Peranan Penting Pesantren dalam Pengembangan Aswaja.docx
1. PERANAN PENTING PESANTREN DALAM PENGEMBANGAN
ASWAJA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Dosen Pengampu :
Moh. Samsul Arifin, M.M
KELOMPOK XI
1. Ratih Dwi Rahmawati (22.12.07.52.0176)
2. Ummi Salama (22.12.07.52.0192)
SEMESTER 2/B
PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG
KRAKSAAN PROBOLINGGO
2023
2. i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "PERANAN
PENTING PESANTREN DALAM PENGEMBANGAN ASWAJA". Shalawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, serta segenap keluarga dan
sahabatnya. Dan tentunya tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Ustaz Moh.
Samsul Arifin M.M. Sebagai Dosen Pengampu yang telah membantu kami secara moral
maupun materi.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, Kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi tolak ukur untuk penulis
agar bisa lebih baik dimasa mendatang.
Semoga makalah yang membahas segala sesuatu tentang PERANAN PEBTING
PESANTREN DALAM PENGEMBANGAN ASWAJA ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan. Sehingga saat berdiskusi,
kami dapat meminimalisir kesalahpahaman yang terjadi karena kurangnya pengetahuan yang
kami ketahui.
Probolinggo , 19 Mei 2023
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................2
2.1 Pengertian Pesantren...........................................................................................2
2.2 Sejarah dan Perkembangan Pesantren di Nusantara...........................................2
2.3 Pengaruh Pesantren dalam Pengembangan Aswaja............................................5
BAB III PENUTUP........................................................................................................7
3.1 Kesimpulan........................................................................................................7
3.2 Saran..................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................8
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang
tumbuh bersamaan dengan masa penyiaran Agama Islam. Pondok Pesantren pada umumnya
didirikan oleh ulama/kyai dengan kemandirian, kesederhanaan dan keikhlasan. Para ulama
pesantren tergabung dalam NU secara umum dapat dikatakan memiliki kesamaan wawasan,
pandangan dan tradisi keagamaan yang berlandaskan paham Ahlussunnah Wal Jama’ah
(ASWAJA).
Pesantren menjadi faktor penting terhadap perkembangan Aswaja. Komunitas
pesantren yang tidak diragukan lagi adalah bagian dari masyarakat Ahlussunnah Wal
Jama’ahyang bisa didefinisikan sebagai mayoritas muslim yang menerima sunnah rasul
danseluruh generasi pertama (sahabat) serta sejarah keabsahan komunitas muslim.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa itu Pesantren ?
2. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Pesantren di Nusantara ?
3. Apa Pengaruh Pesantren terhadap Pengembangan Aswaja?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui Pengertian dari Pesantren.
2. Mengetahui Sejarah dan Perkembangan Pesantren di Nusantara.
3. Mengetahui Pengaruh Pesantren dalam Pengembangan Aswaja.
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pesantren
Pondok Pesantren merupakan gabungan dari dua kata, yaitu kata “pondok” dan kata
“pesantren”. Kata pondok sendiri diambil dari bahasa arab yaitu funduq ( ٌ
ق ُْودْن ْوُف) yang artinya
: Hotel atau Asrama, dalam bahasa jawa, pondok berarti madrasah atau asrama yang digunakan
untuk mengaji dan belajar agama Islam.
Sedangkan kata “pesantren” sendiri adalah berasal dari kata santri yang mendapat
awalan pe dan akhiran an. Kata santri sendiri berasal dari istilah shastri dan di ambil dari bahasa
Sanskerta, yang bermakna : orang-orang yang mengetahui kitab suci agama hindu atau seorang
sarjana ahli kitab suci Hindu”.
Secara istilah, pondok pesantren adalah tempat pendidikan yang menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran agama Islam bagi santri, yang diasuh oleh Kiai yang tinggal atau mukim
bersama-sama dalam satu lokasi.
Sementara itu KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memaknai pesantren sebagai
sebuah empat tinggal santri. Sedangkan menurut Mukhtar Bukhari, Pondok Pesantren
merupakan sebuah bentuk pendidikan Islam di Indonesia yang diselenggarakan secara
tradisional.
2.2 Sejarah dan Perkembangan Pesantren di Nusantara
Cikal bakal pendirian pesantren pada awal ini terdapat di daerah - daerah sepanjang
pantai utara Jawa, seperti Giri (Gresik), Ampel Denta (Surabaya), Bonang (Tuban), Kudus,
Lasem, dan Cirebon. Kota-kota tersebut pada waktu itu merupakan kota kosmopolitan yang
menjadi jalur penghubung perdagangan dunia, sekaligus tempat persinggahan para pedagang
dan mubalig Islam yang datang dari Jazirah Arab seperti Persia dan Irak.
Keberadaan pesantren pada masa awal pertumbuhannya tidak terlepas dari sejarah
perkembangan Islam di Timur Tengah. Hal ini bisa dilihat dari aspek metode, materi atau
kelembagaannya yang sangat diwarnai oleh corak pendidikan Islam di Timur Tengah pada
Abad Pertengahan. Dalam konteks penyebaran Islam itulah, pesantren mulai terbentuk dan
tumbuh di Indonesia.
6. 3
Masuknya Islam ke Indonesia adalah pada Abad ke 7 Masehi. Jika pada abad 7 tersebut
Islam benar-benar mulai masuk ke Indonesia, berarti pada masa itu, peradaban Islam di Timur
Tengah sedang cerah. Sebab, sekitar abad ke 6 – 7 Masehi, obor kemajuan ilmu pengetahuan
berada di pangkuan peradaban Islam. Dalam lapangan kedokteran, muncul nama-nama
terkenal seperti: Al-Hawi karya al-Razi (850-923) merupakan sebuah Ensiklopedi mengenai
seluruh perkembangan ilmu kedokteran sampai masanya.
Meskipun Timur Tengah sedang mengalami kemajuan pada abad tersebut, namun yang
membawa Islam ke Indonesia adalah pedagang yang disinyalir orangnya hidup tidak selalu
menetap. Artinya, setiap musim pelayaran, mereka pergi berdagang sesuai dengan arah mata
angin. Apalagi ketika mereka memasuki wilayah Indonesia, kondisi masyarakatnya saat itu
masih sangat sederhana dan banyak dipengaruhi oleh agama Hindu, sehingga diperkirakan
ajaran Islam yang mereka sebarkan juga disesuaikan dengan keadaan masyarakatnya.
Tokoh yang dianggap sebagai perintis berdirinya pondok pesantren adalah Maulana
Malik Ibrahim (w. 1419 M). Dalam melaksanakan dakwah Islam beliau menggunakan masjid
dan pondok pesantren sebagai pusat pembelajaran. Model dakwah Islam tersebut dilanjutkan
oleh para Walisongo sehingga pondok pesantren menjadi lembaga pendidikan Islam tertua di
Indonesia dalam perkembangan berikutnya pondok pesantren didirikan oleh para kiai yang
bercita-cita mengajarkan dan menyebarkan agama Islam.
Hal ini begitu terlihat pada saat Wali Songo yang menyebarkan ajaran Islam,
kebudayaan masyarakat setempat sering dijadikan modal dasar bagi mereka untuk menyisipkan
ajaran Islam. Misalnya saja Sunan Kalijaga menggunakan Wayang sebagai media
dakwahnya10. Islamisasi kebudayaan sebagai strategi penyebaran Islam tersebut tentunya
sangat mempermudah diterimanya ajaran yang disampaikan. Oleh karena itu, dalam catatan
sejarah, Wali Songo sangat berhasil menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam di
Indonesia.
Demikian pula dalam catatan sejarah, pada zaman Wali Songo inilah istilah pondok
pesantren mulai dikenal di Indonesia. Ketika itu, Sunan Ampel mendirikan sebuah padepokan
di Ampel Surabaya dan menjadikannya pusat pendidikan di Jawa. Para santri yang berasal dari
pulau Jawa datang untuk menuntut ilmu agama. Bahkan di antara para santri ada yang berasal
dari Gowa dan Talo, Sulawesi. Padepokan Sunan Ampel inilah yang menjadi cikal bakal
berdirinya pesantren-pesantren di Indonesia.
7. 4
Pada periode penjajahan periode penjajahan belanda, pesantren selalu berhadapan
dengan kolonialis Belanda yang sangat membatasi ruang geraknya. Pemerintah Belanda
mengeluarkan kebijakan politik pendidikan dalam bentuk Ordonansi Sekolah Liaratau Widle
School Ordonanti. Melalui kebijakan tersebut, pihak Belanda ingin membunuh madrasah dan
sekolah yang tidak memiliki izin.
Selain itu, kebijakan formal Belanda tersebut juga bertujuan melarang pengajaran
kitab-kitab Islam yang menurut mereka berpotensi memunculkan gerakan subversi atau
perlawanan di kalangan santri dan kaum muslim pada umumnya. Setidaknya, tercatat empat
kali pihak Belanda mengeluarkan peraturan yang bertujuan membelenggu perkembangan
pesantren di Indonesia, yaitu pada tahun 1882, 1905, 1925, dan 1932.
Sejak perjanjian Giyanti, pendidikan dan perkembangan pesantren dibatasi oleh
Belanda. Belanda bahkan menetapkan resolusi pada tahun 1825 yang membatasi jumlah
jamaah haji. Selain itu, Belanda membatasi kontak atau hubungan orang Islam Indonesia
dengan negara-negara Islam lainnya. Hal-hal seperti ini pada akhirnya membuat pertumbuhan
dan pekembangan Islam menjadi tersendat. Sebagai respons penindasan Belanda tersebut,
kaum santri mulai melakukan perlawanan. Menurut Clifford Geertz, antara tahun 1820-1880,
telah terjadi pemberontakan dari kaum santri di Indonesia, yaitu :
1. Pemberontakan kaum Padri di Sumatra dipimpin oleh Imam Bonjol.
2. Pemberontakan Diponegoro di Jawa
3. Pemberontakan Banten akibat tanam paksa yang dilakukan Belanda.
4. Pemberontakan di Aceh yg dipimpin antara lain oleh Teuku Umar dan
5. Teuku Cik Ditiro.
Pesantren di Indonesia tumbuh berkembang sangat pesat. Berdasarkan laporan
pemerintah kolonial belanda, pada abad ke 19 untuk di jawa saja terdapat tidak kurang dari
1.853 buah, dengan jumlah santri tidak kurang 16.500 orang. Dari jumlah tersebut belum
masuk pesantren-pesantren yang berkembang diluar jawa terutama Sumatra dan Kalimantan
yang suasana kegiatan keagamaanya terkenal sangat kuat.
Setelah penjajahan Belanda berakhir, Indonesia dijajah kembali oleh Jepang. Pada masa
penjajahan Jepang ini, pesantren masih saja berhadapan dengan kebijakan Saikere yang
dikeluarkan pemerintah Jepang. Melalui kebijakan tersebut, setiap orang bumiputra diharuskan
membungkuk 90 derajat ke arah Tokyo setiap pagi jam 07.00 untuk menghormati atau memuja
8. 5
Kaisar Jepang, Tenno Haika, yang diyakini sebagai keturunan Dewa Amaterasu. Disinilah
peran karismatik K.H Hasyim Asy’ari terbukti ampuh. K.H Hasyim Asy’ari sangat menentang
dan menolak ritual yang diatur oleh pemerintah Jepang itu sehingga ia ditangkap dan dipenjara
selama 8 bulan. Di luar dugaan pihak Jepang, penangkapan dan pemenjaraan kyai tersebut
justru melahirkan aksi perlawanan di kalangan santri. Terjadilah demonstrasi besar-besaran
yang melibatkan ribuan kaum santri untuk menuntut pembebasan K.H Hasyim Asy’ari dan
menolak kebijakan Saikere. Sejak itulah pihak Jepang tidak pernah mengusik dunia pesantren,
walau kekejamannya terhadap kaum bumiputra lebih menyakitkan dibandingkan penjajahan
Belanda.
Menjelang kemerdekaan, kaum santri telah dilibatkan di dalam penyusunan undang-
undang dan anggaran dasar Republik Indonesia, yang diantaranya melahirkan piagam Jakarta.
Namun, oleh golongan nasionalis sekuler, piagam Jakarta tersebut dihilangkan sehingga
kandas impian kaum santri untuk mendirikan negara Islam Indonesia.
2.3 Pengaruh Pesantren dalam Pengembangan Aswaja
Secara umum, ulama dan kyai pesantren memiliki santri sekaligus sebagai jama’ah
yang jumlahnya diakui cukup besar, dengan system pola hubungan antara santri dan kyai,
terutama pada lingkungan masyarakat, khususnya di jawa. Pola ini mampu mewarnai dan
sekaligus membentuk subkultur tradisionalis Islam di Nusantara. Oleh karenanya, kehadiran
organisasi NU bisa dipandang sebagai upaya mewadahi dan melembagakan langkah kegiatan
serta ikhtiyar para ulama yang telah dilakukan sebelumnya. Para ulama pesantren tergabung
dalam NU secara umum dapat dikatakan memiliki kesamaan wawasan, pandangan dan tradisi
keagamaan yang berlandaskan paham Ahlussunnah Wal Jama’ah (ASWAJA).
Nahdlatul Ulama dan Pondok pesantren itu bagaikan dua sisi mata uang yang sulit
dipisahkan. Apabila menyebut NU kita mesti ingat pondok pesantren dan sebaliknya. Mengapa
demikian? Karena yang mendirikan Nahdlatul Ulama adalah para ulama pondok pesantren.
Mereka memiliki kesamaan wawasan, pandangan, sikap, perilaku dan tata cara pemahaman
serta pengamalan ajaran Islam menurut faham ahlussunnah wal jama’ah. Ibarat sebuah
keranjang, kelahiran Nahdlatul Ulama pondok pesantren. Karena itu wajar jika dikatakan
bahwa Nahdlatul Ulama itu adalah organisasinya masyarakat pesantren.
Hubungan antara Nahdlatul Ulama dengan pondok pesantren dapat dilihat dari
beberapa hal sebagai berikut :
9. 6
1. Kesamaan tujuan yaitu melestarikan ajaran Islam Ahlussunnah wal jama’ah yang
merupakan materi pokok pengajaran agama di Pondok Pesantren.
2. Nahdlatul Ulama didirikan sebagai wadah bagi usaha mempersatukan langkah para
ulama pondok pesantren di dalam pengembangan tugas pengabdiannya dalam
masyarakat, baik bidang agama, pendidikan ekonomi, maupun persoalan-persoalan
kemasyarakatan yang lainnya.
3. Pola kepemimpinan dalam Nahdlatul Ulama sama dengan pola kepemimpinan
memiliki kedudukan sangat menentukan, maka didalam Nahdlatul Ulama dikenal
pengurus Syuriyah yang tediri dari para ulama selaku pimpinan tertinggi.
4. Pengaruh yang dimiliki oleh para kiai pengasuh pondok pesantren di lingkungan
masyarakatnya juga menjadi kekuatan pendukung bagi Nahdlatul Ulama. Basis massa
(anggota) yang dikenal dengan sebutan ”kaum santri” menjadi salah satu pilar
penyangga kekuatan Nadhlatul Ulama, bahkan menjadi salah satu ciri khas yang
membedakannya dengan organisasi-organiasi Islam lainnya.
Tujuan Nahdlatul Ulama didirikan adalah berlakunya ajaran Islam yang menganut
paham Ahlussunnah Wal Jama’ah dan menurut salah satu dari Madzab empat untuk
terwujudnya tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kemaslahatan dan
kesejahteraan umat dengan melaksanakan dakwah Islamiyah dan amar ma’ruf nahi munkar.
10. 7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pusat dakwah Islam yang sudah ada
sejak jaman Walisongo. Tradisi pada waktu itu adalah materi pelajaran yang diberikan kepada
santri terbatas pada ilmu-ilmu agama. Tampaknya tradisi tersebut sampai sekarang masih
diwarisi dan dilestarikan oleh kalangan pesantren tertentu, terutama ”pesantren salafi”.
Nahdlatul Ulama dan Pondok pesantren itu bagaikan dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan.
Apabila menyebut NU kita mesti ingat pondok pesantren dan sebaliknya.
Dalam catatan sejarah, pada zaman Wali Songo inilah istilah pondok pesantren mulai
dikenal di Indonesia. Tokoh yang pertama kali mendirikan pesantren adalah Maulana Malik
Ibrahim (w. 1419 M). Maulana Malik Ibrahim menggunakan masjid dan pesantren bagi
pengajaran ilmu-ilmu agama Islam, yang pada gilirannya melahirkan tokoh-tokoh Wali Sanga.
Dari situlah kemudian Raden Rahmat atau Sunan Ampel mendirikan pesantren pertama kali di
Kembang Kuning, Surabaya pada tahun 1619 M.
Ketika itu, Sunan Ampel mendirikan sebuah padepokan di Ampel Surabaya dan
menjadikannya pusat pendidikan di Jawa. Para santri yang berasal dari pulau Jawa datang
untuk menuntut ilmu agama. Bahkan di antara para santri ada yang berasal dari Gowa dan Talo,
Sulawesi. Padepokan Sunan Ampel inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya pesantren-
pesantren di Indonesia.
Para ulama pesantren tergabung dalam NU secara umum dapat dikatakan memiliki
kesamaan wawasan, pandangan dan tradisi keagamaan yang berlandaskan paham Ahlussunnah
Wal Jama’ah (ASWAJA).
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berupa kritik maupun saran yang membangun terhadap penulisan juga
bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.
11. 8
DAFTAR PUSTAKA
Hasan Maulana. 2016. “Sejarah Kemunculan Pesantren di Indonesia”, diakses pada tanggal
18 Mei 2023 pukul 20.21 WIB
Syifa’i Muhammad, et al. 2018. “PERANAN PENTING PESANTREN DALAM
PENGEMBANGAN ASWAJA”, diakses pada tanggal 18 Mei 2023 pukul 20.30 WIB.
Priyogo Yudho, et al. 2019. “PERAN PENTING PESANTREN TERHADAP ASWAJA”,
diakses pada tanggal 18 Mei 2023 pukul 20.41