SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
PRESS RELEASE
                            Dasar Pemikiran
                   Usulan Perubahan Istilah 1 Juni Dari
                       “H a r i L a h i r P A N C A S I L A ”
                                      Menjadi
       “H a r i P A N C A S I L A S e b a g a i D a s a r I n d o n e s i a
                                 Merdeka”

1. Persidangan anggota-anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai, Badan Penyelidik Usaha
   Persiapan   Kemerdekaan     Indonesia    (BPUPKI),   diselenggarakan     untuk
   mengemukakan Dasar Indonesia Merdeka.

2. Bung Karno menyatakan yang dimaksud dengan "Dasar Indonesia Merdeka" yang
   diminta oleh Paduka Tuan Ketua yang mulia persidangan BPUPKI di dalam bahasa
   Belanda adalah 'philosofiesche grondslag' Indonesia Merdeka. 'Philosofiesch
   grondslag' itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa dan hasrat
   yang sedalam-dalamnya untuk diatasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang
   kekal dan abadi.

3. Bung Karno, pada tanggal 1 Juni 1945, menyatakan Lima Prinsip Dasar Indonesia
   Merdeka: (1) Kebangsaan Indonesia; (2) Internasionalisme; (3) Mufakat; (4)
   Kesejahteraan sosial; dan (5) Menyusun Indonesia Merdeka dengan bertaqwa
   kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dasar Indonesia Merdeka ini disebut sebagai Panca
   Sila.

4. Pancasila sebagai Dasar Indonesia Merdeka kemudian dibahas di dalam "Piagam
   Jakarta" pada tanggal 22 Juni 1945, yang kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945
   bunyi Pancasila telah disempurnakan di dalam persidangan Panitia Persiapan
   Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang sesuai dengan yang tertulis di dalam alinea
   ke-4 Preambule UUD 1945, yaitu: (1) Ketuhanan Yang Maha Esa; (2) Kemanusiaan
   yang adil dan beradab; (3) Persatuan Indonesia; (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh
   hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan; dan (5) Keadilan sosial
   bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Pancasila digali dari sesuatu yang telah ada, hidup, dan tumbuh sebagai budaya
   bangsa oleh Bung Karno. Maknanya, Bung Karno tidak pernah melahirkan Pancasila
   dan Bung Karno sendiripun mengatakan hal itu

6. Kesinambungan dan keserasian sejarah bangsa adalah menunjukkan bahwa Bangsa
   Indonesia yang terlahir pada tanggal 28 Oktober 1928 melalui Sumpah Pemuda
   masih dalam kondisi hidup terjajah. Kemudian, sebelum Kemerdekaan Bangsa
   Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 telah ditetapkan Dasar
   Indonesia Merdeka, Pancasila, terlebih dahulu pada tanggal 1 Juni 1945. Preambule
   UUD 1945 di dalam Konstitusi NKRI sebagai dasar terbentuknya NKRI secara sah,
   telah disepakati dan ditutup dengan sila-sila dari Pancasila sebagai Dasar Indonesia
   Merdeka pada tanggal 18 Agustus 1945.
Jakarta, 31 Mei 2011
                  PAGUYUBAN MASYARAKAT TANPA PARTAI




   Asrianty Purwantini        Agus Suroto             Udiantono (RJB)




 Agus Salim Harimurti. K      Muh. Kennedy                Sari Putri




      Asih Lavivaty         Djasrul Djamarus          Utje Gustaaf Patty




Rendra Kharisma Harahap          Aprialdi                Emil Ondo




     Supriatno               DolIyatim (RTP)         Joni Adi Setyawan




    Yahya Abdul Habib         Rudiwan Bahar       Junet Haryo Setiawan Dolot




     Burhan Rosyidi            N. Widjajanto          Oesman Doblank
No : 03/PMTP/V/2011
Lamp : 1 (satu) berkas
Hal : Pengubahan Nama Hari Peringatan 1 Juni


Kepada Yth,
Presiden Republik Indonesia
Bapak H. Soesilo Bambang Yudhoyono

Di Tempat


Dengan hormat,

Bersama surat ini sebelumnya kami, Paguyuban Masyarakat Tanpa Partai (PMTP),
mendoakan agar seluruh rakyat Indonesia senantiasa diberikan rahmat dan lindungan
oleh Tuhan yang Maha Esa.

Sebagaimana kita telah ketahui bersama bahwa kehendak untuk mengangkat harkat
dan martabat hidup Rakyat Indonesia adalah merupakan cita-cita Bangsa Indonesia
yang terlahir pada tanggal 28 Oktober 1928 dan, kemudian memproklamirkan
Kemerdekaan Bangsanya pada tanggal 17 Agustus 1945 serta pada akhirnya, Bangsa
Indonesia yang telah merdeka membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
secara sah pada tanggal 18 Agustus 1945.

Di dalam perjalanan sejarah tersebut, sederet peristiwa-peristiwa sejarah telah terjadi
dan berlangsung secara berkesinambungan dari satu kejadian ke kejadian berikutnya
secara utuh dan tidak terpisahkan. Pancasila telah disepakati dan ditetapkan sebagai
Dasar Indonesia Merdeka pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam persidangan Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai).
Sehingga, karena kedudukannya sebagai Dasar Indonesia Merdeka, Sila-Sila di dalam
Pancasila telah ditetapkan sebagai Alinea Penutup (Alinea ke-4) Preambule UUD 1945,
secara tersurat.

Sebutan Hari Lahir Pancasila yang selalu diperingati setiap tanggal 1 Juni merupakan
suatu pemberian “nama peringatan” yang tidak memiliki makna kesinambungan sejarah.
Terlebih lagi, sebutan hari peringatan tersebut dapat melemahkan makna kontinuitas
sejarah perjalanan cita-cita Bangsa Indonesia yang terlahir, merdeka, dan membentuk
NKRI.

Oleh karena itu, kami “Paguyuban Masyarakat Tanpa Partai” mengusulkan pengubahan
sebutan “nama hari peringatan” untuk setiap 1 Juni dari “Hari Lahir Pancasila” diubah
menjadi “Hari PANCASILA sebagai Dasar Indonesia Merdeka”.

Demikian surat permohonan perubahan sebutan hari peringatan 1 Juni ini kami
sampaikan. Atas perhatian dan pertimbangan serta keputusannya kami mengucapkan
banyak terima kasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa melimpahkan kejernihan hati,
kejernihan berfikir serta hidayah dan rahmatNya kepada kita semua.
No : 04/PMTP/V/2011
Lamp : 1 (satu) berkas
Hal : Audiensi Dalam Rangka Pengubahan Nama Hari Peringatan 1 Juni


Kepada Yth,
Pimpinan Majelis Permusyawaran Rakyat Republik Indonesia
Di Tempat


Dengan hormat,
Bersama surat ini sebelumnya kami, Paguyuban Masyarakat Tanpa Partai (PMTP),
mendoakan agar seluruh rakyat Indonesia senantiasa diberikan rahmat dan lindungan
oleh Tuhan yang Maha Esa.
Sebagaimana kita telah ketahui bersama bahwa kehendak untuk mengangkat harkat
dan martabat hidup Rakyat Indonesia adalah merupakan cita-cita Bangsa Indonesia
yang terlahir pada tanggal 28 Oktober 1928 dan, kemudian memproklamirkan
Kemerdekaan Bangsanya pada tanggal 17 Agustus 1945 serta pada akhirnya, Bangsa
Indonesia yang telah merdeka membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
secara sah pada tanggal 18 Agustus 1945.
Di dalam perjalanan sejarah tersebut, sederet peristiwa-peristiwa sejarah telah terjadi dan
berlangsung secara berkesinambungan dari satu kejadian ke kejadian berikutnya secara
utuh dan tidak terpisahkan. Pancasila telah disepakati dan ditetapkan sebagai Dasar
Indonesia Merdeka pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam persidangan Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai). Sehingga, karena
kedudukannya sebagai Dasar Indonesia Merdeka, Sila-Sila di dalam Pancasila telah
ditetapkan sebagai Alinea Penutup (Alinea ke-4) Preambule UUD 1945, secara tersurat.
Sebutan Hari Lahir Pancasila yang selalu diperingati setiap tanggal 1 Juni merupakan
suatu pemberian “nama peringatan” yang tidak memiliki makna kesinambungan sejarah.
Terlebih lagi, sebutan hari peringatan tersebut dapat melemahkan makna kontinuitas
sejarah perjalanan cita-cita Bangsa Indonesia yang terlahir, merdeka, dan membentuk
NKRI.
Oleh karena itu, kami “Paguyuban Masyarakat Tanpa Partai” mengusulkan pengubahan
sebutan “nama hari peringatan” untuk setiap 1 Juni dari “Hari Lahir Pancasila” diubah
menjadi “Hari PANCASILA sebagai Dasar Indonesia Merdeka”.
Untuk itulah kami meminta kepada MPR-RI untuk dapat menerima kami dalam rangka
menyampaikan pandangan kami terhadap penguatan Pancasila sebagai Dasar
Indonesia Merdeka.
Demikian surat permohonan perubahan sebutan hari peringatan 1 Juni ini kami
sampaikan. Atas perhatian dan pertimbangannya kami mengucapkan banyak terima
kasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa melimpahkan kejernihan hati, kejernihan berfikir
serta hidayah dan rahmatNya kepada kita semua.
Jakarta, 23 Mei 2011
                                              Hormat kami,
                         PAGUYUBAN MASYARAKAT TANPA PARTAI




     Asrianty Purwantini                      Agus Suroto                        Udiantono (RJB)




Agus Salim Harimurti. K                      Muh. Kennedy                             Sari Putri




        Asih Lavivaty                      Djasrul Djamarus                     Utje Gustaaf Patty




Rendra Kharisma Harahap                             Aprialdi                         Emil Ondo




          Supriatno                         DolIyatim (RTP)                     Joni Adi Setyawan




      Yahya Abdul Habib                                                   Junet Haryo Setiawan Dolot

            Surat Yang Sama dan Tembusan, dengan hormat disampaikan kepada :
 •    Rakyat Indonesia                                  •   Gubernur/Bupati/Walikota
 •    Presiden Republik Indonesia                       •   Pimpinan DPRD Tk.I / DPRD Tk. II
 •    Dewan Perwakilan Rakyat RI                        •   Dewan Harian Nasional Angkatan ‘45
 •    Dewan Perwakilan Daerah RI                        •   Pimpinan Pusat Legiun Veteran RI
 •    Mahkamah Agung RI                                 •   Pimpinan Pusat Korps Wanita Indonesia
 •    Mahkamah Konstitusi RI                            •   Pimpinan Pusat PEPABRI
 •    Bapak BJ. Habibie                                 •   Masyarakat Sejarah Indonesia
 •    Ibu Megawati Soekarno Putri                       •   World History Association
 •    Penglima TNI                                      •   Badan Arsip Nasional
 •    Kepala Kepolisian RI                              •   Perpustakaan Nasional
 •    Kepala Badan Intelejen Negara                     •   Pusat Sejarah ABRI
 •    Lembaga Ketahanan Nasional RI                     •   Pimpinan Partai Politik/Organisasi Massa
 •    Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia                •   Pimpinan Organisasi Mahasiswa/Pemuda
 •    Forum Rektor                                      •   Pimpinan Organisasi Profesi
 •    Perguruan Tinggi Negeri, Swasta & Kedinasan       •   Media Massa
PAGUYUBAN MASYARAKAT TANPA PARTAI
               (PMPT)
• Tanpa Partai kita dapat melihat segala permasalahan dinegeri ini menjadi serba
  kecil dan memudahkan kita melakukan identifikasi.
• Tanpa Partai kita semakin sadar betapa banyak saudara yang kita miliki.
• Tanpa Partai kita semakin sadar betapa banyak sudut pandang lain selain sudut
  pandang kita sendiri dalam mencari jalan setapak untuk memperbaiki negeri ini.
• Tanpa Partai kita semakin menerima yang nyata adalah KENYATAAN.
• Tanpa Partai kita berjalan terus menuju GERBANG KEMERDEKAAN.




                                  MAKLUMAT
Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang lahir dari kearifan masyarakat adat dinusantara
untuk mencari persamaan ditengah begitu banyaknya perbedaan melalui musyawarah yang
diselenggarakan pada tanggal 28 Oktober 1928, yang kita sering peringati sebagai Hari Sumpah
Pemuda.

Sumpah Pemuda ini merupakan eksternalisasi dari nilai-nilai luhur pada masyarakat yang menjadi
kesepakatan bersama lalu pada gilirannya nanti lambat laun menjadi sebuah pemikiran falsafah.
Pemikiran yang dibentuk oleh eksternalisasi ini kemudian mengukuhkan diri dan bangsa Indonesia
menghadapinya sebagai faktisitas maka dalam proses inilah terjadi objektivikasi pada pemikiran
tersebut. Objektivikasi tersebut pada tanggal 1 Juni 1945 pendiri bangsa menamakannya sebagai
Pancasila. Dengan ini hendak dikatakan, sebagai suatu sistem falsafah Pancasila merupakan refleksi
dari suatu tata nilai yang telah disepakati bersama dan menjadi ciri khas bangsa Indonesia serta
mempengaruhi perilaku masyarakat serta pranata sosial politik dalam mencapai tujuan yang
diharapkan. Dalam pada itu, agar pemikiran yang telah diobjektivikasi tidak menjadi asing bagi
bangsa Indonesia itu sendiri yang menciptakannya, ia harus diusahakan kembali menjadi bagian
subjektivitas bangsa Indonesia. Inilah tahapan internalisasi. Dan UUD’45 adalah cara bagaimana
Pancasila menjadi bagian subjektivitas bangsa Indonesia

Kemudian untuk mengukuhkan dirinya sebagai sebuah bangsa dan menjadi dirinya sendiri, bangsa
Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi ini bukan
hanya menandakan eksistensi bangsa Indonesia tetapi juga tekad yang kuat untuk dapat hidup
lebih baik serta perjuangan pada nilai-nilai universal, yaitu perdamaian dunia

Dalam perjalanannya sebagai sebuah bangsa, bangsa Indonesia memerlukan alat yang terorganisir
agar dapat mengatasi berbagai persoalan yang dihadapinya, lalu dengan disahkannya UUD’45 oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia berdirilah Negara Kebangsaan Republik Indonesia (NKRI).
Ini artinya, bangsa Indonesia memiliki design tersendiri yang membedakannya dengan bangsa-
bangsa lain didunia. Bangsa Indonesia memiliki Pancasila sebagai sistem falsafah, UUD’45
mengimplementasikan nilai nilai pancasila dalam kehidupan bernegara, UUD’45 melahirkan NKRI
sebagai alat yang terorganisir bagi bangsa Indonesia untuk mencapai tujuannya.
Kaitan Pancasila Dengan UUD'45
Diatas telah kami katakan bahwa Pancasila merupakan falsafah bangsa Indonesia. Pengertian
falsafah dalam tulisan ini diambil dalam pengertian yang luas, baik sebagai hasil refleksi bangsa
Indonesia maupun sebagai ilmu yang memberikan dasar teoritis bagi sistem kelembagaan Negara
pada bangsa Indonesia.

Pancasila menjadi sah apabila membawa bangsa ini kedalam situasi dimana Pancasila mampu
menjelaskan dan menjawab persoalan yang dihadapi bangsa. Dengan demikian Pancasila membuat
aktivitas bangsa Indonesia menjadi efektif dan mengenai sasaran. Terputus dari kehidupan
bernegara Pancasila menjadi verbalisme semata, menjadi berhala bagi bangsa Indonesia. Sebaliknya,
terputus dari Pancasila kehidupan bernegara menjadi kehilangan arah. Bangsa Indonesia menjadi
teralienasi pada dirinya sendiri. Untuk itu diperlukan proses internalisasi agar Pancasila sebagai hasil
objektivikasi menjadi bagian subjektivitas bangsa Indonesia itu sendiri. UUD’45 adalah bentuk
internalisasi tersebut.

Sebagai bentuk internalisasi UUD’45 dapat dikatakan sebagai progam aksi dalam memberikan
tuntunan pelaksanaan kehidupan bernegara. UUD’45 bertumpu pada asumsi dasar. Asumsi dasar
berada pada falsafah yang melandasinya. Bila Pancasila merupakan tumpuan dari lahirnya UUD’45,
sedangkan UUD’45 mengatur dan mengarahkan kehidupan bernegara maka berarti Pancasila
bukanlah sesuatu yang tidak praksis dan UUD’45 adalah suatu usaha agar pancasila menjadi sistem
gagasan yang dapat diaprosiasikan, terhindar dari kebekuan dan sikap irrasional

Uraian diatas sebenarnya hendak memproklamasikan bahwa UUD’45 merupakan ideologi dari
falsafah bangsa Indonesia dan bukan konstitusi. Sifat ideologi sangat kental bila kita melihat isi
UUD’45 secara totalitas, dimana UUD’45 berisi kehendak sebuah bangsa untuk dominan menentukan
sendiri sistem ide dan gagasan yang secara normatif mempengaruhi persepsi, landasan dan perilaku
bernegara

Sebagai contoh adalah makna kedaulatan rakyat seperti yang terdapat dalam UUD’45 pasal 1 ayat
2. Dari sudut pandang UUD’45 sebagai konstitusi pasal ini dapat melahirkan kedaulatan individu
dalam pengelolaan partai-partai dan susunan perwakilannya ditentukan oleh pemilu. Pemahaman
konstitusional pada UUD’45 ini dapat menciptakan terjadinya penciutan signifikansi pada hak-hak
berpolitik rakyat, terjatuh dalam hak pilih bukan hak suara. Hak pilih tentu saja memiliki perbedaan
kualitatif dengan hak suara. Dalam hak pilih siapapun dapat menggunakannya tanpa
pertimbangan akal sehat sekalipun, sebaliknya hak suara menuntut pertimbangan akal sehat dan
kearifan dalam menggunakannya. Pemahaman konstitusional ini pada gilirannya nanti akan
menyebabkan kekuasaan ditentukan oleh faktor pilihan mayoritas. Hal ini tentu saja sangat
membahayakan : bagaimana jadinya bila pilihan mayoritas kepada kelompok yang anti pada
kedaulatan rakyat?

Makna kedaulatan rakyat tersebut tentu saja berbeda bila kita memahami UUD’45 dalam kerangka
ideologis. Pasal tersebut diatas memiliki keterkaitan kuat dengan sistem nilai pancasila, yaitu
musyawarah. Dengan demikian yang dinamakan kedaulatan rakyat mengandung arti kedaulatan
yang diwujudkan dalam badan perwakilan rakyat yang susunannya ditentukan oleh hak suara yang
dari musyawarah rakyat.

Sebagai ideologi UUD’45 tentu saja tak dapat diganti atau dirubah. Pergantian atau perubahan
terhadap UUD’45 sangat membahayakan karena akan menciptakan jarak eksistensial antara
kehidupan bernegara dengan Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia. Sebagai contoh adalah
amandemen pada pasal 6 ayat 2 UUD’45. Amandemen ini merupakan bentuk ‘pemurtadan’
terhadap sila ke 4 Pancasila. Dalam sila tersebut dijelaskan bahwa bangsa Indonesia memiliki sifat
kerakyatan dan dipimpin oleh nilai-nilai kebijaksanaan sebagai hasil proses musyawarah perwakilan
rakyat. Kata hikmad kebijaksanaan mengandung arti ada suatu usaha mencari keputusan yang
benar dalam menentukan nasib bangsa. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) merupakan
personifikasi dari sila ke 4 Pancasila. Maka bila kemudian MPR memilih Presiden idealnya dilakukan
melalui pikiran yang sehat, penuh kearifan dan dapat diterima oleh semua fihak sehingga Presiden
yang terpilih merupakan visualisasi dari keinginan untuk berhikmad pada kebijaksanaan. Idealisme
ini tentu saja karam dengan adanya amandemen pada pasal 6 ayat 2 UUD’45 yang menyatakan
Presiden dipilih langsung. Amandemen ini menghilangkan asas-asas musyawarah rakyat dalam
menentukan kepemimpinan nasional. Dan jadilah kita memiliki pemimpin nasional yang memiliki
potensi besar untuk tidak mampu berhikmad pada kebijaksanaan.

Dari uraian diatas, munculah sebuah pertanyaan : Bila UUD’45 bukan konstitusi, lalu dimanakah
letak konstitusi NKRI?. Sebuah konstitusi bukanlah dogma melainkan tetap menjadi hipotesa yang
harus diuji dengan permasalahan yang harus dihadapi. Oleh karena itu konstitusi harus selalu
terbuka pada usaha falsifikasi, selalu terbuka untuk diperbaharui atau diubah sama sekali. Bila
kedaulatan tertinggi ada ditangan rakyat yg divisualisasikan oleh MPR, dengan ini hendak kami
katakan bahwa hasil-hasil musyawarah MPR yang sering disebut Ketetapan MPR merupakan
konstitusi NKRI. Dengan demikian kita memiliki sebuah konstitusi yang berfihak pada kepentingan
rakyat. Agar konstitusi ini dapat mengikuti perkembangan jaman maka setiap 5 tahun sekali seiring
dengan pergantian anggota MPR konstitusi harus ditinjau kembali agar mampu menjawab
persoalan yang dihadapi bangsa ini



  Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sebuah Negara Tanpa Partai
Pancasila, UUD’45 dan NKRI memiliki keterkaitan yang erat dan merupakan design besar bangsa
Indonesia. Bila proklamasi hanya dapat mengantarkan bangsa Indonesia pada pintu gerbang
kemerdekaan, maka pelaksanaan design secara benar merupakan kunci yang dapat membuka
pintu gerbang kemerdekaan sehingga anak-anak bangsa bisa masuk kedalamnya. Namun antara
design dengan bangsa Indonesia memiliki titik kelemahan yang cukup besar. Seperti halnya sebuah
lukisan dalam sebuah pigura dengan dimensi lain diluarnya, ada retakan-retakan dalam kaca
pigura yang mudah pecah dan membuat dimensi lain masuk merusak lukisan tersebut. Retakan
tersebut berupa mentalitas manusia sebagai pelaksananya

Bangsa Indonesia memiliki mental budak akibat terlalu lama mengalami penjajahan. Mental budak
inilah yang membuat bangsa Indonesia begitu mudah menerima ide dan gagasan yang dapat
merusak design yang telah dibuatnya sendiri. Maka dengan alasan potensi fasisme dalam UUD’45
pihak imperialis-kapitalis melalui berbagai macam perjanjian lalu melakukan penekanan dan
bangsa Indonesia pun melakukan pergantian UUD’45 dengan konstitusi RIS kemudian selanjutnya
UUDS’50 sebagai bentuk ketidak berdayaan. Akibatnya terjadilah untuk pertama kali deformasi
pada design bangsa. Partai-partai berdiri, bentuk Negara berubah menjadi RIS, lembaga
kePresidenan tidak berjalan sesuai dengan fungsinya. Puncak deformasi terselenggaranya pemilu
tahun 1955 yang mengakibatkan frgamentarisasi masyarakat dan kekacauan pada sistem
ketatanegaraan. Kekacauan ini disadari oleh Presiden Sukarno, lalu lahirlah Dekrit Presiden yg berisi
kembali pada UUD’45.

Sistem kepartaian dan pemilu tidak sesuai dengan design yang telah dibuat oleh pendiri bangsa. Ini
disebabkan sistem kepartaian dan pemilu bertentangan dengan asas musyawarah sebagai dasar
pembentukan kelembagaan Negara. Jelasnya, NKRI adalah sebuah negara tanpa partai. Oleh
karena itu dalam UUD’45 tidak dijumpai satu pasal pun yang mengisyaratkan penyelenggaraan
pemilu yg diikuti partai-partai dengan hak pilih rakyat sebagai pembenarnya. Pelaksanaan pemilu
yang diikuti oleh partai-partai merupakan implementasi dari pasal 34 konstitusi RIS dan pasal 35
UUDS’50 padahal kedua konstitusi tersebut adalah hasil penetrasi bangsa imperialis-kapitalis kepada
bangsa Indonesia. Dengan demikian sesungguhnya pemilu dan partai adalah kepanjangan tangan
dari kepentingan bangsa imperialis-kapitalis untuk menguasai negeri ini

Fakta ini disadari juga oleh Presiden Suharto. Ini yang menyebabkan beliau tidak pernah mendirikan
partai tetapi memperkuat sebuah golongan besar untuk menampung berbagai macam kelompok
dalam masyarakat untuk bermusyawarah dalam mengatasi persoalan bangsa. Golongan besar ini
bernama Golongan Karya (GOLKAR). Bila pada awal berdirinya NKRI fasisme menjadi alasan bagi
bangsa imperialis-kapitalis untuk mengeksploitasi mental budak bangsa ini, pada pemerintahan
Suharto ketergantungan ekonomi menyebabkan mental budak pun kambuh dan terselenggaralah
pemilu
Untuk mengingatkan pada seluruh anak-anak bangsa bahwa dirinya tidak mampu melakukan
perlawanan terhadap tekanan bangsa imperialis-kapitalis Presiden Suharto pada tahun 1972
mengubah tanggal 17 Agustus menjadi hari ulangtahun Republik Indonesia (HUT RI) bukan hari
Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia. Ini artinya, Presiden Suharto sedang memberitahu
seluruh anak bangsa bahwa dirinya tidak melaksanakan UUD’45 tapi UUDS’50, karena yang
menyatakan tanggal 17 Agustus 1945 sebagai HUT RI hanya terdapat pada Pembukaan UUDS’50

‘Kepatuhan’ bangsa Ini pada bangsa imperialis-kapitalis terus berlanjut setelah mundurnya Presiden
Suharto. Bila sebelumnya mental budak mengakibatkan anak-anak bangsa tak mampu
mengadakan perlawanan secara keseluruhan maka pada era reformasi mental tersebut telah
membuat anak-anak bangsa dengan riangnya menerima penjajahan atas ide dan gagasan oleh
bangsa imperialis-kapitalis. Bentuk kegembiraan tersebut dinyatakan melalui amandemen pada
UUD’45. Ini tentu saja menjadi sesuatu yang ironis dan konyol : Apa yang menjadi alasan
amandemen UUD’45 jika UUD’45 itu sendiri mulai dari NKRI berdiri sampai hari ini belum pernah
dilaksanakan?. Tidak berlebihan jika kecurigaan pantaslah kita alamatkan pada kepentingan
bangsa imperialis-kapitalis atas amandemen tersebut.



       Musyawarah Sebagai Dasar Pembentukan Lembaga Negara
Dalam sistem ketatanegaraan bangsa Indonesia asas musyawarah merupakan ciri khas dalam
memberikan makna kedaulatan rakyat, sebagi unsur pembentuk lembaga-lembaga Negara. Asas
musyawarah selalu menghendaki pemikiran-pemikiran yang berhikmad pada kebijaksanaan
sehingga keputusan yang diambil berdasarkan akal sehat dan demi kepentingan orang banyak.
Dalam musyawarah fihak-fihak yang terlibat dapat mengeluarkan pendapat, kritik dan saran
dengan penuh tanggungjawab dan mempertimbangkan kebersamaan serta persatuan

Musyawarah dapat dilakukan secara berjenjang dimulai dari lingkup terkecil organisasi yang ada
pada bangsa Indonesia yaitu Rukun Tetangga (RT). Musyawarah RT akan memilih seorang atau
lebih untuk mewakili mereka pada musyawarah Rukun Warga (RW). Musyawarah RW akan
memilih seorang atau lebih dari mereka untuk menjadi wakil rakyat yang duduk sebagai anggota
Lembaga Perwakilan Rakyat Tingkat Desa/Kelurahan (LPRD)

Lembaga Perwakilan Rakyat Tingkat Desa/Kelurahan ini kemudian bermusyawarah untuk memilih
seorang atau lebih dari mereka untuk duduk sebagai anggota Lembaga Perwakilan Rakyat Tingkat
Kabupaten/Kotamadya (LPRK). LPRK ini kemudian bermusyawarah untuk memilih seorang atau
lebih anggotanya untuk duduk sebagai wakil rakyat di Lembaga Perwakilan Rakyat Tingkat
Provinsi (LPRP) dan juga memilih seorang atau lebih sebagai wakil rakyat di Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI)

Dengan demikian yang dinamakan anggota DPR-RI benar-benar merupakan wakil rakyat bukan
wakil partai, dipilih melalui Hak Suara Rakyat bukan Hak Pilih Rakyat, mencerminkan keragaman
budaya bukan keragaman ideologi dengan kepentingan kelompok didalamnya. Diatas telah
dikatakan bahwa Anggota DPR-RI dipilih melalui musyawarah Lembaga Perwakilan Rakyat
Tingkat Kabupaten/Kotamadya. Ruang lingkup kabupaten/kotamadya yang tidak begitu luas akan
memudahkan setiap anggota DPR-RI memahami betul persoalan-persoalan rakyat yang diwakilinya

Apabila DPR-RI merupakan perwakilan rakyat yang terbentuk dari proses-proses musyawarah
rakyat dari mulai tingkat RT sampai Kabupaten maka MPR merupakan musyawarah besar bangsa
Indonesia. Susunan anggota MPR adalah anggota DPR ditambah dengan utusan daerah dan utusan
golongan. Keanggotaan MPR dari utusan daerah yang dimaksud adalah perwakilan yang diperoleh
dari musyawarah masyarakat adat yang ada pada tiap-tiap daerah di Indonesia, sedangkan Utusan
Golongan adalah perwakilan yang diperoleh dari musyawarah masing kelompok-kelompok yang
memiliki pengaruh dimasyarakat baik dibidang agama, profesi, intelektual dan sebagainya yang
semuanya diatur oleh undang-undang
Hasil-hasil musyawarah yang dilakukan oleh MPR ini berupa ketetapan yang merupakan konstitusi
NKRI dan berlaku selama 5 tahun. Kemudian MPR memberikan mandat pada Presiden untuk
melaksanakan konstitusi tersebut. Presiden dipilih berdasarkan suara terbanyak dalam musyawarah
yang dilaksanakan MPR. Suara terbanyak mengandung arti keinginan tertinggi yang terdapat
dalam pikiran-pikiran sehat dari masing-masing anggota MPR untuk memilih seorang anak bangsa
terbaik yang mampu memimpin anak bangsa lainnya bagi kepentingan bangsa dan Negara

Tulisan ini tidak berpretensi menjadi sebuah pemikiran yang bersifat sophiscated thinking. Tulisan ini
hanyalah upaya rakyat mengembalikan makna Pancasila, UUD’45 dan NKRI seperti apa adanya
sejauh tidak tersesat memahaminya. Bangsa Indonesia memiliki Pancasila sebagai falsafah hidupnya,
UUD’45 menjadi ideologi yang mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bernegara, Negara dibentuk oleh ideologi sebagai alat bagi bangsa untuk mecapai tujuannya.
Karena itu berbicara tentang lembaga Negara tidak dapat dilepaskan dari ideologi yang melahirkan
negara itu sendiri. Tergusurnya asas musyawarah dalam pembentukan kelembagaan Negara
merupakan bentuk deformasi pada design yang telah dibuat bangsa Indonesia sendiri dan design
yang rusak kelak membuat bangsa Indonesia terlunta-lunta ditengah-tengah bangsa lainnya
didunia.

Sudah saatnya kita membersihkan NKRI dari partai-partai bila ingin melihat masa depan yang lebih
baik bagi negeri ini.


                                    Jakarta 12 Maret 2011

More Related Content

What's hot

Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara Indonesia
Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara IndonesiaProses perumusan pancasila sebagai dasar negara Indonesia
Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara IndonesiaBoedi Santosa,
 
Materi PPKN BAB I Kelas 7
Materi PPKN BAB I Kelas 7Materi PPKN BAB I Kelas 7
Materi PPKN BAB I Kelas 7Hakman Hamdani
 
Makalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasilaMakalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasilaSafitrisymsr
 
Proses perumusan pancasila
Proses perumusan pancasilaProses perumusan pancasila
Proses perumusan pancasilaRachmah Safitri
 
Profil Presiden Indonesia (Irdan Arjulian)
Profil Presiden Indonesia (Irdan Arjulian)Profil Presiden Indonesia (Irdan Arjulian)
Profil Presiden Indonesia (Irdan Arjulian)Irdan Arjulian
 
Sejarah Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara
Sejarah Perumusan Pancasila Sebagai Dasar NegaraSejarah Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara
Sejarah Perumusan Pancasila Sebagai Dasar NegaraDwi Ayu
 
Sejarah proses perumusan pancasila sebagai dasar negara
Sejarah proses perumusan pancasila sebagai dasar negaraSejarah proses perumusan pancasila sebagai dasar negara
Sejarah proses perumusan pancasila sebagai dasar negaraRai127
 
Tugas pancasila Proses Perumusan dan Pengesahan Pancasila
Tugas pancasila Proses Perumusan dan Pengesahan Pancasila Tugas pancasila Proses Perumusan dan Pengesahan Pancasila
Tugas pancasila Proses Perumusan dan Pengesahan Pancasila Eka Rochaningrum
 
Penetapan pancasila Sebagai Dasar Negara (PPKI)
Penetapan pancasila Sebagai Dasar Negara (PPKI)Penetapan pancasila Sebagai Dasar Negara (PPKI)
Penetapan pancasila Sebagai Dasar Negara (PPKI)Mihna Mihna
 
Pkn kelompok 1
Pkn kelompok 1Pkn kelompok 1
Pkn kelompok 1yogano
 
Sejarah Proses Perumusan Pancasila
Sejarah Proses Perumusan PancasilaSejarah Proses Perumusan Pancasila
Sejarah Proses Perumusan Pancasilaveronicalenore14
 
Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara 1
Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara 1Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara 1
Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara 1Neo Linker
 
SEJARAH DAN SEMANGAT KOMITMEN PARA PENDIRI BANGSA DALAM PERUMUSAN PANCASILA
SEJARAH DAN SEMANGAT KOMITMEN PARA PENDIRI BANGSA DALAM PERUMUSAN PANCASILASEJARAH DAN SEMANGAT KOMITMEN PARA PENDIRI BANGSA DALAM PERUMUSAN PANCASILA
SEJARAH DAN SEMANGAT KOMITMEN PARA PENDIRI BANGSA DALAM PERUMUSAN PANCASILAWinda Manurung
 
Bab 1 perumusan dan penetapan pancasila sebagai dasar negara
Bab 1 perumusan dan penetapan pancasila sebagai dasar negaraBab 1 perumusan dan penetapan pancasila sebagai dasar negara
Bab 1 perumusan dan penetapan pancasila sebagai dasar negarafarahnet222
 

What's hot (16)

Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara Indonesia
Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara IndonesiaProses perumusan pancasila sebagai dasar negara Indonesia
Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara Indonesia
 
Materi PPKN BAB I Kelas 7
Materi PPKN BAB I Kelas 7Materi PPKN BAB I Kelas 7
Materi PPKN BAB I Kelas 7
 
Makalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasilaMakalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasila
 
Proses perumusan pancasila
Proses perumusan pancasilaProses perumusan pancasila
Proses perumusan pancasila
 
Profil Presiden Indonesia (Irdan Arjulian)
Profil Presiden Indonesia (Irdan Arjulian)Profil Presiden Indonesia (Irdan Arjulian)
Profil Presiden Indonesia (Irdan Arjulian)
 
Sejarah Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara
Sejarah Perumusan Pancasila Sebagai Dasar NegaraSejarah Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara
Sejarah Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara
 
Sejarah proses perumusan pancasila sebagai dasar negara
Sejarah proses perumusan pancasila sebagai dasar negaraSejarah proses perumusan pancasila sebagai dasar negara
Sejarah proses perumusan pancasila sebagai dasar negara
 
Profil BPUPKI dan PPKI
Profil BPUPKI dan PPKIProfil BPUPKI dan PPKI
Profil BPUPKI dan PPKI
 
Tugas pancasila Proses Perumusan dan Pengesahan Pancasila
Tugas pancasila Proses Perumusan dan Pengesahan Pancasila Tugas pancasila Proses Perumusan dan Pengesahan Pancasila
Tugas pancasila Proses Perumusan dan Pengesahan Pancasila
 
Penetapan pancasila Sebagai Dasar Negara (PPKI)
Penetapan pancasila Sebagai Dasar Negara (PPKI)Penetapan pancasila Sebagai Dasar Negara (PPKI)
Penetapan pancasila Sebagai Dasar Negara (PPKI)
 
Pkn kelompok 1
Pkn kelompok 1Pkn kelompok 1
Pkn kelompok 1
 
Sejarah Proses Perumusan Pancasila
Sejarah Proses Perumusan PancasilaSejarah Proses Perumusan Pancasila
Sejarah Proses Perumusan Pancasila
 
Peta konsep
Peta konsepPeta konsep
Peta konsep
 
Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara 1
Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara 1Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara 1
Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara 1
 
SEJARAH DAN SEMANGAT KOMITMEN PARA PENDIRI BANGSA DALAM PERUMUSAN PANCASILA
SEJARAH DAN SEMANGAT KOMITMEN PARA PENDIRI BANGSA DALAM PERUMUSAN PANCASILASEJARAH DAN SEMANGAT KOMITMEN PARA PENDIRI BANGSA DALAM PERUMUSAN PANCASILA
SEJARAH DAN SEMANGAT KOMITMEN PARA PENDIRI BANGSA DALAM PERUMUSAN PANCASILA
 
Bab 1 perumusan dan penetapan pancasila sebagai dasar negara
Bab 1 perumusan dan penetapan pancasila sebagai dasar negaraBab 1 perumusan dan penetapan pancasila sebagai dasar negara
Bab 1 perumusan dan penetapan pancasila sebagai dasar negara
 

Viewers also liked

Press Release Indomaret Peduli dan Berbagi
Press Release Indomaret Peduli dan BerbagiPress Release Indomaret Peduli dan Berbagi
Press Release Indomaret Peduli dan BerbagiLeny Ida Rotua
 
Press release indosat
Press release indosatPress release indosat
Press release indosatjanejana
 
A complete guide to writing Press release (sample)
A complete guide to writing Press release (sample)A complete guide to writing Press release (sample)
A complete guide to writing Press release (sample)Gazi Golam Morshed
 
Press release bid humas 2
Press release bid humas 2Press release bid humas 2
Press release bid humas 2mediaswara
 
Documents.tips dasar awam-562bad3087a73
Documents.tips dasar awam-562bad3087a73Documents.tips dasar awam-562bad3087a73
Documents.tips dasar awam-562bad3087a73Ibnu Mazlan
 
PENTADBIRAN AWAM KORPORAT
PENTADBIRAN AWAM KORPORATPENTADBIRAN AWAM KORPORAT
PENTADBIRAN AWAM KORPORATCt Hussen
 

Viewers also liked (8)

Press Release Indomaret Peduli dan Berbagi
Press Release Indomaret Peduli dan BerbagiPress Release Indomaret Peduli dan Berbagi
Press Release Indomaret Peduli dan Berbagi
 
Press release indosat
Press release indosatPress release indosat
Press release indosat
 
Sample Press Release
Sample Press ReleaseSample Press Release
Sample Press Release
 
A complete guide to writing Press release (sample)
A complete guide to writing Press release (sample)A complete guide to writing Press release (sample)
A complete guide to writing Press release (sample)
 
Press release bid humas 2
Press release bid humas 2Press release bid humas 2
Press release bid humas 2
 
Hubungan dengan wartawan
Hubungan dengan wartawanHubungan dengan wartawan
Hubungan dengan wartawan
 
Documents.tips dasar awam-562bad3087a73
Documents.tips dasar awam-562bad3087a73Documents.tips dasar awam-562bad3087a73
Documents.tips dasar awam-562bad3087a73
 
PENTADBIRAN AWAM KORPORAT
PENTADBIRAN AWAM KORPORATPENTADBIRAN AWAM KORPORAT
PENTADBIRAN AWAM KORPORAT
 

Similar to Press Release : 1 Juni Adalah Hari Pancasila Ditetapkan Sebagai Dasar Indonesia Merdeka

Materi ppkn bab i kelas 7
Materi ppkn bab i kelas 7Materi ppkn bab i kelas 7
Materi ppkn bab i kelas 7Hakman Hamdani
 
ppkn kel.3.pptx
ppkn kel.3.pptxppkn kel.3.pptx
ppkn kel.3.pptxDederisma4
 
3. Pancasila dalam arus sejarah bangsa Indonesia.pptx
3. Pancasila dalam arus sejarah bangsa Indonesia.pptx3. Pancasila dalam arus sejarah bangsa Indonesia.pptx
3. Pancasila dalam arus sejarah bangsa Indonesia.pptxYogiNugraha36
 
Kehidupan Masyarakat Indonesia sejak Awal kemerdekaan hingga masa reformasi
Kehidupan Masyarakat Indonesia sejak Awal kemerdekaan hingga masa reformasiKehidupan Masyarakat Indonesia sejak Awal kemerdekaan hingga masa reformasi
Kehidupan Masyarakat Indonesia sejak Awal kemerdekaan hingga masa reformasimartini tini
 
WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI NILAI BELA NEGARA
WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI NILAI BELA NEGARAWAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI NILAI BELA NEGARA
WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI NILAI BELA NEGARAHerry Prasetyo
 
Ips [Sejarah] - Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Ips [Sejarah] - Persiapan Kemerdekaan IndonesiaIps [Sejarah] - Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Ips [Sejarah] - Persiapan Kemerdekaan IndonesiaTsasca Dewi Arsyia Asyiffa
 
Berkomitmen_terhadap_pancasila_sebagai_dasar_negara
Berkomitmen_terhadap_pancasila_sebagai_dasar_negara Berkomitmen_terhadap_pancasila_sebagai_dasar_negara
Berkomitmen_terhadap_pancasila_sebagai_dasar_negara albert gani
 
pancasila bbpupki dan ppki
pancasila bbpupki dan ppkipancasila bbpupki dan ppki
pancasila bbpupki dan ppkifajriatus sny
 
WAWASAN KEBANGSAAN.pdf
WAWASAN KEBANGSAAN.pdfWAWASAN KEBANGSAAN.pdf
WAWASAN KEBANGSAAN.pdfDariusDemmaelo
 
Terbentuknya_Negara_Indonesia.pptx
Terbentuknya_Negara_Indonesia.pptxTerbentuknya_Negara_Indonesia.pptx
Terbentuknya_Negara_Indonesia.pptxHaikalHikmal
 
Materi Ajar Pertemuan 1 dan 2.ppsx
Materi Ajar Pertemuan 1 dan  2.ppsxMateri Ajar Pertemuan 1 dan  2.ppsx
Materi Ajar Pertemuan 1 dan 2.ppsxrahmathusein4
 
Hilangnya nilai pancasila
Hilangnya nilai pancasilaHilangnya nilai pancasila
Hilangnya nilai pancasilaRoy Pangkey
 
3.proklamasi kemerdekaan bab 2
3.proklamasi kemerdekaan bab 23.proklamasi kemerdekaan bab 2
3.proklamasi kemerdekaan bab 2Ainul Fikri
 
Bab i.pptx kelas xi ipa
Bab i.pptx kelas xi ipaBab i.pptx kelas xi ipa
Bab i.pptx kelas xi ipaJoko Sriyatno
 
ps 4 INTERNALISASI NILAI PROKLAMASI.pptx
ps 4 INTERNALISASI NILAI PROKLAMASI.pptxps 4 INTERNALISASI NILAI PROKLAMASI.pptx
ps 4 INTERNALISASI NILAI PROKLAMASI.pptxRaivanMmmhh
 
PRESENTASI MENUJU KEMERDEKAAN RI
PRESENTASI MENUJU KEMERDEKAAN RIPRESENTASI MENUJU KEMERDEKAAN RI
PRESENTASI MENUJU KEMERDEKAAN RIputrisagut
 
Makalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasilaMakalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasilaratnadilamjd
 
Makalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasilaMakalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasilaRetnoAsriani
 

Similar to Press Release : 1 Juni Adalah Hari Pancasila Ditetapkan Sebagai Dasar Indonesia Merdeka (20)

Materi ppkn bab i kelas 7
Materi ppkn bab i kelas 7Materi ppkn bab i kelas 7
Materi ppkn bab i kelas 7
 
ppkn kel.3.pptx
ppkn kel.3.pptxppkn kel.3.pptx
ppkn kel.3.pptx
 
3. Pancasila dalam arus sejarah bangsa Indonesia.pptx
3. Pancasila dalam arus sejarah bangsa Indonesia.pptx3. Pancasila dalam arus sejarah bangsa Indonesia.pptx
3. Pancasila dalam arus sejarah bangsa Indonesia.pptx
 
Kehidupan Masyarakat Indonesia sejak Awal kemerdekaan hingga masa reformasi
Kehidupan Masyarakat Indonesia sejak Awal kemerdekaan hingga masa reformasiKehidupan Masyarakat Indonesia sejak Awal kemerdekaan hingga masa reformasi
Kehidupan Masyarakat Indonesia sejak Awal kemerdekaan hingga masa reformasi
 
WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI NILAI BELA NEGARA
WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI NILAI BELA NEGARAWAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI NILAI BELA NEGARA
WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI NILAI BELA NEGARA
 
Ips [Sejarah] - Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Ips [Sejarah] - Persiapan Kemerdekaan IndonesiaIps [Sejarah] - Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Ips [Sejarah] - Persiapan Kemerdekaan Indonesia
 
Berkomitmen_terhadap_pancasila_sebagai_dasar_negara
Berkomitmen_terhadap_pancasila_sebagai_dasar_negara Berkomitmen_terhadap_pancasila_sebagai_dasar_negara
Berkomitmen_terhadap_pancasila_sebagai_dasar_negara
 
pancasila bbpupki dan ppki
pancasila bbpupki dan ppkipancasila bbpupki dan ppki
pancasila bbpupki dan ppki
 
WAWASAN KEBANGSAAN.pdf
WAWASAN KEBANGSAAN.pdfWAWASAN KEBANGSAAN.pdf
WAWASAN KEBANGSAAN.pdf
 
Terbentuknya_Negara_Indonesia.pptx
Terbentuknya_Negara_Indonesia.pptxTerbentuknya_Negara_Indonesia.pptx
Terbentuknya_Negara_Indonesia.pptx
 
Materi Ajar Pertemuan 1 dan 2.ppsx
Materi Ajar Pertemuan 1 dan  2.ppsxMateri Ajar Pertemuan 1 dan  2.ppsx
Materi Ajar Pertemuan 1 dan 2.ppsx
 
Hilangnya nilai pancasila
Hilangnya nilai pancasilaHilangnya nilai pancasila
Hilangnya nilai pancasila
 
Proses perumusan pancasila
Proses perumusan pancasilaProses perumusan pancasila
Proses perumusan pancasila
 
3.proklamasi kemerdekaan bab 2
3.proklamasi kemerdekaan bab 23.proklamasi kemerdekaan bab 2
3.proklamasi kemerdekaan bab 2
 
Bab i.pptx kelas xi ipa
Bab i.pptx kelas xi ipaBab i.pptx kelas xi ipa
Bab i.pptx kelas xi ipa
 
ps 4 INTERNALISASI NILAI PROKLAMASI.pptx
ps 4 INTERNALISASI NILAI PROKLAMASI.pptxps 4 INTERNALISASI NILAI PROKLAMASI.pptx
ps 4 INTERNALISASI NILAI PROKLAMASI.pptx
 
Perumusan Pancasila.pptx
Perumusan Pancasila.pptxPerumusan Pancasila.pptx
Perumusan Pancasila.pptx
 
PRESENTASI MENUJU KEMERDEKAAN RI
PRESENTASI MENUJU KEMERDEKAAN RIPRESENTASI MENUJU KEMERDEKAAN RI
PRESENTASI MENUJU KEMERDEKAAN RI
 
Makalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasilaMakalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasila
 
Makalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasilaMakalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasila
 

More from Utje Gustaaf Patty

Sukmadji Indro Tjahjono : Indonesia Dibawah Sepatu Lars
Sukmadji Indro Tjahjono : Indonesia Dibawah Sepatu LarsSukmadji Indro Tjahjono : Indonesia Dibawah Sepatu Lars
Sukmadji Indro Tjahjono : Indonesia Dibawah Sepatu LarsUtje Gustaaf Patty
 
Dalih Pembunuhan Massal : G-30-S dan Kudeta Soeharto
Dalih Pembunuhan Massal : G-30-S dan Kudeta SoehartoDalih Pembunuhan Massal : G-30-S dan Kudeta Soeharto
Dalih Pembunuhan Massal : G-30-S dan Kudeta SoehartoUtje Gustaaf Patty
 
Tan Malaka - Menuju Republik Indonesia
Tan Malaka - Menuju Republik IndonesiaTan Malaka - Menuju Republik Indonesia
Tan Malaka - Menuju Republik IndonesiaUtje Gustaaf Patty
 
Catatan Hitam Lima Presiden RI
Catatan Hitam Lima Presiden RICatatan Hitam Lima Presiden RI
Catatan Hitam Lima Presiden RIUtje Gustaaf Patty
 

More from Utje Gustaaf Patty (8)

Majalah Tempo 20 Juni 2016
Majalah Tempo 20 Juni 2016Majalah Tempo 20 Juni 2016
Majalah Tempo 20 Juni 2016
 
Sukmadji Indro Tjahjono : Indonesia Dibawah Sepatu Lars
Sukmadji Indro Tjahjono : Indonesia Dibawah Sepatu LarsSukmadji Indro Tjahjono : Indonesia Dibawah Sepatu Lars
Sukmadji Indro Tjahjono : Indonesia Dibawah Sepatu Lars
 
Dalih Pembunuhan Massal : G-30-S dan Kudeta Soeharto
Dalih Pembunuhan Massal : G-30-S dan Kudeta SoehartoDalih Pembunuhan Massal : G-30-S dan Kudeta Soeharto
Dalih Pembunuhan Massal : G-30-S dan Kudeta Soeharto
 
Tan Malaka - Menuju Republik Indonesia
Tan Malaka - Menuju Republik IndonesiaTan Malaka - Menuju Republik Indonesia
Tan Malaka - Menuju Republik Indonesia
 
Tan Malaka - MADILOG
Tan Malaka - MADILOGTan Malaka - MADILOG
Tan Malaka - MADILOG
 
Catatan Hitam Lima Presiden RI
Catatan Hitam Lima Presiden RICatatan Hitam Lima Presiden RI
Catatan Hitam Lima Presiden RI
 
Buku Saku Korupsi
Buku Saku KorupsiBuku Saku Korupsi
Buku Saku Korupsi
 
Indonesia Menggugat II
Indonesia Menggugat IIIndonesia Menggugat II
Indonesia Menggugat II
 

Recently uploaded

Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 

Recently uploaded (20)

Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 

Press Release : 1 Juni Adalah Hari Pancasila Ditetapkan Sebagai Dasar Indonesia Merdeka

  • 1. PRESS RELEASE Dasar Pemikiran Usulan Perubahan Istilah 1 Juni Dari “H a r i L a h i r P A N C A S I L A ” Menjadi “H a r i P A N C A S I L A S e b a g a i D a s a r I n d o n e s i a Merdeka” 1. Persidangan anggota-anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai, Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), diselenggarakan untuk mengemukakan Dasar Indonesia Merdeka. 2. Bung Karno menyatakan yang dimaksud dengan "Dasar Indonesia Merdeka" yang diminta oleh Paduka Tuan Ketua yang mulia persidangan BPUPKI di dalam bahasa Belanda adalah 'philosofiesche grondslag' Indonesia Merdeka. 'Philosofiesch grondslag' itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa dan hasrat yang sedalam-dalamnya untuk diatasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi. 3. Bung Karno, pada tanggal 1 Juni 1945, menyatakan Lima Prinsip Dasar Indonesia Merdeka: (1) Kebangsaan Indonesia; (2) Internasionalisme; (3) Mufakat; (4) Kesejahteraan sosial; dan (5) Menyusun Indonesia Merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dasar Indonesia Merdeka ini disebut sebagai Panca Sila. 4. Pancasila sebagai Dasar Indonesia Merdeka kemudian dibahas di dalam "Piagam Jakarta" pada tanggal 22 Juni 1945, yang kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 bunyi Pancasila telah disempurnakan di dalam persidangan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang sesuai dengan yang tertulis di dalam alinea ke-4 Preambule UUD 1945, yaitu: (1) Ketuhanan Yang Maha Esa; (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab; (3) Persatuan Indonesia; (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan; dan (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 5. Pancasila digali dari sesuatu yang telah ada, hidup, dan tumbuh sebagai budaya bangsa oleh Bung Karno. Maknanya, Bung Karno tidak pernah melahirkan Pancasila dan Bung Karno sendiripun mengatakan hal itu 6. Kesinambungan dan keserasian sejarah bangsa adalah menunjukkan bahwa Bangsa Indonesia yang terlahir pada tanggal 28 Oktober 1928 melalui Sumpah Pemuda masih dalam kondisi hidup terjajah. Kemudian, sebelum Kemerdekaan Bangsa Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 telah ditetapkan Dasar Indonesia Merdeka, Pancasila, terlebih dahulu pada tanggal 1 Juni 1945. Preambule UUD 1945 di dalam Konstitusi NKRI sebagai dasar terbentuknya NKRI secara sah, telah disepakati dan ditutup dengan sila-sila dari Pancasila sebagai Dasar Indonesia Merdeka pada tanggal 18 Agustus 1945.
  • 2. Jakarta, 31 Mei 2011 PAGUYUBAN MASYARAKAT TANPA PARTAI Asrianty Purwantini Agus Suroto Udiantono (RJB) Agus Salim Harimurti. K Muh. Kennedy Sari Putri Asih Lavivaty Djasrul Djamarus Utje Gustaaf Patty Rendra Kharisma Harahap Aprialdi Emil Ondo Supriatno DolIyatim (RTP) Joni Adi Setyawan Yahya Abdul Habib Rudiwan Bahar Junet Haryo Setiawan Dolot Burhan Rosyidi N. Widjajanto Oesman Doblank
  • 3. No : 03/PMTP/V/2011 Lamp : 1 (satu) berkas Hal : Pengubahan Nama Hari Peringatan 1 Juni Kepada Yth, Presiden Republik Indonesia Bapak H. Soesilo Bambang Yudhoyono Di Tempat Dengan hormat, Bersama surat ini sebelumnya kami, Paguyuban Masyarakat Tanpa Partai (PMTP), mendoakan agar seluruh rakyat Indonesia senantiasa diberikan rahmat dan lindungan oleh Tuhan yang Maha Esa. Sebagaimana kita telah ketahui bersama bahwa kehendak untuk mengangkat harkat dan martabat hidup Rakyat Indonesia adalah merupakan cita-cita Bangsa Indonesia yang terlahir pada tanggal 28 Oktober 1928 dan, kemudian memproklamirkan Kemerdekaan Bangsanya pada tanggal 17 Agustus 1945 serta pada akhirnya, Bangsa Indonesia yang telah merdeka membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara sah pada tanggal 18 Agustus 1945. Di dalam perjalanan sejarah tersebut, sederet peristiwa-peristiwa sejarah telah terjadi dan berlangsung secara berkesinambungan dari satu kejadian ke kejadian berikutnya secara utuh dan tidak terpisahkan. Pancasila telah disepakati dan ditetapkan sebagai Dasar Indonesia Merdeka pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam persidangan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai). Sehingga, karena kedudukannya sebagai Dasar Indonesia Merdeka, Sila-Sila di dalam Pancasila telah ditetapkan sebagai Alinea Penutup (Alinea ke-4) Preambule UUD 1945, secara tersurat. Sebutan Hari Lahir Pancasila yang selalu diperingati setiap tanggal 1 Juni merupakan suatu pemberian “nama peringatan” yang tidak memiliki makna kesinambungan sejarah. Terlebih lagi, sebutan hari peringatan tersebut dapat melemahkan makna kontinuitas sejarah perjalanan cita-cita Bangsa Indonesia yang terlahir, merdeka, dan membentuk NKRI. Oleh karena itu, kami “Paguyuban Masyarakat Tanpa Partai” mengusulkan pengubahan sebutan “nama hari peringatan” untuk setiap 1 Juni dari “Hari Lahir Pancasila” diubah menjadi “Hari PANCASILA sebagai Dasar Indonesia Merdeka”. Demikian surat permohonan perubahan sebutan hari peringatan 1 Juni ini kami sampaikan. Atas perhatian dan pertimbangan serta keputusannya kami mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa melimpahkan kejernihan hati, kejernihan berfikir serta hidayah dan rahmatNya kepada kita semua.
  • 4. No : 04/PMTP/V/2011 Lamp : 1 (satu) berkas Hal : Audiensi Dalam Rangka Pengubahan Nama Hari Peringatan 1 Juni Kepada Yth, Pimpinan Majelis Permusyawaran Rakyat Republik Indonesia Di Tempat Dengan hormat, Bersama surat ini sebelumnya kami, Paguyuban Masyarakat Tanpa Partai (PMTP), mendoakan agar seluruh rakyat Indonesia senantiasa diberikan rahmat dan lindungan oleh Tuhan yang Maha Esa. Sebagaimana kita telah ketahui bersama bahwa kehendak untuk mengangkat harkat dan martabat hidup Rakyat Indonesia adalah merupakan cita-cita Bangsa Indonesia yang terlahir pada tanggal 28 Oktober 1928 dan, kemudian memproklamirkan Kemerdekaan Bangsanya pada tanggal 17 Agustus 1945 serta pada akhirnya, Bangsa Indonesia yang telah merdeka membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara sah pada tanggal 18 Agustus 1945. Di dalam perjalanan sejarah tersebut, sederet peristiwa-peristiwa sejarah telah terjadi dan berlangsung secara berkesinambungan dari satu kejadian ke kejadian berikutnya secara utuh dan tidak terpisahkan. Pancasila telah disepakati dan ditetapkan sebagai Dasar Indonesia Merdeka pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam persidangan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai). Sehingga, karena kedudukannya sebagai Dasar Indonesia Merdeka, Sila-Sila di dalam Pancasila telah ditetapkan sebagai Alinea Penutup (Alinea ke-4) Preambule UUD 1945, secara tersurat. Sebutan Hari Lahir Pancasila yang selalu diperingati setiap tanggal 1 Juni merupakan suatu pemberian “nama peringatan” yang tidak memiliki makna kesinambungan sejarah. Terlebih lagi, sebutan hari peringatan tersebut dapat melemahkan makna kontinuitas sejarah perjalanan cita-cita Bangsa Indonesia yang terlahir, merdeka, dan membentuk NKRI. Oleh karena itu, kami “Paguyuban Masyarakat Tanpa Partai” mengusulkan pengubahan sebutan “nama hari peringatan” untuk setiap 1 Juni dari “Hari Lahir Pancasila” diubah menjadi “Hari PANCASILA sebagai Dasar Indonesia Merdeka”. Untuk itulah kami meminta kepada MPR-RI untuk dapat menerima kami dalam rangka menyampaikan pandangan kami terhadap penguatan Pancasila sebagai Dasar Indonesia Merdeka. Demikian surat permohonan perubahan sebutan hari peringatan 1 Juni ini kami sampaikan. Atas perhatian dan pertimbangannya kami mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa melimpahkan kejernihan hati, kejernihan berfikir serta hidayah dan rahmatNya kepada kita semua.
  • 5. Jakarta, 23 Mei 2011 Hormat kami, PAGUYUBAN MASYARAKAT TANPA PARTAI Asrianty Purwantini Agus Suroto Udiantono (RJB) Agus Salim Harimurti. K Muh. Kennedy Sari Putri Asih Lavivaty Djasrul Djamarus Utje Gustaaf Patty Rendra Kharisma Harahap Aprialdi Emil Ondo Supriatno DolIyatim (RTP) Joni Adi Setyawan Yahya Abdul Habib Junet Haryo Setiawan Dolot Surat Yang Sama dan Tembusan, dengan hormat disampaikan kepada : • Rakyat Indonesia • Gubernur/Bupati/Walikota • Presiden Republik Indonesia • Pimpinan DPRD Tk.I / DPRD Tk. II • Dewan Perwakilan Rakyat RI • Dewan Harian Nasional Angkatan ‘45 • Dewan Perwakilan Daerah RI • Pimpinan Pusat Legiun Veteran RI • Mahkamah Agung RI • Pimpinan Pusat Korps Wanita Indonesia • Mahkamah Konstitusi RI • Pimpinan Pusat PEPABRI • Bapak BJ. Habibie • Masyarakat Sejarah Indonesia • Ibu Megawati Soekarno Putri • World History Association • Penglima TNI • Badan Arsip Nasional • Kepala Kepolisian RI • Perpustakaan Nasional • Kepala Badan Intelejen Negara • Pusat Sejarah ABRI • Lembaga Ketahanan Nasional RI • Pimpinan Partai Politik/Organisasi Massa • Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia • Pimpinan Organisasi Mahasiswa/Pemuda • Forum Rektor • Pimpinan Organisasi Profesi • Perguruan Tinggi Negeri, Swasta & Kedinasan • Media Massa
  • 6. PAGUYUBAN MASYARAKAT TANPA PARTAI (PMPT) • Tanpa Partai kita dapat melihat segala permasalahan dinegeri ini menjadi serba kecil dan memudahkan kita melakukan identifikasi. • Tanpa Partai kita semakin sadar betapa banyak saudara yang kita miliki. • Tanpa Partai kita semakin sadar betapa banyak sudut pandang lain selain sudut pandang kita sendiri dalam mencari jalan setapak untuk memperbaiki negeri ini. • Tanpa Partai kita semakin menerima yang nyata adalah KENYATAAN. • Tanpa Partai kita berjalan terus menuju GERBANG KEMERDEKAAN. MAKLUMAT Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang lahir dari kearifan masyarakat adat dinusantara untuk mencari persamaan ditengah begitu banyaknya perbedaan melalui musyawarah yang diselenggarakan pada tanggal 28 Oktober 1928, yang kita sering peringati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda ini merupakan eksternalisasi dari nilai-nilai luhur pada masyarakat yang menjadi kesepakatan bersama lalu pada gilirannya nanti lambat laun menjadi sebuah pemikiran falsafah. Pemikiran yang dibentuk oleh eksternalisasi ini kemudian mengukuhkan diri dan bangsa Indonesia menghadapinya sebagai faktisitas maka dalam proses inilah terjadi objektivikasi pada pemikiran tersebut. Objektivikasi tersebut pada tanggal 1 Juni 1945 pendiri bangsa menamakannya sebagai Pancasila. Dengan ini hendak dikatakan, sebagai suatu sistem falsafah Pancasila merupakan refleksi dari suatu tata nilai yang telah disepakati bersama dan menjadi ciri khas bangsa Indonesia serta mempengaruhi perilaku masyarakat serta pranata sosial politik dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam pada itu, agar pemikiran yang telah diobjektivikasi tidak menjadi asing bagi bangsa Indonesia itu sendiri yang menciptakannya, ia harus diusahakan kembali menjadi bagian subjektivitas bangsa Indonesia. Inilah tahapan internalisasi. Dan UUD’45 adalah cara bagaimana Pancasila menjadi bagian subjektivitas bangsa Indonesia Kemudian untuk mengukuhkan dirinya sebagai sebuah bangsa dan menjadi dirinya sendiri, bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi ini bukan hanya menandakan eksistensi bangsa Indonesia tetapi juga tekad yang kuat untuk dapat hidup lebih baik serta perjuangan pada nilai-nilai universal, yaitu perdamaian dunia Dalam perjalanannya sebagai sebuah bangsa, bangsa Indonesia memerlukan alat yang terorganisir agar dapat mengatasi berbagai persoalan yang dihadapinya, lalu dengan disahkannya UUD’45 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia berdirilah Negara Kebangsaan Republik Indonesia (NKRI). Ini artinya, bangsa Indonesia memiliki design tersendiri yang membedakannya dengan bangsa- bangsa lain didunia. Bangsa Indonesia memiliki Pancasila sebagai sistem falsafah, UUD’45 mengimplementasikan nilai nilai pancasila dalam kehidupan bernegara, UUD’45 melahirkan NKRI sebagai alat yang terorganisir bagi bangsa Indonesia untuk mencapai tujuannya.
  • 7. Kaitan Pancasila Dengan UUD'45 Diatas telah kami katakan bahwa Pancasila merupakan falsafah bangsa Indonesia. Pengertian falsafah dalam tulisan ini diambil dalam pengertian yang luas, baik sebagai hasil refleksi bangsa Indonesia maupun sebagai ilmu yang memberikan dasar teoritis bagi sistem kelembagaan Negara pada bangsa Indonesia. Pancasila menjadi sah apabila membawa bangsa ini kedalam situasi dimana Pancasila mampu menjelaskan dan menjawab persoalan yang dihadapi bangsa. Dengan demikian Pancasila membuat aktivitas bangsa Indonesia menjadi efektif dan mengenai sasaran. Terputus dari kehidupan bernegara Pancasila menjadi verbalisme semata, menjadi berhala bagi bangsa Indonesia. Sebaliknya, terputus dari Pancasila kehidupan bernegara menjadi kehilangan arah. Bangsa Indonesia menjadi teralienasi pada dirinya sendiri. Untuk itu diperlukan proses internalisasi agar Pancasila sebagai hasil objektivikasi menjadi bagian subjektivitas bangsa Indonesia itu sendiri. UUD’45 adalah bentuk internalisasi tersebut. Sebagai bentuk internalisasi UUD’45 dapat dikatakan sebagai progam aksi dalam memberikan tuntunan pelaksanaan kehidupan bernegara. UUD’45 bertumpu pada asumsi dasar. Asumsi dasar berada pada falsafah yang melandasinya. Bila Pancasila merupakan tumpuan dari lahirnya UUD’45, sedangkan UUD’45 mengatur dan mengarahkan kehidupan bernegara maka berarti Pancasila bukanlah sesuatu yang tidak praksis dan UUD’45 adalah suatu usaha agar pancasila menjadi sistem gagasan yang dapat diaprosiasikan, terhindar dari kebekuan dan sikap irrasional Uraian diatas sebenarnya hendak memproklamasikan bahwa UUD’45 merupakan ideologi dari falsafah bangsa Indonesia dan bukan konstitusi. Sifat ideologi sangat kental bila kita melihat isi UUD’45 secara totalitas, dimana UUD’45 berisi kehendak sebuah bangsa untuk dominan menentukan sendiri sistem ide dan gagasan yang secara normatif mempengaruhi persepsi, landasan dan perilaku bernegara Sebagai contoh adalah makna kedaulatan rakyat seperti yang terdapat dalam UUD’45 pasal 1 ayat 2. Dari sudut pandang UUD’45 sebagai konstitusi pasal ini dapat melahirkan kedaulatan individu dalam pengelolaan partai-partai dan susunan perwakilannya ditentukan oleh pemilu. Pemahaman konstitusional pada UUD’45 ini dapat menciptakan terjadinya penciutan signifikansi pada hak-hak berpolitik rakyat, terjatuh dalam hak pilih bukan hak suara. Hak pilih tentu saja memiliki perbedaan kualitatif dengan hak suara. Dalam hak pilih siapapun dapat menggunakannya tanpa pertimbangan akal sehat sekalipun, sebaliknya hak suara menuntut pertimbangan akal sehat dan kearifan dalam menggunakannya. Pemahaman konstitusional ini pada gilirannya nanti akan menyebabkan kekuasaan ditentukan oleh faktor pilihan mayoritas. Hal ini tentu saja sangat membahayakan : bagaimana jadinya bila pilihan mayoritas kepada kelompok yang anti pada kedaulatan rakyat? Makna kedaulatan rakyat tersebut tentu saja berbeda bila kita memahami UUD’45 dalam kerangka ideologis. Pasal tersebut diatas memiliki keterkaitan kuat dengan sistem nilai pancasila, yaitu musyawarah. Dengan demikian yang dinamakan kedaulatan rakyat mengandung arti kedaulatan yang diwujudkan dalam badan perwakilan rakyat yang susunannya ditentukan oleh hak suara yang dari musyawarah rakyat. Sebagai ideologi UUD’45 tentu saja tak dapat diganti atau dirubah. Pergantian atau perubahan terhadap UUD’45 sangat membahayakan karena akan menciptakan jarak eksistensial antara kehidupan bernegara dengan Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia. Sebagai contoh adalah amandemen pada pasal 6 ayat 2 UUD’45. Amandemen ini merupakan bentuk ‘pemurtadan’ terhadap sila ke 4 Pancasila. Dalam sila tersebut dijelaskan bahwa bangsa Indonesia memiliki sifat kerakyatan dan dipimpin oleh nilai-nilai kebijaksanaan sebagai hasil proses musyawarah perwakilan rakyat. Kata hikmad kebijaksanaan mengandung arti ada suatu usaha mencari keputusan yang benar dalam menentukan nasib bangsa. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) merupakan personifikasi dari sila ke 4 Pancasila. Maka bila kemudian MPR memilih Presiden idealnya dilakukan melalui pikiran yang sehat, penuh kearifan dan dapat diterima oleh semua fihak sehingga Presiden yang terpilih merupakan visualisasi dari keinginan untuk berhikmad pada kebijaksanaan. Idealisme
  • 8. ini tentu saja karam dengan adanya amandemen pada pasal 6 ayat 2 UUD’45 yang menyatakan Presiden dipilih langsung. Amandemen ini menghilangkan asas-asas musyawarah rakyat dalam menentukan kepemimpinan nasional. Dan jadilah kita memiliki pemimpin nasional yang memiliki potensi besar untuk tidak mampu berhikmad pada kebijaksanaan. Dari uraian diatas, munculah sebuah pertanyaan : Bila UUD’45 bukan konstitusi, lalu dimanakah letak konstitusi NKRI?. Sebuah konstitusi bukanlah dogma melainkan tetap menjadi hipotesa yang harus diuji dengan permasalahan yang harus dihadapi. Oleh karena itu konstitusi harus selalu terbuka pada usaha falsifikasi, selalu terbuka untuk diperbaharui atau diubah sama sekali. Bila kedaulatan tertinggi ada ditangan rakyat yg divisualisasikan oleh MPR, dengan ini hendak kami katakan bahwa hasil-hasil musyawarah MPR yang sering disebut Ketetapan MPR merupakan konstitusi NKRI. Dengan demikian kita memiliki sebuah konstitusi yang berfihak pada kepentingan rakyat. Agar konstitusi ini dapat mengikuti perkembangan jaman maka setiap 5 tahun sekali seiring dengan pergantian anggota MPR konstitusi harus ditinjau kembali agar mampu menjawab persoalan yang dihadapi bangsa ini Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sebuah Negara Tanpa Partai Pancasila, UUD’45 dan NKRI memiliki keterkaitan yang erat dan merupakan design besar bangsa Indonesia. Bila proklamasi hanya dapat mengantarkan bangsa Indonesia pada pintu gerbang kemerdekaan, maka pelaksanaan design secara benar merupakan kunci yang dapat membuka pintu gerbang kemerdekaan sehingga anak-anak bangsa bisa masuk kedalamnya. Namun antara design dengan bangsa Indonesia memiliki titik kelemahan yang cukup besar. Seperti halnya sebuah lukisan dalam sebuah pigura dengan dimensi lain diluarnya, ada retakan-retakan dalam kaca pigura yang mudah pecah dan membuat dimensi lain masuk merusak lukisan tersebut. Retakan tersebut berupa mentalitas manusia sebagai pelaksananya Bangsa Indonesia memiliki mental budak akibat terlalu lama mengalami penjajahan. Mental budak inilah yang membuat bangsa Indonesia begitu mudah menerima ide dan gagasan yang dapat merusak design yang telah dibuatnya sendiri. Maka dengan alasan potensi fasisme dalam UUD’45 pihak imperialis-kapitalis melalui berbagai macam perjanjian lalu melakukan penekanan dan bangsa Indonesia pun melakukan pergantian UUD’45 dengan konstitusi RIS kemudian selanjutnya UUDS’50 sebagai bentuk ketidak berdayaan. Akibatnya terjadilah untuk pertama kali deformasi pada design bangsa. Partai-partai berdiri, bentuk Negara berubah menjadi RIS, lembaga kePresidenan tidak berjalan sesuai dengan fungsinya. Puncak deformasi terselenggaranya pemilu tahun 1955 yang mengakibatkan frgamentarisasi masyarakat dan kekacauan pada sistem ketatanegaraan. Kekacauan ini disadari oleh Presiden Sukarno, lalu lahirlah Dekrit Presiden yg berisi kembali pada UUD’45. Sistem kepartaian dan pemilu tidak sesuai dengan design yang telah dibuat oleh pendiri bangsa. Ini disebabkan sistem kepartaian dan pemilu bertentangan dengan asas musyawarah sebagai dasar pembentukan kelembagaan Negara. Jelasnya, NKRI adalah sebuah negara tanpa partai. Oleh karena itu dalam UUD’45 tidak dijumpai satu pasal pun yang mengisyaratkan penyelenggaraan pemilu yg diikuti partai-partai dengan hak pilih rakyat sebagai pembenarnya. Pelaksanaan pemilu yang diikuti oleh partai-partai merupakan implementasi dari pasal 34 konstitusi RIS dan pasal 35 UUDS’50 padahal kedua konstitusi tersebut adalah hasil penetrasi bangsa imperialis-kapitalis kepada bangsa Indonesia. Dengan demikian sesungguhnya pemilu dan partai adalah kepanjangan tangan dari kepentingan bangsa imperialis-kapitalis untuk menguasai negeri ini Fakta ini disadari juga oleh Presiden Suharto. Ini yang menyebabkan beliau tidak pernah mendirikan partai tetapi memperkuat sebuah golongan besar untuk menampung berbagai macam kelompok dalam masyarakat untuk bermusyawarah dalam mengatasi persoalan bangsa. Golongan besar ini bernama Golongan Karya (GOLKAR). Bila pada awal berdirinya NKRI fasisme menjadi alasan bagi bangsa imperialis-kapitalis untuk mengeksploitasi mental budak bangsa ini, pada pemerintahan Suharto ketergantungan ekonomi menyebabkan mental budak pun kambuh dan terselenggaralah pemilu
  • 9. Untuk mengingatkan pada seluruh anak-anak bangsa bahwa dirinya tidak mampu melakukan perlawanan terhadap tekanan bangsa imperialis-kapitalis Presiden Suharto pada tahun 1972 mengubah tanggal 17 Agustus menjadi hari ulangtahun Republik Indonesia (HUT RI) bukan hari Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia. Ini artinya, Presiden Suharto sedang memberitahu seluruh anak bangsa bahwa dirinya tidak melaksanakan UUD’45 tapi UUDS’50, karena yang menyatakan tanggal 17 Agustus 1945 sebagai HUT RI hanya terdapat pada Pembukaan UUDS’50 ‘Kepatuhan’ bangsa Ini pada bangsa imperialis-kapitalis terus berlanjut setelah mundurnya Presiden Suharto. Bila sebelumnya mental budak mengakibatkan anak-anak bangsa tak mampu mengadakan perlawanan secara keseluruhan maka pada era reformasi mental tersebut telah membuat anak-anak bangsa dengan riangnya menerima penjajahan atas ide dan gagasan oleh bangsa imperialis-kapitalis. Bentuk kegembiraan tersebut dinyatakan melalui amandemen pada UUD’45. Ini tentu saja menjadi sesuatu yang ironis dan konyol : Apa yang menjadi alasan amandemen UUD’45 jika UUD’45 itu sendiri mulai dari NKRI berdiri sampai hari ini belum pernah dilaksanakan?. Tidak berlebihan jika kecurigaan pantaslah kita alamatkan pada kepentingan bangsa imperialis-kapitalis atas amandemen tersebut. Musyawarah Sebagai Dasar Pembentukan Lembaga Negara Dalam sistem ketatanegaraan bangsa Indonesia asas musyawarah merupakan ciri khas dalam memberikan makna kedaulatan rakyat, sebagi unsur pembentuk lembaga-lembaga Negara. Asas musyawarah selalu menghendaki pemikiran-pemikiran yang berhikmad pada kebijaksanaan sehingga keputusan yang diambil berdasarkan akal sehat dan demi kepentingan orang banyak. Dalam musyawarah fihak-fihak yang terlibat dapat mengeluarkan pendapat, kritik dan saran dengan penuh tanggungjawab dan mempertimbangkan kebersamaan serta persatuan Musyawarah dapat dilakukan secara berjenjang dimulai dari lingkup terkecil organisasi yang ada pada bangsa Indonesia yaitu Rukun Tetangga (RT). Musyawarah RT akan memilih seorang atau lebih untuk mewakili mereka pada musyawarah Rukun Warga (RW). Musyawarah RW akan memilih seorang atau lebih dari mereka untuk menjadi wakil rakyat yang duduk sebagai anggota Lembaga Perwakilan Rakyat Tingkat Desa/Kelurahan (LPRD) Lembaga Perwakilan Rakyat Tingkat Desa/Kelurahan ini kemudian bermusyawarah untuk memilih seorang atau lebih dari mereka untuk duduk sebagai anggota Lembaga Perwakilan Rakyat Tingkat Kabupaten/Kotamadya (LPRK). LPRK ini kemudian bermusyawarah untuk memilih seorang atau lebih anggotanya untuk duduk sebagai wakil rakyat di Lembaga Perwakilan Rakyat Tingkat Provinsi (LPRP) dan juga memilih seorang atau lebih sebagai wakil rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) Dengan demikian yang dinamakan anggota DPR-RI benar-benar merupakan wakil rakyat bukan wakil partai, dipilih melalui Hak Suara Rakyat bukan Hak Pilih Rakyat, mencerminkan keragaman budaya bukan keragaman ideologi dengan kepentingan kelompok didalamnya. Diatas telah dikatakan bahwa Anggota DPR-RI dipilih melalui musyawarah Lembaga Perwakilan Rakyat Tingkat Kabupaten/Kotamadya. Ruang lingkup kabupaten/kotamadya yang tidak begitu luas akan memudahkan setiap anggota DPR-RI memahami betul persoalan-persoalan rakyat yang diwakilinya Apabila DPR-RI merupakan perwakilan rakyat yang terbentuk dari proses-proses musyawarah rakyat dari mulai tingkat RT sampai Kabupaten maka MPR merupakan musyawarah besar bangsa Indonesia. Susunan anggota MPR adalah anggota DPR ditambah dengan utusan daerah dan utusan golongan. Keanggotaan MPR dari utusan daerah yang dimaksud adalah perwakilan yang diperoleh dari musyawarah masyarakat adat yang ada pada tiap-tiap daerah di Indonesia, sedangkan Utusan Golongan adalah perwakilan yang diperoleh dari musyawarah masing kelompok-kelompok yang memiliki pengaruh dimasyarakat baik dibidang agama, profesi, intelektual dan sebagainya yang semuanya diatur oleh undang-undang
  • 10. Hasil-hasil musyawarah yang dilakukan oleh MPR ini berupa ketetapan yang merupakan konstitusi NKRI dan berlaku selama 5 tahun. Kemudian MPR memberikan mandat pada Presiden untuk melaksanakan konstitusi tersebut. Presiden dipilih berdasarkan suara terbanyak dalam musyawarah yang dilaksanakan MPR. Suara terbanyak mengandung arti keinginan tertinggi yang terdapat dalam pikiran-pikiran sehat dari masing-masing anggota MPR untuk memilih seorang anak bangsa terbaik yang mampu memimpin anak bangsa lainnya bagi kepentingan bangsa dan Negara Tulisan ini tidak berpretensi menjadi sebuah pemikiran yang bersifat sophiscated thinking. Tulisan ini hanyalah upaya rakyat mengembalikan makna Pancasila, UUD’45 dan NKRI seperti apa adanya sejauh tidak tersesat memahaminya. Bangsa Indonesia memiliki Pancasila sebagai falsafah hidupnya, UUD’45 menjadi ideologi yang mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bernegara, Negara dibentuk oleh ideologi sebagai alat bagi bangsa untuk mecapai tujuannya. Karena itu berbicara tentang lembaga Negara tidak dapat dilepaskan dari ideologi yang melahirkan negara itu sendiri. Tergusurnya asas musyawarah dalam pembentukan kelembagaan Negara merupakan bentuk deformasi pada design yang telah dibuat bangsa Indonesia sendiri dan design yang rusak kelak membuat bangsa Indonesia terlunta-lunta ditengah-tengah bangsa lainnya didunia. Sudah saatnya kita membersihkan NKRI dari partai-partai bila ingin melihat masa depan yang lebih baik bagi negeri ini. Jakarta 12 Maret 2011