Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat (pati) menggunakan bantuan mikroorganisme Produksi bioetanol dari tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula atau glukosa dengan beberapa metode diantaranya dengan hidrolisis asam dan secara enzimatis. Saat ini sedang diusahakan secara intensif pemanfaatan bahan-bahan yang mengandung serat kasar dengan karbohidrat yang tinggi, dimana semua bahan yang mengandung karbohidrat dapat diolah menjadi bioethanol. Misalnya umbi kayu, ubi jalar, pisang, dan lain-lain. Bioethanol dapat dihasilkan dari tanaman yang banyak mengandung senyawa selulosa dengan menggunakan bantuan dari aktivitas mikroba.
1. KONVERSI KULIT PISANG KEPOK MENJADI BIOETANOL
DENGAN METODE HIDROLISIS DAN FERMENTASI
Disusun Oleh :
Ahmad Dzikrullah
24030114140097
Sebagai Tugas Mata Kuliah
Biomassa dan Bioenergi
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
2. I. Pendahuluan
Pada zaman sekarang yang serba maju dan praktis kecendrungan pemakaian
bahan bakar sangat tinggi, sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai
saat ini semakin menipis. Oleh karena itu, perlu adanya bahan alternatif yang dapat
digunakan sebagai pengganti minyak bumi. Bioetanol merupakan salahh satu energi
alternative yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk pemecahan masalah
energi pada saat ini.
Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat
(pati) menggunakan bantuan mikroorganisme Produksi bioetanol dari tanaman yang
mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat
menjadi gula atau glukosa dengan beberapa metode diantaranya dengan hidrolisis asam
dan secara enzimatis. Saat ini sedang diusahakan secara intensif pemanfaatan bahan-
bahan yang mengandung serat kasar dengan karbohidrat yang tinggi, dimana semua
bahan yang mengandung karbohidrat dapat diolah menjadi bioethanol. Misalnya umbi
kayu, ubi jalar, pisang, dan lain-lain. Bioethanol dapat dihasilkan dari tanaman yang
banyak mengandung senyawa selulosa dengan menggunakan bantuan dari aktivitas
mikroba.
Pisang dengan nama Latin Musa paradisiacal merupakan jenis buah-buahan
tropis yang sangat banyak dihasilkan di Indonesia. Dari berajam jenis buah pisang,
terdapat jenis buah pisang yang sering diolah dalam bentuk gorengan, salah satunya
pisang kepok. Kulit dari buah pisang kepok biasanya oleh masyarakat hanya dibuang
dan hal itu menjadi permasalahan limbah di alam karena akan meningkatkan keasaman
tanah dan mencemarkan lingkungan. Padahal kulit pisang kepok sendiri memiliki
komponen yaitu karbohidrat, vitamin C, kalsium dan nutrien lainnya. Berdasarkan
komponen karbohidratnya, kulit pisang sangat berpotensi untuk dikonversi menjadi
bioetanol.
3. II. Metode
Secara umum, produksi bioethanol ini mencakup tiga rangkaian proses, yaitu:
pertama persiapan bahan dengan cara kulit pisang di potong-potong menjadi kecil,
kemudian diblender dan di saring dan diambil filtratnya serta diendapkan. Kemudian
hasil endapan disaring dan dikeringkan dibawah sinar matahari sampai kering. Jika
cuaca tidak memungkinkan maka pengeringan dapat dilakukan dalam oven dengan
suhu 45-50°C. Setelah kering, pati kulit pisang tersebut dianalisis kadar air dan kadar
patinya. Diagram percobaan dapat dilihat pada gambar 1.
Tahap ke dua adalah hidrolisis pati kulit pisang dengan ditambah larutan H2SO4
0,5 N dengan berat tertentu di dalam labu leher tiga dilengkapi dengan pendingin balik
dan dipanaskan sampai suhu 100°C selama 2,5 jam. Setelah itu didinginkan sampai
sama dengan suhu ruangan. Hasil hidrolisis disaring, sehingga didapatkan filtrate.
Diagram alir tahap ke dua dapat dilihat pada gambar 2. Filtrat diatur pH nya antara 4 –
6, kemudian difermentasi.
4. Tahap ke tiga adalah fermentasi dengan cara filtrate sebanyak 100 ml
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 6 gram ammonium sulfat dan 6
gram urea sebagai nutrisi. Selanjutnya di pasteurisasi pada suhu 120°C selama 15 menit
lalu didinginkan. Starter ( inokulum awal ) dengan berbagai variasi volum dimasukkan
ke dalam medium fermentasi. Kemudian dilakukan inkubasi dengan cara menutup
rapat labu Erlenmeyer pada suhu berkisar antara 27-30oC selama waktu tertentu.
Percobaan diulangi dengan waktu fermentasi dan berat pati bervariasi sampai diperoleh
waktu fermentasi dan berat pati yang opitimum. Pengambilan cuplikan dilakukan
disetiap variasi pada hari yang telah ditentukan setelah diberi inokulum kemudian di
analisis kadar bioetanolnya. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar 3.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
5. III. Pembahasan
Dibawah ini adalah tabel daftar kandungan pati pada kulit pisang (Tabel. 2) dan
kandungan pada pati kulit pisang (Tabel. 3)
Analisa kadar glukosa hasil hidrolisis kulit pisang didapat kadar glukosa sebesar 3.13
% . Hasil percobaan pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar alkohol ditunjukkan
pada tabel 4. Data table 4 dibuat grafik pengaruh waktu fermentasi terhadap persentase
alkohol yang dihasilkan ditunjukkan pada Gambar 3. Tabel 4 dan gambar 3
menunjukkan bahwa semakin lama fermentasi dihasilkan alcohol semakin banyak
sampai waktu 144 jam, setelah waktu tersebut persentase alcohol menurun. Sebagai
contoh pada waktu 48 jam persentase alcohol yang dihasilkan sebesar 3,9, setelah 144
jam persentase alcohol naik menjadi 13,54 % dan turun menjadi 13,4 % pada waktu
192 jam. Pada waktu 48 sampai 144 jam alkohol yang dihasilkan bertambah banyak
karena aktifitas mikrobia mengalami pertumbuhan dengan berkembang biak sehingga
alcohol yang dihasilkan bertambah banyak. Pada waktu 144 jam perkembang biakan
mikrobia sudah maksimum. Sedangkan pada waktu fermentasi lebih besar dari 144 jam
kadar etanol turun, hal ini disebabkan nutrisi yang dibutuhkan untuk pembiakan sudah
habis, akibatnya bakteri memakan alcohol, hal ini ditunjukkan adanya pembentukan
asam asetat. Proses ini dapat terlihat adanya gelembung - gelembung udara.
6. Hasil percobaan pengaruh berat ragi terhadap kadar alcohol ditunjukkan pada
tabel 5. Dari tabel 5 dibuat grafik pengaruh berat ragi terhadap kadar alkohol seperti
ditunjukan pada gambar 4. Pada table 5 dan gambar 4 menunjukkan bahwa
penambahan berat ragi menyebabkan alcohol yang dihasilkan menurun. Sebagai
contoh pada penambahan ragi sebesar 0,0624 g. menghasilkan kadar alkohol sebesar
13,54 %. Dan turun menjadi 12,4325 %. pada penambahan ragi sebanyak 0,1248 g.
pada penambahan ragi selanjutnya hasilnya tetap. Hal ini disebabkan perbandingan
nutrisi yang tersedia sebanding dengan banyaknya Saccharomyces cereviseae yang
ada. Sedangkan pada penambahan ragi sebanyak 0,0936 gr; 0,1248 gr dan 0,1560 gr,
kadar etanol yang dihasilkan semakin turun. Hal ini disebabkan Saccharomyces
cereviseae yang ada lebih banyak dibanding nutrisi yang tersedia, sehingga
Saccharomyces cereviseae lebih banyak menggunakan nutrisi tersebut untuk bertahan
hidup dari pada merombak gula manjadi alkohol.
IV. Kesimpulan
Kulit pisang dapat dikonversikan menjadi bioetanol dengan menggunakan
metode hidrolisis dan fermentasi. Semakin lama fermentasi kadar etanol yang
dihasilkan semakin tinggi sampai waktu tertentu. Waktu optimum fermentasi diperoleh
selama 144 jam dengan kadar etanol 13,5406 %. Semakin banyak ragi yang
ditambahkan menyebabkan kadar etanol yang dihasilkan semakin rendah. Penambahan
berat ragi yang relatif baik yaitu sebanyak 0,0624g. dengan kadar alkohol yang
dihasilkan sebesar 13,5353 %.
7. V. Daftar Pustaka
Seftian, Deky., dkk. 2012. Pembuatan Etanol Dari Kulit Pisang Menggunakan Metode
Hidrolisis Enzimatik Dan Fermentasi. Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 18
Retno, Dyah Tri dan Wasir Nuri. 2011. Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” Pengembangan
Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia. ISSN 1693 –
4393
Apriliani, A.S. dan Franky Agustinus. 2013. Pembuatan Etanol dari Kulit Pisang secara
Fermentasi. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2. Tahun 2013,
Halaman 177-180
Setiawati, D.R., dkk. 2013. Proses Pembuatan Bioetanol Dari Kulit Pisang Kepok.
Jurnal Teknik Kimia No.1, Vol. 19
Sudarmadji. S., Haryono. B., dan Suhardi 1989. Mikrobiologi Pangan. PAU Pangan
dan Gizi Universitas Gaja Mada, Yogyakarta