinginkan. Kandang/tempat bertelur secara umum terdiri dari ruang emergence (ruang preservasi kokon benih), ruang perkawinan, ruang bertelur, ruang bersuhu rendah dan ruang preservasi telur ulat sutra. Pada farm produksi telur komersial di mana ulat sutra tetua dipelihara sendiri, ruang-ruang tersebut dapat juga digunakan sebagai ruang pemeliharaan/pembesaran atau ruang penyimpanan mulbery. Tetapi ruang untuk pemeliharaan dan bertelurnya ulat sutra tetua harus digunakan secara eksklusif untuk tujuan tersebut. Ruangan pemunculan, perkawinan, bertelur dan preservasi telur ulat sutra harus dilengkapi dengan peralatan AC untuk mengatur suhu, kelembaban dan ventilasi. Ruangan harus terang dan gelap secara seragam pada siang dan malam hari; cahaya yang terlalu kuat dan terang harus dihindari. Untuk ruang perkawinan dan bertelur dipreferensikan atmosfere yang tenang. Ruang bertelur harus mempunyai pencahayaan yang mudah dikontrol dan harus dilengkapi dengan fasilitas ventilasi. Pada prinsipnya, suhu ruang dingin dipertahankan pada 10ºC. Insulasi thermal harus dicek dan dites sebelumnya. Kain katun berperforasi untuk menutupi kokon, nampan bambu untuk perkawinan, papan dan frame bambu untuk bertelur harus dibersihkan dan 17
  • 18. disterilkan sebelum digunakan. Semua peralatan yang dipergunakan harus disiapkan dalam hubungannya dengan kecepatan pemunculan harian yang tertinggi, atau sekitar 50-60 persen kecepatan bertelur keseluruhan batch. Peralatan lain adalah lembar draft, kotak kupu betina, kotak/tempat kupu jantan, dan stand berkawat untuk menaruh kartu telur ulat sutra. 5.3. Teknik Bertelur Eclosion atau pemunculan: Selama preservasi kokon benih, pupa berkembang dan metamorfosis secara gradual hingga akhirnya muncul sebagai kupu ulat sutra. Pada saat mendekati pemunculannya, kupu di dalam kokon mengeluarkan cairan yang melarutkan sericin dan melembabkan serta melembutkan filamen sutra kulit kokon. Kemudian mendorong kulit kokon dengan kepalanya, kupu-kupu keluar dari kokon. Rambut sisik pada permukaan tubuh kupu-kupu yang baru muncul adalah lembab, badannya fleksibel, sayapnya kecil dan menggulung. Kupu-kupu tampak tak bergerak. Segera setelah itu, rambut bersisik secara gradual mengering, cairan tubuh memasuki vena-vena sayap, dan sayap mulai terpisah. Kupu-kupu terus mengepakkan sayapnya dan merangkak dalam keadaan sangat aktif sambil mencari kupu betina untuk dikawini. Sesaat sebelum kemunculannya, pupa sesekali menggerakkan badannya dengan suara perlahan. Apabila metamorfosis sudah selesai, badan kupu dan kulit pupa secara gradual saling memisahkan diri. Pupa kehilangan kecerahannya dan menjadi gelap kecoklatan dengan tiada kerutan elastis pada permukaan tubuhnya. Sebelum kemunculannya, badan pupa adalah ringkih dan lembut terhadap sentuhan. Keadaaan ini adalah karakteristik utama tahap perkembangan ini. Ras univoltin mempunyai periode pupal yang lebih lama dari pada bivoltin, dan multivoltin mempunyai periode pupal terpendek. Berkaitan dengan kondisi lingkungan preservasi, di dalam kisaran suhu optimum, makin tinggi suhu maka akan makin cepat dan seragam pemunculan. Dengan makin rendahnya suhu maka eclosion akan makin lambat dan iregular/tidak teratur. Tetapi suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan perpanjangan periode pupal. Pada kondisi lingkungan optimum, durasi pupal ras univoltin China adalah 14 hari, univoltin Jepang adalah 17 hari. Ras bivoltin China memerlukan 12 hari, ras bivoltin Jepang mendekati 14 hari. Namun demikian ras multivoltin China dari propinsi Guangdong hanya membutuhkan sekitar 10 hari. Pada kondisi preservasi normal, pengenaan cahaya dimulai pada saat matahari terbit sekitar jam 04.00, dan pemunculan pada dasarnya berhenti pada jam 8.00 di hari yang sama untuk ras bivoltin dan jam 6.30 untuk multivoltin. Pemunculan berlangsung lebih lama pada ras multivoltin; urutan durasi berikutnya adalah ras bivoltin, dan ras multivoltin adalah yang terpendek. Jumlah kupu yang muncul perharinya juga tidak seragam, tetapi mempunyai pola tertentu. Pengetahuan yang baik tentang pola pemunculan adalah sangat penting untuk membuat proyeksi produksi telur. Tehnisi produksi telur harus memperhatikan pola ini. Untuk memudahkan pemilihan kupu dan mencegah urin kupu mengkontaminasi badannya, maka sebaiknya digunakan selembar kain katun untuk menutupi kokon sebelum pemunculannya. Dalam rangka membuat 18
  • 19. perencanaan yang sesuai untuk bertelur harian, maka disarankan untuk menginduksi pemunculan yang seragam. Dengan alasan ini, pengenaan cahaya harus dimulai pada jam 4.00, dan pekerja harus secara khusus ditugaskan untuk mengeluarkan jantan secepatnya. Oleh karena itu, pekerja harus mengeluarkan dengan segera kupu jantan yang bercampur dengan kupu betina secepatnya dikarenakan kesalahan diskriminasi jenis kelamin. Apabila dideteksi terjadi kopulasi, maka kupu betina yang kopulasi harus dibuang. Pengoleksian kupu: Setelah cahaya dinyalakan dan photosensitivitas telah dimulai untuk dua hingga tiga jam dan rambut sisik kupu yang muncul menjadi kering dan sayap-sayap terbentang penuh, maka pengoleksian kupu dimulai. Kupu jantan menjadi sangat aktif, mengepakkan sayapnya dan merangkak berkeliling, dan inilah yang dikoleksi pertama kali dan ditempeli dengan label yang mengindikasikan nama ras, jumlah batch dan tanggal. Kupu-kupu jantan tersebut disimpan sementara pada tempat yang dingin dan gelap untuk menghambat aktivitasnya dan mengurangi konsumsi enerjinya. Kemudian dilakukan pengoleksian kupu betina dan disebarkan merata pada nampan, dengan menyisakan sedikit ruang di antaranya untuk distribusi kupu jantan untuk kawin. Bila kupu jantan mencium bau kelenjar alluring kupu betina, maka kupu jantan menjadi sangat terangsang dan sangat aktif. Hal ini tidak hanya menyebabkan kupu jantan membuang banyak enerji, tetapi juga membuat mereka jatuh dari nampan ke lantai, yang akan menimbulkan kesulitan dalam pekerjan pemilihan. Oleh karena itu, sebelum pemunculan kupu, kedua jenis kelamin kokon ulat sutra harus disimpan dalam ruang terpisah. Selanjutnya, tempat untuk menyimpan kupu betina dan nampan untuk menaruh kupu betina harus tetap. Pada kondisi normal, pekerjaan mengoleksi kupu secara umum berlangsung dari jam 6.00 hingga jam 7.00. Seleksi kupu: Seleksi kupu adalah penting untuk memperbaiki kualitas telur ulat sutra. Pada setiap tahapan proses produksi telur, kupu yang defektif/cacat harus dieliminasi. Sebelum kupu kawin, diperlukan penyortiran dan mengeliminasi kupu betina yang cacat. Karakteristik morfologis kupu cacat adalah sebagai berikut : 1. Segmen badan terlalu panjang, badan kompak, badan bulky atau kerdil dibandingkan dengan kupu normal. 2. Bentuk badan abnormal, gelap atau berbintik hitam pada segmen ventral dan sayap. 3. Sayap abnormal atau kurang berkembang. 4. Rambut sisik berjatuhan, inert. 5. Inaktif, tidak mampu kopulasi Di dalam batch kokon, sejumlah kecil kupu yang muncul terlalu awal atau terlalu lambat harus dieliminasi dan tidak dimasukkan untuk deposisi telur. Kopulasi: Dengan berakhirnya pekerjaan mengoleksi kupu, maka persiapan untuk perkawinan seharusnya dimulai pada jam 8.00. Pertama, 19
  • 20. kupu betina didistribusikan merata pada nampan dan kupu jantan dilepaskan di antara mereka sehingga terjadi perkawinan alami. Jumlah jantan harus 20 persen lebih banyak dari pada betina. Setelah sekitar 10 atau 20 menit, berpasangan dimulai secara alami. Kupu yang tidak mendapat pasangan dikeluarkan dan dikumpulkan pada nampan terpisah. Kupu berpasangan yang dalam proses kopulasi harus disusun merata dengan ruang memadai di antaranya untuk menghindari interupsi dan decoupling/tidak berpasangan. Harus diberikan waktu yang cukup untuk kopulasi. Jika terlalu singkat, bertelur akan lambat, telur yang dihasilkan lebih sedikit, dan lebih banyak yang tidak difertilisasi. Sebaliknya, jika waktu kopulasi terlalu lama, decoupling akan menyebabkan ovulasi dini dan kerugian. Berkaitan dengan durasi kopulasi, dari sisi fertilisasi, dua jam adalah memadai. Pada produksi prakteknya, biasanya berlangsung empat hingga lima jam. Selain itu, durasi perkawinan sedikit bervariasi dengan perbedaan suhu ruang oviposisi, ras ulat sutra, dan jumlah perkawinan yang dapat dilakukan oleh kupu jantan. Perkawinan sedikit lebih singkat pada suhu tinggi. Tetapi untuk ras ulat sutra yang mempunyai banyak telur tidak fertil atau kupu jantan untuk kawin lagi, waktunya harus sedikit diperpanjang. Yang terbaik adalah jantan kawin satu kali sehari. Jika perkawinan kupu jantan yang kedua diinginkan pada hari yang sama, durasi perkawinan yang pertama harus dikurangi hingga tiga jam dan yang kedua ditingkatkan hingga lima jam. Pada deposisi telur massa, biasanya penggunaan kupu jantan diduplikasi. Jika perkawinan diulang pada hari yang sama, kupu jantan harus ditempatkan pada ruang dingin untuk beristirahat selama setengah jam di antara perkawinan pertama dan kedua. Suhu selama perkawinan seharusnya di atur pada 24-25ºC untuk ulat sutra bivoltin, pada 27-28ºC untuk multivoltin. Kelembaban relatif pada kedua macam ras tadi harus dipertahankan pada 75-85 persen. Pada suhu tinggi sekitar 30ºC dan kondisi kering, kupu-kupu nampaknya akan decouple. Selanjutnya, ruang perkawinan harus tenang, pencahayaan seragam, bebas dari draft, dan terkena sinar matahari langsung. Bila perkawinan dalam kemajuan pekerja yang ditugasi harus melakukan inspeksi keliling. Apabila ditemukan kupu decoupling, maka harus diatur di tempat lain dan dilakukan perkawinan yang baru. Decoupling dan penyebaran kupu : Jika waktu yang disediakan untuk perkawinan berakhir, maka harus dimulai decoupling. Untuk mendecouple pasangan kawin, maka harus hati-hati untuk tidak terlalu keras dalam memisahkan kupu-kupu tersebut karena organ reproduksinya bisa rusak. Setelah decoupling, kupu induk harus digoyang untuk mempercepat urinasi. Kupu induk yang tidak berurinasi atau urinasinya belum tuntas bukan hanya oviposisinya terlambat, tetapi juga akan mengkontaminasi telur-telurnya bila urinasinya pada saat oviposisi. Disarankan untuk mengkoleksi kupu betina decouple pada selembar kain lunak persegi dengan panjang sisi 50 cm, atau pada selembar kain melingkar dengan diameter 50 cm. Mereka harus disebarkan secara merata sehingga tidak bergerombol. Kemudian dengan menggunakan dua tangan, lembaran kain dengan kupu di dalamnya diangkat perlahan dan digoyangkan perlahan-lahan agar urinasinya tuntas. Bila tidak demikian kupu-kupu akan terlambat dalam bertelur dan urin akan mengotori kraft dan mengkontaminasi telur. 20
  • 21. Metode penyebaran kupu berbeda sangat dengan metode bertelur yang digunakan. Pada metode bentuk lepas, jumlah kupu betina yang disebarkan berkorelasi dengan luasan kain ovulasi atau kraft. Kupu-kupu harus disebarkan secara merata dan dibiarkan oviposisi tanpa memperdulikan bagaimana telur-telur diletakkan atau dilekatkan. Tetapi sebaliknya, untuk deposisi telur kartu datar, keseragaman dalam oviposisi dan pelekatan adalah diharapkan. Kerapihan dan penampilan yang baik adalah aspek lain yang disukai. Untuk alasan ini, jumlah kupu betina yang disebarkan pada setiap lembar adalah konsisten, untuk ketepatan dan kemudahan, berat total adalah lebih umum digunakan dari pada jumlah. Oviposisi dan inspeksi keliling : Keragaman kondisi oviposisi kupu ulat sutra erat hubungannya dengan perbedaan ras, waktu perkawinan, suhu selama oviposisi dan kekuatan cahaya. Bila dibandingkan kecepatan oviposisi ras yang berbeda, ras China adalah yang tercepat (secara umum, oviposisi berakhir pada jam 21.00-22.00 hari yang sama), ras Jepang kedua, ras Eropa agak lambat. Telur awal pada semua strain adalah lebih besar dari pada telur akhir. Juga, bertelur akan lebih cepat bila perkawinan berlangsung lebih lama dan akan lebih lambat bila waktu perkawinan pendek. Oviposisi dapat dipercepat jika suhu ruang oviposisi tinggi dan akan diperlambat bila suhu rendah. Suhu juga mempengaruhi kualitas telur ulat sutra. Pada 24ºC, lebih sedikit telur infertil yang dihasilkan, dan pada 26ºC dan 30ºC terjadi hal yang sebaliknya. Hal ini jelas terlihat pada strain Jepang. Berkenaan dengan kecepatan oviposisi, di luar yang ditentukan adalah sedikit lebih cepat pada 26,5ºC dan 30ºC dan akan melambat empat jam kemudian. Delapan jam kemudian, kecepatan bertelur melebihi 95 persen. Biasanya kecepatan oviposisi mencapai sekitar 95 persen delapan jam seteleh decoupling. Sekitar dua jam setelah oviposisi, inti telur menyatu dengan bahan yang ada dalam sel sperma untuk membentuk zygot, dan fertilisasi terjadi. Selanjutnya, zygot mengalami divisi sel. Pada tahapan inilah telur ulat sutra mempunyai resistensi terendah terhadap lingkungan yang buruk. Jika suhu meningkat hingga 30ºC atau lebih, nampaknya akan dihasilkan telur infertil atau telur mati. Ruang bertelur harus dipertahankan kelembaban optimumnya 75 persen. Lebih jauh, chamber gelap adalah lebih baik untuk oviposisi cepat, sedangkan chamber terang mempunyai efek sebaliknya. Pintu dan jendela chambers harus dibayangi dengan kelambu hitam. Cahaya merah lebih disukai untuk inspeksi keliling. Inspeksi keliling sebaiknya dilakukan sekali tiap dua jam, khususnya pada jam 16.00-17.00 saat mana oviposisi paling gencar. Manajemen penyimpanan dan perkawinan ulang kupu jantan : Pada pengamatan pola pemunculan, diketahui bahwa pemunculan jantan dan betina tidak seimbang. Pada ras komersial umum, pemunculan pada tahap awal menghasilkan lebih banyak jantan dari pada betina dan sebaliknya pada pemunculan akhir (terkecuali pada beberapa ras langka). Oleh karena itu 21
  • 22. jantan ekstra pada tahap awal harus disimpan dalam jumlah memadai untuk digunakan bila jantan yang ada tidak cukup untuk dipasangkan. Juga, biasanya ada penyimpanan jantan setelah perkawinan pertamanya dengan tujuan mengawinkannya kembali jika diperlukan. Manajamen penyimpanan kupu jantan : Adalah penting untuk mempertahankan kebugaran kupu jantan selama penyimpanan. Secara umum, kupu jantan dapat disimpan pada suhu renda 5-7,5ºC untuk selama empat atau lima hari, tetapi penyimpanan lebih lama lagi akan menyebabkan kemampuan kawin berkurang dan jumlah telur tidak terfertilisasi meningkat. Kupu jantan jangan ditumpuk dalam kotak penyimpanan, tetapi diletakkan dalam satu barisan. Untuk menghindari kerancuan, kupu jantan diindeks menurut nama ras, nomor serial batch, tanggal pemunculan dan jumlah perkawinan. Perkawinan ulang kupu jantan : Perkawinan ulang kupu jantan adalah umum dilakukan dalam produksi. Berdasarkan investigasi kemampuan kawin, seekor kupu jantan mampu mengawini delapan betina pada kondisi utilisasi dan preservasi optimum. Tetapi dengan meningkatnya jumlah perkawinan, maka jumlah telur tidak terfertilisasi juga meningkat. Hal ini terlihat nyata bila kupu jantan telah kawin tiga atau empat kali. Oleh karena itu perlu untuk menghindari lebih dari tiga perkawinan dalam produksi. Penyimpanan dingin kupu betina : Pembekuan kupu betina selama produksi harus dihindari sedapat mungkin. Berdasarkan percobaan, fungsi oviposisi akan terhambat total pada 2,5ºC. Bahkan bila suhu dinaikkan hingga sekitar 5ºC, masih terdapat bahaya oviposisi selama pembekuan. Oleh karena itu, penyimpanan dingin pada 5ºC adalah mendekati optimum. Tetapi hal ini terbatas hingga tiga hari saja, dan telur tidak terfertilisasi dihasilkan setelah hari ke empat. Pembekuan kupu betina seharusnya dilakukan segera setelah pemunculan ketika badannya menjadi kering dan segar dan sayap-sayapnya berkembang penuh, bila tidak maka oviposisi akan terjadi selama pembekuan. Kemungkinan untuk menghasilkan telur selama pembekuan berhubungan dengan perbedaan karakteristik ras, ras ulat sutra China adalah yang paling besar peluangnya, ras Jepang yang berikutnya dan ras Eropa yang paling kecil. Pengoleksian kupu dan preservasi kupu indukan : Sebagian besar telur ulat sutra dihasilkan pada malam yang sama sebelum jam 22.00, tetapi proses tersebut akan berlanjut hingga tengah malam, ketika oviposisi berhenti dan kupu harus dikumpulkan. Namun demikian, karena telur diharapkan menetas pada waktu yang berbeda, pengoleksian kupu dapat diproses atau ditunda oleh karenanya. Jika telur ulat sutra digunakan untuk perlakuan penetasan buatan, kupu indukan harus dikoleksi pada jam 21.00- 22.00 pada malam yang sama. Namun demikian, jika telur ulat sutra dimaksudkan untuk telur hibernasi, tidak ada salahnya untuk menunda pengoleksian kupu hingga pagi berikutnya. Namun demikian, harus diingat bahwa makin akhir telur dihasilkan maka makin banyak telur tidak terfertilisasi yang dihasilkan. Selama pengoleksian kupu untuk produksi telur hibrid F1, 10 persen kupu indukan dikeluarkan dan disimpan dalam kotak, yang mengindikasikan ras, tanggal, batch dan nomor serial. 22
  • 23. Setelah pengoleksian kupu selesai, kotak diikat menurut ras, tanggal, nomor batch dan nomor serial dan disimpan di tempat kering dan ventilasinya baik. Hati-hati untuk tidak menumpuk kotak, untuk menghindari pelepasan panas dan rusak oleh jamur. Pengeringan dilakukan setelah kupu mati secara alami untuk memungkinkan spora pebrin berkembang biak maksimum; hal ini membutuhkan inspeksi mikroskopis. Suhu untuk pengeringan kupu indukan harus dipertahankan pada 60-65ºC untuk empat hingga lima jam. Jika suhu meningkat hingga 90ºC, spora pebrin akan nampak kehilangan bentuk dan mempengaruhi inspeksi mikroskopis. Kupu perlu terjaga dengan baik dari serangan serangga, tikus atau jamur. Pemanenan telur ulat sutra : Pemanenan telur ulat sutra dilakukan setelah pengoleksian kupu. Kupu harus dikoleksi secara sistematis berdasarkan konformasinya terhadap ras, nomor batch dan nomor serial. Kartu telur diselipkan ke dalam frame berkawat atau digantung pada kawat dengan tanpa tumpukan untuk menghindari gangguan suara fisiologis telur. Untuk telur-telur yang dimaksudkan untuk penetasan buatan, persiapan baik untuk perlakuan asam atau untuk penyimpanan harus dipersiapkan sebelumnya. Telur yang ditransportasikan harus diselipkan ke dalam frame berkawat dan ditransportasikan pada waktu menjelang fajar atau setelah matahari terbenam. 23
  • 24. BAB VI. PEMERIKSAAN UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT PEBRINE 6.1. Pentingnya Pemeriksaan untuk Pencegahan Penyakit Pebrine Penyakit Pebrine pada ulat sutra disebabkan oleh spora parasitik Nosema bombycis family Nosematidae dan ditransmisikan melalui oral atau infeksi maternal ke anak. Penyakit ini menyebabkan kerusakan yang sangat besar pada industri sutra. Epidemik pebrine hampir menyapu bersih sericulture di Perancis dan negara lainnya. Hanya setelah Louis Pasteur, seorang ilmuwan Perancis, menemukan jalur infeksi pebrine dan menciptakan metode pemeriksaan kupu induk untuk tanda-tanda pebrine, maka penyakit ini dapat dikontrol. Yang disebut telur bebas-penyakit adalah telur ulat sutra yang tidak membawa spora Nosema bombycis. Untuk tujuan pengamanan telur bebas- penyakit dan menghindari kerugian pada produksi, ukuran-ukuran untuk mengecek kualitas breeding telur dan multiplikasi telah dilakukan di banyak negara serikultur. Inspeksi prediktif untuk pebrine dan standard kualifikasi untuk pemeriksaan kupu induk diuraikan dalam Bab ini. Sebagai contoh, di Cina Timur standart untuk laju pebrine yang diijinkan di keseluruhan lot telur tetua adalah di bawah 0,1 persen dan untuk hybrid F1 di bawah 0,2 persen. 6.2. Metode Pemeriksaan Penyakit Febrine Pemeriksaan suplementer : Pemeriksaan suplementer biasanya dilakukan untuk memastikan bahwa ulat sutra tetua, ulat sutra grandparent, dan ulat sutra yang baru diintroduksikan adalah bebas dari pebrine. Kadang- kadang, biasanya digunakan untuk mengoreksi kesalahan pada pemeriksaan kupu induk terhadap penyakit pebrine. Prosesnya adalah sebagai berikut : Papankartu dipersiapkan untuk dilekati material tes (sekitar separuh ukuran kartu telur). 20-50 telur defektif dikeluarkan dari setiap batch telur sebelum inkubasi. Telur-telur tersebut dilekatkan ke papankartu untuk pemeriksaan suplementer, mengidentifikasi jumlah tercatat, dan dibiarkan kelaparan hingga mati secara alami pada kondisi lingkungan 30ºC yang diperlakukan pada inkubasi sebelumnya. Setelah menetas, larva yang baru menetas dan kelembaban 85 persen. Larva yang sudah mati ditumbuk bersama-sama dengan kulit telurnya (terus menyimpan catatan nomor korespondingnya) dan kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopis. Jika ditemukan batch telur berpenyakit, maka batch tersebut harus dibakar. Pemeriksaan ulat lambat-moulting pada instar yang berbeda : Pada pemeliharaan ulat sutra tetua, maka harus diperhatikan untuk memeriksa ulat sutra pada instar yang berbeda. Ulat yang lambat moulting dan ulat kurang pertumbuhannya harus ditaruh pada kantong yang berbeda menurut batches telur yang berbeda, nomor batch yang tercatat dan kemudian disimpan di regulator panas. Setelah penyimpanan pada 29-30º C dan kelembaban 90-95 persen selama dua hari, larva harus diperiksa di bawah mikroskop. 24
  • 25. Jika spora pebrin terdeteksi maka batch pemeliharaan harus dibuang. Karena ukuran tubuh larva yang sedang tumbuh adalah besar maka akan lebih mudah memeriksa kanal alimentarinya. Jika spora pebrin terdeteksi pada instar ke lima ulat sutra tersebut dapat digunakan untuk pemeriksaan kokon yang dipelihara menurut derajat infeksinya. Namun demikian ulat sutra tersebut harus dipisahkan dan didisinfeksi dengan seksama. Akselerasi pemunculan kupu untuk pemeriksaan : Pathogen penyakit pebrin pada ulat sutra mudah diperiksa pada periode kupu karena sudah berkembang penuh menjadi spora. Hasilnya selalu memuaskan. Prosesnya adalah sebagai berikut : Seratus larva dewasa dini dipilih dari batches yang berbeda ditempatkan pada tempat terpisah untuk memutar kokon dan disimpan pada 30ºC dan kelembaban 80-85 persen agar mengakselerasi pupasinya. Kupu yang muncul dini kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Jika persentase infeksi pebrin lebih tinggi dari yang diijinkan maka keseluruhan lot kokon benih dikeringkan dan dimusnahkan. Namun demikian kokon masih dapat dijual. Pemeriksaan kupu indukan : Pemeriksaan kupu indukan adalah ukuran tehnis penting untuk pencegahan transmisi penyakit pebrin dari tubuh kupu induk kepada anaknya. Untuk memastikan kualitas pemeriksaan persiapan yang teliti harus dilakukan sebagaimana berikut ini. Pengaturan pengotakan kupu indukan : Semua kupu indukan harus dikotakan menurut nomor serialnya dan jumlah kartu telur. Lima hingga sepuluh persen hybrid F1 diambil sebagai sampel dan dikotakan menurut jumlah kartu telur. Kupu yang bertelur terakhir disebut kupu lambat; kupu- kupu tersebut semuanya harus dikotakkan. Pengaturan pemeriksaan mikroskopis kupu indukan : Untuk strain asli ras resmi dan ras grandparent setiap kupu indukan harus diperiksa dua kali oleh dua orang. Untuk kupu indukan tetua 20 persen dari setiap batch harus diperiksa dua kali oleh dua orang pada awalnya. Bila spora pebrin tidak ditemukan maka kupu sisanya dapat diperiksa oleh hanya satu orang. Untuk hybrid F1 separuh kotak kupu dapat diperiksa lebih dulu. Jika pebrin tidak ditemukan maka sisanya dapat dibiarkan tanpa pemeriksaan. Jika spora pebrin ditemukan maka sisanya harus dicek dengan teliti. Jika kecepatan infeksi melebihi dari yang diijinkan maka keseluruhan lot telur ulat sutra harus dibakar. Organisasi tenaga kerja : Personal dibagi menjadi dua grup grup pertama untuk manajemen inspeksi dan lainnya untuk pemeriksaan mikroskopis. 25
  • 26. Tugas khusus untuk grup manajemen adalah : sampling distribusi regisrasi material untuk pemeriksaan mikroskopis dan pengisian dan pengecekan formulir pemeriksaan. Jumlah orang yang dilibatkan untuk grup ini ditentukan menurut beban kerjanya. Pada grup pemeriksaan mikroskopis lima hingga tujuh orang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan awal dan satu orang untuk pemeriksaan ulang, empat hingga lima orang untuk penggerusan kupu dan pencelupan cairan kupu pada slide, dua orang untuk mencuci slide, pestle (lumpang) dan mortar. Proses pemeriksaan Pengambilan kupu dari kotak : Hal ini dilakukan menurut nomor serial kotak. Label yang ditandai dengan nomor lot kupu dilepaskan dan ditaruh di ujung mortar; kotak kemudian dibuka dengan menggunakan forcep kupu diletakkan dalam mortar. Penggerusan kupu : Pada saat penggerusan kupu 1 ml larutan KOH 2 persen dituangkan kepada setiap kupu. Satu lumpang dipakai untuk satu kupu. Kupu digerus hingga halus dan menjadi pecahan. Pencelupan cairan kupu ke dalam slide : Pada setiap penyangga slide diberi label dan slide-slide tersebut disusun dalam penyangga. Cairan kupu diteteskan pada slide menurut nomor yang sesuai. Sementara menetaskan lumpang harus menyentuh cairan di bawah. Ukuran optimum tetesan adalah diameter 0,6-0,7 cm. Cairan tersebut mempunyai kepadatan sedang dan tidak mengandung bahan asing lain. Setelah diteteskan maka kemudian ditutup dengan cover slip dan disampaikan kepada pemeriksa pertama. Jika spora pebrin atau dugaan lain ditemukan pada pemeriksaan pertama, maka kemudian disampaikan kepada pemeriksa kedua. Jika spora pebrin ditemukan, maka slide harus digabung dengan cairan bebas pebrin dan kemudian disampaikan kepada pemeriksa kedua. Pemeriksaan mikroskopis : Pada pemeriksaan pertama digunakan mikroskop dengan pembesaran 600-800. Tiga-lima pengamatan mikroskop dilakukan untuk setiap sampel dan hasil pemeriksaan dicatat pada form pemeriksaan. Jika spora pebrin terdeteksi, maka slide harus dicelupkan dalam larutan disinfektan. Dalam pemeriksaan ulang, pemeriksa harus mengecek semua sampel dan kemudian mencampurnya. Satu atau dua sampel diteteskan pada slide dan lebih dari lima pengamatan mikroskop harus dilakukan untuk setiap sampel. Jika spora pebrin terdeteksi, maka pemeriksa pertama harus diinformasikan. Dia harus menetaskan cairan setiap kupu ke slide dan diperiksa ulang setiap slide secara individual. Jika spora tidak ditemukan, maka slide harus dicuci. Pencucian : Lumpang, mortar, slide dan cover slide harus dicuci terpisah dalam air bersih. Peralatan yang terkontaminasi dengan kupu berpenyakit harus dicelupkan dalam asam hidrokhlorida kuat, didisinfeksi selama 15 menit dan kemudian dicuci dalam air bersih. 26
  • 27. Memperkuat laboratorium : Pada setiap akhir hari kerja, kotak kupu yang tersisa dan kotak yang telah diperiksa harus dicek dan form catatan harian dilengkapi. Semua kotak yang dikeluarkan harus dibakar dan semua peralatan didisinfeksi dengan seksama dan disusun berurutan. Menghitung persentase penyakit pebrin : Setelah pemeriksaan mikroskopis setiap lot telur ulat sutra, persentase kupu berpenyakit dihitung sebagaimana berikut ini : Jumlah kupu terinfeksi Persentase penyakit kupu (%) = -------------------------------- X 100 Jumlah kupu diperiksa 27
  • 28. BAB VII PENYIMPANAN TELUR ULAT SUTERA 7.1. Pentingnya Penyimpanan Telur Ulat Sutera Penyimpanan menunjuk pada manajemen dan proteksi telur selama periode dari bertelur hingga menetasnya telur-telur hibernasi. Tidak hanya waktu yang lama dari bertelur hingga menetas, tetapi juga telur hibernasi yang dihasilkan pada musim semi harus melalui musim panas dan musim dingin. Meskipun telur hibernasi sebagian besar berada pada diapause, tetapi aktivitas fisiologisnya seperti respirasi dan metabolisme adalah masih berlangsung. Perubahan kondisi eksternal berpengaruh langsung pada proses dediapausing telur. Kondisi penyimpanan yang baik harus dipertahankan menurut kebutuhan fisiologis dan pertumbuhan telur ulat sutra, dan pemeliharaan khusus harus dilakukan oleh orang yang bertanggung jawab. Jika penyimpanan tidak dilakukan sebagaimana seharusnya, akan lebih banyak telur yang mati, penetasan tidak seragam, larva generasi berikutnya akan menjadi lemah dan produksi serikultural akan terpengaruh, atau dalam kasus yang ekstrim, kehilangan nilai keselurahannya. Musim panas biasanya berlangsung lama di daerah tropis dan sub- tropis, sedangkan kelembaban dan suhu keduanya adalah tinggi. Tetapi pada musim dingin, periode suhu rendah adalah pendek, dan kondisi alam tidak memadai untuk membangunkan telur hibernasi dari diapause. Oleh karena itu perlu penanganan khusus untuk menyimpan telur di daerah ini. Pengetahuan yang luas tentang tahap-tahap perkembangan embryo menjadi penting untuk kontrol penyimpanan. 7.2. Pertumbuhan Embrio Pembelahan nukleus zygote : Spermatozoa menembus ovum untuk membentuk pronukleus jantan, kemudian melebur dengan pronukleus betina untuk membentuk zygot, sehingga fertilisasi tuntas. Nukleus zygot kemudian mengalami pembelahan sel, terbagi menjadi dua nuklei cleavage. Kedua nuklei cleavage terus membelah dan menghasilkan banyak nuklei anakan ( disebut energid cleavage). Tersebar pada bagian kuning telur, nuklei-nuklei tersebut secara bertahap berpindah ke periferi telur. Pembentukan blastoderm : Energid cleavage di periferi telur mengelompok di bawah periplasma dan membentuk lapisan sel dengan ketebalan yang seragam. Lapisan sel ini disebut blastoderm. Pembentukan pita germ dan serosa : Bila blastoderm telah terbentuk, lapisan sel blastoderm pada sisi mikropyle memadat dan secara bertahap menebal. Lapisan sel yang menebal ini disebut pita germ. Namun demikian, lapisan sel pada sisi berlawanan dari mikropyle berekspansi dan menjadi tipis secara bertahap, sehingga membentuk membran tipis yang disebut serosa. 28
  • 29. Pembentukan amnion : Setelah pita germ terbentuk, periferinya tenggelam ke dalam telur. Serosa yang bersambung dengan periferi pita germ menaik dan nampak melipat-lipat. Lipatan ini, yang disebut dengan lipatan amniotik merentang sepanjang sisi germ dan akhirnya melebur satu sama lain. Tepi-tepi lipatan menghilang dan menjadi dua lapisan membran yang terpisah. Membran luar, serosa, melekat dekat permukaan membran vitellin yang lebih rendah. Membran dalam adalah amnion yang menutupi sisi ventral pita germ. Di antara amnion dan pita germ terdapat ruang kosong yang disebut rongga amniotik; yang diisi dengan cairan untuk melindungi pita germ. Setelah memisahkan diri dari serosa, pita germ tumbuh menjadi embryo independen. Embryo berhubungan dengan amnion dan terus tumbuh di dalam kuning telur. Tahapan prinsip pertumbuhan embrionik : Pertumbuhan embrionik dapat dibagi menjadi 15 tahap, yang diketahui penting untuk penyimpanan telur ulat sutra, penyimpanan dingin, penetesan buatan dan inkubasi, dan juga untuk kontrol voltinisme (Gambar 7-1). 7.3. Metode Penyimpanan Telur Ulat Sutera Penyimpanan telur yang dihasilkan di musim semi hingga musim semi berikutnya : Telur-telur ini dihasilkan di musim semi dan disimpan untuk ….. musim semi berikutnya. Pada daerah sub tropis, produksi telur dilakukan pada awal atau pertengahan April, dan telur-telur tersebut harus disimpan untuk pertengahan atau akhir Februari tahun berikutnya. Penyimpanan berlangsung selama sepuluh bulan. Hal ini sulit tercapai, namun demikian karena pada daerah sub tropis kondisi suhu rendah dibutuhkan untuk membangunkan embryo dari diapause adalah kurang atau tidak memadai. Namun demikian, pengetahuan dan tehnologi modern memungkinkan untuk mengontrol kondisi lingkungan secara buatan. Penyimpanan telur tahap awal (sekitar sepuluh hari setelah ditelurkan): Setelah ditelurkan, nuklei jantan dan betina melebur untuk membentuk zygot, yang pada gilirannya mulai membelah dan secara bertahap tumbuh menjadi embryo. Dalam waktu seminggu, embryo memasuki tahap diapause. Telur berwarna kuning muda saat ditelurkan, secara bertahap berubah menjadi coklat kemerah-merahan setelah satu setengah hingga dua hari, dan warna terus bertambah gelap. Pada hari ke lima, telur mencapai warna akhir. Selama periode ini, respirasi adalah kuat sebagai akibat pertumbuhan telur yang cepat. Untuk menghindari agar bau tidak kontak dengan telur, kartu telur harus digantung pada ruang yang ventilasinya baik, bersih pada suhu konstan 24ºC dan kelembaban relatif 75 persen. Suhu tinggi dan kelembaban tinggi harus dihindari, karena hal itu tidak hanya akan menghambat aktivitas fisiologis telur tetapi juga mengakibatkan telur abnormal. Penyimpanan pada musim panas (summer) : Suhu tinggi di musim panas, yang mana telur-telur yang dihasilkan di musim semi (spring) untuk dipelihara pada musim semi berikutnya harus melaluinya, adalah syarat untuk menstabilkan diapause telur hibernasi. Namun demikian, suhu harus cukup tinggi agar aestivasi terjadi; pengalaman menunjukkan bahwa 25ºC adalah 29
  • 30. yang paling aman. Suhu di atas 30ºC adalah sangat mengganggu aktivitas fisiologis telur dan makin lama telur dikenai suhu tinggi, maka telur-telur tersebut akan makin menderita. Suhu di bawah 25ºC akan mengganggu diapause telur, dan membuat telur hibernasi tidak tahan terhadap penyimpanan dingin, dan akan mengganggu keseragaman pertumbuhan embrionik. Sebagaimana (?) durasi penyimpanan, tidak ada hambatan diapause yang terjadi jika telur disimpan pada suhu 25ºC selama 90 hari. Makin lama penyimpanan, maka makin dalam derajat diapause. Diapause ini akan dipecah lebih lambat dan telur akan bertahan dengan penyimpanan dingin lebih lama. Jika penyimpanan berlangsung lebih lama dari 90 hari, maka waktu telur dapat bertahan di penyimpanan dingin akan lebih pendek, dan telur-telur yang menetas akan kurang memuaskan. Untuk amannya produksi, disarankan untuk menyimpan telur tidak lebih dari 60 hari pada 25ºC di musim panas. Periode penyimpanan untuk ras univoltin, Jepang, dan ras Eropa dapat sedikit lebih lama, tetapi untuk ras bivoltin dan ras Cina, maka harus sedikit lebih pendek. Kelembaban optimum untuk penyimpanan musim panas adalah 75-80 persen. Jika udara terlalu kering, maka air telur akan banyak hilang dan aktivitas fisiologisnya akan terpengaruh. Jika terlalu basah, jamur akan segera tumbuh pada telur. Lebih lanjut, udara harus segar di dalam ruangan penyimpanan. Ventilasi yang teratur diperlukan menurut kondisi cuaca. Pada daerah tropis dan sub-tropis, kebutuhan tersebut dapat dipenuhi hanya jika ruang penyimpanan telur ulat sutra dilengkapi dengan air conditioned. Penyimpanan di musim gugur (autumn): Telur hibernasi yang dihasilkan di musim semi (spring), setelah melalui penyimpanan musim panas pada suhu tinggi, maka harus disimpan pada suhu yang lebih rendah untuk memenuhi kebutuhan fisiologis pertumbuhan telur. Kisaran optimum adalah 22 –20ºC, dengan suhu yang lebih tinggi pada periode awal dan lebih rendah pada periode akhir. Kelembaban relatif harus sekitar 80 persen. Dengan kondisi lingkungan demikian, penyimpanan dapat berlangsung selama dua hingga tiga bulan. Pada beberapa daerah, ketika cuaca di musim gugur adalah kering, maka perlu untuk meningkatkan kelembaban. Namun demikian harus hati-hati untuk memberi ventilasi pada ruangan untuk mencegah telur menjadi berjamur. Penyimpanan di musim dingin (winter) : Subyek ini akan berkaitan dengan penyimpanan dingin telur hibernasi. Penyimpanan telur musim gugur hingga musim semi berikutnya : Telur ulat sutra yang dihasilkan di musim gugur untuk pemeliharaan di musim semi berikutnya disebut “telur dihasilkan di musim gugur dan ditetaskan pada musim semi berikutnya”. Karena penyimpanan berlangsung lebih singkat, maka zat nutrisi dalam telur lebih sedikit terkonsumsi dan mudah untuk mempertahankan kualitas telur. Untuk produksi telur hibernasi di daerah tropis dan sub-tropis khususnya, yang terbaik adalah diproduksi di musim gugur (autumn). Kecuali bila benar-benar diperlukan, disarankan untuk tidak memproduksi telur pada musim semi untuk pemeliharaan di musim semi berikutnya. 30
  • 31. Penyimpanan telur musim gugur untuk musim semi berikutnya adalah sama dengan telur musim semi untuk musim semi berikutnya pada tahap awal (sekitar sepuluh hari setelah ditelurkan). Aestivasi buatan untuk telur hibernasi diproduksi di musim gugur. Di beberapa daerah, setelah produksi telur di musim gugur, suhu natural adalah relatif rendah. Jika suhu ruangan di bawah 20ºC, telur akan berada pada derajat diapause yang rendah, embryo akan bangun terlalu cepat dan telur akan tidak tahan penyimpanan dingin. Oleh karena itu perlu dilakukan aestivasi buatan. Hal ini untuk menyimpan telur yang dihasilkan di musim gugur pada suhu 25ºC dan kelembaban relatif 80 persen untuk sekitar sepuluh hari jika telur mencapai warna inherennya. Ventilasi teratur diperlukan, dan posisi telur harus diubah dari waktu ke waktu untuk memastikan keseragaman sensitivitas-suhu. Di beberapa daerah, setelah produksi telur di musim gugur, jika suhu natural tetap tinggi, harus berhati-hati untuk melindungi telur dengan menurunkan suhu 24-25ºC, hindari suhu lebih tinggi dari 27ºC dan mempertahankan kelembaban relatif 80 persen. Bila tidak, telur mati putih akan banyak terjadi. Berapa lama telur musim gugur dapat disimpan pada suhu tinggi ? Hal ini tergantung pada kapan telur tersebut digunakan di musim semi berikutnya. Jika telur tersebut dikeluarkan lebih awal untuk inkubasi, maka suhu direndahkan lebih dini, dan telur dipindahkan ke penyimpanan dingin lebih awal. Jika telur dikeluarkan lambat, maka suhu direndahkan sedikit lebih lambat, dan telur dipindahkan ke penyimpanan dingin lebih lambat. Hal ini disebabkan sekali telur ulat sutra memasuki diapause, telur- telur tersebut harus disimpan pada suhu rendah selama 120 hari untuk memecah/memutus diapause. Ini adalah karakteristik konservatif telur hibernasi yang terbentuk dalam hal (?) pertumbuhan sistematik. Oleh karena itu, sambil mempertimbangkan waktu penyimpanan telur musim gugur untuk suhu tinggi, adalah perlu mempertimbangkan waktu yang diperlukan untuk diapause telur dan kapan telur akan digunakan pada tahun yang akan datang. Misalnya, jika telur dipersiapkan di awal Oktober dan digunakan di awal Maret tahun berikutnya, maka waktu untuk penyimpan suhu tinggi dapat ditentukan sebagaimana berikut ini : Waktu dari produksi telur hingga inkubasi adalah lima bulan (Oktober hingga Maret). Waktu untuk penyimpanan suhu rendah hingga memutus diapause adalah empat bulan. Oleh karena itu, masih ada satu bulan dari ditelurkan untuk memindahkan telur ke dalam penyimpanan dingin. Selama bulan tersebut, telur dapat diperlakukan sebagaimana berikut : • Penyimpanan pada 25ºC selama 20 hari setelah ditelurkan. • Suhu diturunkan secara bertahap pada sepuluh hari berikutnya. • Untuk lima hari pertama disimpan pada 20ºC dan 15ºC untuk lima hari berikutnya. • Setelah penyimpanan dengan cara ini selama sebulan, kemudian telur disimpan dalam penyimpanan dingin untuk hibernasi. 31
  • 32. Pencucian telur ulat sutra dan disinfeksi permukaan telur : Untuk membersihkan dari rambut yang mengotori, urin dan mikro-organisme pathogenik yang melekat pada permukaan telur ulat sutra, telur harus dicuci dan didisinfeksi. Prosedur ini dapat dilakukan dua minggu setelah oviposisi atau segera sebelum memindahkan telur kedalam cold storage. Metode praktis adalah dengan mencelupkan telur ulat sutra dalam larutan formaldehid 2,5 persen pada suhu ruangan normal selama 40 menit, memutar kartu telur ke atas dan ke bawah sekali selama pencelupan. Setelah disinfeksi, telur ditransfer ke dalam air bersih. Selama pencucian, sikat lebar yang berisi sederet sikat pen Cina digunakan untuk menyikat permukaan kartu telur satu per satu. Pekerjaan tersebut harus selesai dalam waktu satu jam, dan kartu telur harus di gantung secara individual agar mengering. 7.4. Cold Storage Telur Ulat Sutra Hibernasi Tujuan pembekuan telur ulat sutra hibernasi : Telur ulat sutra hibernasi harus mengalami (?) suhu rendah sebelum mulai untuk berkembang dan tumbuh. Ini adalah karakter genetis yang terbentuk selama perkembangan sistematik. Di daerah temperate, suhu musim dingin natural adalah cukup rendah untuk memutus diapause telur hibernasi. Jika musim dingin berubah menjadi musim semi, perubahan suhu adalah sangat besar dan perkembangan embrionik telur ulat sutra dediapause adalah tidak seragam. Beberapa telur bahkan menetas terlalu dini sedangkan pohon mulberi masih belum produksi. Agar dapat mengatur tanggal yang akurat untuk inkubasi dan koleksi larva yang baru menetas sebagaimana direncanakan, telur harus ditransfer ke dalam cold storage pada musim dingin akhir untuk penyimpanan. Telur dapat dikeluarkan dari cold storage untuk inkubasi sesuai rencana. Di daerah sub-tropis dan khususnya daerah tropis, adalah perlu untuk mentransfer telur ulat sutra ke dalam cold storage lebih dini untuk menstimulasi hibernasi untuk tujuan membangunkan embryo dari diapause. Oleh karena itu dapat dilihat bahwa cold storage telur ulat sutra pada tahap awal berfungsi memutus diapause, dan pada tahap akhir, berperan menghambat perkembangan embryonik telur ulat sutra. Tujuan cold storage telur ulat sutra adalah untuk menghindari perkembangan embryo yang tidak seragam dan telur menetas terlalu dini dan untuk mengontrol tanggal pencucian larva yang baru menetas. Embryo telur hibernasi dan suhu optimum cold storage : Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan dediapause embryo untuk berkembang dari tahap A ke tahap C2 bervariasi, tergantung pada ras dan musim deposisi telur. Ras bivoltin Cina dan Jepang secara komparatif berkembang lebih cepat; univoltin Cina dan Jepang kedua dan univoltin Eropa adalah paling lambat. Embryo dari tahap A ke tahap C2 mempunyai resistensi kuat terhadap suhu dingin. Ternyata, makin muda embryo maka makin kuat ketahanannya terhadap suhu dingin. Suhu optimum untuk cold storage embryo pada tahap yang berbeda setelah hibernasi adalah sebagai berikut : Embryo A –2,5ºC; embryo B1-C1 0ºC; embryo C2 0-2,5ºC. Setelah tahap C2, resistensi terhadap suhu rendah menurun dengan tajam. Hingga 32
  • 33. saat ini, suhu yang diadopsi untuk cold storage telur hibernasi adalah : embryo 0-2,5ºC; embryo C1-C2 2,5ºC. Metode pembekuan telur ulat sutra : Terdapat dua metode pembekuan telur ulat sutra hibernasi: cold-storage satu langkah dan cold strorage dua langkah. Cold-storage satu langkah (single step) : Ini adalah metode yang umum digunakan, dapat bervariasi menurut kondisi klimat di daerah yang berbeda-beda. Di daerah temperate suhu natural di musim dingin adalah sesuai dengan kebutuhan fisiologis telur ulat sutra untuk hibernasi. Oleh karena itu, telur ulat sutra dapat disimpan dalam suhu ruang. Kemudian, dipertengahan atau akhir Januari, dari periode C1 sebelum tahap embryo terpanjang (C2), telur ulat sutra harus dipindahkan ke dan disimpan dalam cold storage pada suhu 2,5ºC hingga pertengahan April. Tanggal untuk melepaskan telur dari cold storage untuk inkubasi akan tergantung pada kondisi pemotongan (leaf shooting) daun pohon mulberi. Di daerah tropis dan sub-tropis, bukan hanya suhu di musim dingin terlalu panas untuk memutus diapause, tetapi inkubasi dimulai awal di musim semi. Oleh karena itu, cold storage harus dimulai pada tanggal lebih awal. Telur harus disimpan pada 2,5ºC selama 120 hari. Apabila penyimpanan berlangsung kurang dari 120 hari tetapi tidak lebih dari 100 hari, maka telur dapat dikeluarkan dari cold storage dan diberi perlakuan asam, dan penetasan yang baik masih dapat dicapai. Jika pembekuan melebihi 120 hari tetapi kurang dari 150 hari, tidak ada efek nyata pada daya tetas telur ulat sutra. Tetapi jika periode cold storage diperpanjang lagi maka daya tetas secara berangsur akan menurun. Cold storage dua-langkah : Kadang-kadang telur ulat sutra harus mengalami periode cold storage yang agak lebih lama, yang mana membutuhkan prosedur cold storage dua-langkah. Hal ini berarti bahwa telur ulat sutra melalui cold storage dua kali dalam dua tahap pertumbuhan embryonik yang berbeda, dan cold storage dapat diperpanjang. Metode cold storage dua-langkah adalah sebagai berikut : Langkah pertama adalah pengiriman telur ke cold storage pada tahap embryo A. Suhu cold storage di daerah temperate adalah 2,5ºC, di daerah tropis dan sub-tropis 5ºC. Batasan waktu untuk cold storage adalah 90-100 hari. Langkah kedua adalah pengeluaran telur ulat sutra dari cold storage jika sudah mencapai batas waktu untuk tahap pertama dan penyimpanan selanjutnya selama lima hari pada suhu 15ºC dan kelembaban relatif 85 persen. Pertumbuhan ulat sutra harus dipantau melalui diseksi (dissecting). Bila telur ulat sutra telah mencapai tahap pertumbuhan embryonik C1-C2, maka telur tersebut harus dikembalikan ke cold storage; suhu yang dibutuhkan adalah 2,5ºC. Meskipun batasan untuk tahap kedua bisa mencapai 100 hari, adalah lebih aman untuk tidak melebihi 80 hari. 33
  • 34. 7.5. Instalasi Cold Storage Struktur cold storage : Terdapat dua tipe cold storage: pendinginan langsung dan pendinginan tak langsung. Pada pendinginan langsung, pipa refrigeran meregang ke dalam cold storage dan mendinginkan udara di situ secara langsung. Pada pendinginan tak langsung, larutan garam didinginkan pertama oleh refrigeran, dan kemudian larutan garam yang sudah direfrigeran dialirkan lewat pipa ke dalam cold storage untuk mendinginkan udara di dalamnya. Larutan garam tersebut dapat berupa sodium khlorida atau kalsium khlorida dengan konsentrasi 20 persen. Titik beku larutan sodium khlorida adalah –17ºC dan untuk larutan kalsium khlorida adalah –23ºC. Pendinginan tak langsung lebih aman untuk telur ulat sutra. Bagian dalam cold storage, dinding, atap rata, lantai dan pintu harus mempunyai lapisan material insulasi dengan ketebalan sekitar 15 cm. Lapisan insulasi ruang penyimpanan utama mempunyai ketebalan sekitar 10 cm. Di antara bermacam-macam material insulasi, maka papan cork adalah yang dianjurkan, dan ketebalannya harus ditingkatkan jika sawdust atau kulit gabah digunakan lebih dulu. Bagian luar material insulasi harus ditutup dengan aspal dan kawat dan diplester/ ditutup dengan semen setebal kurang lebih 2 cm. Strip karet di lubang /celah pintu untuk mencegah udara dingin keluar. Peralatan utama cold storage termasuk kompresor, motor, mesin diesel, menara kondensasi, tabung larutan garam dan pompa, silinder amonia cair dan peralatan kontrol otomatis. Konstruksi instalasi cold storage mempunyai bagian-bagian sebagai berikut : ruang cold storage telur, ruang vestibule, ruang suhu-rendah, ruang penyusunan kartu dan ruang mesin. 7.6. Bahan-bahan Yang Berbahaya Bagi Telur Ulat Sutera Terdapat beberapa bahan yang membahayakan telur ulat sutra. Yang harus diatasi terutama dalam penanganan dan penyimpanan telur ulat sutra adalah : tembakau, bahan-bahan kimia pertanian, minyak, air raksa, pasta, bahan asam dan basa, dan bau tajam. Lebih jauh lagi, terdapat musuh-musuh alami seperti tikus liar, hama serangga dan jamur, dan kontak dengan makhluk tersebut harus dicegah. 34
  • 35. BAB VIII PENETASAN BUATAN TELUR ULAT SUTERA Pada kondisi normal, telur ulat sutra hibernasi akan tetap diapause hingga setahun setelah ditelurkan dan tidak akan menetas berapapun suhunya. Hanya setelah melewati musim dingin dan terkena suhu rendah untuk waktu yang cukup maka telur tersebut dapat tumbuh dan menetas pada musim semi yang hangat berikutnya. Oleh karena itu produksi sutra akan terbatas pada beberapa derajat. Pada awal abad ke sembilan belas, China dan beberapa negara Eropa telah ahli dalam seni penetasan buatan telur ulat sutra. Dapat dikatakan bahwa mereka berhasil memutus diapause telur ulat sutra hibernasi dengan menerapkan stimulan fisik atau kimiawi buatan pada tahap tertentu pertumbuhan embryonik, sehingga telur dapat menetas dalam tahun tersebut. Hal ini dapat diulangi beberapa kali dalam setahun. 8.1. Metode Penetasan Buatan Metode penetasan buatan dapat dibagi menjadi dua grup utama, fisik dan kimiawi. Metode fisik : • pengakhiran musim dingin buatan • perlakuan air-hangat • stimulasi dengan friksi • stimulasi dengan suhu tinggi • stimulasi dengan suhu rendah • stimulasi dengan tekanan atmosfir tinggi • pengenaan (ekspos) ke sinar matahari • induksi listrik Metode kimiawi : • perlakuan asam hidrokhlorida (perlakuan asam umum dan perlakuan asam setelah cold storage • perlakuan asam nitrat • perlakuan asam sulfurida • perlakuan regia aqua • perlakuan larutan sodium khlorida Metode penetasan buatan harus mempunyai/menjadi : • kecepatan penetasan tinggi • kecepatan penetasan seragam • peralatan sederhana/simpel • manipulasi mudah • efisiensi kerja tinggi • tenaga kerja dan biaya yang ekonomis 35
  • 36. 8.2. Asam HCl Digunakan Pada Penetasan Buatan Asam hidrokhlorida murni akan aman, tetapi cukup mahal. Asam hidrokhlorida hasil industri digunakan dalam penetasan buatan, tetapi harus diuji dulu sebelum digunakan. Larutan asam hidrokhlorida murni jenuh mengandung 42,09 persen hidrogen khlorida pada suhu 15ºC; gravitas spesifiknya adalah 1,212; tidak berwarna dan transparan, mudah larut dalam air, menguap dengan cepat menjadi ‘kabut’ putih tebal jika kontak dengan udara; merupakan stimulan yang kuat dan bersifat korosif. Asam hidrokhlorida hasil industri mengandung hidrogen khlorida 30 persen; gravitas spesifiknya 1,160 dan berwarna coklat muda atau kuning. Asam hidrokhlorida mempunyai aktivitas disinfeksi yang kuat. Oleh karena itu perlakuan asam mempunyai efek tambahan disinfeksi permukaan telur. Dengan asam yang dipanaskan, spora muskardin telur ulat sutra dapat mati dalam waktu tiga detik. Gravitas spesifik asam hidrokhlorida adalah berasio langsung dengan konsentrasinya. Makin besar gravitas spesifiknya, makin tinggi konsentrasinya (Tabel 8-1). Gravitas spesifik asam hidrokhlorida bervariasi dengan suhu larutan asam. Makin tinggi suhu larutan asam, maka makin ringan gravitas spesifiknya. Di atas 15ºC, bila suhu meningkat atau menurun 1ºC, koefisien gravitas spesifik asam khlorida bervariasi sebagai berikut : Kisaran gravitas spesifik Variasi koefisien gravitas spesifik ____________________ ___________________________ 1,065-1,075 0,0003 1,080-1,100 0,0004 1,105-1,120 0,0005 Pendekatan gravitas spesifik asam hidrokhlorida dapat diperkirakan sebagai perubahan suhu oleh variabel koefisien gravitas spesifik asam hidrokhlorida. Misalnya, pada suhu 24ºC, gravitas spesifik asam hidrokhlorida adalah 1,075. Bila suhu meningkat ke 46ºC, gravitas spesifiknya adalah : 1,075 - (46-24) x 0,0003 = 1,0684 Contoh lain : pada suhu 47,8ºC, gravitas spesifik asam hidrokhlorida adalah 1,092. Bila suhu menurun hingga 24ºC, maka gravitas spesifiknya adalah: 1,092 + (47,8-24) x 0,0004 = 1,1015 36
  • 37. Pengenceran asam hidrokhlorida : Terdapat dua metode pengenceran larutan asam hidrokhlorida asli menjadi konsentrasi obyektif untuk perlakuan asam telur ulat sutra. (1) Pengenceran berdasarkan gravitas spesifik: Jumlah larutan asal dalam = A–1 bulk asam terlarut (%) ------------ x 100 B –1 Perkalian air yang ditambahkan = (B – 1) – (A – 1) ------------------------------ x 100 A–1 A = gravitas spesifik obyektif B = gravitas spesifik larutan asal (2) Pengenceran berdasarkan konsentrasi Perkalian air yang ditambahkan = a (%) – b (%) ---------------------- b (%) a = konsentrasi larutan awal b = konsentrasi obyektif 8.3. Penetasan Buatan Dengan Perlakuan Asam Umum Penetasan buatan dengan perlakuan asam umum membutuhkan stimulan asam hidrokhlorida segera setelah telur dihasilkan, dan sebelum muncul karakter hibernasi. Hal ini akan memblok tendensi hibernasi dan kemampuan embryo melanjutkan pertumbuhan hingga menetas dari pada memasuki diapause. Terdapat dua metode yang mungkin: perlakuan asam dipanaskan dan perlakuan asam pada suhu ruang. Perlakuan asam dipanaskan Waktu yang tepat untuk perlakuan asam : Adalah sangat penting untuk melakukan perlakuan asam pada waktu yang tepat. Waktu terbaik adalah antara fusi lipatan amnion dan pembentukan embryo independen. 37