Dokumen tersebut membahas berbagai jenis kain tradisional yang berasal dari berbagai provinsi di Indonesia. Beberapa diantaranya adalah kain ulos dari Sumatera Utara yang memiliki berbagai motif yang memiliki makna tertentu, kain songket dari Sumatera Selatan yang dibuat dengan teknik menambahkan benang emas atau perak, batik Solo Jawa Tengah yang dipengaruhi motif Hindu, serta kain tenun Sambas Kalimantan Barat dan Donggala Sulaw
4. Ulos adalah kain tenun khas suku Batak.
Sebagian besar masyarakat Tapanuli
menganggap Ulos berarti: ikatan kasih
sayang, lambang kedudukan, dan lambang
komunikasi dalam masyarakat Batak.
Tiap-tiap kain Ulos memiliki ciri khas
tersendiri. Contoh: Ulos Ragudup. [Kain
tenun yang paling tinggi derajatnya, karena
pembuatannya sangat sulit.] Kain tenun ulos
jenis ini terdiri dari tiga bagian, yaitu 2 sisi
yang ditenun sekaligus, dan 1 bagian tengah
yang ditenun sendiri dengan motif yang rumit.
5. Contoh Ulos yang lainnya adalah
Ragihotang. Ulos ini derajatnya 1 tingkat di
bawah ulos ragidup. Pembuatannya tidak
serumit Ulos Ragidup. Namun, Ulos
Ragihotang punya arti dan keistimewaan yang
berhubungan dengan pekerjaan.
Ulos Ragihotang sering dipakai dalam
upacara kematian sebagai penutup jenazah
yang akan dikebumikan. Mengartikan bahwa
pekerjaan seseorang di dunia ini telah selesai.
8. Tenun/Siwet Songket Palembang
merupakan kerajinan tradisional khas
masyarakat Palembang dan umumnya
merupakan hasil industri rumah tangga.
Songket adalah kain tenun yang dibuat
dengan teknik menambah
benang pakan sebagai hiasan, yaitu dengan
menyisipkan benang perak, emas atau
benang warna di atas benang lungsin. Tenun
ini memiliki berbagai motif, seperti: lepus,
jando beraes, bunga inten, tretes midar, pulir
9. Tenun/Siwet Songket Palembang (dalam
bentuk kain atau selendang) sudah terkenal di
dalam maupun luar negeri. Tenun ini terbuat
dari benang sutera kombinasi benang emas
yang ditenun dengan cita rasa seni yang
tinggi.
Keistimewaan Tenun Songket Palembang
adalah proses pembuatannya sangat cermat
sehingga untuk membuat satu kain dibutuhkan
waktu 3-6 bulan. Di samping itu, desainnya
tidak selalu sama antara satu pengrajin
12. Ciri khas yang terdapat pada batik
Solo adalah perpaduan dari bentuk-bentuk
geometris yang berukuran kecil-kecil terletak
dalam pewarnaannya.
Ragam motif batik asal Solo memang
dipengaruhi dengan makna-makna simbolis
yang berasal dari kebudayaan Hindu.
Beberapa ciri khas batik Solo banyak
ditemukan pada motif-motif seperti, sawat,
meru, naga, burung, dan modang.
15. Kain Tenun Sambas biasa di sebut ”Kain
Lunggi” atau Kain Benang Emas karena salah
satu bahan yang digunakan adalah benang
emas. Kain tenun Sambas memang masih
belum banyak dikenal orang.
Keistimewaan kain tenun Sambas: Memiliki 2
unsur motif yang berbeda seperti unsur china
pada motif mawar dan unsur islam pada motif
geometrik.
16. Kain Tenun Sambas merupakan kain kebanggaan
masyarakat Kabupaten Sambas. Kain
Sambas biasanya dipakai pada majelis-majelis
perkawinan, musyawarah, menghadiri undangan-
undangan dari orang pembesar daerah atau raja,
khitanan, dan acara-acara lainnya.
Namun, tenunan yang terkenal hingga ke negeri
tetangga itu kini terancam punah. Sebab, selain
bahan baku yang mahal, perajin kain tenun juga
makin berkurang. Sudah jarang generasi muda yang
memiliki keterampilan untuk membuat kain tenun
17. Kain tenun Sambas sendiri terkenal karena
mempunyai motif khas, seperti lunggi pucuk
rebung, dagin serong, dagin biasa dan
cual padang terbakar.
Kain tenun benang emas ini biasanya di kerjakan
secara tradisional dengan alat pemintal terbuat
dari kayu belian. Kebanyakan dikerjakan oleh
penduduk di sekitar pesisir Sungai Sambas
sekitar Kota Sambas. Penenun ini tergolong unik
karena kepandaian menenun ini didapat dari
orang tuanya atau kepandaian ini diajarkan
20. Nama kain tenun ini adalah kain tenun
Donggala, atau juga disebut orang sarung
donggala. Orang-orang disana menyebutnya
sebagai Buya Sabe.
Kain tenun Donggala telah ada sejak ratusan
tahun silam. Kain tradisional dari Kabupaten
Donggala itu telah dikenal
secara nasional meski namanya tidak
seharum batik yang telah ditetapkan menjadi
kain busana nasional.
21. Corak kain tenun ini antara lain, kain palekat
garusu, buya bomba, buya sabe, kombinasi
bomba, sabe , motif bunga mawar, bunga
anyelir, bunga subi, kombinasi bunga subi dan
bomba, dan buya subi kumbaja. Corak Buya
bomba yang paling sulit, dapat membutuhkan
waktu pengerjaan hingga dua bulan. Berbeda
dengan corak lainnya hanya beberapa minggu
saja.
22. Dulu, kain atau sarung Donggala hanya boleh
dikenakan pada acara perkawinan, sunatan,
dan upacara adat. Bahkan motif tertentu,
seperti palaekat, hanya boleh dikenakan raja
atau kaum bangsawan. Seiring dengan
perkembangan zaman, kain tenun donggala
banyak dimiliki masyarakat umum dan
digunakan dalam berbagai kesempatan resmi.
Untuk melestarikannya, pemerintah
Kabupaten Donggala telah memiliki hak paten
atas kain tenun Donggala.